Upload
cahyadi-pangemanan
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 1/19
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS
FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEMAM REMATIK
DISUSUN OLEH:
Cahyadi Pangemanan C111 09 287
PEMBIMBING:
dr. A. Risko Amalia
SUPERVISOR:
dr.Burhanuddin Iskandar, Sp. A (K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 2/19
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Cahyadi Pangemanan
NIM : C111 09 287
Judul PKMRS : Demam Rematik
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Mei 2013
Mengetahui,
Co-Ass
Cahyadi Pangemanan
Pembimbing
dr. A. Risko Amalia
Supervisor
dr. Burhanuddin Iskandar, Sp. A (K)
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 3/19
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
ETIOLOGI ............................................................................................................... 4
PATOGENESIS ....................................................................................................... 5
FAKTOR RESIKO .................................................................................................. 8
DIAGNOSIS ............................................................................................................ 9
PENATALAKSANAAN ....................................................................................... 14
KOMPLIKASI ....................................................................................................... 15
PENCEGAHAN ..................................................................................................... 16
PROGNOSIS ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19
REFERENSI
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 4/19
PENDAHULUAN
Demam rematik adalah penyakit akibat reaksi autoimun terhadap infeksi bakteri
Streptococcus hemolyticus- β grup A. atau disebut juga Streptococcus Grup A.
Walaupun banyak bagian tubuh yang terkena, hampir semua manifestasinya sem-
buh sepenuhnya. Kecuali kerusakan katup jantung [penyakit jantung rematik
(PJR)], yang dapat persisten setelah semua gejala lain telah hilang.1
Demam rematik dan penyakit jantung rematik adalah penyakit golongan ekonomi
rendah. Umum di semua negara hingga awal abad ke-20, di mana insidensinya
mulai berkurang di negara industri. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan
kualitas hidup – terutama karena perumahan yang kurang padat dan hygiene yang
lebih baik – sehingga transmisi GAS berkurang. Penggunaan antibiotik dan pen-
ingkatan sistem sarana kesehatan juga memberikan kontribusi terhadap penurunan
insidensi demam rematik.1
Demam rematik adalah penyakit terutama pada anak usia 5-14 tahun. Episode
awal menjadi lebih jarang pada remaja dan dewasa muda dan lebih jarang padaorang usia lebih dari 30 tahun. Kebalikannya, episode rekuren demam rematik
secara keseluruhan tetap umum pada remaja dan dewasa muda. Pola sebaliknya
terjadi dengan prevalensi penyakit jantung rematik, yang memuncak pada usia 25
dan 40 tahun. Hubungan antara demam rematik dengan jenis kelamin belum jelas,
akan tetapi penyakit jantung rematik lebih sering pada wanita, frekuensinya bisa
mencapai dua kali dari pria.1
ETIOLOGI
Streptococcus Grup A didefinisikan sebagai genus bakteri gram-positif yang ter-
susun oleh strain Streptococcus pyogenes. Strain Streptococcus Grup A memiliki
antigen permukaan yang mirip dengan yang dikenali melalui tes serogroup Lance-
field yang dinamakan antigen Lancefield grup A. Pengelompokkan oleh Lance-
field (ada sekitar 18 kelompok Lancefield) yang tersusun oleh kelompok spesies
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 5/19
Streptococcus yang berbeda yang memiliki antigen spesifik dan dibedakan dengan
tes antibodi spesifik Lancefield. Sebagai tambahan, strain Streptococcus Grup A
adalah beta hemolitikus (artinya bakteri dapat melisiskan sel darah merah pada
plat agar dengan sekretnya). Streptococcus Grup A tampak berpasang-pasangan
dan membentuk rantai pada pewarnaan Gram. Streptococcus Grup A juga disebut
“beta strep, GAS (Group-A Streptococcus), dan GABHS (Group- A β -haemolytic
Streptococcus/Streptococcus hemolisis-β grup A)”. 4
Streptococcus Grup A sering ditemukan pada mulut dan kulit. Seseorang dapat
memiliki Streptococcus Grup A di mulut atau kulitnya dan tidak menunjukkan
gejala suatu penyakit. Pada umumnya infeksi Streptococcus Grup A adalah pen-
yakit ringan seperti faringitis atau impetigo. Kadang – kadang juga dapat me-
nyebabkan penyakit yang parah dan bahkan mengancam nyawa.5
Terdapat fakta yang cukup mendukung hubungan antara infeksi saluran napas atas
oleh Streptococcus Grup A dan demam rematik dan penyakit jantung rematik.
Sebanyak 2/3 pasien dengan episode akut demam rematik memiliki riwayat in-
feksi saluran napas atas beberapa minggu sebelumnya, dan pasien dengan demam
rematik hampir selalu memiliki bukti serologis infeksi Streptococcus Grup A
sebelumnya. 2
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 6/19
Streptococcus Grup A memiliki banyak komponen yang berkontribusi terhadap
kemampuan pathogennya untuk menimbulkan penyakit:
- Asam lipoteichoic pada permukaannya membantu Streptococcus
Grup A berikatan dengan membrane sel epitel.
- Protein M (lebih dari 100 tipe pada strain Streptococcus Grup A)
membantu bakteri bertahan dari reaksi imun host.
- Exotoksin (contoh: DNAse A, C dan D, streptolysin S, proteinase,
streptokinase, dan eksotoksin pirogen [A-D]).
- Stimulator sistem imun manusia (contoh: streptolysin O, DNAse
Bm dan hyaluronidase).4
PATOGENESIS
Virulensi Streptococcus Grup A tergantung terutama pada protein M, dan strain
yang kaya protein M resisten terhadap fagositosis pada darah segar manusia, di
mana strain yang tidak memiliki protein M tidak. Streptococcus Grup A yang
diisolasi dari pembawa Streptococcus Grup A faring kronik memiliki sedikit atau
tidak sama sekali protein M dan relative tidak virulen. Antigen protein M men-
stimulasi produksi antibodi protektif. Antibody yang dihasilkan merupakan anti-
bodi spesifik yang melindungi melawan infeksi dengan protein M homolog tetapi
tidak dengan tipe protein M lain. Sehingga, infeksi Streptococcus Grup A sering
terjadi pada anak dan remaja karena perbedaan protein M ini. Orang dewasa bisa
saja kebal terhadap banyak tipe protein M yang sering ditemukan di lingkungan,
akan tetapi karena banyaknya serotype diragukan imunitas total bisa dicapai.2
Berdasarkn pada fakta yang tersedia, demam rematik akut disebabkan khususnya
oleh Streptococcus Grup A yang menginfeksi saluran napas atas. Walaupun du-
lunya, serotype M tertentu (khususnya tipe 1, 3, 5 ,6, 14, 18, 19, 24, 27, dan 29)
dihubungkan dengan demam rematik, pada daerah dengan insidensi tinggi,
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 7/19
sekarang diperkirakan semua strain Streptococcus Grup A memiliki potensi untuk
menyebabkan demam rematik. Potensi infeksi kulit dan Streptococcus grup C dan
G menimbulkan demam rematik sedang diteliti.1
Diperkirakan 3 – 6% dari berbagai populasi manusia rentan terhadap demam
rematik, dan proporsi ini tidak berbeda jauh antara tiap populasi. Temuan dengan
pengelompokkan keluarga dari kasus – kasus dan kesesuaian pada kembar
monozigot – khususnya untuk chorea – dikonfirmasi bahwa kerentanan terhadap
demam rematik adalah sesuatu yang diwariskan. Khususnya alel kelas II antigen
leukosit manusia tampaknya sangat kuat hubungannya dengan kerentanan. Suatu
hubungan juga dideskripsikan dengan tingkat mannose-binding lectin yang tinggi
dan polimorfisme gen transforming growth factor 1 dan gen immunoglobulin.
Tingkat ekspresi alloantigen tertentu yang tinggi tampak pada sel B, D8 – 17,
ditemukan pada pasien dengan riwayat demam rematik pada banyak populasi,
dengan tingkat ekspresi menengah pada anggota keluarga inti, menunjukkan bah-
wa hal ini bisa menjadi penanda kerentanan yang diturunkan.1
Ketika host yang rentan terpajan dengan Streptococcus Grup A, reaksi autoimun
terjadi, yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan manusia sebagai akibat
reaktivitas silang antara epitop pada bakteri dengan host. Reaktivitas silang epitop
terdapat pada protein M streptococcus dan N-acetylglucosamine pada karbohidrat
Streptococcus Grup A dan secara imunologis mirip dengan myosin (protein yang
berperan pada kontraksi otot), keratin (protein pembentuk lapisan kulit terluar
manusia), aktin (pembentuk mikrofilamen, penyusun utama sitoskeleton), laminin
(protein utama pembentuk lamina basalis), vimentin, dan N-acetylglucosamine
(cairan sendi) manusia. Sekarang dianggap bahwa kerusakan awal diakibatkan
reaksi silang antibodi yang berikatan dengan endotel katup jantung, yang
memungkinkan terlibatnya sel T CD4+, yang mengarah terjadinya subsekuensi
peradangan dimediasi sel T.1
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 8/19
FAKTOR RESIKO
1. Riwayat keluarga. Beberapa orang merupakan pembawa gen yang
rentan terhadap demam rematik.
2. Lingkungan. Resiko demam rematik sangat tinggi pada pemukiman
yang padat, sanitasi buruk dan kondisi lain yang meningkatkan
resiko penularan atau pajanan berulang Streptococcus Grup A.
3. Riwayat penyakit kronik. Penyakit kronik seperti kanker, diabetes
mellitus, dan penyakit paru atau jantung kronik memiliki resiko
tinggi untuk menderita demam rematik.6
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 9/19
DIAGNOSIS
I. Untuk menegakkan diagnosis demam rematik digunakan Kriteria
Jones.
Manifestasi Mayor Manifestasi Minor
1. Karditis
Adanya bising
Sistolik
Middiastolik di apeks kordis
Diastolik di basal
Bising yang berubah
Kardiomegali
Perikarditis
Gagal jantung
2. Poliartritis migrans
3. Chorea Sydenham
4. Nodul subkutan
5. Eritema marginatum
1. Klinik
Demam
Artralgia
Riwayat DR/PJR
2. Laboratorik
Fase Akut:
- LED meningkat
- CRP positif
- Leukositosis
3. EKG: interval P – R memanjang
Ditambah dengan bukti adanya infeksi Streptococcus sebelumnya:
- Titer ASTO atau titer antibodi Streptococcus lainnya meningkat
o Dewasa: 160 Todd unit/ml
o Usia 6 bulan sampai 2 tahun: 50 Todd unit/ml
o Usia 2 sampai 4 tahun: 160 Todd unit/ml
o Usia 5 sampai 12 tahun: 330 Todd unit/ml
o Neonatus: sama dengan ibunya
- Ditemukan kuman Streptococcus beta-hemolitikus grup A pada
biakan tenggorok
- Baru menderita demam Scarlet
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 10/19
Jika ditemukan 2 manifestasi mayor atau 1 manifestasi mayor ditambah 2
manifestasi minor, didukung bukti infeksi SBHA berarti kemungkinan be-
sar terdapat DR. bila tidak didukung bukti tersebut, diagnosis DR dira-
gukan, kecuali pada DR dengan periode laten yang lama (chorea Syden-
ham atau karditis ringan).3
A. Karditis
Karditis dan penyakit jantung rematik kronik resultan adalah manifestasi
paling serius dari demam rematik dan berperan paling besar terhadap mor-
biditas dan mortalitas penyakit demam rematik. Karditis demam rematik
ditandai dengan perikarditis, dengan radang aktif myocardium, pericardi-
um, dan endokardium. Gejala jantung pada demam rematik bervariasi
tingkat keparahannya dari perikarditis eksudatif yang berbahaya hingga
gejala jantung yang ringan. Endokarditis (valvulitis) adalah temuan uni-
versal pada karditis rematik di mana keberadaan perikarditis dan myokar-
ditis bervariasi. Myokarditis dan /atau perikarditis tanpa adanya bukti en-
dokarditis jarang disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Kebanyakan
kasus terdapat penyakit katup mitral saja ataupun kombinasi penyakit
katup aorta dan mitral. Yang hanya melibatkan katup aorta jarang terjadi.
Karditis terjadi sekitar 50 – 60% dari seluruh kasus demam rematik. Se-
rangan rekuren demam rematik pada pasien dengan karditis pada serangan
awal dihubungkan dengan tingkat karditis yang tinggi. Akibat utama dari
karditis rematik akut adalah penyakit katup jantung kronik progresif, teru-
tama stenosis valvular yang mungkin membutuhkan penggantian katup.
B. Poliartritis Migrans
Artritis terjadi pada sekitar 75% pasien dengan demam rematik dan meli-
batkan terutama sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, dan siku. Vertebra, sendi kecil tangan dan kaki, atau panggul ja-
rang terkena. Sendi rematik biasanya panas, merah, bengkak, dan nyeri,
bahkan gesekan dengan pakaian terasa tidak nyaman. Rasa nyeri bisa
mendahului dan muncul secara tidak proporsional dengan temuan lain. Ar-
tritis dapat berpindah, sendi yang mengalami radang bisa kembali normal
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 11/19
dalam 1 – 3 hari tanpa pengobatan, kemudian 1 atau lebih sendi besar
terkena. Artritis parah bisa persisten hingga beberapa minggu jika tidak di-
tangani. Artritis monoartikular jarang terjadi kecuali terapi antiinflamasi
diberikan lebih awal, sehingga mencegah perkembangan poliartritis mi-
grans. Jika anak dengan demam dan artritis dicurigai menderita demam
rematik, biasanya lebih baik jika salisilat tidak digunakan dan men-
gobeservasi perkembangan perpindahannya. Respon terhadap dosis
salisilat yang kecil adalah salah satu karakteristik artritis ini, dan jika re-
spon ini tidak ada diagnosis alternative harus dipertimbangkan. Artritis
rematik tidak mangakibatkan deformitas. Umumnya artritis adalah mani-
festasi paling awal dari demam rematik dan berhubungan dengan pening-
katan titer antibody antistreptococcus temporal. Terkadang ada hubungan
terbalik antara keparahan artritis dengan keparahan gejala jantung.2
C. Chorea Sydenham
Chorea Sydenham terjadi pada 10 – 15% pasien demam rematik dan bi-
asanya muncul sebagai gangguan perilaku neurologis yang biasanya tidak
jelas dan tersendiri. Emosi labil, inkoordinasi, prestasi akademik ter-
ganggu, pergerakan tidak terkontrol, dan wajah meringis, diperhebat
dengan stress dan menghilang ketika tidur adalah suatu karakteristik. Cho-
rea biasanya unilateral. Masa laten dari infeksi Streptococcus Grup A akut
hingga terjadi chorea biasanya lebih panjang dibandingkan dengan artritis
atau karditis dan bisa mencapai bulanan. Onset dapat tersembunyi, dengan
gejala dapat ada hingga berbulan – bulan sebelum dikenali. Maneuver
klinis untuk mendapatkan gejala chorea termasuk (1) demonstrasi milk-
maid’s grip (kontraksi ireguler otot tangan ketika menggenggam jari
pemeriksa), (2) gerakan menyuap dan pronasi ketika lengan pasien diek-
stensikan, (3) gerakan wormian darting ketika lidah diprotrusi, dan (4)
pemeriksaan tulisan tangan untuk menilai pergerakan motorik halus. Diag-
nosis didasarkan pada temuan klinis dengan bukti dukungan antibodi
Streptococcus Grup A. Akan tetapi pasien dengan masa laten panjang dari
infeksi streptococcus pemicu, tingkat antibodi dapat menurun hingga nor-
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 12/19
mal. Walaupun serangan akutnya berbahaya, chorea jarang menyebabkan
sekuel neurologis permanen.2
D. Nodul Subkutan
Nodul subkutan jarang terjadi (≤1% dari semua pasien demam rematik)
dan terdapat nodul padat dengan diameter kurang lebih 1 cm sepanjang ek-
stensor atau permukaan tendon dekat prominensia tulang.2
E. Eritema Marginatum
Eritema marginatum jarang terjadi (<3% dari semua pasien demam remat-
ik) tetapi karakteristik ruam demam rematik terdapat lesi macular eritoma-
tous serpiginous dengan pusat pucat yang tidak gatal. Terjadi terutama pa-
da tubuh dan ekstremitas, tapi tidak pada wajah, dan bisa ditimbulkan
dengan menghangatkan kulit. Terdapat hubungan antara nodul ini dengan
tanda penyakit jantung rematik.2
F. Manifestasi Minor
Terdapat 2 manifestasti minor klinis, yaitu artralgia ( tanpa poliartritis se-
bagai manifestasi mayor) dan demam (biasanya sekitar 38◦C dan terjadi
pada awal penyakit). 2 manifestasi minor laboratorium yaitu peningkatan
reaksi fase akut (contoh: C-reactive protein, laju endap darah) dan interval
P – R yang memanjang pada elektrokardiogram. Akan tetapi interval P – R
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 13/19
yang memanjang sendiri tidak menjadi bukti karditis atau sekuel jantung
jangka panjang.2
G. Bukti Adanya Infeksi Streptococcus
Syarat mutlak untuk diagnosis demam rematik adalah bukti pendukung in-
feksi Streptococcus Grup A yang baru saja terjadi. Demam rematik
berkembang 2 – 4 minggu setelah episode akut faringitis Streptococcus
Grup A sewaktu ketika temuan klinis faringitis tidak lagi ada dan ketika
hanya 10 – 20% dari kultur tenggorokan atau Rapid test antigen strepto-
coccus hasilnya positif. Sepertiga pasien demam rematik tidak memiliki
riwayat faringitis sebelumnya. Sehingga bukti infeksi Streptococcus Grup
A sebelumnya biasanya didasarkan pada peningkatan titer serum antibodi
antistreptococcus. Ketika seseorang dicurigai menderita demam rematik,
tes antibodi multipel harus dilakukan. Kecuali pada pasien dengan chorea,
temuan klinis demam rematik umunya bertepatan dengan peninggian re-
spon antibodi antistreptococcus. Kebanyakan pasien dengan chorea men-
galami peningkatan antibodi terhadap 1 atau lebih antigen Streptococcus
Grup A. Tetapi pasien dengan masa laten infeksi Streptococcus Grup A
pemicu yang lama, antibodi bisa saja berada dalam batas normal. Diagno-
sis demam rematik tidak bisa dilakukan pada pasien dengan peningkatan
titer antibodi antistreptococcus yang tidak memenuhi Kriteria Jones karena
perubahan titer mungkin hanya kebetulan. Hal ini benar pada anak usia
sekolah, banyak yang mengalami pyoderma Streptococcus Grup A di
musim panas atau faringitis yang tidak berhubungan dengan Streptococcus
Grup A ketika musim dingin dan musim semi.2
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 14/19
PENATALAKSANAAN
1. Pengelolaan medis
a. Perawatan tirah baring dan reaktivasi
b. Eradikasi kuman Streptococcus
Pengobatan eradikasi kuman diikuti dengan profilaksis sekunder
Nama Obat Dosis Keterangan
Penisilin V
Penisilin BenzatinG, Penisilin
prokain G
Eritromisin
Claritromisin
Azitromisin
Cefaleksin
Amoksilin
20 mg po 2-3x u/ 10
hari
<30 kg: 600.000 U IM>30 kg 1,2 juta U
20 – 40 mg/kg/hari po
2 – 4x, 10 hari
7,5 mg/kg po 2x/hari,
10 hari
12 mg/kg/hari, po 5
hari
25 – 50 mg/kg/hari,4x, po, 10 hari
50 mg/kg po, 1x, 1
jam sebelum tindakan
bedah/gigi
Obat pilihan untuk faringitis
SGA
1 dosis untuk eradikasiSGA, prevensi primer
1x per 3 – 4 minggu u/ pre-
vensi sekunder
Alergi terhadap penisilin
c. Penggunaan obat anti radang
Nama Obat Dosis Keterangan
Aspirin
Prednison
*Aspirin
80 – 100 mg/kg/hari, 4 – 6x, po
2 mg/kg/hari, 2x po
untuk 2 – 4 minggu, t.
off minggu terakhir
Saat t. off prednisone
untuk 2 – 4 minggu
Obat pilihan untuk obat antiinflamasi
Kardiomegali, CHF, blok
AV
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 15/19
d. Pengobatan chorea
Diatasi dengan klorpromazin, dosis 1 mg/kgBB/hari. Dapat pula
digunakan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari atau
haloperidol.
e. Pengobatan sekuele
f. Diet bergizi tinggi, cukup kalori, protein, dan vitamin
2. Intervensi invasif / intervensi bedah
Terhadap kasus – kasus dengan kerusakan katup yang membutuhkan
valvulotomi maupunb perbaikan katup.3
KOMPLIKASI
Penyakit jantung rematik yang melibatkan katup dan endocardium adalah mani-
festasi terpenting pada demam rematik. Lesi valvular berawal dari lesi veruka
kecil yang terdiri dari fibrin dan sel – sel darah sepanjang satu atau lebih katup
jantung. Katup mitral yang paling sering terkena, kemudian katup aorta; manifes-
tasi jantung kanan jarang terjadi. Setelah inflamasi menghilang, veruka biasanya
menghilang dan meninggalkan jaringan parut. Dengan serangan berulang demam
rematik, veruka baru terbentuk dekat yang sebelumnya, dan dinding endocardium
dan chordae tendineae ikut terlibat. Kerusakan yang dapat ditimbulkan :
- Stenosis katup, terjadi karena penyempitan celah katup yang be-
rakibat menurunnya aliran darah
- Regurgitasi katup, terjadi kebocoran katup yang berakibat darah
mengalir ke arah yang salah.
- Kerusakan otot jantung, disebabkan oleh inflamasi oleh demam
rematik, sehingga dapat menyebabkan fungsi memompa jantung
berkurang.
Kerusakan katup mitral, katup jantung lain dan jaringan jantung lain dapat me-
nyebabkan masalah terhadap jantung di kemudian hari, antara lain:
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 16/19
- Fibrilasi atrium, atrium jantung mengalami denyut yang ireguler
dan kacau.
- Gagal jantung, ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang cukup untuk seluruh tubuh.6
PENCEGAHAN
Pencegahan episode awal dan rekuren demam rematik bergantung pada pengen-
dalian infeksi Streptococcus Grup A pada saluran napas atas. Pencegahan se-
rangan awal (pencegahan primer) tergantung pada identifikasi dan eradikasi Strep-
tococcus Grup A yang menyebabkan serangan faringitis akut. Seseorang yang te-
lah mengalami serangan demam rematik cenderung lebih rentan terhadap rekuren-
si demam rematik dengan infeksi saluran napas atas subsekuen oleh Streptococcus
Grup A, simtomatik maupun tidak. Untuk itu pada pasien ini harus menerima an-
tibiotic profilaksis kontinu untuk mencegah rekurensi (pencegahan sekunder).2
A. Pencegahan Primer
Terapi antibiotik yang tepat yang dilakukan sebelum hari ke-9 gejala
faringitis akut Streptococcus Grup A sangat efektif pada pencegahan se-
rangan pertama demam rematik dari episode serangan tersebut. Akan teta-
pi, ⅓ pasien demam rematik menyangkal riwayat faringits sebelumnya.2
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah faringitis akut Strepto-
coccus Grup A pada pasien dengan resiko rekurensi demam rematik.
Pencegahan sekunder membutuhkan profilaksis antibiotik yang kontinu,
yang harus dilakukan sesegera mungkin setelah terapi antibiotik telah
selesai. Karena pasien dengan karditis pada serangan awal demam rematik
memiliki resiko sangat tinggi untuk mengalami karditis rekuren dan men-
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 17/19
galami pertambahan kerusakan jantung, pasien ini harus menerima profil-
aksis antibiotik dengan baik hingga dewasa dan mungkin untuk seumur
hidup.2
Pasien yang tidak mengalami karditis pada serangan awal demam rematik
memiliki resiko rendah untukkarditis rekuren. Profilaksis antibiotik bisa
dihentikan ketika pasien mencapai usia 20 tahun dan setelah tidak men-
galami serangan demam rematik selama 5 tahun. Keputusan penghentian
profilaksis harus setelah pertimbangan yang matang terhadap potensi resi-
ko dan keuntungan dan faktor epidemiologi seperti pajanan infeksi Strep-
tococcus Grup A.2
Pemilihan regimen untuk pencegahan sekunder antara lain injeksi intra-
muscular penicillin benzatin G (1,2 juta U) setiap 4 minggu. Pada pasien
resiko tinggi tertentu, dan pada area tertentu dimana insidensi demam
rematik tinggi, penggunaan penicillin benzatin G setiap 3 minggu mungkin
diperlukan karena tingkat penicillin bisa berkurang hingga batas marginal
efektif setelah 3 minggu. Pada pasien komplian, profilaksis antimikroba
oral kontinu dapat digunakan. Penicillin V diberika dua kali sehari dan sul-
fadiazine diberikan sekali sehari sama efektifnya pada pasien seperti ini.
Pengecualian pada pasien yang alergi terhadap penicillin dan sulfonamide,
eritromicin dapat diberikan dua kali hari.2
PROGNOSIS
Prognosis pasien demam rematik tergantung pada manifestasi klinis yang
muncul pada episode awal, keparahan episode awal, dan tanda rekurensi. Seki-
tar 70% pasien dengan karditis pada episode awal dema rematik akut sembuh
tanpa penyakit jantung residual; semakin parah gejala jantung pada episode
awal, semakin besar resiko untuk mengalami penyakit jantung residual. Pasien
dengan karditis pada episode awal lebih jarang untuk mengalami karditis reku-
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 18/19
ren. Sebaliknya, pasien dengan karditis pada episode awal lebih cenderung un-
tuk mengalami karditis rekuren, dan resiko kerusakan jantung permanen
meningkat dengan setiap rekurensi. Pasien dengan demam rematik lebih rent-
an untuk mengalami serangan rekuren setelah reinfeksi saluran napas atas
Streptococcus Grup A. untuk itu, pasien ini memerlukan kemoprofilaksis kon-
tinu.2
Sebelum profilaksis antibiotik ada, 75% pasien dengan episode awal demam
rematik mengalami rekurensi 1 kali atau lebih selama hidup. Rekurensi ini
adalah sumber morbiditas dan mortalitas. Resiko rekurensi tertinggi setelah
episode awal dan menurun dengan waktu.2
Sekitar 20% pasien dengan chorea “murni” yang tidak diberikan profilaksis
sekunder mengalami penyakit jantung rematik dalam 20 tahun. Untuk itu,
pasien dengan chorea, bahkan tanpa manifestasi demam rematik, memerlukan
profilaksis antibiotik jangka panjang.2
7/27/2019 demam rematik.docx
http://slidepdf.com/reader/full/demam-rematikdocx 19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Longo, Dan L; Kasper, Dennis L; Jameson, J. Larry; Fauci, Anthony S;
Hauser, Stephen L; Loscalzo, Joseph (2012). Harrison’s Principles of I n-
ternal Medicine (18th ed.). The McGraw-Hill
2. Kliegman, Robert M; Stanton, Bonita F; St Geme, Joseph W; Schor, Nina
F; Behrman, Richard E (2011). Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics
(19th ed). Saunders Elseviers
3. Standar Pelayanan Medik Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedok-
teran UNHAS/SMF Anak RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
4. www.medicinenet.com/streptococcal_infections/page2.htm
5. www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/groupastreptococcal_g.htm
6. www.mayoclinic.com/health/rheumatic-fever/DS00250/DSECTION=risk-
factors.htm