Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    1/25

    1

    ANALISIS DAYA SAING KARET DAN PRODUK DARI KARET INDONESIATERHADAP CHINA

    Oleh : Ragimun1

    Abstract

    Rubber and rubber products is Indonesia's main export product today. During the lastten years from 2001 to 2010, this commodity exports have contributed to the national average of6 percent. Industrial commodity than as a source of foreign exchange also absorbs a lot ofmanpower. Competitiveness of rubber and rubber products during the last ten years is very high.Average Revealed Comparative Advantage (RCA) on 4 and RCA to China more than 7.Indonesia is the largest natural rubber producing countries. Product Specialization Index resultsshow Indonesia is a country exporter manufacturer. And of the market concentration index wasnoted that nearly one-third the concentration of market entry into China market, so thevulnerability of these commodities to China is relatively small, meaning that when China isundergoing a crisis then the effect of commodity exports is not very significant. Thereforerequired several strategies to counteract China's products are well known cheap.

    I.

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karet dan produk dari karet merupakan salah satu produk unggulan penghasil

    devisa negara. Saat ini Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar bersaing

    dengan Thailand. Di satu sisi, ekspor komoditas unggulan tersebut telah menyumbang

    devisa bagi negeri ini, termasuk penyerapan tenaga kerja dan membantu pelestarian

    lingkungan alam. Dari data BPS (2011), tercatat bahwa sampai dengan tahun 2010 total

    ekspor produk yang mepunyai Harmonize System (HS) 40 ini sebesar USD 9,373 milyar

    atau mempunyai kontribusi sebesar 5,94 persen dari total ekspor nasional. Dengan

    demikian besarnya ekspor komoditas tersebut hampir tiga kali lipat bila dibandingkan

    tahun 2001 yang hanya sebesar 2,19 persen dengan nilai USD 1,2 milyar. Demikian juga

    bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 4,22 persen atau sebesar USD

    4,9 milyar.

    1Peneliti pada Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeuemail:[email protected]

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    2/25

    2

    Diperkirakan sebesar 81,56 persen dari karet alam yang diekspor ke berbagai

    negara masih dalam bentuk bahan baku yang belum diolah lebih lanjut. Padahal, jika

    komoditas tersebut diolah terlebih dahulu, akan memberikan dampak ganda bagi

    perekonomian negeri ini berupa peningkatan nilai tambah produk itu sendiri. Dampak

    lainnya akan terjadi penyerapan tenaga kerja dengan adanya pengolahan bahan baku

    karet alam tersebut menjadi produk yang berasal dari karet. Dengan demikian semakin

    tinggi peningkatan daya saing karet dan produk dari karet.

    Untuk meningkatkan daya saing industri nasional selama periode jangka

    menengah antara tahun 2010-2014, Pemerintah mempunyai lima fokus kebijakan, yaitu

    antara lain : (1) Mendorong penyebaran industri manufaktur ke seluruh wilayah

    Indonesia, terutama ke wilayah yang industrinya belum tumbuh secara optimal, namun

    wilayah tersebut memiliki sumber daya yang melimpah; (2) Meningkatkan kompetensi

    inti industri daerah dengan mendorong dihasilkannya produk-produk yang bernilai

    tambah tinggi; (3) Memperdalam struktur industri nasional dengan mendorong

    tumbuhnya industri pionir dalam rangka melengkapi pohon industri. Selama ini

    industri hilir di dalam negeri belum tumbuh secara maksimal seperti industri hilir karet,

    crude palm oil (CPO) dan kakao; (4) Mendorong tumbuhnya industri komponen dan

    industri pendukung di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan bahan baku

    dan komponen impor seperti pada industri elektronika, otomotif dan permesinan; dan

    (5) Meningkatkan daya saing industri prioritas yang sesuai dengan amanat Perpres No.

    28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. 2

    Selain itu yang tidak kalah penting, perlu ada kemauan dari

    pemerintah untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dalam

    negeri dengan berbagai instrumen insentif dan disinsentif fiskal yang disediakan

    pemerintah. Demikian juga dengan pelaku usaha terutama eksportir agar tidak hanya

    mencari keuntungan semata tetapi juga selalu berorientasi ekspor bukan dalam bentuk

    bahan baku.

    1.2 Perumusan Masalah

    2 http://www.kemenperin.go.id/artikel/48/Kemenperin-Dorong-Daya-Saing-Industri-Prioritas-di-Jawa-

    Barat

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    3/25

    3

    Karet dan produk dari karet selama ini mempunyai daya saing cukup tinggi. Hal

    ini terlihat dari tren RCA yang meningkat sejak 2001, demikian juga nilai ekspornya.

    Namun demikian, produk ini banyak diekspor dalam bentuk bahan baku sehingga nilai

    tambah akan produk ini menjadi tidak optimal. Sebaliknya banyak karet dan produk

    dari karet yang berasal dari China banyak diimpor, sehingga untuk membendung tren

    impor ini perlu dicarikan upaya-upaya serta strategi guna meningkatkan daya saing

    produk tersebut.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perkembangan dan daya saing karet

    dan produk dari karet Indonesia. Demikian juga dapat mendalami mengenai strategi

    untuk meningkatkan daya saing ekspor karet dan produk dari karet Indonesia terutamake China. Sebaliknya, dapat dicari strategi guna mengantisipasi derasnya produk impor

    karet dan produk karet dari China.

    1.4 Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif. Pendekatan

    deskriptif eksploratif(Philip, Kotler & Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian

    yang menghimpun informasi awal yang dapat digunakan untuk membantu

    menetapkan masalah dan merumuskan dugaan sementara (hipotesis). Pendekatan ini

    juga bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) berbagai hal. Terkait penelitian ini

    adalah bertujuan untuk mendalami dan menganalisis daya saing karet dan produk dari

    karet Indonesia terhadap China.

    Untuk memberikan gambaran dan mengetahui kontribusi karet dan produk dari

    karet Indonesia atau Export Sharenya, dapat digunakan rumusan sebagai berikut :

    Share ij =

    Xiw

    Xij ...................................(Tambunan, 2001)

    dimana :

    Xij adalah nilai ekspor komoditi i pada negara j

    Xtj adalah nilai total ekspor negara j

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    4/25

    4

    Xiw adalah nilai ekspor komoditi i untuk seluruh dunia

    Xtw adalah nilai total ekspor dunia

    Untuk mengetahui besarnya kontribusi suatu komoditas dalam perdagangan

    internasional (ekspor) maka digunakan rumusan sebagai berikut :

    %100xXt

    XiPi

    ....................................(Tambunan, 2001)

    dimana :

    Xi adalah nilai ekspor pada komoditi i

    Xt adalah nilai total ekspor

    Untuk menentukan daya saing komoditas karet dan produk dari karet Indonesia

    terhadap China digunakan rumus keunggulan komparatif atau Revealed Comparative

    Advantage (RCA), yaitu dengan rumus sebagai berikut :

    RCA =)/()(

    )/()(

    totalXwXiw

    totalXaXia (Tambunan, 2001)

    dimana :

    X = ekspor atau nilai ekspor

    i = jenis komoditi

    a = negara asal

    w= dunia (world)

    dengan kriteria,

    Bila nilai RCA < 1 atau sampai mendekati 0, maka daya saing komoditi lemah.

    Bila nilai RCA > 1 maka daya saing kuat, semakin tinggi RCA semakin tangguh daya

    saingnya.

    Untuk mengetahui ketergantungan produk-produk Indonesia terhadap negara

    mitra dagang maka digunakan perhitungan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP). IKP ini

    merupakan salah satu cara guna mengetahui intensitas perdagangan suatu negara

    dengan beberapa negara lainnya. Nilai intensitas tersebut didapat dengan cara

    mengkuadratkan persentase perdagangan antara suatu negara dengan negara lain.

    Semakin besar nilai intensitas perdagangan (0-1) maka berarti semakin besar

    ketergantungan suatu negara dengan negara lain. Dengan demikian semakin rentan

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    5/25

    5

    terhadap kondisi perekonomian mitra dagangnya tersebut. Untuk mengukur IKP

    digunakanlah Index of Trade Concentration atau HirschmanHerfindahl Index(HHI) , yang

    rumusnya adalah sebagai berikut : 3

    = (2)dimana,

    Hj adalah Hirschaman index

    xi adalah nilai ekspor produk tertentu

    X adalah nilai total ekspor negera tertentu

    Untuk mengetahui apakah Indonesia lebih baik menjadi eksportir ataukah

    menjadi importir komoditas karet dan produk dari karet digunakan Indeks Spesialisasi

    Perdagangan (ISP) atau Index of Trade Specialization, dengan rumusan sebagai berikut :

    [ (Xi Mi) ] ind

    ISP = -------------------------- ............................................ (www. dprin.go.id)

    [ (Xi + Mi) ] ind

    dimana,

    ISP = Indeks Spesialisasi PerdaganganXi = ekspor barang tertentu Indonesia

    Mi = impor barang tertentu Indonesia

    Rentang hasil perhitungan ini adalah antara 0-1. Apabila nilai ISP 0,5 maka

    Indonesia cenderung sebagai eksportir karet dan produk dari karet. Sedangkan nilai ISP

    < 0,5 sampai mendekati 0, maka Indonesia cenderung sebagai importir karet dan

    produk dari karet.

    Data yang digunakan merupakan data series ekspor dan impor sejak tahun

    2001 sampai dengan 2010 yang berasal dari Bloomberg, ditambah penggalian informasi

    dari berbagai sumber, antara lain dengan menggunakan data sekunder serta kajian

    pustaka.

    3Introduction Trade of Research II:Trade Data and Statistics, Artnet Capacity Building Workshopand Trade Research on 22-25 March 2005 prepared by Mia Mikic, Unescap

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    6/25

    6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Ekspor dan Daya Saing Ekspor

    a. Pengertian Ekspor

    Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

    Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor,

    menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah

    pabeanan suatu negara. Adapun daerah pabeanan didefinisikan sebagai wilayah

    Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya,

    serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang

    didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.

    Ekspor juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi barangdan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk dikonsumsikan di luar batas negara

    tersebut (Triyoso, 1994). Sedangkan menurut Deliarnov (1995), menambahkan bahwa

    ekspor merupakan kelebihan produksi dalam negeri yang kemudian kelebihan

    produksi tersebut dipasarkan di luar negeri.

    Menurut versi Biro Pusat Statistik (BPS), mengatakan bahwa ekspor barang adalah

    seluruh barang yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial

    maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan

    diolah di luar negeri dan hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Adapun

    yang tidak termasuk katagori ekspor antara lain pakaian, barang pribadi dan perhiasan

    milik penumpang yg bepergian ke luar negeri, barang-barang yg dikirim untuk

    perwakilan suatu negara di luar negeri, barang-barang untuk ekspedisi/pameran, peti

    kemas untuk diisi kembali, uang dan surat2 berharga serta barang-barang untuk contoh.

    b. Pengertian dan Peningkatan Daya Saing Ekspor Indonesia

    Menurut Organisation for Economic Cooperation dan Development (OECD), daya

    saing (competitiveness) adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atauantar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif

    tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena

    daya saing industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan

    pembangunan industri nasional semestinya didahului dengan mengkaji sektor industri

    secara utuh sebagai dasar pengukurannya.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    7/25

    7

    Sedangkan batasan tingkat daya saing menurut Tambunan (2001), pada dasarnya

    ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage)

    dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor

    keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah sedangkan

    faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat

    dikembangkan/diciptakan). Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara

    sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage

    (SCA) atau keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka

    menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi semakin ketat/keras

    atau terjadinya Hyper Competitive.

    Analisis persaingan yang super ketat (Hyper Competitive) yang berasal dari

    DAveni (Hamdy, 2001) merupakan analisis yang menunjukkan bahwa pada akhirnya

    setiap negara akan dipaksa menentukan suatu strategi yang tepat, agar

    negara/perusahaan tersebut dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang

    sangat sulit. Strategi yang tepat menurut Hamdy Hadi adalah strategi Sustained

    Competitive Advantage Strategy (SCA)) atau strategi yang berintikan upaya perencanaan

    dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan faktor-faktor lingkungan

    eksternal dan internal agar tercapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

    Hasil survey tahun 2010 dari International Management Development (IMD)

    mengenai daya saing Indonesia dibanding 30 negara-negara utama lainnya, ditemukan

    beberapa fakta antara lain sebagai berikut :

    a. Adanya kepercayaan investor yang rendah (resiko politik, credit ratingyang rendah,

    diskriminasi dalam masyarakat, sistim penegakan hukum yang lemah, penanganan

    ketenagakerjaan, subsidi yang tinggi, banyak korupsi)

    b. Daya saing bisnis yang rendah sebagai akibat kualitas SDM yang rendah, hubungan

    perburuhan yang tidak harmonis (hostile), praktetk-praktek bisnis tidak etis dan

    lemahnya corporate governance.

    c. Daya saing yang rendah (nilai-nilai dimasyarakat tidak mendukung daya saing dan

    globalisasi, kualitas wiraswasta dan kemampuan marketing yang rendah,

    produktivitas menyeluruh yang rendah)

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    8/25

    8

    d. Infrastruktur lemah (pendidikan dan kesehatan yang kurang, perlindungan hak

    patent dan cipta lemah, penegakan hukum lingkungan hidup yang lemah, biaya

    telekomunikasi internasional yang mahal, anggaran yang mahal, kurangnya alih

    teknologi, kurang ahli teknologi informasi). 4

    Untuk itu perlu dilakukan penguatan perekonomian domestik dengan orientasi

    dan daya saing global. Secara makro teori globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai

    sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas atau pasar bebas di

    seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif (Wibowo,

    2004). Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif

    bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian

    homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik.

    Sedangkan mengenai kerjasama regional, (Hamdy Hadi, 2001) mengemukakan bahwa

    kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional,

    saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi

    dan keuangan secara regional.

    2.2 Karet dan Produk Karet Indonesia

    Komoditas karet dan produk dari karet Indonesia merupakan komoditas ekspor

    perkebunan andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO). Indonesia merupakan negara

    penghasil dan pengekpor karet alam urutan ke 2 setelah Thailand. Estimasi produksi

    karet di Indonesia untuk tahun 2011 adalah 2,64 juta ton dengan luas lahan sekitar 3,45

    juta hektar (Ditjenbun, 2011).

    Sedangkan sumbangan ekspor karet dan produk karet terhadap total ekpor non

    migas pada tahun 2011 (data Januari-Agustus 2011) adalah sebesar 9,51 persen. Oleh

    karena itu karet diharapkan dapat menjadi penggerak roda pembangunan ekonomi

    melalui peningkatan mutu dan daya saing yang akan meningkatkan ekspor nasional.

    Permintaan dunia untuk karet alam sekarang ini makin tinggi terutama dengan

    berkembang pesatnya beberapa negara yang mengembangkan industri automotif

    seperti China, India dan beberapa negara Asean lainnya.

    4data.menkokesra.go.id/.../daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    9/25

    9

    Karet alam saat ini bersaing dengan karet sintetis. Perkembangan harga karet

    sintetis relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga karet alam. Karena produksi

    karet alam banyak tergantung dengan faktor iklim dan cuaca. Namun saat ini

    perkembangan harga karet alam relatif bagus. Untuk itu diperlukan pengembangan

    karet di Indonesia. Saat ini konsentrasi budidaya karet di Indonesia banyak

    dikembangkan terutama di Sumatra dan Kalimantan. Menurut data Kementrian

    Perkebunan tahun 2011, areal perkebunan karet di Indonesia diperkirakan seluas 3,2

    juta hektar, diantaranya 85 persen adalah perkebunan karet milik petani dan 7 persen

    merupakan perkebunan karet milik negara serta 8 persen adalah milik swasta.

    Secara umum karet mempunyai sifat elastis, flexibel, liat dan beberapa ada yang

    kedap udara atau kedap air. Dalam industri karet, menurut penggunaannya karet

    dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu karet yang dipakai secara umum, karet tahan

    minyak dan karet tahan panas.

    Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet

    (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon

    karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah

    karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi

    sumber karet alami.5

    2.3 Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage)

    Tingkat daya saing komoditas ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis

    dengan berbagai macam metode atau diukur dengan sejumlah indikator. Salah satu

    diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). Selain itu, dapat juga

    dilakukan dengan metode Constant Market Share dan Real Effective Exchange Rate.

    Disamping itu, laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF) mengenai Global

    Competitiveness Index (GCI) juga dapat digunakan sebagai ukuran daya saing suatu

    negara setiap tahunnya. GCI adalah indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi

    yang telah teruji secara empiris memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi

    (PDB) untuk jangka menengah dan panjang. GCI secara teoritis juga mempunyai

    korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor (Tambunan, 2000).

    5Penggolongan karet dalam industri karet dalamhttp://industrikaret.wordpress.com/penggolongan-karet/

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    10/25

    10

    Untuk melihat lebih detail komoditas Indonesia yang bersaing dengan negara-

    negara lain di pasar dunia dapat diukur dari Revealed Comparative Advantage (RCA)

    masing-masing produk ekspor (Balassa, 1965). Perhitungan RCA ini menggunakan data

    yang dikelompokan dalam Standard Industrial Trade Classification (SITC) 2 digit. Nilai

    RCA yang lebih besar dari 1 menunjukkan daya saing yang kuat. Semakin tinggi nilai

    RCA komoditi, maka semakin tangguh daya saing produk tersebut, sehingga

    disarankan untuk terus dikembangkan dengan melakukan spesialisasi pada komoditi

    tersebut.

    Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif

    adalah RCA index. Indeks ini menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor

    komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas

    tersebut dari seluruh dunia. Dengan kata lain indeks RCA menunjukkan keunggulan

    komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap

    dunia.

    Bila hasil indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari

    1, maka berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif di atas

    rata-rata dunia dalam komoditas tersebut. Sebaliknya, bila hasilnya lebih kecil dari 1

    berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tersebut rendah atau di bawah rat-rata

    dunia.

    2.4 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP)

    Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) atau Trade Specialization Index digunakan

    untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu produk. ISP ini dapat

    menggambarkan apakah Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir

    atas suatu jenis produk. Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan

    dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah

    permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori

    net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang

    tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai

    dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan

    dikatakan mempunyai daya saing yang kuat atau negara yang bersangkutan cenderung

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    11/25

    11

    sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada

    permintaan domestik). Sebaliknya, daya saingnya rendah atau cenderung sebagai

    pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif

    dibawah 0 hingga -1. Apabila indeknya naik berarti suplai domestik lebih kecil

    daripada permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada

    tahap ini negara tersebut lebih banyak mengimpor dari pada mengekspor.

    Sedangkan perhitungan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau Trade Concentration

    Index ini dapat digunakan untuk mengukur ketergantungan Indonesia terhadap suatu

    negara yang merupakan mitra dagangnya. IKP merupakan salah satu cara untuk

    mengetahui intensitas perdagangan suatu negara dengan beberapa negara. Nilai

    intensitas diperoleh dengan cara mengkuadratkan persentase perdagangan antara suatu

    negara dengan negara lain. Makin besar nilai intensitas perdagangan (0-1), maka dapat

    dikatakan semakin tergantung suatu negara dengan negara lain tersebut. Hal ini tentu

    saja tidak baik karena perdagangan suatu negara akan rentan terhadap kondisi

    perekonomian negara mitranya.6

    3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Karet dan Produk dari Karet

    Strategi peningkatan daya saing karet dan produk karet antara lain melalui

    peningkatan sumber daya manusia dengan cara pemerintah mendorong daya saing dan

    peningkatan nilai tambah dari sumber daya lokal. Selain itu, pemerintah terus

    meningkatkan kewirausahaan dan efisiensi. Faktor lainnya adalah perbaikan di sektor

    hukum, sosial politik serta perpajakan, termasuk peningkatan integrasi global untuk

    melihat perkembangan dunia.

    Arah pengembangan agribisnis karet Indonesia ke depan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor eksternal, antara lain :

    a. Peningkatan permintaan dunia akan karet yang semakin meningkat sejalan dengan

    peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia, semakin mahalnya bahan baku karet

    sintetis dan meningkatnya kesadaran akan pelestarian lingkungan.

    6Widiana, kebijakan Perdagangan , 95-126, Ekonomi dan Bisnis Vol 9 no. 2 juni 2007

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    12/25

    12

    b. Produksi karet Malaysia diperkirakan akan terus mengalami penurunan karena

    kebijakan pemerintahannya lebih terkonsentrasi pada industri hilir dan juga telah

    mengalihkan sebagian areal tanaman karet menjadi areal tanaman kelapa sawit.

    c. Thailand diperkirakan akan menghadapi banyak kendala dalam upaya meningkatkan

    produksi karet alamnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan tersedianya lahan

    pengembangan yang berlokasi di bagian utara dengan kondisi marginal sehingga

    produktivitasnya lebih rendah serta adanya keterbatasan tenaga kerja.

    Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia karena mempunyai beberapa

    keunggulan seperti ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan murah serta

    tersedianya lahan yang cocok atau aglomatik guna pengembangan karet baru dan

    peningkatan produk dan produktivitas tanaman melalui usaha peremajaan tanaman tua

    atau rusak.

    Untuk mengisi peluang tersebut Indonesia perlu menetapkan arah

    pengembangan karet ke depan. Dalam jangka panjang (2025), industri agribisnis karet

    diarahkan menjadi usaha agribisnis yang berbasisi lateks dan kayu yang berdaya saing

    tinggi. Berdaya saing tinggi berarti bahwa agribisnis karet harus selalu berorientasi pada

    pasar, mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal

    (capital driven), pemanfaatan inovasi teknologi (innovation driven) dan kreativitas sumber

    daya manusia (skill driven).

    Untuk mempercepat laju investasi di bidang agribisnis karet dan industri

    karet diperlukan beberapa kebijakan pendukung antara sebagai berikut:

    1. Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif.

    a. Pemberian kemudahan dalam proses perijinan

    b. Pembebasan pajak (tax holiday) selama tanaman atau pabrik belum produksi.

    c. Pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk menghasilkan end product

    bernilai tinggi yang non ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah.

    d.

    Adanya kepastian hukum dan keamanan baik untuk usaha maupun lahan bagi

    perkebunan.

    e. Penghapusan berbagai pungutan dan beban yang memberatkan iklim usaha.

    2. Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan, pelabuhan, alat

    transportasi, komunikasi dan sumber energi (tenaga listrik).

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    13/25

    13

    3. Penyediaan dana yang menghidupkan kembali pungutan dari hasil

    produksi/ekspot karet (semacam Cess) yang sangat diperlukan untuk membiayai

    pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi dan peningkatan kapasitas SDM

    akret. Kelembagaan Cess tidak seperti dulu lagi tetapi mengambil bentuk sebagai

    institusi yang bersifat independen di bawah Kementerian Keuangan dengan aturan

    main yang jelas dan sedemikian rupa sehingga penggunaan dana mudah diawasi

    dan kembali untuk kepentingan investasi di bidang perkebunan.

    4. Pengembangan sistem kemitraan antara petani dan perusahaan misalnya pola PIR

    plus. Dalam pola ini dapat didesain petani tetapi memiliki kebun beserta pohon

    karetnya dan ikut sebagai pemegang saham perusahaan yang menjadi mitranya.

    Dengan cara demikian maka kepastian bagi perusahaan untuk memperoleh bahan

    baku dalam jumlah cukup terjamin.7

    III.

    PEMBAHASAN

    Fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah menganalisis daya saing karet dan

    produk dari karet Indonesia dengan China. Ada tiga hal yang menjadi fokus analisis

    komoditi karet dan produk dari karet ekspor impor antara Indonesia dengan China,

    yaitu RCA, IKP dan ISP.

    RCA digunakan untuk mengetahui tingkat daya saing karet dan produk dari

    karet Indonesia. Untuk mengetahui kerentanan komoditas karet dan produk dari karet

    di pasar China dipergunakan IKP. Sedangkan ISP, digunakan untuk mengetahui

    apakah negara Indonesia termasuk katagori eksportir atau importir untuk komoditi

    tersebut.

    Sebagai pedoman, untuk menentukan apakah daya saing komoditi karet dan

    produk dari karet Indonesia tergolong memiliki keunggulan tinggi, maka diperlukan

    tiga persyaratan antara lain sebagai berikut :

    (1) mempunyai daya saing tinggi dengan nilai RCA tinggi.

    (2) mempunyai nilai IKP rendah, dan

    7Prospek dan arah pengembangan agribisnis karet, dalamhttp://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/karet/karet-bagian-b.pdf

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    14/25

    14

    (3)mempunyai nilai ISP tinggi dimana hal ini merupakan persyaratan sebagai negara

    eksportir.

    3.1Kontribusi Ekspor Karet dan Produk dari Karet (HS 40) Terhadap Ekspor

    Nasional

    Sejak Indonesia menggiatkan ekspor non migas, terlihat nilai ekspor produk-

    produk Indonesia terus mengalami peningkatan mengungguli ekspor migas. Sampai

    dengan tahun 2010 ternyata ekspor migas hanya sebesar 29,64 persen dari total ekspor

    nasional yang nilainya sebesar US$ 46,8 milyar. Ekspor komoditas non migas sebesar

    71,26 persen.

    Komoditas ekspor karet dan produk dari karet selama lima tahun terakhir

    mempunyai kontribusi terhadap total ekspor nasional rata-rata sebesar 6 persen. Pada

    tahun 2010 nilainya mencapai US$ 9,37 milyar, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar1 di bawah ini.

    Saat ini komposisi komoditas ekspor Indonesia masih tetap didominasi olehekspor hasil mineral (HS 27) sebesar hampir 30 persen yang nilainya sebesar US$ 46,8

    milyar. Produk lemak dan minyak nabati (HS 15) menempati urutan kedua yaitu

    sebesar 16 persen yang nilai ekspornya sebesar US$ 16,3 milyar. Urutan ketiga adalah

    mesin peralatan listrik (HS 85) sebesar 10 persen dengan nilai ekspornya sebesar US$

    10,4 milyar. Sedangkan karet dan produk dari karet (HS 40) menempati urutan kelima

    29.64%

    10%

    7%16%

    5%

    6%

    2%

    38%

    Gambar 1

    Kontribusi Komoditas Ekspor Indonesia pada Tahun 2010

    Bahan Bakar Mineral

    Lemak & Minyak Nabati

    Mesin Peralatan listrik

    Alas kaki

    Bijih, kerak , abu logam

    Karet dan barang dr karet

    Pakaian jadi, rajutan

    LainnyaSumber : Bloomberg, 2012, diolah

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    15/25

    15

    dengan nilai sebesar US$ 9,37 milyar. Selain itu 38 persen komposisi ekspor Indonesia

    terdiri dari berbagai komoditas. Produk-produk ini akan terus bertambah nilai maupun

    kuantitas ekspornya tentu saja daya saing produknya juga meningkat.

    Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010, karet dan produk dari karet terus

    mengalami peningkatan kontribusinya terhadap ekspor nasional. Rata-rata kontribusi

    terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Puncaknya, pada tahun 2008 dan tahun 2010

    sebesar 6 persen. Namun, terjadi penurunan pada tahun 2009 sebagai akibat adanya

    krisis keuangan global yang mengakibatkan penurunan permintaan karet dan produk

    dari karet. Kondisi ini mengakibatkan sumbangannya terhadap ekspor nasional hanya

    sebesar 4 persen.

    3.2 Ekspor dan Impor Karet dan Produk Karet Indonesia- China

    Sepuluh tahun terakhir (2001-2010), nilai ekspor karet dan produk karet

    Indonesia ke negara China terus mengalami peningkatan. Ekspor karet dan produk dari

    karet Indonesia ke China rata-rata seperempat dari total ekspor karet dan produk karet

    Indonesia ke dunia. Tahun 2001 nilai ekspor karet dan produk karet Indonesia sebesar

    US$ 75,53 juta dan meningkat hampir lima belas kali di tahun 2010 menjadi US$

    1.416,13 juta. walaupun terjadi penurunan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya

    menjadi US$ 838,99 juta sebagai akibat adanya krisis di Amerika dan kemudian

    menimbulkan krisis keuangan global, yang pada akhirnya mengakibatkan permintaan

    China akan karet dan produk karet mengalami penurunan.

    Peningkatan ekspor karet dan produk karet ke China, tidak diikuti dengan

    perkembangan ekspor produk yang sama ke negara Asean 4 yaitu Malaysia, Thailand,

    Philipina dan Singapura. Negara-negara ini merupakan negara anggota Asean yang

    cukup besar permintaannya. Perkembangan permintaan Asean 4 memang tidak sebesar

    peningkatan permintaan produk alas kaki ke China. Ekspor karet dan prduk dari karet

    Indonesia ke empat negara Asean 4 pada tahun 2001 sebesar US$ 96,81 juta dan sampai

    dengan tahun 2010 terjadi penuruan menjadi sebesar US$ 64,36 juta. Permintaan empat

    negara Asean 4 terjadi penurunan pada tahun 2006 dan tahun 2009 sebagai akibat

    terjadinya krisis ekonomi global, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai

    berikut :

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    16/25

    16

    Bila dilihat dari sisi impor, ternyata impor karet dan produk dari karet

    Indonesia yang berasal dari China relatif kecil dibanding dengan nilai ekspornya.

    Namun ada kecenderungan impor terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama

    produk dari karet China yang mempunyai harga relatif murah. Oleh karenanya petani,

    pengusaha dan UMKM Indonesia diharapkan dapat terus meningkatkan karet dan

    produk karet guna dapat bersaing dengan produk yang sama dari beberapa negara

    penghasil karet alam seperti Thailand dan Malaysia serta dapat bersaing dengan produk

    dari karet yang banyak dihasilkan oleh China tersebut. Selama sepuluh tahun terakhir

    2001 sampai 2010 impor karet dan produk karet China ke Indonesia terus mengalami

    peningkatan menjadi sebesar US$ 149,01 juta persen, dan impor karet dan produk karet

    dari beberapa negara lainnya sebesar US$ 1.670,75 juta atau rata-rata impor pertahun

    sebesar 1 persen dari total impor nasional.

    Selama sepuluh tahun terakhir hingga 2010, bila dibandingkan antara ekspor

    karet dan produk karet dengan impor ke China, ternyata Indonesia masih mengalami

    surplus perdagangan. Pada tahun 2010 surplus sebesar US$ 1.267,12.

    3.3 Daya Saing Karet dan Produk Karet Indonesia ke China

    Menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia/Harmonized System (HS) 2 digit

    maka karet dan produk dari karet bernomor HS number 40. Komoditi ini merupakan

    komoditi unggulan Indonesia yang mempunyai daya saing kuat karena memiliki RCA

    lebih besar dari 1 baik RCA dunia maupun negara China, India maupun negara Asean

    Tabel 1

    Nilai Ekspor Impor Karet dan Produk dari Karet (HS 40) Indonesia China Tahun 2001-2010 (juta US$)

    Uraian/Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 201

    Ekspor ke China 75,53 40,07 111,22 252,143 341,04 689,44 762,11 901,2 838,99 1.41

    Ekspor ke Asean 4 96,81 134,63 171,14 210,91 273,87 41,52 510,97 593,44 417,74 64

    Ekspor karet dunia 1236,03 1587,67 2126,62 2998,63 3580,47 5529,13 6248,7 7637,31 4912,76 9373

    Share ekspor Karet 0,02 0,03 0,03 0,04 0,04 0,05 0,05 0,06 0,04

    Impor dr China 20,54 25,1 27,31 31,22 38,45 49,95 53,95 92,86 92,36 149

    Impor karet (Dunia) 339,24 342,52 347,04 467,55 610,83 698,423 790,71 1.415,48 1.125,26 1.67

    Share impor karet (dunia) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

    Surp /Defisit Ind - China 54,99 14,97 83,91 220,923 302,59 639,49 708,16 808,34 746,63 1267

    Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    17/25

    17

    4. Sejak tahun 2001 sampai dengan 2010 komoditi karet dan produk karet memiliki

    ranking komoditi unggulan yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor

    permintaaan dan penawaran termasuk faktor non ekonomi lainnya.

    Adapun hasil RCA Karet dan produk dari karet Indonesia terhadap China

    terlihat pada Tabel 3. RCA Karet dan produk karet Indonesia ke China cukup tinggi

    terutama setelah tahun 2004 sampai dengan 2010, yang berarti daya saing karet dan

    produk dari karet Indonesia sangat baik. RCA tertinggi tercapai pada tahun 2007 dan

    2006 yaitu sebesar 7,85 dan 7,75. Peningkatan RCA Indonesia ke China diikuti RCA ke

    India yang sejak tahun 2005 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini

    dikarenakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang tinggi yang mengakibatkan

    kebutuhan akan karet dan produk karet yang tinggi dari Indonesia. Terlihat

    peningkatan ekspor ke India meningkat tajam. Demikian juga daya saing Karet dan

    Prduk Karet Indonesia ke negara-negara tinggi, yang rata-rata dia atas 4. RCA ke negara

    Asean 4 tercapai paling tinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,48. Selama sepuluh tahun

    terakhir RCA Indonesia untuk karet dan produk karet tidak pernah di bawah 1. Hal ini

    menunjukkan daya saing ekspor produk HS 40 ini banyak laku dipasaran terutama

    permintaan dari Malaysia terus meningkat. Secara rinci RCA karet dan produk karet

    Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 dapat disajikan sebagai berikut :

    Tabel 2

    RCA Karet dan Produk Karet Tahun 2001-2010

    Uraian / Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    RCA Indonesia ke China 4,04 1,65 3,20 6,48 6,05 7,75 7,85 7,37 7,07 7,44

    RCA Indonesia ke India 1,01 0,58 0,25 0,60 1,80 3,48 3,46 1,89 3,02 4,06

    RCA Indonesia ke Asean 4 1,64 2,17 2,51 2,68 2,87 3,46 3,45 3,19 2,20 2,12

    RCA Indonesia ke Dunia 2,33 2,90 3,47 4,21 4,22 5,47 5,34 3,71 4,10 5,17

    RCA China ke Indonesia 1,02 0,79 0,67 0,63 0,57 0,58 0,60 0,61 0,60 0,64

    RCA China ke India 0,95 0,79 0,76 0,97 1,44 1,33 1,44 1,49 1,15 1,22

    RCA China ke Asean 4 1,06 0,87 0,77 0,77 0,77 0,75 0,73 0,69 0,74 0,81Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

    Sebaliknya bila dilihat RCA China ke Indonesia tidak mengalami kenaikan

    yang berarti rata-ratanya dibawah 1. Artinya daya saing karet dan produk karet

    China tidak kuat. Dan terakhir di tahun 2010 sebesar 0,67, jauh lebih besar dari RCA

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    18/25

    18

    Indonesia ke China yang hanya 7,4. Demikian juga RCA Indonesia ke India

    mempunyai tren naik. Padai tahun 2010 sebesar 4,06. Hal ini menunjukkan daya

    saing komoditas karet dan produk karet ke India sangat kuat. Untuk negara Asean 4

    daya saing Indonesia relatif stagnan rata-rata 2. Artinya daya saing komoditas karet

    dan produk karet di kawasan Asean relatif kuat.

    Bila dilihat dari daya saing komoditas karet dan produk karet China ke

    Indonesia maupun Asean 4, ternyata China memiliki daya saing yang tidak kuat

    karena rata-rata RCAnya dibawah 1 selama sepuluh tahun terakhir dari 2001 hingga

    2010. Namun RCA China ke negara India mengalami tren naik, artinya daya saing

    komoditi China ke India relatif kuat dan terakhir tahun 2010 lebih besar dari 1 atau

    sebesar 1.22.

    3.4 ISP Karet dan Produk Karet Indonesia China

    Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan indeks yang digunakan untuk

    menganalisis posisi atau tahapan perkembangan komoditas karet dan produk karet

    Indonesia terhadap dunia termasuk ke China. Indeks ini dapat memberi gambaran

    apakah Indonesia sebagai negara importir atau eksportir suatu jenis produk, dalam hal

    ini karet dan produk dari karet. Demikian juga Indeks IKP, indek ini memberi

    gambaran kerentanan ekspor karet dan produk karet ke negara tujuan ekspor.

    Tabel 3

    IKP , ISP Karet dan Produk Karet Tahun 2001-2010

    Uraian / Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    IKP Indonesia 0,29 0,31 0,30 0,29 0,29 0,27 0,28 0,29 0,26 0,26

    ISP Indonesia 0,57 0,65 0,72 0,73 0,71 0,78 0,78 0,83 0,63 0,70

    ISP Asean 4 0,21 0,33 0,36 0,42 0,30 0,40 0,50 0,36 0,32 0,29

    ISP China 0,57 0,23 0,61 0,78 0,80 0,86 0,87 0,81 0,80 0,81

    ISP India -0,97 -0,87 -0,96 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00

    Sumber : Bloomberg, 2012, diolah

    Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Indonesia pada Tabel 3 di atas rata-rata

    di atas 0,5 dan tahun 2010 sebesar 0,70. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih

    sebagai negara eksportir karet dan produk karet. Terlihat dari tahun 2001 sampai

    dengan 2010 ISP rata-ratanya sebesar 0,70. Bila dibandingkan ISP negara Asean 4

    mempunyai kecenderungan menjadi untuk menjadi importir komoditas karet dan

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    19/25

    19

    produk dari karet karena ISPnya menunjukkan dibawah 0,5, atau rata-rata 0,30.

    Demikian juga India sebagai importir. Namun ISP China mempunyai rata-rata di atas

    0,5 yang berarti China juga sebagai negara eksportir untuk komoditas karet dan produk

    karet. Tahun 2010 ISP China sebesar 0,81, lebih tinggi dibanding Indonesia. Ekspor

    China lebih banyak berupa produk dari karet sedangkan ekspor Indonesia lebih banyak

    karet alam atau mentahnya.

    Sedangkan hasil Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau Hirschman Herfindahl

    Indeks (HHI) Indonesia didapat rata-rata sebesar 0,30 yang berarti ketergantungan atau

    konsentrasi pasar China masih relatif kecil. Hal ini berarti apabila terjadi kegoncangan

    ekonomi atau krisis ekonomi di China akan mempunyai pengaruh relatif kecil atau

    tidak signifikan karena ekspor komoditas karet dan produk karet tidak terkonsentrasi

    di pasar China namun tersebar di beberapa negara lainnya.

    3.5 Strategi Peningkatan Daya Saing Karet dan Produk Karet Indonesia

    Upaya-upaya peningkatan daya saing karet dan produk karet berkaitan

    langsung dengan program pengembangan industri nasional. Sebagaimana yang

    dilakukan Pemerintah, strategi pengembangan industri karet dan produk dari karet

    nasional terbagi menjadi dua katagori yaitu dari sisi penawaran (supply)dan kedua dari

    sisi permintaan (demand). Sisi supply dimaksudkan produksi karet nasional berupa

    intensifikasi dan ekstensifikasi lahan karet nasional, pengembangan bahan baku produk

    karet, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyediaan insentif bagi investasi

    produk-produk berbahan baku karet nasional serta kemudahan dalam permodalan. Sisi

    demand berupa pengembangan kualitas produk karet nasional, adanya diversifikasi

    produk dari karet, pengembangan dan perluasan pasar domestik serta pengembangan

    serta perluasan pasar luar dan dalam negeri melalui berbagai pameran, promosi

    maupun expo.

    Prospek karet dan produk dari karet ke depan diperkirakan masih terus

    meningkat dan menguntungkan pelaku usaha. Peluang ini semestinya dimanfaatkan

    secara maksimal oleh para pelaku usaha dalam negeri dengan jalan meningkatkan daya

    saing usaha dan produk yang dihasilkan. Upaya peningkatan produktivitas kebun dan

    efisiensi usaha produk dari karet serta peningkatan kualitas bahan olahan.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    20/25

    20

    Ada beberapa strategi peningkatan daya saing karet dan produk karet Indonesia

    khususnya menghadapi negara China sebagai salah satu pesaing, antara lain adalah

    sebagai berikut :

    (1)

    Iklim usaha dan kemudahan sistem birokrasi

    Iklim usaha yang kondusif dengan perbaikan dan kemudahan birokrasi merupakan

    salah satu langkah peningkatan daya saing. Kondisi dan perbaikan tersebut juga

    meliputi akses perbankan dan fasilitas investasi permesinan yang akan dapat

    meningkatkan produk-produk dari karet dalam negeri.

    (2) Perbaikan dan pengembangan infrastruktur

    Peningkatan infrastruktur, seperti sarana jalan, pelabuhan dan lain-lain sebaiknya

    segera dilakukan pemerintah guna mendukung kegiatan industri dalam negeri.

    Dukungan dana APBN diperlukan guna percepatan dan pengembanganinfrastruktur dalam rangka peningkatan daya saing sektor riil. Di sisi lain, perlu

    terus dilakukan peningkatan infrastruktur untuk mengurangi biaya tinggi (high

    cost) dalam kegiatan distribusi bahan baku dan ekspor.

    (3)

    Peningkatan kemampuan dan kualitas petani karet dan tenaga kerja

    Petani karet dan tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi. Motivasi

    dan budaya kerja khususnya pada sektor industri produk dari karet mempengaruhi

    produktivitas dan kreativitas kerja. Namun, produktivitas tenaga kerja Indonesia

    masih tertinggal dengan tenaga kerja China. Untuk itu guna meningkatkan

    keterampilan dan kemampuan petani serta kualitas kerja tenaga kerja Indonesia

    perlu dilakukan penyuluhan, kursus maupun pelatihan. Kegiatan tersebut

    diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang berstandar internasional

    sekaligus tercapainya efisiensi.

    (4)

    Peningkatan produksi dan inovasi produk dari karet

    Bila dibandingkan dengan produk China, harga produk dari karet Indonesia masih

    relatif lebih mahal dibanding produk China. Hal ini tentu saja disebabkan karenaproduk dari karet China lebih efisien. Oleh karenanya diperlukan peningkatan

    produksi, inovasi produk dan peningkatan kualitas produk guna meningkatkan

    daya saing produk alas kaki Indonesia terhadap China. Disisi lain terus

    dilakukannya penelitian dan pengembangan (research and development) karet dan

    produk dari karet nasional.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    21/25

    21

    (5)

    Peningkatan strategi melalui kualitas produk, harga dan promosi.

    Saat ini persaingan komoditas ini makin ketat sehingga peningkatan strategi

    melalui produk, harga dan promosi karet dan produk dari karet Indonesia. Fokus

    produk dari karet Indonesia hendaknya diproduksi dengan selalu meningkatkan

    kualitas, karena konsumen sangat rasional saat ini. Konsumen selalu

    mempertimbangkan tidak hanya harga semata melainkan juga kualitas produknya.

    Peningkatan strategi juga dilakukan melalui penetrasi harga. Produsen harus

    memiliki strategi teretentu dalam penetapan harga sehingga dapat bersaing dengan

    produk-produk sejenis dari negara lainnya. Salah satu tindakan efisiensi yang dapat

    dilakukan perusahaan adalah mengurangi bahan baku dan bahan penolong impor.

    Selain itu perlu dilakukan promosi guna meningkatkan volume penjualan dengan

    target konsumen baru. Di sisi lain terus dilakukannya segmentasi produkberdasarkan segmentasi pasar baik pasar lokal maupun internasional.

    (6)

    Penciptaan produk karet dan produk dari karet yang ramah lingkungan

    Isu perubahan iklim (climate change) merupakan isu internasional yang tidak boleh

    dihindari sehingga industri yang ramah lingkungan saat ini merupakan faktor

    prasyarat agar produk bersaing di pasaran, karena beberapa negara tujuan

    menerapkan produk-produk yang mengedepankan produk ramah lingkungan.

    Strategi ini dilakukan guna menghindari pemutusan kerjasama ekspor maupun

    impor akibat limbah industri yang mencemari lingkungan.

    (7)

    Mendorong masyarakat mencintai produk karet dalam negeri

    Strategi lainnya adalah dengan menumbuhkan rasa cinta produk dalam negeri.

    Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan produkproduk dari karet domestik. Hal

    ini juga berguna untuk mengalihkan permintaan produk-produk karet dari China

    yang terkenal relatif lebih murah dan membanjiri pasar domestik saat ini.

    IV.

    SIMPULAN DAN REKOMENDASI4. 1 Simpulan

    1. Pertumbuhan ekspor komoditas karet dan produk karet Indonesia selama tahun

    2001 sampai dengan 2010 terus mengalami peningkatan dan rata-rata kontribusi

    terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Demikian juga nilai impor komoditas

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    22/25

    22

    ini mengalami tren naik, namun rata-rata impornya lebih rendah yaitu hanya

    sebesar 1 persen.

    2. Daya saing karet dan produk karet Indonesia saat in cukup tinggi. Sepuluh

    tahun terakhir dari 2001 sampai dengan 2010, rata-rata RCAnya diatas 4. Untuk

    tahun 2010 RCA sebesar 5,17. Demikian juga daya saing karet dan produk karet

    Indonesia terhadap China rata-rata RCAnya sangat tinggi, yaitu di atas 6,

    sedangkan tahun 2010 sebesar 7,44. Dari hasil perhitungan ISP, didapat rata-

    ratanya sebesar 0,70 atau mendekati 1. Hal ini berarti Indonesia masih dominan

    sebagai pengekspor komoditas karet dan produk karet.

    3. Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) untuk komoditas karet dan produk dari karet

    Indonesia selama tahun 2001 sampai dengan 2010 menunjukkan rata-rata

    dibawah 0,30. Hal ini menunjukkan konsentrasi pasar komoditas karet dan

    produk karet tersebut tidak seluruhnya terkonsentrasi ke negara China.

    4.2Rekomendasi Kebijakan

    1. Peluang pasar China masih terbuka lebar karena pertumbuhan dan

    perkembangan China yang pesat sekarang ini terutama produk-produk

    automotif yang banyak membutuhkan komoditas karet dan produk dari karet.

    Namun demikian pengembangan daya saing komoditas ini terus diperbaiki dan

    difokuskan pada beberapa persyaratan standar produk yang ditetapkan negara

    pengimpor seperti standarisasi produk, pengemasan, labeling, origin marking,

    sehingga komoditas ekspor tersebut tidak kalah dengan pesaing lainnya.

    Disamping itu diperlukan pengembangan sektor manufaktur tidak hanya

    produk primer seperti karet mentah tetapi melakukan upaya pergeseran

    (shifting) keunggulan dari sektor primer menuju sektor industri pengolahan karet

    (produk dari karet) karena mempunyai nilai tambah (vallue added) lebih besar.

    2. Salah satu cara yang ditempuh guna meningkatkan daya saing komoditas karet

    dan produk dari karet Indonesia adalah melakukan pengalihan pasar selain

    negara tujuan China. Yaitu melakukan penetrasi pasar pada beberapa negara

    Asia lainnya seperti India, karena India mempunyai industri automotif yang

    sedang berkembang pesat, disamping itu permintaan terus naik.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    23/25

    23

    3. Cara lain yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing adalah terus

    dilakukannya peningkatan produktivitas guna menghasilkan karet dan produk

    dari karet yang lebih efisien dengan kualitas yang lebih baik. Demikian juga

    perlu dilakukan kerjasama antar pelaku usaha untuk mendorong persaingan

    yang sehat. Hal ini terkait dengan peran pemerintah untuk menciptakan

    kondisi dan iklim usaha yang kondusif bagi komoditas karet dan industri karet

    dalam rangka menghasilkan produk-produk dari karet yang berkualitas.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    24/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, Chairil, 2006, Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet Di Indonesia,Pusat Penelitian Karet, Medan (makalah disampaikan pada loka karyabudidaya karet tanggal 4-6 September 2006 di Medan)

    Arifin, Syamsul , Ediana Rae, Dian dan Joseph PR. Charles, 2007, Kerja Sama PerdaganganInternasional, Peluang dan Tantangan bagi Indonesia, Penerbit PT Elex mediaKomputindo, Jakarta

    Baasir, Faisal, Indonesia Pasca Krisis, Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004,2004,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

    David S. Rubin, Richard I. Levin, 2006, Statistic for Management, Sevent Edition, AnImprint of Pearson Education, New Delhi, India,

    Deliarnov, 1995, Pengantar Ekonomi Makro.Jakarta, UI Press.

    Hamdy, Hadi. 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan PerdaganganInternasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia Indonesia.

    Kotler Philip, Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi Dalam Pemasaran, Jakarta

    2006.

    Kuncoro, Mudrajat, 2007, Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri baru 2030 ,Penerbit Andi Yogyakarta

    Mankiw, N. Gregory, Teori Makroekonomi, edisi kelima, 2003, Harvard University,Penerbit Erlangga, Jakarta

    Rahardja Prathama, Manurung Mandala, 2005, Teori Ekonomi Makro suatu pengantar,edisi ketiga, LPFEUI, Jakarta

    Subiyanto, Heru dan Riphat, Singgih, 2004, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran Konsep danImplementasi,Penerbit Buku Kompas, Jakarta

    Salvatore, Dominick, 1992, Ekonomi Internasional, Teori dan Soal-Soal, Penerbit Erlangga,Jakarta

    Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, Teori dantemuan Empiris, LP3ES, Jakarta

    Triyoso, Bambang. 1994. Model Ekspor Non Migas Indonesia Untuk Proyeksi JangkaPendek. Ekonomi dan Keuangan Indonesia.

  • 7/25/2019 Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China

    25/25

    25

    Wibowo,I, 2004, Belajar dari China, Bagaimana Cina Merebut Peluang Dari Era Globalisasi,Penerbit Kompas, Jakarta

    Widiana, Anika, 2007, Kebijakan Perdagangan Uni Eropa Terhadap Ekspor Indonesia dan PolaEkspor Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis volume 9 No 2 tahun 2007

    -----------, Kajian Daya Saing Produk Non Pertanian dalam Menghadapi GlobalisasiPerdagangan, Puslitbang Perdagangan Departemen Perdagangan.

    -------------, Introduction Trade of Research II:Trade Data and Statistics, Artnet CapacityBuilding Workshop and Trade Research on 22-25 March 2005 prepared by MiaMikic, Unescap

    ________, Abstraksi Analisis Daya Saing Produk Alas Kaki Indonesia di Pasar AmerikaAerikat, Aksamil, Khair, Perpustakan UI, dalamwww.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71570.pdf

    ---------------,Prospek dan arah pengembangan agribisnis karet, dalamhttp://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/karet/karet-bagian-b.pdf

    http://data.menkokesra.go.id/content/daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010meningkat

    http://ditjenbun.deptan.go.id/

    http://industrikaret.wordpress.com/penggolongan-karet/

    http://www.depdag.go.id/addon/depdag_isp/index.php?isi=1

    www.theceli.com/index.php?option=com_docman&task

    http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71570.pdfhttp://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71570.pdfhttp://data.menkokesra.go.id/content/daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010http://www.theceli.com/index.php?option=com_docman&taskhttp://www.theceli.com/index.php?option=com_docman&taskhttp://data.menkokesra.go.id/content/daya-saing-imd-indonesia-tahun-2010http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-71570.pdf