88
1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hingga saat ini, sebagian besar petani di Indonesia menganggap bahwa pestisida merupakan input yang paling efektif dalam mengendalikan hama penyakit. Hal ini telah mendorong penggunaan pestisida secara berlebihan (Adiyoga dan Soetiarso, 1999). Penggunaan pestisida yang semakin meningkat tentunya diikuti dengan meningkatnya pemajanan dan keracunan bagi tenaga kerja pertanian, khususnya bagi pekerja di bagian penyemprotan hama (Suwarni, 1998). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif pestisida terhadap pekerja pengguna Novizan (2002) sebagaimana dikutip oleh Sembiring (2008), menyatakan bahwa manfaat pestisida yang sangat cepat dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap pestisida. Akibatnya petani menjadikan pestisida sebagai satu-satunya andalan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Karena keterbatasan pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang tepat dalam pengelolaan pestisida menyebabkan terpajannya pekerja pengguna pestisida.

Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

  • Upload
    hwehehe

  • View
    126

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gambaran penggunaan alat pelindung diri pada petani paprika di desa kumbo

Citation preview

Page 1: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

1

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT). Hingga saat ini, sebagian besar petani di Indonesia menganggap bahwa

pestisida merupakan input yang paling efektif dalam mengendalikan hama penyakit.

Hal ini telah mendorong penggunaan pestisida secara berlebihan (Adiyoga dan

Soetiarso, 1999). Penggunaan pestisida yang semakin meningkat tentunya diikuti

dengan meningkatnya pemajanan dan keracunan bagi tenaga kerja pertanian,

khususnya bagi pekerja di bagian penyemprotan hama (Suwarni, 1998).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif

pestisida terhadap pekerja pengguna Novizan (2002) sebagaimana dikutip oleh

Sembiring (2008), menyatakan bahwa manfaat pestisida yang sangat cepat

dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap

pestisida. Akibatnya petani menjadikan pestisida sebagai satu-satunya andalan

dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Karena keterbatasan

pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang tepat dalam pengelolaan pestisida

menyebabkan terpajannya pekerja pengguna pestisida.

Page 2: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

2

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

pestisida. Data yang dikumpulkan World Health Organization (WHO)

menunjukkan bahwa pada setiap tahun 500.000-1.000.000 orang di seluruh dunia

telah mengalami keracunan pestisida, 5000 orang diantaranya berakhir dengan

kematian dan sekitar 500-1000 orang diantaranya mengalami dampak fatal seperti

kanker, cacat, kemandulan dan gangguan hati. Pada akhir tahun 1980 dilaporkan

bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat mencapai satu juta kasus dengan

20.000 kematian per tahun (Sulistiyono, 2004).

Salah satu pengendalian bahaya pestisida yang dapat dilakukan adalah

dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan Pedoman

Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011), jenis APD yang

digunakan adalah pakaian yang menutupi tubuh, celemak (appron), penutup atau

pelindung kepala, pelindung mata, sarung tangan, sepatu boot dan masker.

Desa Kumbo adalah daerah dengan mayoritas penduduknya sebagai petani.

Tanaman yang menjadi komoditi utama adalah sayur paprika. Dalam

mengendalikan hama, petani paprika tidak lepas dari penggunaan pestisida.

Frekuensi penyemprotan pestisida pada tanaman paprika tergolong tinggi yaitu dua

hingga tiga kali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan oleh Environmental

Working Group (2012) menempatkan paprika pada peringkat ketiga dari 10 sayuran

dan buah yang mengandung kadar pestisida tinggi. Dalam praktek kerjanya, petani

paprika yang merupakan pekerja informal pada umumnya tidak memiliki Sistem

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) sebagaimana terdapat di sektor formal.

Page 3: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

3

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Oleh sebab itu, terdapat perbedaan dalam penerapan budaya K3 termasuk pada

lingkup penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Berdasarkan paparan di atas, kegiatan magang yang dilakukan di daerah

tersebut bertujuan untuk melihat gambaran penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada petani paprika.

1.2. Tujuan Magang

1.2.1. Tujuan Umum

Kegiatan magang bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) untuk bahaya pestisida pada petani paprika di

Desa Kumbo – Pasuruan tahun 2013.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik umum petani paprika di Desa Kumbo.

2. Mengetahui proses budidaya paprika di Desa Kumbo terkait

penggunaan pestisida.

3. Mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh petani

paprika di Desa Kumbo.

4. Mengetahui pemeliharaan dan penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)

pada petani paprika di Desa Kumbo.

1.3. Manfaat Magang

1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Page 4: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

4

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

1. Memperoleh pengalaman belajar lapangan di bidang kesehatan dan

keselamatan kerja, khususnya di sektor pertanian.

2. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa

terutama bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

1.3.2. Manfaat Bagi Petani Pengguna Pestisida

1. Membantu kegiatan petani pengguna pestisida yang berkaitan dengan

kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Terjalinnya hubungan kerjasama antara petani dengan mahasiswa.

1.3.3. Bagi Pemerintah

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait

penggunaan pestisida.

2. Sebagai bahan pertimbangan penyuluh petani setempat dalam evaluasi

kegiatan pengawasan dan penyuluhan terhadap penggunaan pestisida.

1.3.4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3

1. Sebagai sarana untuk membina hubungan dan kerjasama dengan instituisi

lain di bidang K3.

2. Media untuk menyalurkan lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat

Peminatan K3 ke dunia kerja.

3. Sebagai sarana memantapkan keilmuan mahasiswa dalam

mempraktekkan di dunia kerja.

Page 5: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

5

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Page 6: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

6

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

1.4. Ruang Lingkup

Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di Desa Kumbo

Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan selama 26 hari, yaitu dimulai dari 18 Maret

2013 hingga 20 April 2013. Tujuan kegiatan magang ini yaitu untuk mengetahui

gambaran implementasi Alat Pelindung Diri (APD) dalam menggunakan pestisida

pada petani paprika. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh

melalui wawancara dan observasi langsung.

Page 7: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

7

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petani

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia (2002) Petani adalah

pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari

komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan atau komoditas

perkebunan. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah

pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang

dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka adalah di bidang pertanian. Oleh

karena itu umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan

lahan.

Usaha yang dilakukan oleh petani pada umumnya termasuk pada usaha

informal yaitu usaha yang tidak berbadan hukum, tidak ada status permanen atas

pekerjaan dan tempat kerja, serta tidak terdapat sistem keamanan kerja (job security

system). Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani sebagai sosok individu

memiliki karakteristik tersendiri secara individu yang dapat dilihat dari perilaku

yang nampak. Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi yang melekat pada

diri seseorang. Karakteristik tersebut mendasari tingkah laku seseorang dalam

situasi kerja maupun situasi lainnya (Wudianto, 2005).

Page 8: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

8

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2.2 Paprika

2.2.1 Sejarah dan Klasifikasi Paprika

Menurut Gunadi, dkk. (2006), paprika (Capsicum annuum) berasal

dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang dibudidayakan di bawah

naungan (protected cultivation) sebagai komoditas penting. Paprika

dibudidayakan sebagai tanaman setahun di daerah beriklim temperate, tetapi

di daerah tropis tanaman tersebut kemungkinan akan tumbuh dan

memberikan hasil lebih dari beberapa tahun. Tanaman paprika mulai

menyebar ke Eropa dan Asia pada sekitar tahun 1500. Sedangkan di

Indonesia, paprika mulai dibudidayakan pada sekitar tahun 1990.

Menurut klasifikasi tumbuhan, paprika termasuk dalam

(Prihmantoro dan Indriani, 2003) :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospemae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Solanacea

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum

Page 9: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

9

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2.2.2 Teknik Budidaya Paprika

Menurut Bambang Cahyono (2007), hal yang perlu diperhatikan

dalam budidaya paprika adalah jenis media tanamnya. Jika lahan penanaman

termasuk tanah berat maka harus dilakukan pembajakan terlebih dahulu.

Permukaan bedengan yang akan ditanami harus gembur atau remah, untuk

menghambat pertumbuhan gulma, bedengan diberikan mulsa setelah

pemupukan dasar. Pengapuran dilakukan bersama-sama saat pemupukan

dasar. Paprika ditanam setelah bibit semai berumur kurang lebih 21 hari dan

berdaun 5 – 7 helai serta sudah cukup kuat untuk dipindah di lahan

penanaman. Penanaman dilakukan pada sore hari di atas jam 16.00 atau dari

jam 06.00 – 08.00. Hal ini dimaksudkan agar tanaman tidak mengalami

gangguan akibat terik matahari.

Paprika pada waktu perkecambahan harus dijaga kelembapannya

agar didapatkan bibit yang baik saat persemaian. Apabila kekurangan unsur

hara dan air, pertumbuhan paprika akan terhambat terutama pada

pertumbuhan awal dan pembungaan. Paprika sangat peka terhadap intensitas

cahaya yang tinggi sehingga untuk memperoleh hasil optimal, selama

pertumbuhannya perlu diberikan naungan. Naungan dapat berupa plastik

atau tanaman yang agak tinggi sebagai pelindung, karena tanaman yang

diberi naungan hasilnya lebih optimal. Paprika mulai dapat dipanen pada

saat berumur dua bulan sejak tanam. Pemanenan dilakukan untuk buah yang

matang hijau dan matang berwarna (merah, kuning dan oranye). Buah siap

Page 10: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

10

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

panen akan berbunyi nyaring bila diketuk dan tidak berubah bila ditekan.

Paprika dipetik dengan tangkai buahnya (Cahyono, 2007).

2.3 Pestisida

2.3.1 Pengertian Pestisida

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan

atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah

semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit

yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil

pertanian

2. Memberantas rerumputan

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan atau ternak

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.

Page 11: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

11

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air

2.3.2 Jenis Pestisida

Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (kementrian pertanian,

2011) :

1. Akarisida, berasal dari kata akari (bahasa Yunani) yang artinya

tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya

untuk membunuh tungau atau kutu.

2. Algasida, berasal dari kata alga (bahasa Latin) yang artinya

ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alge.

3. Alvisida, berasal dari kata alvis (bahasa Latin) yang berarti burung,

fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.

4. Bakterisida, Berasal dari bahasa Latin bacterium, atau bahasa

Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.

5. Fungsida, berasal dari bahasa Latin fungus, atau bahasa Yunani

spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau

cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau

fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan).

6. Herbisida, berasal bahasa Latin herba, artinya tanaman setahun,

berfungsi untuk membunuh gulma.

Page 12: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

12

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

7. Insektisida, berasal dari bahasa Latin insectum, artinya potongan

keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

8. Molluskisida, berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya

berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

9. Nematisida, berasal dari bahasa Latin nematoda, atau bahasa

Yunani nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh

nematoda.

10. Ovisida, berasal dari bahasa Latin ovum berarti telur, berfungsi

untuk merusak telur.

11. Pedukulisida, berasal dari bahasa Latin pedis, berarti kutu, tuma,

berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

12. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani piscis yang berarti ikan,

berfungsi untuk membunuh ikan.

13. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodene yang berarti

pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.

14. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes yang artinya

serangga pelubang kayu. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Menurut Kementrian Kesehatan RI Dirjen P2M dan PL 2000,

berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

1. Organochlorin

Golongan ini pada umumnya merupakan racun yang universal,

degradasinya berlangsung sangat lambat dan larut dalam lemak.

Page 13: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

13

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Contoh golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan

lain-lain.

2. Organophosfat

Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Merupakan

racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau

kurang persisten di lingkungan; menimbulkan resisten pada berbagai

serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit,

lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor. Contoh

golongan ini adalah Diazonin dan Basudin.

3. Carbamat

Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat

pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan,

degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini

aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon. Contoh

golongan carbamat yaitu Baygon, Bayrusil, dan lain-lain.

4. Senyawa dinitrofenol

Contoh golongan ini adalah Morocidho 40EC. Salah satu pernafasan

dalam sel hidup melalui proses pengubahan Adenesone-5-diphosphate

(ADP) dengan bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh

dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih

rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel.

Page 14: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

14

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari

yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.

5. Pyretroid

Golongan ini merupakan salah satu insektisida tertua di dunia.

golongan ini terdiri dari campuran beberapa ester yang disebut

pyretrin dan diekstraksi dari bunga Chrysanthemum. Jenis pyretroid

yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin,

permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang stabil terhadap

sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,

sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin,

sihalometrin, flusitrinate.

6. Fumigant

Golongan ini merupakan senyawa atau campuran yang menghasilkan

gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri,

dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang

mudah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen

yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide,

naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

7. Petroleum

Golongan ini merupakan minyak bumi yang dipakai sebagai

insektisida dan miksida.

Page 15: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

15

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

8. Antibiotik

Contoh golongan antibiotik adalah senyawa kimia seperti penicillin

yang dihasilkan dari mikroorganisme. Golongan ini mempunyai efek

sebagai bakterisida dan fungisida.

2.3.3 Alat Penyemprot Pestisida

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan

cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan

mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah

larutan semprot, yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau

butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Menurut sumber tenaga yang

digunakan untuk menggerakkan atau menjalankan sprayer tersebut, sprayer

dibagi menjadi 2 kelompok (Djojosumarto, 2004) yaitu :

1. Sprayer manual

Sprayer manual adalah sprayer yang digerakkan dengan tangan.

Contoh sprayer manual adalah:

a. Trigger pump, yakni pompa tangan (hand pump) yang banyak

digunakan untuk pengendalian hama di rumah tangga.

b. Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer,

untuk mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan.

c. Sprayer gendong otomatis (pre pressurized knapsack sprayer,

compression sprayer), yang banyak digunakan di bidang

pertanian

Page 16: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

16

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

d. Sprayer gendong yang harus dipompa terus-menerus (Level

operated knapsack sprayer), banyak digunakan di bidang

pertanian Indonesia.

2. Sprayer tenaga mesin

Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga

mesin. Contoh sprayer tenaga mesin adalah :

a. Sprayer punggung bermesin (motorized knapsack sprayer)

b. Mesin pengkabut (mist blower)

c. Power sprayer atau gun sprayer, yang digerakkan oleh motor

stasioner atau traktor.

d. Sprayer-sprayer yang digerakkan atau dihubungkan dengan

traktor atau truk: boom sprayer, boomless sprayer, air blast

sprayer.

e. Sprayer yang dipasang pada pesawat udara untuk penyemprotan

udara.

2.3.4 Pencampuran Pestisida

Dalam aplikasi pestisida adakalanya pestisida harus dicampur dengan

surfaktan. Pencampuran ini boleh dilakukan sejauh dalam kemasan tidak

disebutkan larangan pencampuran. Dua macam pestisida bila dicampur dapat

menimbulkan interaksi sinergistik, aditif, atau antagonistik. Pestisida tidak

boleh dicampur menimbulkan interaksi antagonistik.

Page 17: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

17

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sifat asam basanya.

Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama bersifat basa boleh

di campur. Sedangkan pestisida yang bersifat asam jika di campur dengan

pestisida yang bersifat basa akan membentuk senyawa garam yang dapat

menimbulkan penurunan daya bunuh. Biasanya dalam label kemasan

terdapat keterangan apakah pestisida dapat di campur dengan yang lain atau

tidak. Contoh keterangan dalam label kemasan adalah kalimat “jangan

dicampur dengan pestisida lain bersifat basa”. Artinya, pestisida tersebut

bersifat asam dan hanya dapat dicampur dengan pestisida yang juga bersifat

asam. Sedangkan untuk mengetahui asam basa suatu larutan, bisa digunakan

kertas lakmus (Wudianto, 2005).

2.3.5 Penyemprotan Pestisida

Menurut Wudianto (2005), dalam melakukan penyemprotan perlu

diperhatikan hal-hal berikut:

1. Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan

disemprot. Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu

kurang cocok karena pekerja harus sering mengisinya.

2. Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut,

kaos tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.

3. Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat

stadium larva dan nimfa, atau saat masih berupa telur. Serangga

Page 18: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

18

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

dalam stadium pupa dan imago umumnya kurang peka terhadap racun

insektisida.

4. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada saat waktu

terjadi aliran udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00

WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu

pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel

pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan

mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan. Sedangkan

penyemprotan yang dilakukan saat matahari terik akan menyebabkan

pestisida mudah menguap dan mengurai oleh sinar ultraviolet.

5. Penyemprotan di saat angin kencang sebaiknya tidak dilakukan

karena banyak pestisida yang tidak mengena sasaran. Selain itu,

penyemprotan tidak boleh melawan arah angin, karena pestisida bisa

mengenai orang yang menyemprot.

6. Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang

tenaga dan biaya sia-sia.

7. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan

penyemprotan.

8. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air

bekas cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air

dan sungai.

Page 19: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

19

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

9. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan

pakaian yang digunakan segera dicuci.

Sedangkan Djojosumarto (2004), penyemprotan yang benar harus

memenuhi syarat, kriteria, atau parameter sebagai berikut :

1. Permukaan bidang sasaran tertutup oleh butiran semprot (droplet)

dalam jumlah yang memenuhi syarat.

2. Menggunakan ukuran droplet yang tepat untuk berbagai jenis

penyemprotan yang berbeda.

3. Menggunakan volume aplikasi yang cocok untuk berbagai jenis

tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman yang berbeda.

4. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada

bidang sasaran.

5. Droplet sasaran didistribusikan di seluruh permukaan bidang sasaran

secara merata.

2.3.6 Penyimpanan Pestisida

Penyimpanan pestisida dengan cara baik dapat dapat menjegah

terjadinya pencemaran pada lingkungan serta mencegah terjadinya keracunan

pada manusia ataupun hewan. Menurut Sostroutomo (1992) yang dikutip

oleh Meliala (2005) ada beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu

untuk diikuti,yaitu:

Page 20: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

20

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

1. Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah

dibeli, jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau

oleh anak-anak.

2. Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang

penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan

mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak

berkepentingan.

3. Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat

catatan berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya,

dan siapa yang menggunakan dan berapa sisa yang ada.

4. Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan

mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan

dalam bekas penyimpanan makanan dan minuman.

5. Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau

gudang yang sama.

6. Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan

untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran. Hindari

penyimpanan pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang.

Oleh karena itu perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu

untuk dibuat permusim tanamannya.

7. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.

Page 21: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

21

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2.3.7 Dampak Pestisida

Dampak pestisida sebagaimana disebutkan dalam Pedoman

Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011) meliputi :

1. Keracunan terhadap manusia

pestisida yang digunakan secara kronik maupun akut dapat

terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan dengan pestisida,

misalnya petani, pengecer pestisida, pekerja pabrik/gudang pestisida,

dan sebagainya serta manusia yang tidak bekerja pada pestisida.

Keracunan akut terhadap pemakai dan pekerja dapat terjadi karena

kontaminasi kulit, inhalasi (pernafasan) dan mulut/ saluran

pencernaan, dan apabila mencapai dosis tertentu dapat mengakibatkan

kematian.

Keracunan, selain ditentukan oleh tingkat kontaminasi, juga

ditentukan oleh daya racun pestisida yang berbeda antara satu

formulasi dengan formulasi lainnya. Keracunan kronik (antara lain

karsinogenik, teratogenik, onkogenik, mutagenik, kerusakan jantung,

ginjal dan lain-lain) disamping dapat terjadi pada pemakai dan

pekerja, juga dapat terjadi pada konsumen yang mengkonsumsi

produk tertentu yang mengandung residu pestisida.

2. Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan

Keracunan pada ternak maupun hewan peliharaan dapat

terjadi secara langsung karena penggunaan pestisida pada ternak dan

Page 22: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

22

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

hewan peliharaan untuk pengendalian ektoparasit, maupun secara

tidak langsung karena digunakan pestisida untuk keperluan lain,

misalnya penggunaan rodentisida dengan umpan untuk

mengendalikan tikus sawah, yang karena kelalain petani umpan

tersebut dimakan oleh ayam, itik dan ternak lainnya atau pada

penyemprotan pada gulma yang menjadi pakan ternak.

3. Keracunan pada ikan dan biota lainnya

Penggunaan pestisida pada padi sawah atau lingkungan

perairan lainnya dapat mengakibatkan kematian pada ikan yang

dipelihara di sawah atau di kolam maupun ikan liar. Karacunan ikan

dan biota air lainnya tidak senantiasa menyebabkan kelainan

pertumbuhan yang mangakibatkan perubahan tingkah laku dan

bentuk, yang selanjutnya dapat mengakibatkan terhambatnya

perkembangan populasi.

4. Keracunan terhadap satwa liar

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat

menimbulkan keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar

seperti burung, lebah, serangga penyerbuk dan satwa liar lainnya.

Keracunan dapat terjadi secara langsung misalnya akibat

penyemprotan pestisida dari udara ataupun pengguna pestisida untuk

Page 23: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

23

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

perlakuan benih yang diperlukan dimakan oleh burung, maupun tidak

langsung terutama melalui rantai makanan.

5. Keracunan terhadap makanan

Beberapa pestisida seperti insektisida yang langsung

digunakan pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada

tanaman yang diperlakukan. Penggunaan herbisida yang tidak hati-

hati dapat pula mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang ditanam

pada waktu aplikasi maupun pada tanaman berikutnya yang ditanam

setelah tanaman pertama dipanen. Hal yang disebut terakhir ini,

sangat perlu diperhatikan terutama apabila herbisida dipergunakan

untuk mengendalikan gulma dari golongan tertentu yang secara

taksonomi atau fisiologis mempunyai hubungan yang dekat dengan

tanaman yang ditanam berikutnya.

6. Kematian musuh alami organisme pengganggu

Penggunaan pestisida yang berspektrum luas dapat

mengakibatkan terjadinya kematian parasit dan predator organisme

pengganggu. Kemungkinan terjadinya hal tersebut cukup besar

apabila pestisida tersebut digunakan tidak secara selektif ditinjau dari

segi waktu dan cara. Kematian parasit dan predator dapat terjadi

karena kontaminasi langsung maupun tidak langsung melalui

organisme pengganggu yang telah terkontaminasi pestisida.

Page 24: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

24

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

7. Kenaikan populasi pengganggu

Populasi pengganggu akan meningkat karena tidak mengalami

hambatan oleh musuh alami yang menurun akibat penggunaan

pestisida. Hal ini dapat terjadi, baik terhadap populasi organisme

pengganggu utama maupun terhadap populasi organisme pemakan

tanaman lainnya, sehingga statusnya berubah menjadi organisme

pengganggu sekunder.

8. Timbulnya resistensi (kekebalan)

Jika terjadi resistensi akan terjadi kesulitan untuk mengatasi

organisme pengganggu karena diperlukan dosis yang lebih tinggi.

Kenaikan dosis ini juga akan meningkatkan bahaya dari pestisida

tersebut.

9. Bahaya Residu Pestisida

besarnya residu pestisida yang tertinggal di tanaman

tergantung pada dosis, banyaknya dan interval aplikasi, faktor-faktor

lingkungan fisik yang mempengaruhi dekomposisi dan pengurangan

residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara

aplikasinya, jenis bahan aktif dan persistensinya serta saat aplikasi

terakhir sebelum hasil tanaman dipanen. entingnya residu pestisida

bagi kesehatan konsumen disamping ditentukan oleh besarnya residu

Page 25: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

25

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

juga ditentukan oleh daya racun baik akut maupun kronik, yang

berbeda antara pestisida yang satu dengan yang lainnya.

10. Pencemaran Lingkungan

Tercemarnya tanah, air, udara dan unsur lingkungan lainnya

oleh pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun

tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

Suatu pestisida tertentu dapat merusak lapisan ozon stratosfir.

Pencemaran lingkungan pada umumnya terjadi karena penanganan

pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia pestisidanya.

11. Menghambat Perdagangan

Ekspor komoditi tertentu dari Indonesia dapat diklaim atau

diembargo oleh negara tertentu apabila residu pestisida melebihi

Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan negara pengimpor

atau apabila pestisida tersebut dilarang/ tidak beredar di negara

pengimpor.

2.4 Alat Pelindung Diri

2.4.1 Definisi APD

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association,

personal protective equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan

sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau

penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat

Page 26: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

26

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan

lainnya.

APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja

yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD

bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut tetapi sebagai usaha terakhir

dalam upaya melindungi tenaga kerja (Milos Nedved & Soemanto

Imamkhasani, 1991)

2.4.2 Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA) Mengenai

APD

Untuk meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada

di tempat kerja maka OSHA (Occupational Safety and Health Association)

membuat peraturan APD sebagai berikut :

1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada

bahaya-bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.

2. Memilih dan mempersiapkan APD yang benar-benar cocok untuk

masing-masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).

3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai APD secara

benar untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam

bagian tubuh seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan,

tangan, kaki dan lain-lain.

Masing-masing APD dirancang atau dibuat untuk mencegah bahaya-

bahaya yang mengancam di tempat kerja. Untuk meyakinkan bahwa pekerja

Page 27: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

27

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

telah memakai APD yang sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan

agar mengadakan pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih

dahulu dan kemudian mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya

bahaya-bahaya yang timbul dan dapat mengancam pekerja pada waktu

mereka sedang melakukan pekerjaannya.

2.4.3 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan APD

Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang terkait dengan

penggunaan APD antara lain :

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Bab V pasal 9 ayat (1) butir c

tentang kewajiban pengurus menjelaskan alat-alat pelindung diri bagi

tenaga kerja yang bersangkutan.

2. UU No.1 Tahun 1970 BAB X : Pengurus diwajibkan menyediakan

secara cuma-cuma alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga

kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi

setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai

pengawasan atau ahli-ahli tenaga kerja.

3. UU No.1 Tahun 1970 BAB IX pasal 13

4. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.1ns.02/M/BW/BK/1984 tentang

pengesahan APD

5. Surat Edaran Dirjen Biawas No.SE/06/BW/1997 tentang Pendaftaran

Alat Pelindung Diri.

Page 28: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

28

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2.4.4 Pemilihan APD

Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di

tempat kerja yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak

yang ditimbulkan, kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam

pemilihan APD agar tujuan untuk mengurangi resiko, dan agar tujuan

penggunaan APD lebih efektif ditentukan juga oleh sikap, mental dan

keadaan pemakai (Haadin, 1995). Menurut Syukri Sahab, dalam penggunaan

APD tidak hanya menyangkut permasalahan penyediaan dan seluruh pekerja

memakainya, tetapi ada beberapa langkah penting sebelum penyediaan APD,

yaitu :

1. Analisa kebutuhan, merupakan langkah pertama sebelum pemilihan APD

yang akan dibeli, terlebih dahulu tentukan jenis bahaya apa saja yang

terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta

mengacu pada peratura dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta

mengacu pada peraturan mana. Dalam menganalisa kebutuhan akan

APD, statistik kecelakaan juga sangat membantu, misalnya pekerjaan

apa dan ruangan mana kecelakaan sering terjadi serta bagian tubuh mana

yang sering mendapat cidera saat kecelakaan kemudian pada waktu

inspeksi ke tempat kerja perlu diperhatikan jenis pekerjaan yang

membahayakan, dimana letak sumber bahaya serta sejauh mana sumber

bahaya tersebut dapat dikendalikan.

Page 29: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

29

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2. Pemilihan APD berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan jenis

alat apa saja yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana

perlindungan yang diperlukan, selain itu sampai sejauh mana

perlindungan yang diperlukan dari alat tersebut yang standar yang

berlaku. APD harus sudah melalui pengujian apakah sudah memenuhi

standar atau tidak, kegagalan pemakaian dapat menyebabkan tenaga

kerja kembali kepada kebiasaan semulabekerja tanpa APD, disinilah

perlu tindakan disiplin.

3. Komunikasi program, diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa

diikutsertakan, tidak hanya berupa instruksi lisan lewat papan

pengumuman. Perlu pula ditanamkan pengertian akan pentingnya

peranan APD, dalam mencegah cidera atau mengurangi akibat suatu

kecelakaan dan meningkatkan minat dan akhirnya kebutuhan akan

pemakaian APD.

4. Latihan perlu dilakukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa

alat ini harus digunakan sebagaimana mestinya latihan ini dapat

diberikan secara khusus atau mungkin saja secara khusus atau mungkin

sajasecara tidak formal. Dalam periode latihan tenaga kerja harus bisa

menggunakan APD secara benar dan tepat, harus diberitahukan cara

menyesuaikan APD serta bagaimana memeliharanya.

5. Penegakkan disiplin, dalam penggunaan APD perlu ditegakkan disiplin,

sebelum tindakan disiplin dilakukan, tenaga kerja perlu diberi waktu

Page 30: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

30

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

untuk menyesuaikan diri. Perlu diinventalisir keluhan-keluhan mereka

dan dicarikan usaha menghilangkannya selama waktu penyesuainan

tersebut, pimpinan perlu bersikap persuasive dan bersifat mendidik.

Setelah waktu penyesuaian tersebut dianggap cukup, maka ditetapkan

bahwa pemakaian APD merupakan keharusan, adanya pelanggaran akan

dikenakan hukuman, seperti teguran atau peringatan keras dan tindakan

disiplin lainnya. Dalam pemilihan APD harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan

Desain alat tersebut.

b. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai

dengan besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak

pengguna.

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang

khusus sebagaimana APD tersebut didesain.

d. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.

e. Alat-alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat

oleh pekerja.

f. Harus ada Desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD

sesuai dengan standar. (Suma’mur, 1986)

Page 31: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

31

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2.4.5 Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan

pekerjaan seperti berikut ini :

1. Bahaya Kimia

Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka

pekerja harus memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau

terpercik bahan kimia tersebut ke bagian tubuh pada saat penggunaan

bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja dapat menyebabkan

kerusakan pada kulit.

2. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu

atau kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jikka debu

atau kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru

dan system pernafasan.

3. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya

maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan

panas dapat mencederai atau membakar kulit dan melukai mata.

4. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi

dari api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi

dan pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak

Page 32: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

32

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

mata atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan cidera

bagi pekerja.

5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan

Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk

mencegah hubungan langsung antara pekerja dengan alat-alat atau

mesin-mesin yang berputar. Kadang-kadang bila pekerja lupa

memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk

memasanganya kembali.

6. Kejatuhan suatu barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak

benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat

naik, maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan

bahaya bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian

tubuh atau bagian kepala dan kaki.

7. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat

membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak

memakai alat pelindung diri.

8. Keadaan atau kondisi tempat kerja

Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau

cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan

aktifitas pekerjaannya.

Page 33: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

33

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

9. Jatuh dari ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja

di tempat ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD.

2.4.6 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Berbagai macam alat pelindung diri seperti Surat Edaran No.

SE.06/BW/1997, yang dikeluarkan olehDirektorat Jendral Pembinaan

Hubungan Industrial dan Pengawasan Keternagakerjaan antara lain :

1. Alat pelindung kepala

2. Alat pelindung wajah/mata

3. Alat pelindung telinga

4. Alat pelindung pernafasan

5. Alat pelindung tangan

6. Alat pelindung kaki

7. Pakaian pelindung

2.4.6.5 Alat Pelindung Kepala

Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi

kepala dari terbentur dan terpukul yang dapat menyababkan luka juga

melindungi kepala dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia

berbahaya serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin

yang berputar. Berdasarkan fungsinya, Pelindung kepala dapat dibagi

menjadi 3 bagian :

Page 34: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

34

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

1. Topi pengaman (safety helmet) untuk melindungi kepala dari

benturan atau pukulan benda-benda.

Gambar 2.1

Safety Helmet

Sumber : arktrading, 2010

2. Topi tudung

Untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu,

kondisi iklim yang buruk, untuk melindungi kepala dari zat-zat

kimia, iklim yang berubah-ubah, api dan lain-lain.

3. Tutup kepala

Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah

lilitan rambut dari mesin dan lain-lain. Biasanya terbuat dari

katun atau bahan yang mudah dicuci.

Berdasarkan susunannya pelindung kepala dibagi atas 3 bagian :

1. Outersheels (bagian luar yang keras)

Untuk melindungi benturan keras dari luar

2. Shock absorbing suspensions (headband and straps)

Sebagai penahan benturan antara outersheels dengan kepala

Page 35: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

35

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

3. Chin straps (tali pengikat di dagu)

Untuk menjaga agar pelindung kepala tidak terlepas oleh tiupan

angina tau gerakan badan

2.4.6.6 Alat Pelindung Wajah atau Mata

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari

kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu,

gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radasi

gelombang elektromagnetik.

Berdasarkan standard ANSI Z87.1 pelindung mata (safety

glasses) mempunyai beberapa kriteria, yakni :

1. Lensa memiliki dua tingkat kemampuan : basic impact dan

high impact. Ketebalan/ketipisan dari lensa diperbolehkan

dengan ketentuan tertentu sesuai dengan test yang dibutuhkan.

2. Label peringatan untuk mengindikasi bahwa lensa hanya dapat

menahan basic impact saja.

3. Frame harus melalui beberapa tes seperti high-mass dan high

velocity impact. Frame harus memiliki kemampuan untuk

menahan 2.0 mm high impact dari lensa.

4. Sideshields harus lebih memberikan perlindungan di sisi

samping.

Page 36: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

36

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Macam-macam alat pelindung mata dan muka, yaitu :

1. Safety spectacles

Gambar 2.2

Safety Spectacles

Sumber : buildfix, tahun 2010

Kacamata pelindung mata yang dibuat dengan kontruksi

safety frames dari logam dan/plastik dan disesuaikan dengan

plano impact-resistant lenses. Terdiri atas dengan atau tanpa

side shields, tetapi kebanyakan dengan side shields.

2. Impact-resistant spectacles

Gambar 2.2

Impact-Resistant Spectacles

Sumber :sigma-tek, tahun 2010

Page 37: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

37

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Dapat digunakan untuk akibat sedang dari partikel yang

dihasilkan oleh beberapa pekerjaan, seperti perkayuan,

pekerjaan tukang kayu, grinding dan scaling.

3. Side shields

Gambar 2.3

Side Shields

Sumber : .safetyoffice, tahun 2010

Melindungi dari partikel yang dapat masuk ke mata dari

bagian samping. Side shields dibuat dari sambungan kawat atau

plastik. Shide shields tipe eyecup merupakan perlindungan

yang paling baik.

4. Goggles

Gambar 2.4

Goggles

Gambar : dryeyepain, tahun 2010

Page 38: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

38

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Pada umumnya, goggles melindungi mata, rongga mata,

dan area wajah sekitar dari dampak, debu dan percikan.

Beberapa goggles dilengkapi dengan lensa.

5. Welding shields

Gambar 2.5

Welding Shields

Sumber indiamart, tahun 2010

Disusun atas serat vulkanis dan dilengkapi dengan lensa,

yang didesain untuk bahaya yang spesifik saat melakukan

proses welding. Welding shields melindungi mata dari

pembakaran yang disebabkan oleh cahaya inframerah, dan

melindungi mata dan muka dari percikan logam dan slag chips

yang dihasilkan selama pengelasan, brazing, penyolderan dan

pemotongan.

Page 39: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

39

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

6. Laser safety goggles

Gambar 2.6

Laser Safety Goggles

Sumber : offenhaeuser, tahun 2010

Laser safety goggles memberikan perlindungan terhadap

cahaya berkonsentrasi tinggi yang dihasilkan oleh laser. Tipe

laser safety goggles yang dipilih tergantung pada peralatan dan

kondisi operasi di tempat kerja.

7. Face shields

Gambar 2.7

Face Shields

Sumber : labsafety, tahun 2010

Merupakan lembaran plastik transparan yang menutupi dari

kening ke bawah dagu.

Page 40: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

40

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Alat-alat tersebut terdiri dari beberapa jenis dan ukuran sesuai

kebutuhannya. Bagi pekerja yang memakai kacamata dianjurkan

memakai safety goggles yang sesuai dan enak dipakai tanpa

mengganggu aktifitas pekerjaannya.

2.4.6.7 Alat Pelindung Telinga

Penggunaan alat pelindung telinga sangat penting bagi

pekerja yang berada di daerah yang tingkat kebisingannya sangat

tinggi, karena dalam jangka waktu yang panjang akan merusak

pendengaran seseorang. Pengklasifikasian dari pelindung telinga

didasarkan pada tingkat kebisingan pada frekuensi tertentu. Ada 3 tipe

dasar untuk alat pelindung telinga:

1. Ear plug

Gambar 2.8

Ear Plug

Sumber : casafety, tahun 2010

Penyumbat telinga yang pemakaiannya dimasukkan di

saluran telinga bagian luar, dibuat untuk semua ukuran,

digunakan di tempat kerja dengan intensitas kebisingan antara

Page 41: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

41

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

85-95 dB dan kemampuan atenansinya (daya lindung) 25-30

dB.

2. Ear muff

Gambar 2.9

Ear Muff

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010

Ear muff merupakan pelindung telinga yang terbaik,

bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat kepala

(headband). Masing-masing ear cups ditutupi oleh bantalan

luar yang lunak. Digunakan di tempat kerja yang mempunyai

intensitas kebisingan 95-110 dB. Pada frekuensi 2800-4000 Hz

kemampuan atenuasinya 35-45 dB.

Page 42: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

42

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

3. Canal caps

Gambar 2.10

Canal Caps

Sumber : apgea, tahun 2010

Canal caps merupakan penyumbat telinga yang empuk

dan mempunyai head band.. Canal caps digunakan di tempat

kerja yang mempunyai intensitas kebisingan lebih dari 110 dB.

2.4.6.8 Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi memberikan perlindungan

terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja seperti

kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel atau uap dan

pencemaran oleh gas atau uap. Macam-macam alat pelindung diri

pernafasan yaitu:

1. Masker

Gambar 2.11

Masker

Sumber : blogspot, tahun 2010

Page 43: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

43

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang di

desinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya measker

digunakan untuk mengurangi masuknya debu ke saluran

pernapasan.

2. Respirator

Digunakan untuk melindungi pekerja dari debu, kabut, uap

logam, asap dan gas yang berbahaya bagi kesehatan seseorang.

Respirator dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Air Purifying Respirator

Air Purifying Respirator Adalah alat pernafasan dengan

pemurnian udara, digunakan jika udara mengandung cukup

oksigen tetapi mengandung pencemaran (kontaminasi)

yang berbahaya. Jenis-jenis air purifying respirator :

1. Masker gas (gas mask)

Gambar 2.12

Gas Mask

Sumber : approvedgasmasks, tahun 2010

Masker gas terdiri dari topeng (masker) yang

dihubungkan ke tabung (canister). Udara yang

Page 44: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

44

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

terkontaminasi akan dimurnikan oleh bahan-bahan

kimia yang ada di dalam canister.

2. Chemical cartridge respirators

Gambar 2.13

Chemical Cartridge Respirators

Sumber : safetyonline, tahun 2010

Chemical cartridge respirators terdiri dari

topeng penutup dan mulut yang dihubungkan

langsung ke cartridge se. Jenis ini umumnya

digunakan untuk menangani pekerjaan dimana

konsentrasi gas/uap tidak terlaku tinggi.

b. Self-Consumed Breathing Apparatus (SCBA)

Gambar 2.14

Self-Consumed Breathing Apparatus (SCBA)

Page 45: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

45

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Sumber : .dcis.ca, tahun 2010

Umumnya digunakan oleh pekerja pada atmosfir

berbahaya untuk kehidupan. Selaun itu juga digunakan

apabila disertai adanya bahan iritasi pada kulit atau mata.

Respirator ini dilengkapi denganpakaian khusus dan

compressed oxygen breathing apparatus.

2.2.1.5 Alat Pelindung Tangan

Untuk melindungi tangan dari bahaya seperti terpotong,

tertusuk, terbaka, terluka, lecet, patah, amputasi dan terkena zat kimia

yang berbahayadan lain-lain pada waktu bekerja, maka pekerja

diharuskan memakai sarung tangan (safety gloves). Sarung tangan

terbuat dari bahan-bahan seperti :

1. Jala logam (metal mesh), kulit atau kanvas

Sarung tangan yang kokoh terbuat dari metal mesh, kulit

atau kanvas memberikan perlindungan dari terpotong, terbakar

dan panas.

a. Leather gloves

Gambar 2.15

Leather Gloves

Sumber : indiamart, tahun 2010

Page 46: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

46

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Leather gloves digunakan melindungi dari

percikan, panas yang sedang, pukulan, chip dan benda

tajam.

b. Aluminized gloves

Gambar 2.16

Aluminized gloves

Sumber : .nsamf, tahun 2010

Aluminized gloves biasanya digunakan untuk

pengelasan, pemanasan dan pekerjaan pengecoran logam

karena memberikan perlindungan terhadap panas. Dibuat

dari material sintetik yang melindungi dari panas dan

dingin.

c. Aramid fiber gloves

Gambar 2.17

Aramid Fiber Gloves

Sumber : houseput, tahun 2010

Page 47: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

47

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Aramid adalah material sintetik yang melindungi

dari panas dan dingin yang dapat dibuat menjadi sarung

tangan yang resisten terhadap pemotongan dan abrasif.

2. Fabric and coated fabric gloves

Sarung tangan ini dibuat dari katun untuk bermacam-

macam tingkat perlindungan.

a. Fabric gloves

Gambar 2.18

Fabric Gloves

Sumber : allproducts, tahun 2010

Dapat melindungi dari kotoran, karat, gosokan dan

lecet. Sarung tangan ini tidak memberikan perlindungan

yang cukup untuk digunakan dengan material yang kasar,

tajam dan berat.

Page 48: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

48

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

b. Coated fabric gloves

Gambar 2.19

Coated Fabric Gloves

Sumber : .tradekorea, tahun 2010

Sarung tangan jenis ini biasanya dibuat oleh

manufaktur dari bahan katun halus dengan napping pada

salah satu sisi.

3. Gloves yang resisten terhadap bahan dan cairan kimia

Terbuat dari karet (latex, nitrile atau butyl), plastic atau

material seperti karet sintetik (neoprene) yang melindungi

pekerja dari pembakaran, iritasi dan dermatitis yang

disebabkan oleh kontak dengan minyak, lemak, solven dan

bahan kimia lain.

Page 49: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

49

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

a. Butyl rubber gloves

Gambar 2.20

Butyl Rubber Gloves

Sumber : uvex, tahun 2010

Melindungi dari asam nitrat, asam sulfur, asam

hydrofluoric, red furnace nitric acid, bahan bakar roket

dan peroksida. Daya tahan tembus yang tinggi untuk gas,

bahan kimia, uap air, butyl rubber. Resisten terhadap

oksidasi, korosi ozon, abrasi dan lentur pada temperatur

rendah.

b. Natural latex or rubber gloves

Gambar 2.21

Natural Latex Gloves

Sumber : mammothcleaningsupplies, tahun 2010

Page 50: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

50

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Sarung tangan ini melindungi tangan pekerja dari

asam, alkali, garam dan keton. Latekx gloves dapat

menyebabkan alergi pada beberapa orang. Hypoallergenic

gloves, glove liners dan powderless gloves mungkin tidak

dapat digunakan pada individu yang alergi terhadap latex

gloves.

c. Neoprene gloves

Gambar 2.22

Neoprene Gloves

Sumber : fairfielduniform, tahun 2010

Neoprene gloves memiliki kelenturan yang bagus,

finger dexterity, densitas tinggi dan resisten terhadap

cairan hydraulic, gasoline, alcohol, asam organik dan

alkali.

Page 51: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

51

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

d. Nitrile rubber gloves

Gambar 2.23

Nitrile Rubber Gloves

Sumber : practicon, tahun 2010

Nitrile rubber gloves memberikan perlindungan

terhadap solven klorin seperti trychoroethylene dan

perchoroethylene. Sarung tangan ini resisten terhadap

abrasi, kebocoran, snags dan tears.

4. Insulasi karet

a. Leather (kulit)

Gambar 2.24

Insulasi Leather Gloves

Sumber : lewiscontractorsales, tahun 2010

Leather Gloves berfungsi untuk melindungi dari

benda-benda yang kasar, panas dan potongan-potongan

logam.

Page 52: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

52

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

b. Cotton fabric (katun)

Gambar 2.25

Cotton Fabric

Sumber : directindustry, tahun 2010

Cotton fabric berguna untuk melindungi dari

kotoran-kotoran dan benda-benda yang licin.

c. Rubber, neoprene, vinyl atau tipe lain

Gambar 2.26

Vinyl Gloves

Sumber : newyorksafetyequipment, tahun

2010

Sarung tangan ini dapat melindungi dari bahaya zat

kimia. Untuk itu diperlukan Material Safety Data Sheet

(MSDS)yang menjelaskan bahaya dan cara penangananya.

Page 53: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

53

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

d. Metal mesh (butiran logam)

Gambar 2.27

Metal Mesh

Sumber : chefknifes, tahun 2010

Metal mesh dapat melindungi dari bahaya

terpotong oleh pisau atau benda-benda tajam.

2.2.1.6 Alat Pelindung Kaki

Kaki harus dilindungi jika terdapat bahaya di tempat kerja yang

berbahaya bagi bagian tubuh ini. Dalam pelindung kaki terdapat

reinforced safety toe yang dapat menahan benturan dari kejatuhan

benda yang berat di atas jari kaki. Macam-macam pelindung kaki

adalah :

1. Leggings

Gambar 2.28

Legging

Sumber: toolsandequipment, tahun 2010

Page 54: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

54

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Leggings berfungsi untuk melindungi kaki bagian

bawah dari bahaya panas, seperti molten metal atau percikan

welding.

2. Metatarsal guards

Gambar 2.29

Metatarsal Guards

Sumber : www.labsafety, tahun 2010

Metatarsal guards terbuat dari aluminium, baja, serat

atau plastik yang diikat ke bagian luar sepatu untuk melindungi

bagian dalam dari bahaya tekanan.

3. Toe guards

Gambar 2.30

Toe Guards

Sumber : mensboots.guidestobuy, tahun 2010

Toe guards dapat dibuat dari baja, aluminium atau

plastik. Diletakkan di atas jari kaki dari sepatu reguler.

Page 55: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

55

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Perlindungan ini hanya melindungi jari kaki dari dampak dan

bahaya tekanan.

4. Combination foot and shin guards

Gambar 2.31

Combination Foot and Shin Guards

Sumber : southernpoliceequipment, tahun 2010

Perlindungan ini dapat digunakan sebagai kombinasi

dengan toe guards ketika memerlukan perlindungan yang

terbaik.

5. Safety shoes

Gambar 2.32

Safety Shoes

Sumber : glodok-safety, tahun 2010

Page 56: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

56

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Merupakan sepatu yang resistan terhadap dampak jari

kaki dan memiliki sol yang resisten terhadap panas yang

melindungi dari permukaan kerja yang panas, seperti pada

industri roofing, trotoar dan logam panas. Logam di dalam sol

melindungi dari kebocoran. Safety shoes juga di Desain untuk

konduksi listrik untuk mencegah terjadinya listrik statik di area

dengan potensial ledakan atau nonkonduksi untuk melindungi

dari bahaya listrik. Spesifikasi safety shoes yakni :

a. Sol bawah : tidak licin, anti gores, anti statik, tahan

oli/minyak

b. Toe cap (baja pelindung depan) : terbuat dari baja, daya

tahan 200 Joule dan mampu menahan beban hingga 20 kg

yang jatuh dari ketinggian 1,5m.

c. Bahan bagian atas : terbuat dari kulit

d. Bahan lapisan dalam : terbuat dari bahan yang lembut

e. General specification : sepatu harus tahan panas sampai

dengan 150 0C serta nyaman dan fleksibel (lentur)

2.2.1.7 Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi anggota badan

terhadap pengaruh-pengaruh kebakaran, suhu tinggi, suhu dingin,

bahan-bahan korosif/kimia, cairan minyak serta benturan-benturan

benda. Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, asbes atau

Page 57: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

57

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

kain yang dilapisi aluminium. Jenis-jenis pakaian pelindung yakni heat

resistant clothing, acid resistant clothing dan pakaian kerja biasa.

2.2.2 Pemeliharaan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat

dilakukan antara lain dengan:

1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan

kain/kulit/karet.

2. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada

helm.

3. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

2.2.3 Penyimpanan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,

hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,

gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut

kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.2.4 Alat Pelindung Diri Untuk Pengguna Pestisida

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida

(Kementrian Pertanian, 2011) APD yang diperlukan dalam penggunaan

Page 58: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

58

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

pestisida baik saat pencampuran (formulasi) maupun saat penyemprotan

yaitu :

1. Pakaian yang menutupi tubuh.

Ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian

pelindung, tetapi pakaian yang sederhana cukup terdiri atas celana

panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang

cukup tebal dan tenunannya rapat.

2. Celemak (Appron).

Appron terutama digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

3. Penutup atau pelindung kepala.

Penutup dapat berupa topi lebar atau helm khusus untuk

menyemprot. Sedangkan pelindung kepala (helmet) penting

digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

4. Pelindung mata, misalnya kacamata, goggle, face shield.

5. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air.

6. Sepatu boot.

7. Pelindung pernafasan (masker).

Page 59: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

59

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

BAB III

ALUR DAN JADWAL MAGANG

3.1 Alur Kegiatan

Alur kegiatan magang berikut (bagan 3.1) adalah gambaran langkah-langkah

kegiatan magang yang dilakukan dari awal proses magang hingga akhir kegiatan

magang.

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang

Peninjauan tempat

magang

Persiapan proposal

magang

Pengajuan

Proposal

Konfirmasi

permohonan

magang

Konfirmasi

persetujuan ke pihak

fakultas

Pengarahan oleh

pembimbing

lapangan

Pelaksanaan

kegiatan magang

Penyusunan laporan

kegiatan magang

Penyajian laporan

(sidang magang)

Page 60: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

60

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

3.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang

Minggu Hari / Tanggal Kegiatan Tempat

Kegiatan

Ke-1

Senin/

18 Maret 2013

- Perkenalan dengan Pembimbing

lapangan dan beberapa kelompok

petani paprika (silaturrahim)

Kediaman

Bpk. Sugeng

Santoso

Selasa/

19 Maret 2013

- Menentukan ruang lingkup studi

- Membuat konsep magang

- Diskusi dengan pembimbing lapangan

terkait konsep magang

- Telaah dokumen terkait konsep

magang

- Mencari dan membaca referensi terkait

konsep magang

(studi kepustakaan)

- Membuat konsep wawancara dan

observasi terkait penggunaan pestisida

- Mendata petani paprika di dusun

Kumbo

- Mempelajari alur kegiatan petani terkait

penggunaan pestisida

Pos

Greenhouse

S-1

Perpustakaa

n umum

Malang

Rabu/

20 Maret 2013

Kamis/

21 Maret 2013

Jumat/

22 Maret 2013

Ke-2

Senin/

25 Maret 2013 - Observasi di 13 Greenhouse

(bagian 1)

- Wawancara

- Input data

- Mengkomunikasikan hasil observasi

dan wawancara kepada pembimbing

lapangan

- Pengarahan dan bimbingan oleh

pembimbing lapangan

Greenhouse

Selasa/

26 Maret 2013

Rabu/

27 Maret 2013

Kamis/

28 Maret 2013

Jumat/

29 Maret 2013

Ke-3 Senin/

1 April 2013

- Observasi di 13 Greenhouse

(bagian 2) Greenhouse

Page 61: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

61

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Selasa/

2 April 2013

- Wawancara

- Input data

- Mengkomunikasikan hasil observasi

dan wawancara kepada pembimbing

lapangan

- Pengarahan dan bimbingan oleh

pembimbing lapangan

Rabu/

3 April 2013

Kamis/

4 April 2013

Jumat/

5 April 2013

Ke-4

Senin/

8 April 2013 - Observasi di 13 Greenhouse

(bagian 3)

- Wawancara

- Input data

- Mengkomunikasikan hasil observasi

dan wawancara kepada pembimbing

lapangan

- Pengarahan dan bimbingan oleh

pembimbing lapangan

Greenhouse

Selasa/

9 April 2013

Rabu/

10 April 2013

Kamis/

11 April 2013

Jumat/

12 April 2013

Ke-5

Senin/

15 April 2013

- Observasi di 13 Greenhouse

(bagian 4)

- Wawancara

- Input data

- Mengkomunikasikan hasil observasi

dan wawancara kepada pembimbing

lapangan

- Pengarahan dan bimbingan oleh

pembimbing lapangan

- Revisi Laporan magang

Greenhouse

Selasa/

16 April 2013

Rabu/

17 April 2013

Kamis/

18 April 2013

Jumat/

19 April 2013

ke-6 Sabtu

20 April 2013

- Presentasi hasil magang

- Berpamitan

Ruang kelas

Madrasah

Ibtidaiyah

Kumbo

Page 62: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

62

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Magang

Greenhouse yang menjadi lokasi magang terletak di Desa Kumbo Kecamatan

Tutur Kabupaten Pasuruan. Hingga bulan April 2013, jumlah greenhouse di Desa

Kumbo mencapai 52 unit. Hampir seluruh greenhouse tersebut dibangun di sisi-sisi

Desa. Untuk mempermudah kegiatan magang, setiap greenhouse diberi nama dengan

huruf abjad dan nomor. Huruf abjad menunjukkan area greenhouse yaitu “T” untuk

area timur, “U” untuk area utara, “B” untuk area barat, dan dan “S” untuk area

selatan. Sedangkan nomor menunjukkan urutan greenhouse pada masing-masing

area. Adapun jumlah greenhouse di masing-masing area adalah sebagai berikut :

a. Area timur = 22 unit

b. Area utara = 17 unit

c. Area barat = 9 unit

d. Are selatan = 4 unit

Grennhouse di Desa Kumbo memiliki ukuran yang bermacam-macam.

Ukuran greenhouse rata-rata 600 m2 dengan dimensi 20 m x 30 m. Ukuran terkecil

adalah 300 m2 dengan dimensi 15 m x 20 m, sedangkan ukuran terbesar mencapai

2400 m2 dengan dimensi 30 m x 80 m.

Page 63: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

63

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Gambar 4.1

Potret greenhouse (atap putih) di Desa Kumbo dari puncak gunung Tunggangan

4.2 Karakteristik Umum Petani Paprika di Desa Kumbo

Usaha budidaya paprika yang dilakukan oleh petani di Desa Kumbo

termasuk pada usaha informal yang tidak berbadan hukum, tidak ada status

permanen atas pekerjaan dan tempat kerja, serta tidak terdapat sistem keamanan

kerja (job security system). Hingga saat ini, jumlah petani paprika di Desa Kumbo

mencapai 54 orang. Dari total jumlah petani tersebut, sebanyak 33 orang adalah

pengguna pestisida, sedangkan 21 petani lain bekerja dibagian perawatan, kebersihan

atau pemetikan. Seluruh petani paprika yang menggunakan pestisida adalah laki-laki.

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel berikut :

U

Page 64: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

64

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Tabel 4.1. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo

Berdasarkan Umur Tahun 2013

Umur (Tahun)

Total < 20 21-30 31-40 > 40

Jumlah 1 20 9 3 33

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas petani yang

menggunakan pestisida berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 20 orang. Sementara

sembilan petani lainnya berada pada usia 31 – 40 tahun, empat petani pada usia 41 –

50, dan hanya satu petani pada usia dibawah 20 tahun.

Adapun distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2013

Tingkat Pendidikan

Total SD SMP SMA PT

Jumlah 12 12 8 1 33

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa petani dengan tingkat pendidikan

SD dan SMP masing-masing sebanyak 12 orang. Sedangkan petani dengan tingkat

pendidikan SMA sebanyak 8 orang dan petani dengan tingkat pendidikan Perguruan

Tinggi (PT) hanya ada 1 orang.

Page 65: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

65

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan

pengalaman dalam menggunakan pestisida dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan

Pengalaman Dalam Menggunakan Pestisida Tahun 2013

Pengalaman (Tahun)

Total > 1 1-5 6-10 <10

Jumlah 2 17 13 1 33

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 17 petani berpengalaman

menggunakan pesisida selama 1-5 tahun, 13 petani berpengalaman 6-10 tahun, dua

petani berpengalaman kurang dari satahun dan satu petani beprengalaman lebih dari

10 tahun.

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan frekuensi

penggunaan pestisda dalam seminggu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida Berdasarkan Frekuensi

Penggunaan Tahun 2013

Frekuensi Penggunaan / Minggu

Total 2 x 4 x

Jumlah 31 2 33

Pada umumnya, penggunaan pestisida dilakukan sebanyak dua kali dalam

seminggu. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 31 petani

menggunakan pestida dua kali dalam seminggu. Sedangkan dua petani lainnya

Page 66: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

66

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

menggunakan pestisida 4 kali dalam seminggu dikarenakan petani tersebut

menangani lebih dari dua greenhouse.

Distribusi petani paprika berdasarkan durasi penggunaan pestisda dalam

setiap pemakainnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Petani Paprika Berdasarkan Durasi Penggunaan Tahun 2013

Durasi Penggunaan Pestisida

Total ± 2 jam ± 4 jam

Jumlah 17 15 33

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 17 petani menggunakan

pestida selama kurang lebih dua jam. Sedangkan 15 petani lainnya menggunakan

pestisida selama kurang lebih 4 jam. Durasi penggunaan pestisida ini masih berada

di bawah batas normal jam kerja yaitu 8 jam.

4.3 Alur Kegiatan Budidaya Paprika

1. Persiapan Greenhouse

Greenhouse adalah tempat budidaya paprika. Seluruh greenhouse di

Desa Kumbo dibuat dengan menggunakan bambu sebagai tiang, plastik

sebagai atap, serta kombinasi plastik dan jaring sebagai penutup sisi

greenhouse.

Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi

dilakukan dengan membersihkan kotoran dan sampah pada greenhouse. Jika

Page 67: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

67

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

greenhouse sudah pernah di tamanami, maka penting untuk membuang sisa

tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal itu dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa

tanaman. Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan

kimia seperti lysol dan formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat

menyerang tanaman paprika.

Gambar 4.2

Deretan Greenhouse di Area Timur (Greenhouse T-17,T-18,T-19 dan T-20)

2. Pembibitan

Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu

agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam. Teknis pembibitan

paprika adalah sebagai berikut :

1. Benih direndam dengan air hangat selama 30 menit.

Page 68: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

68

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2. Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air

bersih secara merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang

berlebihan menetes.

3. Apabila menggunakan media rockwool, dibuat lubang kecil pada

rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil

yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak ± 2 x 2 cm.

4. Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon

lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah dengan kedalaman ± 0,5

cm.

5. Setelah semua disemai, benih tersebut ditutup dengan plastik mulsa

dan siletakkan dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu

optimal 20-25 ºC dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan

cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah

semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand

sprayer.

6. Setelah benih berkecambah (± 7 hari setelah persemaian), mulsa

penutup dibuka, kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang dapat

tersinari oleh matahari dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

7. Bibit dengan kotiledon yang telah tumbuh sempurna dipindahkan ke

polybag berukuran 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan

nutrisi.

Page 69: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

69

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

8. Dilakukan pemeliharaan di persemaian dan pembibitan yang meliputi

penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit,

dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit dan

pengaturan kembali jarak antar tanaman agar daun tanaman tidak

saling menutupi.

9. Bibit yang telah berumur 21-30 hari atau berdaun ± 5 helai siap

ditanam.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit ke polybag yang

telah persiapkan di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk

penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

1. Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca.

2. Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2

liter.

3. Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media.

4. Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g

/polybag.

5. Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara

membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan.

Page 70: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

70

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

6. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar

batang.

7. Regulating stick dipasang kembali.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran,

pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit.

Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk

dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi

tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan

umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih

sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk

dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap

pemberian selama 2 menit.

Sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes dimana pada

masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan

tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan

sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Selain itu,

volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu

dan volume penyiraman.

Page 71: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

71

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman

paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan, akan

diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara

maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada

tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.

Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga

pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi

pemangkasan cabang dan tunas, pemangkasan daun dan pemangkasan

bunga. Adapun langkah-langkah pemangkasan adalah sebagai berikut:

1. Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan

mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2

cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang

dipelihara tumbuh dan mekar.

2. Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada

batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu

rimbun.

3. Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu

setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam

dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga

agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.

Page 72: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

72

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman paprika dilakukan

dengan menggunakan pestisida. Secara umum, penyemprotan pestisida pada

setiap greenhouse dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan durasi

rata-rata 3 jam. Petani paprika di Desa Kumbo menggunakan 2 jenis

pestisida yaitu insektisida dan fungsida (lampiran 3). Kedua pestisida

tersebut dicampur dengan air dan zat perekat dan diaduk dengan tongkat

yang terbuat dari bambu. Pencampuran tersebut dilakukan dalam wadah

berupa tank plastik berkapasitas 160 hingga 1100 liter

Gambar 4.3

Mesin Diesel dan Wadah untuk Formulasi Pestisida

Jenis alat penyemprot yang digunakan adalah sprayer tenaga mesin

(diesel). Hasil observasi menunjukkan bahwa penggunaan sprayer tenaga

mesin memiliki potensi bahaya lebih besar dari pada sprayer manual. Hal ini

dikarenakan semprotan pestisida yang keluar tidak bisa dihentikan kecuali

jika mesin diesel dimatikan. Akibatnya, petani sering terpapar pestisida

terutama pada saat berpindah blok.

Page 73: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

73

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

.

Gambar 4.4

Penyemprotan Pestisida

4.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam kegiatan magang ini, standar APD yang digunakan mengacu pada

standar OSHA (Occupational Safety and Health Association). Sedangkan untuk

kelengkapan APD dalam penggunaan pestisida mengacu pada Pedoman Bimbingan

Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011).

Menurut standar OSHA (Occupational Safety and Health Association), untuk

meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja,

terdapat peraturan APD sebagai berikut :

1. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada bahaya-

bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.

2. Memilih dan mempersiapkan APD yang benar-benar cocok untuk masing-

masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).

3. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai APD secara benar

untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam bagian tubuh

Page 74: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

74

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan, tangan, kaki dan lain-

lain.

Masing-masing APD dirancang atau dibuat untuk mencegah bahaya-bahaya

yang mengancam di tempat kerja. Untuk meyakinkan bahwa pekerja telah memakai

APD yang sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan agar mengadakan

pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih dahulu dan kemudian

mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya bahaya-bahaya yang timbul

dan dapat mengancam pekerja pada waktu mereka sedang melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian

Pertanian, 2011), terdapat tujuh APD yang diperlukan dalam penggunaan pestisida

baik saat pencampuran (formulasi) maupun saat penyemprotan, yaitu_:

1. Pakaian yang menutupi tubuh.

Ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian pelindung,

tetapi pakaian yang sederhana cukup terdiri atas celana panjang dan kemeja

lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya

rapat.

2. Celemak (Appron).

Appron terutama digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

3. Penutup atau pelindung kepala.

Penutup dapat berupa topi lebar atau helm khusus untuk menyemprot.

Sedangkan pelindung kepala (helmet) penting digunakan ketika menyemprot

tanaman yang tinggi.

Page 75: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

75

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

4. Pelindung mata

5. Sarung tangan.

6. Sepatu boot.

7. Pelindung pernafasan (masker).

Untuk menggambarkan penggunaan APD tersebut, dilakukan wawancara

dan observasi langsung. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara umum

karakteristik petani paprika yang menggunakan pestisida. Sedangkan observasi

dilakukan untuk melihat kelengkapan petani paprika dalam menggunakan APD baik

pada saat pencampuran maupun penyemprotan pestisida. Selain kelangkapan APD,

observasi yang dilakukan juga mencangkup pemeliharaan dan penyimpanan APD.

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan

antara lain dengan:

a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau,

c. Mengganti filter atau catridge untuk respirator.

Budiono, dkk (2003) juga menjelaskan bahwa untuk menjaga daya guna dari

APD, hendaknya dilakukan penyimpanan ditempat khusus sehingga terbebas dari

debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat

tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

Secara keseluruhan, hasil observasi penggunaan APD pada petani paprika di

Desa Kumbo dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 76: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

76

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Tabel 4.6. Hasil Observasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petani Paprika

di Desa Kumbo Tahun 2013

No. Jenis APD Jumlah Petani

Saat Pencampuran Menggunakan Tidak

Menggunakan

1 Pakaian Panjang 25 8

2 Masker - 33

3 Pelindung kepala - 33

4 Kacamata/ pelindung mata - 33

5 Sarung tangan - 33

6 Sepatu boot - 33

7 Celemak/ Appron - 33

Saat Penyemprotan Menggunakan Tidak

Menggunakan

1 Pakaian Panjang 25 8

2 Masker 19 14

3 Pelindung kepala - 33

4 Kacamata/ pelindung mata - 33

5 Sarung tangan - 33

6 Sepatu boot - 33

7 Celemak/ Appron - 33

Pemeliharaan dan Penyimpanan APD Melakukukan Tidak

Melakukan

1 Mencuci APD dengan sabun setelah

menggunakan Pestisida - 33

2 Menjemur APD di panas matahari - 33

3 Menyimpan pakaian/APD di tempat khusus - 33

Page 77: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

77

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

1. Pakaian Panjang

Berdasarkan standar atau Occupational Safety and Health

Association (OSHA), pakaian yang sesuai untuk melindungi pengguna

pestisida adalah pakaian panjang seperti acid resistant clothing yang tidak

tembus air dan tahan terhadap zat asam. Pakaian pelindung ini dapat dibuat

dari bahan jenis plastik seperti polivinil Chlorida (PVC).

Selama observasi, ditemukan dua pakaian pelindung berupa jas hujan

yang terbuat dari plastik di greenhouse S-1 dan greenhouse T-22. Namun,

pakaian tersebut tidak digunakan lagi karena faktor kenyamanan. Kemudian,

hasil observasi pada saat proses aplikasi pestisida menunjukkan bahwa tidak

ada petani yang menggunakan pakaian pelindung yang sesuai dengan standar

aman. Semua petani masih menggunakan pakaian biasa yang terbuat dari

kain. Selain itu, tidak ada perbedaan penggunaan pakaian antara saat

pencampuran pestisida dengan penyemprotan pestisida. Berdasarkan hasil

tersebut, observasi yang tetap dilakukan walaupun pakaian yang digunakan

petani memenuhi standar aman. Diagram berikut menunjukkan hasil

observasi penggunaan pakaian panjang pada petani pengguna pestisida baik

pada saat formulasi maupun penyemprotan pestisida :

Page 78: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

78

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Diagram 4.1. Hasil Observasi Penggunaan Pakaian Panjang Pada Saat

Formulasi dan Penyemprotan Pestisida

Dari diagram di atas, dapat di ketahui bahwa sebanyak 25 petani (76

%) menggunakan pakaian panjang. Sedangkankan 8 petani lainnya (24 %)

menggunakan pakaian pendek.

Gambar 4.5

Petani yang Tidak Menggunakan Pakaian Panjang

824%

2576%

Tidak Menggunakan

Menggunakan

Page 79: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

79

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

2. Masker

Berdasarkan standar OSHA, jenis masker yang sesuai untuk

melindungi petani dari bahaya pestisida adalah chemical cartridge

respirators. Selama observasi, hanya ditemukan satu masker janis ini yaitu

di pos greenhouse S-1. Namun, mesker tersebut tidak pernah digunakan.

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa tidak ada petani yang

menggunakan masker jenis ini. Masker yang digunakan adalah masker dari

bahan kain yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor. Selain itu,

terdapat petani yang menggunakan kaos dan slayer sebagai masker.

Gambar 4.6

Petani Paprika Menggunakan Masker Kain Saat Menyemprot Pestisida

Pada saat formulasi pestisida, tidak ada petani yang menggunakan

masker. Masker tersebut hanya digunakan pada saat penyemprotan. Petani

yang tidak menggunakan masker mengaku bahwa mereka sudah

berpengalaman dan mengerti cara menghindari bahaya pestisida. Selain itu,

Page 80: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

80

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

ditemukan beberapa petani yag merokok saat menggunakan pestisida

sehingga penggunaan masker dianggap mengganggu aktivitas merokok.

Diagram berikut menunjukkan hasil observasi penggunaan masker pada saat

penyemprotan pestisida.

Diagram 4.2. Hasil Observasi Penggunaan Masker Pada Saat Penyemprota

Dari diagram di atas, dapat di ketahui bahwa sebanyak 19 petani (58

%) menggunakan masker. Sedangkanka 14 petani lainnya (42 %) tidak

menggunakan masker.

3. Pelindung Kepala

Berdasarkan standar OSHA, pelindung kepala yang sesuai untuk

melindungi pengguna pestisida adalah safety helmet atau topi tudung yang

berguna untuk melindungi dari zat-zat kimia. Selama observasi, hanya

ditemukan satu safety helmet yang ada di greenhouse S-1. Namun, pelindung

kepala tersebut tidak pernah digunakan. Selanjutnya, hasil observasi pada

1442%

1958%

Tidak Menggunakan

Menggunakan

Page 81: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

81

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

saat aplikasi pestisida menunjukkan bahwa tidak ada petani yang

menggunakan pelindung kepala sesuai dengan standar. Beberapa petani

memakai topi kain biasa atau kaos yang digunakan sebagai penutup kepala.

Gambar 4.7

Petani yang Menggunakan Topi Biasa (Kiri) dan Petani Tanpa Pelindung Kepala

(kanan)

4. Kacamata atau Pelindung Mata

Berdasarkan standar OSHA, jenis pelindung mata yang dapat

digunakan oleh pengguna pestisida adalah goggles dan Face shields. Hasil

observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani yang menggunakan

pelindung mata. Beberapa petani di greenhouse U-11 dan greenhouse S-1

mengaku pernah menggunaan pelindung mata jenis goggles. Namun karena

alasan kenyamanan, pelindung mata tersebut tidak pernah digunakan

kembali.

Page 82: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

82

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

5. Sarung Tangan

Sarung tangan merupakan APD yang sangat penting terutama pada

saat pencampuran pestisida karena teradapat risiko terpapa pestisida

konsentrasi tinggi. Berdasarkan standar OSHA, sarung tangan yang sesuai

untuk melindungi pengguna pestisida adalah Gloves yang terbuat dari karet

(latex, nitrile atau butyl), plastik atau material lainnya yang tahan terhadap

zat kimia pestisida. Hasil observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani

yang menggunakan sarung tangan.

Gambar 4.8

Petani Paprika Tidak Menggunakan Sarung Tangan

Pada saat magang berlangsung, ditemukan masalah kesehatan terkait

penggunaan sarung tangan pada petani di greenhouse S-12. Petani tersebut

mengalami penyakit kulit pada jari-jari dan telapak tangan. Berdasarkan

hasil wawancara, petani mengaku telah menggunakan pestisida selama lima

tahun. Namun, tidak ada riwayat terpapar tumpahan pestisida dengan

konsentrasi tinggi.

Page 83: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

83

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Gambar 4.9

Petani yang Mengalamai Penyakit Kulit Akibat Pestisida

6. Sepatu Boot

Sepatu boot biasanya terbuat dari bahan karet yang resisten terhadap

zat kimia pestisida. Sepatu boot yang demikian telah memenuhi standar

OSHA. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, tidak ada petani yang

menggunakan sepatu boot. Petani hanya menggunakan alas kaki biasa

seperti sandal jepit. Bahkan, banyak ditemukan petani yang tidak

menggunakan alas kaki.

Gambar 4.9

Petani yang Tidak Menggunakan Alas Kaki (kiri) dan Petani yang Menggunakan

Sandal Jepit (Kanan)

Page 84: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

84

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

7. Celemak (Appron)

Celemak (appron) digunakan untuk melindungi pekerja dari

tumpahan pestisida pada saat pencampuran dan kurang efektif jika

digunakan pada saat penyemprotan. Selain itu, penggunaan celemak tidak

diperlukan jika petani telah menggunakan pakaian pelindung. Hasil

observasi menunjukkan bahwa tidak ada petani yang menggunakan celemak

baik pada saat pencampuran maupun pada saat penyemprotan pestisda.

4.5 Pemeliharaan dan Penyimpanan APD

Dari hasil observasi pada 52 unit greenhouse dan 33 petani yang

menggunakan pestisida, hanya ditemukan empat APD yang memenuhi standar aman

yaitu satu buah respirator, satu buah safety helmet, dan dua buah pakaian panjang

yang terbuat dari plastik. Namun, keempat APD tesebut sudah tidak digunakan

karena faktor kenyamanan. Dengan demikian, tidak ada petani yang menggunakan

APD sesuai dengan standar aman. Berdasarkan hasil tersebut, tidak dilakukan

observasi terhadap pemeliharaan dan penyimpanan APD. Petani hanya memakai

pakaian biasa, masker dari kain, alas kaki berupa sandal, dan penutup kepala berupa

topi atau kaos. Saat dilakukan wawancara, semua petani mengaku menggunakan

pakaian dan masker yang telah dicuci dengan sabun. Namun, untuk sandal, petani

biasanya hanya membilas dengan air yang mengalir.

Page 85: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

85

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5 ‘‘

5.1 Simpulan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Usaha budidaya paprika yang dilakukan oleh petani di Desa Kumbo

termasuk pada usaha informal dan tidak memiliki sistem keamanan kerja (job

security system).

2. Jumlah total greenhouse yang menjadi tempat budidaya paprika di Desa

kumbo hingga tahun 2013 mencapai 52 unit.

3. Sebanyak 33 orang laki-laki dari total jumlah petani paprika (54 orang) di

Desa Kumbo adalah pengguna pestisida

4. Frekuensi penggunaan pestisida pada setiap greenhouse dilakukan sebanyak

dua kali dalam seminggu dengan durasi rata-rata tiga jam.

5. Petani paprika di Desa Kumbo belum menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) secara lengkap

6. Petani paprika di Desa Kumbo belum menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) yang memenuhi standar aman baik pada saat formulasi maupun pada

saat penyemprotan.

Page 86: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

86

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

7. Tidak ada aktivitas pemeliharaan dan penyimpanan Alat Pelindung Diri

(APD) karena petani paprika di Desa Kumbo belum memiliki APD secara

lengkap dan memenuhi standar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka terdapat beberapa saran

bagi petani paprika dalam rangka mengendalikan bahaya terkait penggunaan

pestisida, yaitu_:

1. Mengadakan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar aman.

3. Mengadakan pelatihan terkait panggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan

Alat Pelindung Diri (APD).

4. Mengadakan pengawasan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Page 87: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

87

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga dan Soetiarso. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Resiko pada

Usahatani Cabai. J. Hort. 8 (4):1299-1311, 1999.

Anonim, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal

Prasarana dan Sarana Pertanian - Direktorat Pupuk dan Pestisida. Kementrian

Pertanian

Anonim, “Sepuluh Buah dan Sayur yang Mengandung Kadar Pestisida Tinggi” artikel

diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari

http://www.infospesial.net/lifestyle/10-buah-sayur-mengandung-kadar-

pestisida-tinggi/

Cahyono, Bambang, 2007. Cabai Paprika – Teknik Budidya dan Analisis Usaha Tani.

Yogyakarta: Kanisius.

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Fitriyah, Zakiatul. 2011. “Paprika - Makalah Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”.

Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Program Studi Kebidanan. Kementrian

Kesehatan RI.

Gunawan, veronica, 2009. “Formulasi dan Aplikasi Edible Coating Berbasis Pati Sagu

dengan Penambahan Vitamin C Pada Paprika”. Skripsi Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Meliala, arihta. 2005. “Karakteristik dan Hygiene Perorangan Petani Hortikultura Serta

Keluhan Kesehatan Dalam Penggunaan Pestisida di Desa Gurukihayan

Kecamatan Payung Kabupaten Karo Tahun 2005.” Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Nedved, Milos. 1991. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Biokimia dan Pengendalian

Bahaya Besar. Editor Soemanto Imam Hanafi. Jakarta: ILO

Novizan, 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka

Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2003. Personal Protective

Equipment. Artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari www.osha.gov

Page 88: Defri - LAPORAN MAGANG - For Publisihing

88

Ke

seh

atan

dan

Ke

sela

mat

an K

erja

(K

3)

Pro

gram

Stu

di K

ese

hat

an M

asya

raka

t

Faku

ltas

Ke

do

kte

ran

dan

Ilm

u K

ese

hat

an

Un

iver

sita

s Is

lam

Ne

geri

(U

IN)

Sya

rif

Hid

ayat

ull

ah J

akar

ta

Palar, Heryando, 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Prabaningrum, L., T. K. Moekasan dan S. Sastrosiswojo. 2002. “Studi Lini Dasar

Pembangunan Tanaman Paprika di Jawa Barat”. Laporan Balai Penelitian

Tanaman Sayuran.

Sembiring, Dewan, 2008. “Pengetahuan Sikap dan Tindakan Tentang Pengelolaan

Pestisida Pada Petani Jeruk di Desa Sinaman Kecamatan Barusjahe Kabupaten

Karo Tahun 2007.” Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Sulistiyono, Luluk. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian

Tanaman Hortikultura di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor.

Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas

Agung

Suwarni, Agus, 1998. Tingkat Keracunan, Faktor Risiko dan Kerugian Ekonomi Akibat

Penggunaan Pestisida Bagi Petni Bawang Merah dan Cabe di Kabupaten

Brebes. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jawa Tengah,Vol. XXXI

No. 2).

The Canadian Standards Association Standard (CSA). 1984. Hearing Protectors. Artikel

diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari http://www.csa.ca

Wudianto, Rini. 2005. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar

Swadaya.