Upload
aulia-dewi-rosanti
View
345
Download
5
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS BIOKIMIA TEKNIK
ANALISIS DNA
PENERAPAN ANALISIS DNA DENGAN PCR-SSP (SINGLE STRAND
CONFORMATION POLYMORPHISM) PADA UDANG WINDU PENAUS
MENODON
DISUSUN OLEH
APRI CHRISTIANTO (0710923012)
ISNAINI FITRIAWATI (0701923015)
AULIA DEWI ROSANTI (0701923016)
LINDAYANI (0701923017)
MASYRIFATUL JANNAH (0701923018)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
PENDAHULUAN
Pada zaman modern ini dengan analisis dan teknologi deoxyribonucleic acid
(DNA), kasus-kasus yang sulit terungkap menjadi lebih mudah terungkap dan
terpecahkan. Seperti kita ketahui, DNA adalah bahan dasar yang membangun seluruh
ciri genetik seseorang. DNA terdapat pada setiap sel manusia, dan seluruh sel
memiliki DNA yang sama satu dengan yang lainnya. Misalnya, DNA yang ada pada
sel kulit sama dengan DNA yang terdapat pada sel darah maupun DNA pada sel
rambut dan lain sebagainya. Selain itu, DNA bersifat unik yakni setiap DNA
seseorang berbeda dengan DNA orang yang lain. Karena sifat inilah DNA bisa
dipakai sebagai penanda identitas individu, garis keturunan, dan etnis. DNA terdapat
pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang, gigi, rambut, saliva, jantung, mukosa,
urine, dan pada seluruh sel manusia.
Analisis DNA manusia bertujuan untuk mengarakterisasi DNA seseorang
untuk mengidentifikasi susunan DNA-nya. Barang bukti DNA dapat diambil dari
barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh lagi. Hal ini
berbeda dengan analisis sidik jari yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya
sangat bergantung pada keutuhannya. Tes DNA dapat dilakukan hanya dengan
barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit. Hal ini karena digunakannya teknik yang
disebut Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi polimerasi berantai.Teknik ini
ditemukan oleh seorang ahli biologi molekuler yang bernama Kary Mullis yang
bertujuan untuk menggandakan atau mengamplifikasi DNA, agar memiliki DNA
yang cukup jumlahnya untuk dikomparasi atau dibandingkan dalam suatu tes.
Penggunaan DNA dalam memecahkan suatu kasus dilakukan dengan
membandingkan DNA tersangka dengan barang bukti DNA yang didapatkan dari
tempat kejadian perkara. Hasil perbandingan tersebut dapat membantu menemukan
siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya, baik pada kasus kejahatan maupun dalam
hal menentukan pelaku bom bunuh diri secara akurat.
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti
sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa
berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis
keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Dalam
kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang
bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Keunikan DNA
mitokondria manusia adalah setiap anak memiliki DNA mitokondria yang sama
dengan DNA mitokondria ibunya. Oleh karena itulah analisis DNA mitokondria
umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi keturunan dari garis keturunan ibu
(maternally linkage), dan sering pula digunakan dalam penelusuran orang hilang.
Hal yang sangat penting dalam pemecahan kasus dengan barang bukti DNA
adalah penanganan barang bukti secara tepat dan sesuai dengan prosedur standar. Hal
ini penting karena mengidentifikasi, mengoleksi, dan menyimpan agar tidak
terkontaminasi sehingga dapat dihindari tercampurnya DNA tersangka/pelaku dengan
DNA lain. Untuk menghindari kontaminasi barang bukti yang mengandung DNA,
diperlukan beberapa prinsip kehati-hatian yang harus dilakukan oleh orang yang
menanganinya. Di antaranya memakai sarung tangan, memakai peralatan yang
berlainan setiap menangani barang bukti berbeda, hindari berbicara, bersin dan batuk
di dekat barang bukti, hindari menyentuh wajah, hidung, dan mulut saat mengambil
sampel barang bukti, serta jaga barang bukti agar tidak lembap.
Dengan adanya barang bukti berupa DNA, dapat dicapai tujuan dari
pemecahan suatu kasus seperti pembuktian tindak kriminal, yaitu membuktikan
seorang tersangka atas kejahatan yang telah dilakukannya, membebaskan orang yang
tidak bersalah dari tuntutan hukum, membuktikan keabsahan hubungan atau ikatan
keluarga dari seseorang, mengidentifikasi orang tak dikenal seperti korban perang,
mempelajari populasi manusia, dan mempelajari penyakit keturunan.
PENGUMPULAN & CARA PENGIRIMAN BAHAN PEMERIKSAAN
ANALISA DNA
DNA Fingerprinting sangat pesat perkembangannya saat ini.Dimana
pemeriksaan DNA sangat membantu kasus Forensik,mis : Identifikasi, paternitas,
warisan dll. Tidak semua lab. mampu melakukan dalam pemeriksaan analisa DNA.
Semua bahan yang berasal dari tubuh manusia bisa digunakan dalam analisa
DNA, misalnya :
- Darah & bercak darah
- Sperma & bercak sperma
- Jaringan & sel
- Tulang & organ
- Rambut dengan akarnya (folikel)
- Urine, saliva & cairan amnion
CARA PENGUMPULAN/PENGAMBILAN BAHAN
A. Darah
1. Sampel darah cair
a. Darah dari seseorang
diambil dengan semprit, masukkan ke dalam tabung
yang ada EDTA +/- 1ml darah.
Beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
b. Darah cair di TKP
ambil dengan semprit/pipet/kainmasukkan ke
tab.dengan EDTA.
bila membeku ambil dengan spaltel
beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
Darah cair dalam air/salju/es
sesegera mungkin, ambil secukupnya dan masukkan
dalam botol
hindari kontaminasi, beri label, simpan atau kirim ke
lab.
2. Bercak Darah Basah
a. Dipakaian
Pakaian dengan noda ditempatkan pada permukaan
bersih dan dikeringkan.
Setelah kering masukkan kantong kertas/amplop
beri label, kirim ke kab.
b. Benda dengan bercak darah basah
Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar
dan hisap bercak tersebut dengan kain katun dan
keringkan.
masukkan amplop, beri label dan kirim
3. Bercak darah kering
a. Pada benda yang dpt dipindahkan
Misal ; senjata, kain, benda tersebut kumpulkan
tiap item dimasukkan dalam kantong kertas
beri label, kirim ke lab.
b. Pada benda padat dengan permukaan kasar
Misal ; lantai, bercak dikerok kemudian dimasukkan
amplop
beri label, kirim
c. Pada benda besar yang tidak dpt dipindahkan
bercak digosok dengan kapas basah dengan saline/air
steril
kapas dikeringkan dan masukkan kantong plastik
4. Bercak darah kering pada karpet/benda yang dpt dipotong
Potong bagian yang ada nodanya
Tiap potongan beri label
sertakan potongan yang tidak ada nodanya sebagai kontrol.
kirim ke lab.
5. Percikan darah Kering
Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda
masukkan celotape tersebut dalam kantong plastik
kirim ke lab.
B. Sperma & Bercak Sperma
1. Sperma cair
Hisap dengan semprit/pipet kemudian dimasukkan tabung
Atau dengan kapas, kemudian dikeringkan
beri label, kirim
2. Bercak Sperma pada benda yang dipindah
misal celana, bila masih basah, keringkan
bila kering potong yang ada nodanya dan masukkan amplop
beri label, kirim ke lab.
3. Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong
misal; karpet, potong bagian yang ada noda
masukkan dalam amplop, beri label, dikirim
4. Bercak pada benda tidak dapat dipindah & tidak menyerap
misal ; lantai, kerok bercaknya kemudian dimasukkan kertas
lipat
masukkan amplop, label, kirim
5. BB sperma pada korban kejahatan seksual
BB di vagina, mulut/anus korban
tiap item dalam wadah sendiri & berlabel
kirim ke lab.
C. Jaringan, Organ & Tulang
1. Jaringan, organ & tulang segar
ambil tiap bagian dengan pinset
tiap item dalam wadah sendiri & berlabel
simpan dipendingin, kirim
2. Jaringan, organ & tulang tak segar
ambil tiap bagian, tiap item wadah sendiri & berlabel.
Jaringan otot :min 25 mg o.k DNA sedikit
Jaringan Hati ; 15 mg
D. Urine, Saliva & Cairan Tubuh yang Lain
1. Sampel Cair
Urine/saliva di masukkan tempat steril
beri label, simpan pendingin, kirim
2. Bercak urine, saliva
Dugaan noda dikerok/potong kumpulkan
masukkan amplop, beri label, kirim
E. Rambut
Cabut beberapa helai rambut dengan akarnya
hati-hati bila tercampur dengan darah
Tempatkan pada wadah, beri label
kirim ke lab.
F. Pulpa Gigi
Cabut gigi yang masih utuh
masukkan dalam kantong plastik, beri label
G. Cairan Amnion
diambil oleh ahli dr.Sp.OG.dengan USG
Pada kehamilan > 14 minggu
Aspirasi I 0,5ml (buang karena kontaminasi maternal), aspirasi II 30
ml (min 10 ml)
cairan amnion masukkan dalam tab.steril, beri label, simpan
pendingin, kirim
LABEL
Dibuat dari kertas tebal, memuat :
Identitas pasien/korban.
Jenis dan Jumlah bhn pemeriksaan
Saat dan tempat pengambilan bahan
Saat pengepakan
TTD dan nama petugas penyegel
Stempel/cap dinas
Segel dinas
Label diikat pada wadah bahan pemeriksaan
CARA PENGEPAKAN/PEMBUNGKUSAN
DNA yang akan dianalisis khususnya untuk kasus Forensik perlu dijaga
keasliannya dengan tata caranya meliputi :
- Masukkan wadah bahan pemeriksa dalam kardus
- diatur supaya tidak tumpah
- Jaga suhu bahan-bahan pemeriksaan yang harus dingin (mis pemberian dry ice)
- Bungkus kardus dengan rapi
- Ikat kardus dengan tali tidak bersambungan
- Bungkus lagi dengan kertas bersih
- Tulis alamat lab. Yang dituju & pengirim dengan jelas
Sebuah sampel biologis yang diperoleh berisi beberapa unsur di samping
DNA. Molekul DNA harus dipisahkan dari materi sel lain sebelum diuji. Sel-sel
protein terbungkus melindungi DNA di dalam lingkungan sel dapat menghalangi
kemampuan analisa DNA. Sementara itu metode ekstrasi DNA dapat dikembangkan
untuk memisahkan protein-protein dan materi sel-sel yang lain dari molekul-molekul
DNA. Sebagai tambahan kuantitas dan kualitas DNA perlu diukur sebelum kelanjutan
lebih lanjut dengan prosedur analitis untuk memastikan hasil yang optimal. Ada tiga
teknik utama yang digunakan saat ini untuk ekstrasi DNA pada laboratorium forensik
DNA: ektraksi organik, ekstraksi Chelex, dan FTA paper (gambar 3.1). Ekstraksi
eksak atau masam-macam prosedur isolasi DNA tergantung pada bukti-bukti tipe
biologis yang akan diuji. Sebagai contoh darah utuh harus diperlakukan dengan cara
yang berbeda dari suatu noda darah atau suatu fragmen tulang.
Ekstraksi organik, kadang-kadang dikenal sebagai ekstraksi zat asam karbol
choloform, telah digunakan untuk waktu yang lama dan telah digunakan untuk situasi
di mana baik RFLP atau PCR dilakukan. Bobot molekular tinggi DNA, penting bagi
metoda RFLP, diperoleh secara paling efektif dengan ekstraksi organik.
Metoda Chelex dari ekstraksi DNA lebih cepat dibandingkan dengan metode
ekstraksi organik. Sebagai tambahan, metoda Chelex membutuhkan lebih banyak
langkah dan kebanyakan langkah itu digunakan untuk mengkontaminasi sampel ke
sampel. Bagaimanapun hal itu menghasilkan DNA tunggal sebagai hasil proses
ekstraksi dan oleh karena itu hanya bermanfaat untuk prosedur pengujian yang
berbasis PCR.
Semua contoh harus secara hati-hati ditangani dengan mengabaikan metoda
ekstraksi DNA untuk menghindari pencemaran sampel ke kesampel atau pengenalan
tentang tambahan DNA. Proses ekstraksi memungkinkan di mana DNA jadi lebih
peka pada pencemaran di laboratorium dibanding pada waktu lain dalam proses
analisa forensik DNA. Dengan suatu alasan laboratorium-laboratorium biasa
memproses sampel-sampel petunjuk pada waktu yang berbeda dan kadang-kadang
dengan lokasi yang tidak sama dari dimana sampel tersebut diambil.
Metoda yang populer untuk persiapan peangambilan referensi sampel adalah
dengan menggunakan noda darah dengan mengoleskannya ke kain kapas, dikenal
dengan suatu carikan, dengan menghasilkan bulatan kira-kira 1 cm2 pada kain kapas
tersebut, dengan rata-rata 70.000-80.000 sel darah putih dan menghasilkan rata-rata
500ng DNA genomic. Hasil nyata akan bervariasi dengan jumlah sel-sel darah putih
yang akan menunjukkan sampel dan efisiensi proses ekstraksi DNA.
Gambar 3.1 Skema yang biasa digunakan untuk proses ekstrasi DNA
Ekstraksi DNA disimpan secara khusus pda suhu -20oC, atau bahkan pada
suhu -80oC pada penyimpanan dalam waktu lama, untuk menjaga aktifitas inti.
Nucleas-nucleas adalah enzim-enzim (protein) yang ditemukan di dalam sel-sel
turunan DNA untuk memungkinkan pendauran ulang menyangkut komponen-
komponen nucleotide. Nucleases memerlukan magnesium untuk bekerja dengan baik
sehingga salah satu pengujian untuk mencegah mereka dari mencerna DNA di dalam
darah adalah menggunakan tabung purple-topped yang berisi bahan pengawet darah
yang dikenal sebagai EDTA. EDTA meliputi, atau membalut, semua magnesium
bebas dengan begitu mencegah nucleases menhancurkan DNA di dalam contoh darah
yang dikumpulkan.
EKSTRAKSI ORGANIK (PHENOL-CLOROFORM)
Ekstraksi organik melibatkan penambahan beberapa bahan kimia. Pertama,
sodium Dodecylsulfate (SDS) dan Proteinase Kare ditambahkan untuk membuka
dinding sel sepanjang protein yang melindungi molekul DNA selagi mereka ada di
dalam kromosom. Selanjutnya campuran phenol/cloroform ditambahkan untuk
memisahkan protein dari DNA. DNA menjadi lebih dapat larut di dalam air yang
mengandung campuran organic-aqueous. Ketika proses sentrifuge, bekas
peninggalan protein dan selular yang tak dikehendaki dipisahkan dari tahap yang
mengandung air dan menggandakan molekul DNA sehingga dapat ditransfer dengan
baik untuk dianalisa. Beberapa protokol melibatkan dialisa centricon 100 (Millipore,
Billerica, MA) dan konsentrasi di tempat timbulnya ethanol dan untuk memindahkan
heme inhibitors (Comey et al 1994). Sementara metoda ekstraksi bekerja dengan baik
untuk recovery bobot DNA dengan molekul tinggi, ini adalah waktu menggunakan
bahan kimia yang penuh resiko dan memerlukan contoh untuk ditransfer antara
banyak tabung (faktanya ini menaikkan resiko kesalahan dan kontaminasi).
PROSES PENARIKAN CHELEX
Sebuah prosedur alternatif untuk penarikan DNA yang telah terkenal
dikalangan ahli forensik adalah penggunaan dari suspensi resin kombinasi yang dapat
ditambahkan langsung pada sampel (misalnya, darah, bercak darah, atau semen).
chelex terdiri dari styrene divinylbenzene copolimers mengandung sepasang ion
iminodiacetate yang bereaksi sebagai grup-grup kombinasi dalam ikatan ion metal
polivalen seperti magnesium. Serupa dengan pengisian besi untuk menjadi sebuah
magnet, beberapa ion magnesium tertarik dan terlempar keatas. Dengan
memindahkan magnesium dari reaksi tersebut, DNA menghancurkan enzim-enzim
dikenal sebagai nukleus yang tidak diaktifkan dan molekul-molekul DNA yang
terlindungi.
Pada sebagian besar protokol, sampel biologis seperti bercak darah
ditambahkan sampai dengan 5% suspensi chelex dan dididihkan selama beberapa
menit untuk memecah sel-sel dan melepaskan DNA. Sebuah permulaan, langkah
pencucian sebelumnya sangat membantu untuk menghilangkan kontaminasi dan
hambatan yang mungkin timbul seperti heme dan beberapa protein (Willard et.al.
1998). Pemanasan sampai temperatur 1000 C memecahkan DNA protein sel sama
seperti mengacaukan membran sel dan menghancurkan protein sel setelah
pemusingan didalam mesin sentrifuse untuk mendorong resin chelex dan sisa-sisa
selular kedasar tabung reaksi, cairan bagian atas setelah proses pengendapan
dihilangkan dan dapat ditambahkan langsung ke reaksi pengerasan PCR.
Proses penarikan chelex untuk melindungi DNA dari bercak darah atau semen
yang mengandung bercak tidak efektif untuk RFLP karena chelex memecahkan DNA
rantai ganda dan lapangan rantai tunggal DNA dari proses pemisahan.
Jadi itu hanya bisa diikuti dengan analisa dasar PCR. meskipun demikian,
proses penarikan chelex adalah suatu keuntungan bagi metode dasar pelepasan PCR
karena dapat menghilangkan penghalang dari PCR dan hanya menggunakan tabung
tunggal untuk pemisahan DNA yang mana mengurangi potensi laboratorium yang
menyebabkan kontaminasi.
Penambahan darah utuh yang terlalu banyak atau bercak darah yang terlalu
besar pada solusi pelepasan chelex dapat menghasilkan beberapa penghanbatan PCR.
The AMPF/STR kit direkomendasikan secara manual 3 ul darah utuh atau bercak
darah kurang lebih 3 mm x 3 mm.
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik yang paling umum
digunakan oleh para peneliti bidang Biologi molekuler dan Genetika. Prinsip umum
kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dengan bantuan enzim.
Sejak ditemukan pertama kali mesin PCR (nama lainnya Thermal Cycler) oleh Karry
Mullis pada tahun 1984, kini hampir semua kegiatan di bidang biologi molekuler,
genetika, kedokteran hingga forensik tidak lepas dari PCR. Wajar jika The Royal
Swedish Academy of Sciences mengganjar Mullis dengan Hadiah nobel pada tahun
1993.
Prinsip kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dari
seluruh untaian DNA, baik yang berasal dari DNA sel inti (nukleus) maupun organel
sel seperti DNA mitokondria (mtDNA) atau Ribosom (rDNA). Untuk mendapat
potongan DNA, diperlukan Primer yang berfungsi untuk menandai dimana ujung
DNA yang akan digandakan. Primer biasanya berpasangan, yaitu Primer forward
untuk menandai ujung depan untai DNA dan Primer Reverse untuk menandai dari
ujung belakang. Karena DNA terdiri dari 2 untai pilinan ganda (double strand), maka
DNA Primer forward bekerja pada strand yang satu sementara Primer Reverse
bekerja pada untai pilinan yang satunya.
Komponen PCR
Selain DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA polymerase,
komponen lain yang dibutuhkan adalah:
1. Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida
pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai
atau polimerisasi DNA. Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu
menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya kira-kira 3 juta
bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu
sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai
40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan
DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang
kita inginkan.
2. dNTP (deoxynucleoside triphosphate)
dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA
yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA,
yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.
3. Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk
mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA
polymerase.
4. Ion Logam
Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor
bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak
dapat bekerja. Ion logam monovalen, kalsium (K+).
Ada 3 tahap dalam kerja PCR, yaitu Denaturing, Annealing dan Extension.
1. Denaturing adalah proses memisahkan 2 untai pilinan DNA. Pada tahap ini,
ikatan hidrogen yang menyatukan kedua pilinan itu terlepas sehingga masing-
masing akan menjadi untai tunggal. Biasanya suhu Denaturing berkisar antara
92-94 derajat celcius.
2. Annealing adalah tahapan dimana primer forward dan reverse mencari
pasangannya di untai-untai DNA. Jika pas..... maka dia akan melekat. Suhu
Annealing biasanya berkisar antara 40-55 derajat Celcius. Suhu yang biasanya
umum dipakai adalah 50-52 derajat C.
3. Ekstensi/elongasi
Dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim
DNA polymerase, biasanya 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada template
adalah A, maka akan dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat pasangan A
adalah T, dan C dengan G, begitu pula sebaliknya). Enzim akan
memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung. Lamanya waktu ekstensi
bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi, secara kasarnya
adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp.Biasanya ketiga tahap ini diulang
sebanyak 30 kali untuk mendapatkan 1.073.741.766 kopi / clone potongan
DNA.
Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh tahapan
berikut:
1. Pra-denaturasi
Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan
denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-start alias baru aktif
kalau dipanaskan terlebih dahulu).
2. Final Elongasi
Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15 menit
untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang
secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR terakhir
PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang dapat
menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan siklus PCR.
Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath) untuk melakukan
denaturasi, annealing dan ekstensi secara manual, berpindah dari satu suhu ke suhu
lainnya menggunakan tangan. Tapi syukurlah sekarang mesin Thermal Cycler sudah
terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai kebutuhan.
ELEKTROFORESIS
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul
bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik.
Medan listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan
dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang
ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang
bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari
suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan
bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut
tergantung pada nisbah muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk
molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait
dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris lingkungan:
F adalah gaya Lorentz, q adalah muatan yang dibawa oleh objek, E adalah medan
listrik.
Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
Jenis Elektroforesis
Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas
sebagai fase diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak, terutama
ialah ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi
sepanjang sistem pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada
muatan atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan,
konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorpsivitas zat terlarut.
Elektroforesis gel merupakan salah satu teknik utama dalam biologi
molekular. Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat
dipisahkan oleh medan listrik. Dalam hal ini, molekul-molekul tersebut dipisahkan
berdasarkan laju perpindahannya oleh gaya gerak listrik di dalam matriks gel. Laju
perpindahan tersebut bergantung pada ukuran molekul bersangkutan. Elektroforesis
gel biasanya dilakukan untuk tujuan analisis, namun dapat pula digunakan sebagai
teknik preparatif untuk memurnikan molekul sebelum digunakan dalam metode-
metode lain seperti spektrometri massa, PCR, kloning, sekuensing DNA, atau
immuno-blotting yang merupakan metode-metode karakterisasi lebih lanjut.
Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang
(crosslinked) yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk
memisahkan protein atau asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau
oligonukleotida), gel yang digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat
dengan konsentrasi berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang memungkinkan
pertautan silang (cross-linker), menghasilkan jaringan poliakrilamida dengan ukuran
rongga berbeda-beda. Untuk memisahkan asam nukleat yang lebih besar (lebih besar
dari beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah agarosa (dari ekstrak rumput
laut) yang sudah dimurnikan.
Dalam proses elektroforesis, sampel molekul ditempatkan ke dalam
sumur (well) pada gel yang ditempatkan di dalam larutan penyangga, dan listrik
dialirkan kepadanya. Molekul-molekul sampel tersebut akan bergerak di dalam
matriks gel ke arah salah satu kutub listrik sesuai dengan muatannya. Dalam hal asam
nukleat, arah pergerakan adalah menuju elektroda positif, disebabkan oleh muatan
negatif alami pada rangka gula-fosfat yang dimilikinya. Untuk menjaga agar laju
perpindahan asam nukleat benar-benar hanya berdasarkan ukuran (yaitu panjangnya),
zat seperti natrium hidroksida atau formamida digunakan untuk menjaga agar asam
nukleat berbentuk lurus. Sementara itu, protein didenaturasi dengan deterjen
(misalnya natrium dodesil sulfat, SDS) untuk membuat protein tersebut berbentuk
lurus dan bermuatan negatif.
Setelah proses elektroforesis selesai, dilakukan proses pewarnaan
(staining) agar molekul sampel yang telah terpisah dapat dilihat. Etidium bromida,
perak, atau pewarna "biru Coomassie" (Coomassie blue) dapat digunakan untuk
keperluan ini. Jika molekul sampel berpendar dalam sinar ultraviolet (misalnya
setelah "diwarnai" dengan etidium bromida), gel difoto di bawah sinar ultraviolet.
Jika molekul sampel mengandung atom radioaktif, autoradiogram gel tersebut dibuat.
Pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel akan
tampak setelah proses pewarnaan; satu lajur merupakan arah pergerakan sampel dari
"sumur" gel. Pita-pita yang berjarak sama dari sumur gel pada akhir elektroforesis
mengandung molekul-molekul yang bergerak di dalam gel selama elektroforesis
dengan kecepatan yang sama, yang biasanya berarti bahwa molekul-molekul tersebut
berukuran sama. "Marka" atau penanda (marker) yang merupakan campuran molekul
dengan ukuran berbeda-beda dapat digunakan untuk menentukan ukuran molekul
dalam pita sampel dengan meng-elektroforesis marka tersebut pada lajur di gel yang
paralel dengan sampel. Pita-pita pada lajur marka tersebut dapat dibandingkan dengan
pita sampel untuk menentukan ukurannya. Jarak pita dari sumur gel berbanding
terbalik terhadap logaritma ukuran molekul.
Perangkat elektroforesis gel
Hasil elektroforesis gel terhadap hasil PCR menggunakan primer mikrosatelit. Berkas
(band) mendatar merupakan sekumpulan DNA yang setiap kolomnya bergerak
dengan kecepatan berbeda. Semakin pendek DNA semakin cepat bergerak.
Analisis DNA : PENERAPAN ANALISIS DNA DENGAN PCR-SSP (SINGLE
STRAND CONFORMATION POLYMORPHISM) PADA UDANG WINDU
PENAUS MENODON
Teknik analisis DNA dengan PCR-SSCP dilakukan untuk melihat perbedaan
keragaan dan jumlah fragmen serta berat molekul pasangan basa dari sampel uji
dalam hal ini adalah udang melalui gel poliakrilamid(Genegel Clean Excel 15/24)
elektroforesis(GenePhor) yang diopeerasikan secara terkontrol.
Bahan dan alat yang digunakan pada analisis DNA ini adalah beberapa bahan
dan alat antara lain : centrifus,autoclove, mikropipet, eppendorftube, tip, mesin PCR,
dan mesin elektroforesis GenePhor. Dan bahan yang digunakan adalah genom DNA,
genom hasil amplifikasi (PCR produk), kit untuk purifikasi (QlAquick purification ),
Genegel Clean poliakrilamid, Qiagen kit, Agarose 1%, enzim restriksi, dan DNA
silver staining kit.
Gambar: Elektroforesis Genephor
Gambar: Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis SSCP
METODOLOGI
TEKNIK ANALISIS DNA DENGAN PCR-SSCP (Single-Strand Conformation Polymorphism) PADA UDANG WINDU, PENAUS
MONODON
Persiapan sampel
Amplifikasi PCR
Gel Elektroforesis
Pewarnaan Polykriamid gel dengan silver staining
Pada persiapan sampel dilakukan beberapa metode yaitu ekstraksi sampel udang.
Ekatraksi ini dilakukan dengan mengambil sampel udang(daging, mata, kaki renang
atau PL) sebanyak ± 20 mg dan kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf tube yang
telah berisi chelex 100 sebanyak 10% dalam TE buffer, pH 8,0 sebanyak 250 µL ,
selanjutnya digerus dan diidi dengan PK(Proitenase K) sebanyak 5 µL serta di
flushing. Kemudian sampel diinkubasi selama 2,5 jam pada suhu 55⁰C dan diinkubasi
lagi pada suhu 89⁰C selama 8 menit. Setelah inkubasi sampel disentrifugasi dengan
kecepatan 13.000 rpm selama 7 menit. Supernatan yang terbentuk dilapisan atas
diambil sebanyak ± 200 µL dan supernatant ini yang merupakan genom DNA.
Langkah kedua adalaha Purifikasi dimana purifikasi genom DNA ini menggunakan
Kit QlAquick Purification(Cat. No. 28104 QIAGEN) dan metode ini mengikuti
manual yang telah ada dalam kit(kemasan). Genom DNA hasil ekstraksi diambil
sebanyak 100 µL dimasukkan ke dalam eppendorf tube ditambah 500 µL binding
buffer(PBI). Dengan finger vortex, larutan akan tercampur dan di-flushing
selanjutnya dibiarkan selama 5 menit pada suhu ruang. Larutan tersebut dimasukkan
ke dalam column QlAquick purification dan disentrifus (1 menit) dengan kecepatan
13.000 rpm. Larutan yang ter-filter dibuang dan ke dalam column ditambahkan
larutan wash buffer(PE) sebanyak 750 µL, selanjutnya disentrifus selama 1 menit
dengan kecepatan 13.000 rpm. Larutan yang ter-filter dibuang dan disentrifus lagi
dengan waktu dan kecepatan yyang sama. Angkat column yang berisi filter QlAquick
dan dimasukkan ke dalam eppendorf tube yang telah steril. Tahap selanjutnya
menambahkan larutan elution buffer (EB) sebanyak 30 µL yang diteteskan pada
bagian tengah filter column dan disentrifus dengan kecepatan 13.000 rpm selama 1
menit. Larutan yang telah terfilter merupakan genom DNA yang murni dengan
konsentrasi tinggi sebagai bahan amplifikasi PCR.
Langkah ketiga adalah Amplifikasi PCR. Pada amplifikasi PCR ini dapat
menggunakan metode Taq PCR Core kit atau Ready To Go (RTG) beads. Pada
metode Taq PCR Core kit komposisi larutannya terdiri atas H2O, 10X buffer, dNTP,
primer (foward dan reverse), Q-solution, Tag polimerase, dan genom DNA,
sedangkan dengan metode Ready To Go beads hanya terdiri atas H2O, primer
(Foward dan Reverse) dan genom DNA. Genom DNA yang telah dicampur
dimasukkan ke dalam mesin PCR dengan 32 siklus dan memerlukan waktu .
Hasil PCR amplifikasi difragmentasi dengan agarose gel 1 % dalam elektroforesis
Mupid-2 dengan arus listrik sebesar 50 volt selama 25 menit. Untuk memperjelas
fragmen DNA dilakukan perendaman dengan pewarnaan ethidium bromide selama 10
menit.
Langkah keempat adalah pemotongan DNA dengan Enzim. Hasil amplifikasi PCR
yang sudah di fragmentasi dan menunjukkan pita tunggal dipotong dengan enzim
restriksi Hae III dan Hinf I dengan komposisi larutan seperti terlihat pada Tabel 1.
Template DNA hasil amplifikasi PCR diambil sebanyak 4 µL dan dimasukkan ke
dalam eppendorf tube volume 600 µL, ditambahkan 2 µL RE dan di flushing
kemudian diinkubasi dalam incubator selama 3,5 jam dengan suhu 37 C. Setelah⁰
selesai proses inkubasi, eppendorf tube dimasukkan ke dalam freezer -20 C untuk⁰
menghentikan aktifitas enzim dalam pemotongan.
Langkah kelima adalah Gel Elektroforesis. Langkah-langkah dalam gel elektroforesis
yaitu sebagai berikut :
1. Gel poliacrilamid (Genegel Clean Excel 15/24), dibuka bungkusnya,
selanjutnya gel diambil dan direkam selama 1 jam dalam larutan gel
rehydration buffer dalam wadah staining (dish containing).
2. Setelah gel rehydrasi (warna agak kebiruan), gel diangkat dan dibersihkan
cairan yang masih menempel dengan menggunakan tissu tidak berserabut
(kimwrap).
3. Gel ditempatkan pada mesin GenePhor yang dimediasi oleh larutan ddH2O
(±3 mL) agar gel tidak melekat langsung pada chamber GenePhor.
4. Sebelum sampel uji dielektroforesis, ke dalam restriction tube (hasil
pemotongan DNA) ditambahkan 4 µL loading dye dan di-flushing.
Selanjutnya sampel uji dimasukkan ke dalam sumuran yang ada pada
polyakrilamid gel (6-7µL)
5. Buffer strip disiapkan 2 lembar dan dibasahi dengan larutan gel electrode
buffer ± 1,5 mL setiap strip, selanjutkan dimasukkan pada tempatnya yang
berfungsi sebagai jembatan (bridge) buffer yang dapat mengalirkan arus listrik
dari positif ke negatif.
6. GenePhor ditutup dengan sempurna sehingga elektrode menyentuh buffer
strip dengan baik.
7. Fragmentasi gen dalam polyakrilamid gel dikondisikan pada suhu 150C
selama 45 menit. Alat yang digunakan dalam running gel elektroforesis adalah
GenePhor seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Langkah terakhir adalah pewarnaan polyakrilamid gel dengan silver staining. Pada
proses ini, setiap tahap perendaman gel polyakrilamid dilakukan dengan
menggunakan alat untuk menggoyang (shaking) agar larutan merendam seluruh
permukaan gel polyakrilamid
1. Gel polyakrilamid hasil elektroforesis direndam dalam larutan fixing selama
90 menit. Larutan fixing merupakan campuran 24 ml ethanol absolute dengan
76 mL MiliQue(MQ) water steril dan ditambah 25 mL larutan fixing 5x.
2. Selanjutnya pewarnaan dengan larutan staining yang merupakan campuran
100 mL MQ water steril dan 25 mL larutan staining selama 30 menit.
3. Perendaman dengan larutan developing selama 8-10 menit dengan system
menggoyang. Larutan terdiri atas 100 mL MQ water steril, 25 mL sodium
karbonat, 125 µL formaldehyde. Campuran larutan developing ini sangat peka
terhadap cahaya sehingga perlu dilakukan penutupan dengan aluminum foil.
4. Untuk menghentikan proses pewarnaan dilakukan perendaman dalam larutan
stoping (100 mL MQ water dan 25 mL larutan stoping) selama 30 menit.
Campuran larutan ini juga sangat peka terhadap cahaya sehingga harus ditutup
dengan aluminum foil.
5. Preservasi gel dilakukan dengan cara gel polyakrilamid dikering-anginkan
pada suhu ruang dengan posisi vertical. Setelah gel kering dilakukan scoring
atau pembacaan pita.
Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi genom DNA
Hasil dari ekstraksi sampel udang adalah genom yang relative
bervariasi kualitas maupun kuantitasnya. Seringkali pada sampel dari organ
mata dan kaki renang menghasilkan genom DNA yang berwarna (merah muda
atau kehitaman) oleh adanya pigmen sel. Secara kuantitas ekstraksi genom
DNA menghasilkan nilai yang cukup tinggi 150-600ng/µl yang merupakan
genom DNA total. Hal ini sudah sangat cukup untuk amplifikasi PCR karena
dalam reaksi hanya diperlukan 15-50 ng/µl.
Genom adalah keseluruhan bahan geneetik yang membawa semua
informasi pendukung kehidupan pada suatu makhluk hidup, baik yang
merupakan gen ataupun bukan. Pada semua akhluk hidup, genom mencakup
semua informasi genetic yang dibawa DNA baik di inti sel (nucleus),
mitokondria, maupun plastid. Dengan demikian ekstraksi genom DNA
merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari analisis
PCR.
Purifikasi dengan menggunakan kit Qiaquik purification
Proses purifikasi genom DNA menggunakan kit QIAquick
purification dihasilkan genom DNA murni dengan kosentrasi DNA yang
tinggi yang digunakan sebagai template amplifikasi.
Amplifikasi PCR
Amplifikasi PCR menggunakan laritan dari metode Taq PCR Core
kit atau Ready To Go (RTG) beads menghasilkan pita tunggal yang
selanjutnya dapat dipotong dengan bebebrapa enzim restriksi. Pita tunggal
dari hasil amplifikasi PCR mempunyai berat molekul yang bervariasi, sesuai
dengan target region dari primer yang digunakan. Penggunaan masing-masing
metoda pada dasarnya sama, hanya pertimbangan efisien waktu dan biaya.
Pada metode Taq PCR Core kit, proses penyiapan reaksi lebih lama tetapi
biaya lebih murah, sedangkan dengan RTG beads, proses penyiapan reaksi
cepat namun mahal.
Pemotongan DNA dengan Enzim Restriksi.
Enzim restriksi yang digunakan untuk memotong DNA adalah Hae
III dan HinfI. Dari udang yang digunakan dapat diketahui polimorfisme DNA
dari masing-masing sampel, seperti terlihat pada gambar dibawah. Dari
gambar terlihat bahwa penggunaan enzim restriksi berbeda akan memberikan
daerah pemotongan yang berbeda pula. Pada pemotongan dengan enzim Hae
III (ine 1-20) nampak adanya polimorfisme pada line 4-12, sedangkan lainnya
bersifat monomorfis. Pada pemotongan dengan enzim Hinf (line 20-24)
menunjukkan pola monomorfis.
Gel Elektroforesis dan Pewarnaan polyakrilamid gel dengan silver staining
Hasil analisis SSCP pada udang windu, Penaeus monodon terlihat
bahwa Fragmentasi pita DNA pada polyakrilamid cenderung lebih banyak dan
bervariasi, sehingga memudahkan dalam mencirikan sifat polimorfisme. Hal
ini berhubungan dengan sususnan molekul yang sangat kecil dan tersusun
sangat kompak dalam lembaran gel sehingga polyakrilamid dapat
memfragmentasi DNA lebih sensitive dibandingkan dengan agarose gel.
Pita DNA yang telah mengalami pemotongan dengan enzim
restriksi terlihat sangat jelas dalam fragmentasi pada polyakrlamid. Mobilitas
dari DNA double-stranded di dalam gel elektroforesis bergantung pada
ukuran rantai dan panjangnya tetapi secara relative tidak terikat pada
nukleutida urutan tertentu.
Analisa DNA dengan metode single strand conformation
polymorphisme mempunyai keuntungan untuk mengetahui DNA
polimorfisme, demikian pula variasi urutan gen yang lebih spesifik dapat
dipisahkan atau lebih sensirif. Sedangkan bebebrapa factor lainnya yang
berpengaruh terhadap pola pita DNA yang terekspresi dengan baik pada
teknik SSCP ini diantranya adalah:
1. Kosentrasi DNA sampel yang berkualitas dari proses ekstraksi dan
purifikasi, hasil amplifikasi PCR dan pemotongan dengan enzim
restriksi .
2. Optimasi penggunaan buffer, baik dalam proses polyakrilamid gel
rehydrasi dan proses running dengan electrode buffer.
3. Proses penyiapan larutan untuk pewarnaan dengan silver staining kit
yang harus sesuai dengan prosedur yang ada, karena ada tahapan
penggunaan larutan yang peka terhadap sinar cahaya. Dengan
demikian tahapan [elaksanaan analsis dengan SSCP harus dilakukan
dengan teliti dan cermat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Kesimpulan
Teknik analisis DNA menggunakan metode SSCP dengan gel poliakrilamid
untuk udang dapat menghasilkan fragmentasi yang cukup jelas, perbedaan jumlah
fragmen dan berat molekul pasangan basa antar fragmen. Pemotongan dengan enzim
restriksi Hae III menunjukkan perbedaan polymorfisme pada udang windu,
P.monodon
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous1, 2010, Elektroforesis, http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroforesis,
diakses 28 November 2010
Anonymous2, 2010, Elektroforesis Gel,
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroforesis_gel, diakses 28 November
2010
Anonymous3, 2010, Biologi Molekuler,
http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekular, diakses 28 November
2010
Dontigney, E., 2010, DNA Electrophoresis Method, http://www.ehow.com/how-
does_5246239_dna-electrophoresis-method.html, diakses 28
November 2010
Lewis, M., 2010, Agarose Gel Electrophoresis (basic method),
http://www.methodbook.net/dna/agarogel.html, diakses 28 November
2010