13
A. Skenario A 34 year old male was referred to our hospital with the complaint of severity pain at the mandible left molar region, discovered at RSGM UNISSULA. The patient's medical history has shown that approximately 1 year ago, he had complained of pain from the same region then, he was referred a dental clinic but the treatment was not successful. Additionally there was no trauma history has been noted. Any missing tooth or decayed one has been inspected during the examination. Radiographic examination revealed that radiolucent lesion extended laterally from the distal root of the lower left first molar tooth to the mesial root of the lower left third molar radiolucent lesion was surrounded by a radiopaque margin. The lower left first and second molars showed no response to sensitivity tests carried out with an electric pulp tester. B. Identifikasi Masalah 1. Pengertian kista dan klasifikasinya 2. Perbedaan abses dan kista 3. Diagnose dari scenario 4. Etiologi dan gambaran klinis dari diagnose 5. Patofisiologi dari scenario 1

Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelainan RM

Citation preview

Page 1: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

A. Skenario

A 34 year old male was referred to our hospital with the complaint of severity pain at

the mandible left molar region, discovered at RSGM UNISSULA. The patient's

medical history has shown that approximately 1 year ago, he had complained of pain

from the same region then, he was referred a dental clinic but the treatment was not

successful. Additionally there was no trauma history has been noted. Any missing

tooth or decayed one has been inspected during the examination. Radiographic

examination revealed that radiolucent lesion extended laterally from the distal root of

the lower left first molar tooth to the mesial root of the lower left third molar

radiolucent lesion was surrounded by a radiopaque margin. The lower left first and

second molars showed no response to sensitivity tests carried out with an electric

pulp tester.

B. Identifikasi Masalah

1. Pengertian kista dan klasifikasinya

2. Perbedaan abses dan kista

3. Diagnose dari scenario

4. Etiologi dan gambaran klinis dari diagnose

5. Patofisiologi dari scenario

6. Diagnose banding

7. Treatmen atau penatalaksanaan

8. Gigi M diberi stimulus EPT tidak memberi respon

9. Diskenario pasien sudah diobati 1th yang lalu tidak sembuh ,kenapa pasien

bisa mengeluhkan sakit lagi pada regio yang sama

10. Definisi kista residual

11. Etiologi kista residual

12. Gambaran Klinis dari kista residual

13. Diagnosa Banding dari kista residual

1

Page 2: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

14. Patofisiologi kista residual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian kista dan klasifikasinya

Kista adalah rongga patologi yang berisi cairan kolestering (cairan Krista kolesterol

atau lemak yang dibentuk sel squamous) dan dibatasi jaringan epitel dan jaringan

ikat.

Klasifikasinya :

a. Odontogenik merupakan kista yang dinding epitelnya berasal dari proliferasi

sisa-sisa epitel odontogenik.

Menurut etiologi:

2

Page 3: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

Kista inflamatori, kista beradang merupakan jenis kista odontogenik yang

prose patogenisisnya berhubungan dengan peradangan jar perapikal

yang akan memicu terjadinya massa kista

- Radikuler cyst

- Residual cyst

- Paradenntal cyst

Developmental cyst, bukan merupakan proses peradangan namun

merupakan perkembangan dari sisa epitel odontogenik

- Dentigenous cyst

- Eruption cyst

- Odontogenik kerato cyst

- Ortokeratinized odontogenik

- Gingiva cyst of adult

- Gingiva cyst of newborn

b. Non odontogenik

-  Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)

- Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)

- Palatal cyst of infant

- Lymphoepithelial cyst

- Gastric heterotropic cyst

- Tryglosal duct cyst

- Salivary duct cyst

- Maxillary antrum associated cyst

- Soft tissue cyst

- Pseudo cyst

-  Congenital cyst

- Parasitic cyst

2. Perbedaan Abses dan Kista

Perbedaan Abses Kista

Definisi proses radang akut bisa

berasal dari radang akut

atau kronik yang mengalami

eksaserbasi.

jika granuloma membesar

akan menjadi kista dan

granulomanya hancur akan

menjadi abses

3

Page 4: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

Radiologi bentuk radiologi tidak

beraturan, tidak berbatas

jelas dan tidak terdapat

radiopak

bentuk radiologi membulat

atau oval,unilokuler,berbatas

jelas,radiolucent, margin

terdapat radiopak

Tanda klinis simptomatik asimtomatik

3. Diagnosa dari scenario

Dari Gambaran Klinis terjadi pada gigi non vital, apabila di radiograf radiolusen jadi

diagnosanya termasuk kista odontogenik klasifikasi kista radikular dengan ciri - ciri

lainnya asimtomatik,lesi berukuran 10-15mm, gigi yang bersangkutan terjadi nyeri

dan bisa terinfeksi yang memicu sel malases.

4. Etiologi dan gambaran klinis dari diagnose

Etiologi :

didahului periapikal granuloma, kista itu muncul diikuti oleh adanya nekrosis

sekunder dari jaringan pulpa gigi bisa juga karena stimulasi jaringan epithelial

malases pada ujung akar gigi, dan terjadi akibat dari proses peradangan.

Gambaran Klinis :

- Tidak bergejala / asymptomatic yang terjadi secara perlahan, kadang

ditemukan secara tidak sengaja pada dental radiograf yang dilakukan

secara berkala

- Lesi berukuran 10-14mm

- Merupakan indikasi adanya resorbsi akar gigi

- Cairan berwarna kuning,isi cairan kolesterin

- Sifatnya Recurrent

- Pada test vitalitas dihasilkan negative , artinya gigi tersebut sudah tidak

vital lagi 

- Banyak dijumpai di rahang , berkembang bersama granuloma periapikal ,

yang merupakan respon kematian pulpa , dan akibat nekrosis jaringan

- Dapat terjadi pada seluruh rahang yang mempunyai gigi

- Fluktuasi ada jika kista telah mengerosi tulang secara sempurna

- Adanya rasa nyeri dan infeksi

- wajahnya asimetris, pada palpasi berbatas

- Lebih sering mandibula daripada maksila

4

Page 5: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

- Warna = sekitarnya atau kebiruan

- Permukaan licin

- Tidak menimbulkan pembesaran tulang rahang yang bermakna

- Diketahui secara tidak sengaja

- Tumbuhnya lambat

5. Patofisiologi dari scenario

Bakteri masuk melalui canal pulpa yang nekrosis keluar menuju foramen apical

terjadi inflamasi di sekitar jaringan periapikal gigi merangsang aktifitas sel T

memproduksi cytokines sel malassez teraktifasi terbentuk granuloma jika daya

tubuh turun proliferasi sel malassez dan granuloma semakin membesar

semakin menebal lapisan nya ditengah nya terjadi apoptosis membentuk lumen

karena semakin menjauhi peredaran darah, kapsulnya berupa sel squamous yang

bersifat semipermeable cairan sekitar nya masuk dengan cara osmosis

bertambah cairan,bertambah tekanannya mendesak tulang ,tulang alveolar

bersifat porositas/berlubang-lubang kista semakin mendesak tulang alveolar

terjadi kerusakan(patah/retak) merangsang sel osteoclast untuk mereabsorbsi

tulang tulang nya hilang dan diisi masa kista yang semakin membesar.

6. Diagnosa Banding dari scenario

Ameloblastoma, karena gambaran radiografinya tampak radiolusen yg

dikelilingi radiopak yang asimtomatik sering pada bagian M sampai ramus

Kista keratosis odontogenik Gambaran klinis : pembengkakan yg terlihat licin

yg timbul didaerah fasial dan lingual dari tulang rahang. 65-75% terjadi di

rahang bawah terutama di regio posterior yaitu daerah molar 3, molar 1 dan

molar 2 dan ramus ascendens.

Dental granuloma

- Secara histopatologis, granuloma tampak di dominasi oleh jaringan

granulasi inflamasi dengan banyak kapiler, fibroblast, jaringan serat

penunjang, infiltrat inflamasi, dan biasanya dengan sebuah kapsul

- nyeri spontan, uji perkusi, uji palpasi, uji vitalitas negatif

- pemeriksaan radiologis yaitu radiolusensi batas jelas

7. Treatmen atau penatalaksanaannya

Kista ukuran besr :

5

Page 6: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

Marsupialisasi : metode pembedahana untuk membuka rongga kista untuk

mengubah rongga tertutup menjadi terbuka dengan menggunakan insisi

kemudian dijahit, penyembuhan lama

Kista ukuran kecil :

Enukleasi : pengangkatan kista seluruhnya beserta dinding epitelnya tapi hanya

bisa dilakukan dengan kista, penyembuhan cepat

8. Gigi M diberi stimulus EPT tidak memberi respon

Karena giginya sudah non vital

9. Diskenario pasien sudah diobati 1th yang lalu tidak sembuh ,kenapa pasien bisa

mengeluhkan sakit lagi pada regio yang sama

Mungkin dulu kistanya tidak dibedah tetapi hanya tretmen dengan obat sehingga

sakitnya muncul lagi pada regio yang sama.

10. Definisi kista residual

Kista residual merupakan kista yang disebabkan oleh keradangan pada fragmen

akar yang tertinggal saat pencabutan atau adanya sisa granuloma yang tidak

terambil saat pencabutan.

11. Etiologi kista residual

Peradangan pada fragmen akar yang tertinggal saat pencabutan atau adanya sisa

granuloma yang tidak terambil saat pencabutan, kalau kista saat pembedahan masih

ada kista yang tertinggal.

12. Gambaran Klinis kista residual

Asymtomatik

Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous

Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan infeksi

sekunder

6

Page 7: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

proses pembesaran secara perlahan-lahan yang tidak disadari oleh penderita

sehingga kista residual sering ditemukan secara tidak sengaja pada saat

dilakukan pemeriksaan radiologis rutin.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan rahang tidak bergigi dengan sejarah

pernah dilakukan ekstraksi

pada gambaran radiologi ditemukan gambaran radiolusen, berbatas radiopak di

regio yang tidak bergigi.

Secara histopatologis ditandai dengan adanya suatu rongga yang berlapiskan

epitel yang tidak mengalami keratinisasi squamosa dan mempunyai ketebalan

yang bervariasi.

Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak

sel neutrofil pada dinding kista.

13. Diagnosa Banding Kista residual

Unicystic ameloblastoma

Etiologi : pencabutan gigi, pengangkatan kista dan iritasi lokal dalam rongga

mulut.

14. Patofisiologi kista residual

Infeksi pada gigi periapikal dilakukan ekstraksi adanya kerusakan jaringan, Sisa

granuloma yang belum terambil atau kista yang tidak terangkat secara sempurna

terjadi inflamasi di sekitar jaringan periapikal gigi merangsang aktifitas sel T

memproduksi cytokines sel malassez teraktifasi terbentuk granuloma jika daya

tubuh turun proliferasi sel malassez dan granuloma semakin membesar semakin

menebal lapisan nya ditengah nya terjadi apoptosis membentuk lumen karena

semakin menjauhi peredaran darah, kapsulnya berupa sel squamous yang bersifat

semipermeable cairan sekitar nya masuk dengan cara osmosis bertambah

cairan,bertambah tekanannya mendesak tulang ,tulang alveolar bersifat

porositas/berlubang-lubang kista semakin mendesak tulang alveolar terjadi

kerusakan(patah/retak) merangsang sel osteoclast untuk mereabsorbsi tulang

tulang nya hilang dan diisi masa kista yang semakin membesar.

7

Page 8: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

B. KONSEP MAPPING

8

inflamatori developmen

Patofisiologi radikular

kista

Page 9: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kista adalah rongga patologi yang berisi cairan kolestering (cairan Krista kolesterol atau

lemak yang dibentuk sel squamous) dan dibatasi jaringan epitel dan jaringan ikat.

Klasifikasi kista dibagi menjadi dua yaitu kista odontogenik dan non odontogenik. Kista

odontogenik di subklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari developmental atau

infalammatory. Kista developmental yaitu kista yang tidak diketahui penyebabnya,

namun tidak terlihat sebagai hasil reaksi inflamasi. Sedangkan kista inflammatory

merupakan kista yang terjadi karena inflamasi.

Salah satu contoh kista odontogenik inflammatory adalah kista radikular dan kista

residual. Kista radikular adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang dilapisi oleh

epitel dan pusatnya berisi cairan atau zat semi cair dan pertumbuhannya lambat yang

terletak pada apeks gigi. Kista residual merupakan kista yang disebabkan oleh

keradangan pada fragmen akar yang tertinggal saat pencabutan atau adanya sisa

granuloma yang tidak terambil saat pencabutan.

9

Page 10: Kelainan RM Lbm 7 Blok 10

DAFTAR PUSTAKA

Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanti dan

Basoeseno.” Oral Surgery 1st ed”. Jakarta : EGC.

Daud ME., Karasutisna T. 2001. Infeksi odontogenik 1th ed. Bandung. Bagian Bedah

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Unpad. p.1-12

Aryati, R. 2006. Uji Kepekaan Mikroorganisme Yang Diisolasi Dari Abses Di Rongga

Mulut Terhadap Antimikroba. Tidak Diterbitkan. Sumatra Utara : Universitas Sumatra

Utara

Canina, V. 2010. Kista Odontogenik. Tidak Diterbitkan. Aceh : Universitas Syah

Kuala

10