Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DISPEPSIA FUNGSIONAL & PENYAKIT INFLAMASI SALURAN CERNA
Ketua Pengurus Gabungan PPHI-PGI-PEGI Cabang Bandung
Education:1993 Faculty of Medicine Padjadjaran University Bandung (Medical Doctor)2002 Faculty of Medicine Padjadjaran University Bandung (Internal Medicine)2004 Faculty of Medicine Padjadjaran University Bandung (Master of Health Science)2005 Universitats Klinikum Eppendorf Hamburg – Germany (Interventional Endoscopist)2006 Faculty of Medicine Padjadjaran University Bandung (Consultant of Gastroentero-Hepatology)2012 Faculty of Medicine Padjadjaran University Bandung (PhD)
Organization:- Indonesian Medical Association- Fellow of The Indonesian Society of Internal Medicine (FINASIM)- Head of Indonesian Association for the Study of the Liver (Bandung Chapter)- Head of Indonesian Society of Gastroenterology (Bandung Chapter)- Head Indonesian Society of Gastrointestinal Endoscopy (Bandung Chapter)- Fellow of American Society of Gastrointestinal Endoscopy (FASGE)- Fellow of American College of Gastroenterology (FACG)
TOPIK PEMBAHASAN
Dispepsia Fungsional
Gastritis
Ulkus Peptikum
DISPEPSIA
• Dispepsia: Rasa tidak nyaman di daerah abdomen atas /uluhati yang dapat disertai keluhan nyeri epigastrium, rasaterbakar di epigastrium, mudah kenyang & kembungsetelah makan, mual atau muntah atau sendawa
• Sindroma Dispepsia:
Kumpulan berbagai gejala atau keluhan diatas
PEGI. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. 2014
DISPEPSIA
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Penelusuran riwayat lengkap dan pemeriksan fisik sangatpenting pada seluruh pasien dengan keluhan dispepsia.Karakteristik gejala, frekuensi, onset, hubungan gejaladengan konsumsi makanan, dan riwayat konsumsi obatyang diresepkan maupun yang tidak diresepkan terutamaanti-inflamasi harus dicatat. Gejala dan tanda bahaya harusdievaluasi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
OAINS
Anti platelet
Kalsium- antagonis
Nitrat
Teofilin
Bifosfonat
DISPEPSIA
• Penurunan BB
• Disfagia
• Muntah persisten
• Perdarahan salurancerna
• Anemia
• Demam
• Massa epigastrium
• Riwayat keluargamemiliki kanker gaster
• Onset dispepsia usia >45 tahun
DISPEPSIA
DISPEPSIA
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien usia muda tanpa komplikasi dispepsia, belum
ada pemeriksaan rutin yang direkomendasikan
Akan tetapi untuk pasien yang berusia lebih dari 45 tahun,
pemeriksaan laboratorium rutin dapat dipertimbangkan
Terapi Empiris: selama 1-4 minggu (PPI, H2RA, prokinetik,
sitoprotektor)
Jika ditemukan tanda bahaya, segera dilakukan endoskopi
tanpa terapi empiris
DISPEPSIA
DISPEPSIA
PPI Dosis standar Dosis ganda
Esomeprazole 40 mg sekali sehari 40 mg dua kali sehari
Lanzoprazole 30 mg sekali sehari 30 mg dua kali sehari
Omeprazole 20 mg sekali sehari 20 mg dua kali sehari
Pantoprazole 40 mg sekali sehari 40 mg dua kali sehari
Rabeprazole 20 mg sekali sehari 20 mg dua kali sehari
Terapi empiris: Pada dispepsia yang belum terinvestigasi, terapi diberikan dosis standar selama 1-4 minggu
>50%berusia <30 tahun
Prevalensi dispepsia belumterinvestigasi berdasarkan survey daring mencapai49.75% (n = 1295) (95% CI 47.8–51.7).
Huang, I., Pranata, R., Pangestu, W. et al. The prevalence of uninvestigated dyspepsia and the association of physical exercise with quality of life of uninvestigated dyspepsia patients in Indonesia: An internet-based survey. Indian J Gastroenterol 40, 176–182 (2021)
DISPEPSIA
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Apabila telah dilakukan investigasi tidak ditemukan kelainan
organik, dapat ditatalaksana sebagai dispepsia fungsional
DISPEPSIA FUNGSIONAL
DISPEPSIA FUNGSIONALKriteria Rome IV Kriteria Rome III
Kriteria diagnostik dispepsia fungsional harus terdapat:
Satu atau lebih dari: Satu atau lebih dari:
a. Sensasi penuh postprandial yang
mengganggu
b. Mudah kenyang yang mengganggu
c. Nyeri epigastrik yang mengganggu
d. Sensasi terbakar epigastrik yang
menganggu
a. Sensasi penuh postprandial yang
mengganggu
b. Mudah kenyang
c. Nyeri epigastrik
d. Sensasi terbakar epigastrik
DAN
Tidak ada bukti kelainan struktural (setelah endoskopi) yang dapat menjelaskan
keluhan diatas
Harus memenuhi kriteria sindrom distress postprandial dan nyeri epigastrik
selama 3 bulan dengan onset keluhan paling tidak 6 bulan sebelum didiagnosis
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Sindrom distress postprandialSindrom ini harus memiliki salah satu gejala dibawah ini atau keduanya setidaknya 3
kali seminggu, dan berlangsung selama 3 bulan dengan onset keluhan paling tidak 6
bulan sebelum diagnosis:
- Sensasi penuh setelah makan (postprandial fullness) yang mengganggu (cukup parah
hingga mengganggu aktivitas harian)
DAN/ATAU
- Sensasi mudah kenyang yang mengganggu (cukup parah hingga pasien tidak sanggup
menghabiskan porsi makan biasa)
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Sindrom nyeri epigastrikSindrom ini didiagnosis dengan ditemukannya paling tidak satu dari gejala
dibawah ini, yang terjadi paling tidak 1 hari dalam seminggu dan
berlangsung selama 3 bulan dengan onset keluhan paling tidak 6 bulan
sebelum diagnosis:
- Nyeri ulu hati/epigastrik yang mengganggu (cukup parah untuk
mempengaruhi aktivitas harian)
DAN/ATAU
- Sensasi ulu hati/epigastrik terbakar yang mengganggu (cukup parah
untuk mempengaruhi aktivitas harian)
MANAJEMENDISPEPSIA
FUNGSIONAL
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONAL
Non MedikamentosaDiet tinggi lemak/lipid
Porsi banyak dalam sekali makan
Kopi, rokok, alkohol
OAINS, Steroid (Jika memerlukan sekali, konsultasikandengan spesialis terkait)
Stress Psikologis (lakukan pendekatan psikologis ataupsikoterapi)
AVOID !
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONALMedikamentosa
PPI
H2 blocker
Eradikasi H. pylori
Prokinetik
Anti depressant / anxiolitik
o Terdapat bukti manfaat eradikasi H. pylori pada
pasien dispepsia fungsional dengan infeksi H. pylori
o Dapat diberikan Dopamine 2 receptor (D2)antagonis; domperidone, metoclopramide
o Atau 5-HT4 receptor agonist; Cisapiride
Antidepresant dan anxiolitik dapat mengurangi nyeripada pasien dispepsia fungsional, dimungkinkanmenurunkan sensitivitas viseral
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONALMedikamentosa
Proton pump inhibitors (PPIs)PPIs mengurangi produksi asam di gaster. Mereka menghalangi
enzim H+/K+ ATPase yang mengontrol produksi asam
Enzim tersebut merupakan pompa proton (proton pump) yang
berada di sel parietal pada dinding gaster
Contoh PPIs: Pantoprazole, esomeprazole, omeprazole,
lansoprazole, dexlanzoprazole, rabeprazole
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONALMedikamentosa
Reflukasam
(GERD)
SindromZollinger-
Ellison
Ulkuspeptikumec NSAID
Kombinasieradikasi H.
pylori
Esofagitiserosif
Indikasi penggunaan PPI
Dosis penuh PPI selama 4-8 minggu untuk GERD
dan dispepsia
Berikan dosis terendah apabila keluhan sudah
terkontrol
Pemberian lebih lama dan dosis yang lebih tinggi
diperbolehkan pada ulkus peptikum, esofagitis
berat, atau respon pengobatan kurang
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONALMedikamentosa
H2-receptor antagonist (H2RAs)H2RAs mengurangi sekresi asam lambung dengan menempel dan
mengikat histamin H2 receptor yang berada di sel parietal gaster
Dengan menempel pada histamin H2 receptor, mereka mencegah
histamin yang dikeluarkan saat proses ingesti untuk berikatan dengan
H2 receptor di sel parietal dan menghindari terjadinya pelepasan asam
lambung
Contoh H2RAs: ranitidine, cimetidine, famotidine
TATALAKSANA DISPEPSIA FUNGSIONALMedikamentosa
• GERD tanpakomplikasi
• Ulkus gaster dan duodenum
• Hipersekresi asam lambung
• Heartburn ringan
IndikasiPenggunaan
H2RA
- Sindroma dispepsia: 75 -
150 mg per oral 30 sampai
60 menit sebelum makan,
dapat diberikan hingga 2
minggu
- Ulkus gaster: Dosis terapi
150 mg, 2 kali sehari ,dosis
pemeliharaan 150mg sekali
sehari sebelum tidur, dapat
diberikan hingga 6 minggu
Gastritis sering disalah artikan sebagaidispepsia
Gastritis merupakan diagnosis endoskopidengan gambaran peradangan atau
edema mukosa dari gaster.
GASTRITIS
Gastritis (44.7%)
Duodenal ulcer (8.2%)
Duodenitis (6.7%)
Peptic ulcer (3.6%)
Tumor gaster(0.2%)
Simadibrata M, Adiwinata R. Current Issues of Gastroenterology in Indonesia. Acta Med Indones Indones J Intern Med. 2017; 49(3)
GASTRITIS
Berdasarkan endoskopi dari 550 pasien dengan keluhan dispesia
GASTRITIS
Klinis
Akut
Kronis
Histopatologis
Erosif
NSAID
Steroid
Alkohol
Aspirin
Refluks empedu
Non-erosif Infeksi H. pylori KronisErosif
ETIOLOGI
GASTRITISKLINIS
• Anoreksia
• Nyeri epigastrium
• Nausea, vomitus
• Perdarahan saluran cerna bagian atas (hematemesis/melena)
• Anemis pada gastritis erosif
• Nyeri tekan epigastrium
• Colok dubur didapatkan darah
LABORATORIUM
• Darah lengkap
• Elektrolit
• GDS
• Fungsi renal sesuai indikasi bila ada gangguan hemodinamik akibat perdarahan
• Tes H.Pylori Pada keadaan akut dapat ditunda
GASTRITIS
IMAGING
• Pada kasus denganindikasi perforasigaster
ENDOSKOPI (Esofago-gastro-duodenoskopi-EGD) untukevaluasi erosi, ulkus, tumorserta tindakan endoskopiterapetik dan diagnostik(biopsi)
GASTRITIS
1. Tujuan : untuk keperluan penelitian2. Mengklasifikasikan gastritis kronis berdasarkan topografi, morfologi, dan etiologi3. Memerlukan gastroskopi, pemeriksaan histologi, dan pemeriksaan penunjang
lain untuk menentukan etiologinya
Berdasarkan Updated Sydney System
GASTRITIS
Diagnosis banding
UlkusGaster
Kolesistitis
Pankreatitis
Autoimungastritis
Keganasangaster & pankreas
Iskemikmiokard
KELUHAN DAN GEJALA DISPEPSIA
GASTRITISPRINSIP TERAPI GASTRITIS
• Hindari penyebab
NSAID, alkohol, nikotin, stress psikis
• Agent penurun asamlambung
PPI
H2 blockers
Antasida
• Mucoprotektor
Sucralfat
Rebamipide
Gastritis terkait H. pylori
Terapi eradikasi triple selama14 hari
•Clarithromicin
•PPI
•Amoxicilin
TerapiEradikasiH. pylori
Obat Dosis Durasi Lini pertama:
PPI 2x1
14 hari Clarithromicin 2 x 500 mg
Amoxicilin 2 x 1000 mg
Regimen pada daerah dengan resistensi terhadap clarithromicin lebih dari 15% atau dengan alergi penisilin
PPI 2 x 1
10-14 hari
Bismuth subsalicylate (300 mg) / Bismuth subcitrate (120-300 mg)
4 x 1
Metronidazole 3 x 500 mg
Tetrasiklin 4 x 500 mg
Terapi sekuensial (diberikan bila tidak ada data mengenai resistensi clarithomicin)
PPI 2 x 1 5-7 hari pertama
Amoxicilin 2 x 1000 mg
PPI 2 x1
5-7 hari selanjutnya Clarithromicin 2 x 500 mg
Nitroimidazole(tinidazole) 2 x 500 mg
Lini kedua (apabila regimen clarithromicin gagal terapi)
PPI 2 x 1
14 hari Bismuth subsalicylate (300 mg) / Bismuth subcitrate (120-300 mg)
4 x 1
Metronidazole Tetrasiklin
3 x 500 mg 4 x 500 mg
Lini kedua dengan menggunakan regimen levofloxacin
PPI 2 x 1
14 hari Levofloxacin 1 x 500 mg
Amoxicilin 2 x1000 mg
Lini ketiga (bila lini kedua gagal dan disesuaikan dengan resistensi obat dan klinis pasien)
PPI 2 x 1
10 hari Amoxicilin 2 x1000 mg
Rifabutin 1 x 300 mg
Lini ketiga (dosis tinggi)
PPI Amoxicilin
3 x 1 3 x 1000 mg
14 hari
PPI yang digunakan: omeprazole 20 mg, pantoprazole 40mg,
lanzoprazole 30mg, esomeprazole 20mg, dan rabeprazole 20 mg
GASTRITISGastritis
erosif denganperdarahan
Terapi awal• Oksigenasi
• Hemodinamik (transfusi bila hb <7 mg/dl dengan target 7-9 mg/dl)
Pre-Endoskopi
• PPI dosis tinggi selama 72 jam
• Loading dose PPI intravenapantoprazole/esomeprazole 80mg dilanjutkan infus 8mg/jam selama 72 jam
Ulkus Peptikum
• Ulkus peptikum termasuk kedalam dispepsia organik setelahmelalui investigasi (endoskopi)
• Penyebab tersering dan faktorrisiko dari ulkus peptikumadalah infeksi H. pylori dan penggunaan NSAID
Ulkus Peptikum
Riwayat penggunaan NSAID, steroid, antiplatelet
1. Risiko Rendah: Ibuprofen,celecoxibe
2. Risiko Sedang: Diclofenac, Meloxicam, Ketoprofen
3. Risiko Tinggi: Piroxicam, Ketorolac, Aspirin (untukmengurangi kejadian kardiovaskular dan tromboemboli)
UREA Breath Test
H pylori Stool Antigen (HPSA)
Serologi test TIDAK DIANJURKAN
Endoskopi dengan biopsi Histopatologi
Perdarahan aktif, rembes, atau pembuluh darah visibel
Intervensi endoskopi
Terapi PPI intravenabolus + Drip
Ulkus dengan bekuan darahyang menempel
Dapat dipertimbangkanendoskopi
Terapi PPI intravenabolus + Drip
Dasar bersih
Tanpa intervensiendoskopi
Terapi PPI oral
Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum
Potassium-Competitive Acid Blockers (P-CABs)
Vonoprazan merupakan P-CAB, bekerja dengan memblok potasium sehingga tidak
berkerja pada hidrogen-potasium ATP-ase, sehingga menghambat sekresi asam. Di
Jepang, telah digunakan untuk tatalaksana ulkus gaster, ulkus duodenum, refluks
esofagitis dan pencegahan relapsnya, pencegahan sekunder gastritis karena OAINS
atau aspirin, bahkan sebagai lini pertama dan lini kedua untuk terapi eradikasi H.
pylori
Vonoprazan juga dinyatakan lebih poten dan lebih lama durasi aksinya
dibandingkan PPIs . Vonoprazan dapat menaikkan pH gaster hingga diatas 5 atau 6
yang bermanfaat sebagai adjuvan untuk mencegah re-bleeding setelah dilakukan
endoskopi hemostasis
Mori H, Suzuki H. Role of Acid Suppression in Acid-related Diseases: Proton Pump Inhibitor and Potassium-competitive Acid Blocker. J Neurogastroenterol Motil. 2019;25(1):6-14
Ulkus Peptikum
Dosis penggunaan:
Ulkus Gaster, ulkus duodenum: Pemberian oral 20 mg Vonoprazan sekali sehari
selama 8 minggu untuk ulkus gaster dan 6 minggu untuk ulkus duodenum
Refluks esofagitis: Pemberian oral 20 mg Vonoprazan sekali sehari selama 4
minggu, dapat dilanjutkan hingga maksimal 8 minggu. Untuk dosis rumatan
pada refluks esofagitis rekuren dapat diberikan 10 mg sekali sehari, dapat
ditingkatkan 20 mg sekali sehari
Prevensi ulkus gaster dan ulkus duodenum pada pasien dengan terapi OAINS
atau aspirin dosis rendah: Pemberian oral 10 mg sekali sehari
Adjuvan pada eradikasi H. pylori: Pemberian 20 mg Vonoprazan 2 kali seharimenggantikan PPIs
Mori H, Suzuki H. Role of Acid Suppression in Acid-related Diseases: Proton Pump Inhibitor and Potassium-competitive Acid Blocker. J Neurogastroenterol Motil. 2019;25(1):6-14
KESIMPULAN
Dispepsia fungsional terdiagnosis setelah tidak ditemukan kelainan organik setelahendoskopi
Tata laksana dispepsia fungsional tergantung gejala yang dominan (post prandial dan nyeri epigastrik)
Terapi dispepsia fungsional dapat dilanjutkan hingga 4-8 minggu, evaluasi tandabahaya, infeksi H. pylori, dan kebutuhan psikoterapi atau anxiolitik
Penggunaan NSAID dan infeksi H. pylori adalah penyebab tersering dari gastritis dan ulkus peptikum, evaluasi hal diatas vital dalam tatalaksana penyakit