30
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASI Table 2.1 Pengertian Sistem Informasi REFERENSI DEFINITION DEFINISI Prentice-Hall. (2010) “Information systems are combinations of hardware, software, and telecommunications networks that people build and use to collect, create, and distribute useful data, typically in organizational settings.” Sistem Informasi merupakan kombinasi dari bebeberapa perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan telekomunikasi yang dibangun untuk mengumpulkan, menciptakan dan mendistribusikan data yang berguna dalam pengaturan organisasi. Stair-Ralph. (2008) “Information System is a set of interrelated components that collect, manipulate, store, and disseminate data and information and provide a feedback mechanism to meed an objective.” Sistem Informasi adalah kumpulan dari interelasi komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan menyebarkan data dan informaso dan menyediakan sebuah mekanisme timbal balik untuk mencapai tujuan. Robert- Leitch. (2000) Information System is a system in an organization that brings daily transaction processing needs, supports the operation, has managerial side, and strategic activities of an organization and provide certain outsiders with the necessary reports.” Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, memiliki sisi manajerial, dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan laporan-laporan yang diperlukan untuk pihak luar tertentu. Nash-John. (2003) “Information system is combination of the technological facilities, media, procedures and control that is intended to receive important communication lines, to process certain types of routine transactions, to give a signal to management and the others about important internal and external events, and provide the basic of smart decision-making.” Sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas, atau alat teknologi, media, prosedur, dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Satzinger, Jackson, and Burd. (2012) “Information System is a collection of components collect, process, store and provide output from any information needed in business processes as well as applications used through software, database and even manual processes which is Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output dari setiap informasi yang dibutuhkan dalam proses bisnis serta aplikasi yang digunakan melalui perangkat lunak,

BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2019_1... · 2020. 4. 6. · LANDASAN TEORI 1.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASI Table

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    1.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASI

    Table 2.1 Pengertian Sistem Informasi

    REFERENSI DEFINITION DEFINISI Prentice-Hall. (2010)

    “Information systems are combinations of hardware, software, and telecommunications networks that people build and use to collect, create, and distribute useful data, typically in organizational settings.”

    Sistem Informasi merupakan kombinasi dari bebeberapa perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan telekomunikasi yang dibangun untuk mengumpulkan, menciptakan dan mendistribusikan data yang berguna dalam pengaturan organisasi.

    Stair-Ralph. (2008)

    “Information System is a set of interrelated components that collect, manipulate, store, and disseminate data and information and provide a feedback mechanism to meed an objective.”

    Sistem Informasi adalah kumpulan dari interelasi komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan menyebarkan data dan informaso dan menyediakan sebuah mekanisme timbal balik untuk mencapai tujuan.

    Robert-Leitch. (2000)

    “ Information System is a system in an organization that brings daily transaction processing needs, supports the operation, has managerial side, and strategic activities of an organization and provide certain outsiders with the necessary reports.”

    Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, memiliki sisi manajerial, dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan laporan-laporan yang diperlukan untuk pihak luar tertentu.

    Nash-John. (2003)

    “Information system is combination of the technological facilities, media, procedures and control that is intended to receive important communication lines, to process certain types of routine transactions, to give a signal to management and the others about important internal and external events, and provide the basic of smart decision-making.”

    Sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas, atau alat teknologi, media, prosedur, dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.

    Satzinger, Jackson, and Burd. (2012)

    “Information System is a collection of components collect, process, store and provide output from any information needed in business processes as well as applications used through software, database and even manual processes which is

    Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output dari setiap informasi yang dibutuhkan dalam proses bisnis serta aplikasi yang digunakan melalui perangkat lunak,

  • 2

    related” database dan bahkan proses manual yang terkait.

    Berdasarkan dari pengertian dan penjelasan sebelumnya, ditarik kesimpulan bahwa

    pengertian Sistem Informasi ialah kumpulan dari interelasi komponen yang

    mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan data dan informasi

    dan menyediakan sebuah mekanisme timbal balik untuk mencapai tujuan.

    Komponen Interelasi : Komponen yang memiliki hubungan timbal-

    balik atau resiprosikal atau paralelisme.

    Mengumpulkan : Kegiatan mendapatkan dan menjadikan

    satu/terkumpul.

    Memanipulasi : Mengontrol (orang lain atau diri sendiri) atau

    pengaruh terampil.

    Menyimpan : Kegiaran penyediaan sesuatu yang terjadi

    yang tersedia untuk digunakan di masa depan.

    Menyebarkan data dan informasi : Kegiatan membuat data dan informasi untuk

    dikenal lebih luas.

    Menyediakan mekanisme timbal-balik untuk mencapai tujuan

    : Memberikan komponen yang membantu

    organisasi untuk mencapai tujuan mereka

    seperti meningkatkan keuntungan atau

    meningkatkan pelayanan pelanggan.

    1.2 ENTERPRISE RESOURCES PLANNING (ERP)

    1.2.1 PENGERTIAN ERP

    Enterprise Resource Planning (ERP) menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G.

    M. (2010: 272) adalah sistem perusahaan yang meliputi semua fungsi yang terdapat

    di dalam perusahaan yang didorong oleh beberapa modul software yang terintegrasi

    untuk mendukung proses bisnis internal perusahaan. Sebagai contoh, software ERP

    untuk perusahaan manufaktur umumnya dimulai dari memproses data yang masuk,

    melacak status dari penjualan, inventory, pengiriman barang, dan penagihan barang,

  • 3

    serta memperkirakan bahan baku dan kebutuhan sumber daya manusia, sehingga

    menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 272) terdapat 5 komponen utama

    dari sistem ERP. Berikut adalah gambar dari 5 komponen tersebut :

    Gambar 2.1 : Komponen Utama dari Sistem ERP

    Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 272)

    Enterprise Resource Planning (ERP) menurut James A. Hall (2011: 31)

    adalah suatu model sistem informasi yang memungkinkan organisasi untuk

    mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis utamanya.

    Enterprise Resource Planning menurut Turban, Rainer, dan Potter (2007: 10)

    dirancang dan didesain untuk menyelesaikan masalah dalam area 8 fungsional sistem

    informasi dengan mengintegrasikan area fungsional melalui database.

    Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan Enterprise

    Resource Planning adalah konsep sistem informasi yang mengintegrasikan setiap

    modul, sehingga dapat mendukung proses bisnis utama perusahaan.

    1.2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN ERP

    Sejarah perkembangan Enterprise Resource Planning menurut Leon

    (2008: 18-20) dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

    1. Material Requirement Planning (MRP)

    Material Requirement Planning (MRP) merupakan hasil pengolahan atau

    pemrosesan dari Bill of Material (BOM) yang dimulai pada tahun 1960-an dan mulai

    terkenal pada tahun 1970-an. Saat itu, orang yang bekerja pada manufaktur dan

  • 4

    perencanaan produksi sedang mencari metode yang lebih baik dan lebih efisien untuk

    memesan bahan baku dan menemukan MRP sebagai solusi sempurna untuk

    kebutuhan manufaktur dan perencanaan produksi karena mampu memecahkan

    masalah-masalah utama yang ada.

    2. Closed-loop MRP

    Sistem MRP berubah menjadi sesuatu sistem yang lebih baik dari hanya sekadar cara

    untuk memesan. Sistem MRP dapat mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan

    dan dapat mendeteksi serta memberikan peringatan ketika suatu barang tidak

    diterima pada saat tanggal jatuh tempo. Terdapat beberapa tools yang dikembangkan

    untuk mendukung perencanaan penjualan dan produksi, pengembangan jadwal

    produksi, peramalan, perencanaan kapasitas, dan pemrosesan pemesanan.

    Pengembangan tersebut menghasilkan closed-loop MRP, dimana sistem tidak hanya

    sekadar untuk perencanaan kebutuhan material, tetapi juga dapat untuk

    mengotomatisasi proses produksi.

    3. Manufacturing Resource Planning II (MRP II)

    Tahap ketiga perkembangan dari ERP disebut dengan MRP II yang merupakan

    metode untuk perencanaan yang efektif dari sumber daya yang dimiliki oleh

    perusahaan manufaktur. MRP II terbentuk dari kumpulan berbagai fungsi yang saling

    terhubung, fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan bisnis, perencanaan

    operasional dan penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master

    scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas, serta

    pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan material. Hasil dari sistem

    tersebut akan terintegrasi dengan laporan keuangan seperti perencanaan bisnis,

    laporan pembelian, biaya pengiriman, proyeksi inventory, dan sebagainya.

    4. Enterprise Resource Planning (ERP)

    ERP merupakan tahap terakhir dari perkembangan ERP, dimana konsep dasar ERP

    sama dengan konsep MRP II. Perusahaan software menciptakan ERP dengan

    sekumpulan proses bisnis yang luas dalam hal ruang lingkup dan memiliki

    kemampuan untuk menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta integrasi yang

    baik dan kuat dengan fungsi finansial dan akuntansi. ERP juga mampu

    mengintegrasikan tools lain seperti CRM (Customer Relationship Management),

  • 5

    SCM (Supply Chain Management), dan sebagainya. Selain itu, ERP juga dapat

    mendukung proses bisnis yang melibatkan pihak luar perusahaan.

    Gambar 2.2 : Sejarah Perkembangan dari Sistem ERP

    Sumber : Thomas F. Wallace (2001)

    1.2.3 MANFAAT DAN TANTANGAN

    ERP

    Manfaat ERP

    Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273), sistem ERP memberikan

    nilai bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Nilai bisnis tersebut yaitu :

    - Kualitas dan efisiensi

    ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan meningkatkan proses

    bisnis internal perusahaan yang memberikan peningkatan secara signifikan bagi

    perusahaan. Contohnya, dalam segi kualitas dan efisiensi dari pelayanan pelanggan,

    produksi, dan distribusi.

    - Mengurangi biaya

    Banyak perusahaan yang melaporkan bahwa adanya penurunan yang signifikan

    dalam transaksi pengolahan biaya, hardware, software, dan staf IT support.

    - Pengambilan keputusan

    Sistem ERP dapat dengan cepat memberikan laporan / informasi penting dalam

    kinerja bisnis kepada manajer, sehingga dapat meningkatkan kemampuan manajer

    dalam membuat keputusan yang baik dan tepat di dalam perusahaan.

  • 6

    - Enterprise agility

    Memberikan fleksibilitas pada struktur organisasi, tanggung jawab manajerial, dan

    peran kerja, sehingga perusahaan dapat lebih mudah dalam memanfaatkan peluang

    bisnis yang baru.

    Tantangan ERP

    Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273-274), tantangan dalam

    mengimplementasikan sistem ERP adalah diperlukannya banyak biaya dan risiko

    kegagalan dalam mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru sangat besar. Untuk

    mengimplementasikan sistem ERP, diperlukan biaya yang tidak sedikit karena

    adanya ukuran dan jenis biaya yang dikeluarkan dalam mengimplementasikan sistem

    ERP ke dalam perusahaan. Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 274)

    terdapat ukuran dan jenis biaya yang harus dikeluarkan dalam mengimplementasikan

    sistem ERP.

    Gambar 2.3 : Jenis Biaya dalam Implementasi Sistem ERP Baru Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 274)

    Dari gambar 2.3 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 5 jenis biaya yang harus

    diperhatikan oleh perusahaan apabila ingin mengimplementasikan sistem ERP. Biaya

    terbesar dalam proses implementasi ERP terdapat pada biaya reengineering sebesar

    43%, kemudian terdapat biaya untuk konversi data, pelatihan dan manajemen

    perubahan, serta biaya software sebesar 15%. Sisanya merupakan biaya hardware

    sebesar 12%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan proses bisnis menjadi biaya

  • 7

    terbesar dalam proses implementasi ERP dan harus benar-benar diperhatikan oleh

    perusahaan.

    Risiko kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP juga menjadi

    tantangan dalam pengimplementasian sistem ERP ke dalam perusahaan karena

    hampir setiap kasus dari kegagalan pengimplementasian sistem disebabkan oleh para

    manajer dan profesional TI dari perusahaan-perusahaan yang meremehkan

    kompleksitas perencanaan, pengembangan, dan pelatihan yang dibutuhkan untuk

    mempersiapkan sistem ERP baru.

    1.3 INTEGRASI SISTEM TERHADAP PENGIMPLEMENTASIAN ERP

    DALAM PROSES BISNIS

    1.3.1 PENGERTIAN IMPLEMENTASI

    Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu

    pelaksanaan / penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau

    pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).

    Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya

    mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu

    kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga mengacu pada

    norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.

    Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk

    melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Pendapat lain

    mengatakan bahwa pengertian implementasi adalah suatu tindakan atau bentuk aksi

    nyata dalam melaksanakan rencana yang telah dirancang dengan matang. Dengan

    kata lain, implementasi hanya dapat dilakukan jika sudah ada perencanaan dan bukan

    hanya sekedar tindakan semata.

    Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi bermuara pada

    mekanisme suatu sistem. Penerapan implementasi harus sesuai dengan perencanaan

    yang telah dibuat agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

  • 8

    1.3.2 TUJUAN IMPLEMENTASI

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, implementasi merupakan aktivitas yang

    dilakukan secara sistematis dan terikat oleh mekanisme untuk mencapai tujuan

    tertentu. Mengacu pada pengertian implementasi tersebut, adapun beberapa tujuan

    implementasi adalah sebagai berikut:

    1. Tujuan utama implementasi adalah untuk melaksanakan rencana yang

    telah disusun dengan cermat, baik oleh individu maupun kelompok.

    2. Untuk menguji serta mendokumentasikan suatu prosedur dalam penerapan

    rencana atau kebijakan.

    3. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai di dalam

    perencanaan atau kebijakan yang telah dirancang.

    4. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam menerapkan suatu

    kebijakan atau rencana sesuai dengan yang diharapkan.

    5. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana yang

    telah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.

    1.3.3 PENTINGNYA IMPLEMENTASI

    ERP

    Pada organisasi atau perusahaan yang tidak menerapkan sistem ERP, umumnya

    menggunakan sistem database yang terpisah. Di mana setiap unit kerja memiliki

    database tersendiri, seperti pemasaran yang memiliki database pemasaran, sumber

    daya manusia atau HRD dengan database HRD tersendiri, purchashing memiliki

    database pembeliannya tersendiri, dan bagian finance (keuangan) memiliki database

    keuangan tersendiri. Sistem terpisah demikian memiliki database yang berbeda dan

    sering terjadi ketidaksesuaian sehingga sulit untuk pengelolaannya.

    ERP (Enterprise Resource Planning) ini dikembangkan untuk menggantikan

    sistem-sistem yang terpisah tersebut menjadi terintegrasi sehingga pengelolaannya

    lebih efektif dan efisien. Berikut di bawah ini adalah beberapa keuntungan yang bisa

    dinikmati oleh organasasi yang berhasil menerapkan ERP.

  • 9

    - Integrasi Bisnis & Akurat Data yang Lebih Baik

    Sistem ERP terdiri dari berbagai modul dan sub-modul yang dapat mewakili

    komponen bisnis tertentu. Jika data yang dimasukan pada suatu modul (contohnya

    data penerimaan material) maka modul-modul lain seperti “pembayaran” dan

    “persediaan” akan secara otomatis diperbaharui juga. Pembaharuan ini terjadi secara

    realtime atau tepat pada waktu terjadinya transaksi.

    Data yang dimasukan tersebut hanya perlu sekali pemasukan saja yaitu saat

    terjadinya transaksi sehingga tidak perlu lagi ada pemasukan data pada modul

    lainnya. Dengan demikian, kebutuhan untuk beberapa kali entri data dapat

    dieliminasi (dihilangkan) dan kemungkinan terjadinya kesalahan pengetikan data dan

    duplikat data juga dapat diminimalisasikan. Struktur database yang terpusat juga

    memungkinkan administrasi dan keamanan yang lebih baik atau untuk menghindari

    terjadi kehilangan data yang penting.

    - Perencanaan dan Manajemen Sistem Informasi

    Sistem ERP memiliki alat-alat pendukung pengambilan keputusan yang baik seperti

    alat perencanaan dan alat simulasi yang dapat membantu manajemen untuk lebih

    tepat memanfaatkan sumber dayanya seperti material, sumber daya manusia dan

    mesin atau peralatan kerja. Dalam menyajikan laporan, sistem ERP dapat

    menghasilkan laporan standar yang diperlukan oleh manajemen dan laporan tersebut

    dapat diakses oleh manajemen kapan saja saat dibutuhkan.

    - Peningkatan Efisiensi dan Produktifitas

    Selain menyediakan perencanaan yang lebih baik, sistem ERP juga dapat

    meningkatkan efisiensi pada aktivitas rutin harian seperti pemesanan, pengiriman,

    kinerja pemasok, manajemen kualitas, manajemen kas, dan realisasi penjualan.

    Dengan adanya sistem ERP, siklus waktu penjualan ke kas dan pembayaran ke

    pemasok pun dapat dipersingkat.

    - Pembentukan Standarisasi Prosedur

    Sistem ERP didasarkan pada proses praktik Internasional terbaik yang diadopsi oleh

    organisasi yang menerapkannya. Pekerjaan menjadi lebih terstruktur sehingga tidak

  • 10

    tergantung pada individu atau pekerja tertentu saja. Sistem ERP bagi sebuah

    perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

    1.3.4 PENGERTIAN INTEGRASI

    Menurut Bernard Burnes (2009:78), Integrasi merupakan sebuah bentuk

    kolaborasi yang sangat dibutuhkan antara departemen dalam organisasi untuk

    mencapai tujuan individual di dalam sebuah lingkungan dimana perusahaan

    beroperasi. Integrasi sistem merupakan sebuah proses berhubungan dari sistem

    komputer dan aplikasi software yang berbeda secara aplikasi dan fungsi yang saling

    terkoordinasi untuk melakukan kegiatan.

    Menurut pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa integrasi

    merupakan sebuah bentuk kolaborasi dan koordinasi, baik itu antar departemen

    dalam organisasi maupun antara sistem dan aplikasi software yang memiliki fungsi

    berbeda yang berguna untuk mencapai tujuan atau melakukan kegiatan.

    Sistem terintegrasi (integrated system) merupakan sebuah rangkaian proses untuk

    menghubungkan beberapa sistem-sistem komputerisasi dan software aplikasi baik

    secara fisik maupun secara fungsional. Sistem terintegrasi akan menggabungkan

    komponen sub-sub sistem ke dalam satu sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari sub

    sistem tersebut sebagai satu kesatuan sistem.

    1.3.5 KONSEP INTEGRASI SISTEM

    Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari

    sistem Informasi Manajemen. Berbagi sistem dapat saling berhubungan satu dengan

    yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluannya. Aliran informasi

    diantara sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga

    oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya.

    Secara manual juga dapat dicapai suatu integrasi tertentu, misalnya data dari satu

    bagian dibawa kebagian lain, dan oleh petugas administrasi data tersebut digabung

    dengan data dari sistem yang lain. Jadi kalau secara manual maka derajat

    integrasinya menjadi tinggi.

    Konsep Integrasi sistem adalah yaitu suatu konsep sistem yang dapat saling

    berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan

    keperluan. Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem

  • 11

    diperlukan juga oleh sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi Input

    sistem lainnya.

    Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus informasi

    dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasa memang memerlukan waktu, namun

    demikian akan semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial

    yang dapat diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat

    untuk mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan

    utama dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang

    tepat. Keuntungan lain dari pengintegrasian sistem adalah sifat yang mendorong

    manajer untuk membagikan (mengkomunikasikan) informasi yang dihasilkan oleh

    departemen (bagian) agar secara rutin mengalir ke system lain yang memerlukannya.

    Suatu pelaporan biasa memang memerlukan waktu, namun demikian akan

    semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat

    diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk

    mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama

    dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.

    Integrasi informasi dari sebuah sistem diperlukan karena :

    1. Adanya kebutuhan konstituen untuk bekerja sama antar bagian dalam suatu

    korporasi.

    2. Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap bagian yang saling

    terkait, sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan proses

    pertukaran data dengan sistem informasi yang lain.

    3. Dapat memungkinkan penyediaan realtime pengaksesan data.

    Mengubah data untuk analisis bisnis dan pertukaran data, mengatur penempatan data

    untuk kinerja, mata uang dan ketersediaan.

    1.3.6 PENGERTIAN PROSES BISNIS

    Proses bisnis dapat didefinisikan sebagai serangkaian tugas yang terkait dilakukan

    dalam bisnis atau organisasi untuk mendapatkan keluaran tertentu (Short, 1990).

    Tugas ini seperti menciptakan nilai bagi pelanggan bisnis atau organisasi

    (Gunasekaran A., 2002). Definisi proses bisnis yang dikemukakan oleh para ahli.

    (Sharp, 2009) mengemukakan proses bisnis merupakan serangkaian proses atau

  • 12

    kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (enterprise) untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan. Pemilik proses bisnis bertanggung jawab terhadap kinerja dan

    pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu

    karakteristik proses bisnis. Proses merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang

    terjadi secara alami atau didesain mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau

    sumber daya lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Proses mungkin dikenali oleh

    perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah

    pengaruhnya (IPQI, 2017).

    1.3.7 PENGERTIAN BUSINESS

    PROCESS MANAGEMENT (BPM)

    Business Process Management (BPM) adalah disiplin yang menggabungkan dari

    teknologi informasi dan pengetahuan dari ilmu manajemen yang menerapkannya

    pada proses bisnis operasional. Proses ini telah mendapatkan perhatian dalam

    beberapa tahun terakhir kerena potensinya untuk meningkatkan produktivitas dan

    biaya tabungan secara signifikan. Sistem ini adalah sistem perangkat lunak yang

    didorong oleh rancangan proses eksplisit untuk memberlakukan dan mengelola

    proses bisnis operational. BPM dapat dilihat sebagai perpanjangan Workflow

    Management (WFM). WFM lebih fokus kepada otomatisasi proses bisnis, sedangkan

    BPM memiliki ruang lingkup yang lebih luas. BPM bertujuan untuk memperbaiki

    proses bisnis operational, mungkin tanpa menggunakan teknologi baru, misalnya

    dengan memodelkan proses bisnis dan menganalisisnya dengan menggunakan

    simulasi, manajemen mungkin mendapatkan gagasan tentang bagaimana mengurangi

    biaya sambil meningkatkan layanan. BPM juga sering dikaitkan dengan perangkat

    lunak untuk mengelola, mengendalikan proses operasional (Aalst, 2012).

    1.3.8 SEJARAH BPM

    Business Process Management memilki berbagai akar baik itu ilmu komputer

    maupun ilmu manajemen, oleh sebab itu sulit untuk menentukan titik awal dari

    BPM. Sejak revolusi industri, produkstivitas semakin meningkat karena adanya

    inovasi teknis, penyempurnaan dalam pengorganisasian kerja, dan penggunaan

    teknologi informasi. Adam Smith (1723-1790 menunjukkan kelebihan pembagian

    kerja, Fredarick Taylor (1856-1915) memperkenalkan prinsip-prinsip awal

    manajemen ilmiah. Henry Ford (1863-2947) memperkenalkan produksi untuk massa

    T-Ford hitam, sangat mudah untuk melihat bahwa gagasan ini digunakan dalam

  • 13

    sistem BPM saat ini. Sekitar tahun 1950, komputer dan infrastruktur komunikasi

    digital mulai mempengaruhi proses bisnis. Mengakibatkan perubahan dramatis dalam

    pengorganisasian kerja dan menungkinkan cara baru dalam berbisnis. Inovasi dalam

    komputerisasi dan komunikasi masih menjadi pendorong utama perubahan di hampir

    semua proses bisnis. Proses menjadi lebih kompleks sangat bergantung pada sistem

    informasi dan mungkin mencakup banyak organisasi. Model proses membantu dalam

    mengelola kompleksitas dengan memberikan wawasan dan mendokumentasikan

    prosedur. Sistem informasi perlu di konfigurasikan dan didorong oleh instruksi yang

    tepat. Proses lintas organisasi hanyak berfungsi dengan baik jika ada kesamaan

    kesepakatan mengenai interaksi yang dibutuhkan, sehingga model proses banyak

    digunakan dalam organisasi saat ini.

    1.3.9 DASAR-DASAR BPM

    Mengeksplorasi standar BPM dan bidang terkait, intisari dari dasar-dasar BPM

    meskipun mungkin terasa luar biasa dengan sejarah, konsep dan termininologi BPM.

    7 Siklus BPM adalah subjek teori alam praktik dengan banyak pandangan, definisi

    dan perspektif, mudah untuk menemukan bahan penelitian proses binis dibanyak

    database subjek. Secara efektif memahami terminologi dan fitur BPM, seseorang

    harus memulai dan apresiasi siklus hidup BPM. Ada banyak pandangan tentang

    BPM, siklus hidup BPM terdiri dari:

    a) Process design,

    pada tahap ini proses berbsasi faks atau kertas sebagai proses bisnis dimodelkan

    secara elektronik ke BPMN. Standar grafis yang dominan dalam hal bertahap.

    b) Diagnosa.

    Dengan alat analisis dan pemantauan yang tepat, analis BPM dapat

    mengidentifikasi dan memperbaiki kemacetan dan celah potensial penipuan di

    proses bisnis.

    1.3.10 PENGERTIAN CRITICAL

    SUCCESS FACTOR (CSF)

    Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis harus menggunakan manajemen

    stratejik untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang terutama dilihat pada

    ukuran-ukuran operasional bersifat non keuangan, misalnya dapat dilihat pada

  • 14

    kualitas produk, kepuasan pelanggan, pangsa pasar, dan peluang-peluang pada

    pertumbuhan ekonomi tetapi tetap memperhatikan ukuran operasional yang bersifat

    keuangan.

    Triptomo dan Udan (2005:89) menyatakan bahwa critical success factors adalah

    faktor-faktor internal organisasi (sumber daya dan kompetensi) yang paling kritis

    atau yang paling penting dan mungkin digunakan oleh suatu organisasi dalam suatu

    industri sebagai alat utama untuk menangani peluang dan ancaman agar dapat

    bertahan dan memenangkan persaingan. Faktor kunci keberhasilan kritis dapat

    diukur dengan menggunakan ukuran kinerja bersifat keuangan dan maupun ukuran

    kinerja yang bersifat non keuangan. Ukuran keuangan dapat menunjukkan dampak

    kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan saat ini atau jangka pendek

    sedangkan ukuran non keuangan menunjukkan posisi kompetitif perusahaan untuk

    saat ini dan masa yang akan mendatang.

    Menurut Waspodo (2009:65) menyatakan bahwa critical success factors adalah

    sejumlah area yang terbatas dimana hasil yang memuaskan akan memastikan

    penampilan bersaing bagi individu, departemen, atau organisasi. Critical success

    factors merupakan beberapa area kunci dimana sesuatu harus berjalan dengan benar

    agar bisnis dapat maju dan tujuan manajer dapat tercapai. Hit et.al (2001:17), faktor

    keberhasilan kritis menunjukkan sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber

    keunggulan kompetitif bagi perusahaan melebihi para pesaingnya yang ada.

    Blocher et al. (2000:38) menyatakan critical success factors merupakan ukuran

    strategik yang bersifat keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan menunjukkan

    dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan saat

    ini, dan yang berarti juga imbalan hasil saat ini bagi pemegang saham. Sebaliknya

    faktor-faktor yang bersifat non keuangan menunjukkan posisi kompetitif perusahaan

    untuk saat ini dan masa yang akan datang, yang merupakan ukuran yang dapat dilihat

    dari tiga sudut pandang:

    a. Perspektif pelanggan Perspektif

    pelanggan memfokuskan pada bagaimana organisasi memperhatian pelanggannya

    agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup. Suatu

    organisasi/perusahaan juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan

  • 15

    yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Perusahaan antara lain menggunakan

    tolok ukur kinerja, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan, yaitu:

    o Kepuasan

    (customer satisfaction)

    Tolok ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan

    memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya.

    o Retensi

    pelanggan (customer retention)

    Tolok ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukkan bagaimana

    baiknya perusahaan terhadap pelanggannya. Secara umum dikatakan

    bahwa dibutuhkan 5 kali lebih banyak untuk memperoleh seorang

    pelanggan baru daripada mempertahankan seorang pelanggan lama.

    o Pangsa pasar

    (market share)

    Pangsa pasar mengukur proporsi perusahaan dari total usaha dalam

    pasar tertentu.

    o Kemampulabaan

    pelanggan

    Untuk perusahaan yang mencari untung, garis paling bawah (botton

    line) adalah kemampulabaan pelanggan, yakni pelanggan yang

    memberikan keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan

    yang puas dan setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan

    tetapi pencapaian tersebut tidak menjamin kemampulabaan. Kepuasan

    pelanggan yang lebih baik mengarah pada peningkatan

    kemampulabaan pelanggan.

    b. Perspektif proses bisnis internal

  • 16

    Perspektif proses bisnis internal merupakan proses yang cost effective yang

    meliputi: meningkatkan kualitas proses pelayanan customers, state-of-the-art-

    technolology, terintegrasikannya proses layanan customers.

    c. Perspektif inovasi dan pembelajaran.

    Perspektif inovasi dan pembelajaran memfokuskan pada kemampuan manusia.

    Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan.

    Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan,

    retensi karyawan, dan produktivitas karyawan.

    Di samping itu pengertian faktor keberhasilan kritis tidak terbatas pada

    pendapat-pendapat diatas. Menurut pendapat Mardiasmo (2002:124) mengatakan

    bahwa variabel kunci (key variable) atau sering dinamakan sebagai key success

    factors, key result factors, atau pulse point adalah variabel yang mendefinisikan

    faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan organisasi.

    Variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel penting dalam

    lingkungan intern maupun lingkungan ekstern perusahaan yang sangat

    mempengaruhi kesuksesan perusahaan dalam melaksanakan strategi untuk mencapai

    tujuan dan setiap perusahaan harus memberikan perhatian terus–menerus terhadap

    pemenuhan variabel – variabel tersebut yang kemungkinan selalu berubah sesuai

    dengan perubahan lingkungan.

    Dari definisi–definisi diatas dapat disimpulkan bahwa critical success factors

    merupakan variabel–variabel dalam lingkungan bisnis baik variabel internal maupun

    variabel eksternal yang dapat mempengaruhi kesuksesan perusahaan dalam mencapai

    tujuannya. Bila perusahaan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan yang ditetapkan

    oleh perusahaan serta mampu posisi bersaingnya dan menunjukkan posisi kompetitif

    perusahaan saat ini dan masa yang akan mendatang.

    1.3.11 KARAKTERISTIK CSF

    Mardiasmo (2002:124) menyatakan bahwa suatu variabel kunci memiliki beberapa

    karakteristik, antara lain:

    a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi.

    b. Dapat berubah dengan cepat.

  • 17

    c. Perubahannya tidak dapat diprediksi.

    d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera.

    e. Variabel tersebut dapat di ukur, baik secara langsung maupun melalui

    ukuran antara (surrogate).

    1.3.12 TIPE CSF

    Menurut Anthony et al. (1995:60) ada dua tipe critical success factors yang

    terdapat di dalam suatu perusahaan, yaitu:

    a. Faktor internal merupakan faktor–yang dapat dipengaruhi oleh aktivitas

    manajemen atau critical success factors yang berada di dalam kendali

    perusahaan. Contoh dari faktor internal adalah biaya, kualitas, dan jasa.

    b. Faktor eksternal merupakan faktor–faktor yang tidak dapat dipengaruhi

    oleh aktivitas manajemen atau critical success factors yang berada di luar

    kendali perusahaan. Contoh faktor ekstenal meliputi ekonomi makro,

    perilaku pesaing (termasuk harga dan produk), kebijakan pemerintah, dan

    perubahan teknologi.

    1.4 INVENTORY CONTROL

    1.4.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN

    (CONTROL)

    Dalam sistem pengendalian persediaan pada perusahaan retail di Indonesia,

    istilah Inventory Control sering diartikan sebagai Manajemen Persediaan. Oleh

    karena itu pengendalian persediaan dapat diartikan juga sebagai manajemen

    persediaan.

    Menurut Lewis et al (2004, p5), manajemen dirumuskan sebagai berikut.

    ”Management is defined as the process of administering and coordinating

    resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the

    organitations.” “Manajemen didefenisikan sebagai proses administrasi dan

    mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai

    tujuan organisasi.”

  • 18

    Sedangkan pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih

    bahasakan oleh Handoko (2003, p8) adalah sebagai berikut.

    ”Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

    pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-

    sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan oraganisasi yang telah

    ditetapkan.”

    Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha aktivitas para anggota

    organisasi dan koordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara

    bersama ataupun melalui organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.

    1.4.2 PENGERTIAN PERSEDIAAN

    (INVENTORY)

    Menurut Freddy Rangkuti (2004, p1), persediaan adalah sebagai berikut.

    ”Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan

    dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta

    barangbarang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari

    konsumen atau pelanggan setiap waktu.”

    Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang

    disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

    proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

    memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan

    dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam

    keadaan siap pakai dan dicatat dalam bentuk buku perusahaan.

    1.4.3 TUJUAN PENGENDALIAN

    PERSEDIAAN (INVENTORY CONTROL)

    Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan suatu

    tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan menurut

    Assauri (2004, p177) secara terinci dapat dinyatakan sebagai berikut.

  • 19

    a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga

    mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

    b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu

    besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan

    tidak terlalu besar.

    c. Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

    memperbesar biaya pemesanan.

    Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

    persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-

    bahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang

    minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain

    pengendalian persediaan menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal

    agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimal.

    Perencanaan inventory berhubungan dengan penentuan komposisi inventory,

    penentuan waktu atau penjadwalan, serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan

    perusahaan. Pengendalian inventory meliputi pengendalian kuantitas dalam batas-

    batas yang telah direncanakan dan perlindungan fisik inventory.

    Untuk itu perlu dilakukan evaluasi apakah sistem inventory perusahaan itu

    sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolahan inventory yang baik diperlukan

    kemahiran dan pengalaman dalam membuat sistem inventory.

    1.5 INFORMATION SYSTEM SUCCESS DELONE AND MCLEAN

    DeLone dan McLean melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

    aspek-aspek yang mempengaruhi kesuksesan sistem informasi. Model DeLone dan

    McLean menjelaskan bahwa pengukuran kesuksesan sistem informasi dikategorikan

    dalam 6 kategori besar, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, penggunaan,

    kepuasan pengguna, dampak individu, dan dampak organisasional (DeLone dan

    McLean, 1992).

  • 20

    Gambar 2.4 : Model IS Success DeLone dan McLean (1992)

    Sumber : DeLone and McLean,1992

    DeLone dan McLean menyempurnakan model IS Success mereka pada tahun 2003.

    Adapun penyempurnaan yang dilakukan oleh DeLone dan McLean adalah sebagai

    berikut.

    1. Menambahkan variabel kualitas layanan (service quality)

    2. Menggabungkan variabel dampak individu dan dampak organisasional

    menjadi manfaat bersih (net benefits).

    3. Menambahkan aspek keinginan untuk menggunakan (intention to use)

    pada variabel penggunaan (use) untuk mengukur perilaku pengguna.

    4. Menambahkan umpan balik dari variabel manfaat bersih (net benefits) ke

    variabel penggunaan (use) dan kepuasan pengguna (user satisfaction).

    Gambar 2.5 : Penyempurnaan model IS Success DeLone dan McLean (2003) Sumber : DeLone and McLean,2003

    Model IS Success memiliki tiga komponen yaitu: pembuatan sistem,

    penggunaan sistem, dan dampak dari penggunaan sistem. Pembuatan sistem dinilai

  • 21

    dengan kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas pelayanan (service quality).

    Penggunaan sistem dinilai dengan variabel penggunaan (use) dan kepuasan

    pengguna (user satisfaction) dan dampak dari penggunaan sistem dinilai dari

    manfaat bersih yang diperoleh (net benefit). DeLone dan McLean IS Success model

    menyediakan kerangka yang penting untuk memahami multi-dimensi dari

    keberhasilan sistem informasi (DeLone dan McLean: 2016). Model DeLone and

    McLean merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem

    informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model

    ini adalah kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality),

    kualitas layanan (service quality), penggunaan (use), kepuasan pemakai (user

    satisfaction), manfaat bersih (net benefits) (DeLone and McLean:2003).

    1. Kualitas sistem (system quality)

    Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem itu sendiri, baik

    software maupun hardware. Kualitas sistem adalah performa dari sistem yang

    merujuk pada seberapa baik kemampuan perangkat keras, perangkat lunak,

    kebijakan, prosedur dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan

    pengguna (DeLone dan McLean 1992). Kualitas sistem adalah karakteristik yang

    diinginkan dari suatu sistem informasi (DeLone dan McLean 2016). Sebagai contoh

    adalah kemudahan penggunaan, fleksibilitas sistem, realibilitas sistem, dan

    kemudahan untuk dipelajari. Kualitas sistem diukur secara subyektif oleh pemakai,

    sehingga kualitas sistem yang digunakan adalah kualitas sistem persepsian

    (perceived system quality).

    Pengukuran kesuksesan sistem informasi bisa bervariasi tergantung dengan

    tujuan dari penerapan sistem informasi, oleh karena itu tidak ada ukuran pasti untuk

    kualitas sistem yang universal. Adapun pengukuran yang direkomendasikan adalah

    ease of learning, ease of use, availability, response time, system reliability,

    flexibility, personalizability, system interactivity, dan system security (DeLone dan

    McLean 2016).

    2. Kualitas informasi (information quality)

  • 22

    Kualitas informasi adalah karakteristik yang diinginkan dari output sistem

    (DeLone dan McLean 2016). Kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari

    sistem informasi. Sama halnya dengan kualitas sistem, kualitas informasi yang

    dimaksud adalah kualitas informasi yang diukur secara subyektif oleh pemakai

    sehingga disebut sebagai kualitas informasi persepsi (perceived information quality).

    Contoh pengukurannya adalah relevansi, mudah dipahami, akurat, ringkas, lengkap,

    dan dapat digunakan.

    Sama halnya dengan kualitas sistem, pengukuran kualitas informasi juga

    bervariasi tergantung dengan tipe dan tujuan penggunaan sistem informasi. Namun

    kunci utama dalam mengukur kualitas informasi yang digunakan telah konsisten.

    Adapun pengukuran yang dianjurkan adalah relevance, usefulness,

    understandability, accuracy, reliability, currency, completeness, dan timeliness

    (DeLone dan McLean 2016).

    3. Kualitas layanan (service quality)

    Kualitas layanan adalah kualitas dukungan yang pengguna sistem terima dari

    organisasi sistem informasi dan dukungan IT personil (DeLone dan McLean 2016).

    Kualitas layanan sebagai sebuah perbandingan dari harapan pelanggan dengan

    persepsi dari layanan nyata yang mereka terima. Menurut DeLone and McLean

    (2003) ada tiga komponen yang mempengaruhi dari kualitas layanan yaitu jaminan

    (assurance) yaitu jaminan kualitas yang diberikan sistem, empati (system empathy)

    yaitu kepedulian sistem terhadap pengguna, system responsiveness yaitu kualitas

    respon sistem terhadap aksi yang dilakukan oleh pengguna.

    Perbedaan mendasar kualitas layanan dengan kualitas sistem yaitu kualitas

    layanan lebih mengarah kepada kualitas yang diberikan oleh staf atau pendukung

    sistem informasi, sedangkan kualitas sistem adalah kualitas teknis sistem informasi

    itu sendiri. Adapun pengukuran yang direkomendasikan oleh DeLone dan McLean

    adalah reliability, empathy, responsiveness, contact, dan interactivity.

    4. Penggunaan (use)

  • 23

    Penggunaan adalah tingkatan dan cara dimana pengguna memanfaatkan

    kemampuan dari suatu sistem informasi (DeLone dan McLean, 2016). Sebagai

    contoh pengukurannya adalah jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, tujuan

    penggunaan, dan kesesuaian penggunaan.

    Banyak peneliti berpendapat bahwa variabel penggunaan harus dihapus

    dalam model DeLone dan McLean ketika penggunaan sistem informasi bersifat

    wajib (Gable et al., 2008). Namun hal ini dibantah oleh DeLone dan McLean,

    mereka menyebutkan bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya mandatori, misalnya

    pada level manajemen puncak ketika diharuskan memilih untuk menggunakan suatu

    sistem informasi dan mengharuskan keseluruhan pegawai untuk menggunakannya.

    Lebih lanjut ketika penggunaan sistem bersifat wajib pada tahapan awal, selanjutnya

    penggunaan sistem akan menjadi sukarela sepenuhnya. Berdasarkan pengalaman

    manajemen puncak ketika menggunakan sistem informasi, manajemen puncak selalu

    punya pilihan untuk terus menggunakan atau berhenti menggunakan sistem

    informasi tersebut (DeLone dan McLean, 2016).

    Adapun pengukuran yang direkomendasikan oleh DeLone dan McLean adalah

    frequency of use, duration of use, nature of use, appropriateness of use, number of

    functions or features used (extent of use), thoroughness of use, attitudes toward use,

    dan intention to reuse.

    5. Kepuasan pengguna (user satisfaction)

    Kepusasan pemakai sistem (user satisfaction) merupakan respon dan umpan

    balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Sikap

    pengguna terhadap sistem informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa

    suka pengguna terhadap sistem yang digunakan (DeLone dan McLean, 1992).

    Kepuasan pengguna adalah respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem

    informasi. Kepuasan pengguna memegang peranan penting untuk mengetahui

    tanggapan pengguna sistem informasi terhadap sistem informasi yang digunakan.

    DeLone dan McLean (2016) menyarankan pengukuran kepuasan pengguna hanya

    menggunakan pengukuran tunggal yang mampu mengukur keseluruhan sikap

    pengguna terhadap pengalaman mereka dengan sistem.

    6. Manfaat bersih (net benefits)

  • 24

    Manfaat bersih adalah hasil dari penggunaan sistem informasi yang

    memberikan kontribusi bagi individu, kelompok, dan organisasi (DeLone dan

    McLean, 2003). Manfaat bersih merupakan ukuran perhitungan paling penting dalam

    IS Success model karena menunjukkan dampak positif yang diterima oleh individu

    ataupun organisasi. Pengukuran manfaat bersih dikategorikan pada level individu,

    organisasi, industri, dan sosial. Perceived usefulness dan job impact adalah

    pengukuran yang paling umum di level individu. Sedangkan pada level organisasi

    pengukuran yang diutamakan adalah pengukuran laba untuk sektor privat tidak untuk

    sektor publik. Banyaknya pengukuran manfaat bersih di tiap level analisis

    mempersulit penafsiran hubungan antara keberhasilan konstruk dan hasil dari

    manfaat bersih. Adapun pengukuran yang direkomendasikan pada level pengguna

    adalah learning, decision quality, decision time, produktivity, dan task performance.

    1.6 METODOLOGI YANG DIGUNAKAN

    1.6.1 MODEL PARTIAL LEAST

    SQUARE

    Software SmartPLS versi 3 digunakan sebagai uji analisis untuk mengetahui

    hubungan signifikansi antar variabel. PLS (Partial Least Square) merupakan suatu

    metode analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan

    dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.

    Model pengukuran tersebut dapat digunakan untuk uji validitas dan reabilitas,

    sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis

    dengan model prediksi). PLS merupakan metode analisis yang bersifat soft modeling

    karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, yang

    berarti jumlah sampel dapat kecil atau dibawah 100 (Ghozali, 2006). Perbedaan

    mendasar PLS yang merupakan SEM berbasis varian dengan LISREL atau AMOS

    yang berbasis kovarian adapat dilihat dari tujuan penggunaannya. Dibandingkan

    dengan covariance-based SEM (yang diwakili oleh software AMOS, LISREL dan

    EQS) component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang

    dihadapi oleh covariance-based SEM yaitu inadmissible solution dan factor

    indeterminacy (Tenenhaus, dkk, 2005).

    Alasan penggunaan PLS dalam suatu penelitian adalah sampel yang

    digunakan dalam PLS (Partial Least Square) tidak membutuhkan jumlah yang besar,

  • 25

    yaitu bisa kurang dari 100 sampel. PLS juga dapat digunakan untuk menganalisis

    teori yang masih dikatakan lemah karena PLS dapat digunakan untuk memprediksi,

    PLS dapat memungkinkan algoritma dengan menggunakan analisis series ordinary

    least square (OLS) sehingga dapat diperoleh efisiensi perhitungan algoritma

    (Ghozali, 2006) dan terakhir, pada pendekatan PLS, dapat diasumsikan bahwa semua

    ukuran variance dapat digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel. PLS

    juga tidak memperhatikan distribusi data (normal ataupun tidak normal). Metode

    analisis data dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu analisis deskriptif dan analisis

    statistik inferensial dengan menggunakan PLS. Analisis deskriptif yaitu analisis

    empiris secara deskripsi mengenai informasi yang diperoleh untuk memberikan

    gambaran atau menguraikan suatu kejadian yang dikumpulkan dalam penelitian.

    Data tersebut berasal dari jawaban yang diberikan oleh responden atas item-item

    yang terdapat dalam kuesioner. Selanjutnya data-data tersebut akan diolah dengan

    cara dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian diberi penjelasan (Sugiyono, 2009).

    Analisis statistik inferensial (statistik induktif atau statistik probabilitas) merupakan

    teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data dan hasilnya diberlakukan

    untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan jika sampel yang diambil pada populasi

    jelas dan secara acak (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini, analisis data statistik

    inferensial diukur dengan menggunakan software smartPLS (Partial Least Square)

    mulai dari pengukuran model (outer model), struktur model (inner model) dan

    pengujian hipotesis.

    Metode ini tepat digunakan untuk reduksi data, yaitu menentukan jumlah

    faktor minimum yang dibutuhkan untuk menghitung porsi maksimum total varian

    yang direpresentasi dalam seperangkat variabel asalnya (Hair, dkk, 2006). Metode ini

    digunakan dengan asumsi peneliti mengetahui bahwa jumlah varian unik dan varian

    error dalam total varian adalah sedikit. Metode ini lebih unggul karena dapat

    mengatasi masalah indeterminacy, yaitu skor faktor yang berbeda dihitung dari

    model faktor tunggal yang dihasilkan dan admissible data, yaitu ambiguitas data

    karena adanya varian unik dan varian error.

    Penelitian ini menggunakan variabel undimensional dengan model indikator

    reflektif. Variabel undimensional adalah variabel yang dibentuk dari

    indikatorindikator baik secara reflektif maupun secara formatif (Jogiyanto dan

    Abdilah, 2009). Sedangkan model indikator reflektif adalah model yang

  • 26

    mengansumsikan bahwa kovarian diantara pengukuran dijelaskan oleh varian yang

    merupakan manifestasi dari konstruk latennya dimana indikatornya merupakannya

    indikator efek (effect indikator). Model reflektif sering disebut juga principal factor

    model dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk laten

    (Ghozali, 2006). Model refleksif menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk

    laten akan mempengaruhi perubahan pada indikator dan menghilangkan satu

    indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna atau arti konstruk

    (Bollen dan Lennox, 1991).

    1.6.1.1 MODEL LUAR (OUTER MODEL) DAN MODEL DALAM (INNER

    MODEL)

    Model pengukuran atau outer model (measurement model) merupakan suatu

    model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan

    variabel latennya.

    Model pengukuran (outer model) digunakan untuk menguji validitas konstruk

    dan reliabilitas instrument. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan

    instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler,

    2006). Sedangkan uji reliablitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur

    dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur

    konsistensi responden dalam menjawab item pernyataan dalam kuesioner atau

    instrument penelitian. Convergent validity dari measurement model dapat dilihat dari

    korelasi antara skor indikator dengan skor variabelnya. Indikator dianggap valid jika

    memiliki nilai AVE diatas 0,5 atau memperlihatkan seluruh outer loading dimensi

    variabel memiliki nilai loading > 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran

    tersebut memenuhi kriteria validitas konvergen (Chin, 1995).

    Selanjutnya uji reliablitas dapat dilihat dari nilai Crombach’s alpha dan nilai

    composite reliability (cr). Untuk dapat dikatakan suatu item pernyataan reliabel,

    maka nilai Cronbach’s alpha harus >0,6 dan nilai composite reliability harus >0,7.

    Dibandingkan dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengansumsikan tau

    equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama.

    Sehingga Cronbach Alpha cenderung lower bond estimate reliability, sedangkan

  • 27

    Composite Reliability merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi

    parameter adalah akurat. Penggunaan composite reliability lebih baik digunakan

    dalam teknik PLS (Partial Least Square).

    Model struktural (inner model) adalah model yang memprediksi hubungan

    kausalitas antar variabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statistic

    diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural (inner

    model) dievaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan oleh nilai R2

    untuk variabel dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-square test

    (Stone & Geiser, 1975) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya.

    R-square model PLS dapat dievaluasi dengan melihat Q-square predictive

    relevance untuk model variabel. Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi

    yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih

    besar dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa model mempunyai nilai predictive

    relvance, sedangkan nilai Q-square kurang dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa

    model kurang memiliki predictive relevance. Namun, jika hasil perhitungan

    memperlihatkan nilai Q-square lebih dari 0 (nol), maka model layak dikatakan

    memiliki nilai prediktif yang relevan

    1.6.2 STATISTICAL PRODUCT AND

    SERVICE SOLUTION (SPSS)

    SPSS atau Statistical Product and Service Solution merupakan program aplikasi

    yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik menggunakan komputer.

    Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua

    perhitungan statistik dari yang sederhana sampai yang rumit sekali pun, yang jika

    dilakukan secara manual akan memakan waktu lebih lama.

    Tugas pengguna hanyalah mendesain variabel yang akan dianalisis, memasukan

    data, dan melakukan perhitungan dengan menggunakan tahapan yang ada pada menu

    yang tersedia. Setelah perhitungan selesai, tugas pengguna ialah menafsir angka-

    angka yang dihasilkan oleh SPSS. Proses penafsiran inilah yang jauh lebih penting

    daripada sekedar memasukan angka dan menghitungnya. Dalam melakukan

    penafsiran kita harus dibekali dengan pengertian mengenai statistik dan metodelogi

    penelitian. SPSS sangat bermanfaat untuk disiplin ilmu yang banyak melakukan

  • 28

    perhitungan statistik dan menganjurkan membuat skripsi dengan pendekatan

    kuantitatif, misalnya seperti ilmu ekonomi, sosial dan politik, psikologi, dan eksakta.

    SPSS memiliki beberapa fasilitas yang memudahkan anda dalam proses analisis

    statistik dengan sistem menajeman data. Secara umum SPSS tidak jauh beda dengan

    software dengan pengolahan data lainnya. Priyatno (2012) mengemukakan ada

    delapan fasilitas yang tersedia dalam SPSS yaitu:

    1) Data editor

    Data editor adalah halaman spreadsheet yang digunakan untuk

    memasukkan, mendefenisikan, mengedit, dan menampilkan data.

    2) Viewer

    Viewer adalah tampilan untuk melihat hasil pemrpsesan data. Tidak

    hanya sebagai tampilan yang kaku, tampilan juga dapat diolah atau

    mengedit data viewer.

    3) Multidimensional pivot tables

    Setelah selesai mengolah dengan spss, akan ditampilkan dengan multidi

    mensional pivot tables. Dengan demikian, dapat mengeksplorasi tabel

    dengan mengatur kolom baris dan lapisan.

    4) Hight resolution graphics

    Adalah berupa grafik berupa pie-chart dengan berbagai pilihan warna,

    bar- chart, histogram dan grafik 3-D, merupakan fitur-fitur standar SPSS.

    5) Database Acces SPSS

    menyediakan fasilitas yang dapat anda gunakan untuk menadapatkan

    kembali informasi dari database dengan menggunakan database wizard.

    6) Command language

  • 29

    Walaupun sebagian besar pekerjaan SPSS dapat dilakukan point and

    click, spss juga menyediakan command languageayang akan memabantu

    anda menyimpan data dan otomatisi.

    7) Electronic distribution

    Electronic distribution adalah fasilitas yang memungkinkan anda untuk

    mengirimkan laporan dengan mengekspor tabel dan grafik dalam bentuk

    HTML.

    8) Data transformation

    Data Transformation adalah fasilitas yang memudahkan analisis data.

    Dengan menggunkan fasilitas ini dapat dengan mudah melakukan

    pengolahan data seperti mengkombinasikan katagori, dan memisah file.