Upload
syifa-fauziyah
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
1/21
1) Demam tifoid
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular
lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang dimana higiene pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi,
kondisi lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat.
a. Patogenesis
Masuknya kuman Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella paratvphi (S.
paratyphi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas humoral
mukosa !g") usus kurang baik maka kuman akan menembus sel#sel epitel
terutama sel#M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel#sel fagosit terutama oleh makrofag.
$uman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya
diba%a ke plague Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam
makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama
yang asimtomatik) dan menyebar ke seburuh organ retikulo endotelial tubuh
terutama hati dan limpa. Di organ#organ ini kuman meninggalkan sel#sel fagositdan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua
kalinya dengan disertai tanda#tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik Sudoyo,
&'1().
Di dabam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak,
dan bersama airan empedu diekskresikan seara intermittent ke dalam lumen
usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi
kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,
berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman
Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
2/21
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vasular, gangguan mental, dan koagulasi
Sudoyo, &'1().
Di dalam plague Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi
hiperplasia jaringan S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas
tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran erna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peveri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel#sel mononuklear di
dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
lapisan otot, serosa usus dan dapat mengakibatkan perforasi. *ndotoksin dapat
menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi
seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan
organ lainnya Sudoyo, &'1().
Gambar 1. Patofisiologi demam tifoid (Sudoyo, 2014).
b. Manifestasi $linis
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
3/21
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 1'#1( hari. +ejala#gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dan ringan sampai dengan berat, dan
asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
kematian Sudoyo, &'1().
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu hadan meningkat. Sifatdemam adalah meningkat perlahan#lahan
dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala#gejala
menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif bradikardia relatif adalah
peningkatan suhu - tidak diikuti peningkatan denyut nadi kali per menit), lidah
yang berselaput kotor di tengah. tepi dan ujung merah serta tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma. delirium, atau psikosis. /oseolae jarang ditemukan pada orang
!ndonesia Sudoyo, &'1().
. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Rutin 0 alaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering
ditemukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.
2eukositosis tepat terjadi %alaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula
dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung
jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. 2aju endap darah
pada demam tifoid dapat meningkat.
S+34 dan S+P4 seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi
normal setelah sembuh. $enaikan S+34 dan S+P4 tidak memerlukan
penanganan khusus Sudoyo, &'1().
Ui !idal0 5ji idal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. tvphi.
Pada uji idal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi
dengan antibodi yang disebut aglutinin. "ntigen yang digunakan pada uji idal
adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Maksud uji idal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
4/21
penderita tersangka demam tifoid yaitu0 a). "glutinin 3 dalam tubuh kuman), b).
"glutinin 6 flagela kuman), dan ). "glutinin 7i simpai kuman) Sudoyo,
&'1().
Dari ketiga aglutinin ini tersebut hanya aglutinin 3 dan 6 yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini. Pembentukan aglutinin mulai terjadipada
akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat seara epat dan menapai
punak pada minggu ke empat, dan tetap tinggi selama heberapa minggu. Pada
fase akut mula#mula timbul aglutinin 3, kemudian diikuti dengan aglutinin 6.
Pada orang yang telah sembuh aglutinin 3 masih tetap dijumpai setelah (#8 bulan,
sedangkan aglutinin 6 menetap lebih lama antara 9#1& bulan. 3leh karena itu uji
idal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit Sudoyo, &'1().
"da beberapa faktor yang mempengaruhi uji idal yaitu0
1) Pengobatan dini dengan antibiotik, &) +angguan pembentukan antibodi, dan
pemberian kortikosteroid, :) aktu pengambilan darah, () Daerah endemik atau
non#endemik, 5) /i%ayat vaksinasi , 8) /eaksi anamnestik, yaitu peningkatan
titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa
lalu atau vaksinasi. ;)
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
5/21
pertumbuhan kuman> :) /i%ayat vaksinasi. 7aksinasi di masa lampau
menimbulkan antibodi dalam darah pasien. "ntibodi aglutinin) ini dapat
menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negatif> () Saat pengambilan
darah setelah minggu pertama. pada saat aglutinin semakin meningkat Sudoyo,
&'1().
d. $omplikasi
Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ utama 1ubuh
dapat diserang dan berbagai komplikasi senius dapat terjadi. Beberapa komplikasi
yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu
1) $omplikasi intestinal. Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik,
panreatitis
&) $omplikasi ekstra#intestinal.
a) $omplikasi kardiovaskular0 gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis.
b) $omplikasi darah0 anemia hemolitik, trombositopenia, $!D,
trombosis.
) $omplikasi paru0 pneumonia, empiema, pleuritis.
d) $omplikasi hepatobilier0 hepatitis, kolesistitis.
e) komplikasi ginjal0 glomerulonefritis, pielonefnitis, perinefritis.
f) komplikasi tulang0 osteomielitis, periostitis, spondilitis, artnitis.
g) komplikasi neuropsikiatrik?tifoid toksik.
e. Penatalaksanaan
1) Pengobatan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu0
%stira$at dan Pera&atan, dengan tujuan menegah komplikasi dan
memperepat penyembuhan.
#iet dan 'erai Penunang (simtomatik dan suortif), dengan tujuan
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien seara optimal.
Pemberian ntimikroba, dengan tujuan menghentilan dan meneegah
penyebaran kuman
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
6/21
%stira$at dan Pera&atan, 4irah baring dan pera%atan profesional bertujuan
untuk menegah komplikasi. 4irah baring dengan pera%atan sepenuhnya di
tempat seperti makan, minum, mandi, buang air keil, dan buang air besar
akan membantu dan memperepat masa penyembuhan. Dalam pera%atan
perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai. Posisi pasien perlu dia%asi untuk menegah dekubitus dan
pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan
dijaga.
#iet dan 'era Penunang, Diet merupakan hal yang ukup penting dalam
proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang
akan menurunkan keadaan umum dan gi@i penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan akan menjadi lama. Di masa lampau penderita demam
tifoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar
dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut disesuailan dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur sating tersebut ditujukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran erna atau perforasi usus. 6al ini
disebabkan ada pendapat bah%a usus hams diistirahatkan. Beberapa peneliti
menunjukkan bah%a pemberian makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk
rendah selulosa menghmndari sementara sayuran yang bersrat) dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. Sudoyo, &'1()
&) Pemberian "ntimikroba
3bat#obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid
adalah sebagai berikut0
"loramfenikol. Di !ndonesia kloramfenikol masih merupakan obat piliban
utama untuk mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah ( A =''
mg per hari dapat diberikan seara per oral atau intravena. Diberikan sampai
dengan ; hari bebas panas. Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa
nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata#
rata ;,& hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam dapat terjadi rata#
rata setelah hari ke-5.
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
7/21
'iamfenikol.Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir
sama dengan kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti
kemungkinan terjadmnya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah ( A ='' mg, demam rata#rata
menurun pada hari ke#= sampai ke#8.
"otrimoksa*ol. *fektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan
kloramfenikol. Dosis untuk orang de%asa adalah & A & tablet 1 tablet
mengandung sulfametoksa@ol ('' mg dan ' mg trimetoprim) dibenikan
selama & minggu.
misilin dan moksisilin. $emampuan obat ini untuk menurunkan demam
lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan
berkisar antara ='#1=' mg?kgBB dan digunakan selama & minggu.
Sefalosorin Generasi "etiga. 6ingga saat ini golongan sefalosporin
generasi ke#: yang terbukti efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson,
dosis yang dianjurkan adalah antara :#( gram dalam dekstrosa 1''
diberikan selama 1?&jam perinfus sekali sehari, diberikan selama : hingga =
hari.
Golongan +luorokuinolon. +olongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan
aturan pemberiannya0
a) orfloksasin dosis & A ('' mg?han selama 1( hari
b) Siprofloksasin dosis & A ='' mg?han selama 8 hari
) 3floksasin dosis & A ('' mg?han selama ; hari
d) Pefloksasin dosis ('' mg?han selama ; hari
e)
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
8/21
peritonitis atau perforasi, serta syok septik, yang pemah terbukti ditemukan &
maam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella.
"ortikosteroid. Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid
atau demam tifoid yang mengalami syok septik dengan dosis : A = mg.
Sudoyo, &'1()
&. 6!7#"!DS
"!DS atau Sindrom $ehilangan $ekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus 6!7. "kibat
kehilangan kekebalan tubuh, penderita "!DS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita "!DS sering kali
menderita keganasan,khususnya saroma $aposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. 7irus
6!7 adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. /etrovirus mempunyai
kemampuan menggunakan /"#nya dan D" pejamu untuk membentuk virus D" dan
dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, 6!7 menginfeksi
tubuh dengan periode imkubasi yang panjang klinik#laten), dan utamanya menyebabkan
munulnya tanda dan gejala "!DS. 6!7 menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghanurkannya. 6al tersebut terjadi dengan menggunakan D" dari -D(Cdan limfosit
untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut menghanurkan -D(C dan limfosit.
Seara strutural morfologinya, bentuk 6!7 terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar#melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian /". 6!7
mempunyai : gen yang merupakan komponen funsional dan strutural. 4iga gen tersebut
yaitugag,pol, dan env. Gagberarti group antigen,polme%akili polymerase, dan envadalah
kepanjangan dari envelope6offmann, /okhstroh, $amps,&''8). +engagmengode proteininti. +enpolmengode en@im reverse transriptase, protease, integrase. +en envmengode
komponen strutural 6!7 yang dikenal dengan glikoprotein. +en lain yang ada dan juga penting
dalam replikasi virus, yaitu 0 rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
9/21
a. *tiologi
6!7 ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy "ssoiated virus 2"7) atau
human 4#ell leukemia virus 111 6427#111) yang juga di sebut human 4#ell lymphotrophi
virus retrovirus) 2"7 di temukan oleh montagnier dkk. Pada tahun 19: di pranis, sedangkan
6427#111 di temukan oleh +allo di amerika serikat pada tahun berikutnya. 7irus yang sama ini
ternyata banyak di temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada &'' monyet hijau
afrika,;' dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan penyakit. ama lain
virus tersebut ialah 6!7.
6iv 4*/D!/! "4"S hiv#1 D" hiv#& terbanyak karena 6!7#1 terdiri atas dua untaian
/" dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel hospes.
7irus "!DS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel
darah putih spesifik yang di sebut limposit 4#helper atau limposit pemba%a fator 4( -D().
7irus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limposit 4#helper seara progresif dan
menimbulkan imunodefisiensi serta untuk selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh
kuman,jamur, virus dan parasit serta neoplasma. Sekali virus "!DS menginfeksi seseorang, maka
virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan
mengadakan reaksi terhapat invasi virus "!DS dengan jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu
antibodi 6!7, yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan ara#ara yang biasa
sehingga penderita tetap akan merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang
dapat menularkan virusnya pada orang lain di sekelilingnya. $ebanyakan orang yang terinfeksi
oleh virus "!DS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada
beberapa orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi "!DS yang full#
blo%n. Sudoyo, &'1()
b. Patogenesis
1. Mekanisme system imun yang normal
Sistem imun melindungi tubuh dengan ara mengenali bakteri atau virus yang masuk ke
dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. $etika system imun melemah atau rusak oleh
virus seperti virus 6!7, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
10/21
imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang,
thymus, nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendiA, darah, dan limfa.
a) Sel B
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
11/21
diri. Sebanyak 1' milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama 6!7
akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada &( jam
pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus
limfa dan kadang#kadang ke pembuluh darah perifer selama = hari setelah papran,
dimana replikasi virus menjadi semakin epat.
Siklus hidup 6!7 dapat dibagi menjadi = fase, yaitu 0
1. Masuk dan mengikat
&.!eversetranskripstase
:. /eplikasi
(."udding
=. Maturasi
:. 4ipe dan sub#tipe dari virus 6!7.
"da & tipe 6!7 yang menyebabkan "!DS0 6!7#1 yang 6!7#&. 6!7#1 bermutasi
lebih epat karena reflikasi lebih epat. Berbagai maam subtype dari 6!7#1 telah
d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko
tinggi
!ndividu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe 6!7#1
dan distribusi geografisnya0
Sub tipe "0 "frika tengah
Sub tipe B0 "merika selatan,brasil,rusia,4hailand
Sub tipe -0 Brasil,india,afrika selatan
Sub tipe D0 "frika tengah
Sub tipe *04hailand,afrika tengah
Sub tipe
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
12/21
(. *fek dari virus 6!7 terhadap system imun
!nfeksi Primer atau Sindrom /etroviral "kut $ategori $linis ")
!nfeksi primer berkaitan dengan periode %aktu di mana 6!7 pertama kali masuk
ke dalam tubuh. Pada %aktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukkan
jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di dalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter menapai 1 juta. 3rang
de%asa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. 4anda
dan gejala dari sindrom retrovirol akut ini meliputi 0 panas, nyeri otot, sakit kepala,
mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan
timbul ruam. 4anda dan gejala tersebut biasanya munul dan terjadi ( minggu
setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering
salah terdeteksi sebagai influen@a atau infeksi mononuleosis.
Selama imfeksi primer jumlah limfosit -D(Cdalam darah menurun dengan epat.
4arget virus ini adalah limfosit -D(Cyang ada di nodus limfa danthymus.
$eadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi 6!7 rentan terkena infeksi
oportunistik dan membatasi kemampuanthymusuntuk memproduksi limfosit 4.
4es antibody 6!7 dengan menggunakanen#yme linked imunoabsorbent
assay*!") akan menunjukkan hasil positif. Sudoyo, &'1()
4ransmisi 6!7?"!DS
Penularan "!DS dapat dibagi dalam & jenis, yaitu 0
a. Seara $ontak Seksual
1. "no#+enital
-ara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi
penularan 6!7, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi
semen dari pengidap 6!7.
&. 3ra#+enital
-ara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan semen dari
mitra seksual pengidap 6!7.
:. +enito#+enital ? 6eteroseksualPenularan seara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan
suami istri yang mengidap 6!7, resiko penularannya, berbeda#beda antara satu
peneliti dengan peneliti lainnya.
b. 4ransmisi on Seksual
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
13/21
1. 4ransmisi Parental
Faitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan
jarum suntik yang teremar seara bersama#sama. Disamping dapat juga terjadi
melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih
dahulu. /esiko tertular ara transmisi parental ini kurang dari 1.Darah?Produk Darah
4ransmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara#negara barat sebelum
tahun 19=. Sesudah tahun 19= transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat
jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. /esiko tertular
infeksi?6!7 le%at trasfusi darah adalah lebih dari 9'.
&. 4ransmisi 4ransplasental
Penularan dari ibu yang mengandung 6!7 positif ke anak mempunyai resiko sebesar
='. Penularan dapat terjadi se%aktu hamil, melahirkan dan se%aktu menyusui.
Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah. Sudoyo,
&'1()
. +ejala 6!7?"!DS
"da terdapat = stadium penyakit "!DS, yaitu 0
1. +ejala a%al stadium infeksi yaitu 0
Demam
$elemahan
yeri sendi !yeri tenggorok
Pembesaran kelenjaran getah bening
&. Stadium tanpa gejalaStadium dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan
infeksi 6!7.
:. +ejala stadium "/- 0(. Demam lebih dari :- seara berkala atau terus
=. Menurunnya berat badan lebih dari 1' dalam %aktu : bulan
a. Pembesaran kelenjar getah beningb. Diare menret yang berkala atau terus menerus dalam %aktu yang lama tanpa
sebab yang jelas
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
14/21
. $elemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik
d. $eringat malam
8. +ejala "!DSa. +ejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma $aposi
kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah bening.
b. 4erdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumoystis,4B-, serta
penyakit infeksi lainnya seperti teksoplasmosis.
;. +ejala gangguan susunan sarafa. 2upa ingatan
b. $esadaran menurun
. Perubahan $epribadian
d. +ejalaGgejala peradangan otak atau selaput otake. $elumpuhan
Sudoyo, &'1()
d. Pemeriksaan Penunjang
1. $onfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus strutural.
6asil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi.
&. 5ntuk transmisi vertial antibody 6!7 positif) dan serokonversi antibody 6!7
negative), serologi tidak berguna dan /" 6!7 harus diperiksa. Diagnosis
berdasarkan pada amflikasi asam nukleat.
:. 5ntuk memantau progresi penyakit, viral load72) dan hitung D-( diperiksa seara
teratur setiapH1& minggu). Pemeriksaan 72 sebelum pengobatan menentukan
keepatan penurunan -D(, dan pemeriksaan pasapengobatan didefinisikan sebagai
72 I=' kopi?m2). menghitung -D( menetukan kemungkinan komplikasi, dan
menghitung -D( J&'' sel?mm:menggambarkan resiko yang terbatas. "dapun
pemeriksaan penunjang dasar yang diindikasikan adalah sebagai berikut 0
Semua pasien -D( I&'' sel?mm:
"ntigen permukaan 6B7K /ontgen toraks
"ntibody inti 6B7C /" 6-7
"ntibody 6-7 "ntigen kriptokukus
"ntibody !g+ 6"7 3-P tinja
"ntibody 4oAoplasma
"ntibody !g+ sitomegalovirus -D( I1'' sel?mm:
Serologi 4reponema P-/ sitomegalovirus
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
15/21
/ontgen toraks
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
16/21
e. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk "!DS, jadi perlu dilakukan penegahan 6uman
!mmunodefiieny 7irus 6!7) untuk menegah terpajannya 6uman !mmunodefiieny 7irus
6!7), bisa dilakukan dengan 0
1. Melakukan abstinensi seks ? melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
&. Memeriksa adanya virus paling lambat 8 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
:. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status 6uman
!mmunodefiieny 7irus 6!7) nya.
(. 4idak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
=. Menegah infeksi kejanin ? bayi baru lahir.
"pabila terinfeksi 6uman !mmunodefiieny 7irus 6!7), maka pengendaliannya yaitu 0
1. Pengendalian !nfeksi 3purtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial,
atau sepsis. 4idakan pengendalian infeksi yang aman untuk menegah kontaminasi bakteri
dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan pera%atan
kritis.
&. 4erapi "E4 "@idotimidin)
Disetujui
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
17/21
(. 7aksin dan /ekonstruksi 7irus
5paya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
pera%at unit khusus pera%atan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
kepera%atan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi "!DS.
=. Pendidikan untuk menghindari alohol dan obat terlarang, makan#makanan sehat,hindari
stress,gi@i yang kurang,alohol dan obat#obatan yang mengganggu fungsi imun.
8. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel 4 dan memperepat
reflikasi 6uman !mmunodefiieny 7irus 6!7).
Sudoyo, &'1()
:. /abies
!nfeksi biasanya terjadi melalui kontak dengan binatang seperti anjing, kuing,
kera, serigala, kelela%ar dan ditularkan pada manusia melalui gigitan binatang atau
kontak virus saliva binatang) dengan luka pada host ataupun melalui membran
mukosa. $ulit yang utuh merupakan barier pertahanan terhadap infeksi. 4ransmisi
dari manusia ke manusia belum pernah dilaporkan. !nfeksi rabies pada manusia
terjadi dengan masuknya virus le%at luka pada kulit garukan, leet, ataupun luka
robek) atau mukosa. Paling sering melalui luka gigitan anjing tetapi bisa melalui
gigitan kuing, kera, atau binatang lain yang terinfeksi serigala, musang, kelela%ar).
-ara infeksi yang lain adalah melaluui inhalasi dimana dilaporkan terjadinya infeksi
rabies pada orang yang mengunjungi goa kelela%ar tanpa ada gigitan. Dapat pula
kontak virus rabies pada keelakaan kerja di laboratorium atau akibat vakin dari virus
rabies yang masih hidup. 4erjangkitnya infeksi rabies juga dilaporkan pada tindakan
transplantasi kornea dari donor yang mungkin terinfeksi rabies Sudoyo, &'1().
Patogenesis #an Patologi Rabies
Setelah virus rabies masuk kedalam tubuh manusia, selama & minggu virus
menetap pada tempat masuk dan di jaringan otot di dekatnya. 7irus berkembangbiak
atau langsung menapai ujung#ujung saraf perifer tanpa menunjukan perubahan#
perubahan fungsinya. Selubung virus menjadi satu dengan membran plasma dan
protein ribonukleus dan memasuki sitoplasma. Beberapa tempat pegikatan adalah
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
18/21
reseptor asetil kolin postsinaptik pada neuromusular antionaldi SSP. Dari saraf
perifer virus menyebar seara sentripetal melalui endoneurium sel#sel sh%an dan
melalui aksoplasma menapai ganglion dorsalis dalam %aktu 8'#;& jam dan
brkembang biak. Selanjutnya virus menyebar dengan keepatan : mm?jam ke SSP
medulla spinalis dan otak) melalui 2-S. Di otak, virus menyebar seara luas dan
memperbanyak diri dalam semua bagian neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam
serabut saraf otonom, otot skelet, otot jantung, kelenjar adrenal, ginjal, mata,
panreas. Pada tahap berikutnya viral akan virus akan terdapat pada kelenjar ludah,
kelenjar lakrimalis, system respirasi. 7irus juga tersebar pada air susu dan urin. Pada
manusia hanya dijumpai kelainan pada midbraib dan medulla spinalis pada rabies tipe
furious dan pada medulla spinalis pada tipe paralitik. Perubahan patologi berupa
degenerasi sel ganglion , infiltrasi sel mononuklear dan perivasular, neurofagia, dan
pembentukan nodul pada glia pada otak dan pada medulla spinalis. Dijumapai negri
bodies yaitu suatu benda intra sitoplasmik yang berisi komponen viral terutama
prointrasitoplasmik yang berisi komponen virus terutama protein ribonuklear dan
fragmen organeka seluler seperti ribosomes. egri bodies dapat ditemukanpada
seluruh bagian otak, terutama pada korteks serebri, batang otak, hipotalamus, sel
purkinje serebelum, ganglion dorsalis medulla spinalis. Pada &' kasus rabies tidak
ditemukan egri bodies. "danya miokarditis menerangakan terjadiya aritmia pada
pasien rabies Sudoyo dkk, &'1().
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
19/21
Gambar 2. -ara enularan Rabies (Sudoyo, dkk, 2014)
anifestasi "linis Rabies
Masa inkubasi rabies 9= antara :#( bulan, masainkubasi bisa berfariasi antara ;
hari#; tahun, hanya 1 kasus dengan inkubasi kadang#kadang pasien tidak dapat
mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada anak#anak masa inkubasi biasanya lebih
pendek daripada orang de%asa. 2amanya masa iinkubasi dipengaruhi oleh dalam dan
besarnya luka gigitan, lokasi luka gigitan jauh dekatnya ke saraf pusat), derajat
patogenitas virus dan persyarafan daerah luka gigitan. 2uka pada kepala inkubasi &=#
( hari, dan pada ekstremitas (8#; hari. Pada manusia seara teoritis gejala klinis
terdiri dari ( stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang
lainnya, yaitu 0 1) gejala prodromal nonspesifik> &) ensefalitis akut> :) disfungsi
batang otak> () koma dan kematian. "dapun stadium#stadium tersebut di atas antara
lain Sudoyo dkk, &'1()01. Stadium Prodromal
Stadium prodromal berlangsung 1#( hari dan biasanya tidak ditemukan gejala
spesifik. 5mumnya disertai gejala respirasi atau abdominal yang ditandai oleh
demam, menggigil, batuk, nyeri menelan, nyeri perut, sakit kepala, malaise,
myalgia, mual muntah, diare dan nafsu makan menurun. +ejala yang lebih
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
20/21
spesifik yaitu gatal dan parastesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh
='). Stadium prodromal dapat berlangsung sampai gejala neurologis akut dapat
berupa furios atau paralitik. Miodema dijumpai pada stadium prodromal pada
stadium prodromal dan menetap selama perjalan penyakit. Sudoyo, dkk, &'1()
&. Stadium eurologis "kutDapat berupa gejala furios atau paralitik. Pada furios penderita menjadi hiperaktif,
disorientasi, mengalami halusinasi, atau bertingkah laku aneh. Selama beberapa
jam#hari, gejala hiperaktif dapat terjadi karena rangsangan#rangsangan tersebut.
Bila penderita diberi segelas air minum dan menoba meminumnya akan terjadi
spasme hebat otot#otot faring, akibatnya penderita menjadi takut air hirofobia)
yang khas pada rabies. $eadaan yang sama dapat ditimbulkan oleh rangsangan
sensorik seperti meniupkan lilin ke muka pasien aerofobia), atau dengan
menjatuhkan sinar ke mata fotofobia) atau dengan menepuk tangan didekat
telinga pasien. 4anda#tanda klinis lain yang dapat dijumpai berupa hiperaktivitas,
halusinasi, gangguan kepribadian, meningismus, lesi saraf kranialis, fasikulasi
otot dan gerakan#gerakan involunter, fluktuasi otot dan gerakan#gerakan
involunter, fluktiasi suhu badan, dilatasi pupil.lesi pada nuleus amigdala
memberikan gejala libido yang meningkat, pripismus, dan organisme spontan.
+ejala otonomik pada stadium ini diantaranya adalah dilatasi pupil yang ireguler,
peningkatan lakrimasi, hipertermia, takikardia, hipotensi postural, hipersalivasi.
+ejala lain dalam fase ini aialah demam, fasikulasi otot, hiperventilasi dan
konvulsi. Meskipun sering kejang penderita tetap sadar. +ejala#gejala stadium
eksitasi dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal. $ematian paling
sering terjadi pada stadium ini yang dapat terjadi akibat gagal napas yang
disebabkan oleh kontraksi otot#otot pernapasan atau keterlibatan pusat pernapasan
dan miokarditis, aritmia, dan henti jantung akibat stimulasi saraf fagus. Bila
stadium inni dapat terle%ati, pasien masuk ke stadium paralitik. Sudoyo, dkk,
&'1()
"pabila pasien tidak meninnggal, &' penderita akan masuk ke stadium
paralitik yang ditamdai dengan demam dan sakit kepala, paralisis pada
ekstremitas yang digigit, mungkin difusatau simetri, tau dapat menyebar seara
asendens seperti pada sindroma +uillain#Barre, dan kaku kuduk dapat dujumpai.
7/26/2019 Demam Tifoid, HIV, Rabies
21/21
Pada stadium paralitik dapat tidak temui gejala hidrofobia, aerofobia,
hiperaktivitas dan kejang. Pada keadaan ini kesadaran dapat utuh, akan tetapi
dapat memburuk seara gradual menjadi bingung, disorientasi, paraplegia,
gangguan menelan, kelumpuhan pernapasan, dan akhirnya meninggal. Seluruh
manifestasi ini terjadi selama hari dengan fase paralitik lebih panjang.
Sudoyo, dkk, &'1()
:. Stadium $oma"pabila tidak terjadi kematian pada stadium neurologi, penderita dapat
mengalami koma. $oma dapat terjadi dalam 1' hari setelah tampak gejala rabies
dan dapat berlangsung hanya beberapa jam sampai beberapa jam sampai
berbulan#bulan tergantung penanganan intensif. Pada penderita yang tidak
ditangani, penderita dapat segera meinggal setelah terjadi koma, dan pada
penanganan di "S rata#rata hanya pera%atan sampai meninggal 1: hari. Beberapa
komplikasi dapat terjadi dan menjadi penyebab kematian.samapai saat ini hamper
seluruh penderita rabies meninggal, hanya ada ( laporan penderita enephalitis
rabies hidup. Dua penderita diberi vaksin tanpa imunoglobuilin sesudah gigitan
multiple dan bertahan hidup lama :( bulan pada 1 kasus) tetapi dengan gangguan
neurologi yang berat. Dua kasus lain didiagnosis sebagai ensefalitis rabies
setelah pemberian vaksin embrio bebek dan suking mouse vaine tetapi
didiagnosis sebagai ensefalitis berdasarkan tes serologi tidak dijumpai antigen
virus). Sudoyo, dkk, &'1()
Daftar Pustaka
Sudoyo, dkk. &'1(. "uku 'ar &lmu Penyakit *alam. +ilid &&&. $disi ,. Lakarta, !nterna
Publishing.