41
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p1) information system is a collection of resources, such as human and equipment that is set to change the financial data and other data to be information. Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan dari sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Menurut Romney dan Steinbart (2003,p691), accounting information system is The human and capital resources within an organizations that are responsible for the preparation of financial information and the information obtained from collecting and processing company transactions. Sistem Informasi Akuntansi adalah manusia dan sumber daya di dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan informasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan dan memproses transaksi-transaksi perusahaan. Menurut Jones dan Rama (2003, p4), accounting information system is a collection of activities that support the activities of management information systems, management information system which is a system that menagkap data organization, store and maintain data and provide useful information for the production, marketing, human resources, accounting and financial.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p1) information system is a collection of

resources, such as human and equipment that is set to change the financial data and

other data to be information. Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan dari sumber

daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data keuangan dan data

lainnya menjadi informasi.

Menurut Romney dan Steinbart (2003,p691), accounting information system is

The human and capital resources within an organizations that are responsible for the

preparation of financial information and the information obtained from collecting and

processing company transactions. Sistem Informasi Akuntansi adalah manusia dan

sumber daya di dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan

informasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan dan

memproses transaksi-transaksi perusahaan.

Menurut Jones dan Rama (2003, p4), accounting information system is a

collection of activities that support the activities of management information systems,

management information system which is a system that menagkap data organization,

store and maintain data and provide useful information for the production, marketing,

human resources, accounting and financial.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

8

Sistem Informasi Akuntansi merupakan kumpulan kegiatan yang mendukung

aktifitas sistem informasi manajemen, dimana sistem informasi manajemen merupakan

sistem yang menangkap data organisasi, menyimpan dan memelihara data tersebut dan

menyediakan informasi yang bermanfaat untuk fungsi produksi, pemasaran, sumber daya

manusia, akuntansi dan keuangan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi

merupakan proses pengolahan data yang kemudian digunakan untuk membuat laporan

keuangan untuk fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.

2.1.2 Tujuan atau Kegunaan SIA

Menurut Jones dan Rama (2003, p6-7), Sistem Informasi Akuntansi dalam

perusahaan antara lain :

1. Menghasilkan laporan keuangan

Sistem Informasi Akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan laporan khusus

untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak investors, creditors, dan Tax

Collectors, Regulatory Agencies dan pihak lainnya.

2. Mendukung aktifitas rutin

Manajer membutuhkan Sistem Informasi Akuntansi untuk menangani aktivitas

operasi rutin selama berlangsungnya akivitas operasi perusahaan.

3. Mendukung pengambilan keputusan

Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang tidak rutin pada

semua level yang ada di organisasi.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

9

4. Perencanaan dan pengendalian

Sistem informasi dibutuhkan untuk perencanaan dan pengendalian aktivitas.

Pemusatan informasi pada anggaran dan standar biaya disimpan pada system informasi,

dan laporan dibuat untuk membandingkan anggaran yang dibuat dengan jumlah yang

sebenarnya terjadi.

5. Implementasi Pengendalian Internal

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang

digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian, pencurian, dan menjaga

keakuratan data keuangan. Sehingga dapat membangun pengendalian kedalam sistem

informasi akuntansi yang terkomputerisasi untuk membantu pencapaian tujuan

organisasi.

2.1.3 Audit Sistem Informasi

2.1.3.1 Pengertian Audit Sistem Informasi

Menurut Arens dan Loebbecke (2003,p1), untuk melaksanakan audit, diperlukan

informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar atau criteria yang dapat digunakan

sebagai penanganan pengevaluasian informasi tersebut. Supaya dapat diverifikasi,

informasi harus dapat diukur.

Menurut Weber (1999,p10) Audit Sistem Informasi adalah proses pengumpulan

dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah system komputer dapat

melindungi aktiva-aktiva, menjaga integritas data, mencapai tujuan organisasi secara

efektif, dan menggunakan sumber daya secara efisien.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

10

Dapat disimpulkan bahwa pengertian Audit Sistem Informasi adalah proses

pengumpulan dan pengevaluasian bukti oleh orang yang kompeten dan independen untuk

menetapkan apakah sistem yang dijalankan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.1.3.2 Tahap Audit Sistem Informasi

Menurut Weber (1999, p47), audit terdiri dari lima tahap yaitu :

1. Planning the audit

Selama tahap awal ini, auditor harus memutuskan level materiil permulaan yang

akan diaudit. Auditor juga harus membuat keputusan akan resiko yang diinginkan. Level

dari sifat resiko akan bervariasi dalam setiap bagian dari audit.

2. Test of control

Tahap berfokus pada kontrol manajemen. Jika testing menunjukkan bahwa

kontrol manajemen tidak beroperasi sebagaimana mestinya, baru setelah itu dilanjutkan

dengan testing control aplikasi

3. Test of Transaction

Auditor menggunakan test of transaction untuk mengevaluasi apakah kesalahan

atau proyek yang tidak sesuai dengan ketentuan telah mengarah kepada kesalahan

material dari informasi keuangan. Biasanya test of transaction meliputi jurnal masukan

sampai dokumen sumber, pemeriksaan daftar harga dan pengujian keakuratan

penghitungan.

4. Test of Balance or Overall Result

Auditor melakukan test of balance or overall untuk mendapatkan bukti yang

cukup untuk membuat dan menyampaikan keputusan akhir dari kehilangan atau

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

11

kesalahan pernyataan laporan yang muncul ketika fungsi sistem informasi gagal untuk

menjaga asset-aset, menjaga integritas data, mencapai keefisienan dan keefektifan.

5. Completion of the Audit

Pada tahap akhir, auditor harus merumuskan sebuah opini tentang adanya

kehilangan material dan kesalahan pernyataan laporan yang muncul dan membuat sebuah

laporan yang muncul.

Standar opini yang berlaku di beberapa negara terdiri dari empat jenis opini yaitu

a. Disclaimer of opinion

Setelah selesai melakukan audit, auditor tidak dapat memberikan sebuah opini.

b. Adverse Opinion

Auditor menyimpulkan bahwa kehilangan material telah muncul atau laporan

keuangan telah dinyatakan salah secara materiil.

c. Qualified Opinion

Auditor menyimpulkan bahwa kehilangan telah muncul atau kesalahan laporan

secara material telah ada tapi tidak besar atau material.

d. Unqualified Opinion

Auditor percaya bahwa tidak ada kehilangan material atau laporan yang

salah.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

12

2.1.3.3 Metode Audit Sistem Informasi

Ada 3 metode Audit Sistem Informasi yang dapat dilakukan oleh auditor,

sebagai berikut :

1. Audit Around the Computer

Weber (1999, p.56) berpendapat bahwa Audit Around the Computer merupakan

audit terhadap suatu penyelenggaraan sistem informasi yang berbasis komputer, tanpa

menggunakan kemampuan peralatan komputer itu sendiri.

Metode ini merupakan suatu pendekatan dengan memberlakukan komputer

sebagai black box, maksudnya metode ini tidak menguji langkah - langkah proses secara

langsung tetapi hanya berfokus pada masukan dan keluaran dari sistem komputer.

Biasanya Audit Around the Computer merupakan pendekatan yang lebih

sederhana untuk melakukan proses audit sistem informasi dan dilakukan oleh auditor

yang memiliki pengetahuan yang minim terhadap computer. kelemahan dari metode

Audit Around the Computer adalah :

a. Database biasanya dalam jumlah data yang banyak dan sulit untuk dilacak secara

manual.

b. Auditor tidak akan memahami operasional dalam sistem komputer.

c. Adanya pengabaian pada sistem pengolahan komputer sehingga sangat rawan adanya

kesalahan potensial di dalam sistem.

d. Kemampuan komputer sebagai fasilitas penunjang pelaksanaan audit menjadi tidak

ada.

e. Tidak menyelesaikan maksud dan tujuan proses audit secara keseluruhan.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

13

Keuntungan dari metode Audit Around the Computer adalah :

a. Tidak ada resiko terhadap kemungkinan hancurnya data sesungguhnya.

b. Auditor hanya sedikit memerlukan tambahan pendidikan.

c. Umumnya mudah, sederhana dan dimengerti oleh semua orang.

d. Biaya yang terkait dengan pelaksanaannya kecil.

2. Audit Through the Computer

Menurut Weber (1999, p57) pada umumnya para auditor sekarang ini terlibat

dengan Audit Through the Computer, di mana auditor menggunakan komputer untuk

menguji : (1) logika proses dan pengendalian yang ada saat ini pada sistem, (2) prosuksi

record oleh sistem.

Metode ini merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada komputer dengan

membuka black box dan secara langsung berfokus pada operasi pemrosesan dalam sistem

komputer. Dengan asumsi bahwa apabila sistem pemrosesan mempunyai pengendalian

yang memadai, maka kesalahan dan penyalahgunaan tidak akan terlewat untuk dideteksi.

Sebagai akibatnya keluaran tidak dapat diterima.

Tujuan dari Audit Through the Computer adalah untuk meneliti apakah aplikasi

yang diaplikasikan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Audit Through the

Computer dapat juga dilakukan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran akurasi dan

validasi database atau penelitian sofware datanya.

Keuntungan dari pendekatan ini adalah dapat meningkatkan kekuatan terhadap

pengujian sistem aplikasi secara efektif, dimana ruang lingkup dan kemampuan

pengujian yang dilakukan dapat diperluas sehingga tingkat kepercayaan terhadap

kehandalan dari pengumpulan dan evaluasi dapat ditingkatkan, selain itu dengan

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

14

memeriksa secara langsung logika pemrosesan dari sistem aplikasi dan diperkirakan

kemampuan sistem dapat menangani perubahan dan kemungkinan kehilangan yang

terjadi pada masa yang akan datang.

Kelemahan dari audit ini yaitu :

a. Biaya yang dibutuhkan relatif tinggi yang disebabkan jumlah jam kerja yang banyak

untuk lebih memahami struktur pengendalian intern dari pelaksanaan sistem aplikasi.

b. Butuh keahlian teknik yang lebih mendalam untuk memahami cara kerja sistem.

3. Audit With the Computer

Menurut Gondodiyoto (2003, p155), Audit With the Computer merupakan suatu

pendekatan audit dengan bantuan komputer, dimana prosedur auditnya dapat

dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu:

a. Memproses atau melakukan pengujian dengan sistem komputer klien itu sendiri

sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau subtantif.

b. Menggunakan komputer untuk melaksanakan tugas audit yang terpisah dari catatan

klien, yaitu mengambil copy data, file atau program milik klien untuk diuji dengan

komputer lain (di kantor auditor).

c. Menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam audit, menyangkut :

1. Pengujian program, file atau data yang dipergunakan dan dimiliki oleh perusahaan,

(sebagai software bantu audit).

2. Menggunakan komputer untuk dukungan kegiatan audit, misalnya untuk administrasi

dan surat menyurat, pembuatan tabel atau jadwal, untuk sampling dan berbagai kegiatan

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

15

office automation lainnya. Metode ini merupakan suatu pendekatan audit dengan

menggunakan computer dan software untuk mengotomastisasi prosedur pelaksanaan

audit.

2.1.4 Sistem Informasi Penjualan

2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi Penjualan

Penjualan merupakan faktor penting dalam kemajuan dan perkembangan

perusahaan, karena dari penjualan diperoleh pendapatan untuk membiayai kelangsungan

perusahaan, terlebih dalam menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, wajar jika

perusahaan mempertimbangkan pentingnya peranan pengendalian intern atas transaksi

penjualan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa system informasi

penjualan adalah sistem yang mengalirkan barang dan jasa ke konsumen dengan struktur

interaksi yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu yang berhubungan dengan

kegiatan penjualan.

Menurut Mulyadi (2001, p.202), kegiatan penjualan barang dan jasa dapat dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu :

• Sistem Penjualan Tunai

Penjualan secara tunai dilakukan perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli

melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum barang diserahkan. Setelah uang

diterima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

16

2.1.4.2 Teori Sistem Penjualan Tunai

Fungsi-fungsi Yang Terkait Dalam Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2001, p.462), Fungsi-fungsi Yang Terkait Dalam Penjualan Tunai

adalah sebagai berikut :

• Fungsi Penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur

penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan

pembayaran barang ke fungsi kas.

• Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.

• Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang

telah dibayar harganya kepada pembeli.

• Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas

dan membuat laporan penjualan.

2.1.4.3 Prosedur Sistem Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2001, p.469), jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan

tunai adalah sebagai berikut :

o order penjualan.

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan

informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat

surat order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

17

memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari

pembeli.

o Prosedur penerimaan kas.

Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan

memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan "cap lunas”pada faktur

penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan

pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman

o Prosedur penyerahan barang.

Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.

o Prosedur pencatatan penjualan tunai.

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaks penjualan tunai

dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu fungsi akuntansi juga

mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.

o Prosedur penyetoran kas ke bank.

Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke

bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini fungsi kas

menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

o Prosedur pencatatan penerimaan kas.

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal

penerimaan kas berdasar bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

18

o Prosedur pencatatan harga pokok penjualan.

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan

berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga

pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber

untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum

2.1.4.4 Dokumen Penjualan

Menurut Mulyadi (2001, p214), dokumen yang digunakan dalam

penjualan, meliputi

1. Surat Order Pengiriman dan Tembusannya

Surat order pengiriman yang memberikan otorisasi kepada fungsi pengiriman untuk

mengirimkan jenis barang dan jumlah barang yang tertera dalam dokumen.

2. Faktur dan tembusannya

Faktur penjualan diserahkan kepada pelanggan serta tanda bukti bahwa barang telah

diterima pelanggan dan perusahaan menggunakannya untuk menagih pada pelanggan dan

dipakai sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang.

3. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan

Dokumen yang digunakan untuk menghitung total HPP (Harga Pokok Penjualan) yang

dijual selama periode tertentu.

4. Bukti Memorial

Dokumen sumber untuk dasar pencatatan ke dalam jurnal umum. Pada penjualan kredit,

bukti memorial ini merupakan dokumen sumber untuk mencatat HPP (Harga Pokok

Penjualan) yang dijual dalam periode tertentu.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

19

2.2 Standar Audit

Menurut Information System Audit and Control Association ( ISACA ), Standar

Audit adalah sebagai berikut :

1. S1 - Audit Charter

a. Tujuan, tanggungjawab, otorisasi, dan akuntabilitas fungsi audit SI pada suatu

organisasi / perusahaan ataupun penguasa audit harus dengan dibuat tertulis (

didokumentasikan ) dalam audit charter atau engagement letter.

b. Audit Charter atau engagement letter harus disetujui dan ditandatangani oleh

pimpinan organisasi.

2. S2 - Independence

a. Independensi Professional

Dalam segala hal yang berkaitan dengan audit, auditor harus independen dalam sikap

dan penampilan.

b. Independensi Organisasi

Fungsi audit SI harus bebas ( tidak ada conflict of interest ) dari area yang diperiksa

untuk dapat menyelesaikan tugas audit dengan baik.

3. S3 - Professional Ethics Standards

a. Code of Professional Ethics

Auditor dari sistem informasi harus menghormati dan menaati etika profesional dari

Information System Audit and Control Association.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

20

b. Due Professional Care

Standards auditing professional harus diterapkan dalam segala aspek dalam pekerjaan

yang dilakukan oleh auditor sistem informasi.

4. S4 - Professional Competence

a. Auditor SI harus mampu secara profesional, mempunyai pengetahuan dan keahlian

teknis untuk melakukan penugasan tugas audit.

b. Auditor SI harus memelihara kemampuan profesionalnya dengan pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan.

5. S5 - Audit Planning

a. Auditor SI harus membuat rencana kerja audit SI, mencakup tujuan audit, dan bahwa

kegiatan – kegiatan auditnya akan sesuai dengan aturan, hukum dan standar

professional audit yang ada.

b. Auditor SI harus melakukan teknik pendekatan audit berbasis resiko ( risks – based

audit ) dan mendokumentasikannya dengan baik.

c. Auditor SI harus menyusun rencana kerja audit, mencakup rincian tentang hakekat

dan tujuan audit, periode atau waktu yang diperlukan, dan sumber daya yang

diperlukan untuk penugasan audit tersebut.

d. Auditor SI harus menyusun rencana kerja audit dan / atau program audit, mencakup

prosedur audit yang diperlukan untuk penyelesaian tugas audit itu.

6. S6 - Performance of Audit Work

a. Supervisi

Staff audit SI harus disupervisi untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa tujuan

audit yang telah dicapai sesuai dengan standar profesional audit.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

21

b. Bukti audit

Dalam pelaksanaan tugasnya auditor SI harus memperoleh bukti yang cukup, reliable,

dan relevan untuk pencapaian tujuan audit. Temuan hasil audit harus didasarkan pada

ketersediaan bukti yang cukup, dianalisis dan di interprestasikan / dievaluasi dengan

baik / tepat.

c. Dokumentasi

Proses audit harus didokumentasikan, menjelaskan pelaksanaan kegiatan audit, dan

bukti audit yang mendukung kesimpulan / temuan audit.

7. S7 - Reporting

a. Auditor SI harus membuat laporan hasil audit dalam format yang tepat segera setelah

selesai melakukan tugas auditnya. Laporan hasil audit harus memuat organisasi, pihak

yang dituju, dan batasan – batasan sirkulasi ( jika ada ).

b. Laporan audit harus menyebutkan ruang – lingkup, tujuan periode dan waktu

pelaksanaan pemeriksaan.

c. Laporan audit harus berisi temuan, kesimpulan dan rekomendasi, serta pengungkapan

mengenai penyediaan, kualifikasi atau pembatasan cakupan audit yang dialami oleh

auditor SI dalam melaksanakan tugasnya.

d. Temuan hasil audit yang dilaporkan harus didukung bukti audit yang cukup, lengkap

dan kompeten untuk mendukung laporan hasil pemeriksaan itu.

e. Laporan hasil audit harus ditandatangani, dibubuhi tanggal pelaporan, dan

didistribusikan sesuai ketentuan pada audit charter / letter of engagement.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

22

8. S8 - Follow Up Activities

Setelah laporan hasil audit yang mengemukakan temuan dan rekomendasi, auditor SI

harus mengevaluasi informasi yang relevan untuk memperoleh keyakinan apakah

tindak – lanjut yang diperlukan ( atas rekomendasi ) telah dilaksanakan oleh pihak

manajemen sesuai jadwal yang diusulkan ( tepat waktu ).

9. S9 - Irregularities of Audit Work

a. Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mengurangi resiko audit, auditor SI

harus mempertimbangkan resiko ketidakteraturan dan illegal acts.

b. Auditor SI harus bersikap profesional skeptis dalam pelaksanaan audit, paham

kemungkinan misstatements yang material dapat saja terjadi karena adanya

irregularities dan illegal acts, di luar evaluasi yang telah dilakukan.

c. Auditor SI harus memahami organisasi dan lingkungannya, termasuk sistem

pengendalian internal bidang yang diperiksa.

d. Auditor SI harus memiliki bukti audit yang lengkap dan kompeten untuk menentukan

apakah manajemen atau pihak lainnya dalam organisasi mengetahui aktual, curiga

atau yang diduga keras terdapat ketidakteraturan dan / atau tindakan – tindakan yang

ilegal.

e. Dalam menjalankan prosedur audit untuk memahami organisasi dan lingkungannya,

auditor SI harus dapat mempertimbangkan kemungkinan hubungan tak terduga atau

bisa terjadinya resiko misstatemens akibat ketidakteraturan dan / atau tindakan –

tindakan ilegal.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

23

f. Auditor SI harus merancang dan menjalankan prosedur untuk menguji ( test )

kecukupan pengendalian intern dan resiko manajemen mengesampingkan

pengendalian intern.

g. Jika auditor SI mengidentifikasikan adanya misstatements, auditor SI harus menilai

apakah misstatements tersebut terjadi akibat irregularities dan illegal acts, jika ya,

auditor SI harus memikirkan kemungkinan dampaknya ke bidang lain, khususnya

berkaitan dengan representations of management.

h. Auditor SI harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen, dilakukan

sedikitnya setiap tahun atau lebih sering lagi bergantung pada penugasan audit yang

antara lain :

• Pengakuan tanggungjawab manajemen untuk merancang dan

mengimplementasikan kontrol internal untuk mencegah dan mendeteksi

irregularities dan illegal acts.

• Mengungkapkan kepada auditor mengenai penilaian resiko jika terdapat

kemungkinan misstatements yang material sebagai akibat irregularities dan

illegal acts.

• Mengungkapkan kepada auditor tentang pengetahuannya terhadap irregularities

dan illegal acts, dampaknya kepada organisasi dan kaitannya dengan

manajemen maupun karyawan yang mempunyai peran penting dalam sistem

pengendalian intern.

• Mengungkapkan kepada auditor jika mengetahui atau menduga adanya

irregularities dan illegal acts atau disampikan oleh karyawan, eks karyawan,

pihak regulator atau yang lain.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

24

i. Jika auditor SI mengidentifikasikan adanya irregularities dan illegal acts atau

memperoleh informasi mengenai hal itu, auditor harus mengkomunikasikan ini

kepada level manajemen yang tepat sesegera mungkin.

j. Jika auditor SI mengidentifikasikan irregularities dan illegal acts yang melibatkan

manajemen atau personil yang berperan dalam internal control, auditor intern harus

mengkomunikasikan hal itu kepada pihak yang bertanggungjawab dalam tatakelola

perusahaan.

k. Auditor SI harus memberi advice kepada tingkat manajemen yang bertanggungjawab

atas kelemahan rancangan dan implementasi internal control dalam mencegah dan

mendeteksi irregularities dan illegal acts yang mendapat perhatian auditor dalam

melaksanakan penugasan pemeriksaannya.

l. Jika auditor SI menemui kondisi yang tidak biasa yang berdampak pada kelanjutan

pelaksanaan audit sebagai akibat misstatements yang material dan / atau tindakan

ilegal, auditor harus mempertimbangkan tanggungjawab legal dan profesional,

termasuk kemungkinan auditor untuk memberitahu kepada pihak – pihak ( lain ) yang

mendapat penugasan, penanggungjawab perusahaan, atau pihak berwenang, dan bila

perlu mengundurkan diri dari penugasan.

m. Auditor SI harus mendokumentasikan semua komunikasi, perencanaan, hasil,

evaluasi, dan kesimpulan yang berhubungan dengan irregularities dan illegal acts

yang sudah dikomunikasikan kepada manajemen, pihak bertanggungjawab lain, atau

pihak berwenang, dan lainnya.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

25

10. S10 – IT Governance

a. Auditor SI harus melakukan peninjauan dan penilaian apakah fungsi SI sudah selaras

dengan visi, misi, tata – nilai, dan strategis serta tujuan organisasi.

b. Auditor SI melakukan peninjauan apakah fungsi SI memiliki pernyataan yang jelas

mengenai kinerja yang diharapkan oleh organisasi ( efektif dan efisien ) dan dinilai

apakah hal –hal tersebut sudah tercapai.

c. Auditor SI harus meninjau dan menilai efektivitas sumberdaya SI dan kinerja proses

manajemennya.

d. Auditor SI harus meninjau dan menilai kepatuhan terhadap legal, lingkungan dan

kualitas informasi, dan keamanan.

e. Dalam pemeriksaan dan evaluasi fungsi SI, auditor sebaiknya menggunakan

pendekatan audit berbasis resiko ( risk – based audit approach ).

f. Auditor SI harus meninjau dan menilai lingkungan pengendalian auditan.

g. Auditor SI harus meninjau dan menilai resiko yang mungkin terjadi dalam

lingkungan sistem berbasis teknologi informasi.

11. S11 – Use of Risk Assessment in Audit Planning

a. Auditor SI harus menggunakan teknik penilaian resiko yang cocok dalam

pengembangan rencana kerja audit SI, dan dalam menentukan prioritas alokasi

sumberdaya audit yang efektif.

b. Ketika merencanakan peninjauan individual, auditor SI harus mengidentifikasi dan

menilai resiko yang relevan dari area yang diperiksanya.

12. S12 – Audit Materiality

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

26

a. Auditor SI harus mempertimbangkan konsep materialitas dalam hubungannya dengan

resiko audit.

b. Dalam merencanakan audit, auditor SI mempertimbangkan kelemahan – kelemahan

potensial atau tidak adanya kontrol internal dan apakah hal itu dapat mempunyai

akibat yang signifikan pada SI.

c. Auditor SI mempertimbangkan dampak komulatif dari kelemahan atau ketiadaan

pengendalian intern.

d. Laporan auditor SI harus mengungkapkan adanya pengendalian intern yang tidak

efektif atau tidak adanya pengendalian intern ( terhadap resiko tertentu ) dan

dampaknya.

13. S13 – Using the Work of Other Expert

a. Auditor SI harus, jika memungkinkan, menggunakan hasil kerja auditor atau tenaga

ahli lain.

b. Auditor SI harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi, pengalaman yang

relevan, sumberdaya, independensi, proses quality control dari ahli lain tersebut,

sebelum menerima penugasan audit.

c. Auditor harus meninjau, menilai dan evaluasi hasil kerja tenaga ahli lain tersebut

sebagai bagian dari audit dan menentukan tingkat penggunaan atau

mengesampingkan hasil kerja tenaga ahli dan lain tersebut.

d. Auditor SI harus menentukan dan menyimpulkan apakah hasil kerja tenaga ahli lain

tersebut cukup memadai dan lengkap untuk mendukung auditor SI menarik

kesimpulan sesuai tujuan audit ( dan kesimpulan tersebut harus secara jelas

didokumentasikan ).

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

27

e. Auditor SI perlu melaksanakan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memperoleh

bukti audit yang lebih efficient dan appropriate pada situasi dimana auditor

berpendapat bahwa bukti audit dari hasil kerja tenaga ahli lain tersebut tidak cukup.

f. Auditor SI harus memberikan opini tentang kecukupan bukti audit dan pembatasan

ruang – lingkup pemeriksaan ( jika ada ), terkait kelengkapan bukti audit yang

diperoleh melalui pemeriksaan tambahan.

14. S14 – Audit Evidence

a. Auditor SI harus memiliki bukti audit yang cukup dan layak ( lengkap dan kompeten

) untuk dapat menarik kesimpulan hasil audit.

b. Auditor SI harus mengevaluasi kompetensi dan kecukupan bukti audit.

2.3 Sistem Pengendalian Intern

2.3.1 Pengertian Pengendalian Intern

Sistem Pengendalian Intern yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-

prosedur, sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan guna menunjang kegiatan operasinya,

salah satu alasan perusahaan menyususun Sistem Pengendalian Internal adalah dalam

rangka membantu mencapai sasaran yang diharapkan oleh perusahaan.

Ada beberapa pengertian yang mencoba menjelaskan mengenai Sistem

Pengendalian Intern. Menurut Weber (1999.p35), pengendalian intern adalah suatu

sistem untuk mencegah, mendeteksi dan mengoreksi kejadian yang timbul saat 21

transaksi dari serangkaian pemrosesan yang tidak terotorisasi secara sah, tidak akurat,

tidak lengkap, mengandung redudansi, tidak efektif dan tidak efisien. Dengan demikian,

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

28

tujuan dari pengendalian adalah untuk mengurangi resiko atau mengurangi pengaruh

yang sifatnya merugikan akibat suatu kejadian (penyebab).

Berdasarkan pengertian diatas maka pengendalian dikelompokkan menjadi tiga bagian:

1. Preventive Control

Pengendalian ini digunakan untuk mencegah masalah sebelum masalah itu muncul.

2. Detective Control

Pengendalian ini digunakan untuk menemukan masalah yang berhubungan dengan

pengendalian segera setelah masalah itu muncul.

3. Corrective Control

Pengendalian ini digunakan untuk memperbaiki masalah yang ditemukan pada

pengendalian detective. Pengendalian ini mencakup prosedur untuk menentukan

penyebab masalah yang timbul, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang timbul,

memodifikasi sistem proses. Dengan demikian dapat mencegah kejadian yang sama di

masa yang akan datang.

Menurut Muchtar (1999, p41-42), Pengendalian Intern merupakan merupakan

perencanaan organisasi guna mengkoordinasi metode atau cara pengendalian dalam suatu

perusahaan untuk menjaga aset perusahaan guna meningkatkan tingkat kepercayaan dan

akurasi data, serta menjalankan operasional perusahaan secara efisien.

Menurut Mulyadi (2001,p613), Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi,

mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi system pengendalian intern tersebut

menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk

sistem tersebut.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

29

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengendalian

Intern adalah suatu kebijakan dan prosedur yang terstruktur di dalam suatu perusahaan

dengan tujuan untuk menjaga kekayaan perusahaan, memeriksa keandalan, dan ketelitian

data akuntansi, serta mendorong efektivitas dan efisiensi operasi.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001,p163) mengungkapkan empat tujuan system

Pengendalian Intern, yaitu untuk :

a. Menjaga kekayaan organisasi

b. Mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi

c. Meningkatkan efisiensi usaha

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sedangkan menurut Gondodiyoto (2003,p75), Sistem Pengawasan Intern

dijalankan bertujuan untuk :

a. Mengamankan aset organisasi

b. Memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan

d. Mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijakan organisasi.

Tujuan dari pengendalian intern adalah untuk mengurangi resiko atau mengurangi

pengaruh yang sifatnya merugikan akibat suatu kejadian.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

30

2.3.3 Komponen Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999, p49), Pengendalian Intern terdiri dari lima komponen

yang saling terintegrasi antara lain :

1. Control Environment

Komponen ini diwujudkan dalam cara pengoperasian, cara pembagian wewenang dan

tanggung jawab yang harus dilakukan, cara komite audit berfungsi, dan metode-metode

yang digunakan untuk merencanakan dan memonitor kerja.

2. Risk Assessment

Komponen untuk mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang dihadapi oleh

perusahaan dan cara-cara untuk menghadapi resiko tersebut.

3. Control Activities

Komponen yang beroperasi untuk memastikan transaksi telah terotorisasi, adanya

pembagian tugas, pemeliharaan terhadap dokumen dan record, pengecekan kinerja, dan

penilaian dari jumlah record yang terjadi.

4. Information and Communication

Komponen dimana informasi digunakan untuk mengidentifikasi, mendapatkan dan

menukarkan data yang dibutuhkan untuk mengendalikan dan mengatur operasi

perusahaan.

5. Monitoring

Komponen yang memastikan pengendalian internal beroperasi secara dinamis.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

31

2.3.4. Karakteristik Sistem Pengendalian Intern

Menurut pendapat Hartadi (1999,p14-21), karakteristik system pengendalian

intern, yang dapat dipercaya adalah sebagai berikut:

1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian adalah orang

orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat berjalan baik.

a. Penarikan tenaga kerja

Manajemen harus mengusahakan seluas mungkin sumber tenaga kerja sehingga

akan lebih besar kemungkinannya mendapat calon tenaga kerja yang di kehendaki.

b. Pengembangan mutu karyawan

Menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau

keterampilannya.

c. Pengukuran prestasi

Di maksud untuk menilai pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab

masing-masing karyawan.

1. Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara layak.

Tujuan adanya pemisahan tanggung jawab adalah tidak ada seorang pun yang harus

mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi.

Keuntunganya antara lain:

• Sulit untuk berbuat kecurangan.

• Akan terselengaranya suatu transaksi dikerjakan secara efisien.

• Terhindar dari kesalahan karena adanya saling cek (cross-check).

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

32

3. Sistem pemberian wewenang, tujuan, tehnik dan pengawasan yang wajar untuk

mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya. Dalam organisasi

setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari jabatan yang memiliki wewenang

untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus

dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya

setiap transaksi. Fomulir merupakan salah satu media yang digunakan untuk merekam

penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam

organisasi. Dengan adanya sistem otorisasi tersebut akan menjamin dihasilkannya

dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat

dipercaya bagi proses akuntansi.

4. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumentasi serta formulir.

Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya harus dibatasi kepada orang-

orang tertentu saja yang diberikan wewenang. Hal ini bertujuan untuk menghindari dari

kesalahan dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan yang seharusnya ada dan

mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan Manajemen harus mengadakan

perbandingan secara periodik dengan bukti yang bebas tentang adanya penilaian bahwa

transaksi telah dicatat.

2.4 Sistem Pengendalian Intern Pada Sistem Berbasis Komputer

Menurut Weber (1999, p38), sebagaimana dikutip oleh Gondodiyoto (2003, p126-

127), struktur pengendalian intern yang perlu dilakukan pada sistem berbasis komputer

adalah sebagai berikut :

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

33

1. Pengendalian Umum

2. Pengendalian Aplikasi

2.4.1 Pengendalian Umum

Pengendalian yang berlaku umum, artinya ketentuan-ketentuan yang berlaku

dalam pengendalian tersebut, berlaku untuk seluruh kegiatan komputerisasi di dalam

pengendalian tersebut. Apabila tidak dilakukan pengendalian ini ataupun

pengendaliannya lemah maka berakibat negatif terhadap pengendalian aplikasi.

Pengendalian umum terdiri dari:

1. Pengendalian Top Manajemen (Top Level Management Control)

Mengendalikan peranan manajemen dalam perencanaan kepemimpinan dan pengawasan

fungsi sistem.

2. Pengendalian Manajemen Sistem Informasi ( Information System Management

Control), Mengendalikan alternatif dari model pengembangan proses sistem informasi

sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengumpulan dan pengevaluasian bukti.

3. Pengendalian Manajemen Pengembangan Sistem (System Development Management

Control), Mengendalikan tahapan utama dari daur hidup program dan pelaksanaan dari

tiap tahap.

4. Pengendalian Manajemen Sumber Data (Data Resource Management Control),

Mengendalikan peranan dan fungsi dari data administrator atau database administrator.

5. Pengendalian Manajemen Jaminan Kualtitas (Quality Assurance Management

Control), Mengendalikan fungsi utama yang harus dilakukan oleh Quality Assurance

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

34

Management untuk meyakinkan bahwa pengembangan, pelaksanaan dan pengoperasian,

dan pemeliharaan dari sistem informasi sesuai dengan standar kualitas.

6. Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Management Control)

Menurut Weber (1999, p257-266), dapat disimpulkan bahwa pengendalian terhadap

manajemen keamanan secara garis besar bertanggung jawab dalam menjamin aset sistem

informasi tetap aman. Ancaman utama terhadap

keamanan aset sistem informasi adalah :

a. Ancaman kebakaran

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman kebakaran :

• Memiliki alarm kebakaran otomatis yang diletakkan pada tempat di

mana aset-aset sistem informasi berada.

• Memiliki tabung kebakaran yang diletakkan pada lokasi yang mudah

diambil.

• Memiliki tombol utama (temasuk AC) .

• Gedung tempat penyimpanan aset informasi dibangun dari bahan tahan

api.

• Memiliki pintu / tangga darurat yang diberi tanda dengan jelas

sehingga karyawan mudah menggunakannya.

• Ketika alarm berbunyi, signal langsung dikirim ke stasiun pengendalian

yang selalu dijaga oleh staf.

• Prosedur pemeliharaan gudang yang baik menjamin tingkat polusi

sesuatunya telah dirawat dengan baik.

b. Ancaman banjir

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

35

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman banjir :

• Usahakan bahan untuk atap, dinding dan lantai yang tahan air.

• Menyediakan alarm pada titik strategis dimana material aset sistem

informasi dilakukan.

• Semua material aset sistem informasi diletakkan di tempat yang tinggi.

• Menutup peralatan hardware dengan bahan yang tahan air sewaktu

tidak digunakan.

c. Perubahan tenaga sumber energi

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi perubahan tegangan

sumber energi listrik, misalnya menggunakan stabilizer ataupun

Uninteruptable Power Supply (UPS) yang memadai dan mampu

mengcover tegangan listrik jika tiba-tiba turun.

d. Kerusakan struktural

Pelaksanaan struktural terhadap aset sistem informasi dapat terjadi karena

adanya gempa, angin dan salju. Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk

mengantisipasi kerusakan struktural misalnya adalah memilih lokasi

perusahaan yang jarang terjadi gempa dan angin ribut.

e. Polusi

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi polusi, misalnya

situasi kantor yang bebas debu dan tidak diperbolehkan membawa binatang peliharaan

atau melarang karyawan membawa / meletakkan minuman didekat peralatan komputer.

f. Penyusup

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

36

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi penyusup, dapat dilakukan

dengan penempatan penjaga dan penggunaan alarm.

g.Virus

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi virus meliputi tindakan :

• Preventive, seperti menginstall antivirus dan mengupdate secara rutin melakukan

scan file yang digunakan.

• Detective, seperti melakukan scan secara rutin.

• Corrective, seperti memastikan back up data bebas virus, pemakaian anti virus

terhadap file yang terinfeksi.

h. Hacking

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi hacking :

• Penggunaan kontrol logical seperti penggunaan password yang sulit untuk

ditebak.

• Petugas keamanan secara teratur memonitor sistem yang digunakan.

7. Pengendalian Manajemen Operasi (Operations Management Control)

Menurut Weber (1999. p293-320), secara garis besar pengendalian manajemen

operasi (Operations Management Control) bertanggung jawab terhadap hal-hal

sebagai berikut :

a. Pengoperasian komputer (Computer Operations)

Tipe pengendalian yang harus dilakukan :

• Menentukan fungsi-fungsi yang harus dilakukan operator komputer maupun fasilitas

operasi otomatis.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

37

• Menentukan penjadwalan kerja pada pemakaian hardware atau software

• Menentukan perawatan terhadap hardware agar dapat berjalan baik.

• Pengendalian perangkat keras berupa hardware controls dari produsen untuk deteksi

hardware malfunction.

b. Pengoperasian Jaringan (Network Operations)

Pengendalian yang dilakukan ialah memonitor dan memelihara jaringan

dan pencegahan terhadap akses oleh pihak yang tidak berwenang.

Pengendalian sistem komunikasi data antara lain jalur komunikasi,

Hardware, Cryptology, Software.

c. Persiapan dan pengentrian data (Preparation and Entry Data)

Fasilitas-fasilitas yang ada harus dirancang untuk memiliki kecepatan dan

keakuratan data serta telah dilakukan terhadap pengentrian data.

d. Pengendalian produksi ( Production Control)

Fungsi yang harus dilakukan untuk pengendalian produksi adalah :

• Penerimaan dan pengiriman Input dan Output

• Penjadwalan kerja

• Manajemen pelayanan

• Peningkatan pemanfaatan komputer.

e. File Library

Fungsi yang harus dilakukan untuk file library adalah :

• Penyimpanan media penyimpanan (storage of storage media)

• Penggunaan media penyimpanan (use of storage media)

• Pemeliharaan dan penempatan media penyimpanan (maintenance and disposal of

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

38

storage media)

• Lokasi media penyimpanan (location of storage media)

f. Documentation and Program Library

Orang yang bertanggung jawab atas dokumentasi mempunyai beberapa

Fungsi yang harus dilakukan yaitu :

• Memastikan bahwa semua dokumentasi disimpan secara aman

• Memastikan bahwa hanya orang yang mempunyai otorisasi sajayang bisa

mengakses dokumentasi.

• Memastikan bahwa dokumentasi tersebut selalu up to date.

• Memastikan adanya back up yang cukup untuk dokumentasi yang ada.

g. Help Desk / Technical Support

Ada dua fungsi utama help desk / technical support yaitu :

• Membantu end user dalam menggunakan hardware dan software yang

berhubungan dengan end user seperti microcomputer, spreadsheet packages,

database management packages, dan local area networks.

• Menyediakan technical support untuk sistem produksi dengan dilengkapi suatu

penyelesaian masalah yang berhubungan denga hardware, software dan database.

h. Capacity Planning and Performance Monitoring

Tujuan utama dari fungsi sistem informasi ini adalah untuk mencapai

tujuan dari penggunaan sistem infomasi dengan biaya serendah mungkin.

i. Management of Outsourced Operations

Saat ini banyak organisasi yang melakukan outsource terhadap beberapa

fungsi dari sistem informasi mereka. Alasan utama dilakukannya outsource

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

39

karena mereka ingin memfokuskan pada fungsi inti bisnis mereka.

2.4.2 Pengendalian Aplikasi

2.4.2.1 Pengendalian Boundary (Boundary Control)

Pengendalian Boundary menentukan hubungan antara pemakai komputer dengan

sistem komputer itu sendiri, ketika pemakai menggunakan komputer maka fungsi

boundary berjalan.

a. Pengendalian Kriptografi (Cryptographic Control)

Pengendalian Kriptografi dirancang untuk mengamankan data pribadi dan untuk

menjaga modifikasi data oleh orang yang tidak berwenang, cara ini dilakukan dengan

mengacak data sehingga tidak memiliki arti bagi orang yang tidak dapat menguraikan

data tersebut.

b. Pengendalian Akses (Access Control)

Pengendalian Akses berfungsi untuk membatasi penggunaan sumber daya sistem

komputer, membatasi dan memastikan user untuk mendapatkan sumber daya yang

mereka butuhkan.

Menurut Weber (1999, p380-383), mekanisme pengendalian akses terdiri

dari :

1. Identifikasi dan Otentifikasi (Identification and Authentication)

User mengidentifikasi dirinya pada mekanisme pengendalian akses dengan memberi

informasi seperti nama atau nomor rekening. Informasi tersebut memungkinkan

mekanisme untuk menentukan bahwa data yang masuk sesuai dengan informasi pada file

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

40

otentifikasi. Terdapat tiga bagian yang dapat diisi oleh user untuk informasi otentifikasi

yaitu :

a. Informasi yang mudah diingat, contohnya : nama, tanggal lahir, nomor account,

password, PIN dan lain-lain.

b. Objek yang berwujud yang dimiliki, contohnya : Badge, plastic card, kunci, cincin.

c. Karakter pribadi, contohnya : sidik jari, ukuran tangan, suara, tanda tangan, pola retina

mata.

2. Sumber Daya Objek

Sumber Daya yang digunakan oleh user berdasarkan sistem informasi berbasis

komputer dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :

a. Hardware, contohnya : terminal, printer, prossesor, disk.

b. Software, contohnya : program sistem aplikasi, storage space.

c. Komoditi, contohnya : Processor time, storage space

d. Data, contohnya : files, groups, data item ( termasuk images dan sound).

3. Hak Istimewa (Action Privileges)

Hak istimewa diberikan kepada user berdasarkan pada tingkatan kewenangan

user dan jenis sumber daya yang diperlukan oleh user. Contoh hak istimewa ini adalah

user hanya dapat melakukan akses berupa membaca tetapi tidak bisa mengubah atau

menambah (dikenal dengan istilah read only), atau user hanya memiliki fasilitas

menambah data tetapi tidak bisa mengubah atau menghapus data.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

41

2.4.2.2 Pengendalian Input (Input Control)

Menurut Weber (1999,p420-450), komponen pada subsistem input, bertanggung

jawab untuk memasukkan data dan intruksi pada system aplikasi, kedua jenis input

tersebut harus divalidasi, setiap kesalahan data harus dapat diketahui dan dikontrol

sehingga input yang dimasukkan akurat, lengkap, unik dan tepat waktu.

Komponen Pengendalian Input terdiri dari 8 komponen antara lain :

a. Metode Data Input

Personal komputer

Mark sensing

Image reader Pointof sale device

ATM personal koputer

Touch Screen

Gambar 2.1Metode Input

Sumber: Weber (1999, P421)

State/Event

Recording Medium

Keyboarding

Direct reading

Direct entry

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

42

b. Perancangan Dokumen Sumber

Menurut sudut pandang pengendalian, perancangan dokumen sumber yang baik

memiliki beberapa tujuan :

1. Mengurangi kemungkinan perekaman data yang error.

2. Meningkatkan kecepatan perekaman data.

3. Mengendalikan alur kerja.

4. Memfasilitasi pemasukan data ke sistem komputer.

5. Dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan pembacaan data.

6. Memfasilitasi pengecekan referensi berikutnya.

c. Perancangan Layar Data Entry

Jika data dimasukkan melalui monitor, maka diperlukan desain yang berkualitas

pada layar tampilan data entry agar mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan

supaya tercapai efisiensi dan efektivitas entry data pada subsistem input. Auditor harus

dapat melakukan penilaian terhadap layout rancangan input pada computer agar dapat

membuat penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi subsistem input ini.

d. Pengendalian Kode Data

Tujuan kode data yang unik yaitu untuk mengidentifikasikan entitas sebagai

anggota dalam suatu grup atau set, dan lebih rapi dalam menyusun informasi yang dapat

mempengaruhi tujuan integritas data, keefektifan dan keefisienan. Ada lima jenis

kesalahan dalam pengkodean data yaitu :

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

43

1. Addition (penambahan) : sebuah karakter ekstra ditambahkan pada kode, contoh 68573

dikode menjadi 685738.

2. Transaction (pemotongan) : sebuah karakter dihilangkan dari kode contoh 55871

dikode menjadi 5571.

3. Transcription (perekaman) : sebuah karakter yang salah direkam, contoh 17842 dikode

menjadi 14842.

4. Transposition (perubahan) : karakter yang berdekatan pada kode dibalik, contoh 87942

dikode menjadi 78942.

5. Double Transposition : karakter dipisahkan oleh satu atau lebih karakter yang dibalik,

contoh 97942 dikode menjadi 84972.

e. Cek Digit

Cek digit digunakan sebagai peralatan untuk mendeteksi kesalahan dalam banyak

aplikasi, sebagai contoh : tiket pesawat, proses kartu kredit, proses rekening bank, proses

pengumpulan item bank dan proses lisensi mengemudi.

f. Pengendalian Batch

Batching merupakan proses pengelompokan transaksi bersamasama yang

menghasilkan beberapa jenis hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.

Pengendalian yang bermacam-macam dapat digunakan pada batch untuk mencegah atau

mendeteksi error atau kesalahan.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

44

g. Validasi Input Data

Jenis pengecekan validasi input data :

1. Field Checks

Test validasi dapat diaplikasikan pada field yang tidak bergantung pada field lainnya

dalam laporan input.

2. Record Checks

Test validasi dapat diaplikasikan ke field berdasarkan hubungan timbal balik yang logis

dari suatu field dengan field lainnya dalam laporan.

3. Batch Checks

Test validasi memeriksa apakah karakteristik laporan batch yang dimasukkan sama

dengan karakteristik batch.

4. File Checks

Test validasi menguji apakah karakteristik penggunaan file selama pemasukan data

sama dengan rumusan karakteristik file.

h. Instruksi Input

Dalam memasukkan instruksi ke dalam sistem aplikasi sering terjadi kesalahan

karena adanya instruksi yang bermacam-macam dan kompleks. Karena itu perlu

menampilkan pesan kesalahan. Pesan kesalahan yang ditampilkan harus dikomunikasikan

kepada user dengan lengkap dan jelas.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

45

2.4.2.3 Pengendalian Output (Output Control)

Menurut Weber (1999, p615-646), subsistem output menyediakan fungsi-fungsi

yang menentukan isi dari data yang akan disediakan bagi pengguna, cara dimana data

dapat diformat dan dipersembahkan bagi pengguna, dan cara dimana data dapat

diperbaiki dan dikeluarkan untuk pengguna.

Tipe pengendalian yang berhubungan dengan Pengendalian Output:

a. Inference Control

Pengendalian model akses memperbolehkan atau menolak akses terhadap item data

berdasarkan nama dari data item, isi dari data item atau beberapa karakteristik dari

serangkaian data yang terdapat pada data item.

b. Batch Output and Distribution Control

Batch output adalah output yang dihasilkan pada beberapa fasilitas operasional dan

setelah itu dikirim atau disimpan oleh pemakai output tersebut. Output ini menggunakan

banyak formulir, contohnya, keluaran laporan pengendalian manajemen berisi tabel,

grafik atau image. Pengendalian terhadap batch output dilakukan dengan tujuan untuk

memastikan bahwa laporan tersebut akurat, lengkap dan tepat waktu yang hanya dikirim

atau diserahkan kepada pemakai yang berhak

c. Batch Report Design Controls

Elemen penting untuk melihat pengendalian efektivitas pelaksanaan terhadap produksi,

distribusi, laporan keluaran batch adalah dengan melihat kualitas dari desainnya. Desain

laporan yang baik akan membuat pemakai mudah untuk membaca output yang

dihasilkan.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

46

d. Online Output Production and Distribution Controls

Pengendalian terhadap produksi dan distribusi atas output yang dilakukan melalui

online secara garis lurus, tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa hanya bagian

yang memiliki wewenang saja dapat melihat output online tersebut.

e. Audit Trail Controls

Pengendalian jejak audit pada subsistem output dilakukan untuk menjaga kronologi

kejadian yang terjadi dari saat output diterima sampai pemakai melakukan penghapusan

output tersebut karena sudah tidak dipakai atau disimpan lagi.

f. Existence Controls

Output dapat hilang atau rusak karena berbagai alasan, seperti invoice hilang, online

output terkirim pada alamat yang salah, output terbakar karena kebakaran. Recovery

terhadap subsistem output secara akurat, lengkap dan tepat merupakan hal yang sangat

membantu kelangsungan hidup banyak organisasi.

2.5 Penetapan Resiko

Menurut Peltier (2001, p79), resiko didefinisikan sebagai seseorang atau sesuatu

yang menyebabkan ancaman. Menurut Peltier (2001, p79), resiko dibagi menjadi 3

tingkatan yaitu :

1. High Vulnerability

Kelemahan yang sangat besar yang berada di dalam sistem atau rutinitas operasi

dan di mana dampak potensial pada bisnis adalah penting, untuk itu harus ada

pengendalian yang ditingkatkan.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00659-KA BAB 2.pdfinformasi keuangan dan informasi yang diperoleh dengan mengumpulkan

47

2. Medium Vulnerability

Beberapa kelemahan yang ada pada sistem dan di mana dampak potensial pada

bisnis adalah penting, untuk itu akan ada pengendalian yang perlu ditingkatkan.

3. Low Vulnerability

Sistem telah dibangun dengan baik dan dioperasikan dengan benar. Tidak ada

penambahan pengendalian yang diperlukan untuk mengurangi kelemahan

(vulnerability).

Dari ketiga tingkatan resiko tersebut dibagi lagi menjadi 3 dampak resiko, yaitu :

1. Severe Impact (high)

Memungkinkan untuk perusahaan keluar dari bisnis atau kerusakan yang parah dari

kemungkinan bisnis dan perkembangan perusahaannya.

2. Significant impact (medium)

Akan mengakibatkan kerusakan yang berarti dan biaya yang dikeluarkan juga cukup

besar sehingga perusahaan akan berjuang untuk mempertahankan.

3. Minor Impact (low)

Tipe dari operasional memberi pengaruh yang kuat pada satu harapan untuk dapat

mengatur sebagian dari kehidupan bisnis yang biasa.