perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS
TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
TESIS Tesis ini disusun Guna Memenuhi Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Syahrianah Syahran NIM . S850809117
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS
TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
TESIS
Disusun Oleh:
SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 14 Februari 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Mardiyana, M.Si. Dr. Imam Sujadi, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002 NIP. 19670915 200604 1 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS
TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
Disusun oleh
SYAHRIANAH SYAHRAN
S850809117
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal……………………………………
Jabatan
Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
…………………………..
Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si. NIP. 19670116 199402 1 001
………………………….
Anggota penguji 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
2. Dr. Imam Sujadi, M.Si NIP. 19670915 200604 1 001
…………………………. ………………………….
Surakarta, Maret 2011 Mengetahui: Ketua Program Studi Direktur PPs UNS, Pendidikan Matematika, Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Syahrianah Syahran
NIM : S850809117
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul:
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA adalah betul-betul hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 14 Februari 2011
Yang membuat pernyataan,
Syahrianah Syahran S850809117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Syahrianah Syahran. S850809117. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri se Kota Palangka Raya. Tesis. Komisi Pembimbing: (I) Dr. H. Mardiyana, M.Si. (II) Dr. Imam Sujadi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. (3) Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksprimen semu dengan desain faktorial 2 x 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri se Palangka Raya semester I tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian diperoleh dengan stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel 112 siswa yang terdiri dari siswa-siswi SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, dan SMP Negeri 8 Palangka Raya dan masing-masing sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas eksprimen (pembelajaran kooperatif NHT) dan 1 kelas untuk kelas kontrol (pembelajaran kooperatif STAD). Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa nilai UN SMP mata pelajaran matematika untuk penetapan pengambilan sampel berstrata, nilai leger raport mata pelajaran matematika untuk data kemampuan awal, metode tes untuk data hasil belajar matematika pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel dan metode angket untuk data sikap kepercayaan diri. Sebelum instrumen tes dan angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh 3(tiga) validator. Hasil uji coba menunjukkan bahwa 30 butir soal tes valid dan 40 item angket dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Pada uji coba tes hasil belajar matematika dilakukan uji tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas. Sedangkan pada uji coba angket sikap percaya diri dilakukan uji konsistensi internal dan uji reliabilitas. Instrumen tes yang valid dihitung nilai uji reliabiltas dengan KR-20 diperoleh nilai indeks 0,8311, sedangkan nilai indeks reliabilitas angket 0,8356.
Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi α = 5 %, menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII materi sistem persamaan linear dua variabel (Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel), (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel ( Fb = 30,5719 > 3,0397 = Ftabel), dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan sikap percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel, (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, dan (3) Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. (4) Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah.(5) Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran STAD.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT), Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Sikap Percaya Diri, dan Hasil Belajar Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Syahrianah Syahran. S850809117. The Effectiveness in the Cooperative Learning Model of Numbered Heads Together toward the Learning Results in Mathematics in the Main Topic of Discussion of Two-variable Linear Equation System Viewed from the Self-confidence Levels of the 8th-grade Students of the State Junior Secondary Schools throughout Palangkaraya Municipality. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M. Si. Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M. Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University. 2011. The objectives of this research are to investigate: (1) whether or not the use of the cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT) is able to result in better learning results in Mathematics than that of the cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD); (2) whether or not the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and whether or not the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-confidence; (3) whether or not the learning results in Mathematics of the students who are given the cooperative learning model of NHT are better than those of the students who are given the cooperative learning model of STAD among the students with each with high, medium, and low level of confidence. This research used the quasi-experiment method with the factorial design of 2 x 3. This research was conducted from July to December 2010. The population of this research was the 8th–grade students of the state junior secondary schools throughout Palangka Raya of the first semester in the Academic Year of 2010/2011. The samples were gathered through the stratified random sampling and the cluster random sampling. The number of the samples was 112 students who were the students of SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, and SMP Negeri 8 of Palangka Raya Municipality and from each of the schools 1 class was taken as the experiment class (for the cooperative learning model of NHT) and another class was taken as the control class (for the cooperative learning model of STAD). The instruments of the research were test at SMP Negeri 2 Palangka Raya. The data were gathered through the methods of documentation in the form of the national examination scores in Mathematics of junior secondary schools to establish the stratified random sampling, the ledger scores in Mathematics for the data on the students’ initial ability, test for the data on the learning results in Mathematics in its basic competence in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System, and questionnaire for the data on the students’ levels of self-confidence. Before the instruments of test and questionnaire were experimented, the validity test on those two instruments was conducted by three competent persons in validation. The test indicated that 30 question items of the test and 40 items in the questionnaire were able to be used as the research instruments. In the experiment on the test to obtain the learning results in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
Mathematics the tests on the Index of Difficulty, the Index of Differentiability, and the reliability were conducted while the internal consistency test and the reliability test were conducted on the questionnaire on self-confidence. The reliability test with KR-20 conducted on the test instrument to obtain its validity resulted in the index value of 0.8311 while the reliability test conducted on the questionnaire instrument resulted in the index value of 0.8356. The prerequisite for the data analysis used the Lilliefors Test on the normality test and the Bartlett Test on the homogeneity test. The data were then analyzed by using the two-way Analysis of Variances with unequal cells. The results of the analysis were: (1) there is no difference in the influence of the use between those two learning models toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the 8th-grade students (Fa = 0.5499 < 3.8870 = Ftable); (2) there is a difference in the influence of the students’ self-confidence levels toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the students each with high, medium, and low level of self-confidence (Fb = 30.5719 > 3.0397 = Ftable); and (3) there is an interaction between the use of the learning models and the students’ levels of self-confidence toward their learning results in Mathematics in the main topic of discussion Two-variable Linear Equation System (Fab = 3.9947 > 3.0397 = Ftable). The results of this research are: (1) the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD toward the students’ learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System; (2) the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-confidence; and (3) among the students who are given the cooperative learning model of NHT those with high level of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with medium and low levels of self-confidence and those with medium level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with low level of self-confidence. (4) Meanwhile, among the students who are given the cooperative learning model of STAD those with high level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with medium level of self-confidence while those with high and medium levels of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with low level of self-confidence. (5) Among the students each with high, medium, and low level of self-confidence the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD. Keywords: Cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT),
cooperative learning model of Student Team Achievement Division, Self-confidence, and Learning Results in Mathematics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan”. (Q.S Al-Insyirah: 6)
“Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang berilmu”. (Q.S Al-Mujadalah: 11)
“Tetaplah berlaku Jujur, karena Jujur menuju Kebaikan, sedangkan Kebaikan menuju Jalan yang lurus”.
(Sabda Rasullullah)
Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tesis ini ku persembahkan kepada:
1. Ayahnda Syahran Badruzzaman (alm) dan Ibunda Djuaimah Santung yang selalu dalam hati dan doa anakmu.
2. Suami tercinta Suharyono dengan tulus dan ikhlas mendoakan, mendukung serta penyemangat untuk keberhasilan dalam penyelesaian studi dan tesis ini.
3. Anaknda tersayang Ayu Haryono Permatasari yang selalu mendoakan dan membantu dalam penyelesaian tesis ini.
4. Saudaraku, kakak, adik-adik serta keponakan-keponakan yang tersayang dengan
penuh pengertian , selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dukungan.
5. Temanku Pancarita yang memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk keberhasilanku.
6. Anak-anak Mahasiswaku (Arini, Saniadora, Irma,Yesi, Norhayati dan Hana)
yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan Kelas Kalimantan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan doa serta persayudaraannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmatNya sehingga sehingga tesis yang
merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan dan terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan seluruh umatNya.
Peneliti menyadari bahwa penyelesaian laporan hasil penelitian ini tidak
terlepas dari dukungan, dorongan, bimbingan, saran dan bantuan berbagai pihak.
Melalui laporan hasil penelitian ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat,
penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh
studi sampai selesai di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan untuk banyak belajar.
3. Dr. H. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi dan
bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Dosen Pembimbing II dengan sabar, tekun dan tulus
memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi, arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti.
6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah
memberikan ijin penelitian di SMP Negeri se Kota Palangka Raya.
7. Kepala SMP Negeri 1, Kepala SMP Negeri 2, Kepala SMP Negeri 6, dan Kepala
SMP Negeri 8 Palangka Raya beserta Bapak dan Ibu Guru yang telah memberikan
fasilitas, tenaga, pikiran dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga tesis ini
dapat tersusun.
8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009/2010 yang selalu
memberikan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini.
9. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga hasil penelitian bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 14 Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
PERNYATAAN……………………………………………………………… iv
ABSTRAK …………………………………………………………………… v
ABSTRACT……………………………………………………………….. … vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………… ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 8
C. Pemilihan Masalah ……………………………………………. 9
D. Pembatasan Masalah ………………………………………… 10
E. Rumusan Masalah …………………………………………….. 10
F. Tujuan Penelitian……………………………………………… 11
G. Manfaat Penelitian …………………………………………… 12
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………….. 13
A. Kajian Pustaka ………………………………………………… 13
1. Hasil Belajar Matematika …………………………………. 13
2. Pembelajaran Kooperatif ………………………………… 15
3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) 22
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) ................................................................. 26
5. Pengertian Sikap Percaya Diri ……………………………. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………… 34
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………. 36
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………. 40
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………… 42
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ……………………….. 42
B. Jenis Penelitian ………………………………………………. 43
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………… 44
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 45
1. Variabel Penelitian …………………………………… 45
2. Metode Pengumpulan Data ……………………………….. 47
3. Instrumen Penelitian ……………………………………… 49
E. Teknik Analisis Data …………………………………………. 55
1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis…………… 55
2. Uji Keseimbangan ………………………………………… 57
3. Uji Hipotesis ……………………………………………… 59
4. Uji Komparasi Ganda …………………………………….. 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… 65
A. Hasil Uji Coba Instrumen……………………………………... 67
1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika………………. … 67
a. Uji Validitas Isi………………………………………... 67
b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal…………………… 67
c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal………………. 68
d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes………………………… 68
2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri……………………. 69
a. Uji Validitas Isi……………………………………….. 69
b. Uji Konsistensi Internal………………………………. 69
c. Uji Reliabilitas………………………………………… 70
B. Deskripsi Data…………………………………………………. 70
1. Data Skor Tes Hasil Belajar Matematika……………..…… 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
2. Data Skor Angket Sikap percaya Diri Siswa………….…… 71
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data………………………….. 72
1. Uji Keseimbangan ………………………………………… 72
2. Uji Normalitas …..………………………………………… 74
3. Uji Homogenitas…………………………………………… 75
D. Hasil Pengujian Hipotesis……………………………………… 76
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ……….. 76
2. Uji Lanjut Pasca Anava …………………………………… 77
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………………… 80
1. Hipotesis Pertama …………………………………………. 80
2. Hipotesis Kedua…………………………………………… 81
3. Hipotesis Ketiga ………………………………………….. 84
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………….. 89
A. Kesimpulan……………………………………………………. 89
B. Implikasi ………………………………………………………. 90
C. Saran…………………………………………………………… 91
DAFTAR PUSTAKA ..………………………………………………………. 94
LAMPIRAN……..…………………………………………………………… 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika
SMP Negeri Kota Palangka Raya………………..……………… 1
Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika
SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010…………… 2
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT…..………….……………………………………………… 24
Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual ………………….…………….. 27
Tabel 3.1 Jadwal penelitian…………………………………..…………… 42
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian……………………………….………….. 43
Tabel 3.3 Sampel Penelitian…………………………………….………… 45
Tabel 3.4 Kategori Angket Sikap Percaya Diri…………………………… 47
Tabel 3.5 Rangkuman Anava Dua Jalan……..…………………………… 61
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ……..………………………….. 71
Tabel 4.2 Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri…. ……………. 71
Tabel 4.3 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika………. 72
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas kemampuan Awal …………..…………… 73
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksprimen, Kelas
Kontrol, dan Sikap percaya Diri …………………..…………… 74
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas………………………………………… 75
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Sama………….………………………………………………… 76
Tabel 4.8 Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal…….…………………... 77
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom……………… 78
Tabel 4.10 Rangkuman uji Komparasi Ganda Antar Sel……..…………….. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penentuan Sampel Penelitian ……………………………….. 97
Lampiran 2 RPP Pembelajaran Kelas Eksprimen (NHT)……………….. 98
Lampiran 3 RPP Pembelajaran Kelas Kontrol (STAD)…………………. 109
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ………………………………… 120
Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika …………………….. 138
Lampiran 6 Soal Uji Coba tes Hasil Belajar matematika………………… 141
Lampiran 7 Pedoman Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika……… 149
Lampiran 8 Lembar Validasi Butir Tes Hasil Belajar Matematika…….... 158
Lampiran 9 Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika….. 173
Lampiran 10 Rekap Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes
Hasil Belajar Matematika …………………………………. 193
Lampiran 11 Rekap Reliabilitas Uji coba Tes hasil Belajar Matematika … 194
Lampran 12 Kisi-kisi Penyusunan Angket Sikap Percaya Diri…………... 195
Lampiran 13 Angket Sikap percaya Diri …………………………………. 196
Lampiran 14 Lembar Validasi Intrumen Angket Sikap Percaya Diri ……. 199
Lampiran 15 Skor Uji Coba Angket Sikap Percaya Diri …………………. 211
Lampiran 16 Uji Konsistensi Internal Angket Sikap Percaya Diri ……… 223
Lampiran 17 Uji Reliabilitas Angket Sikap Percaya Diri ………………… 224
Lampiran 18 Data Dokumentasi Nilai Awal………………………………. 225
Lampiran 19 Data Induk kelas Eksprimen (NHT)………………………… 228
Lampiran 20 Data Induk Kelas Kontrol (STAD) ………………………… 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
Lampiran 21 Rangkuman Perhitungan Pengkategorian Sikap Percaya
Diri ………………………………………………………… 234
Lampiran 22 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika …… 236
Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksprimen ……… 238
Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ………… 243
Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ……………………….. 247
Lampiran 26 Uji Keseimbangan Antara kelas Eksprimen (NHT) dan
Kelas Kontrol (STAD) ……………………………………… 249
Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksprimen (NHT)……………………. 253
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol Pembelajaran STAD………… 258
Lampiran 29 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Tinggi ............ 263
Lampiran 30 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Sedang........... 267
Lampiran 31 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Rendah …….. 271
Lampiran 32 Uji Homogenitas Sikap Percaya Diri Siswa………………… 275
Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran……………………… 276
Lampiran 34 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama………… 277
Lampiran 35 Uji Komparasi Ganda ………………………………………. 281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap
jenjang pendidikan baik di tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi bahkan
termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional pada setiap akhir jenjang
pendidikan.
Menurut Kepala Bidang SMP/MTs dan SMA/MA (2009), rataan Nilai Ujian
Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Kota Palangka Raya dari tahun
pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2009/2010 ada peningkatan sebagaimana terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya
NO. TAHUN PELAJARAN RATAAN
1. 2005/2006 6,18
2. 2006/2007 6,26
3. 2007/2008 6,29
4. 2008/2009 6,31
5. 2009/2010 6,59
Sumber data :Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.
Tetapi, jika dilihat masing-masing dari 16 SMP Negeri Kota Palangka Raya masih ada
rataan nilai ujian nasional matematika yang kurang dari 6,00 seperti terlihat pada tabel
berikut.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika
SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010
NO. Nama Sekolah Rataan NUN 1. SMP NEGERI 1 Palangka Raya 5,55 2. SMP NEGERI 2 Palangka Raya 7,12 3. SMP NEGERI 3 Palangka Raya 7,00 4. SMP NEGERI 4 Palangka Raya 5,60 5. SMP NEGERI 5 Palangka Raya 5,96 6. SMP NEGERI 6 Palangka Raya 7,21 7. SMP NEGERI 7 Palangka Raya 6,12 8. SMP NEGERI 8 Palangka Raya 6,62 9. SMP NEGERI 9 Palangka Raya 5,73 10. SMP NEGERI 10 Palangka Raya 6,22 11. SMP NEGERI 11 Palangka Raya 5,87 12. SMP NEGERI 12 Palangka Raya 8,78 13. SMP NEGERI 13 Palangka Raya 8,15 14. SMP NEGERI 14 Palangka Raya 7,03 15. SMP NEGERI 15 Palangka Raya 6,50 16. SMP NEGERI 16 Palangka Raya 5,92
Sumber Data: Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.
Secara umum tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan
dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan yang bersifat (1) formal, yaitu penataan nalar dan
pembentukan kepribadian siswa serta (2) informal, yaitu penerapan matematika dan
keterampilan matematika. Keduanya perlu dilaksanakan secara profesional sesuai
dengan jenis dan jenjang pendidikan yang memerlukan matematika (Soedjadi, 2000:
138).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang dilaksanakan oleh tingkat satuan pendidikan
mulai tahun pelajaran 2007. Dalam KTSP 2006, standar kompetensi mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 matematika untuk tujuan pengajaran matematika adalah: (1) melatih cara berpikir dan
menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas yang kreatif, (3) mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Depdiknas, 2006 : 1).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pelaksanaannya
diharapkan sekolah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan kebutuhan, situasi dan
kondisi sekolah yang bersangkutan agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-
benar mampu menjawab kebutuhan daerah dimana sekolah tersebut berada. Dengan
KTSP diharapkan ada perubahan pola pikir bagi guru dalam mengelola kelas dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Bagaimana supaya guru dapat mengantisipasi dan
mengembangkan KTSP yang berbasis kompetensi, reorientasi pembelajaran dari guru
menjadi pembelajaran siswa.
Salah satu wujud tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar
siswa. Bersamaan dengan kemajuan IPTEK maka pelaksanaan pembelajaran menjadi
kompleks, karena komponen dalam proses pembelajaran turut mempengaruhi hasil
belajar antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode, media, guru, dan siswa. Peran
guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: latar belakang pendidikannya,
kemampuan dalam menyajikan materi, sikap terhadap pendidik (siswa), sarana dan
prasarana penunjang lainnya. Demikian juga peserta didik perbedaan individual turut
mempengaruhi, seperti tidak semua peserta didik dapat menangkap makna dari materi
yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 Dalam KTSP diamanatkan adanya pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme, dimana belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan
daripada untuk mengumpulkan sesuatu. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat
membangun pikirannya sesuai dengan apa yang dimilikinya untuk menemukan sesuatu.
Setelah diberlakukannya KTSP sekarang ini, secara umum kegiatan pembelajaran di
sekolah-sekolah belum banyak guru dalam proses pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif di dalam kelas.
Guru seharusnya dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, tetapi menurut
pengamatan peneliti masih banyak guru yang tidak sepenuhnya melaksanakan KTSP
dengan baik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, masih
banyak siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran matematika, saat guru bertanya
kepada siswa tentang konsep yang baru dipelajari siswa tidak bisa menjawab, diberikan
tugas rumah masih ada siswa mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai bahkan
ada yang tidak mengerjakannya. Guru dalam proses pembelajaran hanya memberikan
rumus-rumus dan contoh soal serta latihan soal tanpa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencerna atau mendiskusikan dengan siswa lain. Sedangkan belajar
matematika dengan mengandalkan, mengingat, dan menghafal rumus tanpa dipahami
tidak bermakna. Meskipun ada guru yang mencoba menerapkan pembelajaran aktif di
dalam kelas, namun masih banyak dilakukan secara klasikal atau diskusi biasa. Pada
akhirnya efektifitas pembelajaran aktif yang dilakukan belum optimal dan hasil belajar
siswapun kurang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang
disenangi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti kurang motivasi, kurang
percaya diri belajar siswa pada pelajaran matematika. Salah satu yang menjadi
kendalanya adalah siswa beranggapan bahwa matematika itu sukar, rumit dan hanya
berhubungan dengan angka-angka saja. Oleh karena itu perlu dicarikan jalan keluarnya
agar dalam proses pembelajaran matematika siswa terlibat aktif dan memperoleh
pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika.
Permasalahan di atas menunjukkan diperlukan pula pembenahan pada proses
pembelajaran, dalam hal ini dapat berkaitan dengan strategi, model, ataupun metode
pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya ditentukan oleh
penerapan pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model ataupun metode dalam
pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa dari mengingat atau menghafal
ke arah berpikir dan pemahaman.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran juga memuat interaksi antar siswa juga interaksi
antara guru dan siswa. Karenanya suasana kelas juga harus dibuat sedemikian rupa
sehingga siswa dapat membangun interaksi dan kerjasama baik dengan teman lain
maupun dengan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang memberi fasilitas pada siswa untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu konsep belajar yang sangat menekankan aspek kerjasama, bukan
persaingan. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat menjadi salah satu
alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran (Wagiran,
2006:26). Model pembelajaran kooperatif ini berguna untuk membantu siswa
menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.
Dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran matematika di kelas
VIII SMPN Palangka Raya ternyata kondisi pembelajaran matematika masih ada proses
pembelajaran cenderung satu arah. Saat pembelajaran berlangsung guru aktif mengajar
hanya menyampaikan materi, sementara siswa secara pasif mendengarkan, mencatat,
menghafal, dan mengerjakan soal sesuai contoh yang diberikan. Sehingga sebagian
besar siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan
hasil belajar siswa rendah. Meskipun demikian ada pula beberapa guru mengatakan
sudah melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan diskusi biasa namun hasil ulangan
harian siswa masih ada yang memperoleh di bawah standar ketercapaian yang
diinginkan oleh sekolah yaitu, untuk nilai matematika 65 ke atas dan 85 % siswa
menguasai indikator secara klasikal. Disamping itu siswa masih belum bisa bekerja
sama dengan baik, siswa yang memiliki kemampuan tinggi sajalah yang bisa dan berani
berbicara mengemukakan pendapat sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu
jawaban dari teman yang bisa mengerjakan. Karena itu guru masih perlu berusaha untuk
menarik minat siswa yang kurang dalam pembelajaran ini, sehingga perlu diupayakan
memilih model pembelajaran yang menarik.
Pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah pembelajaran dengan diskusi
kelompok dengan pendekatannya menekankan kepada proses belajar siswa aktif
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dikurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina
Sanjaya, 2007:177). Pembelajaran ini berorientasi pada siswa karena guru memegang
peran yang sangat dominan mengatur pembelajaran agar siswa belajar aktif seoptimal
mungkin. Dari fakta yang ada bahwa dalam proses belajar mengajar matematika, guru
perlu menerapkan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya siswa.
Komponen lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran
adalah diri siswa sendiri. Karakteristik dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi
kegiatan belajar siswa antara lain terkait dengan rasa percaya diri, seorang siswa
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan
mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya sangat membantu dalam belajar
matematika untuk mencapai hasil yang baik. Kepercayaan diri merupakan kemampuan
seseorang dalam mengatasi permasalahan dengan langkah tepat, kreatif dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Orang yang kurang percaya diri
cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut orang lain mengejek dan
menyalahkannya. Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi
dengan baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu
memperhatikan faktor kepercayaan diri siswanya. Interaksi antara guru dengan siswa
ataupun siswa dengan siswa terjadi dalam proses pembelajaran, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keberhasilan belajar yang dicapaipun tergantung pada beberapa
faktor internal diantaranya adalah kemampuan awal siswa, rasa percaya diri yang
dimiliki siswa, dan faktor eksternal diantaranya karakteristik mata pelajaran, kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8 guru dan model pembelajaran atau metode yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran.
Meskipun demikian tepat atau tidaknya suatu model pembelajaran baru terlihat
dari keinginan siswa untuk belajar dan terbukti dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu
pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan peran siswa
belajar lebih aktif sehingga hasil belajarpun akan optimal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya
model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini, muncul
permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah jika pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dan tepat hasil belajar akan menjadi baik. Untuk menjawab
hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu model pembelajaran
yang mengaktifkan siswa.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin diakibatkan oleh penguasaan
kemampuan awal yang dimiliki siswa. Mengingat penguasaan kemampuan awal
mempunyai peranan yang penting dalam belajar matematika. Terkait hal ini, dapat
dilakukan penelitian apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung
dari kemampuan awal yang dimiliki siswa.
3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan oleh siswa
beranggapan matematika sukar sehingga siswa kurang aktif hanya mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pembelajaran begitu saja dan hanya mengorganisasi sendiri apa yang diperolehnya.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian yaitu apakah dengan pemilihan model
pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa hasil belajar matematika siswa
menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam
diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.
Dalam hal ini dapat dilakukan penelitian apakah sikap percaya diri ikut serta
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
C. Pemilihan Masalah
Beberapa masalah di atas tidak mungkin dibahas secara bersamaan dalam satu
penelitian saja oleh peneliti dengan alasan keterbatasan peneliti. Pemilihan masalah
dalam penelitian ini adalah terkait pada permasalahan nomor 1 dan 4 yaitu:
1. Rendahnya hasil belajar matematika, yang mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya
model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam
diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.
D. Pembatasan Masalah
Dari pemilihan masalah di atas, perlu dilakukan pembatasan masalah supaya
penelitian dapat dilakukan tidak menyimpang dari sasaran pokok, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10 1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
pada kompetensi dasar materi pokok Sitem Persamaan Linier Dua Variabel
(SLPDV)
2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dan model kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD).
3. Sikap percaya diri siswa adalah pada sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemilihan dan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif NHT lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apakah siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi hasil belajar matematika lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun
rendah, siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang hasil belajar matematikanya
lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah?
3. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang
memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing
model pembelajaran, apakah hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya
diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap
percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap
percaya diri rendah?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan hasil
belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap
percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika
siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, hasil belajar
matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri yang sedang lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya
diri rendah.
3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk
siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
apakah pada masing-masing model pembelajaran, hasil belajar matematika siswa
dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa
dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika
siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika
siswa dengan sikap percaya diri rendah.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam
memilih pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka upaya peningkatan hasil
belajar.
2. Memberikan informasi kepada guru, calon guru dalam pembelajaran matematika
sikap percaya diri perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.
3. Memberikan masukan bagi penelitian berikutnya yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar Matematika.
Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika prestasi yang diraih sesuai
dengan target yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005: 700) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru. Slameto berpendapat prestasi belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun hal yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh anak pada periode tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin
Syah (2008:45) hasil belajar adalah taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari uraian di atas, hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai dari usaha
yang telah dilakukan untuk menambah pengetahuan, pemahaman di bidang matematika,
mengembangkan keterampilan berkaitan dengan matematika yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2)ranah afektif
(affective domain), dan (3) psikomotor (psykomotor domain). Ranah kognitif berkenaan
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai yaitu kemampuan menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik,
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, gerakan refleks dan lain-lain. Ranah kognitif
lebih dominan daripada afektif dan psikomotor.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku
yang lebih baik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentu saja dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari
dalam diri siswa meliputi faktor usia, kematangan, pengalaman, minat, motivasi,
kepercayaan diri dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber
dari lingkungan sekitar siswa meliputi lingkungan sekolah, masyarakat, bahan
pengajaran, sarana dan media.
Untuk belajar dengan baik siswa sangat memerlukan kondisi yang
memungkinkan ia dapat melihat, mendengar dan melakukan proses belajar dengan baik
karena akan mempengaruhi tingkat kedalaman konsep siswa pada saat proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pembelajaran berlangsung. Tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa
pada saat mengajarkan matematika harus sesuai dengan tingkat kemampuannya. Oleh
karena itu, pendidik harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan
bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan
mental siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dan dapat dengan mudah
menyerap materi yang diberikan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat berkenaan dengan materi SPLDV
menjadi sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yaitu
diantaranya dengan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan penilaian atau evaluasi
belajar. Penilaian dalam hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan
belajar tetapi juga untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan
terhadap materi yang telah dipelajari oleh siswa.
Jadi, hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah penguasaan
yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang diukur dengan tes
pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel.
2. Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan
faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif. Salah satunya yang
diungkapkan oleh Slavin (1995:2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran dimana
siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain belajar.
Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2006) juga mengungkapkan “Essentially then cooperative learning represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members”.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan pergeseran paradigma pendidikan
dari pendekatan berpusat pada guru untuk lebih berpusat pada siswa dalam kelompok
kecil. Ini menciptakan peluang bagus bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah dengan bantuan anggota kelompoknya.
Menurut Slavin (1995:5) ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif
yaitu (1) penghargaan kelompok, (2) tanggung jawab individu, dan (3) kesempatan yang
sama untuk sukses. Kelompok akan memperoleh penghargaan jika mencapai kriteria
tertentu. Tanggung jawab individu mempunyai makna bahwa kesuksesan kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini
terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota
kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. Kesempatan yang
sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara
meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan
bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Beberapa catatan untuk definisi yang diungkapkan oleh Slavin adalah sebagai
berikut yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsur-
unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok.
Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari
kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan
semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya.
Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara
dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap anggota
kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan
pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.
Komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah (1)
ketergantungan positif, (2) tanggung jawab individu, (3) kemampuan bekerjasama, (4)
pengelolaan interaksi kelompok, (5) pengelompokkan heterogen, dan (6) aturan guru
ketika siswa dalam kelompok (Jacobs, 1996:17-21). Dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif, guru harus memperhatikan komponen-komponen kunci dalam pembelajaran
kooperatif. Sehingga suatu pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika dalam
pelaksanaannya di ruang kelas komponen-komponen tersebut muncul. (Jacobs,
1996:26-27).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1. Menekankan pada penghargaan. Penghargaan ini merupakan kunci untuk mendorong
ketergantungan positif.
2. Penghargaan yang diungkapkan Slavin tidak diberi tingkatan nilai. Tingkatan nilai
diperoleh secara individual. Jadi, sementara kelompok memperoleh penghargaan
yang sama, setiap anggota kelompok mungkin memperoleh nilai yang berbeda-beda,
misalnya satu anggota kelompok memperoleh nilai A, anggota yang lain mungkin
memperoleh nilai C.
3. Kemampuan bekerjasama tidak secara eksplisit dilatih.
4. Keheterogenan kelompok didasarkan pada pencapaian skor sebelumnya.
5. Tanggung jawab individu ditekankan pada kuis individual
Menurut Artzt dan Newman (1997:2), pembelajaran kooperatif melibatkan suatu
kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim untuk menyelesaikan
masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama. Ada beberapa model
pembelajaran kooperatif yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama,
dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam
kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah
bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah
kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus
berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok
memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.
Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Nickson
(dalam Hudojo, 2005) adalah membantu siswa untuk membangun konsep-
konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses
internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, dimana terjadi transformasi
informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah
terjadi bila pemahaman siswa terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa.
Sehingga menurut Hudojo (2005:33-34) pembelajaran matematika adalah membangun
pemahaman. Dalam proses pembelajaran, perolehan informasi tidak berlangsung satu
arah dari sumber informasi ke penerima informasi, tetapi pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga skemata
(jaringan konsep)nya menjadi mutakhir. Ini berarti proses pembelajaran tidak semata-
mata pengelolaan siswa, lingkungan dan fasilitas belajarnya. Pengetahuan harus
dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman /pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, siswa percaya bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya
berhasil. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa
dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman, teman yang lebih mampu
membantu teman yang lemah, dan setiap anggota kelompok tetap memberikan
sumbangan pada prestasi kelompok dan para siswa juga mendapat kesempatan untuk
bersosialisasi. Peklaj Cirila (2006) mengemukakan: A learning situation can be
structured in different ways, as an individual, competitive, or cooperative activity. Each
of these structures can be used for different learning outcomes (Situasi belajar dapat
dibentuk dengan cara yang berbeda, baik dengan sendiri, kompetisi atau kerjasama). Hal
ini dapat diungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan
sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Babatunde A.Adeyemi, tahun 2008 yang dipublikasikan pada Journal Internasional yang
berjudul “Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior
Secondary School Students Achievment in Sosial Studies”, menyatakan bahwa “the
results showed that student exposed to cooperative learning strategy performed better
than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi
pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial.
Agar lebih spesifik, ciri-ciri pembelajaran matematika menurut pandangan
konstruktivistik (Hudojo, 2005:34) antara lain sebagai berikut.
1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan
skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) terjadi.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
adalah pemecahan masalah.
Banyak model pembelajaran matematika yang didasari oleh teori
konstruktivistik, seperti pembelajaran yang menekankan peranan siswa dalam
membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator yang membantu keaktifan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya
itu (Suparno, 1997:65-66). Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Siswa belajar
matematika secara kooperatif, antara siswa dengan siswa aktif berdiskusi, dimana
diskusi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dapat memperlancar komunikasi
matematik secara efektif baik itu metode pemahaman konsep/prinsip maupun alasan-
alasan logik (Hudojo, 2005:47). Pembelajaran kooperatif yang dilakukan tidak sekedar
belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung
jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu. Antara siswa dapat saling
bertanya, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan orang lain, memberikan kritik
membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Menurut Hudojo
(2005:48) ciri usaha investigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok
digunakan dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Apabila pembelajaran kooperatif ini
dilaksanakan akan melibatkan siswa secara emosional dan sosial selama pembelajaran
berlangsung sehingga matematika menjadi lebih menarik dan siswa mau belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( 2000: 7-10) terdapat tiga
tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan
sosial.
3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya
adalah tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur –
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini melibatkan para
siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Numbered Head Together sebagai tipe dari model pembelajaran kooperatif pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif Kepala
Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (Anita Lie 2010: 59).
Pada pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama
mereka. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara
tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Selain itu model pembelajaran Numbered Head Together memberi kesempatan kepada
siswa untuk membagikan ide–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Tahapan dalam pembelajaran Numbered Head Together antara lain yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000:
28).
Tahap 1: Penomoran.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan.
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya
atau bentuk arahan.
Tahap 3: Berpikir bersama.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab.
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Langkah – langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2.1 Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Guru merancang model pembelajaran ini disesuaikan dengan kemampuan siswa
dan kebutuhan siswa agar berkembang optimal. Dengan demikian proses pembelajaran
berlangsung efektif. Sehingga setelah selesai pembelajaran diharapkan ada perubahan
tingkah laku yang diperoleh siswa berkaitan dengan pengetahuan matematika.
No. Langkah – langkah Keterangan
1. Persiapan Guru mempersiapkan RPP dan soal – soal
2. Pembentukan kelompok dan
Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 3-5 orang
dengan jenis kelamin dan kemampuan yang
berbeda. Setelah itu memberikan nomor
pada setiap siswa berdasarkan banyaknya
siswa.
3. Diskusi masalah Guru memberi soal pada siswa dalam
kelompok, kemudian siswa berpikir bersama
untuk menyelesaikan soal dan meyakinkan
anggota dalam kelompoknya mengetahui
jawaban soal tersebut.
4. Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban
Guru memanggil beberapa nomor untuk
menyelesaikan setiap soal dan para siswa
memberikan jawaban di depan kelas .
5. Memberikan kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban
akhir dari semua soal yang ada.
6. Memberi penghargaan Guru memberi penghargaan berupa kata –
kata pujian pada siswa dalam kelompok
yang menjawab benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe numbered
heads together yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2) Masing-masing siswa dalam kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan.
3) Siswa mendiskusikan hasil kerjanya dengan teman satu kelompok.
4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan
setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
5) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
6) Siswa dari kelompok lain yang berbeda pendapat mengemukakan pendapatnya.
7) Guru dan siswa mengadakan evaluasi.
8) Memberikan tugas rumah.
9) Menutup pelajaran.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Ide dasar
STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompok agar saling membantu
untuk menguasai materi yang diberikan. Newman and Thompson (dalam Armstrong)
mengemukakan bahwa:” STAD was the most successful cooperative learning technique
at increasing student academic achievement, ...” (STAD adalah tehnik pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kooperatif yang sukses untuk meningkatkan prestasi akademik, .....). Artinya STAD
baik digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.
Slavin (1995:71-73) menguraikan STAD menjadi lima komponen utama, yaitu
penyajian kelas, belajar dalam kelompok, kuis, skor perkembangan individual, dan
pengakuan atau penghargaan kelompok. Komponen-komponen tersebut dijabarkan
lebih lanjut ke dalam tahap-tahap pembelajaran model STAD sebagai berikut (Jacobs,
1996:94).
Tahap 1. Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui demonstrasi, buku
teks, dan lain-lain. Pada presentasi kelas ini siswa harus menyadari bahwa
mereka harus memberikan perhatian penuh pada presentasi materi oleh guru,
karena dengan fokus pada presentasi tersebut akan membantu mereka dalam
mengerjakan tugas kelompok.
Tahap 2. Kelompok heterogen yang terdiri dari 4 atau 5 orang mempelajari bersama-
sama materi yang telah dipresentasikan oleh guru melalui lembar kerja
siswa, buku teks atau sumber lainnya. Tujuan utama kelompok adalah untuk
meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar, atau lebih khusus,
untuk mempersiapkan setiap anggota kelompok menghadapi kuis individual
dengan baik
Tahap 3. Siswa menjawab kuis secara individual. Pada tahap ini siswa tidak
diperbolehkan untuk membantu siswa yang lain dalam menjawab kuis. Jadi,
setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk menjawab
kuis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tahap 4. Setiap skor siswa pada kuis dan rata-rata mereka pada kuis sebelumnya
digunakan untuk menghitung berapa banyak poin yang diberikan seorang
anggota kelompok kepada kelompoknya. Poin sumbangan tersebut oleh
Slavin disebut sebagai poin perkembangan individual. Kemudian, setiap
poin perkembangan individual anggota kelompok dirata-ratakan untuk
menentukan skor kelompok. Berdasarkan skor ini setiap kelompok diberi
penghargaan berupa sertifikat Good Team, Great Team dan Super Team.
Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual (Slavin, 1995:80)
Skor Kuis Siswa Poin untuk Kelompok
Lebih dari 10 poin dibawah rata-rata sebelumnya *) 10 poin hingga 1 poin dibawah rata-rata sebelumnya Rata-rata sebelumnya sampai 10 poin di atas rata-rata sebelumnya Lebih dari 10 poin diatas rata-rata sebelumnya Pekerjaaan sempurna (tidak berdasarkan rata-rata sebelumnya)
5 10 20
30 30
*)Rata-rata sebelumnya merujuk pada skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya.
Tabel Penghargaan Kelompok
Rata-rata Poin Perkembangan Penghargaan
0 < x ≤ 10
10 < x ≤ 20
20 < x ≤ 30
Good Team
Great Team
Super Team
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5. Pengertian Sikap Percaya Diri
Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah mengandung arti berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini tergantung dari proses belajar yang
dialami siswa. Untuk dapat membentuk cara belajar yang baik diperlukan sikap mental
yang baik. Siswa yang memiliki sikap mental yang sehat akan mampu mengatasi
kesukaran yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Di samping
itu dengan memiliki sikap mental yang sehat, siswa akan mampu menyesuaikan diri
dengan penuh kepuasan dan kegembiraan serta memiliki rasa percaya diri.
Percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri di mana keyakinan tersebut
merupakan keyakinan akan akan kemampuan dan kesangupan diri sendiri dalam
beraktivitas serta menghadapi bebagai situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam
hal ini dengan adanya suatu percaya diri, seorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa
dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah
yang ada di dalamnya.
Para orang tua, guru, dan pemimpin pasti setuju bahwa sikap percaya diri
adalah penting untuk ditumbuhkan dalam usaha membangun sumber daya manusia yang
berkualitas. Sikap percaya diri ini dapat membuat seseorang menjadi bersemangat untuk
melakukan sesuatu yang ia merasa bisa, dan dapat membuatnya berprestasi dalam
bidang yang ditekuninya. Kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan
melalui proses yang berlangsung semenjak usia dini, dalam kehidupan bersama orang
tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun
faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan
persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan
kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan
rasa percaya diri pada anak tersebut. M. Junaidi (2004 : 2) berpendapat bahwa manusia
sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi untuk bisa berinteraksi dengan orang lain
agar menjadi manusia yang utuh. Sikap percaya diri tidak hanya ditentukan keadaan,
yang dihadapi saat ini namun juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa
lalu, situasi sekarang dan diharapkan di masa yang akan datang. Samsi Haryanto (1994 :
2) berpendapat kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor
lingkungan. Jose R. Goris (2007 : 738) contingency model berniat untuk menanggapi
situasi tertentu dan individu tertentu. Mereka juga berusaha untuk meningkatkan
efektivitas organisasi dan kualitas kehidupan kerja.
Pendapat Sheenah Hankin (2005 : 1) seseorang bisa percaya diri harus
menempuh jalan menuju kebebasan hingga sampai ke suatu tempat yang disebut
kematangan emosi. Selanjutnya Gerungan berpendapat sikap-sikap otoriter, sikap over
protection dan sikap penolakan anak-anaknya dari pada orang tua dapat menjadi
handicamp bagi perkembangan sosial anak-anak. Sedangkan Secrd & Backman dalam
Saifudin Azwar (2000 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan prendisposisi tindakan (kognisi) seseorang
terhadap aspek lingkungan di sekitarnya.
Untuk dapat memberikan perhatian rasa ingin tahu perlu dirangsang karena
perhatian tersebut akan selalu terpelihara selama pembelajaran berlangsung dan bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
akan dapat melekat lebih lama lagi. Rasa ingin tahu dapat dipancing atau dirangsang
dengan elemen-elemen yang baru, unik, kontradiktif dan kompleks. Misalnya siswa
bersikap percaya diri mempelajari Matematika berarti di dalam dirinya muncul suatu
perasaan percaya dengan senang sehingga perasaan tersebut akan menentukan
tindakannya untuk memahami objek (mata pelajaran Matematika). Menurut Muhammad
Asrori (2008 : 199) respon penyesuai diri, baik atau buruk secara sederhana dapat
dipandang sebagai upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan
untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, hal ini bukan berarti bahwa individu
tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Menurut Slavin
(2008 : 36) beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-
sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok membuat mereka mengekspresikan norma-
norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan
kelompok. Martin dalam Windy Asmiana (2003 : 1) melakukan penelitian tentang sikap
percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boarding School yang berada di
Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya
diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan
pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Markku S. Hannula (2004: 1)
mengemukakan, ..... indicates that the learning of mathematics is influenced by a pupil’s
mathematics-related beliefsw, especially self-confidence. Pernyataan menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bahwa pembelajaran matematika dipengaruhi oleh keyakinan seorang murid yang
terkait matematika, terutama rasa percaya diri.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas disimpulkan setiap percaya diri
adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang
dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari
kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan
percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta
harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Ada beberapa Karakteristik Sikap, menurut Magnis Suseno dalam Herman J.
Waluyo (2002 : 96) ada tujuh sikap keutamaan yang mendasari kepribadian yang
mantap bagi seorang ilmuwan, yaitu kejujuran, menghargai nilai otentik, kesediaan
untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, memiliki keberanian moral, memiliki
kerendahan hati, serta bersikap realistis dan kritis terhadap berbagai fenomena duniawi
manusiawi. Menurut Sax dalam Saifudin Azwar (2000 : 25) menunjukkan beberapa
karakteristik sikap yaitu:
a. Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi menjadi dua bagian yang
sangat jelas, yaitu bagian setuju atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak
memihak terhadap suatu objek sikap. Orang yang setuju; memihak terhadap
suatu objek sikap yang arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju
memihak terhadap suatu objek yang arahnya negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekeuatan sikap terhadap suatu objek
belum tentu sama, walaupun arahnya sama. Dua orang sama-sama tidak suka
terhadap suatu objek dan sama-sama memiliki sikap yang arahnya negative,
namun belum tentu memiliki intensitas yang sama.
c. Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap suatu objek hanya dapat mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi
dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada suatu objek.
d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian antara pernyataan
sikap dengan respon terhadap suatu obyek. Sikap tersebut diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama.
e. Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh mana kesiapan
individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan,. Sikap spontanitas yang
tinggi terjadi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap
individu terlebih dahulu.
Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap seharusnya mencakup kelima
dimensi sikap tersebut, namun hal itu sangat sulit dilakukan, kebanyakan hanya
mengungkapkan dimensi arah dan intensitas dari sikap saja, dengan hanya menunjukkan
kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat
kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap respon individu.
Sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengingat kembali
fakta dan informasi meliputi: (a) dorongan menghafal simbol-simbol, gambar-gambar
maupun rumus-rumus, (b) kemampuan untuk meniru langkah-langkah yang dirasa perlu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(c) kemampuan menjelaskan suatu permasalahan (d) kelengkapan membuat ringkasan.
2) kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru / berbeda meliputi: (a)
melatih berfikir kritis, (b) keberanian untuk bertanya, (c) dapat mempertimbangkan
kegiatan yang dilakukan, (d) keberanian menyatakan pendapat. 3) kemampuan untuk
mengemukakan pengetahuan baru, yaitu (a) dorongan untuk mengutarakan
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan penjelasan baru (b) keberanian
berspekulasi dan menyatakan hipotesis.
Yang dimaksud dengan sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah
kemampuan seseorang (siswa) dalam mengatasi permasalahan berkaitan dengan belajar
matematika dengan langkah yang tepat, kreatif, agresif meliputi kemampuan mengingat
kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola
baru / berbeda, kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru tetapi tetap mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Rofiq Setyawan (2008) dalam penelitiannya berjudul Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together pada pokok bahasan operasi hitung campuran ditinjau
dari motivasi belajar siswa, hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran
Numbered Heads Together lebih baik dibandingkan dengan model ceramah.
Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together . Perbedaannya terletak
pembandingan model pembelajarannya dan tinjauannya yaitu model pembelajaran
tipe Numbered Heads Together ditinjau dari sikap percaya diri sedangkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penelitian Rofiq dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together dan
model ceramah serta ditinjau dari motivasi belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan Purwadi (2009) tentang pengaruh metode kuis interaktif
terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari sikap percaya diri menyimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi
lebih baik dibandingkan dengan sikap percaya diri sedang, sikap percaya diri sedang
sama baiknya dengan sikap percaya diri rendah, dan sikap percaya diri tinggi lebih
baik dibandingkan dengan sikap percaya diri rendah, baik secara umum maupun
kalau ditinjau dari masing-masing metode mengajar. Kesamaan dengan penelitian
yang dilakukan adalah terletak pada faktor sikap percaya diri dikaitkan dengan
metodenya. Sedangkan perbedaannya terletak pada model pembelajaran, materi,
tempat penelitian, tahun ajaran dilakukannya penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Subandriyo (2006) ”Studi tentang Keefektifan Metode
Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika ditinjau dari Sikap percaya diri Siswa” yang
dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang diajarkan
dengan metode inkuiri dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan konvensional,
terdapat perbedaan prestasi matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri
tinggi, kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok siswa
yang memilki sikap percaya diri rendah. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
adalah terletak pada faktor sikap percaya diri. Sedangkan perbedaannya terletak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
model pembelajaran yang digunakan, materi, sampel dan tempat penelitian, dan
tahun ajaran dilakukannya penelitian.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Lestari (2009) tentang Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Number Heads Together dan Think Pair Share pada
Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se Kabupaten Klaten ditinjau dari
tipe kecerdasan siswa. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-
sama terkait dengan penggunaan model pembelajaran Number Heads Together,
sedangkan perbedaannya pada penelitian kami adalah terletak pada model
pembelajaran yang dibandingkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
model pembelajaran yang digunakan ditinjau dari sikap percaya diri, dan juga
berbeda materi dan tempat penelitiannya.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka dapat
dikatakan bahwa hasil dari proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu berasal dari luar diri siswa antara lain lingkungan, model
pembelajaran, pendekatan, metode yang digunakan guru
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat
memaksimalkan potensi siswa, dapat meningkatkan minat siswa untuk ikut serta dalam
proses membangun pengetahuan, dan mampu membuat semua siswa dengan
kemampuan yang beragam ikut berpartisipasi. Dalam hal ini model pembelajaran
kooperatif Number Heads Together (NHT) diharapkan dapat menjadi faktor yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ikut meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Faktor internal adalah faktor dari
dalam diri siswa antara lain cara belajar, minat, kemampuan intelektual, sikap percaya
diri. Adanya rasa percaya diri siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu
melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah yang ada
didalamnya.
1. Kaitan Model Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Matematika.
Penggunaan model pembelajaran turut serta berpengaruh terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat
justru dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Agar model pembelajaran
terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui model pembelajaran sesuai
kebutuhan siswa serta yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran berdasarkan konstruktivisme,
yaitu siswa berusaha untuk belajar dan menyelesaikan soal dengan caranya sendiri
sehingga siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran. Siswa
dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Number Heads
Together adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang saling memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk saling membagi ide dan saling mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat dan juga dalam pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan
kerjasama mereka. Pada pembelajaran Number Heads Together setiap anggota
kelompok diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berbeda-beda setiap anggota kelompoknya namun dipastikan bahwa diantara anggota
kelompok dapat menjelaskan hasil pekerjaannya masing-masing kepada teman
sekelompoknya. Disamping itu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok
tergantung dengan permintaan guru dengan menyebut nomor anggota kelompoknya.
Pada pembelajaran tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif
berdasarkan konstruktivisme juga, namun dalam pembelajarannya semua tugas yang
diberikan guru dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok dengan harapan siswa
yang pandai dapat berbagi dengan temannya yang lain. Untuk mempresentasikan
hasil kelompok ditentukan oleh kesepakatan kelompok sebagai perwakilan kelompok.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa model pembelajaran kooperatif Number
Heads Together dan model pembelajaran kooperatif STAD berpengaruh terhadap
hasil belajar matematika.
2. Kaitan Sikap Percaya Diri dengan Hasil Belajar Matematika.
Sikap percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri dimana keyakinan
tersebut merupakan keyakinan akan kemampuan dan kesanggupan diri sendiri dalam
beraktivitas serta dalam menghadapi dalam berbagai situasi dan keadaan lingkungan
sekitarnya Dalam hal ini dengan adanya sikap percaya diri, seorang siswa akan
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta
mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya.
Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari
kehidupan siswa tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan
percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
serta harapan yang realistik terhadap diri sediri, sehingga dengan sikap percaya diri
yang tinggi akan tinggi pula hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.
3. Kaitan Model Pembelajaran dan Sikap Percaya Diri terhadap Hasil Belajar
Matematika.
Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi dengan
baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam menggunakan model
pembelajaran dalam proses pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor
kepercayaan diri siswanya karena faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap
hasil belajar matematika.
Model pembelajaran tipe Number Heads Together (NHT) memberikan
kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi menyampaikan
ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Pada tahap kepercayaan diri dalam
belajar siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan dengan cara mau
menyampaikan jawaban yang diperoleh kepada teman-temannya dengan berani maju
ke depan kelas dan seandainya jawaban yang dipilihnya berbeda, siswa lain
diharapkan mau menyampaikan alasannya dengan berani secara lisan maupun
tertulis. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together dan kepercayaan diri berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Siswa
dengan sikap percaya diri tinggi cendrung memperoleh hasil belajar yang lebih baik
dari siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah dan siswa dengan sikap
percaya diri sedang lebih baik hasil belajarnya daripada siswa dengan sikap percaya
diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Model pembelajaran tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
adalah pembelajaran dengan diskusi dalam kelompok agar siswa saling membantu
untuk menguasai materi yang diberikan, yaitu siswa yang pandai dapat membantu
siswa yang kurang pandai dalam kelompoknya. Dalam pembelajarannya semua tugas
yang diberikan guru dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok dengan harapan
siswa yang pandai dapat berbagi dengan temannya yang lain. Untuk
mempresentasikan hasil kelompok ditentukan oleh kesepakatan kelompok sebagai
perwakilan kelompok yang umumnya siswa yang pandai lebih berperan. Siswa yang
pandai memungkinkan memiliki sikap percaya diri tinggi dan siswa yang kurang
pandai sikap percaya diri cenderung rendah. Hal ini patut diduga pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik
hasil belajar matematikanya daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun
rendah dan siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik hasil belajar
matematikanya daripada siswa dengan sikap percaya diri rendah.
D. Hipotesis Penelitian
1. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik jika dibandingkan dengan
hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya
diri sedang maupun rendah, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang
memiliki sikap percaya diri rendah.
3. Hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap
percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran
hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada
hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang, maupun rendah,
dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik
daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat, Subyek, dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Palangka Raya yang terdiri
dari 16 SMP Negeri dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan Januari
2011 dengan jadwal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tahap Uraian Waktu
Perencanaan - Pengajuan Judul Mei 2010 - Penyusunan Proposal Juni – Juli 2010 - Seminar Proposal Juli 2010 - penyusunan instrumen
penelitian dan konsultasi Juli – Agustus 2010
- pengurusan ijin penelitian Juli 2010 Pelaksanaan - Validasi Angket dan Tes
- Pengambilan data angket - Proses Pembelajaran
Agustus – September 2010 Oktober 2010 Oktober – Nopember 2010
- Uji Coba Angket - Uji Coba Tes
September 2010 Nopember 2010
- Pengambilan Data Awal,Angket dan Tes
Agustus – Nopember 2010
Penyelesaian - Analisa Data Desember 2010 - Penyusunan laporan
penelitian Januari 2011
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu (quasi experimental
research), karena tidak semua variabel yang relevan dapat dikontrol peneliti. Seperti
yang dikemukakan Budiyono (2003: 82), “Tujuan eksprimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksprimental dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Variabel yang
dimanipulasi dalam penelitian ini pada variabel bebas yakni model pembelajaran
kooperatif NHT dan pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan variabel bebas lain
yang ikut mempengaruhi variabel terikat adalah sikap percaya diri.
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 × 3 yang dapat digambarkan pada
tabel berikut:
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran (ai)
Sikap Percaya Diri (bj) Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)
Kooperatif NHT (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13
Kooperatif STAD (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23 Keterangan:
ai: Model Pembelajaran, dengan
(a1) = Model pembelajaran Kooperatif NHT
(a2) = Model pembelajaran Kooperatif STAD
bj: Sikap Percaya Diri, dengan
(b1) = Sikap Percaya Diri Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(b2) = Sikap Percaya Diri Sedang
(b3) = Sikap percaya Diri rendah
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri Kota
Palangka Raya tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 16 sekolah.
2. Sampel
Menurut pendapat Sudjana (2002 : 6) sampel adalah sebagian yang diambil
dari populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang
diambil secara random dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel
kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan siswa-siswa yang dikenai pembelajaran koopratif tipe STAD.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan gabungan antara
stratifikasi random (stratified random sampling) dan kluster random (cluster random
sampling).
Langkah pengambilan sampel dengan teknik stratifikasi random yaitu populasi
dibagi menurut rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika tahun
ajaran 2009/2010 dan diurutkan dari rata-rata nilai tertinggi ke rata-rata nilai
terendah. Selanjutnya sekolah dikelompokan menjadi 3 (tiga) stratifikasi yaitu
sekolah dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Untuk sekolah kategori tinggi
terletak pada sekolah nomor urut 1 – 4, sekolah dengan kategori sedang sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
nomor urut 5 – 10, dan sekolah dengan kategori rendah terletak pada sekolah nomor
urut 11 – 16. Langkah berikutnya adalah mengambil secara acak satu sekolah pada
tiap-tiap kelompok sekolah.
Dari sekolah yang telah terambil dengan teknik stratifikasi tersebut, diambil
kembali dengan teknik kluster random sebanyak 2 kelas pada masing-masing sekolah
yang terambil. Dan kelas tersebut dikenai pembelajaran kooperatif tipe NHT dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian
adalah:
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No. Sekolah Kelas
1. SMP Negeri 1 Palangka Raya VIII.1 dan VIII.2
2. SMP Negeri 6 Palangka Raya VIII.5 DAN VIII.6
3. SMP Negeri 8 Palangka Raya VIII.6 DAN VIII.7
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini melibatkan satu variabel terikat dan dua variabel bebas.
yaitu:
a. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar
matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1) Definisi operasional: hasil belajar matematika siswa yang dicapai setelah
melewati proses pembelajaran matematika pada kompetensi dasar Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
2) Skala pengukuran: skala interval.
3) Indikator : nilai tes hasil belajar matematika pada kompetensi dasar SPLDV.
4) Simbol: Y
b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan sikap
percaya diri siswa pada pelajaran matematika.
1) Model Pembelajaran
a) Definisi operasional: Model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan
dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
dalam hal ini terdiri dari model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together pada kelompok eksprimen dan pembelajaran kooperatif Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) pada kelompok kontrol.
b) Skala pengukuran: skala nominal.
c) Indikator: Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dan tipe Student Teams-Achievement Divisions.
d) Simbol: ai, dengan i = 1, 2
a1 = Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together.
a2 = Model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Sikap percaya diri
a) Definisi operasional: Sikap percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika
adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam mengatasi permasalahan
berkaitan dengan belajar matematika dengan langkah yang tepat, kreatif,
agresif meliputi kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi,
kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru/berbeda,
kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru. Data diperoleh dari
skor siswa setelah menjawab angket sikap percaya diri.
b) Skala pengukuran: Skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal yang
terdiri dari 3 kategori yaitu sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 3.4 Kategori Angket Sikap Percaya Diri
No. Interval Kategori 1. Skor > ( X + 0,5 SD) Tinggi
2. ( X - 0,5 SD) ≤ skor ≤ ( X + 0,5 SD) Sedang
3. Skor < ( X - 0,5 SD) Rendah
c) Indikator: skor angket sikap percaya diri siswa.
d) Simbol: bj, dengan j = 1, 2, 3
b1 = Sikap percaya diri tinggi.
b2 = Sikap percaya diri sedang.
b3 = Sikap percaya diri rendah.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
dokumentasi, metode angket dan metode tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54) metode dokumentasi adalah “cara pengumpulan
data dengan mengambil dokumen yang telah ada. Dokumen-dokumen tersebut
biasanya merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya”.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data kemampuan awal berupa nilai leger raport mata pelajaran matematika pada saat
siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2009/2010 dari sampel. Data tersebut
digunakan untuk uji keseimbangan antara kelas eksprimen dan kelas kontrol.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003:47), metode angket adalah “cara pengumpulan data
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian,
responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara tertulis.” Metode
angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap
percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika.
3) Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54), metode tes adalah “cara pengumpulan data
yang mengahadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek
penelitian”. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar matematika pada kompetensi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa dan angket yang
digunakan untuk memperoleh data sikap percaya diri yang dimiliki siswa. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes dan angket terlebih dahulu
dilakukan validasi isi oleh pakar atau validator. Selanjutnya tes dan angket yang
sudah divalidasi diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji
coba instrumen tes dan angket dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya
berdasarkan kesamaan karakteristik antara subyek uji coba dan sampel penelitian.
Setelah dilaksanakan uji coba, dilakukan analisis butir soal tes dan angket.
a. Tes Hasil Belajar Matematika
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif
berbentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Setiap jawaban benar
mendapat skor 1 sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0.
Jenis tes yang digunakan adalah tertulis sebanyak 30 butir soal. Penyusunan
butir soal tes dilakukan dengan langkah-langkah:
a) Membuat kisi-kisi tes berdasarkan indikator pada kompetensi dasar sistem
persamaan linear dua variabel meliputi aspek pengetahuan, aspek
pemahaman, dan aspek penerapan.
b) Membuat butir soal tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c) Validasi butir soal tes.
d) Melaksanakan uji coba.
e) Menganalisis butir soal.
f) Menetapkan butir soal yang dapat digunakan.
1) Uji validitas isi
Uji validitas isi dilakukan sebelum instrumen tes diuji cobakan. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tes agar memenuhi validitas isi
(Budiyono, 2003:58) adalah sebagai berikut:
(i) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
(ii) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
(iii) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh tester.
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi, penilaian
dilakukan oleh pakar atau validator (expert judgement). Pada peneltian ini validasi
butir tes dilakukan oleh 3 orang validator. Instrumen tes dapat digunakan jika
paling sedikit 2 validator menyatakan Valid.
2) Tingkat kesukaran
Sebuah soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran sebuah soal dapat ditentukan dengan rumus:
P = NB
Dengan: B = banyaknya siswa yang menjawab benar
N = banyak siswa yang ikut tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sebuah soal dikatakan mempunyai tingkat kesukaran yang baik jika 0,30
≤ P ≤ 0,70. Pada penelitian ini kriteria tingkat kesukaran yang dipakai adalah 0,30
≤ P ≤ 0,70.
3) Daya Beda
Butir soal dikatakan mempunyai daya beda yang baik jika banyak anak yang
berasal dari kelompok anak pandai lebih banyak menjawab dengan benar daripada
anak yang berasal dari kelompok yang tidak pandai. Perhitungan indeks daya
pembeda tidak perlu menggunakan seluruh hasil dari kelompok pandai dan
kelompok tidak pandai. Menurut Kalley dalam Mohamad Nur (1987:139), indeks
diskriminasi yang lebih sensitif dan stabil dapat diperoleh dengan penggunaan
27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Setelah kelompok atas dan
kelompok bawah ditentukan, indeks daya beda (D) dapat dihitung dengan rumus:
D = NbBb
NaBa
-
Dengan:
D = indeks daya beda butir soal
Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
Bb = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Na = Banyaknya peserta kelompok atas
Nb = Banyaknya peserta kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Untuk membedakan siswa yang pandai dan yang tidak pandai, dengan
menggunakan skor total. Nilai daya beda yang diperoleh dari rumus adalah
antara -1,0 ≤ D ≤ 1,0. Butir soal dikatakan mempunyai daya beda
yang baik jika D ≥ 0,30. Butir soal tes yang digunakan dalam penelitian ini jika
memenuhi D ≥ 0,30.
4) Uji Reliabilitas
Tes hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian adalah tes
obyektif dengan 4 (empat) alternatif pilihan. Reliabilitas tes hasil belajar
matematika dalam penelitian ini diuji dengan Kuder-Richardson KR-20 yaitu:
r11 = ÷÷
ø
ö
çç
è
æ -÷øö
çèæ
-å
2
2
1 ss
t
iitqp
nn
Dengan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen.
n = banyaknya butir instrumen.
st2 = variansi total.
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.
qi = 1 – pi, i= 1, 2, …, n.
soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,70
(Budiyono, 2003:70)
b. Angket
Angket dalam penelitian ini terdiri dari 40 item memuat pernyataan-
pernyataan yang merupakan indikator dari sikap percaya diri. Terdapat lima pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk setiap pernyataan yakni SS (sangat sesuai), S (sesuai), TB (Tidak Bisa
menentukan dengan pasti), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Subyek
penelitian hanya memberi tanda cek untuk setiap pernyataan sesuai dengan keadaan
dirinya. Skor untuk setiap pernyataan adalah 5 untuk jawaban SS, 4 untuk jawaban S,
3 untuk jawaban TB, 2 untuk jawaban TS, dan 1 untuk jawaban STS. Kemudian skor
dari setiap indikator untuk sikap percaya diri dijumlahkan, dan didapat skor untuk
suatu sikap percaya diri.
1). Validitas Isi.
Validitas dari suatu instrumen biasanya dinilai oleh para pakar
(Budiyono,2003:65). Sehingga validitas isi dari instrumen angket penelitian ini
dilakukan oleh pakar. Pada peneltian ini instrumen angket divalidasi oleh 3 (tiga)
orang validator. Penelaah angket dilakukan oleh Konselor/Dosen, Guru Bimbingan
Konseling. Instrumen angket dapat digunakan jika paling sedikit 2 (dua) validator
menyatakan valid atau memadai.
2) Konsistensi Internal
Butir-butir dalam sebuah angket haruslah mengukur hal yang sama pula.
Konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat dari korelasi antar skor
masing-masing butir angket tersebut dengan skor totalnya. Artinya butir-butir
tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang
sama pula. Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, digunakan rumus
korelasi produk momen dari Karl-Pearson, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
rxy =( )( )
( )( ) ( )( )å åå åå åå
--
-2222 YYnXXn
YXXYn
Dengan: rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = cacah subyek yang diberi angket (dikenai tes)
X = skor untuk butir ke-i
Y = total skor
Butir angket digunakan jika mempunyai indeks konsistensi internal
rxy ≥ 0,30.
(Budiyono, 2003:65)
3) Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini digunakan rumus alpha untuk melakukan uji reliabilitas,
yaitu:
÷÷ø
öççè
æ-
-= å
2
2
11 11 t
i
s
s
nn
r
Dengan:
11r = indeks reliabilitas instrument.
n= banyaknya butir instrument.
2is = variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
2ts = variansi skor total yang diperoleh subjek uji coba.
Adapun suatu instrumen dikatakan baik jika indeks 11r ≥ 0,70.
(Budiyono, 2003: 70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
E. Teknik Analisis Data
Sebelum dilakukan uji keseimbangan dan uji hipotesis perlu dilakukan uji
prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan
uji homogenitas variansi.
1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis
a. Uji normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode
Lilliefors dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Taraf signifikasi ( α = 0,05)
3) Statistik uji:
Lhitung = Maks )()( ii zSzF -
Dengan, zi = s
XXi - , (s standar deviasi)
F(zi) = P ( z ≤ zi ); Z ~ N (0,1)
S(zi) = Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh z
4) Daerah Kritik (DK) = { L / L > L (α;n)} dengan L(α : n) dapat dilihat pada tabel
nilai kritik uji Liliefors.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik.
H0 tidak ditolak jika L hitung ÏDK
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho tidak ditolak.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho
ditolak.
(Budiyono, 2009:170-172)
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel
berasal dari populasi yang variansinya sama atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan uji Chi Kuadrat dengan
prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : σ12 = σ2
2 = σ32 = …= σk
2 ( Variansi populasi sama / homogen)
H1 : terdapat i dan j dengan i ≠ j dan σ i2 ≠ σj
2 (variansi populasi tidak
homogen)
2) Taraf signifikansi (α = 0,05)
3) Statistik uji:
χ2 = ( )1~ )loglog(303,2 22 --å kSfRKGfc jj c
f :derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N : cacah semua nilai pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
fj : derajat kebebasan untuk Sj2 = nj – 1; j = 1, 2, …, k
nj : cacah pengukuran sampel ke- j
RKG = rataan kuadrat galat =åå
j
j
f
SS;
SSj = åå
-=- 2
2
2 )1()(
jjj
jj sn
n
XX
c = 1 + ÷÷ø
öççè
æ-
- å ffk j
11)1(3
1
4) Daerah Kritik
DK = { χ2| χ2> χ2(α ; k-1)}
5) Keputusan Uji
H0 ditolak χ2 terletak di daerah kritik.
H0 tidak ditolak jika χ2 ÏDK.
6) Kesimpulan
a) Populasi -populasi homogen jika Ho tidak ditolak.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika Ho ditolak.
(Budiyono, 2004:176)
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas
eksprimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas
eksprimen mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t. Adapun
data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai leger raport mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
matematika kelas VII semester II tahun pelajaran 2009/2010 antara siswa dalam
kelas-kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : 1m = 2m (kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki kemampuan
awal sama).
H1 : 1m ≠ 2m (kedua kelas tidak berasal dari populasi yang berkemampuan
awal sama).
b. Taraf signifikansi: α = 0,05
c. Statistik Uji:
t = ( )
21
021
11nn
s
dXX
p +
-- ~ )2( 21 -+nnt
dan
sp2 =
2)1()1(
21
222
211
-+-+-
nnsnsn
,
dengan:
X 1 = rata-rata nilai awal matematika kelompok eksperimen.
X 2 = rata-rata nilai awal matematika kelompok kontrol.
=21s variansi kelompok eksprimen.
=22s variansi kelompok kontrol.
1n = banyaknya (jumlah) siswa kelompok eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2n = banyaknya (jumlah) siswa kelompok kontrol
d0 = 0 (Karena selisih rata-rata tidak dibicarakan )
d. Daerah Kritik
DK = { t | t < - ÷øö
çèæ
-+ 221;2
nnt a atau t >
÷øö
çèæ
-+ 221;2
nnt a
e. Keputusan Uji
H0 diterima jika thitung ÏDK, jika H0 diterima berarti sampel berasal dari
populasi yang berkemampuan awal sama.
(Budiyono, 2009:151)
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 × 3
dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut:
Xijk = μ + αi + βj +( αβ)ij + εijk
Dengan
Xijk = data nilai ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ = rerata dari seluruh data amatan.
αi = efek baris ke-i pada variabel terikat.
βj = efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ)ij = kombinasi efek baris ke-i dan efek kolom ke-j pada variabel terikat.
εijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi
normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap rataan populsi juga
disebut error (galat).
i = 1, 2 dengan 1 = pembelajaran dengan model kooperatif NHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2 = pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD
j = 1, 2, 3 dengan 1 = Sikap Percaya diri tinggi
2 = Sikap Percaya diri sedang
3 = Sikap Percaya diri rendah
k = 1, 2, ..., nij dengan nij = banyaknya data amatan pada setiap sel ij.
(Budiyono, 2004:228)
Selanjutnya data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dua arah dengan
baris menunjukkan jenis model pembelajaran, dan kolom menunjukkan sikap percaya
diri sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Rancangan penelitian
Model Pembelajaran (ai)
Sikap Percaya Diri (bj) Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)
Kooperatif NHT (a1) ab11 ab12 ab13
Kooperatif STAD (a2) ab21 ab22 ab23 Prosedur uji dalam analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, adalah
sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0A : αi = 0, untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar baris
pada variabel terikat).
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
baris pada variabel terikat).
H0B : βj = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat).
H0AB : (αβ)ij = 0, untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat).
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan
kolom terhadap variabel terikat).
b. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-
notasi sebagai berikut:
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolomk ke-j)
: cacah data amatan pada sel ij
: frekuensi sel ij ®伸h :
åji ijn
pq
,
1 : rerata harmonik frekuensi seluruh sel
N : åji
ijn,
= banyaknya (cacah) seluruh data amatan
SSji =
2
2
ij
kijk
kijk n
XX
÷ø
öçè
æ
-å
å
SSji = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rerata pada sel ij
Ai = åj
ijAB = jumlah rerata baris ke i
Bj = åi
ijAB = jumlah rerata baris ke j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
G = åji
ijAB,
= jumlah rerata semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3),
(4), dan (5) sebagai berikut:
(1) = pqG2
; (2) = åji
ijSS,
; (3) = åi
i
qA 2
;
(4) = åj
j
p
B 2
; (5) = åji
ijAB,
2
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu:
JKA = ®伸h {(3) – (1)}
JKB = ®伸h {(4) – (1)}
JKAB = ®伸h {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = 2
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah
sebagai berikut:
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1) dkG = N – pq
dkT = N – 1
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,
diperoleh rerata kuadrat sebagai berikut:
RKA = dkAJKA RKB =
dkBJKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
RKAB = dkABJKAB RKG =
dkGJKG
c. Statistik uji:
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini adalah:
1) untuk H0A adalah Fa = RKGRKA yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p -1 dan N – pq;
2) untuk H0B adalah Fb = RKGRKB yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
3) untuk H0AB adalah Fab = RKGRKAB yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)(q – 1) dan N - pq
d. Daerah Kritik untuk
Fa adalah DK = { F | F > F α; p-1,N –pq }
Fb adalah DK = { F | F > F α;q-1;N – pq }
Fab adalah DK = { F | F > F α;(p-q)(q-1),N –pq }
e. Keputusan Uji
Ho ditolak jika F hitung Î DK ( terletak di daerah kritik).
Tabel 3.6 Rangkuman Anava Dua Jalan
Sumber JK dk Rk Fobs Fα Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat (G)
JKA JKB
JKAB JKG
p -1 q -1
(p-1)(q-1) N-pq
RKA RKB
RKAB RKG
Fa Fb Fab -
Ftabel Ftabel Ftabel
- Total JKT N - 1 - - -
(Budiyono, 2009: 228-230)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4. Uji Komparasi ganda
Apabila H0 pada uji hipotesis di atas ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut
anava. Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan dalam
penelitian ini adalah metode Scheffe`. Langkah-langkah komparasi ganda dengan
metode Scheffe’ adalah:
a. Identifikasi semua pasangan komparasi rerata.
b. Rumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c. Tentukan tingkat signifikansi α.
d. Carilah nilai statistik uji F dengan menggunakan formula berikut:
1) Komparasi Rerata Antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom adalah
F.i – .j =
÷÷ø
öççè
æ+
-
··
··
ji
ji
nnRKG
XX
11
)(2
.
dengan:
F.i – .j = nilai Fobs pada pembanding kolom ke-i dan kolom ke j
iX · = rerata pada kolom ke-i
jX · = rerata pada kolom-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava.
in· = ukuran sampel pada kolom ke-i
jn· = ukuran sampel pada kolom ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Daerah kritik untuk uji adalah
DK = {F.i – .j ׀ F.i – .j > (q – 1)Fα; (q – 1); N – pq }
2) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah:
Fij – kj=
÷÷ø
öççè
æ+
-
kjij
kjij
nnRKG
XX
11
)( 2
dengan:
Fij – kj = nilai Fobs pada pembanding rerata pada sel ij dan rerata pada sel kj
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava.
nij = ukuran sampel kolom ij
nkj = ukuran sampel kolom kj
Daerah kritik untuk uji adalah
DK = {Fij – kj |Fij – kj > (pq – 1)Fα;pq – 1; N – pq}
3) Komparasi rerata Antar Sel Pada Baris Yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama adalah:
Fij – ik =
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
ikij
nnRKG
XX
11
)( 2
dengan:
Fij – ik = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pada sel ik
Xij = rataan pada sel ke ij
Xik = rataan pada sel ke ik
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sel ke ij
nik = ukuran sel ke ik
Daerah Kritik untuk Uji adalah
DK = {Fij –ik ׀Fij – ik > (pq – 1)Fα; (pq – 1; N – pq}
(Budiyono, 2004:213-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Instrumen tes untuk mengukur hasil belajar matematika pada materi pokok
sistem persamaan linear dua variabel sebanyak 30 butir soal diberikan kepada
128 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palangka Raya.
a. Uji Validitas isi.
Untuk mengetahui apakah instrumen tes yang digunakan dalam penelitian
ini valid atau tidak, sebelum diuji cobakan dikonsultasikan dan divalidasi oleh
3 orang validator, yaitu 1 orang guru senior SMP Negeri bidang studi
matematika dengan pengalaman mengajar lebih dari 25 tahun serta sudah
sertifikasi yaitu Maknawati, S.Pd. dan 2 orang tenaga pengajar senior program
studi pendidikan matematika cukup berpengalaman sudah sertifikasi dosen
yaitu Drs. Dadang Lorida, M.Pd. dan Dra. Pancarita M.Pd. Butir soal dapat
diuji cobakan jika 2 diantara 3 validator menyatakan dapat digunakan, dan
hasil validasi menyatakan butir soal sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat
sehingga dapat digunakan. (Hasil validasi dapat dilihat pada lembar validator
lampiran 8)
b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa.
Tes hasil belajar matematika yang diuji cobakan sebanyak 30 butir soal
pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Setelah divalidasi
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dan diujicobakan 30 butir soal mempunyai daya beda D ≥ 0,30 sehingga dapat
digunakan dalam penelitian ini karena memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
butir soal tes yang digunakan jika memenuhi D ≥ 0,30. (Rekap Uji Daya
Pembeda uji coba butir soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya
disajikan pada Lampiran 10).
c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa.
Soal dikatakan baik apabila mempunyai tingkat kesukaran yang memadai
artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit dengan ditunjukkan bahwa
0,30 ≤ P ≤ 0,70. Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar matematika
menunjukkan tingkat kesukaran berada di daerah P adalah butir soal 1 sampai
dengan butir soal 30. Dengan kata lain soal tes hasil belajar matematika yang
di uji cobakan semua memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu 0,30 ≤ P ≤ 0,70
dengan mempunyai tingkat kesukaran yang memadai. (Rekap Uji tingkat
kesukaran uji coba butir soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya
disajikan pada Lampiran 10).
d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siswa.
Untuk mengetahui apakah instrumen tes hasil belajar matematika siswa
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi atau
tidak, dari 30 butir soal yang valid dengan menggunakan rumus KR-20
diperoleh hasil perhitungan indeks reliabilitas tes hasil belajar matematika
sebesar r11 = 0,8311 sehingga reliabilitas tes termasuk tinggi. Karena nilai
indeks r11 = 0,8311 > 0,70. Ini berarti instrumen tes hasil belajar reliabel, dan
dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. (Perhitungan reliabilitas uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
coba soal tes hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan pada
Lampiran 11).
2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri
Instrumen angket sikap percaya diri sebanyak 40 item pernyataan
diberikan kepada 128 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palangka Raya.
a. Uji Validitas isi.
Sebelum angket sikap percaya diri diuji cobakan, terlebih dahulu
divalidasi dan dikonsultasikan dengan 3 orang validator terdiri dari
konselor/tenaga pengajar dan guru bimbingan konseling untuk mengetahui
apakah instrumen angket sudah sesuai dengan kisi-kisi yang ditetapkan dan
layak digunakan.
Hasil validasi menyatakan bahwa ada kesesuaian antara instrumen angket
yang akan digunakan dengan kisi-kisi yang dibuat. Sehingga 40 butir angket
dapat digunakan. (hasil validasi dapat dilihat pada lembar validasi angket
Lampiran 14). Berdasarkan hasil validasi isi ini, maka instrumen angket dapat
diuji cobakan.
b. Uji Konsistensi Internal.
Hasil uji coba intrumen angket sikap percaya diri siswa terhadap pelajaran
matematika yang terdiri dari 40 item pernyataan dapat digunakan karena
mempunyai nilai indeks konsistensi internal untuk tiap item angket rxy ≥ 0,30,
yaitu berkisar antara 0,3004 sampai dengan 0,5202 (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Uji Reliabilitas.
Uji reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitasnya.
Hasil perhitungan terhadap 40 item angket dengan menggunakan rumus alpha
diperoleh indeks reliabilitas r11 = 0,8356 dan instrumen dikatakan baik.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17).
B. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data dari data tes hasil belajar
matematika siswa materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan data
instrumen angket sikap percaya diri. Berikut akan diuraikan data-data tersebut di
atas.
1. Data Skor Tes Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Pokok
Sistem Persamaan Linear Dua variabel.
Setelah data tes hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem
persamaan linear dua variabel diperoleh, selanjutnya dicari terlebih dahulu ukuran
tendensi sentral dan ukuran dispersinya, sebelum digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Dari data tes hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem
persamaan linear dua variabel diperoleh ukuran tendensi sentralnya yang meliputi
Mean ( X ), Median (Me), Modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang
meliputi jangkauan (R), dan standar deviasi (s) dapat dilihat dalam tabel deskripsi
data skor hasil belajar matematika kelas eksprimen dan kelas kontrol berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.1. Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen (NHT) dan Kelas Kontrol (STAD)
Kelas Ukuran
Tendensi sentral Ukuran Dispersi
Mean Me Mo Skor min Skor maks R s Eksperimen 60,88 60,00 66,67 33,33 93,33 60 14,56
Kontrol 55,41 53,33 63,33 33,33 93,33 60 16,15
(Perhitungan skor hasil belajar matematika siswa selengkapnya disajikan
pada Lampiran 21).
2. Data Skor Angket Sikap Percaya Diri Siswa
Data tentang sikap percaya diri siswa diperoleh dari skor angket Sikap
Percaya Diri. Obyek penelitian dikategorikan ke dalam sikap percaya diri tinggi,
sikap percaya diri sedang dan sikap percaya diri rendah. Dari data skor angket
sikap percaya diri siswa diperoleh �呻=123,1745, SD = 18,1798, X + 0,5 SD =
132,2644 dan X - 0,5 SD = 114,0846. sehingga diperoleh penggolongan sikap
percaya diri siswa sebagai berikut:
Tabel 4.2. Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri
Interval Kelas Kategori
Eksprimen Kontrol
Skor > 132,2644 49 25 Tinggi
114,0846 ≤ skor ≤ 132,2644 31 34 Sedang
Skor < 114,0846 26 47 Rendah
Berdasarkan data yang telah terkumpul, pada kelompok eksperimen
terdapat 49 siswa memiliki sikap percaya diri tinggi, 31 siswa memiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
percaya diri sedang dan 26 siswa memiliki sikap percaya diri rendah. Sedangkan
pada kelompok kontrol terdapat 25 siswa percaya diri tinggi, 34 siswa percaya diri
sedang dan 47 siswa percaya diri rendah. (Perhitungan skor sikap percaya diri
siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 22).
Data tes hasil belajar matematika menurut masing-masing sikap percaya
diri diperoleh ukuran tendensi sentral dan ukuran dispersinya sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika
Sikap Percaya Diri
Kelas Eksprimen (NHT) Kelas Kontrol (STAD) Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
n = 49 31 26 25 34 47
Maks= 93,33 66,67 66,67 93,33 93,33 63,33
Min = 36,67 33,33 40 43,33 33,33 33,33 ∑ X = 3340 1710 1403 1687 2037 2150
Mean = 68,1633 55,1613 53,9744 67,4667 59,902 45,7447
Mo = 73,33 50 46,67 63,33 63,33 33,33
Me = 70 56,67 53,33 66,67 83,33 46,67
R = 56,66 33,34 26,67 50 60 30
s = 16,8458 9,1031 7,2335 13,3434 17,4161 9,7734
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah populasi
mempunyai kemampuan awal sama. Kemampuan awal dalam penelitian ini
diambil dari nilai leger raport sekolah untuk mata pelajaran matematika pada kelas
VII semester genap 2009/2010. Sebelum dilakukan uji keseimbangan dengan uji t,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi
kemampuan awal siswa pada kedua sampel yang akan diberikan perlakuan.
Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas
kontrol disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelas Eksprimen
0,0838 L0,05;106 = 0,0861 H0 diterima Normal
Kelas Kontrol 0,0850 L0,05;106 = 0,0861 H0 diterima Normal
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Lobs < Ltabel, dengan kata
lain Lobs Ï DK, sehingga H0 tidak ditolak. Ini menyatakan masing-masing sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan selengkapnya
disajikan pada Lampiran 23 dan lampiran 24).
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Bartlet dengan uji statistik Chi Kuadrat. Dari uji homogenitas
kemampuan awal siswa kelas eksprimen (NHT) dan uji homogenitas kelas kontrol
(STAD) hasilnya menunjukkan χ2obs = 0,0004 dan χ2
tabel = 3,8410 dengan
DK= { χ2 | χ2 > 3,8410}. Jadi χ2 Ï DK, sehingga H0 tidak ditolak. Dengan kata
lain masing-masing sampel berasal dari populasi yang homogen (hasil
perhitungan disajikan pada Lampiran 25).
Dari uji keseimbangan (kesamaan rata-rata) dengan menggunakan uji t
diperoleh tobs = 0,4319 dengan DK = {t | t < -1,960 atau t > 1,960}, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut kemampuan awalnya
dalam keadaan seimbang dengan taraf signifikansi 5%. (Perhitungan uji
keseimbangan selengkapnya disajikan pada Lampiran 26)
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Lilliefors. Dalam penelitian ini uji normalitas yang dilakukan
yaitu uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas kontrol, uji normalitas
hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen, uji normalitas hasil belajar
matematika siswa kelompok sikap percaya diri tinggi, uji normalitas hasil belajar
matematika siswa kelompok sikap percaya diri sedang, uji normalitas hasil belajar
matematika siswa kelompok sikap percaya diri rendah. Hasil uji normalitas skor
hasil belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Ekprimen, Kelas
Kontrol dan Sikap Percaya Diri
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelompok Kontrol 0,0854 L0,05;106 = 0,0861 H0 diterima Normal
Kelompok Eksperimen
0,0855 L0,05;106 = 0,0861 H0 diterima Normal
Sikap percaya diri tinggi
0,1011 L0,05:74 = 0,1030 H0 diterima Normal
Sikap percaya diri sedang
0,1092 L0,05;65 = 0,1099 H0 diterima Normal
Sikap percaya diri rendah
0,1005 L0,05:73 = 0,1037 H0 diterima Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pada tabel di atas tampak kelompok baris pertama, kelompok baris kedua,
kelompok kolom pertama dan kelompok kolom kedua keputusan H0 diterima,
artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. (Perhitungan uji
normalitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 27, 28, 29,30,dan 31)
3. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Bartlet. Dalam penelitian ini ada dua kali uji homogenitas yaitu
antar baris (uji homogenitas hasil belajar matematika siswa ditinjau dari model
pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas hasil belajar matematika siswa
ditinjau dari sikap percaya diri siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Sumber k 2χ obs 2χ 0.05;(k-1) Keputusan Kesimpulan
Model Pembelajaran 2 1,0661 3,841 H0 diterima Homogen
Sikap percaya diri Siswa
3 5,9415 5,991 H0 diterima Homogen
Pada tabel 4.6 di atas tampak baris pertama, baris kedua keputusan H0
diterima artinya kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
(Perhitungan uji homogenitas selengkapnya disajikan pada Lampiran 32 dan 33).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di
sajikan dalam tabel dibawah ini: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya disajikan
pada Lampiran 34).
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan Uji
Model Pembelajaran
(A) 96,3572 1 96,3572 0,5499 3,8870 H0 Tidak
ditolak
Sikap Percaya Diri
(B) 10714,2606 2 5357,1303 30,5719 3,0397 H0 ditolak
Interaksi (AB) 1399,9920 2 699,9960 3,9947 3,0397 H0ditolak
Galat (G) 36097,4797 206 175,2305
Total 48308,0895 211
Berarti kesimpulannya adalah sebagai berikut :
a. H0A tidak ditolak karena Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel artinya tidak terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif NHT dengan model pembelajaran kooperatif STAD
pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.
b. H0B ditolak karena Fb = 30,5719 > 3,0397 = Ftabel artinya terdapat perbedaan
hasil belajar matematika antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri
tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah pada materi pokok sistem
persamaan linear dua variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
c. H0AB ditolak karena Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel artinya terdapat interaksi
antara penggunaan model pembelajaran dan sikap percaya diri siswa terhadap
hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear
dua variabel.
2. Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut setelah anava yang digunakan adalah metode Scheffe. Uji
lanjut setelah anava ini hanya dilakukan pada komparasi ganda antar kolom
karena komparasi ganda antar baris variabel bebasnya hanya terdiri dari dua
kategori dan kesimpulan dapat ditunjukkan melalui rataan marginalnya (rataan
barisnya).
Tabel 4.8 Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal
Model Pembelajaran
Sikap Percaya Diri
Tinggi Sedang Rendah Rataan Marginal
Kelas Eksperimen 68,1633 55,1613 53,9744 60,8805
Kelas Kontrol 67,4667 59,9020 45,7447 55,4088
Rataan Marginal 67,9279 57,6410 48,6758
a. H0A tidak ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara
penggunaan model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel
sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar baris.
b. H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar
kolom.
Rangkuman hasil analisis komparasi ganda antar kolom disajikan pada
Tabel 4.9 dan hasil perhitungannya disajikan pada Lampiran 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
No Komparasi Fobs Ftabel Keputusan Uji
1 µ.1 vs µ.2 20,8973 6,0794 Ho ditolak
2 µ.1 vs µ.3 77,7294 6,0794 Ho ditolak
3 µ.2 vs µ.3 15,7714 6,0794 Ho ditolak
Keterangan :
µ.1 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi
µ.2 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang
µ.3 = rataan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada
kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan hasil
belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya
diri sedang.
(2) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada
kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan hasil
belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya
diri rendah.
(3) Terdapat perbedaan rataan antara hasil belajar matematika pada
kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan hasil
belajar matematika pada kelompok siswa yang mempunyai sikap percaya
diri rendah.
c. H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar sel.
Hasil analisis komparasi ganda antar sel disajikan pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Sel
No. Komparasi Fobs Ftab Keputusan Uji
1 µ11 vs µ21 0,0458 11,2928 Ho tidak ditolak
2 µ12 vs µ22 2,0797 11,2928 Ho tidak ditolak
3 µ13 vs µ23 6,4700 11,2928 Ho tidak ditolak
4 µ11 vs µ12 18,3179 11,2928 Ho ditolak
5 µ11 vs µ13 19,5162 11,2928 Ho ditolak
6 µ12 vs µ13 0,1137 11,2928 Ho tidak ditolak
7 µ21 vs µ22 4,7048 11,2928 Ho tidak ditolak
8 µ21 vs µ23 43,9435 11,2928 Ho ditolak
9 µ22 vs µ23 22,5653 11,2928 Ho ditolak
(Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 35)
Berdasarkan dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran NHT dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa
mempunyai sikap percaya diri tinggi.
(2) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran NHT dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa
mempunyai sikap percaya diri sedang.
(3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran NHT dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran STAD pada kelompok siswa
mempunyai sikap percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(4) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya sedang pada pembelajaran NHT.
(5) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya rendah pada pembelajaran NHT.
(6) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri sedang dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya rendah pada pembelajaran NHT.
(7) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya diri sedang pada pembelajaran STAD.
(8) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya rendah pada pembelajaran STAD.
(9) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
mempunyai sikap percaya diri sedang dengan siswa yang mempunyai
sikap percaya rendah pada pembelajaran STAD.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: hasil belajar matematika
siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Together (NHT) lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama diperoleh Fa= 0,5499 < 3,8870= Ftabel, sehingga Fa bukan anggota
Daerah Kritik. Karena Fa bukan anggota Daerah Kritik maka H0A tidak ditolak,
hal ini berarti tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau
dari model pembelajaran pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.
Karena H0A tidak ditolak dan varibel jenis pada model pembelajaran
kooperatif hanya terdiri dari dua tipe yaitu tipe Numbered Heads Together
(NHT) dan tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
diajarkan dengan NHT maupun STAD. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif
Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa
pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Hal ini mungkin karena
kedua model pembelajaran sama-sama merupakan dua tipe model pembelajaran
kooperatif. Kedua model pembelajaran sama-sama lebih banyak melibatkan siswa
dalam menyelesaikan soal, siswa dituntut bertanggung jawab secara pribadi
maupun kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: hasil belajar matematika
siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan
hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari
pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah.
Dari hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama diperoleh
Fb=30,5719 > 3,0397= Ftabel, sehingga Fb anggota Daerah Kritik. Karena Fb
anggota Daerah Kritik maka H0B ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan
pengaruh sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi
pokok sistem persamaan linear dua variabel. Karena H0B ditolak maka diperlukan
uji lanjut pasca anava.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F >
6,07944}dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. F1-2 = 20,8973 ÎDK
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh bahwa
F1-2 = 20,8973 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F1-2 > Ftabel sehingga F1-2 ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa
yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan sikap percaya diri sedang.
Dengan melihat rataan marginal masing-masing pada Tabel 4.9, yaitu rata-rata
hasil belajar matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri tinggi =
67,9279 dan rata-rata hasil belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri
sedang = 57,6410. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap
percaya diri tinggi akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang.
b. F1-3 = 77,7294Î DK
Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
F1-3 = 77,7294 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F1-3 > Ftabel sehingga F1-3 ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa
yang mempunyai sikap percaya diri tinggi dengan sikap percaya diri rendah.
Dengan melihat rataan marginal masing-masing, yaitu rata-rata hasil belajar
matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri tinggi = 67,9279 dan rata-
rata hasil belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri rendah = 48,6758.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap percaya diri tinggi
akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah.
c. F2-3 = 15,7714Î DK
Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa
F2-3 = 15,7714 dan Ftabel = 6,0794, ternyata F2-3 > Ftabel sehingga F2-3 ÎDK
dengan demikian H0 ditolak. Hal ini berarti, terdapat perbedaan antara siswa
yang mempunyai sikap percaya diri sedang dengan sikap percaya diri rendah.
Dengan melihat rataan marginal masing-masing, yaitu rata-rata hasil belajar
matematika pada siswa memiliki sikap percaya diri sedang = 57,6410 dan
rata-rata hasil belajar pada siswa memiliki sikap percaya diri rendah =
48,6758. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap percaya diri
sedang akan mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah.
Pada hipotesis kedua ini terdapat perbedaan hasil belajar matematika
ditinjau dari sikap percaya diri siswa dalam pelajaran matematika. Dengan melihat
rerata masing-masing diperoleh kenyataan siswa yang memiliki sikap percaya diri
tinggi hasil belajar matematikanya lebih baik dari pada hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah. Hasil belajar
matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada
hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. Hal ini
disebabkan oleh adanya sikap percaya diri seseorang siswa akan memiliki
keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan mampu
menghadapi masalah didalamnya. Rasa percaya diri yang tinggi bagi siswa
merujuk pada adanya aspek dari kehidupan siswa tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung
oleh pengalaman, potensi, prestasi dan harapan yang realistik terhadap dirinya
sendiri. Berkaitan dengan hal ini sikap percaya diri turut serta mempengaruhi hasil
belajar matematika. Bagi siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik hasil
belajar matematika dari pada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya
diri sedang dan rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar matematika siswa
dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih
baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi,
sedang maupun rendah. Pada masing-masing model pembelajaran hasil belajar
matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil
belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang, maupun rendah, dan
hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik
daripada hasil belajar matemtika siswadengan sikap percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
Fab=3,9947 > 3,0397= Ftab, sehingga Fab anggota Daerah Kritik. Karena Fab
anggota Daerah Kritik maka H0AB ditolak berarti terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan sikap percaya diri terhadap hasil belajar matematika siswa
pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK = {F|F>11,2928}
dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. H01 diterima karena Fobs = 0,0458 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak
terdapat perbedaan rataan antara 11m dan 21m . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada siswa dengan sikap percaya diri tinggi, siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (Eksperimen)
mempunyai hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions (Kontrol)
b. H02 diterima karena Fobs = 2,0797 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak
terdapat perbedaan rataan antara 12m dan 22m . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada siswa dengan sikap percaya diri sedang, siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together mempunyai hasil
belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions.
c. H03 diterima karena Fobs = 6,4700 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak
terdapat perbedaan rataan antara 13m dan 23m . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada siswa dengan sikap percaya diri rendah, ternyata siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
mempunyai hasil belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement
Divisions.
d. H04 ditolak karena Fobs = 18,3179 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat
perbedaan rataan antara 11m dan 12m . Dengan melihat rataan marginal dapat
disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together (eksperimen), siswa dengan sikap percaya diri
tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa
dengan sikap percaya diri sedang.
e. H05 ditolak karena Fobs = 19,5162>11,2928=Ftabel. Hal ini berarti, terdapat
perbedaan rataan antara 11m dan 13m . Dengan melihat rataan masing-masing
dapat disimpulkan bahwa pada siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together (eksperimen), ternyata siswa dengan
sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika lebih baik
dengan sikap percaya diri rendah.
f. H06 diterima karena Fobs = 0,1137<11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak
terdapat perbedaan rataan antara 12m dan 13m . Sehingga dapat disimpulkan pada
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (Eksperimen), siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai
hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap
percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
g. H07 diterima karena Fobs = 4,7048 < 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, tidak
terdapat perbedaan rataan antara 21m dan 22m . Sehingga dapat disimpulkan
pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams-
Achievement Divisions, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai
hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap
percaya diri sedang.
h. H08 ditolak karena Fobs = 43,9435 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat
perbedaan rataan antara 21m dan 23m . Dengan melihat rataan marginal dapat
disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
Student Teams-Achievement Divisions, siswa dengan sikap percaya diri tinggi
mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya
diri rendah.
i. H09 ditolak karena Fobs = 22,5653 > 11,2928= Ftabel. Hal ini berarti, terdapat
perbedaan rataan antara antara 22m dan 23m . Dengan melihat rataan marginal
dapat disimpulkan pada siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif Student Teams-Achievement Divisions, siswa dengan sikap percaya
diri sedang mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
sikap percaya diri rendah.
Pada hipotesis ketiga, hasil belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran NHT sama baiknya dengan hasil belajar matematika siswa dengan
model pembelajaran STAD ditinjau dari masing-masing sikap percaya diri tinggi,
sedang dan rendah. Akan tetapi jika hasil belajar matematika dilihat dari
penggunaan masing-masing model pembelajaran, maka pada model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
NHT hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih
baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri
sedang maupun sikap percaya diri rendah, dan hasil belajar matematika siswa
pada sikap percaya diri sedang sama baiknya dengan sikap percaya diri rendah.
Sedangkan pada model pembelajaran STAD hasil belajar matematika siswa yang
memiliki sikap percaya diri tinggi sama baiknya dengan sikap percaya diri sedang
dan hasil belajar matematika siswa pada sikap percaya diri sedang lebih baik
daripada yang memiliki sikap percaya diri rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Atau dengan kata lain hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) sama
efektifnya jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa dengan sikap
percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah. Siswa yang
memiliki sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang
lebih baik dari pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri sedang maupun
rendah. Siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang mempunyai hasil
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai sikap percaya diri rendah.
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3. Terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran dan sikap percaya diri
siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem
persamaan linear dua variabel. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun
rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan
penggunaan model pembelajaran STAD.
b. Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri
tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa
dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang
sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah.
c. Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri
tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan
siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan
sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil belajar
matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu acuan untuk mengembangkan pembelajaran yang menarik serta untuk
memperluas pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model-model
pembelajaran kooperatif yang tepat dapat diterapkan di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa adalah faktor
dari diri siswa. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa sikap percaya diri
siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, sehingga dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan khususnya bagi guru dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Guru dapat memilih model
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan materi pokok yang akan
diajarkan. Pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mungkin turut serta berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Misalnya dengan memperhatikan
sikap percaya diri siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka saran-saran
yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika
dalam memilih model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif
selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka
upaya peningkatan hasil belajar,agar pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan siswa dapat lebih aktif.
b. Guru hendaknya selalu aktif dan inovatif dalam melaksanakan model
pembelajaran dengan melakukan persiapan yang lebih baik dan matang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c. Guru hendahnya dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada agar dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan yang ada.
2. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa melakukan persiapan belajar lebih baik dalam mengikuti
pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) ataupun kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD)
b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran.
c. Sebaiknya siswa selalu kompak dan bisa bekerja sama dalam belajar kelompok
serta tidak takut bertanya jika ada kesukaran dalam memahami materi dan
berani menyampaikan ide-ide atau pendapat yang berkaitan dengan
matematika dalam belajar.
3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini mungkin dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian
selanjutnya. Karena penelitian ini hanya terbatas pada materi materi sistem
persamaan linear dua variabel saja sehingga sangat dimungkinkan untuk
dilakukan penelitian pada materi pokok yang lain.
b. Penelitian ini hanya terbatas dua tipe model pembelajaran kooperatif saja,
sehingga peneliti bisa mencoba untuk model-model pembelajaran yang lain.
c. Penelitian ini hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang cukup untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
4. Bagi Kepala Sekolah
a. Supaya menekankan kepada setiap guru agar selalu aktif dan inovatif serta
mengikuti perkembangan adanya macam-macam model-model pembelajaran
untuk dapat memanfaatkannya secara efektif dalam proses pembelajaran.
Antara lain dengan mengikut sertakan guru untuk ikut dalam kegiatan
MGMP, seminar ataupun diklat yang berkaitan dengan pembelajaran.
b. Sebaiknya memberi dorongan dan semangat kepada guru untuk meningkatkan
kreativitas dan kemampuannya dalam melakukan proses pembelajaran dengan
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Babatunde. 2008. Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Social Studies. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, V6, N3, p691-708.
Anik Lestari, 2009. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together dan Think Pair Share pada Pembelajaran Matematika pada Siswa MTs Negeri se Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Tipe Kecerdasan Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Armstrong, Scott. 1998. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a
twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude. Journal of Social Studies Reserch. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/
Artzt, A. F & C. M. Newman. 1997. How to Use Cooperative Learning in the
Mathematics Class. Second Edition. Reston: NCTM Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
________. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
________. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Edisi Ke 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_________, 2006. Kurukulum 2006 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas.
E Zakaria and Z. Iksan. 2006. Promoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education Ed,3(1) 35 – 39.
Herman J. Waluyo 2002 .Filsafat Ilmu, Salatiga : Widya Sari Pres. Herman Hudoyo, 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Jacobs, G.M., Gan S. L & Jessica Ball. 1996. Learning Cooperative Learning via
Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Markku S. Hannula, Hanna Maijala, & Erkki Pehkonen.2004. Development of
Understanding and Self-Confindence in Mathematics; Grades 5-8. Departement of Teacher Education, University of Turku, Finland. Vol 3 pp 17-24
Muhammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran, Bandung: C.V. Wacana
Prima. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya. Muslimin Ibrahim,M.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa university M. Junaidi 2004. Landasan Pendidikan, Surakarta: Muhammadyah University
Press. Nana Sudjana, 2005 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosda karya. Peklaj, C. 2006. Cooperative Activity and Its Potential For Learning in Tertiary
Education. International Journal of Education Research. Vol. 15-3, p 9. Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Karnisius. Poerwadarminta, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwadi, 2009. Pengaruh Metode Interaktif Terhadap Prestasi Belajar
matematika ditinjau dari Sikap Percaya Diri. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rofiq Setyawan. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Pada pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Saifudin Azwar. 2000. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ------------------, 2000. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Ilmu. Sheenah Hankin. 2005. Strategi untuk meningkatkan Rasa percaya Diri. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, dan Practice.
Massachusetts: Allyn & Bacon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
-------------------. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung : Nusa Media. Soedjadi. R.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Subandriyo. 2006. Studi tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran
Matematika ditinjau dari Sikap percaya diri Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wina Sanjaya.(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Windy Asmiana. 2003. Perbedaan Percaya diri, Http//digilib.ac.id/gdl diakses 8
Januari 2011.