Upload
hoangdung
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntasi
Menurut Joseph W.Wilkinson, Michael J.Cerullo, Vasant Raval, dan Bernard
Wong-On-Wing (2000,p5-6), “Information is intelligence that is meaningful and
useful to persons for whom it is intended.” dan “System is a unified group of
interacting part that function together to achieve its purposes.” Sedangkan menurut
James A.O’Brien (2001,p7), “Information System can be any organized combination
of people, hardware, software, communication network, and data resource that
collects, transforms, and disseminates information in an organization.” Pengertian
ini menjelaskan bahwa Sistem Informasi akan mengintegrasikan seluruh manusia,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data yang ada pada sebuah
organisasi untuk diproses sedemikian rupa. Proses tersebut akan menghasilkan suatu
informasi yang dibutuhkan oleh organisasi tersebut dalam menjalankan proses
bisnisnya. Informasi tersebut juga diperlukan dalam usaha untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Charles T.Horngren, Walter T.Harrison Jr., dan Linda Smith Bamber
(1999,p6), “Accounting is the information system that measures business activities,
processes, that information into report, and communicates the result to decision
makers.” Pengertian ini menjelaskan bahwa akuntansi merupakan suatu sistem
informasi yang digunakan untuk melakukan penilaian atas suatu proses bisnis,
8
menyampaikan dalam sebuah laporan untuk dapat dikomunikasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengambilan keputusan atas suatu
perusahaan. Kompetensi dari akuntansi adalah untuk melakukan kontrol atas
aktivitas yang dilakukan perusahaan.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari
Sistem Informasi Akuntansi. Menurut Wilkinson et al. (2000,p7)
“Accounting Information System is a unified structure within an entity, such as a business firm, that employs physical resources and other components to transform economic data into accounting information, with the purpose of satisfying the information needs of a variety of users.”
Sistem Informasi Akutansi akan mengintegrasikan seluruh sumber daya yang ada
pada organisasi/perusahaan dan mengubah seluruh data transaksi yang terjadi
menjadi suatu informasi yang diperlukan baik oleh pihak internal maupun pihak
eksternal pada sebuah organisasi/perusahaan.
Sistem Informasi Akuntansi memiliki lima komponen utama (Romney,
Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2006), yaitu:
a. Manusia yang menjalankan sistem dan berkerja dalam fungsi tertentu.
b. Prosedur yang terdiri dari pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data yang
berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan, baik yang dilakukan
secara manual maupun otomatis.
c. Data mengenai proses bisnis perusahaan
d. Software yang digunakan untuk memproses data perusahaan
e. Infrastruktur dari Teknologi Informasi
9
2.1.2. Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi memiliki tujuan (Wilkinson et al., 2000) sebagai
berikut:
1. Sebagai pendukung kegiatan operasional sehari-hari perusahaan.
2. Sebagai pendukung pihak manajemen dalam membuat keputusan.
3. Sebagai suatu acuan oleh pihak eksternal untuk mengetahui keadaan perusahaan.
Sistem Informasi Akuntansi memiliki lima kegunaan (Rama, Dasaratha V
dan Frederick L.Jones, 2006), yaitu:
a. Membuat laporan mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal
perusahaan.
b. Membantu manajer dalam menangani aktivitas operasional yang rutin dilakukan
dalam suatu siklus operasi suatu perusahaan.
c. Mendukung dalam pengambilan keputusan pada semua tingkat manajemen dalam
perusahaan, baik yang dilakukan secara rutin maupun ad hoc.
d. Membantu dalam membuat suatu perencanaan dan juga dalam melakukan kontrol
atas setiap aktivitas yang dilakukan.
e. Melaksanakan pengendalian intern, dimana termasuk aturan-aturan, prosedur, dan
sistem informasi yang digunakan untuk melindungi kekayaan perusahaan dan
menjaga keakuratan data keuangan perusahaan.
Penerapan Sistem Informasi Akuntansi yang efektif memiliki peranan yang
sangat penting bagi kesuksesan sebuah perusahaan di masa mendatang. Tanpa
adanya monitor dari setiap peristiwa yang terjadi pada perusahaan, maka perusahaan
tidak dapat menentukan seberapa baik kinerja yang telah dilakukan perusahaan.
10
2.1.3. Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem
Proses bisnis pada perusahaan merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian,
produksi, hingga penjualan barang atau jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat
dibagi kedalam lima subsistem (Romney et al , 2006), yaitu:
a. Revenue Cycle (Siklus Pendapatan), yang terdiri dari peristiwa penjualan dan
penerimaan kas.
b. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran), yang terdiri dari peristiwa pembelian dan
pengeluaran kas.
c. Human resource cycle (Siklus Sumber Daya Manusia), terdiri peristiwa yang
berhubungan perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja.
d. Production cycle (Siklus Produksi), terdiri dari peristiwa yang berhubungan
dalam pengubahan bahan mentah menjadi produk/jasa yang siap dipasarkan.
e. Financing cycle (Siklus Keuangan Perusahaan), terdiri dari peristiwa yang
berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
Pada gambar 2.1, dilihat hubungan antara setiap subsistem yang ada pada
perusahaan, dimana masing-masing subsistem akan terhubung dengan sebuah sistem
pelaporan yang digunakan untuk menyampaikan informasi baik kepada pihak
manajemen maupun pihak luar perusahaan.
11
Getcash
General Ledger & Reporting System
Givecash
Getfinishgoods
Givelabor
Giveraw
materials
Financing Cycle
Givecash
Getlabor
HumanResouces Cycle
Givecash
Getgoods
Expenditure Cycle
Givegoods
Getcash
Revenue Cycle
Production Cycle
FundsFunds
Funds
DataData
Data
Data
Data
Labor Rawmaterials
Finishedgoods
Informationfor both
internal andexternal
users
Gambar 2.1. Subsistem dalam Sistem Informasi Akuntansi.
Sumber: Romney (2006, p30)
12
2.2. Sistem Informasi Akuntansi: Siklus Pendapatan
2.2.1. Pengertian Penjualan dan Penerimaan Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004,PSAK No.23):
“Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. Dan penjualan jasa biasanya menyangkut tugas yang secara kontraktual telah disepakati oleh perusahaan, jasa tersebut dapat diserahkan selam satu periode atau secara lebih dari satu periode.”
Dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan suatu proses dimana
perusahaan melakukan suatu transaksi, baik dengan menyerahkan barang atau
memberikan jasa kepada konsumen untuk mendatangkan pendapatan bagi
perusahaan tersebut. Penjualan dapat terjadi baik secara tunai maupun kredit. Pada
penjualan tunai, mewajibkan konsumen melakukan pembayaran atas barang atau
jasa terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli dan transaksi
penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan. Sedangkan pada penjualan kredit,
perusahaan mengirimkan barang atau menyerahkan jasa terlebih dahulu kepada
konsumen dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang terhadap
konsumen tersebut.
Sedangkan penerimaan kas merupakan suatu proses dimana perusahaan
memperoleh kas yang didapat dari hasil penjualan atas barang atau jasa perusahaan.
Kas dapat diterima baik dari penjualan tunai maupun dari pembayaran piutang
pelanggan dari hasil penjualan kredit. Penjualan dan penerimaan kas merupakan
aktivitas yang saling terkait dalam suatu siklus pendapatan yang ada pada
perusahaan.
13
2.2.2. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi pada Siklus Pendapatan
Sistem Informasi Akuntansi untuk siklus pendapatan memiliki tujuan sebagai
berikut (Wilkinson et al., 2000):
1. Mencatat pesanan penjualan secara tepat dan akurat.
2. Memeriksa apakah konsumen layak untuk diberikan kredit.
3. Mengirim barang atau memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah
disepakati.
4. Melakukan penagihan atas barang atau jasa yang diberikan tepat waktu kepada
konsumen.
5. Mencatat dan mengklasifikasikan kas yang diterima secara tepat dan akurat.
6. Melakukan posting atas penjualan dan penerimaan kas kepada akun konsumen
yang sesuai dalam jurnal piutang usaha.
7. Menjaga barang sampai dilakukan pengiriman.
8. Menjaga kas sampai disimpan ke bank.
2.2.3. Dokumen - Dokumen yang Berhubungan dengan Siklus Pendapatan
Dalam siklus pendapatan, dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem
penjualan dan sistem penerimaan kas (Wilkinson et al., 2000) adalah sebagai
berikut:
a. Customer order
Adalah permintaan pembelian dari konsumen atas produk yang dijual perusahaan.
b. Sales order
Adalah formulir yang disiapkan secara formal mengenai pesanan konsumen.
Biasanya terdiri dari beberapa rangkap.
14
c. Order Acknowledgment
Merupakan salinan dari sales order yang diberikan kepada konsumen sebagai
bukti pemesanan barang.
d. Picking list
Merupakan salinan dari sales order yang diberikan kepada bagian gudang sebagai
bukti pemesanan barang konsumen.
e. Packing slip
Salinan dari sales order atau picking list yang diletakkan pada produk yang terjual
saat akan diserahkan.
f. Billing of lading
Dokumen yang diberikan kepada kurir untuk mengirim barang.
g. Shipping notice
Salinan dari sales order yang diberikan sebagai tanda bahwa barang telah dikirim.
h. Sales invoice
Dokumen yang mencatat jumlah yang harus dibayar pelanggan atas produk yang
dibeli.
i. Remittance advice
Dokumen yang memperlihatkan jumlah yang diterima dari pelanggan.
j. Deposit slip
Dokumen mengenai jumlah kas yang tersimpan pada bank.
k. Back order
Dokumen yang disediakan saat persediaan yang ada di gudang tidak memenuhi
permintaan barang.
15
l. Credit Memo
Dokumen yang mengijinkan konsumen mengembalikan barang yang telah dikirim
karena mengalami kerusakan.
m. Credit application
Formulr mengenai permintaan kredit dari konsumen.
n. Salesperson call report
Formulir mengenai laporan kinerja karyawan dan konsumen yang memiliki
prospek yang baik.
o. Deliquent notice
Surat peringatan tenggat waktu pembayaran kredit kepada konsumen.
p. Write-off notice
Dokumen yang disiapkan jika kredit yang diberikan kepada konsumen tidak dapat
ditagih.
q. Cash register receipt
Formulir yang digunakan untuk melihat jumlah kas yang diterima.
2.2.4. Fungsi - Fungsi yang Terkait
Terdapat dua unit organisasi utama yang berhubungan dalam sebuah sistem
penjualan (Wilkinson et al., 2000). Fungsi yang pertama adalah fungsi
Pemasaran/Distribusi, yang bertujuan untuk menentukan dan melayani kebutuhan
konsumen dan mengatur pendapatan yang diterima untuk menutupi harga pokok
dan beban yang terjadi pada transaksi penjualan. Sedangkan yang kedua adalah
fungsi Keuangan/Akuntansi, yang bertujuan untuk merencanakan dan mengontrol
kas serta mengontrol akun-akun lainnya yang berhubungan dengan sistem.
16
2.2.5. Prosedur – Prosedur dalam Siklus Pendapatan
Dalam siklus pendapatan terdapat empat aktivitas utama (Romney et al.,
2006), yaitu:
1. Prosedur Penerimaan Pesanan Penjualan
Siklus penjualan dimulai dengan penerimaan pesanan dari konsumen. Bagian
penjualan melakukan pencatatan atas pesanan yang diterima. Proses pencatatan
pesanan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
Menerima pesanan dari konsumen.
Memeriksa dan menyetujui kredit yang diberikan kepada konsumen.
Memeriksa jumlah persediaan yang ada di gudang.
2. Prosedur Pengiriman Barang
Setelah barang tersedia, bagian gudang melakukan tahapannya sebagai berikut:
Mengepak barang sesuai pesanan dalam sales order.
Mengiriman barang ke alamat yang dituju.
3. Prosedur Penagihan
Setelah barang yang dipesan sampai ke alamat yang dituju, maka bagian akuntasi
melakukan tahapan berikut:
Melakukan penagihan.
Mencatat piutang yang terjadi atas penjualan.
4. Prosedur Penerimaan Kas
Proses akhir dalam siklus penjualan adalah penerimaan kas atas penjualan.
Penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir, yang selanjutnya kas yang diterima
akan disimpan ke bank.
17
2.2.6. Manajemen Data
Pengelolaan data perusahaan memiliki empat fungsi utama (Wilkinson et al.,
2000), yaitu:
a. Membuat tempat dimana data disimpan.
b. Memelihara data selama proses bisnis dilakukan, seperti menambah data baru
atau mengubah data yang telah ada.
c. Mengambil data yang telah disimpan.
d. Menghapus data.
Struktur dari model data dibedakan kedalam dua pendekatan, yaitu File orientation
dan Data-base orientation, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2. Pengorganisasian Data Sumber: Wilkinson (2000, p105)
DATA MODELS
Data set(Data Segment
or Tables)
Data base
Record
Data Element Data Element
Record
File
File Orientation Data-base Orientation
18
2.2.7. Resiko dan Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang dibuat mengenai
metode bisnis yang akan dilakukan dalam usaha menjaga aktiva perusahaan,
menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya, meningkatkan efisiensi
operasional, dan mendorong terlaksanakannya kebijakan manajemen perusahaan
(Romney et al., 2006). Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian intern atas
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh transaksi telah diotorisasi secara tepat.
2. Seluruh transaksi yang dicatat memang benar-benar terjadi.
3. Seluruh transaksi yang terjadi dan telah dilakukan otorisasi telah dicatat.
4. Seluruh transaksi dicatat secara tepat dan akurat.
5. Seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan terjaga dari kehilangan dan pencurian.
6. Seluruh aktivitas bisnis dilakukan secara efektif dan efisien.
Pengendalian intern dapat dibagi menjadi empat kategori (Rama et al., 2006), yaitu:
a. Workflow control, yang digunakan untuk mengendalikan proses-proses yang
terjadi dalam suatu siklus. Pengendalian ini berfokus pada tanggung jawab dari
setiap proses yang dilakukan, urutan antar proses yang terjadi, dan aliran
informasi antara setiap proses yang saling berhubungan.
b. Input control, yang digunakan untuk mengendalikan data yang masuk kedalam
sistem perusahaan.
c. General control, sebagai pengendali agar workflow control dan input control
dapat berjalan dengan efektif.
d. Performance review, merupakan aktivitas untuk menganalisa kinerja perusahaan.
19
Terdapat lima prosedur atas pengendalian intern (Gondodiyoto, Sanyoto dan Henny
Hendarti, 2006), yaitu:
1. Otorisasi
Setiap transaksi pada sistem harus diotorisasi dengan semestinya untuk
mengurangi resiko penyalahgunaan. Otorisasi dapat diberikan dalam bentuk
umum dan khusus. Secara umum, otorisasi dilakukan misalnya dengan membuat
kebijaksanaan mengenai harga barang yang akan dijual dan berapa maksimum
jumlah kredit yang diberikan. Sedangkan pada otorisasi khusus biasanya
diberikan manajemen pada beberapa transaksi tertentu. Pihak yang memiliki
wewenang dalam memberikan otorisasi adalah pejabat yang memiliki posisi
berhubungan dengan sifat maupun makna transaksi yang bersangkutan.
2. Dokumentasi yang memadai
Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi atau
diantara organisasi yang berbeda. Beberapa prinsip dalam penggunaan dokumen
adalah sebagai berikut:
Diberikan nomor urut tercetak, agar dapat memudahkan dalam pelacakan
dimasa depan.
Dokumen dibuat sederhana agar dapat mudah dimengerti.
Memuat data yang lengkap sesuai kebutuhan
Dibuat pada saat transaksi tertentu
3. Pengamanan fisik
Pengamanan fisik sangat penting, terutama dalam hal pengamanan harta
perusahaan.
20
4. Pemisahan tugas dan fungsi
Dalam merancang organisasi perusahaan, perlu diperhatikan pertimbangan-
pertimbangan sistem pengendalian intern sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap unit organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.
5. Verifikasi secara independen
Merupakan pengujian kecermatan data transaksi dengan pengecakan ulang yang
dilakukan pihak lain.
2.2.8. Laporan yang Dihasilkan
Laporan operasional yang dihasilkan (Wilkinson et al., 2000) adalah sebagai
berikut:
a. Open order report, yaitu laporan yang mencatat pesanan penjualan yang belum
dikirim atau ditagih.
b. Sales invoice register, yaitu laporan mengenai seluruh penagihan atas penjualan.
c. Shipping register, yaitu laporan mengenai barang yang telah dikirim.
d. Cash receipts journal, yaitu laporan mengenai jumlah kas yang telah diterima
perusahaan dari hasil penjualan.
e. Credit memo register, yaitu laporan mengenai pengembalian barang karena terjadi
kerusakan.
21
2.3.Perusahaan Operator Telekomunikasi Selular
2.3.1. Pengertian Telekomunikasi Selular
Menurut Undang-Undang pertelekomunikasian, “Telekomunikasi adalah
setiap pemancar, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam
bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat,
optik, radio, atau sistem elektromanetik lainnya.” Sedangkan menurut Febrian, Jack
”Selular adalah pembagian daerah berdasarkan jangkauan sinyal dari stasiun
pemancar ke pesawat penerima.” Dapat disimpulkan bahwa telekomunikasi selular
adalah suatu sistem komunikasi jarak jauh yang memancarkan, mengirim, dan atau
menerima setiap informasi dalam bentuk suara melalui sistem elektromagnetik,
sehingga tidak diperlukan adanya kabel penghubung.
2.3.2. Perusahaan yang Bergerak sebagai Operator Telekomunikasi Selular
Perusahaan operator telekomunikasi selular adalah perusahaan yang dalam
operasinya melakukan kegiatan (1) Menjual dan mengaktifkan pesawat telepon
selular baik langsung maupun tidak langsung dan (2) mengaktifkan pesawat telepon
selular yang dibawa sendiri oleh calon pelanggan.
(http://www.pajak.go.id/peraturan/view_doc?docid=2829&searchterm=None)
Beberapa perusahaan yang bergerak sebagai operator telekomunikasi selular:
Telkomsel, yang memiliki produk seperti Kartu Halo, Simpati, dan Kartu As.
Indosat, yang memiliki produk seperti Mentari, IM3, Matrix, dan Star One.
XL, yang memiliki produk seperti Bebas, Jempol, dan Xplor.
Mobile-8, yang memiliki produk seperti Fren.
Bakrie Telecom, yang memiliki produk seperti Esia.
22
2.4. Metode Analisa dan Perancangan Berorientasi Object
2.4.1. Pendekatan dalam Analisis dan Perancangan Terstruktur dan
Berorientasi Object
Berbeda dengan dekomposisi tunggal, suatu analisis dan perancangan
berorientasi object melihat suatu permasalahan yang kompleks sebagai suatu
kumpulan object yang mempunyai arti dan saling bekerja sama satu sama lain untuk
mencapai higher level behaviour. Dalam tahap analisis, ditekankan pada investigasi
dari suatu permasalahan daripada mendefinisikan solusi dari permasalahan. Jadi,
dalam analisis berorientasi object kegiatan ditekankan untuk menemukan dan
menggambarkan object-object dalam sebuah problem domain. Sedangkan dalam
tahap perancangan, ditekankan pada suatu logical solution dan bagaimana suatu
sistem akan memenuhi kebutuhan yang ada. Jadi, dalam perancangan berorientasi
object kegiatan ditekankan pada pendefinisian suatu logical software yang pada
akhirnya akan diimplementasikan dalam sebuah bahasa pemrograman berorientasi
object.
2.4.2. Konsep Object dan Class
2.4.2.1. Pengertian Object
Menurut Mathiassen,Lars dan Andreas Munk-Madsen (2000,p4),
“Object is an entity with identity, state, and behaviour.” Pengertian ini
menjelaskan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai object jika memiliki
identitas, kondisi, dan tingkah laku yang jelas. Dalam suatu analisis, object
adalah sebuah abstraksi dalam suatu fenomena yang terjadi dalam sistem.
23
Jadi, object merupakan salah satu bagian didalam suatu sistem. Seperti dalam
sebuah sistem penjualan, salah satu yang dapat dijadikan object adalah
konsumen. Setiap konsumen memiliki identitas diri, memiliki kondisi, dan
tingkah laku yang jelas dan berbeda satu dengan lainnya.
2.4.2.2. Pengertian Class
Menurut Mathiassen et al. (2000,p4), “Class is a description of a
collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and attributes.”
Pengertian ini menjelaskan bahwa setiap object yang memiliki struktur,
tingkah laku, dan atribut yang sama maka dapat dikumpulkan kedalam suatu
class. Class yang ada dalam suatu sistem digunakan untuk memberikan
kemudahan dalam memahami suatu object.
2.4.3. Pre-Analysis
2.4.3.1. Pengertian Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000,p26), “Rich picture is an informal
drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation.” Dengan
dibuatnya sebuah rich picture, dapat dilihat bagaimana keadaan sebuah sistem
dari sudut pandang user. Rich picture berfokus pada aspek-aspek penting
dalam sebuah situasi dimana ditentukan oleh seorang illustrator. Disamping
itu, rich picture dapat memberikan gambaran umum mengenai suatu situasi
yang akan memudahkan dalam membentuk interpretasi alternatif.
Gambar 2.3. Contoh Simbol dalam Rich Picture.
24
2.4.3.2. Pengertian System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000,p24), “System definition is a concise
description of a computerized system expressed in natural language.”
Pengertian ini menjelaskan bahwa system definition merupakan gambaran
menyeluruh mengenai sebuah sistem komputer yang dinyatakan kedalam
sebuah bahasa umum. Aktivitas yang dilakukan dalam system definition
pertama kali adalah menggambarkan situasi dari sistem yang ada, yaitu
mengenai proses, struktur, dan masalah yang berhubungan dengan
pengembangan sistem dalam perusahaan. Setelah itu, ciptakan ide-ide baru
untuk pengembangan. Dan, gambarkan kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi dari rencana tersebut untuk dapat memilih sebuah rencana akhir.
2.4.3.3. Kriteria FACTOR
Kriteria FACTOR (Mathiassen et al., 2000) adalah sebagai berikut:
Functionality Fungsi dari suatu sistem yang mendukung tugas-tugas dalam
application domain.
Application
Domain
Bagian dalam sebuah organisasi yang diadministrasikan, dimonitor,
atau dikontrol dalam problem domain.
Conditions Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
Technology Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem
maupun teknologi untuk menjalankan sistem tersebut.
Object Object utama dalam problem domain.
Responsibility Tanggung jawab sistem secara keseluruhan sesuai dengan konteks.
Tabel 2.1. Kriteria FACTOR
25
2.4.4. Analysis
2.4.4.1. Problem Domain Analysis
Problem domain analysis berfokus pada informasi apa yang
seharusnya sistem dapat lakukan. Model yang dibuat dalam problem domain
menyediakan sebuah bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan syarat-
syarat yang ada dalam sistem. Dalam perancangan, model diubah kedalam
suatu komponen yang memperlihatkan problem domain yang telah terjadi.
Problem domain analysis dibagi menjadi tiga aktivitas. Berikut ini dijelaskan
setiap aktivitas yang dilakukan.
2.4.4.1.1. Class
Aktivitas yang dilakukan dalam tahap ini adalah
menggambarkan pendekatan yang dilakukan dalam mendefinisikan
tugas dari informasi yang didapat dalam sistem. Problem domain
didefinisikan dan dibuat karakteristiknya dengan melakukan seleksi
atas class dan event. Class merupakan gambaran dari sekumpulan
object yang memiliki persamaan dalam structure, behavioral pattern,
dan attribute. Sedangkan event dilihat sebagai elemen dasar dari
perilaku suatu object. Gambar 2.4 menjelaskan langkah-langkah
dalam menentukan class dan event. Penentuan class dan event
diawali dengan dibuatnya class candidates dan event candidates.
Class candidates diambil dari seluruh kata benda yang terdapat pada
process description dan system definition. Sedangkan event
candidates diambil dari seluruh kata kerja yang terdapat pada process
26
description dan system definition. Setelah dibuat class dan event
candidates, selanjutnya dilakukan evaluasi untuk dapat ditentukan
class dan event yang sesungguhnya.
Gambar 2.4. Sub aktivitas dalam menentukan class dan event. Sumber: Mathiassen (2000, p55)
Class candidates akan menjadi class jika dapat memenuhi
pertanyaan-pertanyaan berikut ini (Mathiassen et al., 2000):
1. Apakah object dapat ditentukan dari class tersebut?
2. Apakah class terdiri dari informasi yang unik?
3. Apakah class meliputi banyak object?
4. Apakah class sesuai atau dapat dikelola dengan adanya event?
Sedangkan event candidates akan menjadi event jika dapat memenuhi
pertanyaan-pertanyaan berikut ini (Mathiassen et al., 2000):
1. Apakah event bersifat instantaneous?
2. Apakah event bersifat atomic (tidak dapat dibagi lagi)?
3. Dapatkah event diidentifikasi saat terjadi?
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah event table yang
memuat seluruh class yang terpilih berikut event yang berhubungan,
seperti yang ada pada tabel 2.2.
Evaluate and selectsystematically
Find candidatesfor classses
Find candidatesfor event
Event table
Event table
27
Tabel 2.2. Contoh Event Table. Sumber: Mathiassen (2000, p50)
2.4.4.1.2. Structure
Aktivitas ini berkaitan dengan hubungan yang terstruktur
antara class dan object. Pada kegiatan ini digambarkan hubungan
dalam problem domain baik secara statis (antara abstract structure
dengan class) maupun dinamis (antara concrete structure dengan
object).
Gambar 2.5. Sub aktivitas dalam menentukan structure.
Sumber: Mathiassen (2000, p72)
Class Event
Customer Assistant Apprentice Appointment Plan
reserved * + cancelled + treated + employed + + resigned * graduated * * agreed
Event Table
Class diagram
Find candidates forstructure
Evaluatesystematically
ExplorePattern
28
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah class diagram yang
menyajikan class yang terpilih dan hubungan terstruktur yang relevan
antara class dan object.
Customer
Appointment
Employee
Time Period
OtherWork
Apprentice
Day Schedule
Free
Assistant
10..*
0..*
11
1
11..*
1 1..*
Gambar 2.6. Contoh Class Diagram Sumber: Mathiassen (2000, p70)
2.4.4.1.3. Behaviour
Aktivitas ini berkaitan dengan perilaku object dan interaksi
yang dilakukan. Pada aktivitas ini digambarkan property dan
attribute yang bersifat dinamis dalam setiap class yang ada.
Gambaran dari behaviour dan attribute diciptakan dengan
karakteristik yang lebih tepat dari setiap object yang ada dalam
problem domain. Behavioral Pattern adalah gambaran dari event
yang meliputi suatu object tertentu dalam sebuah class.
29
Gambar 2.7. Sub aktivitas dalam membuat model object behaviour.
Sumber: Mathiassen (2000, p92)
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah state diagram yang
menggambarkan behaviour dan attribute secara umum dari setiap
class.
Active/ account opened / account closed
/ account opened / account closed
/ amount withdrawn/ amount deposited
Gambar 2.8. Contoh Statechart Diagram Sumber: Mathiassen (2000, p109)
2.4.4.2. Application Domain Analysis
Application Domain Analysis berfokus pada bagaimana suatu sistem
target akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk menentukan syarat-syarat yang
diperlukan dalam membuat function dan interface suatu sistem. Model suatu
sistem bersifat lebih stabil, sehingga jika dilakukan perubahan pada model
maka akan menyebabkan perubahan pada function dan interface sistem.
Explorepatterns
Describe behavioralpatterns
Behavioral patternwith attributes
Event table andclass diagram
Consider structuresand classes
Describeattributes
30
Namun, jika function dan interface yang dilakukan perubahan, maka model
tidak perlu dirubah. Application domain analysis dibagi menjadi tiga aktivitas.
Berikut ini dijelaskan setiap aktivitas yang dilakukan.
2.4.4.2.1. Usage
Aktivitas ini berkaitan pada menentukan sistem target yang
digunakan dalam aplikasi dengan mengidentifikasi dan memberi
struktur pada actor dan use case. Actor adalah seseorang/sistem yang
melakukan pekerjaan pada sistem. Sedangkan Use case adalah proses
sistem dan actor melakukan interaksi dalam application domain.
Gambar 2.9. Sub aktivitas dalam usage. Sumber: Mathiassen (2000, p120)
Hasil dari aktivitas ini adalah use case diagram yang
menggambarkan use case beserta actor yang melakukannya, seperti
yang ada pada gambar 2.10 berikut ini:
Find actors and usecases
Evaluatesystematically
ExplorePattern
System definition
Use casesand actors
31
Automatic Payment System
Account Owner
Payment
Account Inform
Money Transfer
Cash withdrawal
Gambar 2.10. Contoh Use Case Diagram.
Sumber: Mathiassen (2000, p122)
2.4.4.2.2. Function
Function merupakan suatu fasilitas dalam membuat model
dapat digunakan oleh actor. Dalam aktivitas ini dilakukan tahap
bagaimana memformulasikan syarat-syarat fungsional dari suatu
sistem. Pada tahap ini diperlukan suatu catatan fungsi yang disajikan
secara lengkap untuk melihat gambaran umum secara fungsional dan
fungsi-fungsi kompleks yang spesifik menjadi lebih detil.
32
Gambar 2.11. Sub aktivitas dalam function. Sumber: Mathiassen (2000, p139)
Function memiliki empat tipe, yaitu:
a. Update, yaitu function diaktifkan dalam event dari problem domain
dan menghasilkan suatu perubahan dalam kondisi dari sebuah
model.
b. Signal, yaitu function diaktifkan dengan mengubah kondisi dari
model dan menghasilkan suatu reaksi dalam sebuah konteks model.
Pada tipe ini, function dapat bekerja tanpa adanya drive.
Contohnya adalah pada jam yang berjalan pada layar komputer.
c. Read, yaitu function diaktifkan berdasarkan atas permintaan
informasi dari tugas actor, dan model akan menampilkan hasil dari
informasi tersebut dalam sebuah bagian dari model.
d. Compute, yaitu function diaktifkan berdasarkan permintaan
informasi dari tugas actor, disertai dengan adanya perhitungan atas
informasi yang disediakan oleh actor atau model. Hasil akan
menampilkan hasil dari penghitungan tersebut.
Find functions
Specify complexfunctions
Evaluatecritically
System definition
Function list andspecification
Use cases
33
2.4.4.2.3. User Interface
Interface merupakan fasilitas yang membuat model dan
function dari sistem tersedia bagi actor. Aktivitas ini berkaitan dalam
pembuatan kerangka dari syarat-syarat pembuatan tampilan suatu
sistem, atau disebut user interface. User interface didefinisikan
dengan melakukan pemilihan gaya bahasa, bentuk formulir, dan
elemen-elemen pembentuk interface lainnya.
Gambar 2.12. Sub aktivitas dalam menganalisa interface.
Sumber: Mathiassen (2000, p153)
Setiap user interface terdiri dari beberapa dialog pattern yang dapat
digunakan agar tampilan lebih dapat lebih berkarakter, disamping
juga Dialog pattern yang biasa digunakan seperti:
Menu-selection pattern
Form fill-in
Command- language pattern
Direct-manipulation pattern
Determine interfaceelements
Evaluate interfaceelements
Discribeinterfaceelements
Function list
Description ofinterface
Use cases
Class diagram
Explore patterns
34
Hasil dari aktivitas ini adalah gambaran dari interface yang disajikan
dalam sequence diagram dan navigation diagram. Dalam sequence
diagram, digambarkan interaksi yang terjadi antara bagian-bagian
dari interface yang berhubungan secara langsung dengan use case.
Sedangkan navigation diagram menggambarkan tampilan-tampilan
yang ada pada interface dan bagaimana cara mengaplikasikan
interface tersebut.
Initial window
Amount window
Accept window
SystemInterface
card inserted()
pin code()
refusal()check pincode
registerwithdrwal
amount()
approve()
card rejected()
payment()
Gambar 2.13. Contoh Sequence Diagram
Sumber: Mathiassen (2000, p157)
35
2.4.5. Design
2.4.5.1. Architecture Design
Architecture design berfokus pada rancang bangun dari sistem yang
akan dikembangkan. Sistem yang telah dianalisa, selanjutnya dibuat kedalam
sebuah rancangan sistem yang baru. Terdapat dua aktivitas penting dalam
tahap ini, yaitu component architecture dan process architecture sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
2.4.5.1.1. Criteria
Sebelum dilakukan perancangan sistem yang baru, terlebih
dahulu dibuat criteria yang penting untuk kondisi yang sesuai dengan
sistem yang akan dibangun. Criteria ini dibuat agar sistem yang akan
dibangun dapat berfungsi baik dan sebagaimana mestinya.
Gambar 2.14. Sub aktivitas dalam menentukan criteria. Sumber: Mathiassen (2000, p179)
Sebuah rancangan dapat dikatakan baik jika pada rancangan tersebut
tidak memiliki kelemahan. Mathiassen et al. (2000,p178)
menjelaskan beberapa criteria dasar yang harus diperhatikan dalam
membuat sebuah rancangan yang baik.
Analyze specificcondition
Prioritize
Criteria for design
System definition
Consider generalcriteria
36
Criterion Measure of Usable The system’s adaptability to the organizational, work-related, and
technical context. Secure The precautions againts unauthorized access to data and facilities. Efficient The economical exploitation of the technical platform’s facilities. Correct The fulfillment of requirements. Reliable The fulfillment of the required precision in function execution. Maintainable The cost of locating and fixing system defects. Testable The cost of ensuring that the deployed system performs its intended
function. Flexible The cost of modifying the deployed system. Comprehensible The effort needed to obtain a coherent understanding of the system. Reusable The potential for using system parts in other related systems. Portable The cost of moving the system to another technical platform. Interoperable The cost of coupling the system to other systems.
Tabel 2.3. Criteria untuk menggambarkan kualitas software. Sumber: Mathiassen (2000, p178)
Beberapa criteria yang ada, diurutkan berdasarkan prioritas yang
dibutuhkan dalam sistem. Setelah criteria didapatkan, maka
selanjutnya criteria tersebut dihubungkan dengan technical platform
agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
2.4.5.1.2. Component Architecture
Pada aktivitas ini, difokuskan pada bagaimana sistem dapat
dipecah kedalam bagian-bagian yang lebih spesifik. Component
adalah kumpulan dari bagian program yang terdapat sejumlah
tanggung jawab yang dirumuskan dengan baik. Tujuan utama dari
component architecture adalah membuat agar sistem tersebut dapat
bersifat umum dan fleksibel. Hal ini sangat penting, karena sebuah
sistem pasti akan selalu berkembang. Sehingga, jika sistem akan
dikembangkan, perubahan yang terjadi menjadi tidak terlalu
signifikan.
37
Gambar 2.15. Sub aktivitas dalam perancangan component architecture.
Sumber: Mathiassen (2000, p192)
Dalam merancang component architecture, pattern
merupakan sebuah sumber yang sangat diperlukan sebagai inspirasi.
Ada tiga pattern yang lazim digunakan, yaitu:
a. Layered architecture pattern
Merupakan pola dasar dalam software. Pattern ini terdiri dari
beberapa component, dimana setiap component tersebut dirancang
sebagai layer yang menggambarkan tanggung jawabnya masing-
masing.
b. Generic architecture pattern
Pattern ini digunakan untuk menggabungkan sebuah sistem dasar
yang terdiri dari interface, function, dan model component. Dan
pada banyak kasus, ditambahkan pula dengan technical platform
component.
Criteria
Component specification
Define subsystems
Specify complexcomponents
Identifycomponents
Explore architecturalpatterns
Class diagram
38
c. Client-Server architecture pattern
Pattern ini dibangun untuk menangani distribusi sistem yang
tersebar dibeberapa daerah geografis. Biasanya digunakan dalam
software bagi kepentingan industri. Pattern ini terdiri dari sebuah
server dan beberapa client.
2.4.5.1.3. Process Architecture
Process architecture adalah struktur sistem eksekusi yang
dibuat dalam proses yang saling bergantung. Dua tahap yang
dilakukan adalah (1) menentukan distribusi dari component program
dalam prosesor sistem yang ada dan (2) mengkolaborasikan struktur
diantara object yang ada selama eksekusi.
Gambar 2.16. Sub aktivitas dalam perancangan process architecture. Sumber: Mathiassen (2000, p212)
Distribute programcomponents
Explore distributionpatterns
Select coordinationmechanisms
Identify sharedresources
Deploymentdiagram
Class diagram andcomponent specification
Explore coordinationpatterns
39
Terdapat tiga pattern dalam membangun distribusi, yaitu:
Centralized Pattern
Distributed Pattern
Decentralized Pattern
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang
menggambarkan distribusi dan kolaborasi antara komponen program
dengan object dalam suatu prosesor.
2.4.5.2. Component Design
Tahap akhir dari sebuah perancangan sistem adalah component
design. Tahap ini berfokus pada dua komponen sistem, yaitu:
2.4.5.2.1. Model Component
Aktivitas yang dilakukan adalah bagaimana cara
menerapkan problem domain model kedalam sebuah object-oriented
platform. Tujuannya adalah untuk menyampaikan data-data pada
masa lalu dan saat ini kedalam sebuah fungsi, tampilan, dan akhirnya
dapat diterima oleh user atau sistem lainnya. Hasil dari aktivitas ini
adalah sebuah class diagram dari aktivitas yang dianalisis.
Gambar 2.17. Sub aktivitas dalam perancangan model component.
Sumber: Mathiassen (2000, p239)
Represent private eventRestructure
class diagramModel Component
specification
Represent commonevent
Class diagram, behavioralpatterns, componentspecifications
40
2.4.5.2.2. Function Component
Aktifitas yang dilakukan adalah bagaimana menerapkan
syarat-syarat fungsional, yang berfokus pada organisasi suatu
perusahaan diantara operasi-operasi pada bagian yang berbeda.
Tujuannya adalah untuk memberikan tampilan dan sistem lain akses
ke model. Hasil dari tahap ini adalah sebuah class diagram untuk
function component dan juga perpanjangan dari class diagram yang
ada pada model component.
Gambar 2.18. Sub aktivitas dalam perancangan function component.
Sumber: Mathiassen (2000, p252)
2.4.6. Implementation
Tahap akhir dalam perancangan sebuah sistem adalah pembangunan prototipe
dari sistem tersebut. Prototipe dibangun dengan menggunakan sebuah program
berorientasi object. Program yang sering digunakan saat ini adalah dengan
menggunakan Visual Basic .Net atau yang dikenal dengan istilah VB.Net.
Design functions asoperations
Explore pattern
Function componentspecification
Function list,class diagram,componentspecification
Specify complexoperations
Model componentspecification
41
VB.Net merupakan versi terbaru dari Visual Basic yang dapat
digunakan untuk membuat sebagian besar aplikasi yang berbasiskan windows.
Beberapa alasan dalam penggunaan VB .Net (Kusumo, Ario.S, 2004) adalah
sebagai berikut:
a. Penyederhanaan deployment dari aplikasi berbasis windows.
b. Menyederhanakan pengembangan perangkat lunak.
c. Mendukung penuh pendekatan berorientasi object.
d. Mempermudah pengembangan aplikasi berbasis web.