79
i PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP ELASTISITAS, KEKUATAN BENDING, DAN TIME TO IGNITION PADA KOMPOSIT POLIPROPILENA/SERAT KARBON/MONTMORILONIT Disusun oleh : OZI ADI SAPUTRA M0311052 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains dalam bidang ilmu kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September, 2016 brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by Sebelas Maret Institutional Repository

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

i

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM

TERHADAP ELASTISITAS, KEKUATAN BENDING, DAN

TIME TO IGNITION PADA KOMPOSIT

POLIPROPILENA/SERAT KARBON/MONTMORILONIT

Disusun oleh :

OZI ADI SAPUTRA

M0311052

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Sains dalam bidang ilmu kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

September, 2016

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Sebelas Maret Institutional Repository

Page 2: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM

TERHADAP ELASTISITAS, KEKUATAN BENDING, DAN

TIME TO IGNITION PADA KOMPOSIT

POLIPROPILENA/SERAT KARBON/MONTMORILONIT

Ozi Adi Saputra

M0311052

Skripsi ini dibimbing oleh:

Pembimbing

Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., Ph.D.

NIP.19490816 198103 2 001

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 21 September 2016

Anggota Tim Penguji :

1. Dr. Eddy Heraldy, M.Si.

NIP. 19640305 200003 1002

1……………………………

2. Dr. rer. nat. Maulidan Firdaus, M.Sc

NIP. 19790205 200501 1001

2……………………………

Disahkan Oleh

Kepala Prodi Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dr. Triana Kusumaningsih, S.Si, M.Si

NIP. 19730124199903 2001

Page 3: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP

ELASTISITAS, KEKUATAN BENDING, DAN TIME TO IGNITION PADA

KOMPOSIT POLIPROPILENA/SERAT KARBON/MONTMORILONIT” belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau dipublikasikan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Penelitian ini merupakan bagian dari projek penelitian kerjasam luar

negeri dan publikasi internasional 2015-2016 yang berjudul “Development of

Lightweight, High Mechanical and Inflammability Properties Thermoplastic

Elastomer for Automotive Components” atas nama Prof. Dra. Neng Sri Suharty,

M.Sc., Ph.D. Berkaitan dengan hal tersebut maka penggandaan atau pengambilan

segala sesuatu dari penelitian ini harus seijin Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc.,

Ph.D sebagai pemilik projek penelitian.

Surakarta, 6 September 2016

Ozi Adi Saputra

Page 4: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

iv

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP

ELASTISITAS, KEKUATAN BENDING, DAN TIME TO IGNITION PADA

KOMPOSIT POLIPROPILENA/SERAT KARBON/MONTMORILONIT

OZI ADI SAPUTRA

Program Studi Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Studi tentang pengaruh penambahan limbah karet alam (recycled natural

rubber, rNR) terhadap elastisitas, kekuatan bending dan ketahanan nyala

komposit limbah polipropilena (rPP) dengan pengisi serat karbon (CF) dan

lempung montmorillonite (MMt) telah dilakukan. Metode pembuatan komposit

dilakukan dengan proses larutan secara reaktif menggunakan benzoil peroksida

(BPO) sebagai inisiator, divinil benzena (DVB) sebagai senyawa ikat silang dan

senyawa penggandeng polipropilena tercangkok asam akrilat (PP-g-AA).

Komposit yang dibuat pada penelitian ini adalah komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-

AA/CF/MMt dengan variasi konsentrasi rNR adalah 0, 1, 3, 5 dan 7%.

Karakterisasi gugus fungsi dari komposit dilakukan menggunakan spektroskopi

Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Pengujian bending dilakukan dengan

mengacu pada metode standar ASTM D790. Hasil pengujian bending

menunjukkan bahwa penambahan rNR meningkatkan elastisitas komposit. Selain

itu, penambahan rNR sampai konsentrasi optimum (3%) mampu meningkatkan

kapasitas bahan pengisi dari komposit, sehingga kekuatan bendingnya mengalami

peningkatan sampai dengan 29,2% terhadap komposit tanpa rNR. Pengujian

ketahanan nyaladilakukan dengan mengacu pada ASTM D635. Hasil pengujian

ketahanan nyala menunjukkan bahwa komposit optimum dengan kandungan rNR

3% memiliki nilai time to ignition (TTI) 7,1% lebih tinggi dibandingkan komposit

tanpa rNR.

Kata kunci: Kekuatan lentur, limbah karet alam, limbah polipropilena,

montmorillonite, serat karbon, time to ignition

Page 5: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

v

EFFECT OF RECYCLED-NATURAL RUBBER ADDITION ON

ELASTICITY, FLEXURAL STRENGTH AND TIME TO IGNITION OF

POLYPROPYLENE/CARBON FIBER/MONTMORILLONITE COMPOSITES

OZI ADI SAPUTRA

Department of Chemistry. Faculty of Mathematics and Natural Sciences.

Sebelas Maret University

ABSTRACT

The study of recycled-natural rubber (rNR) effect on elasticity, flexural

strength and flame retardant properties of carbon fiber (CF) and montmorillonite

(MMt) clay filledrecycled-polypropylene (rPP) has been conducted. Reactively

solution process was used on the composites preparation using benzoyl peroxide

(BPO) as an initiator, divinyl benzene (DVB) as crosslink agent and coupling

agent acrylic acid grafted polypropylene (PP-g-AA). The composites were

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt withvarious concentration of rNR i.e 0, 1, 3, 5

and 7%. Functional group characterization of composites was conducted using

Fourier Transform Infra-red (FTIR) spectroscopy. The flexural testing was

performed according to ASTM D790 standart method. The flexural testing resulth

showed that the addition of rNR improved elasticity of the composites. Moreover,

the addition of rNR up to optimum concentration (3%) increased the filler

capacity, consequently the flexural strength increased by 29.2% compare to

composite without rNR. Flame retardant testing was also performed according to

ASTM D635 standart method. Based on flame retadant testing result, showed that

the optimum composites containing 3% of rNR have Time To Ignition (TTI)

value 7.1% higher than composite without rNR.

Keywords: flexural strength, recycled-natural rubber, recycled-polypropylene,

montmorillonite, carbon fiber, time to ignition.

Page 6: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

vi

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang

melainkan sesuai dengan kemampuannya.

(Q.S Al-Baqarah : 286)

Page 7: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Nenek yang telah meninggalkanku sebelum sempat aku bahagiakan,

Terimakasih telah merawatku sampai aku tumbuh dewasa

Ibu, Ayah dan Adik yang senantiasa memberikan doa & dukungannya.

Terima kasih yang tak terhingga

Teman-teman kimia angkatan 2011

Atas dukungan dan cerita yang hangat selama ini

Page 8: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sains dari Prodi Kimia FMIPA

UNS. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, oleh

karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc. (Hons), Ph.D selaku Dekan

Fakultas MIPA UNS,

2. Dr. Triana Kusumaningsih, S.Si, M.Si, selaku Kepala Program Studi

Kimia FMIPA UNS,

3. Prof. Dra. Neng Sri Suharty, M.Sc., PhD. selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan ilmu selama

ini,

4. Dr. rer. nat. Atmanto Heru Wibowo, selaku pembimbing akademik yang

telah banyak memberikan bimbingan dalam kegiatan kuliah selama ini.

5. Dr. Sayekti Wahyuningsih, M.Si. selaku Kepala Laboratorium MIPA

Terpadu,

6. Dr. Khoirina Dwi Nugrahaningtyas, M.Si. selaku Kepala Laboratorium

Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret,

7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh staf Prog Studi Kimia FMIPA UNS,

8. Seluruh staf serta laboran Laboratorium Kimia Dasar FMIPA dan

Laboratorium Terpadu FMIPA Universitas Sebelas Maret,

9. Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan perhatian, doa,

nasihat dan motivasi kepada penulis,

10. Teman-teman Kimia FMIPA UNS, terutama teman-teman satu tim

penelitian dan angkatan 2011,

11. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan bimbingan, kritik dan saran

Page 9: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

ix

sebagai bahan pertimbangan untuk membuat karya yang lebih baik. Namun,

penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 6 September 2016

Ozi Adi Saputra

Page 10: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

MOTTO ................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A.Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 3

2. Batasan Masalah .......................................................................................... 6

3. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................ 9

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9

1. Polipropilena ................................................................................................ 9

2. Bahan Penguat (reinforcement) ................................................................. 10

3. Senyawa Hambat Nyala (Flame Retardant) .............................................. 13

4. Karet Alam ................................................................................................. 17

5. Komposit..................................................................................................... 18

6. Karakterisasi dan Pengujian ....................................................................... 22

B. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 27

C. Hipotesis ......................................................................................................... 28

Page 11: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

xi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 29

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 29

B. Metodologi Penelitian ............................................................................... 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 30

D. Alat dan Bahan yang digunakan ................................................................ 30

E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 31

1. Preparasi Limbah Polipropilena ................................................................ 31

2. Preparasi Serat Karbon .............................................................................. 31

3. Preparasi lempung ..................................................................................... 31

4. Pembuatan senyawa penggandeng PP-g-AA ............................................ 32

5. Pembuatan Berbagai Jenis Komposit ........................................................ 32

6. Pembuatan Spesimen ................................................................................. 33

7. Karakterisasi Komposit ............................................................................. 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 37

A. Karakterisasi FTIR .................................................................................... 37

B. Pengaruh rNR terhadap Defleksi dan Elastisitas Bending ........................ 39

C. Pengaruh rNR terhadap Kekuatan Bending............................................... 41

D. Time to Ignition (TTI) ............................................................................... 43

BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 46

A. Kesimpulan .................................................................................................... 46

B. Saran ............................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 54

Page 12: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formula sintesis senyawa penggandeng PP-g-AA............................. 32

Tabel 3.2 Komposisi berbagai jenis komposit ................................................... 33

Page 13: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur kimia dan gugus reaktif polipropilena ............................ 10

Gambar 2.2 Taksisitas polipropilena ................................................................ 10

Gambar 2.3 Proses pembuatan serat karbon berbahan dasar PAN ................... 12

Gambar2.4 Modifikasi permukaan serat karbon dengan MAH ....................... 13

Gambar 2.5 Segitiga api .................................................................................... 14

Gambar 2.6 Struktur kimia lempung Haloisit dan MMt ................................... 15

Gambar 2.7 Jenis distribusi lempung di dalam matrik polimer ........................ 16

Gambar 2.8 Struktur kimia poliisoprena ........................................................... 17

Gambar 2.9 Mekanisme reaksi grafting dari N-(4-hidroksifenil)maleimida pada

karet alam .......................................................................................... 17

Gambar 2.10 Mekanisme reaksi sintesis PPMA ................................................. 19

Gambar 2.11 Mekanisme pembuatan PP-g-AA .................................................. 21

Gambar 2.12 Struktur kimia DVB ...................................................................... 22

Gambar 2.13 Spektra FTIR dari komposit rPP/TMPTA/AA/RHP/CPO ............ 23

Gambar 2.14 Ilustrasi pengujian bnding ............................................................. 24

Gambar 2.15 Ilustrasi tinggi defleksi .................................................................. 25

Gambar 2.16 Pengujian ketahanan bakar ............................................................ 27

Gambar 3.1 Desain penelitian ........................................................................... 29

Gambar 3.2 Reaktor dalam pembuatan komposit ............................................. 33

Gambar 3.3 Mesin hot press hydraulic dan contih spesimen ........................... 34

Gambar 3.4 Alat pengujian three point bending dan spesimen uji bending ..... 35

Gambar 3.5 Sampel uji bakar dan alat uji bakar ............................................... 36

Gambar 4.1 Spektra FTIR dari rPP-g-AA, rPP dan AA ................................... 37

Gambar 4.2 Spektra FTIR komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt, PP-g-

AA, rNR, MMt dan CF .................................................................... 38

Gambar 4.3 Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap defleksi komposit

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt ................................................... 40

Gambar 4.4 Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap Elastisitas Bending

(EB) komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt .......................... 41

Page 14: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

xiv

Gambar 4.5 Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap FS komposit

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt ................................................... 42

Gambar 4.6 Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap Time to ignition (TTI)

komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt ................................... 44

Page 15: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan alir preparasi rPP .................................................................54

Lampiran 2 Bagan alir preparasi PP-g-AA ........................................................54

Lampiran 3 Bagan alir preparasi lempung MMt ................................................55

Lampiran 4 Bagan alir preparasi CF ..................................................................55

Lampiran 5 Bagan alir preparasi rNR ................................................................55

Lampiran 6 Bagan alir pembuatan komposit rPP/DVB/PP-g-AA/rNR/CF/MMt

.............................................................................................................................56

Lampiran 7 Daftar kode dan formulasi komposit .............................................57

Lampiran 8 Data hasil pengujian defleksi .........................................................57

Lampiran 9 Data hasil pengujian FS dan cara perhitungannya .........................58

Lampiran 10 Data hasil pengujian EB dan cara perhitungannya .......................59

Lampiran 11 Spektra FTIR ................................................................................60

Lampiran 12 Daftar istilah ..................................................................................63

Page 16: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan otomotif setiap tahun semakin meningkat sebesar 3,2% (OICA,

2014). Akan tetapi, keberadaan logam sebagai material penyusun otomotif di alam

semakin menipis (Gordon et al., 2006). Oleh karena itu, dibutuhkan material

alternatif pengganti sebagian logam sepeti komposit yang kuat, tahan nyala tinggi

dan bermassa ringan. Penggunaan komposit bermassa ringan pada otomotif

mampu membawa beban lebih banyak dan mengurangi penggunaan bahan bakar.

Hal tersebut sangat menguntungkan karena bahan bakar di alam semakin menipis

(Sorrell et al., 2010). Penggunaan komposit pada otomotif dapat mereduksi berat

35% yang menyebabkan penghematan bahan bakar sampai 20% (Bandivadekar et

al., 2007). Komposit merupakan material yang tersusun oleh matrik polimerdan

bahan pengisi yang menghasilkan material baru dengan sifat lebih baik

dibandingkan material penyusunnya (Kumar dan Sigh, 2014). Berbagai jenis

polimer termoplastik yang digunakan sebagai matrik polimer pembuatan

komposit, yaitu low density polyethylene (LDPE), polilactide (PLA),

polipropilena (PP) dan limbah polipropilena (recycle polypropylene, rPP)

dilaporkan menghasilkan komposit dengan sifat mekanik dan ketahanan nyala

tinggi (Cheng et al., 2015; Rezaei et al., 2008; Suharty et al., 2008; Xiao et al.,

2007). Komposit yang memiliki sifat mekanik dan ketahanan nyala tinggi telah

digunakan pada beberapa komponen otomotif seperti bodi mobil, panel interior,

pintu mobil dan lain-lain (Lyu dan Choi, 2015).

Rekayasa material komposit untuk memperoleh sifat mekanik tinggi dapat

dilakukan dengan menambahkan material pengisi seperti serat alam, serat sintetis

atau lempung. Suharty et al. (2016a) telah melakukan pembuatan komposit rPP

berpenguat serat kenaf (kenaf fiber, KF) dan lempung haloisit menghasilkan

peningkatan sifat mekanik lebih tinggi dibandingkan matrik rPP. Rahman et al.

(2013) membuat komposit PP/glass fiber (GF)/montmorilonit (MMt)

menghasilkan sifat mekanik tinggi. Fu et al. (2000) menambahkan carbon fiber

Page 17: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

2

(CF) pada komposit PP/GF menghasilkan sifat mekanik tinggi. Rezaei et al.

(2008) membuat komposit PP/CF menghasilkan material komposit bersifat

mekanik dan stabilitas termal yang tinggi dibandingkan bahan awalnya.

Sedangkan Li et al. (2014) mensintesis komposit PP/maleic anhydride grafted

polypropylena (PPMA)/CF menghasilkan peningkatan sifat mekanik yang lebih

tinggi dibandingkan bahan awal. Arao et al. (2013) membuat komposit bermatrik

PP dengan dua pengisi sekaligus yaitu CF dan nano clay (NC) dilaporkan

memiliki sifat mekanik tinggi.

Penambahan lempung dapat meningkatkan ketahanan nyala dan sifat

mekanik dari komposit. Suharty et al. (2015) mensintesis komposit rPP/Bentonit

menghasilkan komposit dengan ketahanan nyala dan sifat mekanik tinggi. Liu et

al. (2009) membuat komposit PP/Haloisit menghasilkan peningkatan stabilitas

termal dibandingkan komposit tanpa haloisit. Qin et al. (2004) membuat komposit

PP/organically modified montmorillonite (OMT) secara lelehan menghasilkan

material dengan ketahanan nyalanya meningkat. Gilman et al. (2000)

menggunakan bahan hambat nyala OMT pada komposit polistirena (PS)/OMT

dan PP/PPMA/OMT yang keduanya memiliki ketahanan nyala tinggi. Diharjo et

al. (2015) menambahkan lempung MMt ke dalam matrik PP menghasilkan

komposit yang memiliki ketahanan nyala dan sifat mekanik yang tinggi. Fina et

al. (2012) menambahkan MMt dalam pembuatan komposit PP/PPMA/MMt

diperoleh peningkatan stabilitas termal dibandingkan dengan PP. Cheng et al.

(2015) membuat komposit PLA/MMT/CF yang memiliki ketahanan nyala tinggi

dibandingkan dengan matrik polimernya.

Peningkatan sifat mekanik maupun ketahanan nyala yang lebih tinggi dari

suatu komposit sebagai komponen otomotif dapat dilakukan dengan berbagai

cara, salah satunya adalah dengan melakukan perubahan formulasi dengan

menambahkan bahan pemplastis. Suharty et al. (2014a) telah membuktikan bahwa

dengan menambahkan crude palm oil (CPO) sebagai pemplastis pada pembuatan

komposit PP/serbuk sekam padi (rice husk powder, RHP) mampu meningkatkan

kapasitas bahan pengisi serat 50% lebih banyak dibandingkan tanpa CPO,

sehingga memiliki sifat mekanik tinggi serta elastis. Balakrishanan et al. (2014)

Page 18: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

3

juga melaporkan bahwa dengan penambahan bahan pemplastis Epoxidized natural

rubber (ENR) pada komposit PP/OMT hingga batas optimum, mampu

meningkatkan elastisitas dan stabilitas termal dari komposit tersebut. Beberapa

jenis karet alam yang telah digunakan sebagai bahan pemplastis dilaporkan

mampu meningkatkan elastisitas, seperti pada penelitian Osman et al. (2010)

membuat komposit PP/karet alam (Natural rubber, NR)/recycled news paper

(RNP) menghasilkan komposit yang memiliki elastisitas dan sifat mekanik tinggi

dibandingkan bahan awalnya. Anuar dan Zuraida (2011) menggunakan pemplastis

EPDM (ethylene propylene diene monomer) dalam pembuatan komposit

PP/EPDM/KF menghasilkan elastisitas dan sifat mekanik tinggi. Salmah et al.

(2009) membuat komposit PP/EPDM/kaolin menghasilkan komposit dengan

elastisitas dan sifat mekanik tinggi. Ismail dan Suryadiansyah (2002) membuat

komposit PP/limbah karet alam (recycle natural rubber, rNR) menghasilkan

komposit dengan elastisitas dan sifat mekanik yang tinggi. Ismail et al. (2015)

telah mensintesis komposit PP/rNR/Haloisit yang menghasikan elastisitas dan

sifat mekanik tinggi. Komposit yang kuat, ringan, tahan bakar serta elastis dapat

digunakan pada beberapa komponene otomotif seperti seal kaca pada pintu

otomotif, peralatan elektronik, dashboard, dan lain-lain memerlukan material

yang bersifat elastis sebagai bantalan anti getar (Winget et al., 2015).

Berdasarkan uraian tersebut, pada penelitian ini dibuat suatu komposit yang

elastis, memiliki sifat mekanik dan ketahanan nyala tinggi dengan menggunakan

rPP sebagai matrik polimer, rNR sebagai bahan pemplastis, CF sebagai penguat

dan lempung MMt sebagai bahan penghambat nyala.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Komponen utama dalam pembuatan komposit adalah matrik polimer dan

bahan pengisi. Penggunaan polimer termoplastik sebagai matrik polimer lebih

sering digunakan karena sifatnya yang mudah diproses (Ismail dan Suryadianyah,

2002). Xiao et al. (2007) menggunakan LDPE sebagai matrik polimer pada

pembuatan komposit LDPE/carbon nano tube (CNT) secara lelehan menghasilkan

Page 19: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

4

komposit dengan kekuatan tarik (tensile strength, TS) tinggi yang diuji

berdasarkan ASTM D638. Matrik polimer berupa PP telah digunakan oleh Li et

al. (2014) dalam pembuatan komposit PP/PPMA/CF secara lelehan diperoleh

peningkatan TS dan flexural strength (FS) yang masing-masing diuji berdasarkan

metode standar ISO 527-2 dan ISO 178:2003. Sedangkan Suharty et al. (2016a)

menggunakan matrik polimer rPP dalam pembuatan komposit rPP/KF/haloisit

melalui metode larutan secara reaktif dengan menambahkan inisiator BPO

(benzoil peroksida), senyawa penggandeng PP-g-AA (acrilic acid grafted

polypropylene) dan senyawa ikat silang DVB (divinil benzena) menghasilkan TS

dan FS tinggi yang masing-masing diuji berdasarkan ASTM D638 dan ASTM

D6272. Material rPP banyak ditemukan sebagai limbah air minum dalam kemasan

(AMDK) yang jumlahnya melimpah dan sangat mencemari lingkungan sehingga

perlu dimanfaatkan sebagai matrik polimer pembuatan komposit (Karina, 2011).

Peningkatan sifat mekanik dapat dilakukan dengan cara menambahkan

bahan penguat seperti serat alam, serat sintetis maupun lempung pada komposit.

Suharty et al. (2014b) menambahkan KF, senyawa penggandeng acrylic acid (AA)

dan senyawa ikat silang DVB dalam pembuatan komposit rPP/DVB/AA/KF

secara larutan menghasilkan peningkatanTS yang diuji berdasarkan ASTM D638.

Penggunaan serat sintetik sebagai bahan penguat komposit menghasilkan sifat

mekanik yang lebih kuat dibandingkan dengan komposit berpenguat serat alam.

Rahman et al. (2013) membuat komposit PP/GF/MMt secara lelehan

menghasilkan material dengan TS dan FS lebih tinggi dibandingkan PP yang

pengujiannya mengacu pada ASTM D638 dan ASTM D790. Kombinasi antara

CF dan GF dalam pembuatan komposit PP/CF/GF dengan rasio CF:GF (3:1)

ternyata menghasilkan TS yang lebih tinggi dibandingkan komposit single filler

PP/GF (Fu et al., 2000). Penggunaan CF sebagai penguat ternyata mampu

memberikan peningkatan sifat mekanik yang lebih tinggi dibandingkan GF.

Rezaei et al. (2008) melakukan pembuatan komposit PP/CF secara lelehan

menghasilkan peningkatan TS, FS dan stabilitas termal yang masing-masing diuji

berdasarkan ASTM D638, ASTM D790 dan TGA (Thermal Gravimetry

Analysis). Improvisasi sifat mekanik juga dapat dilakukan dengan cara

Page 20: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

5

menambahkan bahan pengisi hibrida seperti yang dilakukan Arao et al. (2013)

membuat komposit bermatrik PP, bahan penguat CF dan NC dan senyawa

penggandeng PPMA secara lelehan menghasilkan peningkatan TS sebesar 80%

terhadap matrik PP.

Penambahan lempung pada pembuatan komposit dapat meningkatkan

ketahanan nyala dan sifat mekanik dari komposit. Suharty et al. (2015) membuat

komposit rPP/bentonit+seng borat (ZB) secara proses larutan dan diuji ketahanan

nyalanya dengan mengacu pada ASTM D635 menghasilkan peningkatan time to

ignition (TTI) dan penurunan burning rate (BR) mengindikasikan komposit

memiliki ketahanan nyala tinggi. Ismail et al. (2008) menggunakan lempung

halloisit sebagai bahan hambat nyala dalam pembuatan komposit EPDM/Haloisit

secara lelehan ternyata memberikan peningkatan stabilitas termal yang diuji

menggunakan TGA. Diharjo et al. (2015) menggunakan lempung MMt dalam

pembuatan komposit PP/MMt memberikan peningkatan TTI dan penurunan BR

yang signifikan dibandingkan PP. Fina et al. (2000) membuat komposit

PP/PPMA/MMt secara lelehan dan menguji stabilitas termalnya menggunakan

TGA, diperoleh peningkatan temperatur degradasi dan massa residu yang

mengindikasikan material stabilitas termal tinggi. Qin et al. (2004) menggunakan

OMT sebagai bahan hambat nyala pada pembuatan komposit PP/OMT secara

lelehan menghasilkan peningkatan waktu lama pembakaran dan temperatur

degradasi. Gilman et al. (2000) membuat komposit PS/OMT dan PP/PPMA/OMT

yang masing-masing dibuat menggunakan metode larutan dan lelehan, diperoleh

peningkatan lama waktu pembakaran yang mengindikasikan ketahanan nyala

komposit tersebut tinggi. Peningkatan sifat ketahanan nyala komposit juga dapat

dilakukan dengan cara menambahkan dua bahan pengisi sekaligus seperti yang

dilakukan Cheng et al. (2015) membuat komposit PLA/CF/MMt secara lelehan

menghasilkan peningkatan nilai LOI (limiting oxygen indices) pada rasio CF 15%

dan MMt 5%.

Peningkatan sifat mekanik dan ketahanan nyala yang lebih tinggi dapat

dilakukan dengan cara menambahkan bahan pemplastis, di mana dengan adanya

bahan pemplastis menyebabkan kapasitas bahan pengisi yang mampu

Page 21: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

6

ditambahkan semakin meningkat. Suharty et al. (2014a) menambahkan CPO

sebagai pemplastis pada komposit rPP/RHP yang juga mengandung senyawa

penggandeng AA (acrilic acid) dan ikat silang TMPTA (trimethylolpropane

triacrylate), dilaporkan mampu menerima RHP 50% lebih tinggi dibandingkan

tanpa CPO sehingga menghasilkan sifat mekanik berupa TS dan elongasi tinggi.

Osman et al. (2010) membuat komposit PP/NR/PPMA/RNP secara lelehan,

dilaporkan memiliki TS dan elongasi yang tinggi yang diuji berdasarkan metode

ASTM D412-02. Salmah et al. (2009) membuat komposit PP/EPDM/Kaolin

secara lelehan dan menghasilkan komposit dengan TS dan elongasi yang tinggi

pada komposisi optimum kaolin 10%. Anuar dan Zuraida (2011) membuat

komposit PP/PPMA/EPDM/KF dan PP/PPMA/NR/KF menghasilkan peningkatan

elastisitas, TS dan FS yang masing-masing diuji berdasarkan ASTM D638 dan

ASTM D790. Balakrishnan et al. (2014) mensintesis komposit

PP/ENR/PPMA/OMT dan mengkarakterisasi komposit tersebut secara kimia

menggunakan FTIR (fourier transform infra red) serta menguji sifat mekanik

berupa uji tarik (ASTM D638) dan bending (ASTM D790) diperoleh penurunan

young modulus (YM) dan elastisitas bending (EB) mengindikasikan elastisitas

dari komposit tersebut tinggi. Sedangkan Ismail dan Suryadiansyah (2002)

mensintesis komposit PP dengan material pemplastis rNR mampu meningkatkan

elongasi dan menurunkan YM dari komposit yang dihasilkan. Ismail et al. (2015)

telah melakukan pembuatan komposit PP/rNR/Hall secara lelehan dan menguji

sifat mekaniknya menggunakan ASTM D638 dan sifat ketahanan nyalanya

dengan TGA meghasilkan peningkatan TS dan stabilitas termal pada konsentrasi

Hall 2%. Karet alam (natural rubber, NR) merupakan bahan pemplastis alam

yang salah satu produk olahannya adalah sarung tangan karet. Limbah sarung

tangan karet di alam keberadaanya melimpah dan sangat mencemari lingkungan

(Riyajan, 2012).

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka

perlu dilakukan pembatasan masalah, sebagai berikut:

Page 22: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

7

a. Matrik polimer yang digunakan adalah rPP dari limbah plastik AMDK.

b. Bahan penguat yang digunakan adalah CF,

c. Bahan hambat nyala yang digunakan adalah lempung MMt,

d. Bahan pemplastis yang digunakan adalah rNR,

e. Proses pembuatan komposit dilakukan secara larutan menggunakan inisiator

BPO, senyawa ikat silang DVB dan senyawa penggandeng PP-g-AA,

f. Karakterisasi secara kimia dilakukan menggunakan FTIR

g. Pengujian sifat mekanik berupa defleksi, elastisitas bending (EB) dan FS

dilakukan dengan mengacu pada ASTM D790, sedangkan pengujian

ketahanan nyala adalah TTI sesuai ASTM D-635.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh penambahan rNR terhadap elastisitas komposit

rPP/DVB/PP-g-AA/CF/MMt?

b. Bagaimana pengaruh penambahan rNR terhadap FS komposit rPP/DVB/PP-

g-AA/CF/MMt?

c. Bagaimana pengaruh penambahan rNR terhadap TTI komposit rPP/DVB/PP-

g-AA/CF/MMt?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengaruh penambahan rNR terhadap elastisitas dari komposit

rPP/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

b. Mengetahui pengaruh penambahan rNR terhadap FS pada komposit

rPP/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

c. Mengetahui pengaruh penambahan rNR terhadap TTI komposit

rPP/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

Page 23: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

8

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Ditinjau dari segi lingkungan, penggunaan bahan limbah polipropilena dan

limbah karet alam dapat menjadi alternatif yang membantu pemerintah dalam

penanganan limbah tersebut. Selain itu, dengan memanfaatkan kedua limbah

tersebut dapat meningkatkan nilai ekonomis kedua material tersebut,

b. Dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, material kuat, ringat, tahan bakar

serta elastis yang dihasilkan pada penelitian ini dapat menjadi material

alternatif penganti sebagian logam dalam konstruksi otomotif khususnya pada

bagian bantalan anti getar komponen otomotif.

Page 24: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Polipropilena

Polipropilena telah digunakan secara luas pada komponen otomotif.

Beberapa contoh komposit yang menggunakan PP sebagai raw material

pembuatan komposit untuk otomotif, yaitu komposit PP/CF yang disintesa oleh

Rezaei et al. (2008) yang diaplikasikan pada kap penutup mesin otomotif.

Ayrilmis et al. (2011) membuat komposit PP/PPMA/serat sabut kelapa yang

memiliki sifat mekanik tinggi dan digunakan pada interior otomotif seperti panel

pintu dan lapisan kabin. Penggunaan PP diberbagai aplikasi dikarenakan

kemudahan PP dalam diproses, ringan dan relatif murah (Pal dan Rastogi, 2004).

Selain itu, limbah AMDK yang mengandung PP yang dihasilkan mencapai 3,9 x

104 ton (Wahyuni, 2014). Limbah PP yang melimpah tersebut sangat mencemari

lingkungan sehingga perlu direkayasa menjadi material baru, seperti komposit.

Suharty et al. (2016a) memanfaatkan limbah PP (rPP) sebagai matrik polimer

dalam pembuatan komposit rPP/DVB/PP-g-AA/KF/Haloisit yang memiliki sifat

mekanik tinggi dibandingkan dengan matrik polimernya.

Ditinjau dari sisi kimia, PP merupakan polimer yang tersusun dari monomer

propilena (CH2=CH-CH3) melalui reaksi polimerisasi adisi secara head to tail

(Sopyan, 2007). Polipropilena terdiri dari unsur C dan H yang berikatan kovalen

sehingga bersifat nonpolar (Karsli dan Aytac, 2011). Setiap unit ulang PP

mempunyai atom H yang terikat pada C tersier yang bersifat tidak stabil karena

adanya efek steric hindered sehingga bertindak sebagai gugus reaktif pada PP,

seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1 (Pudjaatmaka, 1986).

Page 25: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

10

Gambar 2.1. Struktur kimia dan gugus reaktif polipropilena (Pudjaatmaka, 1986)

Taksisitas dari PP terbagi menjadi tiga yaitu isotaktik, ataktik dan

sindiotaktik yang didasarkan atas perbedaan letak gugus metil (-CH3) dalam rantai

polimer, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2 (Sopyan, 2007). Polipropilena

isotaktik merupakan polimer yang keberadaannya banyak secara komersial yaitu

mencapai 90-97%, karena stereoregularnya tinggi (Ghosh, 2011). Struktur dengan

stereoregular yang tinggi mempunyai sifat kristalinitas yang tinggi karena

keteraturan dari gugus metin pada tiap cabangnya, yang berbeda dengan struktur

ataktik dan sindiotaktik (Sopyan, 2007).

Gambar 2.2. Taksisitas polipropilena (a) isotaktik, (b) sindiotaktik dan (c) ataktik

(Sopyan, 2007)

2. Bahan Penguat (reinforcement)

Bahan penguat (reinforcement) merupakan suatu bahan yang ditambahkan

ke dalam matrik polimer dalam pembuatan komposit yang berfungsi untuk

Propena

Page 26: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

11

meningkatkan sifat mekanik dari komposit yang dihasilkan. Bahan penguat dapat

berupa serat alam, lempung atau serat sintetis. Suharty et al. (2016) menambahkan

bahan penguat berupa 20% KF dan 20% haloisit pada pembuatan komposit

rPP/DVB/PP-g-AA/KF/Haloisit menghasilkan peningkatan TS dan FS masing-

masing 80% dan 41% dibandingkan dengan rPP. Diharjo et al. (2015)

menggunakan 10% lempung MMt dalam pembuatan komposit PP/MMt

meningkatkan TS sebesar 4,1% dibandingkan PP. Lempung jenis lain seperti

haloisit digunakan sebagai penguat dalam pembuatan komposit EPDM/haloisit

juga meningkatkan kekuatan tarik sampai dengan 217,4% pada konsentrasi 30%

terhadap EPDM (Ismail et al., 2008).

Komposit yang menggunakan serat karbon sebagai bahan penguat disebut

sebagai carbon fiber reinforced composites (CFRP). Sebagai contoh adalah

Rezaei et al. (2009) membuat komposit CFRP PP/CF menghasilkan peningkatan

TS sampai dengan 116% dibandingkan PP pada rasio CF 7%. Arao et al. (2013)

juga menggunakan CF dalam pembuatan komposit CFRP PP/CF/NC secara

lelehan menghasilkan peningkatan TS sampai dengan 140% dibandingkan PP. Li

et al. (2014) menambahkan bahan penguat CF pada komposit CFRP

PP/PPMA/CF dengan rasio CF 26% menghasilkan peningkatan TS 67% terhadap

PP. Fu et al. (2000) membuat komposit PP/GF dengan rasio GF 25%

menghasilkan peningkatan kekuatan tarik sebesar 42,4% dibandingkan PP yang

memiliki TS sebesar 31,6 MPa. Pada penelitian yang sama juga dilakukan

penambahan bahan pengisi hibrida CF pada komposit PP/GF dengan rasio CF:GF

12.5%:12.5% meningkatkan TS sebesar 73,6% dibandingkan komposit berpengisi

tunggal PP/GF. Cheng et al. (2015) menambahkan 19% CF dan 1% MMt pada

komposit CFRP PLA/CF/MMt menghasilkan peningkatan TS sebesar 57%

dibandingkan dengan matrik PLA yang memiliki TS sebesar 55,2 MPa.

Serat karbon merupakan serat yang tersusun dari karbon dan memiliki

ketebalan 0,0002-0,0004 in (0,005-0,010 mm) (Anonim, 2014). Pada tahun 2016

diperkirakan kapasitas serat karbon dunia mencapai 156.845 ton (Nie et al., 2015).

Serat karbon digunakan diberbagai aplikasi seperti transportasi sebesar 7%,

pesawat terbang dan pertahanan 16%, kelautan 8%, peralatan olah raga 13% dan

Page 27: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

12

aplikasi lainnya 55% (Rao et al., 2015). Penggunaan serat karbon sebagai material

penguat dalam pembuatan komposit memiliki beberapa keuntungan yaitu

memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, sifat termo-fisika dan konduktifitas

elektrik yang baik serta bermasa ringan (Han et al. 2014; Akonda et al. 2012).

Ditinjau dari sifat mekaniknya, serat karbon memiliki kekuatan mekanik tinggi

yaitu 4900 MPa (Rezaei et al. 2009).

Rahaman et al. (2007) menyebutkan bahwa terdapat tiga proses dalam

pembuatan serat karbon yang berasal dari poliakrilonitril (PAN) yaitu stabilisasi,

karbonisasi dan grafitisasi dengan kondisi yang terkontrol, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.3. Pada proses pertama di mana proses konversi

termoplastik PAN menjadi non-plastik siklis dengan cara oksidasi yang secara

simultan pada rentang temperatur 200-300 OC. Selanjutnya, serat dikarbonisasi

dengan perlakuan temperatur 400-600 O

C dan dilanjutkan dengan pembakaran

sampai 1300 OC. Dengan kondisi yang terkontrol, dapat diperoleh serat karbon

dengan kekuatan mekanik sampai dengan 400 GPa.

Gambar 2.3. Proses pembuatan serat karbon berbahan dasar PAN (Rahaman et al.,

2007)

Secara kimia, serat karbon tersusun oleh atom-atom karbon dengan sistem

ikatan rangkap terkonjugasi. Ikatan rangkap yang terkonjugasi ini dapat menjadi

gugus reaktif dari serat karbon. Xu et al. (2006) telah melakukan modifikasi pada

Page 28: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

13

permukaan serat karbon dengan senyawa maleat anhidrid. Ikatan rangkap

terkonjugasi dari serat karbon bereaksi dengan ikatan rangkap pada gugus vinil

pada maleat anhidrid secara diels-alder. Adapun skema reaksi yang diusulkan oleh

Xu et al. (2006) disajikan dalam Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Modifikasi permukaan serat karbon dengan MAH (Xu et al., 2006)

3. Senyawa Hambat Nyala (Flame Retardant)

Peningkatan sifat ketahanan nyala dari suatu material dapat dilakukan

dengan cara mengganggu segitiga api (Gambar 2.5) yang terdiri dari unsur

pembakaran yaitu bahan bakar, panas dan oksigen (Delhom et al. 2010). Beberapa

strategi yang dapat dilakukan untuk mengganggu segitiga api yaitu: (1) dengan

mendinginkan sistem untuk menghilangkan unsur energi panas, (2) menghentikan

suplai bahan bakar untuk menghilangkan unsur bahan bakar, dan (3)

penyelimutan (blanketing) untuk menghilangkan unsur udara (oksigen). Strategi

yang paling disukai untuk meningkatkan ketahanan bakar suatu material adalah

dengan penyelimutan. Penyelimutan dapat terjadi apabila terdapat suatu unsur

atau senyawa yang dapat membentuk unsur pengganggu api, yang disebut

senyawa hambat nyala. Menurut Sain et al. (2004) adanya senyawa hambat nyala

menyediakan perlambatan daya nyala material dengan cara melepaskan sejumlah

besar air, menyerap panas zona pembakaran atau menghasilkan arang selama

proses pembakaran.

Page 29: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

14

Gambar 2.5. Segitiga Api (www.sc.edu)

Ismail et al. (2008) menggunakan senyawa hambat nyala lempung haloisit

dalam pembuatan komposit EPDM/Haloisit menghasilkan komposit dengan

peningkatan stabilitas termal tinggi. Suharty et al. (2015) menggunakan lempung

bentonit dan seng borat (ZB) pada pembuatan komposit rPP/DVB/PP-g-

AA/bentonit/ZB menghasilkan peningkatan TTI sampai 703% dan penurunan BR

sampai 58%. Fina et al. (2012) menambahkan lempung MMt dengan rasio 5%

dalam pembuatan komposit PP/PPMA/MMt menghasilkan peningkatan

termperatur degradasi dari 416 ᴼC menjadi 430 ᴼC serta meningkatkan massa

residu pembakaran sampai dengan 246% terhadap PP. Gilman et al. (2000)

membuat komposit PP/PPMA/MMt secara lelehan dan menghasilkan peningkatan

lama pembakaran sampai dengan 60% dibandingkan PP yang diuji menggunakan

alat cone calorimetry. Diharjo et al. (2015) menggunakan bahan hambat nyala

MMt pada komposit PP/MMt menghasilkan peningkatan TTI sampai 38% dan

penurunan BR sampai dengan 47% dibandingkan PP pada rasio MMt 50%.

Rahman et al. (2013) menambahkan 3% MMt dalam pembuatan komposit PP/GF,

dilaporkan mampu meningkatkan stabilitas termal 2.1% dibandingkan PP/GF.

Cheng et al. (2015) membuat komposit PLA dengan pengisi 5% lempung MMt

dan 15% CF menghasilkan peningkatan nilai LOI sampai dengan 32% yang

disebabkan oleh keberadaan CF yang memiliki konduktifitas termal tinggi

sehingga meningkatkan kecepatan pelepasan panas pada komposit yang terbakar.

Selain itu, penambahan lempung MMt pada komposit PLA/CF meningkatkan

residu arang yang mengindikasikan komposit tersebut memiliki ketahanan nyala

tinggi. Menurut Delhom et al. (2010), pembentukan arang dalam pembakaran

Page 30: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

15

dapat mencegah material untuk terbakar, sehingga semakin tinggi kandungan

arang maka material tersebut memiliki ketahanan nyala tinggi. Selain itu,

keberadaan lempung dalam matrik polimer ternyata menyebabkan adanya reaksi

endotermis sehingga suhu pembakaran menurun dan pembakaran menjadi

terhambat (Ma et al. 2008).

Lempung dibedakan berdasarkan perbandingan lapisan-lapisan silika dan

alumina, yaitu lempung dengan golongan kaolinit (1:1), golongan bentonit (2:1)

dan golongan khlorit (2:2) (Supeno, 2009). Lempung tipe 1:1 terdiri dari satu

lapisan Al-OH oktahedral dan satu lapisan Si-O tetrahedral, seperti lempung

kaolinit dan Haloisit dengan struktur kimia yang ditunjukkan pada Gambar 2.6a.

Lempung jenis montmorillonite (MMt) termasuk ke dalam tipe 2:1 karena

tersusun oleh 2 lapisan Si-O tetrahedral dan 1 lapisan Al-OH oktahedral, di mana

struktur dari lempung MMt ditunjukkan oleh Gambar 2.6b. Lempung MMt

memiliki rumus kimia Al2(OH)2.(Si2O5)2 dengan komposisi tanpa interlayer

adalah SiO2, 66,7%; Al2O3, 28,3%; H2O, 5% (Bromberg et al. 2011). Adanya

gugus –OH dari Al-OH menyebabkan lempung bersifat polar. Adanya perbedaan

kepolaran dari lempung dan matrik PP akan mengganggu interaksi kimia yang

terjadi. Oleh karena itu, Suharty et al. (2016) menambahkan senyawa

penggandeng berupa PP-g-AA dan senyawa ikat silan DVB untuk meningkatkan

interkasi kimia dari lempung yang bersifat polar dan matrik PP pada pembuatan

komposit PP/DVB/PP-g-AA/KF/Hall.

(a) (b)

Gambar 2.6. Struktur kimia lempung (a) haloisit (Yuan et al., 2008) dan (b) MMt

(Ferris, 2006)

Page 31: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

16

Sifat ketahanan nyala maupun mekanik dari komposit yang mengandung

lempung ditentukan dari dispersi lempung didalam matrik polimer. Ismail et al.

(2015) menambahkan lempung haloisit di dalam komposit PP/rNR dengan rasio

2% menghasilkan peningkatan TS sebesar 22% dan temperatur degradasi sampai

3,6% dibandingkan dengan PP. Peningkatan sifat mekanik dan ketahanan nyala

dari komposit tersebut dikarenakan dispersi yang baik dari haloisit di dalam

matrik polimer sehingga interaksi antara matrik dengan bahan pengisi meningkat.

Menurut Chen (2004) terdapat tiga jenis distribusi lempung di dalam matrik

polimer yaitu secara flokulasi, interkalasi dan eksfoliasi yang ditunjukkan pada

Gambar 2.7. Distribusi secara flokulasi terjadi apabila tidak terjadi perubahan

pada jarak d001 basal spacing dari lempung, hal ini terjadi karena polimer tidak

masuk pada lapisan-lapisan lempung. Apabila polimer masuk ke dalam sela-sela

lapisan lempung menyebabkan terjadi peningkatan d001 basal spacing 20-30 Å

akan tetapi lempung masih mempertahankan bentuknya maka yang terjadi adalah

interkalasi. Sedangkan eksfoliasi terjadi karena polimer yang tersisipkan pada

lapisan lempung menyebabkan peningkatan jarak d basal spacing sehingga

puncak karakteristik lempung susah terdeteksi pada XRD (Pavildou et al., 2008;

Chen, 2004).

(a) (b) (c)

Gambar 2.7. Jenis distribusi lempung di dalam matrik polimer (a) flokulasi,

(b) interkalasi dan (c) eksfoliasi (Chen, 2004)

Page 32: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

17

4. Karet Alam

Karet alam atau poliisoprena merupakan polimer yang tersusun dari

monomer isoprena (metilbuta-1,3-diena) yang memiliki struktur kimia seperti

Gambar 2.8. Karet alam dapat disintesis secara in vivo melalui polimerisasi

enzimatis dari isopentil pirofospat. Secara struktural, poliisoprena terdiri dari dua

bentuk, yaitu bentuk cis dan trans (Rodgers, 2004). Karet alam memiliki sifat

yang unik seperti fleksibel, elastis, ketahanan perambatan retak, air dan bahan

kimia (Zhou et al., 2015).

Gambar 2.8. Struktur kimia poliisoprena (Rodgers, 2004)

Karet alam memiliki gugus rekatif berupa gugus alkena yang dapat bereaksi

dengan senyawa alkena lainnya atau senyawa yang bersifat non-polar. Hal ini

dibuktikan oleh Nakason et al. (2014) yang mereaksikan karet alam dengan

senyawa N-(4-hidroksifenil)maleimida, di mana terjadi pembukaan ikatan

rangkap pada struktur karet alam sehingga atom karbon pada karet alam dapat

berekasi dengan atom karbon pada gugus alkena dari N-(4-

hidroksifenil)maleimida. Adapun mekanisme rekasi yang diusulkan oleh Nakason

et al. (2014) ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Mekanisme reaksi grafting dari N-(4-hidroksifenil)maleimida pada

karet alam (Nakason et al. 2014)

Page 33: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

18

Karet alam dalam komposit berperan sebagai material pemplastis.

Bendjaouahdou dan Bensaad (2011) membuat komposit PP/NR/OMT

menghasilkan peningkatan elongasi 450% dibandingkan PP pada kondisi

optimum. Balakrishnan et al. (2014) menggunakan 20% ENR pada komposit

PP/OMMt dan menghasilkan penurunan YM sampai dengan 32% terhadap PP.

Ismail dan Suryadiansyah (2002) menambahkan NR atau rNR dalam pembuatan

komposit PP/NR dan PP/rNR menghasilkan peningkatan elongasi masing-masing

520% dan 400% dibandingkan PP pada rasio NR atau rNR 50%. Nakason et al.

(2006) mensintesis komposit PP/PPMA/ENR secara lelehan diperoleh komposit

dengan elastisitas tinggi. Selain meningkatkan elastisitas, penambahan pemplastis

juga meningkatkan kapasitas bahan pengisi yang ditambahkan pada komposit.

Suharty et al. (2014a) mengunakan CPO sebagai pemplastis pada pembuatan

komposit rPP/TMPTA/AA/RHP menghasilkan peningkatan bahan pengisi RHP

50% dibandingkan tanpa CPO dan meningkatkan TS sampai dengan 43,7%.

Anuar dan Zuraida (2011) melakukan penambahan KF dan MAPP dalam

komposit PP/NR ternyata memberikan dampak pada peningkatan kekuatan tarik,

bending dan impak masing-masing 31%, 55% dan 98%.

5. Komposit

Komposit adalah material yang dibuat dari kombinasi dua atau lebih

material yang memiliki sifat yang berbeda, sehingga akan menghasilkan suatu

material yang memiliki sifat yang unik atau lebih baik dari material penyusunnya

(Kumar dan Singh, 2014). Penggunaan komposit baik dalam industri otomotif

maupun dalam industri-industri lain seperti industri pesawat terbang, peralatan

olah raga, peralatan rumah tangga, telah berkembang dan meningkat setiap

tahunnya. Hal ini didasarkan karena komposit memiliki beberapa keunggulan

seperti kuat, ringan, dan memiliki stabilitas termal yang baik (Kumar dan Singh,

2014; Arao et al. 2013). Komposit tersusun oleh matrik dan bahan pengisi, di

mana matrik berfungsi untuk mendistribusi beban ke dalam seluruh material

penguat dalam komposit sedangkan bahan pengisi berfungsi sebagai material

penguat dan penghambat nyala yang akan menahan beban pada komposit.

Page 34: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

19

Keuntungan pengunaan polimer termoplastik sebagai matrik komposit adalah

ketahanan kimia dan korosi tinggi, daur ulang proses yang pendek, umur

penyimpanan yang tidak terbatas serta recyclability (Liu et al. 2015).

Proses pembuatan komposit terbagi menjadi dua yaitu proses lelehan dan

larutan. Anuar dan Zuraida (2011) menggunakan proses lelehan dalam pembuatan

komposit PP/NR/PPMA/KF secara non-reaktif. Nakason et al. (2006) melakukan

pembuatan komposit PP/PPMA/ENR dengan metode lelehan secara reaktif

menggunakan inisiator dicumyl peroxide (DCP). Pembentukan radikal pada DCP

menginisiasi pemutusan ikatan C-H pada C tersier dari rantai PP menyebabkan C

tersier menjadi radikal sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan gugus

alkena dari anhidrida maleat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Suharty

et al. (2014b) melakukan pembuatan komposit rPP/DVB/AA/KF/[ATH+MH+BA]

dengan metode larutan secara reaktif di dalam pelarut ksilena dengan inisiator

benzoil peroksida (BPO).

C

CH3

CH3

O

O OO

CH

H2C C

HCH2

CH3 CH3

CH2C C

HCH2

CH3 CH3

pemutusanC-C beta

CH H2C C CH2

CH3 CH3

CH

CH3O

O

O

Gambar 2.10. Mekanisme reaksi sintesis PPMA (Nakason et al., 2006)

Komposit yang memiliki interaksi kimia yang kuat dan gaya adesi pada

permukaan tinggi akan menghasilkan sifat mekanik tinggi. Peningkatan interaksi

kimia antara matrik dengan bahan pengisi dapat dilakukan dengan cara

Page 35: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

20

menambahkan senyawa penggandeng, seperti yang telah dilakukan oleh Li et al.

(2014) menggunakan penggandeng PPMA pada pembuatan komposit

PP/PPMA/CF. Senyawa penggandeng adalah suatu senyawa yang memiliki

minimal dua gugus aktif dengan polaritas yang berbeda, satu sisi sebagai gugus

polar dan disisi lain sebagai gugus non-polar. Dengan melakukan penambahan

senyawa penggandeng dalam pembuatan komposit dapat bertindak sebagai

penyama kepolaran sehingga anatara senyawa polar dengan non-polar akan dapat

berinteraksi. Arao et al. (2013) membuktikan bahwa dengan menambahkan

senyawa penggandeng PPMA pada komposit PP/CF ternyata mampu

meningkatkan interaksi permukaan bahan penyusun komposit, didukung dengan

hasil pengujian Interfacial Share Strength (IFSS) yang meningkat sebesar 119,7%

dibandingkan komposit tanpa PPMA. Jiang et al. (2015) memodifikasi permukaan

CF dengan senyawa penggandeng [3-(2-aminoetil) aminopropil] trimetoksisilan

pada pembuatan komposit poliuretan (PU)/CF, di mana adanya gugus

penggandeng bifungsional dapat membentuk jembatan kimia antara CF dan PU

sehingga meningkatkan TS sebesar 42,16% terhadap PU. Menurut Osman et al.

(2010) keberadaan senyawa penggandeng seperti PPMA akan meningkatkan

interkasi kimia antara gugus polar maleat anhidrid dari MAPP dengan gugus

hidroksil dari serat atau senyawa polar lainnya membentuk ikatan kovalen dan

jembatan ester. Selain itu, rantai PP pada PPMA akan meleleh dan membentuk

satu fasa dengan matrik PP, sehingga kekuatan mekaniknya meningkat.

Asam akrilat (AA) merupakan salah satu senyawa penggandeng yang

memiliki dua gugus fungsional yaitu gugus vinil (-CH=CH2) yang bersifat non-

polar dan karboksilat yang mengandung gugus karbonil dan hidroksil yang

bersifat polar, telah digunakan oleh Suharty et al. (2014a) untuk meningkatkan

interaksi antara rPP dengan RHP. Gugus vinil pada AA akan bereaksi dengan

gugus metin dari rPP, sedangkan gugus hidroksil dari RHP akan bereaksi dengan

hidroksil pada AA membentuk jembatan ester yang menjembatani RHP dan rPP.

Suharty et al. (2016a) telah menggunakan senyawa penggandeng PP-g-AA yang

diperoleh melalui reaksi radikal bebas antara PP dengan AA yang ditunjukkan

pada Gambar 2.11., untuk meningkatan interaksi antara PP dengan bahan pengisi

Page 36: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

21

KF dan Haloisit. Adanya interaksi yang kuat antara matrik dengan bahan pengisi

menyebabkan sifat mekanik dari komposit yang dihasilkan akan meningkat.

Gambar 2.11. Mekanisme pembuatan PP-g-AA (Suharty et al., 2016a)

Penambahan senyawa penyambung silang seperti DVB juga turut berperan

meningkatkan kekuatan mekanik dengan membentuk jaringan yang lebih padat

pada suatu polimer. DVB merupakan senyawa benzena yang mengikat dua gugus

vinil pada posisi meta atau para yang bersifat non polar dan mempunyai berat

molekul 130,191 g/mol serta titik didih 200 °C. Gugus reaktif DVB terletak pada

kedua gugus vinil dan inti aromatis (Gambar 2.12) (Suharty, 1993). DVB dapat

membentuk ikatan primer dan sekunder pada gugus reaktifnya. Ikatan primer

terbentuk pada gugus vinil dengan senyawa non polar lainnya. Adapun ikatan

sekunder yaitu ikatan hidrogen yang terjadi antara awan elektron π dari inti

aromatik dengan atom hidrogen bermuatan parsial positif (Hδ+

) (Zhang et al.,

2016). Suharty et al. (2008), menggunakan DVB pada komposit

rPP/DVB/AA/serbuk bambu (bamboo powder, BP) meningkatkan TS sebesar

14% dibandingkan komposit tanpa DVB. Jenis senyawa pengikat silang lainnya

yaitu TMPTA yang telah digunakan Suharty et al. (2014a) pada pembuatan

komposit rPP/TMPTA/AA/RHP/CPO menghasilkan sifat mekanik tinggi.

Page 37: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

22

Gambar 2.12. Struktur kimia DVB (Pudjaatmaka, 1986)

6. Karakterisasi dan Pengujian

a. Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Spektroskopi FTIR merupakan instrumen yang dapat membantu

menganalisis gugus fungsional dari suatu material, di mana masing-masing gugus

fungsi memiliki karakteristik bilangan gelombang tersendiri. Prinsip dari FTIR

dapat dianalogikan sebagai dua buah bola yang terhubung oleh suatu pegas, di

mana bola tersebut merupakan atom-atom dalam suatu molekul yang saling

berikatan secara kovalen. Setiap atom-atom pada suatu molekul mengalami

vibrasi. Pada saat energi radiasi inframerah ditembakkan pada suatu sampel, maka

molekul tersebut akan menyerap energi tersebut sesuai dengan frekuensi

vibrasinya. Hal inilah yang membedakan molekul atau gugus fungsional satu

dengan yang lain memiliki bilangan gelombang yang berbeda. Frekuensi vibrasi

dari setiap molekul dapat ditentukan mengikuti hukum Hooke yang disajikan pada

Persamaan 2.1 (Silverstein, 2005).

(2.1)

Keterangan : ν= frekuensi vibrasi (cm-1

)

μ= massa tereduksi (g), di mana

c = kecepatan cahaya (cm/s)

k = tetapan kekuatan ikatan (dyne/cm)

m = massa atom (g)

Page 38: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

23

Beberapa peneliti telah menggunakan teknik FTIR untuk mengidentifikasi

gugus-gugus fungsi dari bahan awal pada komposit seperti Benmesli dan Riahi

(2014) mengkarakterisasi karet alam dengan FTIR memperoleh serapan >C=C<

pada bilangan gelombang 1600-1665 cm-1

. Yuan et al. (2008) mengkarakterisasi

lempung haloisit dan memperoleh beberapa puncak khas yaitu serapan pada 1110-

1115 cm-1

merupakan puncak Si-O, serapan pada 912-940 cm-1

merupakan vibrasi

tekuk dari –OH pada Al-OH, serapan 536 cm-1

merupakan serapan khas dari

vibrasi tekuk Al-O-Si, dan puncak di 470 cm-1

merupakan serapan dari vibrasi

tekuk Si-O-Si. Suharty et al. (2014) melakukan karakterisasi FTIR pada komposit

rPP/TMPTA/AA/RHP/CPO seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13,

diperoleh bahwa rPP memiliki puncak khas metin (>CH-) pada 2723 cm-1

dan

gugus karbonil pada AA muncul pada bilangan gelombang 1732 cm-1

.

Gambar 2.13. Spektra FTIR dari komposit rPP/TMPTA/AA/RHP/CPO (Suharty

et al., 2014)

Page 39: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

24

b. Pengujian Sifat Mekanik

Uji kekuatan tarik (tensile strength) merupakan metode yang digunakan

untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban

gaya yang berlawanan arah dalam satu garis lurus (ASTM D628). Dari pengujian

kekuatan tarik akan diperoleh data berupa gaya yang diperlukan sampai patah (P)

dan panjang sampel setelah dilakukan penarikan sampai patah (li). Regangan

adalah suatu nilai yang menunjukkan elastisitas dari material, berbanding lurus

dengan perubahan panjang sampel dari keadaan awal sampai patah (Δl) dan

berbanding terbalik dengan panjang awal dari spesimen (lo). Semakin tinggi nilai

regangan material maka elastisitasnya semakin tinggi. Kekuatan tarik (Tensile

Strength, TS) merupakan sifat mekanik dari suatu material yang berbanding lurus

dengan gaya penarikan (P) dan berbanding terbalik dengan luas penampang

spesimen (A). Semakin tinggi gaya yang diperlukan sampel sampai patah, maka

TS akan semakin tinggi. Modulus Young (MY) merupakan berbanding lurus

dengan kekuatan tarik dan berbanding terbalik dengan regangan. Semakin tinggi

nilai MY maka elastisitasnya semakin rendah (Lumintang, 2011).

Pengujian kekuatan lentur atau Flexural Strenght (FS) adalah pengujian

yang dilakukan mengetahui ketahanan komposit terhadap pembebanan dan untuk

mengetahui keelastisan dari suatu bahan. Metode standar ASTM D790 merupakan

metode yang paling sering digunakan. Metode ini disebut juga sebagai three point

bending dimana terdiri dari dua titik penunpu dan satu titik pembebanan sesuai

dengan Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Ilustrasi pengujian bending

Rezaei et al. (2008) menggunakan metode standar ASTM D790 (three point

bending) sebagai acuan dalam pengujian bending komposit PP/CF. Pada

Page 40: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

25

pengujian ini, pembebanan dilakukan secara tegak lurus terhadap sampel yang

ditumpu oleh dua penumpu. Hasil pengujian akan diperoleh pelengkungan pada

titik tengah sampel yang disebut tinggi defleksi yang ditunjukkan oleh Gambar

2.15. Defleksi merupakan perubahan bentuk (pelengkungan) karena pembebanan

secara vertikal sebelum terjadi pematahan (Arfandy dan Munandar, 2011).

Defleksi diukur dari permukaan awal sebelum pembebanan ke posisi setelah

terjadi deformasi (penekukan). Nilai defleksi menginterpretasikan elastisitas dari

material, di mana semakin tinggi jarak defleksi maka material tersebut memiliki

elastisitas tinggi.

Gambar 2.15. Ilustrasi tinggi defleksi

kekuatan bending (Flexural Strength, FS) merupakan tegangan lentur

maksimum yang dapat diterima suatu material tanpa mengalami kerusakan yang

besar (Carli et al., 2015). Nilai FS berbanding lurus dengan gaya penekanan yang

dibutuhkan hingga sampel patah dan berbanding terbalik dengan luas permukaan

sampel. Persamaan yang digunakan untuk memperoleh FS menggunakan

persamaan 2.2 sesuai ASTM D790.

(2.2)

Keterangan : FS = Kekuatan lentur (MPa)

P = Gaya penekanan (N)

L = Jarak dua penumpu (m)

b = Lebar sampel uji (m)

h = Tinggi sampel uji (mm)

Pada pengujian bending diperoleh gaya penekanan maksimum dan defleksi

yang akan digunakan untuk memperoleh nilai slope (m). Nilai tersebut akan

digunakan untuk menentukan nilai elastisitas bending (EB) sesuai persamaan 2.3.

Page 41: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

26

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh bahwa, EB berbanding lurus dengan gaya

penekanan maksimum dan berbanding terbalik dengan defleksi. Sehingga, jika

defleksi semakin besar atau material bersifat elastis maka nilai EB akan kecil dan

begitu pula sebaliknya.

(2.3)

Keterangan : EB = Elastisitas bending (MPa)

m = slope yaitu P/tinggi defleksi.

c. Pengujian Ketahanan Bakar

Pengujian ketahanan bakar dilakukan mengacu pada ASTM D635. Tujuan

dari pengujian ini adalah untuk mengetahui ketahanan dari suatu material dari

pembakaran. Suatu material yang memiliki ketahanan bakar tinggi

diidentifikasikan berdasarkan waktu pembentukan nyala api (TTI, time to

ignition) yang lama, kecepatan pembakaran (BR, burning rate) yang rendah dan

kemampuan material dalam melepas panas (HR, heat release) yang cepat. Nilai

TTI merupakan waktu yang digunakan sampai terbentuknya nyala pada sampel.

Semakin lama waktu pembentukan nyala api maka komposit tersebut tergolong

sebagai material tahan nyala tinggi. Nilai BR merupakan kecepatan pembakaran

yang diukur dari lamanya api membakar sampai batas tertentu. Nilai BR dapat

diketahui menggunakan persamaan 2.4.

(2.4)

Dengan: L = panjang sampel terbakar= 75 cm; dan

t = waktu pembakaran (detik)

Persentase Heat release (%HR) merupakan kemampuan suatu material

untuk melepaskan panas setelah material tersebut terbakar. Nilai %HR berbanding

lurus dengan selisih suhu pembakaran dan suhu setelah dipadamkan pada periode

tertentu (5 detik) dan berbanding terbalik dengan suhu pembakaran. Suatu

material yang mudah terbakar (ketahanan nyala rendah) setelah dipadamkan akan

menyimpan panas yang ditunjukkan dengan %HR rendah, sedangkan material

yang sulit terbakar setelah dipadamkan tidak dapat menyimpan panas yang

Page 42: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

27

ditunjukkan dengan %HR tinggi (Noerwasito dan Santosa, 2006). %HR dapat

diukur dengan menggunakan rumus 2.5.

(2.5)

Keterangan : %HR = persentase Heat Release

T1 = Suhu panel setelah 5 detik api dipadamkan

T0 = Suhu pembakaran

Pengujian ketahanan nyala dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode. Ismail et al. (2008) menggunakan metode UL-94 vertical dalam

pengujian kethanan bakar dari komposit EPDM/Haloisit diperoleh data berupa

waktu total nyala api (total flaming combustion) yang semakin menurun dengan

meningkatnya konsentrasi lempung haloisit. Suharty et al. (2015) melakukan

pengujian ketahanan bakar pada komposit rPP/DVB/PP-g-AA/bentonit/ZB

dengan mengacu pada metode standar ASTM D635 diperoleh peningkatan TTI

sampai dengan 703% dan penurunan BR sampai 58% dibandingkan PP. Diharjo et

al. (2015) melakukan pengujian ketahanan nyala komposit rPP/MMt mengacu

pada ASTM D635 diperoleh data berupa peningkatan TTI dan penurunan BR

seiring dengan peningkatan konsentrasi MMt. Rangkaian alat dalam pengujian

ketahanan bakar ditunjukkan oleh Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Pengujian Ketahanan Bakar (ASTM D 635)

B. Kerangka Pemikiran

Polipropilena merupakan polimer termoplastik yang dapat digunakan

sebagai matrik dalam pembuatan komposit. Penambahan bahan pemplastis rNR

Page 43: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

28

pada komposit dapat meningkatkan elastisitas. Penambahan bahan penguat CF

akan meningkatkan kekuatan bending komposit. Penambahan bahan penghambat

nyala lempung MMt dapat meningkatkan ketahanan nyala berupa TTI dari

komposit. Adanya sifat elastis dari komposit yang mengandung pemplastis rNR

akan meningkatkan kapasitas bahan pengisi. Peningkatan kapasitas bahan pengisi

berupa CF akan lebih meningkatkan kekuatan bending komposit, sedangkan

peningkatan kapasitas bahan pengisi lempung MMt akan lebih meningkatkan TTI.

Secara kimia, struktur rNR dan CF yang bersifat non-polar akan berinteraksi

dengan baik dengan matrik polipropilena yang bersifat non-polar. Akan tetapi,

lempung MMt yang mengandung Al-OH dan Si-O yang bersifat polar memiliki

interaksi kimia yang lemah dengan matrik PP. Sehingga diperlukan senyawa

penggandeng PP-g-AA yang memiliki sisi polar dan non-polar sekaligus untuk

meningkatkan interkasi pada saat pencampuran. Selain itu, penambahan senyawa

ikat silang DVB juga akan meningkatkan kompatibilitas dari komposit yang

dihasilkan. Peningkatan kapasitas bahan penguat dan penghambat nyala dengan

adanya pemplastis akan lebih meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan nyala

dari komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

C. Hipotesis

Dari kerangka pikiran tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

a. Penambahan pemplastis rNR akan meningkatkan elastisitas dari komposit

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt,

b. Penambahan pemplastis rNR akan meningkatkan kapasitas bahan pengisi

yang mampu diterima komposit rPP/DVB/PP-g-AA/CF/MMt dan akan

meningkatkan kekuatan bending.

c. Penambahan pemplastis rNR berpengaruh pada peningkatan kapasitas bahan

pengisi dalam komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt dan akan

meningkakan TTI.

Page 44: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan merupakan gambaran secara garis besar

rancangan penelitian yang akan dilakukan, terdiri dari: optimasi teknis pembuatan

komposit, pembuatan komposit dan karakterisasi serta pengujian komposit.

Desain penelitian disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain penelitian

Page 45: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

30

B. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

skala laboratorium. Penelitian ini meliputi pembuatan, karakterisasi dan pengujian

sifat mekanik dan ketahanan nyala komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium penelitian organik dan analitik

Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret. Adapun waktu pelaksanaan dari penelitian ini dimulai

dari bulan Maret sampai dengan Juli 2015

D. Alat dan Bahan yang digunakan

1. Alat

a. Peralatan alat gelas,

b. Pengaduk mekanik,

c. Termometer

d. Satu set reaktor pembuatan komposit,

e. Oven,

f. Furnace,

g. Alat uji ketahanan bakar,

h. Neraca analitik,

i. Alat cetak tekan panas (Hot press) modifikasi dari D-7064 Rhemsalden

Brunbach 155-110kN,

j. Universal Testing Machine (UTM),

k. Spektrofotometri FTIR (Fourier Transform Infra Red) model Prestige-21 merk

Shimadzhu,

l. Stopwatch.

Page 46: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

31

2. Bahan

a. Limbah polipropilena (rPP) merek sejenis diperoleh dari pemulung di

Surakarta

b. Kompon limbah karet alam (rNG) diperoleh dari Fakultas Teknologi Pertanian

UGM

c. Serat karbon (Justus Semarang),

d. Lempung montmorillonite (PT. Brataco)

e. Aseton teknis (PT. Brataco),

f. Ksilena teknis ( PT. Brataco),

g. Gas nitrogen (Samator),

h. Divinil benzena (DVB) p.a (Sigma-Aldrich),

i. Asam akrilat (AA) p.a (E-Merck),

j. Benzoil peroksida (BPO) p.a (E-Merck),

k. Minyak goreng merek Bimoli,

l. Aquades (PT. Brataco).

E. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Limbah Polipropilena

Limbah polipropilena (rPP) dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan

dan dipotong-potong dengan ukuran 5 x 2 mm2.

2. Preparasi Serat Karbon

Serat karbon yang diperoleh dari Justus berbentuk anyaman. Serat kabon

dipotong-potong dengan ukuran panjang 5 mm. Serat yang diperoleh kemudian

dibilas dengan aseton untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada

permukaan serat.

3. Preparasi lempung

Lempung yang digunakan dihaluskan sehingga berbentuk fine powder atau

lolos ayakan 250 mesh. Sebelum digunakan, lempung terlebih dahulu dikalsinasi

pada temperatur 800 OC selama 1 jam pada furnace. Lempung yang setelah

Page 47: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

32

dikalsinasi disimpan dalam desikator vakum untuk menghindari kontak dengan

lingkungan.

4. Pembuatan senyawa penggandeng PP-g-AA

Sebanyak 50 g rPP yang telah dipotong-potong dilarutkan dalam 400 mL

ksilena mendidih (temperatur 135-140 OC) dalam labu alas bulat yang dilengkapi

dengan pendingin balik, termometer, gas nitrogen dan pengaduk mekanik. Setelah

rPP meleleh dengan sempurna, ditambahakan 0,0125 g BPO dan diikuti dengan

penambahan 7,5 g AA. Proses refluks dilakukan selama 1 jam. Hasil

pencampuran dituang dalam loyang dan dibiarkan dalam lemari asam selama satu

malam untuk menguapkan ksilena sehingga akan diperoleh masterbatch PP-g-

AA. Adapun formulasi pembuatan senyawa penggandeng PP-g-AA ditunjukkan

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Formula sintesis senyawa penggandeng PP-g-AA

Produk Komposisi (% berat) BPO (gr)

rPP AA

PP-g-AA 100 15 0,0125

Catatan: berat total = 50 g

5. Pembuatan Berbagai Jenis Komposit

Komposisi pembuatan komposit rPP/rNR berpengisi CF dan lempung MMt

ditunjukkan oleh Tabel 3.2. Matrik rPP dilelehkan pada ksilena mendidih

(temperatur 135-140 OC). Setelah meleleh, dilakukan penambahan BPO sebanyak

0,0125 g sebagai inisiator dan 0,05 g DVB sebagai agen ikat silang. Selanjutnya,

kompon rNR (0, 1, 3, 5 dan 7%) ditambahkan ke dalam larutan rPP. Penambahan

CF ataupun lempung MMt dilakukan setelah diperoleh larutan rPP/rNR yang

homogen. Proses pencampuran dilakukan selama satu jam. Hasil pencampuran

dituang dalam loyang dan dibiarkan selama satu malam untuk menguapkan

ksilena, sehingga diperoleh masterbatch (MB). Adapun alat yang digunakan

dalam pembuatan komposit ditunjukkan oleh Gambar 3.2.

Page 48: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

33

Tabel 3.2. Komposisi berbagai jenis komposit

Kode Komposisi (% b/b)

rPP DVB PP-g-AA rNR CF MMt

F0 65 0.1 15 0 20 20

F1 65 0,1 15 1 23 23

F2 65 0,1 15 3 23 23

F3 65 0,1 15 5 23 23

F4 65 0,1 15 7 23 23

Catatan: berat total 50 g

Gambar 3.2. Reaktor dalam pembuatan komposit

6. Pembuatan Spesimen

Masterbatch komposit sebanyak 12 g diletakkan diantara lempengan baja

berukuran 15 x 15 cm2 yang sebelumnya dilapisi lempengan aluminium.

Lempengan kemudian diletakkan diantara mesin cetak yang telah dipanaskan pada

temperatur 180 OC tanpa tekanan. Proses penekanan dilakukan selama 15 menit

dengan gaya 90 kN. Kedua lempeng baja kemudian didinginkan dan diperoleh

spesimen komposit. Alat hot press dan beberapa spesimen hasil cetakan

ditunjukkan dalam Gambar 3.3a., sedangkan contoh spesimen hasil cetakan

ditunjukkan pada Gambar 3.3b.

Page 49: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

34

(a) (b)

Gambar 3.3. (a) Mesin Hot press hydraulic dan (b) contoh spesimen.

7. Karakterisasi Komposit

a. Karakterisasi FTIR

Karakterisasi dengan spektrofotometer FTIR model prestige-21 merek

Shimadzhu dilakukan dengan menyiapkan spesimen rPP/rNR/DVB/PP-g-

AA/CF/MMt. Bahan yang akan dianalisa dihaluskan dan dibentuk menjadi pelet

dengan KBr sebagai background. Sampel yang sudah dibentuk menjadi pelet

kemudian diletakkan pada sample holder untuk dianalisis. Parameter pada FTIR

diatur, di mana banyak scan yang digunakan adalah 40 kali. Analisis hasil FTIR

dilakukan dengan mengacu pada berbagai literatur dan dibandingkan dengan

bahan penyusun awalnya.

b. Pengujian Bending

Pengujian bending dilakukan dengan mengacu pada metode standar ASTM

D-790. Pengujian ini menggunakan metode three point bending di mana terdapat

dua titik tumpuan yang terletak pada setiap ujung sampel dan satu titik

pembebanan yang terletak pada bagian tengah sampel seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 3.4a. Adapun dimensi dari spesimen uji adalah tinggi (h) x lebar (b)

0.5 mm x 19 mm, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.4b. Sampel diletakkan

dengan posisi horizontal dengan jarak penumpu (L) 50 mm. Sampel yang sudah

dipersiapkan sesuai dengan ASTM D790 ditekan dengan pembebanan 50 Kg.f

Page 50: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

35

sampai dengan sampel mengalami pembengkokan atau perpatahan. Sampel

ditekan dengan kecepatan 4 mm/menit. Data yang diperoleh dari pengujian ini

adalah gaya yang digunakan untuk menekan sampai patah (P), dan tinggi defleksi.

Dari data ini dapat dihitung kekuatan bending (FS) dan elastisitas bending (EB),

masing-masing menggunakan persamaan 2.2 dan 2.3.

(a) (b)

Gambar 3.4. (a) Alat pengujian three point bending dan (b) Spesimen uji bending.

c. Pengujian Ketahanan Bakar

Pengujian ketahanan bakar dilakukan dengan mengacu pada ASTM D-635.

Sampel dipersiapkan dengan ukuran 125 mm x 13 mm x 0,8 mm seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.5a. Sampel yang sudah disiapkan kemudian dijepit

dengan menggunakan holder. Pembakaran sampel dilakukan dengan

menggunakan api biru dengan ketinggian ± 2 cm dan posisi api terhadap sampel

adalah 45ᴼ. Waktu yang digunakan untuk membakar sampel sampai nyala api

terbentuk dipantau menggunakan stopwatch. Data waktu nyala api digunakan

untuk sebagai nilai TTI (time to ignition). Adapun alat uji bakar yang digunakan

pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.5b.

Page 51: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

36

(a) (b)

Gambar 3.5. (a) Sampel uji bakar dan (b) Alat uji bakar

Page 52: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisasi FTIR

Gambar 4.1. Spektra FTIR dari (a) rPP, (b) AA dan (c) rPP-g-AA.

Page 53: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

38

Gambar 4.2. Spektra FTIR dari (a) PP-g-AA, (b) rNR, (c) MMt dan (d) CF dan (e)

komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

Page 54: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

39

B. Pengaruh rNR terhadap Defleksi dan Elastisitas Bending

Page 55: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

40

Gambar 4.3. Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap defleksi komposit

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

Page 56: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

41

Gambar 4.4. Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap Elastisitas Bending (EB)

komposit rPP /rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt

C. Pengaruh rNR terhadap Kekuatan Bending

Page 57: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

42

Gambar 4.5. Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap FS komposit

rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt

Page 58: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

43

D. Time to Ignition (TTI)

Page 59: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

44

Gambar 4.6. Grafik pengaruh penambahan rNR terhadap Time to ignition (TTI)

komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt.

Page 60: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

45

Page 61: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penambahan pemplastis rNR di dalam komposit PP/rNR/DVB/PP-g-

AA/CF/MMt meningkatkan elastisitas dan semakin tinggi kandungan

pemplastis rNR, elastisitasnya semakin tinggi.

2. Penambahan rNR hingga batas optimum dapat meningkatkan kapasitas bahan

pengisi yang mampu diterima dalam komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-

AA/CF/MMt dan meningkatkan kekuatan bendingnya.

3. Penambahan rNR hingga batas optimum dalam komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-

AA/CF/MMt dapat meningkatkan kapasitas bahan pengisi yang diterima dan

meningkatkan TTI.

B. Saran

Perlu dilakukan karakterisasi lain untuk mendukung hasil dari penelitian ini,

seperti karakterisasi XRD untuk mengetahui distribusi lempung MMt di dalam

matrik rPP, pengujian kekuatan tarik, pengujian kekuatan impact dan pengujian

termal menggunakan TG/DTA.

Page 62: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

47

DAFTAR PUSTAKA

Akonda, M. H, C. A. Lawrence, dan B. M. Weager. 2012. Recycle carbon fibre-

reinforced polypropylene thermoplastic composites. Composites: Part A.

Vol. 43. 79-86.

American Society for Testing and Materials (ASTM) D 635-03, 2003, Standart

Test Method for Rate of Burning and/or Extent and Time of Burning of

Plastics in a Horizontal Position. Amerika Serikat ASTM International.

American Society for Testing and Materials (ASTM) D 790-03, 2003, Standard

Test Methods forFlexural Properties of Unreinforced and Reinforced

Plasticsand Electrical Insulating Materials. Amerika Serikat ASTM

International.

Anonim, 2014. What is carbon fiber. http://www.zoltek.com/carbonfiber/ diakses

pada 26 Mei 2015 pukul 18:05

Anuar, H, dan A. Zuraida. 2011. Improvement in Mechanical Properties of

Reinforced Thermoplastic Elastomer Composite with Kenaf Bast Fiber.

Composite: Part B. Vol 42. 462-465.

Arao, Y, S. Yumitori, H. Suzuki, T. Tanaka, K. Tanaka, dan T. Katayama. 2013.

Mechanical properties of injection-molded carbon fiber/polypropylene

composites hybridized with nanofillers. Composites: Part A. Vol. 55. 19-26.

Arfandy, dan F. Munandar. 2011. Analisis Eksperimental dan Teoritis Lendutan

pada Balok dengan Variasi Ketebalan dan Pembebanan. Skripsi,

Universitas Hasanudin, Makasar.

Ayrilmis, N, S. Jarusombuti, V. Fueangvivat, P. Bauchongkol, dan R. H. White.

2011. Coir Fiber Reinforced Polypropylene Composite Panel for

Automotive Interior Applications. Fiber and Polymer. Vol. 12(7). 919-926.

Balakrishnan, H, S. A. Attaran, M. Imran, A. Hassan, dan M. U. Wahit. 2012.

Epoxidized natural rubber-toughened polypropylene/organically modified

montmorillonite nanocomposite. Journal of Thermoplastic Composite

Materials. Vol. 27(2). 233-250

Bandivadekar, A, K. Bodek, L. Cheah, L. Evans, T. Groode, J. Heywood, E.

Kasseris, M. Kromer, dan M. Weiss. 2007. On the road 2035: Reducing

Transportation’s Petroleum Consumption and GHG Emisions. MIT LFEE

Report, Massachusetts Ins. of Tech.

Bendjaoahdou, C, dan S. Bensaad. 2011. Properties of Polypropylene/(Natural

Rubber)/Organomonmorilonite Nanocomposites Prepared by Melt

Blending. Journal of Vinyl &Additive Technology. Vol. 17. 48-57.

Page 63: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

48

Benmesli, S, dan F. Riahi. 2014. Dynamic Mechanical and Thermal Properties of

A Chemically Modified Polypropylene/Natural Rubber Thermoplastic

Elastomer Blend. Polymer Testing. Vol. 36. 54-61

Bromberg, L, C. M. Straut, A. Centrone, E. Wilusz, dan T. A. Hatton. 2011.

Deconvolution procedure of the UV-vis spectra. A powerful tool for the

estimation of the binding of a model drug to specific solubilisation loci of

bio-compatible aqueous surfactant-forming micelle. ACS Applied Materials

& Interfaces. Vol. 3: 1479–1484.

Carli, S. A. Widyanto, dan I. Haryono. 2012. Analisis Kekuatan Tarik dan Lentur

Komposit Serat Gelas Jenis Woven dengan Matriks Epoksi dan Poliester

Berlapis Simetri dengan Metoda Manufaktur Hand Lay-Up. Teknis. Vol. 7.

22-26.

Chen, B. 2004.Polymer–clay nanocomposites: an overview with emphasis on

interaction mechanisms. British Ceramic Transactions. Vol. 103(6). 241-

249.

Cheng, K. C, Y. H. Lin, W. Guo, T. H. Chuang, C. S. Chang, S. F. Wang, dan T.

M. Dou. 2015. Flammability and tensile properties of polylactide

nanocomposites with short carbon fiber. Journal of Material Science. Vol.

50. 1605-1612.

Delhom, C. D,L. A. W. Ghoorahoo, dan S. S. Pang. 2010. Development and

characterization of cellulose/clay nanocomposites. Composite: Part B. Vol.

41. 475-481.

Diharjo, K, N. S. Suharty, A. E. B. Nusantara, dan R. Afandi. 2015. The Effect of

Sokka Clay on The Tensile and Burning Properties of rPP/Clay Composites.

Advanced Material Research.Vol. 1123. 338-342.

Ferris, J. P. 2006. Montmorillonite-catalysed formation of RNA oligomers: the

possible role of catalysis in the origins of life. Philosophical Transaction of

the Royal Society B. Vol. 361. 1777-1786.

Fina, A, F. Cuttica, dan G. Camino. 2012. Ignition of

polypropylene/montmorillonite nanocomposites. Polymer Degradation and

Stability. Vol. 97. 2619-2626.

Fu, S. Y, B. Lauke, E. Mader, C. Y. Yue, dan X. Hu. 2000. Tensile properties of

short glass fiber and short carbon fiber-reinforced polypropylene

composites. Composite: Part A. Vol. 31. 1117-1125.

Ghosh, P. 2011. Polymer science and technology plastics, rubber, blend and

composites, 3rd Edition. McGraw Hill Education Private Limited, New

Delhi.

Page 64: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

49

Gilman, J. W, C. L. Jackson, A. B. Morgan, dan R. Haris Jr. 2000. Flammability

properties of polymer-layered silicate nanocomposites, Polypropylena and

polystyrene nanocomposites. Chemistry Materials. Vol. 12. 1866-1973.

Gordon, R. B, M. Bertram, dan T. E. Graedel. 2006. Metal stocks and

sustainability. Proceedings of the National Acedemy of Sceiences. Vol.

103(5). 1209-1214.

Han, S. H, H. J. Oh, dan S. S. Kim. 2014. Evaluation of the impregnation

characteristics of carbon fiber-reinforced composites using dissolved

polypropylene. Composite Science and Technology. Vol. 91. 55-62.

http://www.sc.edu/ehs/modules/Fire/01_triangle.htm diakses tanggal 3 Juni 2016

pukul 17:30

Ismail, H, B. K. Tan, N. S. Suharty, dan S. Husseinsyah. 2015. Comparison of the

effect of palm oil ash, carbon black and halloysite nanotubes on the

properties of polypropylene/recycled natural rubber gloves composites.

Journal of Physical Science. Vol. 26(2). 89-99.

Ismail, H, dan Suryadiansyah. 2002. Thermoplastic Elastomer Based on

Polypropylene/Natural Rubber and Polypropylene/Recycle Rubber Blends.

Polymer Testing. Vol. 21. 389-395

Ismail, H, P. Pasbakhsh, M. N. A. Fauzi, dan A. A. Bakar. 2008.Morphological,

thermal and tensile properties of halloysite nanotubes filled ethylene

propylene diene monomer (EPDM) nanocomposites. Polymer Testing. Vol.

27. 841-850.

Jiang, S, Q. Li, Y. Zhao, J. Wang, dan M. Kang. 2015. Effect of surface

silanization of carbon fiber on mechanical properties of carbon fiber

reinforced polyurethane composites. Composites Science and Technology.

Vol. 110. 87-94.

Karina, S. 2012. Volume Konsumsi Air Minum 19,8 Miliar Liter.

www.okezone.com. Diakses pada 03 Maret 2015 pukul 11:53.

Karsli, N. G, dan A. Aytac. 2011. Effects of maleated polypropylene on the

morphology, thermal and mechanical properties of short carbon fiber

reinforced polypropylene composites. Materials and Design. Vol. 32. 4069-

4073.

Kumar, D, dan K. K. Sigh. 2014. An approach towards damage free machining of

CFRP and GFRP composite material: a review. Advanced Composite

Materials. Vol. 24. 49-63

Li, M, X. Wen, J. Liu, dan T. Tang. 2014. Synergetic effect of epoxy resin and

maleic anhydride grafted polypropylene on improving mechanical

Page 65: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

50

properties of polypropylene/short carbon fiber composites. Composite: Part

A. Vol. 67. 212-220

Liu, D, Y. Zhu, J. Ding, X. Lin, dan X. Fan. 2015. Experimental investigation of

carbon fiber reinforced poly(phenylene sulfide) composites prepared using a

double-belt press. Composites: Part B. Vol. 77. 363-370.

Liu, M, B. Guo, Y. Lei, M. Du, dan D. Jia. 2009. Benzothiazole sulfide

compatibilized polypropylene/halloysite nanotubes. Applied Surface

Science. Vol. 255. 4961-1469.

Lumintang, R. C. A, S. Rudy, dan W. Slamet. 2011. Komposit Hibrid Polyester

Berpenguat Serbuk Batang dan Serat Sabut Kelapa. Jurnal Rekayasa Mesin.

Vol. 2 (2). 145-153.

Lyu, M. Y, dan T. G. Choi. 2015. Research Trends in Polymer Materials for Use

in Lightweight Vehicles. International Journal of Precision Engineering

and Manufacturing. Vol. 16 (1). 213-220.

Ma, H, L. Tong, Z. Xu, dan Z. Fang. 2008. Intumescent flame retardant-

montmorillonite synergism in ABS nanocomposites. Applied Clay Science.

Vol. 42. 238-245.

Nakason, C, K. Sasdipan, dan A. Kaesaman. 2014. Novel Natural Rubber-g-N-(4-

hydroxyphenil)maleimide: Synthesis and its Preliminary Blending Products

with Polypropylene. Iran Polymer Journal. Vol. 23(1). 1-12.

Nakason, C, P. Wannavilai, dan A. Kaesaman. 2006. Thermoplastic Vulcanizates

Based on Epoxidized Natural Rubber/Polypropylene Blends: Effect of

Compatibilizers and Reactive Blending. Journal of Applied Polymer

Science. Vol. 100. 4729-4740.

Nie, W, J. Liu, W. Liu, J. Wang, dan T. Tang. 2015. Decomposition of waste

carbon fiber reinforced epoxy resin composites in molten potassium

hydroxide. Polymer Degradation and Stability.Vol. 111. 247-256.

Olivares, G. S, A. S. Solis, dan O. Manero. 2008. Burning Rate, Mechanical and

Rheological Properties of HIPS-PET and Clay Nanocomposites.

International Journal of Polymeric Materials. Vol. 57. 417-428.

Organization Internationale des Constructeur’s d’Automobiles (OICA). 2014.

Production Statistics. http://www.oica.net diakses pada 10 November 2015

pukul 16:20

Osman, H, H. Ismail, dan M. Mariatti. 2012. Polypropylene/Natural Rubber

Composites Filled with Recycled Newspaper: Effect of Chemical Treatment

Using Maleic Anhydride-Grafted Polypropylene and 3-

Aminopropyltriethoxysilane. Polymer Composites. Vol. 33(4). 609-618.

Page 66: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

51

Osman, H, H. Ismail, dan M. Mustapha. 2010. Effect of Maleic Anhydride

Polypropylene on Tensile, Water Adsorbtion and Morphological Properties

of Recycled Newspaper Filled Polypropylene/Natrual Rubber Composites.

Journal of Composite Materials. Vol. 44 (12). 1477-1491.

Othman, N, H. Ismail, dan M. Mariatti. 2006. Effect of compatibilisers on

mechanical and thermal properties of bentonite filled polypropylene

composites. Polymer Degradation and Stability. Vol. 91. 1761-1774.

Pal, K, dan J. N. Rastogi. 2004. Development of Halogen-Free Flame-Retardant

Thermoplastic Elastomer Polymer Blend. Journal of Applied Polymer

Science. Vol. 94. 407-415.

Pavildou, S, dan C. D. Papaspyrides. 2008. A review on polymer–layered silicate

nanocomposites. Progress in Polymer Science. Vol. 33. 1119-1198.

Pudjaatmaka, A. H. Kimia Organik Jilid 2, Edisi. 3. Jakarta Airlangga,

Terjemahan: Organic Chemistry. Fessendens, R. J. and J. S. Fessenden.

1979. Willard Grant Press, Boston.

Qin, H, S. Zhang, C. Zhao, M. Feng, M. Yang, Z. Shu, dan S. Yang. 2004.

Thermal stability and flammability of polypropylena/montmorillonite

composites. Polymer Degradation and Satbility.Vol. 85. 807-813.

Rahaman, M. S. A, A. F. Ismail, dan A. Mustafa. 2007. A review of heat

treatment on polyacrylonitrile fiber. Polymer Degradation and Stability.

Vol. 92. 1421-1432.

Rahman, N. A, A. Hassan, R. Yahya, dan R. A. L. Araga. 2013. Glass Fiber and

Nanoclay Reinforced Polypropylene Composites: Morphological, Thermal

and Mechanical Properties. Sains Malaysia. Vol. 24 (2). 537-546.

Rao, S. N, T. G. A. Simha, K. P. Rao, dan R. G. V. V. Kumar.

2015.WHITEPAPER: Carbon Composites Are Becoming Competitive And

Cost Effective. India Infosys Limited, Bangalore.

Rezaei, F, R. Yunus, N. A. Ibrahim, dan E. S. Mahdi. 2008. Development of

Short-Carbon-Fiber-Reinforced Polypropylene Composite for Car Bonnet.

Polymer-Plastic Technology and Engineering. Vol. 47. 351-357.

Rezaei, F, S. Yunus, dan N. A. Ibrahim. 2009. Effect of fiber length on

thermomechanical properties of short carbon fiber reinforced polypropylene

composites. Materials and Design. Vol. 30. 260-263.

Riyajan, S. A, I. Intharit, dan P. Tangboriboonrat. 2012. Physical Properties of

Polymer Composites: Natural Rubber Gloves Waste/Polystyrene Foam

Waste/Cellulose. Industrial Crops and Products. Vol. 36. 376-382

Page 67: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

52

Rodgers, B. 2004. Rubber Compounding: Chemistry and Application. Marcel

Dekker Inc., New York.

Sain, M, S. H. Park, F. Suhara, dan S. Law. 2004. Flame retardant and mechanical

properties of natural fibre–PP composites containing magnesium hydroxide.

Polymer Degradation and Stability.Vol. 83. 363–367

Salmah, H, C. M. Ruzaidi, dan A. G. Supri. 2009. Compatibilisation of

Polypropylene/Ethylene Propylene Diene Terpolymer/Kaolin Composites:

The Effect of Maleic AnhydrideGrafted-Polypropylene. Journal of Physic

Science. Vol. 20(1). 99-107.

Silverstein, R.M, F. X. Webster, dan D. J. Kiemle. 2005. Spectrometric

Identification Of Organic Compounds: Characteristic Group Absorptions of

Organic Molecules. Collage Of Enviromnental Science and Forestry, State

University Of New York, New York.

Sopyan, I. 2007. Kimia Polimer Edisi Ke-2. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sorrell, S, J. Speirs, R. Bentley, A. Brandt, dan R. Miller. 2010. Global oil

depletion: A review of the evidence.Energy Policy. Vol. 38. 5290-5295.

Suharty, N. S, B. Wirjosentono, M. Firdaus, D. S. Handayani, J. Sholikhah, dan

Y. A. Maharani. 2008. Synthetis of Degradable Bio-Composites Based

Recycle Polypropylene Filled WithBamboo Powder Using a Reactive

Process. Journal of Physical Science. Vol. 19 (2). 105-115.

Suharty, N. S, H. Ismail, D. S. Handayani, K. Diharjo, F. R. Wibowo, dan M. A.

Wuri. 2016a. Effect of cyclical thermal to mechanical properties of Hybrid

Laminate Composites (HLC) with skin recycle polypropylene/natural

fiber/halloysite and core PP/KF composites. IOP Conf. Series: Materials

Science and Engineering. Vol. 107. 012038-012045

Suharty, N. S, H. Ismail, F. R. Wibowo, D. S. Handayani, M. Firdaus, dan L.

Lathifah. 2015. Effect of Bentonite and Zinc Borate (ZB) Addition on

Recycled Polypropylene Composites against Tensile and Burning Rate

Properties. Advanced Materials Research.Vol. 1105. 56-61

Suharty, N. S, H. Ismail, K. Diharjo, M. Nizam, dan M. Firdaus. 2014b.

Improvement of Inflammability and Biodegradability of Bio-composites

Using Recycled Polypropylene with Kenaf Fiber Containing Mixture Fire

Retardant. Advanced Materials Research. Vol. 950. 18-23.

Suharty, N. S, M. Mathialagan, H. Ismail, B. Wirjosentono, M. Firdaus, dan G. K.

Wardani. 2014a. Tensile Properties and Biodegradability of Rice Husk

Powder-Filled Recycled Polypropylene Composites: Effect of Crude Plam

Oil and Trimethylolpropane Triacrilate. Journal of Physical Science. Vol.

25(2). 55-71.

Page 68: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

53

Suharty, N.S, K. Diharjo, D. S. Handayani, dan M. Firdaus, 2016b. Effect of

single flame retardant aluminum tri-hydroxide and boric acid against

inflammability and biodegradability of recycled PP/KF composites. AIP

Conference Proceedings. Vol. 1717. 040026.

Suharty, N.S. 1993. Reactive Processing of Polyolefins using Antioxidant System,

Thesis, Department of Chemical Engineering and Applied Chemistry, Aston

University, Birmingham.

Supeno, 2009. Kimia Anorganik. Universitas Sumatra Utara Press, Medan.

Wahyuni, N.D. 2014.Penjualan Air Minum Kemasan Tembus 24 Miliar Liter,

http://bisnis.liputan6.com/read/2020424/penjualan-air-minum-

kemasantembus-24-miliar-liter, diakses tanggal 25 Agustus 2016 pukul

17:30.

Winget, L. J, D. J. Preisler, C. A. Heikkila, dan J. T. Murar. 2015. Automotive

vehicle interior plastic part having a support surface capable of wirelessly

supplying electrical power, US Patent, no. US9190865 B2.

Xiao, K. Q, L. C. Zhang, dan I. Zarudi. 2007. Mechanical and Rheological

properties of carbon nanotube-reinforced polyethylene composites.

Composites Science and Technology. Vol. 67. 177-182

Xu, B, X. Wang, dan Y. Lu. 2006. Surface modification of polyacrylonitrile-based

carbon fiber and its interaction with imide. Applied Surface Science. Vol.

253. 2695–2701.

Yuan, P, P. D. Southom, Z. Liu, dan E. R. Malcolm. 2008. Functionalization of

Halloysite Clay Nanotubes by Grafting with 3-Aminopropyltriethoxysilane.

Journal of Physic Chemistry. Vol. 40. 15742-15751.

Zhang, X, H. Dai, H. Yan, W. Zou, dan D. Cremer. 2016. B−H···π Interaction: A

New Type of Nonclassical H-Bonding. Journal of the American Chemical

Society. Vol. 138(13). 4334-4337.

Zhou, Y, M. Fan, L. Chen, dan J. Zhuang. 2015. Lignocellulosic fibre mediated

rubber composites: An overview. Composites Part B: Engineering. Vol. 76.

180-191.

Page 69: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

54

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir preparasi rPP ‘;’’

Lampiran 2. Bagan alir preparasi PP-g-AA

Page 70: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

55

Lampiran 3. Bagan alir preparasi lempung MMt

Lampiran 4. Bagan alir preparasi CF

Lampiran 5. Bagan alir preparasi rNR

Page 71: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

56

Lampiran 6. Bagan alir pembuatan komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt

Page 72: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

57

Lampiran 7. Daftar kode dan formulasi komposit

Lampiran 8. Data hasil pengujian defleksi

Page 73: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

58

Lampiran 9. Data hasil pengujian FS dan cara perhitungannya

Page 74: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

59

Lampiran 10. Data hasil pengujian EB dan cara perhitungannya

Page 75: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

60

Lampiran 11. Spektra FTIR

a. komposit rPP/rNR/DVB/PP-g-AA/CF/MMt

b. PP

Page 76: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

61

c. rNR

d. PP-g-AA

Page 77: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

62

e. MMt

f. CF

Page 78: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

63

Lampiran 12. Daftar istilah

AA : Acrylic acid (Asam akrilat)

ASTM : American Standart Testing Method

ATH : Aluminium trihydroxide

a.u : auxiliary unit

BA : Boric acid (asam borat)

BP : Bamboo powder (serbuk bambu)

BPO : Benzoyl peroxide (benszoil peroksida)

BR : Burning rate (kecepatan pembakaran)

CF : Carbon fiber (serat karbon)

CFRP : Carbon fiber reinforced polymer (polimer diperkuat CF)

CPO : Crude palm oil (minyak sawit mentah)

DCP : Dicumyl peroxide

DVB : Divinyl benzene (divinil benzena)

EB : Elastisitas bending

ENR : Epoxidized natural rubber (karet alam terepoksidasi)

EPDM : Ethylene propylene diene monomer

FS : Flexural Strength (kekuatan bending)

FTIR : Fourier transform infra red

GF : Glass fiber (serat gelas)

HDPE : High density polyethylene (polietilen densitas tinggi)

HR : Heat release (pelepasan panas)

KF : Kenaf fiber (serat kenaf)

LDPE : Low density polyethylene (polietilena densitas rendah)

LOI : Limiting oxygen index (indek pembatasan oksigen)

MH : Magnesium hydroxide

MMt : Montmorillonite (montmorilonit)

NC : Nano clay (lempung nano)

NR : Natural rubber (karet alam)

OMT : Organically Modified Montmorillonite

PAN : polyacrilo nitrile (poliakrilonitril)

Page 79: PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KARET ALAM TERHADAP …

64

PLA : Poly(lactide acid) (poliasam laktat)

PP : Polypropylene (polipropilena)

PP-g-AA : Acrylic acid grafted polypropylene (PP ditempel AA)

PPMA : Maleic anhydride grafted polypropylene (PP dicangkok MA)

PS : Polystyrene (polistirena)

PU : Polyurethane (poliuretan)

RHP : Rice husk powder (serbuk sekam padi)

RNP : Recycled news paper (limbah koran)

rNR : Recycled natural rubber (limbah karet alam)

rPP : Recycled polypropylene (limbah polipropilena)

TGA : Thermal gravimetry analysis (analisis gravimetri termal)

TMPTA : Trimethylolpropane triacrylate

TS : Tensile Strength (kekuat tarik)

TTI : Time to Ignition (waktu nyala api)

UFS : Ultimate Flexural Strength

XRD : X-ray diffraction

YM : Young Modulus (modulus young)

ZB : Zinc borate (seng borat)