24
REFERAT SESSION “Greater and Lesser Omenta Normal Anatomy and Pathologic Process” Pembimbing ; dr. Erni Zainuddin, Sp. Rad Dibuat oleh : Ira Maya Sari Nim : G1a214070 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2015 1

Jurnal Translate

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiologi

Citation preview

REFERAT SESSION Greater and Lesser Omenta Normal Anatomy and Pathologic Process

Pembimbing ; dr. Erni Zainuddin, Sp. Rad

Dibuat oleh : Ira Maya SariNim : G1a214070

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JAMBI 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan jurnal yang berjudul Greater and Lesser Omenta : Normal Anatomy and Pathologic Process. Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Erni Zainuddin, Sp.Rad selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu selama di Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Radiologi. Penulis menyadari bahwa laporan jurnal ini jauh dari sempurna, penulis juga dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya.Akhir kata, saya berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Februari 2015

Penulis

Omental besar dan kecil : Proses normal anatomi dan patologisPeritoneum adalah membaran serosa terbesar dalam tubuh dan merupakan satu struktur yang paling kompleks. Omentum adalah lapisan ganda perpanjangan peritoneal yang menghubungkan perut dengan organ tubuh yang lain. Refleks peritoneal membentuk lapisan besar dan kecil omental, dan aliran cairan peritoneal menentukan rute dari penyebaran cairan intraperitoneal dan akibatnya proses penyakit dalam rongga perut. Setiap omenta berfungsi baik sebagai batas untuk proses penyakit dan sebagai saluran penyebaran penyakit. Omenta adalah sering terinfeksi, inflamasi, neoplastik, pembuluh darah dan proses traumatis. Computed tomography (CT) adalah metode primer diagnostik untuk evaluasi omentum, yang sebagian besar dapat bermanifestasi dengan gambaran klinis spesifik. Multidetector CT dengan reformasi multiplanar memungkinkan pemeriksaan yang akurat kompleks anatomi rongga peritoneum, pengetahuan yang merupakan kunci untuk memahami proses patologis yang mempengaruhi besar dan kecil omental. Gambar 1. Menggambarkan anatomi besar dan kecil omentum.a)Aksial, b) coronal, c) sagital, d) diagram dari perut bagian atas, GO) Omentum mayor (besar) terdiri dari lapisan ganda peritoneum yang memanjang dari kelengkungan yang lebih besar, S) lambung , LS) turun naik porsi biasanya menyatu untuk membentuk sebuah fourlayer apron lemak pembuluh darah, ruang yang dihasilkan berdekatan dengan kantung kecil, LO) omentum minus, L)menghubungkan curvatura minor lambung dan duodenum proksimal dengan hati, AO) aorta, C) usus kecil, K) ginjal, P) pangkreas, Sp) limfa, 1) ligamen, 2) gastrohepatic, 3) gastrolienalis.

Pengantar.Computed tomography (CT) adalah alat diagnostik utama untuk mengevaluasi lesi omentum, terutama orang-orang yang mungkin muncul dengan manifestasi klinis yang spesifik. Semakin besar dan kecil omenta adalah daerah anatomi yang sulit untuk sepenuhnya dinilai pada CT. Seperti, kondisi patologis omentum tersebut dapat muncul dengan beragam dan temuan spesifik, mulai dari pengumpulan cairan infiltrasi omentum. Omentum berfungsi tidak hanya sebagai batas untuk proses penyakit tertentu, tetapi juga sebagai saluran untuk penyebar penyakit. Dengan demikian, omental dapat dipengaruhi oleh berbagai penyakit, termasuk infeksi, inflamasi, neoplasma, trauma, dan infark. Dengan Resolusi tinggi multideteksi CT dan multiplanar reformasi dapat mendeteksi kondisi patologis dan anatomi omentum. Pengetahuan tentang anatomi omentum mayor dan minor serta penyakit yang spesifik dapat didiagnosa dengan tepat dan pengobatan dengan CT. Pada artikel ini, kita melihat anatomi omentum yang normal, proses penyakit umum dari omenta, dan CT mengambarkan karakteristik penyakit. Dan juga membahas peran multidetector CT dengan reformasi multiplanar untuk evaluasi omentum penyakit.CT Protokol dan Teknik ReformasiKebanyakan kondisi patologis omentum bermanifestasi sebagai gejala spesifik dan tanda-tanda. Dengan demikian diagnosis didasarkan pada temuan CT, yang sangat penting dalam pengobatan pasien.CT adalah pencitraan yang optimal teknik untuk menunjukkan keberadaan penyakit omentum dan penyebabnya. Selain itu, format coronal dan sagital gambar CT membantu menggambarkan lokasi, asal, atau penyebaran yang tepat penyakit pada omentum, serta memperjelas kompleks anatomi omenta tersebut.Pemeriksaan CT dilakukan dengan menggunakan 16 bagian CT scanner (somatom sensasi 16, Siemens Medical Solutions, Erlangen, Jerman). Kontras meningkatkan gambar CT atau tanpa gambar non enhanced diperoleh dengan berikut ini parameter : 0,5 kedua kalinya rotasi, 0,75mm collimation, 3 mm ketebalan bagian, 35cm bidang panddang, 3 mm ketebalan rekonstruksi, 12 mm pakan per rotasi, 120 Kv, dan 140 Ma, 2 dimensi gambar rekonstruksi axsial dengan 3 mm ketebalan bagian secara rutin diperoleh pada lembaga kami dengan menggunakan perangkat lunak standar pemindai (Somaris/5 ; Siemens Medical Solutions).Pada kasus per kasus, sagital tambahan, koronal, atau miring multiplanar diformat gambar dapat diperoleh dengan menggunakan komputer pribadi perangkat lunak berbasis.Anatomi NormalSebagian besar omentum terdiri dari lapisan ganda peritoneum yang menggantung seperti apron dari kelengkungan yang lebih besar dari perut dan bagian proksimal duodenum, meliputi usus kecil. Bagian ini sering membentuk lemak vaskular terdiri dari empat lapisan apron (ligamentum gastrokolik), dengan jarak berdekatan dengan kantung kecil (gambar 1),omentum besar memiliki mobilitas yang cukup besar dan bergerak di sekitar rongga peritoneum. Fungsinya sebagai fiksasi viseral dan berfungsi untuk melindungi dari kelainan dan membatasi penyebarannya. Namun juga merupakan lokasi yang sering meyebabkan intraperitoneal neoplastik dan menular karena proses tempat bermuara cairan peritoneal.Sebagian besar omentum terdiri dari jaringan lemak, dengan beberapa gastroepiploic vessels. Pada CT, tampak sebagai lemak jaringan dengan lebar variabel, tepat dibawah anterior dinding perut dan anterior ke perut, usus besar melintang, dan usus kecil, asites (cairan) antara omentum mayor dan berdekatan jaringan lunak membuat omentum muncul sebagai lapisan lemak yang biasa, dan jaringan lunak menyimpan di omentum dapat membuat tampak kabur (amorf) atau nodular atau tampak masslike di CT .Omentum kecil merupakan kombinasi ligamen gastrohepatic dan hepatoduodenal, menghubungkan kurvatur minor lambung dan duodenum proksimal dengan hepar dan mencangkup lebih rendah kantung anterior (gambar 1) ligamentum gastrohepatic berisi lambung kiri, ligamen hepatoduodenal tepi menebal omentum minor, mengandung vena porta, arteri hepatic, saluran empedu ektrahepatic, dan kelompok nodul hepar.Sebagai hasil dari rotasi dan pertumbuhan perut selama perkembangan janin, omentum kecil adalah ruang peritoneal unik yang memanjang dibelakang perut, anterior pankreas. Superior omentum kecil mengelilingi lobus kaudatus hepar, dan berhubungan dengan peritoneal yang rongga melalui foramen Winslow (gambar 1). Sebagai pusat perut dan omentum mayor memanjang, omentum kecil juga memperluas dan memperoleh reses rendah antara lapisan dari omentum yang lebih besar. Kemudian, reses rendah hampir menghilang sebagai lapisan besar omentum. Ligamentum gastrohepatic adalah diidentifikasi di CT sebagai segitiga mengandung lemak daerah antara perut dan hepar, lebih rendah sac yang runtuh pada waktu normal, sehingga hanya bagian dari batas-batasnya, seperti dinding lambung posterior dan pankreas yang diamati pada CT.

Gambar 2. Carcinomatosis peritoneal pada seorang pria 22 tahun dengan nyeri epigastrium. CT scan menunjukan jumlah besar asites, difus infiltrasi omentum nodular (kue omentum), dan abnormal penebalan dinding lambung (panah B) temuan yang kompatibel dengan carsinomatosis di perut.Kelainan yang terjadi pada omentum besar Dengan penampilan CT adalah sebagai berikut;a) Multifokal lesi infiltratif tidak jelas, termasuk peritoneal carsinomatosis, peritoneal tuberkulosa, mesothelioma peritoneal ganas, pseudomyxoma peritonei, lymphomatosis, dan kondisi sirosis dan hipertensi portal.b) Lesi massa berbentuk padat atau kistik primer dan skunder neoplasma dan proses infeksi.c) Kondisi lainnya yang termasuk infark omentum, granuloma benda asing, hematoma, dan hernia.Multifokal, III-defined,infiltrasi lesiKetika ada infiltrasi difus dari peritoneum, omentum, atau mesenterium di CT, berbagai kondisi termasuk edema infiltrat dari sirosis hati, tumor peritoneal menyebar, dan infeksi peritonitis harus diperhatikan. Antara tumor peritoneal akan menyebar seperti carsinomatosis peritoneal, mesothelioma ganas, atau lymphomatosis, dan tuberkulosis peritonitis sulit karena tidak spesifik gejala dan gambar fiturnya tumpang tindih. Pada CT kelainan omentum, seperti tampak lemak, infiltrasi nodular, massa besar, atau caking omentum, tidak berbeda nyata dalam penyakit ini.

Gambar 3. Carsinomatosis peritoneal . Pada wanita 30th dengan melanoma maligna. CT scan menunjukan hematogen penyebaran nodul ganas di ruang peritoneal termasuk omentum, retroperitoneal, dan lapisan lemak subkutan perut.Sirosis hati dengan hipertensi portal adalah salah satu penyebab paling umum dari omentum difus lesi infiltratif. Pasien dengan sirosis sering disertai dengan mesenterika, omentum, atau retroperitoneal edema diidentifikasi di CT radiologis yang fitur edema omentum bervariasi dari sedikit kabut infiltratif dengan adanya lesi massa dengan ukuran discret dan mirip dengan kondisi lain omenyum patologis. Tumor metastatik peritoneal paling sering berasal dari ovarium, perut, pankreas, usus besar, rahim, dan kandung kemih, metastasis hematogen dari melanoma ganas, serta payudara dan karsinoma paru, secara umum pasien dengan carsinomatosis peritoneal dengan menunjukkan asites, penebalan peritoneal, bibit nodul, dan infiltrasi omentum (gambar 2,3). Akan tetapi temuan ini tidak spesifik untuk carsinomatosis peritoneal dan dapat dilihat dengan cara lain yang benih peritoneum, termasuk mesothelioma, TBC, dan lymphomatosis. Oleh karena itu, radiologis harus berusaha untuk mencari tumor primer, terutama di gastrointestinal dan saluran urogenital. Meskipun caking omentum umumnya terlihat pada pasien dengan peritoneal carsinomatosis, tidak diagnostik untuk penyakit ini. Terjadi penebalan kontur luar omentum.

Gambar 4. Tuberkulosis peritonitis pada pasien wanita 38th dengan distensi adomen selama 1 minggu. CT scan menunjukkan sejumlah besar asites dengan penebalan peritoneal dan menyebar infiltrasi omentum tanpa limfadenopati. Awal kesan itu carsinomatosis. Gejala utama keganasan tidak jelas, diagnosis bandingnya peritonitis tuberkulosa, khususnya didaerah endemik. Diagnosis akhirnya adalah peritonitis tuberkulosis.Peritonitis TB disebabkan oleh hematogen penyebaran TB paru atau pecahnya nodul mesenterika. CT scan pendukung menegakan diagnosis peritonitis tuberkulosa dengan tanda-tanda sebagai berikut ; dengan penebalan hilus peritoneum yang minimal, mesenterika dengan ukuran makro nodul (5mm), lapisan omentum tipis (dinding fibrosa yang menutupi omentum), adenopati mesenterika dengan nekrosis caseous, dan klasifikasi (gambar 4). Jenis fibrosis dari tuberkulosis peritonitis, meskipun gejala umum yang ditandai dengan asites loculated, massa di omentum mayor, dan pemisahan atau fiksasi saluran usus.

Gambar 5. Mesothelioma peritoneal ganas pada pria usis 47th dengan dypsneu selama 1 bln. CT scan menunjukan difus, massa diomentum yang lebih besar, asites masif, dan penebalan peritoneal. Mesothelioma ganas dengan pleura analisis biopsi dan sitologi cairan peritoneal.Mesothelioma peritoneal ganas adalah kasus yang langka dengan peringkat 12%-33% dari semua mesotelioma. Mesothelioma periotoneal ganas mungkin memiliki penampilan variabel pada CT. Hal ini umumnya terkait dengan asites, tidak teratur atau terjadi penebalan nodular peritoneal stellata pola mesenterium, penebalan dinding usus dan keterkaitan omentum mulai dari lemak halus yang masuk dengan tampak kotor ke omentum discreate nodul atau caking omentum (gambar 5). Kadang-kadang bermanisfestasi sebagai massa berukuran besar di perut bagian atas dengan asites minimal dan bentuk nodula tersebar di peritoneum.

Gambar 6. Peritonei pseudomyxoma pada seorang pria 47th dengan ketidaknyamanan perut. a) axial, dan b) coronal. CT scan menunjukkan beberapa nodul rendah terendam dan massa dalam omentum dan rongga peritoneum. Klasifikasi lengkungan atau berkas dari nodul ; scalloping hati, limpa, dan perut dan adhesi usus kecil dari infiltrasi mesenterika. Pseudomyxoma peritonei terbukti dengan tindakan biapsi peritoneoscopic.Pseudomyxoma peritonei ditandai dengan akumulasi bertahap dari volume besar mucinous asites, yang timbul dari tumor jinak atau ganas mucin memproduksi tumor dari usus buntu, ovarium, pankreas, perut, colorectum atau urachus. Pada CT scan pseudomyxoma peritonei muncul sebagai rendaman rendah, sering lokasi pengumpulan cairan dalam rongga peritoneal, omentum, dan mesenterikum. Scalloping permukaan viseral, terutama hati adalah karakteristik diagnostik yang membedakan mucinous dari asites serosa di gambar CT (gambar 6).

Gambar 7. Lymphomatosis peritoneal pada pasien pria 71th dengan distensi abdomen selama 15 hari. CT scan menunjukkan asites dalam rongga panggul dan tak terhitung persebaran nodul dalam rongga peritoneum dan omentum (panah putih). Beberapa kelenjar getah bening membesar dengan konglomerasi (panah hitam) terlihat di retroperitoneal yang terpisah. Biapsi lambung Endoskopi menunjukkan Limfoma sel B, sehingga menggambarkan diagnosis lyphomatosis.Lymphomatosis peritoneal dapat disembuhkan tanpa operasi, seperti penyakit ganas peritoneal lainnya. Diagnosis lymphomatosisi peritoneal dengan CT scan sangat sulit, karena gambaran hampir sama dengan peritoneal carsinomatosis dan peritonitis TB. Namun, asites tanpa loculation atau septations dan distribusi difus getah bening nodul membesar sebagai prognosis buruk. Retroperitoneal dan limfadenopati mesenterika adalah dibuktikan dengan perbesaran kelenjar getah bening yang muncul sebagai perlemahan homogen atau pusat atenuasi dengan plek peningkatan perifer (gambar 7). Temuan CT scan melibatkan omentum yang termasuk omentum smudging dan caking omentum dari pada pola nodular diskrit.Lesi padat atau massa kistikPembentukan neoplasma skunder yang berkaitan dengan omentum besar jauh lebih banyak daripada tumor primer. Telah terbukti banyak neoplasma yang berkaitan dengan omentum besar dengan penyebaran langsung, bibit peritoneal atau hematologi spread (gambar 8). Metastasis tumor peritoneal paling sering berasal dari karsinoma ovarium, perut, pankreas, dan usus (gambar 9). Pada umumnya neoplasma omentum jarang terjadi dan termasuk mesotelioma, hemangiopericytoma, stroma tumor, leiomioma, lipoma, neurofibroma, fibroma, leiomyosarcoma, liposarcoma, dan fibrosarcoma. Dengan CT tumor omentum primer tampak lebih spesifik. Tumor jinak biasanya berbatas tegas di lokasi omentum. Tumor ganas sering memiliki ukuran tidak jelas dan menyerang ke bagian sekitarnya. Tumor ganas dan jinak dapat muncul kompleks, dengan kistik dan unsur padat. Beberapa lesi kistik mungkin yang terkait dengan omentum besar, termasuk lymphangioma kistik, enterik duplikasi kista, kista enterik, kista mesothelia, dan pseudokista nonpancreatic. Lymphangioma perut ditandai dengan massa berisi cairan tunggal atau multilokasi dengan dinding tipis dan kadang-kadang dengan septum (gambar 10).

Gambar 8. Neoplasma skunder dari omentum mayor, pada pasien wanita 80th dengan dispepsia. CT scan menunjukkan massa lobus besar (panah) yang terdapat pada kuadran atas abdomen. Massa tumor exophytic merupakan dari lengkungan yang lebih besar perut, yang menemukan sugestif dari lambung exophyrtic carsinoma.

Gambar 9. Tumor metastatik peritonela pada pasien wanita tua usia 73thn dengan massa perut teraba dirasakan sejak 2 bulan. CT scan menunjukkan lobulated besar,massa di mid abdomen heterogen, inferolateral keperut. Peritoneum menebal (panah) yang berdekatan dengan massa adalah sugestif dari lesi ganas. Metastasis carsinoma disarankan untuk di eksisi bedah. Pasien memiliki riwayat kanker ovarium.

Gambar 10. Limphangioma pada perut wanita usia 38thn dengan ulkus lambung yang merupakan temuan insidental di CT. a) axsial unenhanced, b) coronal dengan kontras. CT scan ini menunjukkan massa kistik lobulated di omentum yang terletak lebih rendah daripada antrum lambung. Massa kemungkinan besar lymphangioma cystic.Infeksi yang tidak biasa seperti actinomycosis atau paragonimiasis dapat bermanisfestasi sebagai lesi padat atau kistik di omentum besar. Actinomycosisi memiliki distribusi diseluruh dunia diperkotaan dan daerah pedesaan dan biasanya melibatkan cervicofacial, dada, dan daerah abdominopelvic. Memiliki sifat infiltratif dan kecenderungan menyerang anatomis normal. Actinomycosis perut bermanifestasi sebagai massa yang padat dengan lokasi yang menurun atau massa sebagian besar dengan bentuk cystic tidak teratur menebal, dinding heterogen yang meninggi pada CT scan. Neoplasma dan penyakit inflamasi lainnya, terutama tuberkulosis, gejala yang mungkin membingungkan dengan actinomycosis. Gejala utama paragonimiasis adalah infeksi paru, tetapi organ lain mungkin mengalami kerusakan. Gambaran CT umumnya yang termasuk paragonimiasis perut, dengan klasifikasi padat, nodul kecil yang tersebar di rongga peritoneum (gambar 11). Keterkaitan omentum dengan paragonimiasis mungkin tidak signifikan secara klinis, tetapi gambaran CT ini penting dalam menegakkan diagnosis dini dan menghindari operasi yang tidak perlu.

Gambar 11. Paragonimiasis perut pada seorang pria 49thn dengan ditemukan lesi hepatik selama laparaskopi kolesistektomi. a) CT scan menunjukkan lesi multilokular di lobus kanan hati. b) CT scan yang menunjukkan lesi kistik multifokal tidak jelas dan beberapa nodul (panah) dalam omentum disebelah kanan perut. penampakan ini sugestif abses parasit multilobulate di hepar dengan penyemaian peritoneal dari granuloma parasit.

Gambar 12. Infark omentum pada seorang pria usia 47 th dengan gejala sakit perut. a) axial b) sagital. CT scan menunjukkan lokasi infiltrasi lemak dan kemacetan dengan massa skunder di sebelah kanan, aspek yang lebih rendah dari perut anterior. Gambaran ini kemungkinan besar menunjukkan infak omentum. Infak omentum biasanya tidak menyebabkan lesi miscellaneous yang akut. Primer tidak diketahui penyebabnya. Hernia penyebab pada torsi skunder, peradangan, laparotomi, atau tumor. Diagnosis preoperatif sangat sulit, karena omentum secara umum dan gejala klinis biasanya tidak spesifik, sehingga menyerupai apendisitis akut atau kolesistitis. Temuan CT berkisar dari halus, fokus, kabur infiltrasi jaringan lunak dari omentum ke tempat lebih luas, masslike penuh dan dapat menyerupai infiltrasi patologis. Jaringan lemak berputar disekitar pembuluh darah yang struktur temuannya khusus untuk omentum torsi (gambar 12).Sebagian besar omentum lebih sering dengan trauma luka tembus dibandingkan dengan cedera tumpul. Cedera omentum yang menyebabkan pembuluh darah omentum infark. Granuloma benda asing dari laparotomi dapat bermanisfestasi sebagai akut. Gejala yang nonspesifik biasanya merupakan aseptik . proses yang menciptakan adhesi dan kapsul tebal sekitar spons (gambar 13). Jika respon eksudatif terjadi, dapat menyebabkan komplikasi fistula atau pembentukan abses. Ciri khas spons dengan pola gelembung gas yang tampak menjadi sebagai tanda karakteristik untuk pembedahan spons.

Gambar 13. Granuloma benda asing pada wanita usia 39 thn dengan massa teraba selama 10 tahun dan perut sakit selama 1 minggu. Gambaran CT scan menunjukkan besar, kecil, baik batas massa dengan kalsifikasi padat di midabdomen anterior, penampilan sugestif dari granuloma benda asing atau mengorganisir hematoma. Setelah injeksi kontras, massa menunjukkan tidak ada tambahan. Kasus granuloma benda asing ditemukan kasa pada saat pembedahan. Pasien memiliki riwayat operasi sebelumnya.Hernia ventral dibagi berdasarkan, penyebab herniasi, dalam kategori sebagai berikut; Epigastrium, umbilical, subumbilical, spigelian, hernia insisional, dan parastomal. Secara umum hernia ventral mengandung lemak didaerah properitoneal, omentum, struktur pembuluh darah, dan kadang-kadang usus. Hernia kantung subkutan mungkin susah dibedakan dengan lipoma dari dinding perut. CT scan menunjukkan situs anatomiyang tepat dan konten kantung hernia, serta karakteristik manset hernia dan sekitar dindingnya (gambar 14). CT digunakan untuk memastikan diagnosis klinis dan untuk identifikasi komplikasi.

Gambar 14. Ventral hernia pada wanita 66 thn dengan massa teraba diperut. CT scan sagital menunjukkan herniasi lemak omentum melalui defek (panah) didinding perut anterior. Lesi tidak jelas dengan peningkatan atenuasi (panah) dilemak omentum berdekatan dengan dinding perut adalahcacat sugestif omentum infark lemak sekunder vaskuler.Bochdalek hernia (hernia posterolateral) yang paling umum hernia diafragma kongenital dan sering terjadi disisi kiri. Organ yang mungkin mengalami hernia termasuk lemak omentum, lambung, limpa, dan lobus kiri hati. gejala pasien karena hipoplasia paru biasanya saat lahir. Sedikit kasus pasien yang dilaporkan telah diidentifikasi yang asimtomatik sampai dewasa. Morgagni hernia ( hernia retrosternal) adalah jenis yang langka terjadi hernia didifragma dan biasanya terletak disisi kanan, sedikit posterior prosesus xiphoid (gambar 15). Morgagni hernia pada anak-anak biasanya tidak bergejala dan ditemukan secara kebetulan. Trauma hernia diafragma biasanya dihasilkan dari trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas atau jatuh) serta cidera tembus atau penyebab introgenik. Diafragma kiri sering terkena. Iantrogenik hernia diafragma biasanya berkembang dari operasi thoracoabdominal, seperti esofagogastrik operasi kanker kerongkongan. Lubang hernia organ dipertahankan, dan komplikasi jelas dalam banyak kasus, terutama pada multidetector CT dengan sagital dan koronal. Gambar 15. Morgagni hernia pada wanita usia 70th dengan kelainan pada radiografi dada. a) axial, b) coronal, c)sagital. CT scan menunjukkan perpindahan keatas dari usus besar melintang dan lemak omentum (panah di b dan c) dalam cardiophernic anterior daerah kanan, penampilan sugestif dari hernia morgagni.Kelainan yang terjadi di omentum kecilKelainan yang terjadi pada omentum minor meliputi; a) pengumpulan cairan dari asites transudat, eksudat inflamasi, empedu, atau darah. b) lesi massa padat atau kistik termasuk proses inflamasi dan primer atau neoplasma skunder, c) hernia internal. Cairan yang terdapat di omentum kecil, dalam keadaan normal omentum kecil kosong dan collapsed. Hanya bagian-bagian tertentu yang berbatas, seperti dinding lambung posterior dan tubuh pankreas, yang diamati pada CT. Penumpukan cairan dalam kantung kecil termasuk asites, eksudat, empedu, dan darah. Jenis cairan yang paling umum terdapat didalam omentum kecil adalah asites transudat pada pasien dengan kegagalan hepar atau gagal ginjal. Namun, asites pada omentum kecil yang tidak biasa. Sejumlah besar asites dalam rongga peritoneum mengalir kekantung omentum kecil melalui foramen epiploika dari pada melalui kantung omentum minor langsung. Penumpukan cairan yang terjadi dalam kantung omentum kecil harus diperhatikan komplikasi setelah pasca operasi, operasi lambung atau hepatobilier atau inflamasi eksudat dari pankreatitis, kolesistitis, atau perforasi lambung (gambar 16).

Gambar 16. Cairan ada dalam omentum minor pada seorang pria 36th, 2 hari yang lalu setelah subtotal gastrektomi dengan gastrojejunostomy pada kanker perut. a) axial b) coronal. CT scan menunjukkan adanya meglumine diatrizole. Ditemukannya kebocoran (panah putih di B) anastomosis dari gastrojejunostomy tersebut, kebocoran tersebut digambarkan setelah mengalami 2 hari lalu. Infiltrat inflamasi pada omentum kecil biasanya pankreasitis akut skunder (gambar 17). Karena pankreas tidak memiliki welldefined kapsul fibrosa, proses inflamasi dapat menyebar kedalam jaringan yang berdekatan melalui lapisan tipis jaringan ikat disekitarnya. Cairan inflamasi awalnya menumpuk di omentum kecil. Tukak lambung, abses perinefrik kiri, atau jarang terjadi inflamasi di panggul (misalnya, usus buntu atau diverticulitis) dapat menyebabkan eksudat dalam omentum kecil. Penumpukan diempedu disebabkan oleh operasi saluran empedu atau luka perut menembus dengan penampang melintang dari saluran empedu. Penyebab kecil dari hematoma kantung karna cedera traumatis hati dan limpa, perdarahan pankreatitis, atau perdarahan dari neoplasma seperti hepatoseluler carsinoma (gambar 18).

Gambar 17. Inflamasi masuk dalam omentum kecil seorang pria 68 th dengan riwayat penggunaan alkohol berat yang memiliki nyeri epigastrium selama 2 hari lalu. CT scan a) menunjukkan inflamasi lemak peripancreatic, b) penyebaran inflamasi eksudat omentum minor dan ruang retroperitoneal ditemukan pada pangkreatitis akut.

Gambar 18. Hematoma omentum kecil setelah 1 hari trauma tumpul diperut pada seorang pria 40th dengan nyeri perut akut. Kontras digunakan pada CT scan untuk menunjukkan hematoma akut didalam kantung kecil dan besar antara lambung dan pankreas. Laparotomi muncul dengan hematoma evakuasi. Discrete massa dalam omentum minor. Proses menempati ruang dalam resses superior kantung kecil termasuk pseudocysts pankreas atau abses, pembesaran kelenjar getah bening disepanjang lengkungan perut, dan neoplasma primer atau skunder. Pseudocysts pankreas ditandai dengan massa kistik unilocular dengan dinding halus dan tipis, hampir selalu terjadi setelah pankreatitis (gambar 19). Pembesaran kelenjar getah bening didaerah ini umumnya disebabkan kanker lambung atau esofagus atau tuberkulosis (gambar 20).Neoplasma skunder lebih banyak dari pada neoplasma primer. Neoplasma menyerang lebih sedikit pada omentum, biasanya berasal dari organ yang berdekatan seperti perut, hati, atau pankreas (gambar 21). Neoplasma primer dari omentum minor jarang dan termasuk tumor jinak (lyphangioma, tumor neurogenik, teratoma) dan ganas neoplasma. Meskipun hampir semua tumor ini memiliki variasi dan nonspesifik. Fitur CT berbentuk nyata dengan karakteristik. Sebagi contoh, lymphagioma muncul sebagai massa yang ada dalam multiloculated dengan dinding tipis halus pada CT scan (gambar 22).

Gambar 19. Pseudocysts pankreas pada seorang pria 31 th yang telah pankreatitis akut 3 minggu sebelumnya. a) axial, b) CT scan menunjukkan beberapa lesi kistik pada omentum kecil (panah) dan ruang subphrenic kiri, gambaran pseudocysts pankreas.

Gambar 20. Kelenjar getah bening metastase. Pada wanita 46th dengan gejala tumor membesar. CT scan menunjukkan lesi nodular kecil (panah) di omentum kecil. Kesan radiologis adalah metastasis limfadenopati. Kanker lambung dapat dideteksi dini dengan endoskopi, dan getah bening perigastric sampai metastase dikompirmasi operasi.

Gambar 21. Tumor Gastointestinal stroma. Wanita 43th dengan ketidaknyamanan perut selama 2 bulan. CT scan menunjukkan batas heterogen massa antara lobus kiri hati, perut, dan pankreas. Diagnosisnya neoplasma hati exophytic, tumor submukosa lambung, dan neoplasma primer dari omentum minor. Pada operasi, pasien ditemukan memiliki tumor stroma gastrointestinal yang berasal dari perut.

Gambar 22. Cystic lymphangioma pada wanita 48 tahun dengan ketidaknyamanan perut. a) Axial dan b)coronal . CT scan menunjukkan massa kistik multiloculated besar dalam kantung kecil. Attenuation lesi adalah sekitar 16 HU (14-40 HU) di scan unenhanced. Diagnosis lymphangioma cystic dikonfirmasi dieksisi bedahHernia internal ke omentum kecil.Hernia omentum kecil terjadi hanya sekitar 1%-4% dari semua hernia internal. Organ yang mengalami hernia yaitu usus halus, sekum, kolon proksimal, omentum, dan kantung empedu. Pintu masuk hernia kedalam omentum kecil biasanya melalui foramen winslow, dan tidak biasa melalui mesokolon melintang atau transomental. Hernia omentum kecil bermanifestasi pada CT sebagai cluster gas/buncit atau lilitan usus cairan berada antara hati, perut, pankreas. Perubahan kemampuan usus dan pembuluh darah memancarkan tanda di mesenterium tonjolan lilitan usus di seluruh saluran cerna atau ligamen gastrokolik sangat membantu dalam mendiagnosis hernia omentum kecil.Kesimpulan. Kondisi yang menyangkut omentum besar dan kecil yang menular, inflamasi, neoplastik, pembuluh darah, dan proses traumatis. Diagnosa patologis omentum sulit karena tidak spesifik dan klinis tumpang tindih pada gambar. Hubungan dengan CT yang terkait tentang omentum, CT scan temuan diperut, dan informasi klinis sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan pengobatan. Beberapa penyakit, seperti infark lemak omentum, herniaai omentum, atau perdarahan, dapat secara akurat didiagnosis hanya berdasarkan gambar CT. multidetector CT dengan koronal dan bentuk sagital akan menjelaskan gambar anatomi omentum dan mendeteksi kondisi patologis secara umum. Pengetahuan tentang anatomi omentum, spektrum penyakit yang terkait omentum besar dan omentum kecil, dan karakteristik gambaran CT scan dari masing-masing penyakit sangat penting untuk diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat.Referensi.1. Moore KL. The developing human: clinically oriented embryology. 3rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders, 1982; 227229.2. Sompayrac SW, Mindelzun RE, Silverman PM, Sze R. The greater omentum. AJR Am J Roentgenol 1997;168:683687.3. Raptopoulos V, Gourtsoyiannis N. Peritoneal carcinomatosis. Eur Radiol 2001;11:21952206.4. Jeffrey RB, Federle MP, Goodman PC. Computed tomography of the lesser peritoneal sac.Radiology 1981;141:117122.5. Healy JC, Reznek RH. The peritoneum, mesenteries and omenta: normal anatomy and pathological processes. Eur Radiol 1998;8:886900.6. Zhao Z, Liu S, Li Z, et al. Sectional anatomy of the peritoneal reflections of the upper abdomen in the coronal plane. J Comput Assist Tomogr 2005;29:430437.7. Dodds WJ, Foley WD, Lawson TL, Stewart ET, Taylor A. Anatomy and imaging of the lesser peritoneal sac. AJR Am J Roentgenol 1985;144:567575.8. DeMeo JH, Fulcher AS, Austin RF Jr. Anatomic CT demonstration of the peritoneal spaces, ligaments,and mesenteries: normal and pathologic processes. RadioGraphics 1995;15:755770.9. Hamrick-Turner JE, Chiechi MV, Abbitt PL, Ros PR. Neoplastic and inflammatory processes of the peritoneum, omentum, and mesentery: diagnosis with CT. RadioGraphics 1992;12:10511068.10. Chopra S, Dodd GD 3rd, Chintapalli KN, Esola CC, Ghiatas AA. Mesenteric, omental, and retroperitoneal edema in cirrhosis: frequency and spectrum of CT findings. Radiology 1999;211:737-742.11. Ha HK, Jung JI, Lee MS, et al. CT differentiation of tuberculous peritonitis and peritoneal carcinomatosis. AJR Am J Roentgenol 1996;167:743 748.12. Jadvar H, Mindelzun RE, Olcott EW, Levitt DB. Still the great mimicker: abdominal tuberculosis. AJR Am J Roentgenol 1997;168:14551460.13. Kebapci M, Vardareli E, Adapinar B, Acikalin M. CT findings and serum CA 125 levels in malignant peritoneal mesothelioma: report of 11 new cases and review of the literature.Eur Radiol 2003;13:26202626.14. Sulkin TV, ONeill H, Amin AI, Moran B. CT in pseudomyxoma peritonei: a review of17 cases. Clin Radiol 2002;57:608613.15. Walensky RP, Venbrux AC, Prescott CA, Osterman FA Jr. Pseudomyxoma peritonei. AJR Am J Roentgenol 1996;167:471474.16. Kim Y, Cho O, Song S, Lee H, Rhim H, Koh B. Peritoneal lymphomatosis: CT findings. Abdom Imaging 1998;23:8790.17. Ros PR, Olmsted WW, Moser RP Jr, Dachman AH, Hjermstad BH, Sobin LH. Mesenteric and omental cysts: histologic classification with imaging correlation. Radiology 1987;164:327332.18. Mar CR, Pushpanathan C, Price D, Cramer B. Omental lymphangioma with small-bowel volvulus. RadioGraphics 2003;23:847851.19. Ha HK, Lee HJ, Kim H, et al. Abdominal actinomycosis: CT findings in 10 patients. AJR Am J Roentgenol 1993;161:791794.20. Jeong WK, Kim Y, Kim YS, et al. Heterotopic paragonimiasis in the omentum. J Comput Assist Tomogr 2002;26:10191021.21. Maeda T, Mori H, Cyujo M, Kikuchi N, Hori Y, Takaki H. CT and MR findings of torsion of greater omentum: a case report. Abdom Imaging 1997;22:4546.22. Paroz A, Halkic N, Pezzetta E, Martinet O. Idiopathicsegmental infarction of the greater omentum: a rare cause of acute abdomen. J Gastrointest Surg 2003;7:805808.23. Kopka L, Fischer U, Gross AJ, Funke M, Oestmann JW, Grabbe E. CT of retained surgical sponges (textilomas): pitfalls in detection and evaluation. J Comput Assist Tomogr 1996;20: 919923.24. Rajput A, Loud PA, Gibbs JF, Kraybill WG. Diagnostic challenges in patients with tumors: case 1gossypiboma (foreign body) manifesting 30 years after laparotomy. J Clin Oncol 2003;21: 37003701.25. Ianora AA, Midiri M, Vinci R, Rotondo A, Angelelli G. Abdominal wall hernias: imaging with spiral CT. Eur Radiol 2000;10:914919.26. Eren S, Ciris F. Diaphragmatic hernia: diagnostic approaches with review of the literature. Eur J Radiol 2005;54:448459.27. Mueller PR, Ferrucci JT Jr, Simeone JF, et al. Lesser sac abscesses and fluid collections: drainage by transhepatic approach. Radiology 1985;155: 615618.28. King LR, Siegel MJ, Balfe DM. Acute pancreatitis in children: CT findings of intra- and extrapancreatic fluid collections. Radiology 1995;195:196 200.29. Coulier B, Van Hoof M. Intraperitoneal fat focal infarction of the lesser omentum: case report. Abdom Imaging 2004;29:498501.17