23
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) VARIETAS PANDERMAN MELALUI DOSIS DAN WAKTU PEMBERIAN KALIUM Agung Nugroho *) , Mochammad Dewani *) , dan Aries Firmansyah **) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ABSTRACT The objective of this research are to study the effect of fertilizing dosage and time of Potassium to growth and yield of soybean Panderman variety, to determine the appropriate dosage of Potassium so that the optimum growth and yield of soybean can be raised, to determine the appropriate application time of Potassium to produce the optimum growth and yield of soybean. The research was be done from February-May 2007 in Singosari District, Malang. The research method use Randomized Factorial Block Design by using the dosage of KCl fertilizer as the 1 st factor, and the fertilizing time of KCl as the 2 nd factor. The 1 st factor is the dosage of KCl fertilizer, which consists of 3 levels: 60 kg. ha -1 , 75 kg. ha -1 and 90 kg. ha -1 . The 2 nd factor is the fertilizing time of KCl, which consists of 3 levels: at the time of planting, at the time of planting and 7 th day after planting and at the time of planting, 7 th day after planting and 21 st day after planting. The treatments remain with 3 replications, gained 9 treatment combinations and 27 treatment beds. The data of the research was be analyzed by the F test 5 % at significant level, then it was be continued with the BNT test in 5 % at significant level if there is any interaction between each treatment. The result of this research are The treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha -1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7 th day after planting and 21 st day after planting gained the highest of growth and yield component, treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha -1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7 th day after planting and 21 st day after planting gained the highest yield (ton.ha -1 ) as much as 2,6 ton. ha -1 and than 1

jurnal lada

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal lada

Citation preview

Page 1: jurnal lada

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) VARIETAS

PANDERMAN MELALUI DOSIS DAN WAKTU PEMBERIAN KALIUM

Agung Nugroho*), Mochammad Dewani*), dan Aries Firmansyah**)

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The objective of this research are to study the effect of fertilizing dosage and time of Potassium to growth and yield of soybean Panderman variety, to determine the appropriate dosage of Potassium so that the optimum growth and yield of soybean can be raised, to determine the appropriate application time of Potassium to produce the optimum growth and yield of soybean. The research was be done from February-May 2007 in Singosari District, Malang. The research method use Randomized Factorial Block Design by using the dosage of KCl fertilizer as the 1st factor, and the fertilizing time of KCl as the 2nd factor. The 1st factor is the dosage of KCl fertilizer, which consists of 3 levels: 60 kg. ha-1, 75 kg. ha-1 and 90 kg. ha-1. The 2nd factor is the fertilizing time of KCl, which consists of 3 levels: at the time of planting, at the time of planting and 7th day after planting and at the time of planting, 7 th day after planting and 21st

day after planting. The treatments remain with 3 replications, gained 9 treatment combinations and 27 treatment beds. The data of the research was be analyzed by the F test 5 % at significant level, then it was be continued with the BNT test in 5 % at significant level if there is any interaction between each treatment.

The result of this research are The treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7 th day after planting and 21st day after planting gained the highest of growth and yield component, treatment of the dosage of KCl fertilizer with 90 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting gained the highest yield (ton.ha-1) as much as 2,6 ton. ha-1 and than Treatment of the dosage of KCl fertilizer with 75 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th

day after planting and 21st day after planting as much as 2,1 ton. ha-1 and Treatment of the dosage of KCl fertilizer with 60 kg. ha-1 and the fertilizing time of KCl at the time of planting, 7th day after planting and 21st day after planting as much as 1,9 ton. ha-

1.

Key Word : Soybean Panderman variety, Potassium (KCl)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk kalium pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman, menentukan dosis pemberian pupuk kalium yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang optimum dan menentukan waktu aplikasi pemberian pupuk kalium yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang optimum. Penelitian telah dilaksanakan di Balai Benih Induk Palawija (BBIP), Bedali-Singosari, Kabupaten Malang pada bulan Februari sampai Mei 2007. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun

1

Page 2: jurnal lada

secara faktorial dan terdiri dari dua faktor yang diulang sebanyak tiga kali. Faktor 1 ialah dosis pupuk KCl yang terdiri dari tiga level, yaitu Pupuk KCl dengan dosis 60 kg. ha -1, 75 kg. ha-1 dan 90 kg. ha-1. Faktor 2 ialah waktu pemberian pupuk KCl, yaitu pada saat tanam, pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst dan pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst. Data dari penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan, apabila hasil yang diperoleh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman, begitu juga untuk perlakuan pemberian dosis pupuk kalium sebanyak 90 kg. ha-1 secara umum menghasilkan nilai tertinggi untuk setiap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Panderman. Diperoleh hasil bahwa perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam, pada saat umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst dengan dosis sebanyak 90 kg. ha-1 dapat meningkatkan hasil biji per tanaman sebesar 2,6 ton. ha-1 kemudian diikuti oleh perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam dan pada saat umur 7 hst dengan dosis sebanyak 75 kg. ha -1 yang menghasilkan hasil biji per tanaman sebesar 2,1 ton. ha -1 dan selanjutnya perlakuan waktu pemberian pupuk kalium pada saat tanam dengan dosis sebanyak 60 kg. ha -1 yang menghasilkan hasil biji per tanaman sebesar 1,9 ton. ha-1.

Kata kunci : Tanaman kedelai varietas Panderman, pupuk kalium (KCl)

*) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw, Malang**) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw, Malang

PENDAHULUAN

Tanaman kedelai ialah tanaman

multiguna karena bisa digunakan

sebagai pangan, pakan maupun bahan

baku berbagai industri manufaktur dan

olahan. Adanya upaya penghematan

devisa oleh negara menyebabkan

kedelai menjadi komoditas yang

penting. Kebutuhan kedelai di

Indonesia setiap tahun selalu meningkat

seiring dengan pertumbuhan penduduk

dan perbaikan pendapatan per kapita.

Namun perkembangan tanaman kedelai

selama 10 tahun terakhir menunjukkan

penurunan yang cukup besar, lebih dari

50 %, baik dalam luasan areal maupun

produksinya. Pada tahun 1995, luas

areal tanaman kedelai mencapai 1,4

juta ha, sedangkan pada tahun 2005,

luas areal hanya 500.000 ha. Total

produksi selama periode yang sama

menurun dari 1,9 juta ton menjadi

700.000 ton (Adisarwanto, 2005).

Ada dua masalah yang saling

terkait dan berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman kedelai, yaitu

faktor teknis dan sosial-ekonomi.

Faktor teknis yang berpengaruh

terhadap produktivitas tanaman

kedelai yaitu kualitas benih yang

ditanam, pemeliharaan tanaman yang

2

Page 3: jurnal lada

meliputi pemupukan dan pengairan

serta penanganan panen dan pasca

panen. Sedangkan faktor sosial-

ekonomi yang mempengaruhi

produktivitas tanaman kedelai

diantaranya adalah luas lahan,

pemilikan tanah dan modal.

Kalium ialah unsur penyusun

pupuk KCl yang dibutuhkan oleh

tanaman sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman,

terutama untuk tanaman palawija.

Peranan Kalium bagi tanaman antara

lain diperlukan untuk struktur sel,

asimilasi karbon, fotosintesis,

pembentukan pati, sintesa protein dan

translokasi gula dalam tubuh tanaman

(Soemarno, 1993). Sedangkan untuk

tanaman kedelai fungsi Kalium adalah

dapat menurunkan jumlah polong

hampa dan meningkatkan hasil tanaman

yang meliputi jumlah cabang, buku

subur dan jumlah polong bernas

(Hidayat, 1992). Pada dasarnya

pemberian pupuk KCl yang memiliki

unsur Kalium ini hanya diberikan satu

kali, yaitu pada saat tanam. Tetapi dari

beberapa penelitian hasil yang didapat

kurang menunjukkan respon positif dan

jarang sekali ada peningkatan hasil

yang nyata. Oleh karena itu dalam

penelitian kali ini perlunya berbagai

macam waktu dan dosis digunakan

sebagai pembanding apakah nantinya

benar-benar dapat berpengaruh nyata

dan menunjukkan peningkatan hasil

tanaman kedelai.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Balai

Benih Induk Palawija (BBIP), Bedali

– Singosari, Kabupaten Malang pada

bulan Februari sampai Mei 2007.

Alat yang digunakan meliputi

cangkul, sabit, alat tugal, meteran, tali

rafia, timbangan analitik, oven, Leaf

Area Meter (LAM). Sedangkan bahan

yang digunakan meliputi benih

kedelai varietas Panderman, pupuk

anorganik (50 kg Urea, 100 kg SP36

serta 60, 75 dan 90 kg KCl) dan untuk

mencegah serangan hama digunakan

Curacron dan Supracide.

Penelitian menggunakan

Rancangan Acak Kelompok yang

disusun secara faktorial dan terdiri

dari 2 faktor yang diulang sebanyak 3

kali.

Faktor I adalah dosis pupuk KCl, yang

terdiri dari 3 level, yaitu :

1) Pupuk KCl dengan dosis 60 kg.

ha-1

2) Pupuk KCl dengan dosis 75 kg.

ha-1

3

Page 4: jurnal lada

3) Pupuk KCl dengan dosis 90 kg. ha-1

Faktor II adalah waktu pemberian

pupuk KCl, yang terdiri dari 3 level,

yaitu :

1) Pada saat tanam

2) Pada saat tanam dan pada saat

umur 7 hst

3) Pada saat tanam, pada saat umur

7 hst dan pada saat umur 21 hst

Data dari penelitian dianalisis

dengan menggunakan analisis ragam

(uji F) dengan taraf 5 % untuk

mengetahui pengaruh perlakuan.

Apabila hasilnya nyata maka akan

dilanjutkan dengan uji beda nyata

terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %.

Pengamatan dilakukan dengan 2

cara, yaitu secara non destruktif dan

destruktif. Untuk pengamatan non

destruktif dilakukan dengan interval 14

hari sekali (2 minggu sekali) sampai

umur 12 minggu. Mengenai awal

pengamatan dilakukan setelah tanaman

berumur 2 minggu atau 14 hari.

Pengamatan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (non destruktif)

yang dilakukan pada penelitian ini

meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun

dan jumlah cabang produktif.

Sedangkan untuk pengamatan

destruktif meliputi: RGR (Relative

Growth Rate) atau Laju Pertumbuhan

Relatif, LAI (Leaf Area Index) atau

Indeks Luas Daun dan HI (Harvest

Index) atau Indeks Panen.

Pengamatan hasil, meliputi: Jumlah

polong per tanaman dengan

menghitung jumlah polong isi dan

jumlah polong hampa per tanaman,

Bobot polong per tanaman, dihitung

dengan cara menimbang semua

polong, Bobot biji per tanaman,

dihitung dengan cara menimbang biji

per tanaman dari tiap perlakuan,

Bobot 100 biji, dilakukan dengan

menimbang 100 biji yang diambil

secara acak dari tiap perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen pertumbuhan tanaman

kedelai

Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh hasil bahwa pada umumnya

tanaman kedelai yang diberi pupuk

Kalium pada saat tanam, pada saat

umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst

dengan dosis 90 kg. ha-1,

menghasilkan semua variabel

pengamatan yang paling tinggi,

meliputi ukuran sebagian jumlah

cabang produktif, laju pertumbuhan

relatif, indeks luas daun, indeks

panen, jumlah polong isi dan bobot

100 biji, kemudian diikuti oleh

4

Page 5: jurnal lada

tanaman yang diberi pupuk Kalium

pada saat tanam, pada saat umur 7 hst

dan pada saat umur 21 hst dengan dosis

75 kg. ha-1, dan hasil yang paling

rendah dihasilkan oleh tanaman yang

diberi pupuk Kalium pada saat tanam,

pada saat umur 7 hst dan pada saat

umur 21 hst dengan dosis 60 kg. ha-1.

Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara

berupa unsur Kalium di dalam tanah

sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

tanaman kedelai, khususnya untuk

kondisi lingkungan yang hanya terdapat

sedikit kandungan unsur Kalium di

dalam tanah. Jumlah takaran atau dosis

serta interval waktu pemberian pupuk

Kalium juga didasarkan atas kondisi

tanah serta kebutuhan tanaman pada

tiap-tiap fase pertumbuhan dan

perkembangan. Begitu juga untuk hasil

yang diperoleh dari perlakuan interval

waktu pemberian pupuk Kalium,

dimana pemberian pupuk Kalium yang

diberikan pada saat tanam, pada saat

umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst,

menghasilkan semua variabel

pengamatan yang paling tinggi,

meliputi ukuran sebagian jumlah

cabang produktif, laju pertumbuhan

relatif, indeks luas daun, indeks panen,

jumlah polong isi dan bobot 100 biji,

kemudian diikuti oleh tanaman yang

diberi pupuk Kalium pada saat tanam

dan pada saat umur 7 hst sedangkan

untuk hasil yang paling rendah

dihasilkan oleh tanaman yang diberi

pupuk Kalium pada saat tanam saja.

Diketahui bahwa tinggi

tanaman untuk semua perlakuan tidak

berbeda nyata, sehingga dapat

disimpulkan bahwa perlakuan waktu

pemberian pupuk Kalium dan dosis

pupuk Kalium seluruhnya tidak

mempengaruhi tinggi tanaman

kedelai. Selanjutnya untuk parameter

jumlah daun, secara umum tidak

dipengaruhi oleh perlakuan waktu

pemberian pupuk Kalium dan dosis

pupuk Kalium. Namun pada umur

pengamatan 28 hst dan 42, perlakuan

pemberian dosis pupuk Kalium

sebanyak 90 kg. ha-1 menunjukkan

perbedaan yang nyata dengan

perlakuan pemberian dosis pupuk

Kalium sebanyak 75 kg. ha-1 dan 60

kg. ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian dosis pupuk Kalium

sebesar 90 kg. ha-1 mempengaruhi

pertumbuhan tanaman kedelai pada

saat mencapai fase vegetatif, seperti

yang dijelaskan oleh Suyamto

(1999), bahwa fungsi Kalium

adalah untuk mengaktifkan kerja

beberapa enzim (seperti enzim

5

Page 6: jurnal lada

asetik thiokinase, aldolase, piruvat

kinase, sintesa tepung, glutamil

sintetase, suksinil Co-A dan ATP-

ase), sehingga memacu translokasi

karbohidrat dari akar tanaman ke

organ tanaman yang lain, sehingga

mempengaruhi pertumbuhan daun

tanaman juga menambah jumlah

daun dan luas daun tanaman. Dan

menurut penelitian Suyamto (1999),

bahwa dengan mengkombinasikan

antara air tersedia dan pupuk KCl

menghasilkan kenyataan bahwa pada

75 – 100 % kapasitas lapang dengan

takaran 90 kg KCl dapat meningkatkan

ketahanan terhadap hama dan penyakit

tanaman, memperbanyak jumlah daun,

memperlebar luas daun, meningkatkan

laju pertumbuhan tanaman dan

memperbanyak jumlah polong isi

beberapa varietas yang berbeda.

Diketahui bahwa jumlah cabang

produktif untuk semua perlakuan tidak

berbeda nyata, sehingga dapat

disimpulkan bahwa perlakuan waktu

pemberian pupuk Kalium dan dosis

pupuk Kalium seluruhnya tidak

mempengaruhi jumlah cabang

produktif. Namun terjadi perbedaan

yang nyata hanya pada umur

pengamatan 42 hst, yaitu perlakuan

waktu pemberian pupuk Kalium yang

diberikan pada saat tanam, pada saat

umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst

berbeda nyata dengan tanaman yang

diberi pupuk Kalium pada saat tanam

dan pada saat umur 7 hst dan waktu

pemberian pupuk Kalium pada saat

tanam saja. Hal ini terjadi karena

tanaman pada umur 42 hst

memerlukan tambahan pasokan

Kalium pada saat memasuki fase

generatif, seperti yang dijelaskan oleh

Soemarno (1993) bahwa, Tanaman

kedelai memerlukan sejumlah besar

unsur Kalium untuk perkembangan

cabang, yaitu pada saat menginjak

fase generatif pada umur 40 hst

sampai 50 hst dan selanjutnya cabang

produktif tidak akan berkembang

sampai umur tanaman mencapai masa

panen. Sedangkan untuk perlakuan

dosis pupuk Kalium secara umum

terjadi perbedaan yang nyata terhadap

jumlah cabang produktif, dikarenakan

pada umur 42 hst dimana tanaman

kedelai memasuki fase generatif,

dimana pasokan unsur hara sangat

diperlukan untuk pertumbuhan bagian

organ tanaman yaitu untuk memacu

pertumbuhan cabang yang selanjutnya

akan mengarah pada pertumbuhan

bunga. Terjadi Interaksi antara waktu

pemberian pupuk Kalium dengan

6

Page 7: jurnal lada

dosis pupuk Kalium (KCl) yang

diujikan pada pengamatan Laju

Pertumbuhan Relatif (LPR) pada

tanaman kedelai, dimana Interaksi

terjadi pada saat tanaman berumur 56

hst. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR)

merupakan parameter yang digunakan

untuk mengukur kecepatan laju

pertumbuhan tanaman secara individu.

Pada tabel 5. diketahui bahwa laju

pertumbuhan tanaman kedelai semakin

meningkat, terlihat pada saat

pengamatan umur 56 hst laju

pertumbuhan rata-rata tertinggi

mencapai 0,080 g. g-1. hr -1 pada saat

tanaman diberi Kalium pada saat

tanam, pada saat umur 7 hst dan pada

saat umur 21 hst dengan dosis pupuk

sebanyak 90 kg. ha-1, dan pada saat

pengamatan umur 56 hst laju

pertumbuhan rata-rata terendah hanya

mencapai 0,066 g. g-1. hr -1 yaitu pada

saat tanaman diberi Kalium pada saat

tanam saja dengan dosis pupuk

sebanyak 60 kg. ha-1. Hal ini dapat

terjadi karena kondisi tanaman pada

saat memasuki awal fase generatif

sangat memerlukan tambahan unsur-

unsur hara esensial diantaranya

Nitrogen, Phosphor dan Kalium. Dalam

hal ini Kalium berfungsi sebagai

pengaktif kerja beberapa enzim yang

terkandung dalam tubuh tanaman

untuk memacu translokasi

karbohidrat dari daun ke organ

tanaman yang lain. Sehingga

tanaman dapat mengkondisikan

tubuhnya untuk bisa berkembang.

Terjadi Interaksi antara waktu

pemberian pupuk Kalium dengan

dosis pupuk Kalium (KCl) yang

diujikan pada Indeks Luas Daun pada

tanaman kedelai. Peningkatan dosis

pupuk Kalium mulai dari 60 kg. ha-1,

75 kg. ha-1, 90 kg. ha-1 pada interval

waktu yang berbeda akan diikuti

dengan peningkatan luas daun. Hal

tersebut berkaitan dengan adanya

kation K+ pada sel-sel di dalam daun

mempengaruhi membuka dan

menutupnya stomata, sehingga

mengakibatkan proses fotosintesis

dapat berlangsung dan menghasilkan

fotosintat yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Fotosintat yang terbentuk

ditranslokasikan ke bagian-bagian

vegetatif tanaman yaitu untuk

pemeliharaan dan pembentukan

organ-organ baru, termasuk

didalamnya daun yang bertambah

lebar dan akan memperluas

permukaan untuk proses fotosintesis.

Dijelaskan pola oleh Wolf et al.,

7

Page 8: jurnal lada

(1976 dalam Gardner et al., 1991),

bahwa Kalium berperan penting dalam

fotosintesis karena secara tidak

langsung meningkatkan pertumbuhan

dan indeks luas daun, meningkatkan

asimilasi CO2 serta meningkatkan

translokasi hasil fotosintesis ke luar

daun. Peningkatan unsur Kalium

sampai batas tertentu akan

meningkatkan luas daun tanaman

kedelai. Pemupukan Kalium yang tepat

juga mampu meningkatkan luas daun

pada tanaman kedelai, sedangkan

besarnya ukuran luas daun sendiri ialah

proporsional dengan ketersediaan N

dan juga ketersediaan unsur P dan K.

Keberadaan unsur K ini mempengaruhi

suplai unsur hara lainnya terutama

unsur N. Serapan unsur N yang

meningkat oleh tanaman dapat

merangsang pertumbuhan vegetatif

tanaman termasuk luas daun dan daun

tanaman akan tampak lebih hijau

karena banyak mengandung butir hijau

daun yang penting dalam proses

fotosintesis yaitu kemampuan dalam

menyerap energi sinar matahari.

Komponen hasil tanaman kedelai

Dari hasil penelitian, Indeks

Panen (IP) yang dihasilkan tidak

menunjukkan pengaruh dari adanya

perlakuan waktu pemberian pupuk

Kalium dan dosis pupuk Kalium.

Pengamatan untuk jumlah polong isi

per tanaman juga terjadi interaksi

karena adanya pengaruh dari perlakun

waktu pemberian pupuk Kalium dan

dosis pupuk Kalium, dimana polong

isi terbanyak mencapai 53 polong isi /

tanaman, yaitu pada perlakuan

pemberian pupuk Kalium pada saat

tanam, pada saat umur 7 hst dan pada

saat umur 21 hst dengan dosis pupuk

sebanyak 90 kg. ha-1 dan jumlah

polong isi paling sedikit mencapai

31,67 polong isi / tanaman, yaitu pada

perlakuan pemberian pupuk Kalium

pada saat tanam saja dengan dosis

pupuk sebanyak 60 kg. ha-1 , hal

tersebut menunjukkan bahwa

pemberian Kalium pada waktu yang

tepat dan dengan dosis yang tepat pula

berpengaruh secara langsung terhadap

translokasi hasil fotosintesis dari daun

menuju ke tenpat penyimpanan.

Pemberian Kalium juga berperan

sebagai katalisator dalam

pembentukan tepung, gula dan lemak

serta dapat meningkatkan kualitas

hasil yang berupa terbentuknya bunga

dan polong isi tanaman, seperti yang

dilaporkan oleh Setyamidjaya (1986).

Penambahan pupuk Kalium yang tepat

8

Page 9: jurnal lada

juga akan mempengaruhi penampakan

fisik polong yang besar dan bernas,

karena cadangan makanan yang

ditimbun semakin banyak, selain itu

unsur Kalium juga dapat membantu

meningkatkan serapan unsur lainnya

khususnya N dan P.

Interaksi yang nyata juga

terjadi pada pengamatan jumlah polong

hampa per tanaman, dan nyata

dipengaruhi oleh waktu pemberian

pupuk Kalium dan dosis pupuk Kalium.

Ternyata terjadi penurunan jumlah

polong hampa per tanaman, dimana

polong hampa paling sedikit terjadi

pada perlakuan pemberian pupuk

Kalium pada saat tanam, pada saat

umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst

dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg.

ha-1, yaitu 5,67 polong hampa per

tanaman dan berturut-turut hingga

jumlah polong hampa yang terbanyak

terjadi pada perlakuan pemberian

pupuk Kalium pada saat tanam saja

dengan dosis pupuk sebanyak 60 kg.

ha-1, dimana peningkatan polong hampa

tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya

cadangan unsur Kalium yang sedikit,

sehingga mengakibatkan rusaknya

sistem transportasi dan menurunkan

laju fotosintesis, akibatnya

penumpukan fotosintat dalam daun

akan sulit ditranslokasikan ke seluruh

organ tanaman dan menjadikan

lambatnya pertumbuhan polong

tanaman. Sebaliknya tanaman yang

yang pertumbuhannya baik akan

menghasilkan polong tanaman yang

bernas pula, karena cadangan

makanan yang ditimbun semakin

banyak. Hal tersebut menunjukkan

bahwa waktu pemberian unsur Kalium

yang tepat berpengaruh secara

langsung terhadap translokasi hasil

fotosintesis dari daun menuju ke

tempat penyimpanan seperti yang

dilaporkan oleh Hidayat (1992).

Bobot polong per tanaman

ternyata tidak dipengaruhi oleh

perlakuan wakru pemberian pupuk

Kalium dan dosis pupuk Kalium.

Sebaliknya untuk bobot biji per

tanaman terjadi interaksi yang sangat

nyata akibat adanya perlakuan waktu

pemberian dan dosis pupuk Kalium,

dan dapat diketahui bahwa berat biji

per tanaman pada perlakuan tanaman

yang diberi pupuk Kalium pada saat

tanam dengan dosis 60 kg. ha-1 nyata

paling rendah yaitu 9,6 gram (1,9 ton.

ha-1) sedangkan pada perlakuan pada

tanaman yang diberi pupuk Kalium

pada saat tanam, pada saat umur 7 hst

dan pada saat umur 21 hst dengan

9

Page 10: jurnal lada

dosis pupuk sebanyak 90 kg. ha-1, nyata

paling tinggi yaitu 13,4 gram

(2,6 ton. ha-1) , sehingga dapat

disimpulkan bahwa bobot biji per

tanaman semakin meningkat seiring

dengan penambahan dosis pupuk

Kalium yang diberikan juga interval

waktu pemberian pupuk Kalium. Hal

ini disebabkan bahwa pemberian pupuk

Kalium berhubungan dengan

pembentukan biji dalam polong

tanaman, dimana unsur kalium

merupakan unsur essensial yang

diperlukan tanaman dalam jumlah yang

cukup banyak pada saat pembentukan

biji berlangsung, terutama pada

tanaman kacang-kacangan, kekurangan

unsur K akan menyebabkan tanaman

cepat menjadi tua, pemasakan biji yang

tidak merata, ukuran biji yang tidak

normal dan persentase kehampaan biji

yang tinggi. Untuk bobot 100 biji, juga

terjadi interaksi antara waktu

pemberian pupuk Kalium dan dosis

pupuk Kalium dimana diketahui

bahwa bobot 100 biji tertinggi berasal

dari perlakuan pemberian pupuk

Kalium pada saat tanam, pada saat

umur 7 hst dan pada saat umur 21 hst

dengan dosis pupuk sebanyak 90 kg.

ha-1, yaitu 18,97 gram. Sedangkan

untuk bobot 100 biji terendah berasal

dari perlakuan pemberian pupuk

Kalium pada saat tanam saja dengan

dosis pupuk sebanyak 60 kg. ha-1 ,

yaitu 16 gram. Hal ini dikarenakan

unsur Kalium yang merupakan

pengaktif dari sejumlah besar enzim

yang penting untuk proses

fotosintesis, selain itu membantu

dalam pembentukan pati dan protein.

Tabel 1. Rata–rata laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium

Umur pengamatanWaktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)Pupuk Kalium K1 K2 K3

W1 0,066 a 0,068 b 0,068 b56 hst W2 0,068 b 0,071 c 0,076 d

W3 0,076 d 0,077 e 0,080 fBNT 5 % 0,000001

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05; tn: tidak berbeda nyata; hst: hari setelah tanam

10

Page 11: jurnal lada

Tabel 2. Rata–rata indeks luas daun (%) tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium pada berbagai umur pengamatan

Umur pengamatanWaktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)Pupuk Kalium K1 K2 K3

W1 0,28 a 0,31 b 0,32 c28 hst W2 0,41 d 0,43 e 0,44 f

W3 0,46 g 0,51 h 0,55 iBNT 5 % 0,0001

W1 0,63 a 0,67 b 0,69 c56 hst W2 0,80 d 0,88 e 0,89 f

W3 0,91 g 0,95 h 1,05 iBNT 5 % 0,0001

W1 0,83 a 0,89 b 0,92 c84 hst W2 1,04 d 1,14 e 1,17 f

W3 1,22 g 1,26 h 1,43 iBNT 5 % 0,0002

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05; tn: tidak berbeda nyata; hst: hari setelah tanam

Tabel 3. Rata–rata jumlah polong isi per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium

pengamatanWaktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)Pupuk Kalium K1 K2 K3

W1 31,67 a 32,33 a 32,67 bjumlah polong isi W2 34 c 37,67 d 42,33 e

W3 45,33 f 50,67 g 53 hBNT 5 % 0,63

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05

Tabel 4. Rata–rata jumlah polong hampa per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan wWaktu pemberian dan dosis pupuk kalium

pengamatanWaktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)Pupuk Kalium K1 K2 K3

W1 10 g 9 f 9 fjumlah polong hampa W2 7,67 e 7,67 e 7,33 d

W3 6,33 c 6 b 5,67 aBNT 5 % 0,26

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05

Tabel 5. Rata–rata bobot biji (gram) per tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium

Pengamatan Waktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)

11

11

Page 12: jurnal lada

Pupuk Kalium K1 K2 K3W1 9.6 a 9.8 b 9.8 b

Bobot Biji W2 10.1 c 10.1 c 10.4 dW3 10.6 e 10.6 e 13.4 f

BNT 5 % 0,15Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05

Tabel 6. Rata–rata bobot 100 biji (gram) pada tanaman kedelai akibat adanya interaksi perlakuan waktu pemberian dan dosis pupuk kalium

pengamatanWaktu aplikasi Dosis pupuk Kalium (KCl)Pupuk Kalium K1 K2 K3

W1 16 a 16,03 b 16,33 cBobot 100 biji W2 16,47 d 16,77 e 16,9 f

W3 17,1 g 17,7 h 18,97 iBNT 5 % 0,01

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 0,05.

KESIMPULAN

Perlakuan waktu pemberian

pupuk Kalium pada saat tanam, pada

saat 7 hst dan pada saat 21 hst secara

umum menghasilkan nilai tertinggi

untuk setiap variabel pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai varietas

Panderman, begitu juga untuk

perlakuan pemberian dosis pupuk

Kalium sebanyak 90 kg. ha-1 secara

umum menghasilkan nilai tertinggi

untuk setiap variabel pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai varietas

Panderman.

Perlakuan waktu pemberian

pupuk Kalium pada saat tanam, pada

saat 7 hst dan pada saat 21 hst

dengan dosis sebanyak 90 kg. ha-1

dapat meningkatkan hasil biji per

tanaman sebesar 2,6 ton. ha-1

kemudian diikuti oleh tanaman

dengan perlakuan waktu pemberian

pupuk Kalium pada saat tanam, pada

saat 7 hst dan pada saat 21 hst

dengan dosis sebanyak 75 kg. ha-1

yang menhasilkan hasil biji per

tanaman sebesar 2,1 ton. ha-1 dan

selanjutnya tanaman dengan

perlakuan waktu pemberian pupuk

Kalium pada saat tanam, pada saat 7

hst dan pada saat 21 hst dengan dosis

sebanyak 60 kg. ha-1 yang

menhasilkan hasil biji per tanaman

sebesar 1,9 ton. ha-1.

SARAN

Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan, disarankan agar

12

12

Page 13: jurnal lada

menggunakan jenis pupuk Kalium

yang berbeda di daerah yang

berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai (Budidaya dengan pemupukan yang efektif dan pengoptimalan peran bintil akar). Penebar Swadaya. Jakarta. pp. 104

Adisoemarto, Soenartono. 1994. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta. p. 272 – 276

Agustina, L. 2004. Dasar nutrisi tanaman. PT Rineka Cipta. Jakarta. pp. 80

Fachruddin, L. 2000. Budidaya kacang-kacangan. Kanisius. Yogjakarta. pp 118

Foth, Henry D. 1994. Fundamentals of soil science (six edition). John Wiley & Sons Inc. Inggris. pp. 374

Gardner, Pearce dan Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Terjemahan Herawati susilo. UI Press. Jakarta. p 1-275

Hidayat, O.O. 1992. Morfologi tanaman kedelai. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Bogor. p 73-84

Ismunadji, Partohardjono dan Satsijadi. 1976. Peranan kalium dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Pusat Penelitian Pertanian. Bogor. p 1-7

Koswara, J. 1992. Pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk kalium terhadap kualitas tanaman kedelai. SD 2. Ilmu Pertanian Indonesia. p 1-7

Lamina. 1990. Kedelai dan pengembangannya. CV Simplex. Jakarta. pp 73

Salisbury, C dan Ross, W. 1995. Fisiologi tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. p 128-145

Setyamidjaya. 1986. Pupuk dan pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. p 13-29

Sitompul, S. M, Bambang Guritno. 1995. Analisa pertumbuhan tanaman. UGM Press. Jogyakarta. p 165-217

Smith, C.W. 1995. Crop production, evolution, history and technologi. John Wiley and Son, Inc. New York. p 373-379

Steenis. 2005. Flora. (Edisi revisi). Pradnya Paramita. Jakarta. p 230 – 232

Sujitno, Tarkim. 2004. Teknik produksi benih tanaman pangan. PT Duta Karya Swasta. Jakarta. p 51 – 62

Soemarno. 1991. Kedelai dan cara budidayanya. C.V Yasaguna

13

37

13

Page 14: jurnal lada

(anggota IKAPI). Jakarta. pp. 110

Soemarno. 1993. Kalium dan pengelolaannya. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. p 30-75

Suprapto. 2004. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Bogor. p 126 – 127

Sutejo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta. pp 177

Suyamto, H. 1999. Pengaruh irigasi dan pemupukan pada hasil tanaman kedelai. (Risalah hasil penelitian tanaman pangan). Balitan. Malang. p 126 – 127

14

Page 15: jurnal lada

14