16
DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA Edi Setia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This article introduces dimensions in language and functions of language from systemic functional linguistics (SFL) point of view. There are five dimensions in language, i.e. (1) structure, (2) system, (3) stratification, (4) instantiation, and (5) metafunction. Structure means the compositional aspect of language. It refers to constituency in linguistic terminology. A system network (grammar of a language) is needed in text production. Stratification is related to the boundary between two different strata, i.e. semantics and grammar. Instantiation deals with the boundary between the system and the instance (of wording or meaning). Metafunction deals with the organization of meaning in a language. Key words: dimension, structure, system, stratification, instantiation, metafunction, language function 1. Pendahuluan Pendekatan kajian linguistik yang belakangan ini mendapat perhatian khusus dan serius dari linguis ialah teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) yang digagas oleh Halliday. Hasil pemikirannya banyak diilhami oleh karya-karya Firth, sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukannya sering disebut dengan “Neo-Firthian”. Konsep aslinya mengenai Skala-dan-Kategori (Language, Scale-and-Category Grammar) pertama kali diterbitkan dalam bentuk artikel pada tahun 1961 yang berisikan model pengelompokan bahasa dalam bentuk tingkatan unsur, bentuk (tata bahasa dan leksis), dan konteks. Ada beberapa konsep dasar dalam mempelajari bahasa, di samping hal- hal yang berkaitan dengan sejumlah penjelasan teoretis, seperti yang dapat dilihat dari berbagai istilah teknis yang digunakan. Dalam LFS, kajian bahasa harus dikaitkan dengan (1) bahasa sebagai teks dan sistem, (2) bahasa sebagai bunyi, (3) bahasa sebagai struktur – konfigurasi bagian-bagiannya, dan (4) bahasa sebagai sumber – pilihan dari berbagai alternatif. Ada perbedaan samaran saat bahasa hadir dengan sendirinya ketika seseorang memulai menelaah tata bahasanya dalam fungsional sistemik, yaitu dari sudut bagaimana bahasa itu menciptakan dan mengungkapkan makna. Bahasa dalam pandangan LFS adalah bahasa yang alami, bahasa manusia, bahasa orang dewasa, dan bahasa verbal (natural, human, adult, and verbal language). Bahasa alami tidak dibentuk secara semiotik, seperti bahasa matematika dan bahasa komputer (Halliday dan Matthiessen, 1999: 29-46). Bahasa orang dewasa (bahasa pasca anak-anak) adalah bahasa tandingan dari bahasa-bahasa proto-anak-anak (infant proto-languages) (Halliday, 1975). Bahasa verbal adalah bahasa sebagai tandingan dari bahasa musik, bahasa tari, dan bahasa-bahasa yang berkaitan dengan seni lainnya (Halliday, 2003:12-13; Kress dan van Leeuwen, 1996; O’Toole, 1994; dan van Leeuwen, 2000). 2. Dimensi dalam Bahasa

DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA

Edi SetiaFakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This article introduces dimensions in language and functions of language fromsystemic functional linguistics (SFL) point of view. There are five dimensions inlanguage, i.e. (1) structure, (2) system, (3) stratification, (4) instantiation, and (5)metafunction. Structure means the compositional aspect of language. It refersto constituency in linguistic terminology. A system network (grammar of alanguage) is needed in text production. Stratification is related to the boundarybetween two different strata, i.e. semantics and grammar. Instantiation dealswith the boundary between the system and the instance (of wording ormeaning). Metafunction deals with the organization of meaning in a language.

Key words: dimension, structure, system, stratification, instantiation,metafunction, language function

1. PendahuluanPendekatan kajian linguistik yang belakangan ini mendapat perhatian

khusus dan serius dari linguis ialah teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)yang digagas oleh Halliday. Hasil pemikirannya banyak diilhami olehkarya-karya Firth, sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukannya seringdisebut dengan “Neo-Firthian”. Konsep aslinya mengenai Skala-dan-Kategori(Language, Scale-and-Category Grammar) pertama kali diterbitkan dalam bentukartikel pada tahun 1961 yang berisikan model pengelompokan bahasa dalambentuk tingkatan unsur, bentuk (tata bahasa dan leksis), dan konteks.

Ada beberapa konsep dasar dalam mempelajari bahasa, di samping hal-hal yang berkaitan dengan sejumlah penjelasan teoretis, seperti yang dapatdilihat dari berbagai istilah teknis yang digunakan. Dalam LFS, kajian bahasaharus dikaitkan dengan (1) bahasa sebagai teks dan sistem, (2) bahasa sebagaibunyi, (3) bahasa sebagai struktur – konfigurasi bagian-bagiannya, dan (4)bahasa sebagai sumber – pilihan dari berbagai alternatif. Ada perbedaansamaran saat bahasa hadir dengan sendirinya ketika seseorang memulaimenelaah tata bahasanya dalam fungsional sistemik, yaitu dari sudut bagaimanabahasa itu menciptakan dan mengungkapkan makna. Bahasa dalam pandanganLFS adalah bahasa yang alami, bahasa manusia, bahasa orang dewasa, danbahasa verbal (natural, human, adult, and verbal language). Bahasa alami tidakdibentuk secara semiotik, seperti bahasa matematika dan bahasa komputer(Halliday dan Matthiessen, 1999: 29-46). Bahasa orang dewasa (bahasa pascaanak-anak) adalah bahasa tandingan dari bahasa-bahasa proto-anak-anak(infant proto-languages) (Halliday, 1975). Bahasa verbal adalah bahasa sebagaitandingan dari bahasa musik, bahasa tari, dan bahasa-bahasa yang berkaitandengan seni lainnya (Halliday, 2003:12-13; Kress dan van Leeuwen, 1996;O’Toole, 1994; dan van Leeuwen, 2000).

2. Dimensi dalam Bahasa

Page 2: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

118

Halliday (2004:20-30) menguraikan lima dimensi dalam bahasa besertaprinsip dan urutannya dalam bahasa (Gambar 1 dan 2). Gambar 1 (model yangditawarkan oleh Halliday, 2004:21) menjelaskan prinsip-prinsip pengurutan danGambar 2 (Halliday, 2004:20) menjelaskan dimensi (bentuk urutan) dalambahasa. Kelima dimensi yang dimaksud adalah: (1) struktur, (2) sistem), (3)stratifikasi, (4) penyontohan, dan (5) metafungsi.

Gambar 1Dimensi dalam Bahasa (Halliday, 2004:21)

Dimensi Prinsip Urutan

1 Struktur(urutan sintagmatik)

Tataran klausa-grup atau frasa–kata - morfem

2 Sistem(urutan paradigmatik)

Kedalamananalisis

gramatika – leksis (leksikogramatika)

3 stratifikasi realisasi semantik – leksikogramatika –fonologi - fonetik

4 penyontohan penyontohan potensi–sub-potensi atau tipe- contoh5 metafungsi metafungsi ideasional [logis–eksperimental]-

interpersonal-tekstualGambar 2

Dimensi (Bentuk Urutan) Bahasa dan Prinsip-prinsipnya (Halliday, 2004:21)

2.1 Struktur

ideasional interpersonal tekstual

isi : semantikBAHASA

KONTEKS

contoh

isi : leksikogramatika

LEKSIKOGRAMATIKA

ungkapan : fonologi

ungkapan : fonetik

tipe contoh/subpotensi1

2

1

3

5

klausa

frasa/grup

kata

morfem

Page 3: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

119

Dimensi pertama adalah struktur (urutan sintagmatik) yang merupakanaspek komposisi bahasa yang dalam terminologi linguistik dikaitkan dengankonstituensi. Prinsip urutannya, seperti didefinisikan dalam teori sistemik, berupatataran lapisan-lapisan komposisi (compositional layers) dan dibentuk olehhubungan antarbagian. Dalam sistem tulisan, sebuah kata terdiri atas sejumlahhuruf; sub-kalimat terdiri atas sejumlah kata; dan kalimat terdiri atas sejumlahsub-kalimat. Jumlahnya bisa satu atau lebih dari satu. Pada waktu yang sama,seperti biasanya dalam kalimat, banyak indeterminasi (hal-hal yang tidakterbatas) atau ruang untuk manuver, seorang penulis bebas menentukan satulapisan sub-kalimat yang ditandai dengan satu tanda baca, atau dua tanda baca– sebuah lapisan yang lebih tinggi yang ditandai dengan titik (koma), ataulapisan yang lebih rendah ditandai dengan koma. Hal ini sangat berpulang padapraktek penulis itu sendiri.

Semua urutan komposisi pada akhirnya menjadi varian sebuah motiftunggal, yaitu tataran makna dalam tata bahasa. Ketika dilakukan analisis tatabahasa, selalu ditemukan bahwa struktur tiap-tiap unit merupakan bagiankonfigurasi, sehingga tiap-tiap bagian itu memiliki sebuah fungsi pembeda. Tatabahasa merupakan pusat pemrosesan unit-unit bahasa, tempat makna dibentuk;sangat alami kalau sistem bunyi dan tulisan dalam makna-makna itudiungkapkan harus mencerminkan susunan struktur tata bahasa. Makna-maknaitu mempertahankan prinsip-prinsip tata bahasa yang unit-unit tingkatan yangberbeda tersebut menguraikan jenis pola yang berbeda. (Eggins, 1994:201-204;2004:203; Teich, 1999: 19-20).

2.2 Sistem

Dimensi yang kedua adalah sistem (urutan paradigmatik). Sepertidisebutkan di atas bahwa struktur merupakan urutan sintagmatik dalam bahasa:pola atau aturan (what goes together with what) ‘apa yang bersama-samadengan apa’. Sebaliknya, sistem (urutan paradigmatik) berupa urutan dengansudut yang berbeda. Polanya adalah what could go instead of what ‘apa yangdibolehkan sebagai pengganti apa’. Itulah urutan paradigmatik dalam bahasa(Halliday, 1966a). Martin (1992:4) menyebutkan bahwa sistem dan prosesdihubungkan melalui konsep realisasi yang penting (Matthiessen (1985), Kasper(1988), dan Matthiessen (1992). Setiap perangkat pilihan, bersama dengankondisi entrinya, merupakan sebuah sistem dalam pengertian teknis ini.Contohnya, semua klausa bisa positif juga negatif, atau lebih jelasnya, semuaklausa memilih dalam sistem polaritas yang istilahnya bisa positif dan negatif.Positif dan negatif merupakan ciri klausa yang kontras, yang bisa dibuat nyatadalam cara-cara yang berbeda. Positif dan negatif merepresentasikan sebuahaspek makna potensial bahasa dan keduanya saling menjelaskan: tidak positifberarti sama dengan negatif, dan tidak negatif berarti positif.

2.3 StratifikasiDimensi ketiga adalah stratifikasi (Gambar 3). Bahasa selalu dibahas dan

dikaji dalam topik-topik yang berbeda. Buku-buku tata bahasa yang dipakai disekolah-sekolah biasanya memiliki bab-bab tentang pengucapan ortografi,morfologi dan sintaksis, dengan daftar kosa kata yang ditambahkan di halaman

Page 4: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

120

akhir. Hal itu memperkenalkan bahwa bahasa merupakan sistem semiotik yangkompleks yang mempunyai berbagai tingkatan atau strata. Sebagai contoh,berkaitan dengan sistem bunyi, pembahasannya berdasarkan fonologi; berkaitandengan tulisan, pembahasannya berdasarkan ortografi atau grafologi; dansusunan kata dibahas dalam tata bahasa (grammar). Dengan keadaan demikian,tata bahasa dan kosa kata bukan berasal dari strata yang berbeda, melainkandua kutub dari dua rangkaian kesatuan (a single continuum), tepatnya disebutdengan leksikogramatika. Sama halnya dengan sintaksis dan morfologi, keduabidang itu bukan strata yang berbeda melainkan bagian dari tata bahasa –perbedaannya berkembang karena dalam bahasa-bahasa Indo-Eropah strukturkata (morfologi) cederung berbeda dengan struktur klausanya (sintaksis). Hal itutidak terjadi pada semua bahasa (Hassan, 1987).

Contoh strata yang berbeda dapat dilihat pada bahasa anak yang masihbelum memiliki sistem tata bahasa di dalamnya, unsur-unsurnya adalah tanda-tanda yang sederhana; misalnya, makna ‘berikan itu padaku’ secara langsungdinyatakan dengan bunyi nananana, atau dengan sejenis gerak tertentu. Dalamproses ini ada dua strata: (satu) stratum isi dan (satu lagi) stratum ekspresi.

Bahasa orang dewasa jauh lebih sulit. Bahasa orang dewasa memilikidua pilihan modus ekspresi, yaitu bunyi (ujaran) dan tulisan. Tentu saja yanglebih penting adalah bahasa tersebut memiliki banyak strata di dalamnya.

ungkapanfonetik

ungkapanfonologi

isileksikogramatika

isisemantik

konteks

Gambar 3Stratifikasi (Halliday, 2004 : 25)

Halliday (2004:24) menjelaskan bahwa isi (content) berkembang menjadidua: leksikogramatika dan semantik. Hal itulah yang memberikan potensi maknasebuah bahasa untuk berkembang, sedikit banyaknya untuk jangka waktu yangtidak terbatas. Alasan untuk itu dapat dijelaskan yang berkaitan dengankenyataan bahwa fungsi bahasa sangat bermanfaat dan menentukan dalamkehidupan manusia. Bahasa digunakan untuk membentuk makna daripengalaman yang diperoleh, dan untuk melakukan interaksi dengan yang lain.

Page 5: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

121

Hal itu berarti bahwa tata bahasa harus saling berhadapan dengan hal yangterjadi di luar bahasa; misalnya, saling berhadapan dengan kejadian-kejadiandan keadaan alam sekeliling, dan dengan proses sosial tempat atau wadahseseorang terlibat di dalamnya. Akan tetapi pada waktu yang bersamaan pula,tata bahasa juga harus mengatur/menata tafsiran pengalaman dan aturan-aturanproses sosial, sehingga tafsiran pengalaman dan aturan proses sosial tersebutdapat ditransformasikan ke dalam kata. Cara untuk melakukan transformasi iniadalah dengan memisahkan tugas ini menjadi dua. Pada langkah pertama,bagian yang dihadapkan, pengalaman dan hubungan interpersonal,ditransformasikan ke dalam makna; hal itu yang disebut stratum semantik. Padalangkah kedua, makna selanjutnya ditransformasikan ke dalam kata-kata; hal ituyang disebut stratum leksikogramatika. Hal itu tentu saja mengungkapkannyadari sudut pandang penutur atau penulis untuk pendengar atau pembaca.

2.4 PenyontohanDimensi keempat disebut dengan penyontohan (instantiation). Hal itu

berkaitan dengan ketika seseorang ingin menjelaskan bagaimana bahasaditata/diatur, dan bagaimana penataan/pengaturannya berhubungan denganfungsi bahasa dalam memenuhi hajat hidup manusia, selalu diperoleh kesulitandalam membuat sesuatu menjadi jelas; dan hal itu karena dicoba untukmempertahankan dua pandangan sekaligus. Pandangan pertama bahwa bahasasebagai sistem dan pandangan yang kedua bahwa bahasa sebagai teks (lihatGambar 4; dari Halliday, 2004:28).

konteks situasi

contoh-contohinstitusi-tipe situasi

konteks budaya tekssubpotensi-tipe contoh

potensi kumpulan register-tipe teks

sistem (bahasa)

Gambar 4Perubahan Bentuk Penyontohan Halliday (2004:28)

Page 6: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

122

Konsep yang dibutuhkan di sini, menurut Halliday, (2004:28) adalahpenyontohan (penjabaran dalam strata yang sama). Sistem bahasa dijabarkandalam bentuk teks. Sebuah teks bisa jadi berupa percakapan sederhana sepertiketika seseorang memesan makanan di restoran, bisa juga berupa pidatopresiden pada pelantikan menteri baru. Sistem merupakan pokok dasar potensisebuah bahasa, potensinya sebagai sumber pembentuk makna (a meaning-making resourse). Hal itu bukan berarti kemunculannya sebagai fenomenaindependen: bukan dua objek yang terpisah, bahasa sebagai sistem dan bahasasebagai seperangkat teks. Hubungan antara keduanya (seperti dicontohkan olehHalliday, 2004:26-27) dapat disamakan dengan hubungan antara iklim dancuaca : dua fenomena yang sama, hanya berbeda dalam cara pandang. Samahalnya dengan teks dan sistem. Teks adalah hal yang ada di sekeliling kita setiapsaat; berdampak dan kadang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, samadengan cuaca. Sistem adalah potensi yang mendasari berbagai pengaruhtersebut, sama dengan iklim. Bahasa dan konteks ini digambarkan oleh Halliday(1991:8) seperti berikut ini.

Gambar 5Bahasa dan Konteks Situasi Halliday (1991:8)

2.5 Metafungsi

Dimensi kelima adalah metafungsi. Hal itu bertalian dengan pertanyaan,apa fungsi dasar bahasa, berkaitan dengan lingkungan ekologi dan sosialseseorang? Bahasa digunakan untuk menguraikan pengalaman manusia,menamakan benda-benda, menguraikan benda-benda tersebut ke dalamkategorisasi, secara khusus, kemudian, menguraikan kategorisasi tersebut kedalam taksonomi.

Pada waktu yang sama, jika seseorang menggunakan bahasa, selalu adasesuatu lainnya yang berlangsung. Ketika menafsirkan, bahasa bisanyaberperan, memerankan hubungan interpersonal dan sosial dengan orang lain disekitarnya. Klausa di dalam tata bahasa bukan hanya sebuah gambaran,mewakili beberapa proses – di antaranya melakukan atau menjalankan,mengatakan atau merasakan, dan seterusnya - dengan berbagai partisipan dansirkumstan; klausa juga sebuah proposisi, atau sebuah anjuran, untuk memberiinformasi atau pertanyaan, memberi perintah atau menawarkan sesuatu, danmenyatakan kekaguman serta sikap terhadap siapa saja yang disapa. Jenis

Sistem (potensi) penyontohan

BUDAYA SITUASIKonteks tempatBahasa Berfungsi

Bahasa SISTEM TEKS

Catatan: kiri - kanan = penyontohan [bandingkan iklim cuaca]Atas – bawah = realisasi [seperti dalam bahasa, leksikogramatika, fonologi

Page 7: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

123

makna seperti ini lebih aktif: kalau fungsi ideasional tata bahasa adalah bahasasebagai refleksi, hal itu disebut dengan bahasa tindakan (language of action).Bahasa tindakan itu juga disebut metafungsi interpersonal (interpersonalmetafunction): interaktif dan personal.

Gambar 6Metafungsi (Halliday, 2004:31)

Perbedaan kedua modus makna itu tidak hanya dibentuk dari luar; ketikatata bahasa direpresentasikan secara sistematis, akan muncul dua sistemjaringan yang berbeda. Hal yang menandainya adalah (1) setiap pesan adalahmengenai sesuatu dan menyapa seseorang, dan (2) kedua motif itu secarabebas dapat dikombinasikan, keduanya tidak saling memaksa satu denganlainnya. Akan tetapi, tata bahasa juga memiliki komponen ketiga, modus maknalain yang berhubungan dengan konstruksi teks. Dalam beberapa hal, hal itudapat dianggap sebagai suatu fungsi pembolehan atau pemudahan, selamakeduanya menguraikan pengalaman dan memerankan hubungan interpersonal.Hal itu sangat bergantung pada kemampuan untuk membangun rangkaianwacana, mengorganisasikan alur yang tidak bersambungan satu dengan lainnya,dan menciptakan kohesi dan kesinambungan.

Martin (1992:8--9) menambahkan bahwa argumentasi sistemik untukperbedaan metafungsi itu merujuk pada kebebasan relatif sistem pengalaman,interpersonal, dan tekstual di dalam jaringan yang memformulasikan hubunganparadigmatik pada tataran klausa. Oleh Halliday (2004:30-33), metafungsitersebut di atas digambarkan (Gambar 6) yang mengilustrasikan metafungsibahasa, sedangkan Gambar 7 menjelaskan matrik yang ditentukan oleh dimensisemiotik: fungsi leksikogramatika – matriks tataran dalam hubungan denganstratifikasi – matriks penyontohan.

PERCONTOHAN

i s isemantik

LEKSIKOGRAMATIKA

UNGKAPAN

I S ISEMANTIK

LEKSIKOGRAMATIKA

UNGKAPAN

i s isemantik

LEKSIKOGRAMATIKA

UNGKAPAN

penyontohan

i s isemantik

leksikogramatika

ungkapan

METAFUNGSI

Page 8: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

124

fo n e t ik

te k s t u a l

in te r p e r s o n a l

id e a s io n a l

fo n o lo g i

le k s ik o g r a m a t ik a

s t ra t i f ik a s i -m a tr ik p e n c o n to h a n

s e m a n t ik

p o te n s i c o n t o hs u b p o te n s i /t ip e p e n c o n t o h a n

i s i

T id a k s u l i t

f u n g s i - m a t r i k t a t a r a n

s e d a n g

k la u s a

g r u p / f r a s e

k a t a

i d e a s io n a l i n t e r p e r s o n a l t e k s t u a l

m o r f e m

p a l in g s u l i t

Gambar 7Matriks Dimensi Semiotik Bahasa Halliday (2004:30)

3. Fungsi Bahasa

Pandangan LFS terhadap fungsi dan penggunaan bahasa digambarkanoleh Halliday (2004:30-31) sebagai berikut:

“.... there is a long tradition of talking about the functions of language incontexts where ‘function’ simply means purpose of way of using languageitself. But the systemic analysis shows that functionality is intrinsic tolanguage: that is to say, the entire architecture of language is arrangedalong functional lines. Language is as it is because of the functions inwhich it has evolved in the human species. The term ‘metafunction’ wasadopted to suggest that function was an integral component within theoverall theory”.

Disebutkan bahwa ‘ada suatu tradisi yang panjang membicarakan tentang fungsibahasa dalam konteks dalam hal ini fungsi hanya bermakna tujuan mengenaicara menggunakan bahasa itu sendiri. Akan tetapi, analisis sistemikmenunjukkan bahwa keberfungsian merupakan hakiki bahasa: dapat dikatakanbahwa keseluruhan arsitektur bahasa dirancang sepanjang deretan fungsional.Bahasa seperti apa adanya karena fungsinya dan dalam hal ini bahasa ituberevolusi pada kehidupan manusia. Istilah metafungsi diadopsi untuk memberi

Page 9: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

125

kesan bahwa fungsi merupakan komponen yang integral di dalam keseluruhanteori’ (terjemahan penulis).

Dalam pandangan LFS, bahasa dikaitkan dengan beberapa istilah teknisyang kerap menghiasi uraian dan analisisnya. Istilah-istilah teknis yangdimaksud, antara lain (i) bahasa sebagai teks dan sebagai sistem, (ii) bahasasebagai bunyi, sebagai tulisan, dan sebagai susunan kata (wording), (iii) bahasasebagai struktur – konfigurasi dari bagian-bagiannya, dan (iv) bahasa sebagaisumber – pilihan di antara pilihan-pilihan (choices among alternatives).

3.1 Metafungsi BahasaMetafungsi bahasa (language metafunction) oleh Halliday (2004:29)

diilustrasikan sebagai berikut:

“It is clear that language does – as we put it – construe humanexperience. It names things, thus construing them into categories; andthen, typically, goes further and construes the categories into taxonomies,often using more names for doing so. So we have houses and cottagesand garages and sheds, which all kinds of building, strolling and steppingand marching and pacing, which all kinds of walking, in, on, under, aroundas relative locations and so on – and the fact that these differ from onelanguage to another is a reminder that the categories are in fact construedin language. More powerly still, these elements are configured intocomplex grammatical patterns like marched out of the house; facet ofhuman experience which cannot be transformed into meaning”.

Jelaslah bahwa bahasa merealisasikan pengalaman manusia. Bahasamemberi nama-nama benda, menafsirkan benda-benda tersebut ke dalamkategorisasi; dan kemudian secara khusus; melangkah lebih lanjut lagimenafsirkan kategorisasi tersebut ke dalam taksonomi, biasanya menggunakannama-nama yang lebih banyak lagi untuk melakukan tindakan berikutnya.Dengan demikian, kita mempunyai rumah dan pondok dan garasi dan gudang,yang kesemuanya merupakan jenis bangunan, jalan-jalan dan melompat danberbaris dan melangkah, semuanya merupakan jenis berjalan, di dalam, di(atas), di bawah, di sekitar berkaitan dengan lokasi dan seterusnya – dankenyataan bahwa semuanya berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnyamerupakan suatu peringatan bahwa kategorisasi ini secara nyata ditafsirkandalam bahasa. Bahkan, lebih kuat lagi unsur-unsur ini dikonfigurasikan ke dalampola rumit, seperti marched out of the house ‘berlalu dari rumah; gambaran inidapat dikembangkan lagi ke dalam susunan yang dihubungkan dengan waktu,sebab, dan sejenisnya – tidak ada lagi aspek pengalaman manusia yang tidakdapat dijelmakan ke dalam makna.’ (Terjemahan penulis).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa menyediakansebuah teori tentang pengalaman manusia, dan sumber-sumber tertentuleksikogramatika setiap bahasa didedikasikan pada fungsi tersebut. Teori itudisebut metafungsi ideasional dan dibedakan atas dua komponen, yaitupengalaman/ eksperiensial dan logis.

Lebih lanjut, Halliday (2004:29) menjelaskan bahwa bilamana saja kitamenggunakan bahasa selalu ada sesuatu yang lainnya yang berlangsung. Ketikamenafsirkan, bahasa juga selalu berperan: memerankan hubungan personal dan

Page 10: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

126

sosial kita dengan orang lain di sekitar kita. Klausa tata bahasa tidak hanya suatugambaran, mempresentasikan beberapa proses – melakukan (doing) ataukejadian (happening), mengatakan (saying) atau merasakan (sensing), ada(being) atau memiliki (having) – dengan berbagai patisipan dan sirkumstannya;klausa juga sebuah proposisi atau sebuah proposal/anjuran, dalam hal ini kitamenginformasikan atau menanyakan, memberi perintah atau membuat suatupenawaran, dan mengungkapkan penilaian dan sikap terhadap siapa saja yangkita sapa dan apa yang kita bicarakan. Makna jenis ini lebih aktif: kalau fungsiideasional tata bahasa adalah “bahasa sebagai refleksi”, inilah yang disebut“bahasa sebagai tindakan/aksi”. Hal inilah yang disebut dengan metafungsiinterpersonal, untuk menyarankan bahwa kedua-duanya interaktif dan personal.

Tabel 1 di bawah ini menggambarkan metafungsi dan refleksinya dalamtata bahasa (Halliday, 1994:36, 2005:12--15; Painter 2001:131--132).

Tabel 1Metafungsi dan Refleksinya dalam Tata Bahasa

Metafungsi(istilah teknis)

Definisi(jenis makna)

Status klausayang sama

Tipe struktur yangdiinginkan

eksperiensial/pengalaman

interpersonal

tekstual

logis

menafsirkanmodelpengalaman

memerankanhubungan sosial

menciptakanhubungandengankonteks

membentukhubungan logis

klausa sebagairepresentasi

klausa sebagaipertukaran

klausa sebagaipesan

-

segmental(berdasarkan padakonstituen)

prosodik

kulminatif

iteratif

Dari tabel itu dapat diketahui istilah-istilah teknis metafungsi yangdipergunakan dalam LFS. Istilah-istilah teknis tersebut kemudian dicocokkandengan status klausa yang berbeda dan menunjukkan jenis struktur yangdiinginkan masing-masing. Ada metafungsi yang keempat, yaitu metafungsi logisyang tidak muncul di kolom “klausa”, hal itu dikarenakan oleh metafungsi ini tidakdimasukkan dalam klausa, tetapi dalam klausa kompleks; metafungsi ini akanmenggambarkan sebagai topik.

Seperti telah diungkapkan di atas bahwa salah satu sifat stratumgramatika adalah gramatika secara fungsional dibedakan dalam metafungsiideasional (klausa sebagai representasi), metafungsi interpersonal (klausasebagai pertukaran), dan metafungsi tekstual (klausa sebagai pesan). Ketigastruktur itu membantu untuk mengungkapkan tiga rangkaian pilihan semantikyang independen, yaitu (1) struktur transitivitas (transitivity structure) yangmengungkapkan makna representasi (representational meaning): tentang apa

Page 11: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

127

klausa tersebut; (2) struktur modus (mood structure) yang mengungkapkanmakna interaksi (interactional meaning): apa yang dilakukan klausa tersebut,sebagai suatu pertukaran verbal antara penutur – penulis dan pendengar; dan (3)struktur tema (theme structure) yang mengungkapkan organisasi pesan:bagaimana klausa tersebut berhubungan dengan wacana sekelilingnya danterhadap konteks situasinya, yakni berkaitan dengan situasi pembentukan klausatersebut. Ragam fungsi bahasa dalam LFS diperkenalkan dengan hipotesismetafungsi (metafunctional hypothesis) (Teich 1999:15).

Lebih lanjut, Halliday (1970:142) menegaskan,

“When we examine the meaning potential of the language itself, we findthat the vast number of options embodied in it combine into a very fewrelatively independent ‘networks’; and these networks of optionscorrespond to certain basic functions of language”.

‘Ketika kita menguji potensi makna bahasa itu sendiri, kita temukan bahwasejumlah besar pilihan yang diwujudkan di dalamnya bergabung ke dalam suatu“jaringan” yang relatif sedikit independen; dan pilihan jaringan-jaringan tersebutberhubungan dengan fungsi dasar tertentu bahasa yang dimaksud. Fungsi dasarinilah yang disebut dengan tiga metafungsi: ideasional, interpersonal, dantekstual’ (terjemahan penulis).

Ketiga metafungsi itu memiliki status yang sama, tidak ada di antaraketiga metafungsi itu yang lebih penting dari yang lainnya. Ketiganya secarasimultan relevan pada setiap stratum sistem linguistik. Misalnya, dalam stratumtata bahasa, pada tingkat klausa, diversitas fungsionalnya direfleksikan ke dalamsistem transitivitas (ideasional), modus (interpersonal), dan tema (tekstual).Modus berkenaan dengan gramatikalisasi fungsi ujaran. Transitivitas berkenaandengan tipe proses yang dikodekan dalam sebuah klausa yang mencakuppartisipan, dan tema berkenaan dengan potensi penempatan unsur-unsurtertentu menjadi tema oleh Halliday (1985a:39) disebut ”titik permulaan” (point ofdeparture) sebuah klausa (juga Eggins, 2004:210--212; Christie, 2005:11--12;Painter, 2001:48--50).

3.2 Metafungsi IdeasionalHalliday (2004:590) menyebutkan bahwa metafungsi ideasional adalah

sebagai berikut:

“…Figures combine to form sequences; and these in turn may combine toform episodic patterns, as in narratives and other chronologicallyorganized texts or chronological passages within other kinds of text. Suchepisodes typically consist of several sequences, each of which is realizedby a clause complex. There is, of course, considerable variation in how agiven episode is construed.”

Beberapa tampilan menyatu untuk membentuk rangkaian; dan rangkaian-rangkaian ini pada gilirannya bisa membentuk pola-pola peristiwa, sebagaimanadi dalam teks-teks narasi dan teks lainnya yang dibentuk secara kronologis ataubagian-bagian kronologis di dalam jenis teks lainnya. Rangkaian peristiwa sepertiitu biasanya terdiri atas beberapa rangkaian dan tiap-tiap rangkaian

Page 12: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

128

direalisasikan oleh sebuah klausa kompleks. Tentu saja, ada variasi yang perludipertimbangkan mengenai bagaimana rangkaian peristiwa tersebut ditafsirkan’(terjemahan penulis).

3.3 Metafungsi Pengalaman/EksperiensialSeperti telah disebutkan terdahulu, di dalam menginterpretasikan

kelompok struktur (struktur transitivitas, struktur modus, dan struktur tema),komponen ideasional dipisahkan menjadi dua, yaitu komponen pengalaman(experiential component) dan komponen logis (logical component). Metafungsipengalaman/eksperiensial berkenaan dengan isi proposisi (propositional content)yang dikodekan sebagai proses (process) atau kejadian (event), partisipan(participant) di dalamnya dan disertai dengan sirkumstans (circumstance), dantipe-tipe objek yang dikaitkan dengan kualitasnya masing-masing.

3.4 Metafungsi LogisKomponen logis makna terbentuk di dalam hubungan semantik fungsional

antarklausa yang merupakan logika dalam bahasa alami. Dengan demikianmakna logis bahasa (klausa) yang mewujudkan hubungan semantik fungsionalantarklausa, direalisasikan oleh sistem kompleksitas klausa bahasa, yangdikaitkan dengan hubungan semantik logis dan hubungan kesalingtergantungan(Halliday, 1994:79; 2004:310).

Hubungan semantik logis dan kesalingtergantungan antarklausa diukurdari segi tingkatan dan tipe hubungan kesalingtergantungan di dalam sistem.Sistem kesalingtergantungan itu disebut taksis (parataksis dan hipotaksis).

3.5 Metafungsi Interpersonal

Metafungsi interpersonal membentuk hubungan sosial, termasukpenafsiran probabilitas oleh penutur serta relevansi pesan (Halliday 1970:143).Metafungsi ini merepresentasikan potensi makna penutur sebagai pelibat dalamproses interaksi atau sebagai pembicara dan pendengar atau antara penulisdan pembaca. Pada tingkat interpretasi gramatika fungsi klausa, diinterpretasikanbahwa klausa dibentuk dari interaksi dalam suatu kejadian yang melibatkanpenutur atau penulis dan pendengar atau pembaca. Halliday (1985b:68--71;1994:68--69) mengilustrasikan, ketika dua orang menggunakan bahasa untukberinteraksi, satu hal yang mereka perbuat adalah melakukan suatu hubunganantara mereka. Dalam hal ini, penutur bahasa atau fungsi wicara menciptakandua tipe peran atau fungsi wicara yang sangat fundamental atau fungsi, yaitu (1)memberi (giving) dan (2) meminta (demanding).

3.6 Metafungsi TekstualMetafungsi tekstual merealisasikan bagaimana pengguna bahasa (baik

secara lisan maupun tulisan) mendeskripsikan pesan yang akan disampaikandengan cara runut. Metafungsi tekstual memungkinkan penutur atau penulisuntuk membangun teks yang mengarah pada peristiwa bahasa yangberlangsung. Thompson (1996:117) menyebutkan tiga ciri utama makna tekstual

Page 13: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

129

di dalam teks, yakni pengulangan (repetition), konjungsi (conjunction), dantematisasi (thematisation). Metafungsi ini berkaitan dengan koherensi dan kohesidi dalam teks (Halliday 1970:143).

4. Simpulan

Dalam LFS dikenal adanya dimensi dalam bahasa. Dimensi pertamaadalah struktur (urutan sintagmatik) yaitu yang berkenaan dengan aspekkomposisi bahasa. Struktur masih dalam prinsip tataran dengan urutan klausa-grup atau frasa-kata-morfem. Dimensi kedua adalah sistem (urutan paradigmatik)yang dalam terminologi linguistik berkaitan dengan konstituensi yaitu jaringansistem (tata bahasa sebuah bahasa) yang dibutuhkan dalam memproduksi teks.Dimensi ketiga adalah stratifikasi yang dikaitkan dengan penggabungan duastrata yang berbeda antara strata semantik (makna) dan strata tata bahasa(bentuk). Dimensi keempat adalah ”penyontohan” (istilah teknis yang digunakanuntuk merujuk pada konsep pemberian contoh penjabaran dalam strata yangsama, bahasa dijabarkan dalam bentuk teks). Dimensi kelima adalah metafungsiyang berkaitan dengan tataran makna dalam suatu bahasa. Metafungsi adalahfungsi dasar bahasa alami (natural language) yang menentukan bentuk umumyang diperoleh dari tata bahasa. Bentuk umum itu kemudian diklasifikasikan kedalam beberapa metafungsi: ideasional, interpersonal, dan tekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, A. dan Peter G. 2001. Approaches to Media Discourse. Oxford: BlackwellPublishers.

Benson, J.D., Michael J. C. dan William S.G. 1998. Linguistics in a SystemicPerspective. Amsterdam: John Benjamins.

Benwell, B. dan Elizabeth, S. 2006. Discourse and Identity. Edinburgh: EdinburghUniversity Press.

Christie, F. 2005. Classroom Discourse Analysis: a functional perspective.London: Continuum.

Cook, G. 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press.Coulthard, M., Martin M. dan David B. 1981a. Studies in Discourse Analysis.

London: Routledge and Kegan Paul.Crowley, T. dkk.1995. The Design of Language: An introduction to descriptive

linguistics. Auckland: Longman Paul Limited.Danet, B. 1985. “Legal Discourse”, dalam van Dijk, T.A. (ed.), Handbook of

Discourse Analysis, vol. 1. London: Academic Press, halaman 273-291.Eggins, S. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London:

Pinter.Eggins, S. 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. Edisi 2.

London: Continuum.Fairclough, N. 1995. Discourse and Social Change. Cambridge: Blackwell

Publishers.Freeman, D. L. 1980. Discourse Analysis in Second Language Research.

Rowley: Newbury House.

Page 14: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

130

Gates, V. P. 2007. Cultural Practices of Literacy. London: Lawrence ErlbaumAssociates, Publishers.

Gerot, L. dan Peter W. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney:Gerd Stabler.

Gibbons, J. 2005. Forensic Linguistics: An introduction to language in the justicesystem. Oxford: Blackwell.

Gumperz, J. 1992. Discourse Strategies. Cambridge: Cambridge UniversityPress.

Gunnarsson, B. L, Per L. dan Bengt N. 1997. The Construction of ProfessionalDiscourse. London: Longman.

Halliday, M.A.K. 1963a. The tones of English. Archivum Linguisticum 15.1: 1-28.Halliday, M.A.K. 1963b. Intonation in English grammar. Transactions of the

Philological Society. 143-169.Halliday, M.A.K. 1966a. “The Concept of Rank: a reply.” Journal of Linguistics. 2

(1), 110-118.Halliday, M.A.K. 1967. Intonation and Grammar in British English. The Hague:

Mouton.Halliday, M.A.K. 1973. Exploration in the Functions of Language. London:

Edward Arnold.Halliday, M.A.K. 1974b. Language and Social Man. London: Schools Council &

Longman.Halliday, M.A.K. 1975. Learning How to Mean: Explorations in the development

of language. London: Edward Arnold Publishers.Halliday, M.A.K. 1979. Language as Social Semiotic: The social interpretation of

language and meaning. London: Edward Arnold Publishers.Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar, edisi ke-1.

London: Edward Arnold.Halliday, M.A.K, 1986. Spoken and Written Language. Victoria: Deakin University

Press.Halliday, M.A.K. 1992b. The Notion of ‘context’ in language education. Dalam Le,

T., McCausland, M. (Eds.), Interaction and development: proceedings ofthe international conference, Vietnam. 30 Maret – 1 April 1992, Universityof Tasmania: Language Education.

Halliday, M.A.K. 1993. Writing Science: Literacy and Discursive Power. London:The Falmer Press.

Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar, edisi ke-2.London: Arnold.

Halliday, M.A.K. 2002. Linguistic Studies of Text and Discourse. London:Continuum.

Halliday, M.A.K. 2003. On Language and Linguistics. London: Continuum.Halliday, M.A.K. 2004. The Language of Early Childhood.. London: Continuum.Halliday, M.A.K. 2005. On Grammar. London: Continuum.Halliday, M.A.K. 2006. The Language of Science. London: Continuum.Halliday, M.A.K. 2006. Computational and Quantitative Studies. London:

Continuum.Halliday, M.A.K. dan Matthiessen, C. M.I.M. 1999. Construing Experience

through Meaning: a language-based approach to cognition. London:Cassell.

Halliday, M. A. K. dan Matthiessen, C. M.I.M. 2004. An Introduction to FunctionalGrammar, edisi ke-3. London: Arnold

Page 15: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Edi Setia

131

Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1976. Cohesion in English. London:Longman.

Haryward, K. 2000. Experimental Phonetics. London: Longman LinguisticsLibrary.

Hasan, R. 1987. The Grammarian’s Dream: lexis as most delicate grammar.Dalam Halliday, M.A.K., dan Fawcett, R.P. (Eds.) New Developments inSystemic Linguistics: Theory and description. London: Pinter, 184-211.

Hasan, R. 1988. ‘Language in the process of socialization: home and school’,dalam L. Gerot, J. Oldenburg dan T. van Leeuwen (eds.) 36-95.

Hasan, R. 2005. Language, Society and Consciousness. London: Equinox.Hatim, B. dan Ian, M. 1992. Discourse and the Translator. London: Longman.Hudson, R. A. 1967. ’Constituency in a systemic description of the English

clause’, Lingua 18.Iedema, R. 1994. The Language of Administration: A Detailed Description of the

Literary Demands of Administration and Bureaucracy, sebuah laporanuntuk Proyek Write It Write. Sydney: Disadvantaged Schools Programme.

Kasper, R. 1988. “Systemic Grammar and Functional Unification Grammar.”Dalam J.D. Benson dan W.S. Greaves (Eds.) Systemic FunctionalApproaches to Discourse. 176-199. Norwood, N.J.: Ablex.

Knowles, G. dkk. 2004. Language, Linguistics and the Real World: Makinglinguistics relevant. Kuala Lumpur: Faculty of Language & Linguistics.

Martin, J.R. 1984. “Language, Register and Genre”, dalam F. Christie (ed.),Children Writing: reader. Geelong, Victoria: Deakin University Press, 21-29.

Martin, J.R. 1992. English Text: System and structure. Amsterdam: JohnBenjamins Publishing Company.

Martin, J.R. 2000. “Analysing Genre: Functional parameters,” dalam F. Christie(ed.), Genre and Institutions: Social Processes in the Workplace andSchool. London: Continuum.

Matthiessen, C.M.I.M. 1985. “The Systemic Framework for Text Generation.”Dalam J.D. Benson dan W.S. Greaves (Eds.) Systemic Perspectives onDiscourse, Vol. I: Selected theoretical papers from the 9th SystemicWorkshop, 91-118. Norwood, N.J. : Ablex.

Matthiessen, C.M.I.M. 1995b. Lexicogrammatical Cartography: English systems.Tokyo: International Language Sciences Publishers.

Miller, T. 1997. Functional Approaches to Written Text: Classroom Applications.Washington, D.C. : English Language Programs United StatesInformation Agency.

Nesbitt, C. dan Plum, G. 1988. ’Probabilities in a systemic grammar: the clausecomplex in English’, dalam R.P. Fawcett dan D.J. Young (eds.), NewDevelopments in Systemic Linguistics, 2: Theory and Application. Londondan New York: Pinter. 6-38.

Schiffrin, D. 1994. Approach to Discourse. Oxford: Blackwell Publishers.Sinclair, J. M. 1972. A Course in Spoken English: Grammar. London: Oxford

University Press.Sinclair, J. McH. dan R. M. Coulthard. 1978. Towards an Analysis of Discourse:

The English used by teachers and pupils. Oxford: Oxford UniversityPress.

Page 16: DIMENSI DAN FUNGSI BAHASA ABSTRACT - Unand

Linguistika Kultura, Vol.02, No.02/November/2008

132

Susanto, A. F. 2004. Wajah Peradilan Kita: Konstruksi sosial tentangpenyimpangan, mekanisme kontrol, dan akuntabilitas peradilan pidana.Bandung: Refika Aditama.

Teich, E. 1999. Systemic Functional Grammar in Natural Language Generation:Linguistic description and computational representation. London: Cassell.

Thomas, L. dan Shan, W. (eds.) 1999. Language, Society and Power: AnIntroduction. London: Routledge.

Thompson, G. 1996. Introducing Functional Grammar. London: Edward Arnold.Threw, T. 1979. ‘”What the papers say”: linguistic variation and ideological

difference’, in R. Fowler dkk. (eds.),1979.van Dijk, T.A 1980. Text and Context: Explorations in the semantics and

pragmatics of discourse. London: Longman.van Dijk, T.A. 1985. Handbook of Discourse Analysis. Vol. 1: Disciplines of

Discourse. London: Academic Press.Young, L. 1990. Language as Behaviour, Language as Code: A study of

academic English. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.Young, L. dan Brigid, F. 2006. The Power of Language: How discourse

influences society. London: Equinox.