9
Trad. Med. J., May 2013 Vol. 18(2), p 109-117 ISSN : 1410-5918 Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 109 Submitted : 12-02-2013 Revised : 21-03-2013 Accepted : 12-06-2013 PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY OF CREAM W/O ETANOLIC FRUIT EXTRACT OF MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpha (scheff.) Boerl,) AS A SUNSCREEN STABILITAS FISIK DAN AKTIVITAS KRIM W/O EKSTRAK ETANOLIK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpha (scheff.) Boerl,) SEBAGAI TABIR SURYA Hidayatu Hana Shovyana and A. Karim Zulkarnain* Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT Cream of Ethanolic extract Mahkota dewa fruit (Phaleria macrocarph (scheff.) Boerl,) has been reported as a sunscreen in in-vivo. The objective of this study is to evaluate the activity of sunscreen and physical stability. Determination of sunscreen was done by defining values of SPF (Sun Protection Factor) using Switzerland Weber strain mice with in vivo method. In this test we used 1 group without treatment, one negative control group (base), and 4 group treatments. Group treatment is a cream w/o ethanolic extract Mahkota dewa fruit. The value of SPF is a comparison of the DEM on the skin which were given sunscreen cream with DEM on the skin without the cream. We also did some physical stability test on the cream such as the viscosity test, spreading power, latched power, and the ratio of segregation. The Data were analyzed using SPSS to find the effect for addition of extract and prolonged storage of stability of cream. The results showed that a cream Mahkota dewa at concentration 4.6, d and 10% have an activity as a sunscreen with an SPF value of 1.25; 1.56; 2.4; and 3.05. In addition the Mahkota dewa have a good physical stability during storage. Keywords: Mahkota dewa, cream, sun screen ABSTRAK Krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa (Phaleria macrocarph(scheff.) Boerl,) telah diuji aktivitasnya sebagai tabir surya secara in vivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabir surya dan stabilitas fisiknya. Penentuan aktivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber. Uji ini digunakan 1 kelompok tanpa perlakuan, 1 kelompok control negatif (basis), dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan adalah krim w/o ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF merupakan perbandingan DEM pada kulit yang diberi krim tabir surya dengan DEM pada kulit tanpa krim. Uji stabilitas fisik krim meliputi uji viskositas, daya sebar, daya lekat, dan rasio pemisahan. Data dianalisis menggunakan SPSS untuk mengetahuipengaruh penambahan ekstrak dan lama penyimpanan terhadap kestabilan krim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim mahkota dewa kadar 4,6,d dan 10% memiliki aktivitassebagai tabir surya dengan nilai SPF sebesar 1,25; 1,56; 2,4; dan 3,05. Selain itu mahkota dewa memiliki stabilitas fisik yang baik selama penyimpanan. Kata kunci: Mahkota dewa, krim, tabir surya PENDAHULUAN Radiasi sinar matahari terdiri dari sinar inframerah (panjang gelombang >760 nm), sinar tampak (400-760 nm), dan sinar UV (ultraviolet) yang terdiri dari UV A (320-400 nm), UV B (290- 320 nm) serta UV C (200-290 nm) (Mitsui, 1997). Sinar matahari yang sampai di permukaan bumi dan mempunyai dampak terhadap kulit adalah Corresponding author : A Karim Zulkarnain E-mail : [email protected] sinar UV A dan UV B. Kulit mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai organ tubuh paling luar, yang menutupi dan melindungi organ tubuh lain dibawahnya terhadap gangguan fisik maupun kimiawi (Hardiyanto & Soedirman, 1981). Fungsi utamakulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinasi (Djuanda,1999). Banyaknya pengaruh lingkungan secara cepat maupun lambat dapat merusak jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV dari sinar matahari. Efek buruk

477. 2 Kolom Kari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Stabilitas Fisik Krim

Citation preview

Page 1: 477. 2 Kolom Kari

Trad. Med. J., May 2013Vol. 18(2), p 109-117ISSN : 1410-5918

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 109

Submitted : 12-02-2013Revised : 21-03-2013

Accepted : 12-06-2013

PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY OF CREAM W/O ETANOLIC FRUITEXTRACT OF MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpha (scheff.) Boerl,)

AS A SUNSCREEN

STABILITAS FISIK DAN AKTIVITAS KRIM W/O EKSTRAK ETANOLIK BUAHMAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpha (scheff.) Boerl,) SEBAGAI TABIR SURYA

Hidayatu Hana Shovyana and A. Karim Zulkarnain*Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Cream of Ethanolic extract Mahkota dewa fruit (Phaleria macrocarph (scheff.) Boerl,) has beenreported as a sunscreen in in-vivo. The objective of this study is to evaluate the activity of sunscreen andphysical stability. Determination of sunscreen was done by defining values of SPF (Sun Protection Factor)using Switzerland Weber strain mice with in vivo method. In this test we used 1 group without treatment, onenegative control group (base), and 4 group treatments. Group treatment is a cream w/o ethanolic extractMahkota dewa fruit. The value of SPF is a comparison of the DEM on the skin which were given sunscreencream with DEM on the skin without the cream. We also did some physical stability test on the cream such asthe viscosity test, spreading power, latched power, and the ratio of segregation. The Data were analyzedusing SPSS to find the effect for addition of extract and prolonged storage of stability of cream. The resultsshowed that a cream Mahkota dewa at concentration 4.6, d and 10% have an activity as a sunscreen with anSPF value of 1.25; 1.56; 2.4; and 3.05. In addition the Mahkota dewa have a good physical stability duringstorage.Keywords: Mahkota dewa, cream, sun screen

ABSTRAK

Krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa (Phaleria macrocarph(scheff.) Boerl,) telah diujiaktivitasnya sebagai tabir surya secara in vivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabirsurya dan stabilitas fisiknya. Penentuan aktivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF (SunProtection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber. Uji ini digunakan 1 kelompok tanpaperlakuan, 1 kelompok control negatif (basis), dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan adalah krimw/o ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF merupakan perbandingan DEM pada kulit yang diberikrim tabir surya dengan DEM pada kulit tanpa krim. Uji stabilitas fisik krim meliputi uji viskositas, dayasebar, daya lekat, dan rasio pemisahan. Data dianalisis menggunakan SPSS untuk mengetahuipengaruhpenambahan ekstrak dan lama penyimpanan terhadap kestabilan krim. Hasil penelitian menunjukkanbahwa krim mahkota dewa kadar 4,6,d dan 10% memiliki aktivitassebagai tabir surya dengan nilai SPFsebesar 1,25; 1,56; 2,4; dan 3,05. Selain itu mahkota dewa memiliki stabilitas fisik yang baik selamapenyimpanan.Kata kunci: Mahkota dewa, krim, tabir surya

PENDAHULUANRadiasi sinar matahari terdiri dari sinar

inframerah (panjang gelombang >760 nm), sinartampak (400-760 nm), dan sinar UV (ultraviolet)yang terdiri dari UV A (320-400 nm), UV B (290-320 nm) serta UV C (200-290 nm) (Mitsui, 1997).Sinar matahari yang sampai di permukaan bumidan mempunyai dampak terhadap kulit adalah

Corresponding author : A Karim ZulkarnainE-mail : [email protected]

sinar UV A dan UV B. Kulit mempunyai fungsiyang sangat vital sebagai organ tubuh paling luar,yang menutupi dan melindungi organ tubuh laindibawahnya terhadap gangguan fisik maupunkimiawi (Hardiyanto & Soedirman, 1981). Fungsiutamakulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi,persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukanpigmen, pembentukan vitamin D dan keratinasi(Djuanda,1999). Banyaknya pengaruh lingkungansecara cepat maupun lambat dapat merusakjaringan kulit manusia, salah satunya yaitupengaruh sinar UV dari sinar matahari. Efek buruk

Page 2: 477. 2 Kolom Kari

PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY...........

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013110

dari radiasi sinar matahari pada kulit manusiadapat menyebabkan sunburn, pigmentasi kulit,penuaan dini, (Wang et al., 2008) dan dapatmenyebabkan kanker pada kulit manusia(Wilkinson & Moore, 1982).

Oleh karena itu dibutuhkan tabir suryayang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasisinar matahari (Wang et al., 2008). Tabir suryamerupakan bahan-bahan kosmetik yang secarafisik atau kimia dapat menghambat penetrasi sinarUV ke dalam kulit (Oroh & Harun, 2001). Tabirsurya kimia misalnya benzofenondan antranilat,yang dapat mengabsorpsi energi radiasi. Tabirsurya fisik misalnya titanium dioksida, seng oksidayang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisikdapat menahan UV A maupun UV B(Wasitaatmadja, 1997). Ada pula tabir surya alamidi alam, misalnya senyawa fenolik yang terdapatdalam tumbuhan dan berfungsi melindungijaringan tanaman terhadap kerusakan akibatradiasi sinar matahari (Halliwell & Gutteridge,1999).Senyawa fenolik khususnya golonganflavonoid mempunyai potensi sebagai tabir suryakarena adanya gugus kromofor (ikatan rangkaptunggal terkonjugasi) yang mampu menyerapsinar UV baik UV A maupun UV B sehinggamengurangi intensitasnya pada kulit (Wolf, et al.,2001). Tanaman mahkota dewa [Phaleriamacrocarpa (Scheff) Boerl.] merupakan salah satutanaman yang menurut Tambunan dan Simanjutak(2006) dalam buah mahkota dewa mengandungsenyawa 6,4’-dihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-O-α-D-glukopiranosida, merupakan turunan hidroksi benzofenon glukosida. Turunan hidroksibenzofenon glukosida juga merupakan komponenutama yang khas pada daun mahkota dewa.Mahkota dewa juga mengandung asam galat(Farried et al., 2007) dan phalerin ( Wahyuningsihet al., 2005 dan Oshimi et al., 2008).

Tanaman mahkota dewa [Phaleriamacrocarpa (Scheff) Boerl.] merupakan salah satutanaman yang secara tradisional digunakan untukmengobati kanker (Harmanto, 2002). Phalerindalam daun mahkota dewa mempunyai aktivitassebagai imunostimulan, ditunjukkan denganaktivitasnya meningkatkan fagositosis makrofagsecara signifikan (p<0,05) (Wijanarko et al., 2005).Phalerin dalam ekstrak metanol daun mahkotadewa mempunyai aktivitas sebagai antioksidanyaitu mampu melakukan penangkapan radikalDPPH (Wijanarko et al., 2006).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padatyang mengandung satu atau lebih bahan obatterlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yangsesuai (Anonim, 1995). Krim berupa emulsimengandung air tidak kurang dari 60% dandimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe

krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipeair dalam minyak (A/M) (Anief, 2005). Krim tipeM/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air,jika digunakan pada kulit, maka akan terjadipenguapan dan peningkatan konsentrasi darisuatu obat yang larut dalam air sehinggamendorong penyerapannya ke dalam jaringankulit. Tetapi pada umumnya orang lebih menyukaitipe A/M, karena penyebarannya lebih baik,walaupun sedikit berminyak tetapi penguapanairnya dapat mengurangi rasa panas di kulit.Coldcream adalah bentuk emulsi yang memilikiperbandingan fase minyak lebih tinggi atau salahsatu contoh tipe A/M, walaupun begitu saat krimini diaplikasikan pada kulit tetap memberikan efekdingin karena penguapan dari air yang terkandungdalam emulsi berjalan lambat (Howard, 1974).

Sinar UV B dapat mencapai kulit sebanyak70% direfleksikan oleh lapisan tanduk (stratumcorneum), 30% terpenetrasi ke dalam epidermis,dimana sebagian diabsorpsi oleh keratinosit danmelanin, hanya 10 % yang mencapai bagian atasdermis (Anonim, 2011). Sinar UV A memilikienergi lebih rendah dari UV B tetapi memilikikelimpahan lebih dari 95% dari radiasi UV yangmencapai bumi (Wang et al., 2008), dengan 20-32% dapat mencapai dermis dan 4% terpenetrasipada jaringan subkutis. Semakin panjang suatupanjang gelombang, maka semakin dalampenetrasi ke dalam kulit (Mitsui, 1997).

Sinar UV A disebut juga gelombang panjang(320-400 nm) bertanggung jawab padaterbentuknya tanning di permukaan kulit. SinarUV B bertanggung jawab atas terjadinya sunburnyangmerupakan reaksi akut dengan gejalabervariasi mulai dari eritema hingga luka bakaryang nyeri(Wilkinson & Moore, 1982).

Efek menguntungkan dari sinar mataharisalah satunya adalah membantu produksi vitaminD dengan cara mangaktivasi 7-dehidrokolesterol(provitamin D3) pada epidermis, sehingga dapatmeningkatkan absorpsi kalsium dalam usus halus.Adapun efek merugikan dari sinar matahari antaralain terjadinya eritema, kerut pada kulit,kerusakan sel elastin, bahkan paling parahterjadinya kanker pada kulit. Besarnya derajatkerusakan kulit tergantung pada frekuensi danlamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitassinar matahri serta sensitivitas seeorang. Padapaparan sinar matahari berlebihan sistemperlindungan alamiah tidak mampu menahanradiasi tersebut, sehingga diperlukanperlindungan tambahan, diantaranyamenggunakan sediaan tabir surya (Wilkinson &Moore, 1982).

Tabir surya merupakan bahan-bahankosmetik yang secara fisik atau kimia dapat

Page 3: 477. 2 Kolom Kari

Hidayatu Hana Shovyana

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 111

menghambat penetrasi sinar ultraviolet ke dalamkulit (Oroh dan Harun, 2001). Menurut Shaat(1990) mekanisme kerja tabir surya dibagimenjadi 2 macam, yaitu:Pemblok fisik (Phisical blockers)Penyerap kimia (Chemical absorber) (Shaat, 1990).Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalampembuatan formula sediaan tabir surya : Harus terasa nyaman dalam penggunaannya,

terutama produk sering digunakan di luarruangan sehingga pengemasannya harusefektif.

Zat aktifnya harus memenuhi kuantitas untukmemberikan perlindungan dan manfaatefektif.

Zat aktifnya harus kompatibel dengan bahanpembawa dalam sediaan.

Zat aktifnya harus memungkinkanmembentuk lapisan tipis yang tidak mudahmenguap (non-volatile) pada permukaankulit.

Potensi tabir surya dapat dinyatakandengan Sun Protection Factor (SPF) dan UV-AProtection Factor (APF). SPF merupakanperbandingan antara banyaknya energi sinarsurya (dalam hal ini adalah UV B) yang dibutuhkanuntuk menimbulkan eritema minimal (DosisEritema Minimal = DEM) pada kulit yangdilindungi tabir surya dengan banyaknya energiyang dibutuhkan untuk menimbulkan eritemaminimal pada kulit yang tidak dilindungi tabirsurya. Sedangkan APF adalah perbandingan antarabanyaknya energi sinar UV A yang dibutuhkanuntuk menimbulkan tanning minimal (DosisTanning minimal = DTM) pada kulit yangdilindungi tabir surya dengan banyaknya energisinar surya yang dibutuhkan untuk menimbulkantanning minimal pada kulit yang tidak dilindungitabir surya (Martini et al., 1995).

Tabir surya dengan SPF menyatakanlamanya kulit seseorang berada di bawah sinarmatahari tanpa mengalami sunburn. Sedang angkaSPF menyatakan berapa kali daya tahan alamikulit dilipatgandakan sehingga aman dibawahsinar matahari tanpa mengalami sunburn. Sebagaicontoh, seseorang yang akan mengalami sunburnsetelah 12 menit di bawah sinar matahari, jikadilindungi tabir surya dengan SPF 10 maka diaakan mengalami sunburn setelah 120 menitdibawah paparan sinar matahari (Anonim, 2010).

Energi foton yang dilepaskan cahayamatahari dapat menimbulkan perubahanfotokimia sehingga dapat menyebabkanperubahan metabolisme pada makhluk hidup(Koechevar et al., 1993). Efek buruk dari radiasisinar matahari pada kulit manusia dapatmenyebabkan sunburn, pigmentasi kulit, penuaan

dini, (Wang et al., 2008) dan bahkan paling parahdapat menyebabkan kanker pada kulit manusia(Wilkinson & Moore, 1982). Timbulnya berbagaidampak negatif akibat radiasi sinar matahariberlebih maka perlu dilakukan perlindunganterhadap kulit dengan tabir surya.

Selain tabir surya sintesis terdapat pulatabir surya alami di alam. Misalnya senyawafenolik yang terdapat dalam tumbuhan danberfungsi melindungi jaringan tanaman terhadapkerusakan akibat radiasi sinar matahari (Halliwell& Gutteridge, 1999).Senyawa fenolik khususnyagolongan flavonoid mempunyai potensi sebagaitabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatanrangkap tunggal terkonjugasi) yang mampumenyerap sinar UV baik UV A maupun UV Bsehingga mengurangi intensitasnya pada kulit(Wolfet al., 2001).

METODOLOGIAlat penelitian yang digunakan pada

peneltian ini antara lain oven (Shimadzu), neracaanalitik (Adventurer™, Ohaus),penangas air, alatuji daya sebar (Lab. Teknologi Farmasi, FFUGM),alat uji daya lekat (Lab. Teknologi Farmasi, FFUGM), viskotester VT-O4 ( Rion Co. Ltd, Jepang),stopwatch (Alba Digital Stopwatch). Alat ujiaktivitas krim adalah UVGI-58 Handheld UV Lamp

Bahan penelitianyang digunakan adalahdaging buah mahkota dewa (Phaleriamacrocarpa(Scheff). Boerl.) yang diambil dariSamigaluh, Kulonprogo pada bulan Januari 2011.ethanol 70% (etOH), cera alba, paraffinliquidum,span 80, metilparaben, propilparaben danaquadest(berderajatfarmasetis), serta 8-MOP,mencit betina Swiss Webster umur 2-3 bulanberat 25-30 g(LPPT UGM).

Pembuatan formula krim w/oFase minyak semua dicampurkan dengan

propil paraben dan span 80 pada suhu 70ºC.Kemudian dilakukan penambahan fase air danmetil paraben sedikit demi sedikit dalam mortirhangat dan diaduk sampai terbentuk massa yangkental (basis krim). Selanjutnya ditambahkanekstrak yang telah dilarutkan dengan sedikit airdan diaduk sampai homogen. Saat menjelangdingin krim ekstrak mahkota dewa ditambahkanpewangi. Formulasi sediaan krim tipe w/o denganberbagai konsentrasi ekstrak buah mahkota dewadapat dilihat pada tabel berikut :

Uji sifat fisis krim w/o mahkota dewaUji viskositas krim w/o

Uji viskositas dilakukan dengan alatViscosimeter Rion seri VT 04 rotor no 2dicelupkan ke dalam krim. Viskositas diketahui

Page 4: 477. 2 Kolom Kari

PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY...........

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013112

dengan mengamati gerakan jarum penunjukviskositas yang menunjuk pada angka tertentu.Angka tersebut merupakan viskositas krimdengan satuan dPa.s = 1 ( 1 dPa.s = 1 Poise). Ujiviskositas terhadap krim dilakukan setiap minggudalam satu bulan.

Uji daya lekat krim w/oSejumlah basis diletakkan di atas gelas

objek yang telah ditentukan luasnya. Gelas objekyang lain diletakkan di atas basis tersebut danditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Gelasobjek dipasang pada alat uji, lepaskan bebanseberat 80 gram dan dicatat waktu hingga keduagelas objek terlepas. Uji daya lekat terhadapdilakukan setiap minggu dalam satu bulan.

Uji Daya Sebar krim w/oSebanyak 0,5 gram basis diletakkan di

tengah alat (kaca bulat). Kaca penutup ditimbang,kemudiaan diletakkan di atas basis, dibiarkanselama 1 menit. Diameter penyebaran basisdiukur dengan mengambil panjang rata- ratadiameter dari beberapa sisi. Beban tambahanseberat 50 gram dilatakkan diatas basis,didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameterpenyebaran basis. Percobaan diteruskan tiap kalidengan penambahan beban seberat 50 gram dandicatat diameter penyebaran basis selama 1 menit.Uji daya sebar terhadap dilakukan setiap minggudalam satu bulan.

Uji rasio pemisahan krim w/oBasis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

berskala sampai skala tertentu. Tabung reaksiberskala berisi basis disimpan pada suhukamar.Volume pemisahan basis pada suhu kamardicatat tiap dua hari sekali sampai hari ke 40. Jikatidak terjadi pemisahan pada suhu kamar makadilakukan uji stabilitas emulsi yang dipercepat. Ujidilakukan dengan pemberian kondisi stress padasuhu 48°C dan 8°C secara bergantian selama 3siklus (1 siklus = 12 jam pada 48°C dan 12 jampada 8°C) ( Mollet & Grubenmann, 2001)

Determinasi Tipe Emulsi krim w/oDeterminasi tipe emulsi krim menggunakan

metode pengenceran. Satu tetes krim diteteskanke dalam 30 ml air. Krim tipe m/a akanterdistribusi merata pada medium air. Krim tipea/m tidak akan terdistribusi merata padapermukaan air. Pengamatan dilakukan padasebelum dan sesudah penyimpanan selama 4minggu.

Penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor)secara in vivo krim w/o

Punggung mencit dicukur bulunya danditandai seluas 2 x 2 cm2. Sembilan puluh menitsebelum penyinaran, diberikan 8-metoksipsoralen (dosis 10 mg/kg BB). Orientasi DEMdilakukan pada kulit mencit yang sudah dicukurbulunya pada bagian punggung dan disensitasidengan 8-metosi psoralen. Radiasi dilakukansampai terbentuk eritema. Penentuan DEMmenggunakan 3 mencit untuk replikasi.Peningkatan lama penyinaran sebesar 25 % darisebelumnya. Pengamatan timbulnya eritemadilakukan 24 jam setelah penyinaran. Aktivitastabir surya krim mahkota dewa ditentukandengan meradiasikan sinar UV pada kulit mencityang telah diolesi krim 2 mg/cm2 30 menitsebelum penyinaran dengan lama penyinaranmulai dari nilai DEM tanpa krim tabir surya.

HASIL DAN PEMBAHASANViskositas krim w/o

Viskositas sediaan semi padat menjadisalah satu faktor yang perlu diperhatikan karenaberkaitan dengan kenyamaan penggunaan. Krimharus mudah dioleskan dan dapat menempel padakulit. Krim tidak boleh terlalu keras dan terlaluencer karena berkaitan dengan efek terapi yangdiinginkan serta kenyamanan penggunaan.

Pengukuran viskositas krim dilakukan padaminggu ke-0 sampai minggu ke-4 setelahpembuatan, untuk mengetahui pengaruh lamapenyimpanan terhadap nilai Keterangan : nilaiviskositas di atas merupakan viskositas rata-ratadari tiga kali replikasi ± SD

Tabel II di atas terlihat bahwa pada mingguke-4 basis (krim 0%) memiliki viskositas palingrendah sedangkan krim 10% memiliki viskositaspaling tinggi. Pada minggu ke-4 viskositas krimmahkota dewa semakin meningkat denganbertambahnya kadar ekstrak mahkota dewa.

Viskositas krim 4% terjadi penurunanmulai minggu pertama dan mengalami penurunanlagi setelah minggu ke 3. Untuk krim 6 % hanyamengalami penurunan sekali pada minggupertama. Viskositas pada basis, krim 8% dan krim10 % tidak mengalami penurunan atau dapatdikatakan krim stabil selama penyimpanan.

Persamaan regresi linier basis dan krimekstrak mahkota dewa dengan kadar 4%; 6%; 8%;dan 10% memberikan nilai R (0; 0,8660; 0,707; 0;0) < R tabel (R = 0,878; n=5; d.f.=3; α=0,005) yang berarti tidak ada korelasi linear antar lamapenyimpanan dan viskositas.

Uji statistik model Friedman digunakankarena data terdistribusi tidak normal. dansignifikansi yang didapatkan adalah 0,001

Page 5: 477. 2 Kolom Kari

Hidayatu Hana Shovyana

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 113

(signifikansi<0,05), berarati peningkatan kadarekstrak dan lama penyimpanan mempunyaipengaruh yang berbeda bermakna terhadapviskositas. Hasil uji Mann-Whitney terlihat bahwapeningkatan kadar ekstrak mahkota dewaberpengaruh terhadap viskositas krim, yaitu

perbandingan antara basis dan masing-masingkrim ekstrak mahkota dewa berbeda bermakna.Perbandingan antara krim 4%-6%; 4%-8%, 4%-10%, dan 6%-8% menunjukkan bahwa viskositasantar krim tidak berbeda bermakna(signifikansi>0,05). Sedangkan pada perbandinganantara krim 6%-10% dan 8% 10% menunjukkanbahwa viskositas antar krim berbeda bermakna(signifikansi<0,05).

Daya sebar krim w/oUji daya sebar basis dilakukan untuk

mengetahui kemampuan basis menyebar padapermukaan kulit ketika diaplikasikan.Kemampuan penyebaran basis yang baik akanmemberikan kemudahan pengaplikasian pada

permukaan kulit. Selain itu penyebaran bahanaktif pada kulit lebih merata sehingga efek yangditimbulkan bahan aktif menjadi lebihoptimal.Hasil pengamatan daya sebar krimekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada Tabel III.

Semua krim mengalami peningkatan luassebaran selama penyimpanan. Krim 4% dan krim6% merupakan krim yang paling tidak stabilselama penyimpanan dapat dilihat dari harga

Tabel I. Formula krim tipe w/o ekstrak etanolik buah mahkota dewa

Bahan Blangko(%) F1(%) F2(%) F3(%) F4(%)

Cera Alba 16 16 16 16 16Paraffin LiquidumSpan 80

455

455

455

455

455

Metilparaben 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1Propilparaben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2Pewangi q.s q.s q.s q.s q.sEkstrak 0 4 6 8 10Aquadest ad 100 100 100 100 100

Tabel II. Nilai viskositas krim ekstrak mahkota dewa pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4 setelahpembuatan

Krim Mahkota Viskositas (dPa.s) Krim Ekstrak Mahkota dewa pada Minggu ke-

Dewa 0 1 2 3 4Basis 200±0 200±0 200±0 200±0 200±0

Krim 4% 280±0 250±0 250±0 240±0 240±0

Krim 6% 250±0 240±0 240±0 240±0 240±0

Krim 8% 240±0 240±0 240±0 240±0 240±0

Krim 10% 250±0 250±0 250±0 250±0 250±0

Keterangan : nilai viskositas di atas merupakan viskositas rata-rata dari tiga kali replikasi ± SD

Tabel III . Daya sebar krim ekstrak mahkota dewa pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4 setelahpembuatan

Krim Mahkota Luas Sebaran (cm2) Krim Ekstrak Mahkota dewa pada Minggu ke-

Dewa 0 1 2 3 4Basis 18,85±0,00 19,89±0,31 20,44±0,05 20,50±0,08 20,50±0,00

Krim 4% 10,25±0,16 12,54±0,18 15,97±0,12 16,20±0,08 19,68±0,05

Krim 6% 14,35±0,17 20,77±0,09 18,98±0,22 19,60±0,05 20,52±0,09

Krim 8% 12,79±0,07 12,88±0,00 13,15±0,07 13,26±0,00 13,80±0,08

Krim 10% 15,50±0,04 15,78±0,20 15,90±0,00 15,90±0,00 15,90±0,00

Keterangan : nilai luas sebaran di atas merupakan luas sebaran rata-rata dari tiga kali replikasi ±SD

Page 6: 477. 2 Kolom Kari

PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY...........

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013114

slope yang cukup besar yaitu 2,252 untk krim 4%dan 1,115 untuk krim 6%. Krim 10% memilikislope paling kecil (0,092) sehingga dapatdisimpulkan bahwa krim 10% memiliki kestabilanpaling baik.

Persamaan regresi linier krim dengan kadarekstrak 4% dan 8% memberikan nilai R (0,979;

0,919) > R tabel (R = 0,878; n=5; d.f.=3; α=0,005) yang berarti ada korelasi linear antara lamapenyimpanan dan daya sebar krim. Basis, krim6%, dan 10% memberikan nilai R (0,866; 0,675;0,838) < R tabel yang berarti tidak ada korelasiantara lama penyimpanan dan daya sebar krim.

Hasil One Sample Kolmogorof-Smirnov Testterlihat terdistribusi normal dengan signifikansisebesar 0,125 (signifikansi>0,05). Sedangkan hasilanalisis varian dengan Leneve’s Test of Equality ofError diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,009(signifikansi<0,05) membuktikan varian datatidak homogen, maka digunakan model Friedmanbukan dengan ANOVA.

Hasil uji Friedman diperoleh nilaisignifikansi 0,009 (signifikansi<0,05) yangberarati peningkatan kadar ekstrak dan lamapenyimpanan mempunyai pengaruh yang berbedabermakna terhadap daya sebar krim. Selanjutnyahasil uji Mann-Whitney terlihat bahwapeningkatan kadar ekstrak berpengaruh terhadapdaya sebar krim, yaitu perbandingan antara basis

dan masing-masing krim berbeda bermakna.Kecuali pada krim 6%, menunjukkan tidak adaperbedaan bermakna antara basis dan krim 6%.Untuk perbandingan antara masing-masing krimmenunjukkan bahwa tidak berbeda bermakna,kecuali pada perbandingan kadar 8% dan 10%menunjukkan ada perbedaan bermakna dengan

signifikansi 0,008 (signifikansi<0,05).Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa

lama penyimpanan terhadap daya sebar tidakmemberikan pengaruh yang berbeda bermakna(signifikansi>0,05) pada kelima krim ekstrakmahkota dewa.

Uji daya lekat krim w/oPengukuran daya lekat krim dilakukan padaminggu ke-0 sampai minggu ke-4 setelahpembuatan.

Uji daya lekat krim dilakukan untukmengetahui kemampuan krim melekat padatempat aplikasinya. Daya lekat basis berhubungandengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yangbaik mampu menjamin waktu kontak yang efektifdengan kulit sehingga tujuan tercapai (Betageri &Prabhu, 2002).

Krim 4% merupakan krim yang paling tidakstabil selama penyimpanan yaitu harga slope yangpaling besar yaitu 0,688. Krim 10% memiliki

Tabel IV . Daya lekat krim ekstrak mahkota dewa pada minggu ke-0 sampai mingguV ke-4 setelahpembuatan

Krim Mahkota Daya Lekat (detik) Krim Ekstrak Mahkota dewa pada Minggu ke-

Dewa 0 1 2 3 4

Basis 1,02±0,02 1,01±0,01 1,00±0,00 1,00±0,00 1,00±0,00

Krim 4% 4,60±0,05 2,53±0,01 1,81±0,01 1,79±0,01 1,53±0,01

Krim 6% 1,57±0,06 1,39±0,01 1,57±0,03 1,48±0,00 1,45±0,01

Krim 8% 1,44±0,01 1,42±0,02 1,25±0,01 1,22±0,02 1,22±0,01

Krim 10% 1,10±0,01 1,10±0,02 1,10±0,01 1,09±0,01 1,09±0,00

Keterangan : nilai daya lekat di atas merupakan daya lekat rata-rata dari tiga kali replikasi ± SD

Tabel V. Data nilai F rata-rata setelah siklus ke-3 freeze-thaw

Krim Mahkota dewa F

Basis 0,65 ± 0,00

Krim 4% 0,71 ± 0,00

Krim 6% 0,80 ± 0,02

Krim 8% 0,91 ± 0,00

Krim 10% 0,92 ± 0,01

Keterangan : Nilai F di atas merupakan F rata-rata dari tiga kali replikasi ± SD

Page 7: 477. 2 Kolom Kari

Hidayatu Hana Shovyana

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 115

slope paling kecil (0,003) sehingga dapatdisimpulkan bahwa krim 10% memiliki kestabilanpaling baik.

Persamaan regresi linier krim basis dankrim ekstrak mahkota dewa dengan 8%memberikan nilai R (0,884; 0,916) > R tabel (R =0,878; n=5; d.f.=3; α=0,005) yang berarti ada korelasi linear antara lama penyimpanan dan dayalekat krim. Pada krim 4%, 6%, dan 10%memberikan nilai R (0,865; 0,302; 0,866) < R tabelyang berarti tidak ada korelasi antara lamapenyimpanan dan daya lekat.

Hasil uji One-Sample Kolmogorof-SmirnovTest diketahui bahwa data terdistribusi tidaknormal dengan signifikansi sebesar 0,033(signifikansi<0,05).Selanjutnya hasil ujiFriedman,didapatkan nilai signifikansi 0,000(signifikansi<0,05). Hal ini berarati peningkatankadar ekstrak mahkota dewa dan lamapenyimpanan mempunyai pengaruh yang berbedabermakna terhadap daya lekat krim. Hasil ujilanjutan dengan Mann-Whitney terlihat bahwapeningkatan kadar ekstrak mahkota dewaberpengaruh terhadap daya lekat krim, yaituperbandingan antara basis dan masing-masingkrim berbeda bermakna. Selain itu perbandinganantara masing-masing krim tiap kadarmemberikan hasil signifikansi kurang dari 0,05(berbeda bermakna).

Hasil uji dengan Wilcoxon menunjukkanbahwa lama penyimpananterhadap daya lekattidak memberikan pengaruh yang berbedabermakna pada kelima krim ekstrak mahkotadewa (signifikansi>0,05).

Rasio volume pemisahan krim w/oRasio volume pemisahan merupakan

salah satu parameter stabilitas fisik krim emulsi.Pengukuran dilakukan dengan membandingkantinggi fase yang memisah dengan tinggi emulsimula-mula yang ditunjukkan dengan nilai F.Emulsi dikatakan stabil bila nilai rasio volumepemisahan (F) = 1, yang artinya emulsi tidakpecah. Apabila nilai F semakin mendekati 1 makadikatakan emulsi semakin stabil (Mollet &Grubenmann, 2001).

Pengukuran rasio volume pemisahandilakukan setelah uji stabilitas dipercepat, yaitufreeze-thaw. Krim disimpan pada suhu 48°C dan8°C secara bergantian selama 3 siklus (1 siklus=12jam pada 48°C dan 12 jam pada 8°C). nilai Fsetelah siklus ke-3 freeze-thaw.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwasemua krim stabil pada suhu kamar karena tidakterjadi pemisahan fase pada krim tersebut (F=1).Pada uji freeze-thaw terjadi pemisahan padasemua krim. Basis memiliki nilai F paling kecil

yang menunjukkan terjadi pemisahan paling besardiantar keempat krim. Krim 10% memiliki nilai Fpaling tinggi (0,92) atau paling stabil. Dengannaiknya kadar ekstrak mahkota dewa nilai Fsemakin besar. Hubungan antara viskositas krimdengan kecepatan pemisahan dapat dilihat darihukum Stokes. Kecepatan pemisahan berbandingterbalik dengan viskositas. Semakin tinggi kadarekstrak mahkota dewa, maka viskositas krim akansemakin tinggi sehingga kecepatan pemisahanakan semakin lambat dan krim semakin stabil.Penggabungan tetesan- tetesan fase dispers padakadar ekstrak mahkota dewa yang tinggi akanlebih lambat karena kenaikan viskositas.

Hasil One Sample Kolmogorof-Smirnov Test,data terdistribusi normal dengan signifikansisebesar 0,102 (signifikansi>0,05). Hasil uji variandenganLeneve’s Test of Equality of Error untukmelihat varian diperoleh nilai signifikansi sebesar0,001 (signifikansi<0,05) membuktikan variandata tidak homogen dan analisis selanjutnyamenggunakan Kruskal Wallis.

Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan nilaisignifikansi 0,009 (signifikansi<0,05). Hasil ujilanjutan dengan Mann-Whitneyterlihat bahwapeningkatan kadar ekstrak tidak berpengaruhterhadap nilai F krim, yaitu signifikansi lebih dari0,05.

Determinasi tipe emulsi dari krim w/oTipe emulsi dilakukan untuk membuktikan

bahwa krim yang dibuat merupakan krim dengantipe emulsi w/o. Uji dilakukan dengan metodepengenceran. Metode ini didasarkan padakelarutan emulsi dalam cairan yang menyususnfase kontinyu. Emulsi tipe w/o akan terencerkanoleh minyak (Martin, et al., 2000). Hasildeterminasi tipe emulsi menunjukkan semua krimterencerkan dalam minyak. Hal ini membuktikanbahwa krim ekstrak mahkota dewa merupakankrim tipe w/o.

Penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor )secara in vivo

Nilai SPF ditentukan dengan membagi nilaiDEM pada kulit mencit yang dilindungi tabir suryadengan DEM pada kulit mencit yang tidakdilindungi tabir surya. Semakin tinggi kadarekstrak mahkota dewa semakin tinggi nilai SPF.Hal ini dapat dilihat dari nilai SPF krim kadar 4% =1,25; SPF krim 6% = 1,56; SPF krim 8% = 2,44;dan SPF krim10% = 3,05. Nilai faktor pelindungsurya pada krim tidak dipengaruhi oleh basiskrim.

Aktivitas tabir surya yang dimiliki ekstrakmahkota dewa dimungkinkan karena adanyaglikosida benzofenon. Glikosida benzofenon

Page 8: 477. 2 Kolom Kari

PHYSICAL STABILITY AND ACTIVITY...........

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013116

merupakan senyawa fenolik yang memiliki ikatanrangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinarUV. Senyawa fenolik yang terdapat dalamtumbuhan dan berfungsi melindungi tanamanterhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari(Halliwell & Gutteridge, 1999, Wolfet al., 2001).

KESIMPULANKrim ekstrak etanolik buah mahkota dewa

dengan kadar ekstrak 4%; 6%; 8%; dan 10%memiliki aktivitas sebagai tabir surya yangmemberikan nilai SPF berturut-turut sebesar 1,25;156; 2,44; dan 3,05. Krim ekstrak etanolik buahmahkota dewa memiliki sifat fisik yang cukupbaik.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 6-7,

63, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.

Anief, M., 2005, Farmasetika, 117, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Anonim, 2010, http://www.skin-science.com/, 25Oktober 2011.

Anonim, 2011, http://en.wikipedia.org/wiki/sunscreen, 30 April 2011.

Betageri, G. And Prabhu, S., 2002, SemisolidPreparation, dalam Swarbick, J. And Boylan,J.C., (Eds.), Encyclopedia of Pharmaceuticaltechnology, 2nd Ed, Vol. 3, 2436, 2453-2456,Marcel Dekker Inc., New York.

Djuanda, 1999, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,Edisi ke-2, 2-5, FKUI Press, Jakarta.

Faried, A., Kurnia, D., Faried, L.S., Usman, N.,Miyazaki, T, Kato, H., And Kuwono, H., 2007,Anticancer Effects of Gallic Acid Isolatedfrom Indonesian Herbal Medicine, PhaleriaMacrocarapa (Scheff.) Boerl, on HumanCancer Cell Lines, International Journal OfOncology30: 605-613.

Halliwel, B., and Gutteridge, J.M.C., 1999, FreeRadical in Biology and Medicine, 1-231, 353-425, Oxford University Press, New York.

Hardiyanto, & Soedirman, S., 1981, GangguanKosmetik karena Kelainan Pigmentasi Kulit,Journal of the Medical Sciences, XIII (4), 172.

Harmanto, N., 2002, Mahkota Dewa Obat PusakaPara Dewa, Cetakan IV, Agro Media Pusaka,Jakarta.

Howard, G.M., 1974, Perfumes, Cosmetics, and SoapVol III, 7th Edition, B. I. Publication, NewDelhi.

Koechevar, N.E., Pathak, M.A., and Parish, J.A.M.,1993, Photophysics, Photochemistry, andOhotobiology, dalam Fitzpatrick, T.B., Eisen,A.Z., Walff, K.,Freedberg, I.M., Aisten, K.F.(Eds), Dermatology in General Medicine,

1627-1638, 4th Ed, Mc Graw-Hill, Book-Co,New York.

Martin, A., Swarbick, J., & Cammarata, A., 2000,Farmasi Fisik 2, Dasar-Dasar Kimia FisikDalam Ilmu Farmasetik, diterjemahkan olehYoshita, Edisi III, 1143, 1146, 1161,Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Martini, D., Wirohadidjojo, Y.W., & Soebono, H.,1995, Potensi Tabir Surya KombinasiSinamat dan Benzofenon pada BerbagaiKonsentrasi, Berkala Ilmu Kedokteran,27(3), 137.

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, 13,19-23,32-36, Elsevier Science B.V., Netherlands.

Mollet, H & Grubenmann, A., 2001, FormulationTechnology : Emulsions, Suspensions, SolidForm, 261-262, Wiley-Vch, Toronto.

Oroh, E. &Harun, E.S., 2001, Tabir Surya(Sunscreen),Berkala Ilmu Penyakit Kulit &Kelamin, 13(1),1.

Oshimi, S., Zaima, K., Matsuno, Y., Hirasawa, Y.,Lizuka, T., Studiawan, H., Indrayanto, G.,Zaini, N.C., and Morita, H., 2008, Studies onThe Constituents from The Fruits ofPhaleria macrocarpa, J Nat Med (62):207-210.

Shaat, N.A., 1990, The Chemistry of Sunscreen,dalam Lowe, N.J., Shaat, N.A., Sunscreen :Development, Evaluation, and RegulatoryAspect, (Eds.), 211-232, Marcel Derkker Inc.,New York.

Tambunan, R.M., dan Simanjuntak, P., 2006,Penentuan Struktur Kimia AntioksidanBenzofenon Glikosida dari Ekstrak n-Butanol Mahkota dewa, Majalah FarmasiIndonesiavol.17 (4), 184-189.

Wahyuningsih, M.S.H., Mubarika, S., Gandjar, I.G.,Hamann, M.T., Rao, K.V., and Wahyuono, S.,2005, Phalerin a New Benzophenoicglucoside isolated from the MethanolExtract of Mahkota Dewa [Phaleriamacrocarpa (Scheff). Boerl.] Leaves,Majalah Farmasi Indonesia, 16 (1) 51-57.

Wang, S.Q., Stanfield, M.S., Osterwalder, U., 2008,In Vitro Assessment of UV A Protection byPopuler Sunscreen Available in the UnitedStates, J Am Dermatol59: 934-42.

Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun IlmuKosmetik Medik, 119-120,UniversitasIndonesia Press, Jakarta.

Wijanarko., Wahyuningsih M.S.H., Mubarika S.,Ganjar, I.G and Wahyuono S., 2005,Aktivitas Phalerin Hasil Isolasi dari DaunMahkota Dewa [Phaleria macrocarpa(Scheff). Boerl.] sebagai pemacu fagositosismakrofag In Vitro, Majalah ObatTradisisonal, 10(33), 11-15.

Page 9: 477. 2 Kolom Kari

Hidayatu Hana Shovyana

Traditional Medicine Journal, 18(2), 2013 117

Wijanarko., Wahyuningsih M.S.H., Mubarika S.,Ganjar, I.G and Wahyuono S., 2006,Aktivitas Antiradikal Phalerin Hasil Isolasidari Daun Mahkota Dewa [Phaleriamacrocarpa (Scheff). Boerl.], Majalah ObatTradisisonal, 11(35).16-20.

Wilkinson, J.B., and Moore, R.J., 1982, ThePrinciples and Practice of Modern Cosmetic,

7th Ed, 222, 226-228, Leonard Hill Book,London.

Wolf, R., Wolf, D., Morganti, P., Ruocco, V., 2001,Sunscreen,Clinics in Dermatology, 19:252-459.