AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SELAMA PEMATANGAN
BUAH JAMBU BIJI (Psidiumguajava L.)
Ratnawati L Djanis, Hanafi
Akademi Kimia Analisis Bogor
ABSTRACT
Antioxidant activity of guava fruit (Psidium guajava L) during ripening process wasstudied using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) test. Concentration of ascorbicacid and water content in the flesh and seed of guava fruits were also analyzed inthis study. The result was examined using correlation test between ascorbic acidconcentration and antioxidant activity. This study showed that the highestantioxidant activities of red guava flesh (IC-50) was 314,96 ppm and of white guava(IC-50) was 318,53 ppm. The highest ascorbic acid concentration of white guavaflesh was reached on the second day while of red guava flesh was on the first day.The maximum ascorbic acid concentration for white and red guava flesh were179,80 mgll00 g and 60 mgll00 g, respectively. The correlation test revealed thatascorbic acid was the dominant active compound that produced antioxidant activity.The water content of red guava is higher than that of white guava with range of66,4% - 84,91%.
Key Words: antioxidant, guava, ascorbic acid,flesh
PENDAHULUAN jambu biji memiliki komposisi 74-87
% air, 0,5-1,0 % abu, 0,4-0,7 % lemak,
dan 0,8-1,5% protein. Selain itu jambu
biji juga kaya vitamin B, riboflavin,
dan beberapa mineral. Warna merah
pada jambu menunjukkan bahwa jambu
biji merah mengandung vitamin A
lebih tinggi dibandingkan jambu biji
putih.
Buah jambu biji (Psidium guajava L.)
merupakan buah yang dimanfaatkan
sebagai bahan pangan fungsional
karena memiliki fungsi untuk--·
kesehatan. Sifat fungsional yang
dimiliki jambu biji disebabkan oleh
terdapatnya vitamin C yang cukup
tinggi. Menurut Chin and Yong (1980),
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 12
Dalam buah jambu biji terdapat zat
kimia lain yang dapat mempengaruhi
aktivitas antioksidan, seperti senyawa
flavonoid, kombinasi saponin dengan
asam oleanolat, guaijavarin dan
quercetin (Paniandy, et al.,2000).
Komposisi senyawa-senyawa iru
diduga dapat mencegah terbentuknya
radikal bebas dalam tubuh atau sebagai
antioksidan serta diabetes melitus
(Sutrisna, 2005), demam berdarah dan
diare (Viera, et.ai, 2001).
Buah jambu biji sebagian
dikonsumsi secara langsung dan
sebagian lagi dikonsumsi setelah
melalui berbagai macam proses
pengolahan, antara lain dibuat
minuman atau jus buah. Umumnya
masyarakat memanfaatkan buah jambu
biji secara keseluruhan, yaitu daging
buah dan bijinya, atau sebagian yaitu
daging buahnya saja. Hal ini akan
mempengaruhi sifat fungsional jambu
biji sebagai antioksidan.
Proses pematangan buah dapat
dipengaruhi oleh adanya gas asetilen
yang terbentuk pada saat terjadi
respirasi buah. Semakin tinggi
respirasi buah yang terjadi, semakin
besar gas asetilen terbentuk dan waktu
respirasi mencapai maksimum
(klimakterik). Pada saat itu gas
asetilen yang terbentuk akan memulai
proses pematangan. Pada proses ini
terjadi perubahan-perubahan biokimia
antara lain perombakan senyawa-
senyawa kimia termasuk zat kimia
yang bersifat antioksidan. Berdasarkan
hal ini maka tingkat kematangan buah
jambu biji dapat mempengaruhi
aktivitas antioksidan yang terdapat
dalam buah tersebut.
Aktivitas antioksidan buah
jambu biji dapat dilihat dari beberapa
parameter. Menurut Van, et.al (2006),
untuk mengetahui tingkat antioksidan
buah-buahan seperti jambu biji, dapat
dilakukan beberapa uji antara lain total
asam askorbat, total fenol, aktivitas
antioksidan, dan aktivitas chelating ion
Fe2+.
Aktivitas antioksidan pada buah
jambu biji dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Yan, et al
(2006), aktivitas antioksidan pada buah
jambu biji dipengaruhi oleh tingkat
kematangan, bagian buah dan varietas
jambu biji. Penelitian Van et.al (2006)
terhadap aktivitas antioksidan jambu
biji menunjukkan bahwa jambu biji
yang matang memiliki aktivitas
antioksidan lebih tinggi dibandingkan
dengan buah. Selain itu daging buah
dengan biji memiliki aktivitas
13 WARTA AKAB, No 22 DESEMBER 2009
antioksidan lebih tinggi dibandingkan
tanpa biji dengan bobot yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan jambu
biji merah dan putih pada bagian
daging buah dan biji serta
perubahannya secara fisik dan kimia
selama penyimpanan 0, 2, 4 dan 6 hari
menggunakan alas daun pisang kering.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jambu biji
(Psidium guajava L) jenis merah dan
putih yang berasal dari pohon jambu
pada lahan perkebunan jambu di daerah
Cimanggu pada tingkat siap panen, dan
daun pisang kering. Sedangkan bahan
kimia yang akan dipergunakan adalah
DPPH (2,2-diphenyl-l-picrylhidrazyl),
natrium tiosulfat, asam klorida, kalium
iodida, asam sulfat, Iodium, metanol
(p.a), etanol, kalium bikromat, dan
kanji.
Alat-alat yang digunakan adalah
wadah plastikJ bak, pisau,
spektrofotometer UV - visible, blender,
labu takar, alat pengaduk, shaker,
kuvet, cawan porselen, oven, corong,
kertas saring, buret, erlenmeyer, piala
gelas dan alat gelas lainnya
--~.
Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam dua
tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian . utama dengan nnClan
sebagai berikut :
I. Penelitian pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui perubahan fisik
jambu biji pada penyimpanan 0, 2,
4, dan 6 hari menggunakan wadah
(keranjang plastik) yang dialasi
daun pisang kering. Pengamatan
fisik meliputi tekstur, dan warna.
Selain itu dilakukan uji kualitatif
aktivitas antioksidan ekstrak jambu
biji dalam meredam DPPH dengan
cara mengukur absorbansi DPPH
0,1 mM pada panjang gelombang
517 nm.
11. Penelitian Utama dilakukan uji pada
jambu biji dengan perlakuan
A = jenis jambu biji (Al= biji
merah, A2= biji putih), B = bagian
jambu biji (B 1= daging buah dan
kulit, B2 = Bagian biji ) dan C=
waktu pematangan (0, 2,4, 6hari»
Uji yang dilakukan terhadap contoh
adalah UJl aktivitas antioksidan
(metode Radical scavenger), penetapan
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 14
kadar vitamin C (metode Iodin) dan
penetapan kadar air (metode
gravimetri). Selain itu untuk
mengetahui pengaruh vitamin C dalam
aktivitas antioksidan jambu biji, maka
dilakukan uji korelasi antar keduanya.
BASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan dapat diketahui bahwa
jambu merah mengalami pematangan
lebih cepat dibandingkan dengan jambu
putih, yaitu pada hari ke-6 jambu
merah telah mengalami perubahan
warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan dan tekstur yang sangat
lunak dibandingkan jambu putih yang
cenderung memiiiki tekstur yang lebih
keras walaupun pada hari ke-6 tekstur
telah berubah lunak. Menurut Rahardjo
(2000), kematangan buah klimakterik
seperti jambu biji secara fisik dapat
ditentukan dari warna dan tekstur.
Warna dapat diukur dengan cara
membandingkan dengan warna standar
sedangkan tekstur dengan cara menguji
keelastisan buah, karena hubungan
keduanya berbanding lurus, kecuali
pada buah non klimaktrik.
Uji kualitatif antioksidan
dilakukan pada ekstrak jambu biji
merah dan biji putih (bagian daging
buah dan biji) 100 ppm berdasarkan
penelitian dari Van, et.aJ (2006) yang
melakukan pengujian antioksidan
jambu biji pada konsentrasi 100 - 600
ppm.
0.3E •....c 0.25•.. ,----•..
1ft 0.2 -•• -,... -••co. 0.151/1
...•.C•• 0.1of!01/1 0.05...
<I:0
0 5 10 15 20 25 30Waktu pengukuran (m.nit)
~ Kulit + daging BuahJJambu merah)-0- Kulit + daging Buah Jambu Putih)-+- Bagian B~I (Jambu erah)"""*"" Bagian BIJi(Jambu Putih)-*-Kontrol
Gambar 2. Absorbansi DPPH 0,1 mMEkstrak Jambu Biji 100ppm
Berdasarkan Gambar 2 diketahui
bahwa semua ekstrak jambu biji 100
ppm memiliki kemampuan meredam
DPPH 0,1 mM. Hal ini dilihat dari
penurunan nilai absorbansi DPPHO ,1
mM pada panjang gelombang 517 nm
dibandingkan dengan kontrol. Menurut
Hafid (2003), penurunan nilai
absorbansi menunjukkan peredaman
senyawa DPPH yang diakibatkan oleh
15 WARTA AKAB, No 22 DESEMBER 2009
bereaksinya molekul DPPH dengan
atom hidrogen yang dilepaskan dari
satu molekul komponen aktif bahan
uji. Reaksi ini menyebabkan jumlah
ikatan rangkap diazo pada DPPH
menjadi berkurang sehingga terjadi
pemucatan warn a DPPH yang
berakibat menu runny a nilai absorbansi
DPPH 0,1 mM. Pada Gambar 2 dapat
diketahui bahwa jambu biji merah
(baik bagian kulit dan daging buah
maupun biji) memiliki kemampuan
meredam DPPH lebih tinggi
dibandingkan jambu putih.
Penelitian Utama
Aktivitas Antioksidan (le-50)
Berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan diketahui bahwa
konsentrasi ekstrak jambu biji 100 ppm
sudah menunjukkan adanya aktivitas
antioksidan, namun untuk mengetahui
konsentrasi ekstrak jambu biji yang
dapat menghambat peredaman sebesar
50% maka dibuat deret konsentrasi
ekstrak sebesar 100, 200, 300 dan 400
ppm. Kemudian dari hubungan
konsentrasi dengan persen peredaman
didapatkan persamaan linier, sehingga
konsentrasi pada saat peredaman 50%
(le-50) dapat diketahui.
Perubahan Aktlvitas Antioksldan (1C60)Pada Jambu Bljl Setllah Dlpanen
6
llarl ke- (setelah panen)
~JM (DagingBuah+ Kulit) __ JM)BagianBi)
-.-JP (Dagingbuahdankua) -;j-JP (BagianBi)
Gambar 3. Perubahan le-50 Jambu Bijiselama Pematangan
Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui
bahwa selama pematangan buah jambu
biji, terjadi perubahan aktivitas
antioksidan, yaitu secara umum terjadi
kenaikan le-50 yang menunjukkan
adanya penurunan aktivitas
antioksidan, karena nilai le-50
berbanding terbalik dengan aktivitas
antioksidan. Pola kenaikan le-50
antara jambu biji merah dengan jambu
biji putih tidak sama. Pada jambu
merah terjadi kenaikan sejak hari ke-O
sedangkan pada jambu putih terjadi
-penurunan le-50 pada hari ke-2 dan
naik kembali sampai hari ke-6. Hal ini
dapat disebabkan oleh perbedaan sifat
klimakterik jambu merah dengan
jambu putih. Menurut Reid (2002),
WARTA AKAB, No 22, DES EMBER 2009 16
tanda kematangan buah dapat dilihat
dari pola kenaikan atau penurunan
indeks kematangan mengikuti pola
buah klimakterik, yaitu diawali dengan
peningkatan hasil-hasil respirasi secara
lambat kemudian menurun lagi setelah
mencapai puncak.
Apabila dibandingkan dengan hasil
pengamatan fisik, yaitu pematangan
buah jambu biji merah dan jambu biji
putih yang ditandai dengan perubahan
warna kuning sempurna dan tekstur
yang lunak pada hari keempat (jambu
biji merah) dan hari keenam (jambu biji
putih), maka puncak klimakterik jambu
biji berdasarkan Gambar 4. tidak terjadi
pada hari yang sama saat pematangan
optimum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ryall dan Pentzer (1994),
yaitu puncak respirasi pada pola
klimakterik tidak selalu bersamaan
dengan pematangan optimum.
Pada Gambar 3 dapat dilihat
bahwa diawal pemetikan IC-50 jambu
putih lebih tinggi dibandingkan jambu
biji merah (aktivitas antioksidannya
lebih rendah dari jambu merah), namun
pada proses pematangan selanjutnya
IC-50 jambu merah semakin meningkat
yang berarti terjadi penurunan aktivitas
antioksidan dibandingkan jambu putih
yang menunjukkan penurunan IC-50
atau kenaikan aktivitas antioksidan.
Hal ini dapat disebabkan oleh
komposisi zat aktif antioksidan yang
berbeda. Menurut Yan, et. Al (2006),
terdapat perbedaan komposisi zat aktif
jambu biji putih dan merah, sehingga
pemanfaatannya berbeda. Jambu biji
merah banyak digunakan untuk obat
demam berdarah karena mengandung
senyawa guajavarin dari golongan
polifenol sehingga dapat menghambat
pertumbuhan virus demam berdarah
dangue (DBD), sedangkan jambu biji
putih lebih banyak untuk dikonsumsi
karena kandungan vitamin C yang
tinggi.
Nilai IC-50 juga dapat
dipengaruhi oleh bagian daging buah
dan bagian biji. Hal ini dilihat dari
kecenderungan nilai IC-50 yang,
berbeda. Nilai IC-50 terendah
dihasilkan oleh ekstrak jambu biji
merah bagian kulit dan daging buah
dan terjadi pada hari ke-O sebesar
314,96 ppm, sedangkan IC-50 tertinggi
_. pada bagian biji jambu biji merah
sebesar 1278,98 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan tertinggi terjadi pada jambu
biji merah bagian kulit dan daging buah
pada hari 'ke-O sedangkan aktivitas
17 WARTA AKAB, No 22 DESEMBER 2009
t
1
terendah pada j ambu bij i merah bagian
biji di hari ke-6.
Dari semua perlakuan contoh
menujukkan bahwa daging buah
cenderung memilliki le-50 lebih
rendah dibandingkan bagian biji,
sehingga bagian daging buah lebih baik
untuk dikonsumsi karena aktivitas
antioksidannya lebih tinggi.
Menurut Azizah (2006), aktivitas
antioksidan (lC-50) sebesar 100-500
ppm menunjukkan aktivitas sedang
sedangkan diatas 500 ppm daya
antioksidan lemah. Secara umum
aktivitas antioksidan jambu biji selama
pematangan masuk katagori lemah
sampai sedang. Hal nu dapat
dipengaruhi oleh jenis pelarut sebagai
pengekstrak.
Kadar Vitamin C
Hasil penetapan kadar vitamin C
menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kadar vitamin C selama pematangan
jambu biji, namun pada jambu putih
terjadi kenaikan pada hari ke-2 yang
selanjutnya menurun (Gambar 4).
Perubahan Kadar Vitamin CPada Jambu BijiSetelah CXpanen
200-1Wr-------~~--------------~"'":;: 160 r------::;~------'~-------------~140r--.l"--------~~-----------'~ 120 r-------------~"a__---oc 100r-----------:----------'~---------" i~ 80r-------~~~------~----~g; 6°t=!~~5~~~~j.: 40;; 20
2 6Harik,· (Slt,lah pantn)
•••••• JM(Cegi1gBuah+ Kuit) ••••••• JM)Ba~an Sf)
••••• JP(Ce~ngbuah dan kull) -++-JP(Ba~an 89)
Gambar 4. Kadar Vitamin C JambuBiji Selama Pematangan
Pada Gambar 4 diketahui bahwa
jambu biji putih memiliki kadar
vitamin C tertinggi pada hari ke-2
setelah pemetikan, sedangkan jambu
merah terjadi pada hari ke-O, walaupun
secara visual belum menunjukkan
kematangan optimum. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Ryall dan
Pentzer (1994), yaitu puncak respirasi
pada po la klimakterik tidak selalu
bersamaan dengan pematangan
optimum, dan didukung oleh pendapat-~.Astawan (2004), bahwa kandungan
vitamin C pada jambu biji mencapai
puncaknya menjelang matang dan
bukan saat pematangan.
WARTAAKAB, No 22, DESEMBER2009 18
Secara umum jerus jambu putih
memiliki kandungan vitamin C lebih
besar dibandingkan jambu biji merah,
Kadar Vitamin C tertinggi pada jambu
putih (daging buah) pada hari ke-2
pemetikan yaitu 179,80 mg/IOOg.
Hasil ini lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penelitian Van, et.al
(2006), yaitu kadar vitamin C jambu
biji dengan kulit dan biji sebesar 144 ±
60 mg/IOO g. Selain itu menurut
Astawan (2004), sebagian besar
vitamin C jambu biji terkonsentrasi
pada bagian kulit serta daging bagian
luarnya yang lunak dan tebal. Hal ini
juga menyebabkan kadar vitamin C
yang dianalisis lebih tinggi
dibandingkan literatur.
secara umum daging buah memiliki
kadar vitamin C lebih tinggi
dibandingkan bagian biji,. Pada jambu
biji merah, bagian daging buah
mengandung vitamin C 20,43 - 60,14
mg/IOO g. Nilai ini lebih besar
dibandingkan bagian biji dengan
rentang 15,17 - 48,73 mg/IOO g.
Demikian juga jambu biji putih, kadar
vitamin C bagian daging buah memiliki
rentang 51,50 - 179,80 mgllOOg dan
bagian biji hanya 22,90-91,97
mg/l00g. Hal ini sesuai dengan
penelitian Astawan (2004), - yaitu
sebagian besar vitamin C jambu biji
terkonsentrasi pada bagian kulit serta
daging bagian luarnya yang lunak dan
tebal.
Untuk mengetahui hubungan
antara kadar vitamin C dengan aktivitas
antioksidan (IC-50) jambu biji, maka
dilakukan uji korelasi dalam kurva
seperti terlihat pada Gambar 5 dan
Gambar 6.
---_._._-------------Korelasi Vitamin C dengan IC-60
Pada Jambu Blji Marah1400
1200 +-~.--------:
1000
o -:(- "Kulil+ dagingBuah(JM)'
o BagianBiji (J~E~ 800
~ 600 t--.--~,.,----<>
-Linear('Kulil+dagingBuah(JM)')
-Linear (BagianBiji (JM))
400 t---'-~,-------'\'--"'.------
200 t-----------<
o~·,--~-~-~-~o 20 40 60
Vitamin C (mg/100 g)80
Gambar 5. Kurva Korelasi Kadar Vitamin Cdan IC-50 Jambu Biji Merah
Pada Gambar 6 terlihat bahwa kadar
vitamin C memiliki korelasi dengan
aktivitas antioksidan (IC-50) yang
terdapat pada jambu merah, yaitu
-'. semakin tinggi vitamin C maka IC-50
akan semakin kecil atau aktivitas
antioksidan semakin tinggi. Dari
persamaan linier didapatkan nilai R2 =0,9864 (pada bagian biji) dan 0,9919
19 WARTA AKAB, No 22 DESEMBER 2009
pada bagian daging buah dan kulit. Hal
nu menunjukkan bahwa kedua
parameter memiliki korelasi yang kuat,
yaitu vitamin C dapat bertindak sebagai
antioksidan.
r--------------.---- ....-.--..-----]
Korelasi V~amin C dengan 1C-50Pada Buah Jambu 8iji Putih
1400 T-·-·-·-·-·---·-·-·-···-··---···-·-·-·-·.. -·----· .. ·-·.. -·-.. --.-.,
1200 +-_--l-----'LCJ.:l.L.>'-"-'-C"U"'O"
-1 000 +--~---'-'---"'='---;E~ 800 +-~~.-----•••• 600 -1----4-----' ••••••.•..-----;II!~ 400 .
200 y=-10.404x+ 1385.7 .:
R2=0.9816 -Linearo -I----r----,----r--i(Bagian B~i
o 50 100 150 200 I
L~IVitaminC(mg/100g) ~
• Bagian 8iji(~
- Linear(Kulrt+ Jl:igingBuah (J~)
Gambar 6. Kurva Korelasi kadar Vit Cdan IC-50 Jambu Biji Putih
Seperti pada jambu biji merah,
Pada Gambar 6 terdapat korelasi antara
kadar vitamin C dengan IC-50
(aktivitas antioksidan) jambu biji putih,
yaitu korelasi negatif yang
menunjukkan apabila kadar vitamin C
tinggi maka IC-50 rendah (aktivitas
antioksidan tinggi) dengan nilai
korelasi R2 = 0,9559 (bagian daging -~..
buah) dan 0,9816 pada bagian biji.
Menurut Buettner and Freya Q. Sehafer
(2007), pada pH 7,4 sebagian besar
vitamin C terdapat dalam bentuk asam
askorbat (AseH) Struktur uu
memungkinkan vitamin C sebagai
antioksidan karena dapat bertindak
sebagai donor ion Hidrogen (H+ + e).
Apabila dalam tubuh terdapat radikal
bebas ROa. maka atom hidrogen dari
asam askorbat dapat didonorkan ke
radikal bebas sehingga menjadi ROOH.
Berdasarkan kedua gambar tersebut
diketahui nilai R2 yang didapatkan
kurang dari 0,999. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya zat aktif lain
yang bertindak sebagai antioksidan,
antara lain guajavarin namun
pengaruhnya sangat keeil, sehingga
dapat disimpulkan bahwa aktivitas
antioksidan jambu biji sebagian besar
dipengaruhi oleh kadar vitamin C.
Kadar Air
Jambu biji merupakan produk
pertanian yang cenderung memiliki
kadar air eukup tinggi. Untuk
mengetahui perubahan kadar air
sebagai faktor yang mempengaruhi
pematangan, maka dilakukan
penetapan kadar air pada contoh jambu
biji merah dan putih selama
pematangan. (Gambar 7).
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 20
,----,.'-----------_.-._._------,
IIiI
Perubahan Kadar AirPada Jambu Biji Setelah Dipanen
oHiri kt· (setelah panen)
f-tl-JM(Daging Buah+ Kuli) ~JM)Ba{jan Biji)
I-.-JP(Daging buahdankul~) -++-JP(Bagian Biji)
21 WARTA AKAB, No 22 DESEMBER 2009
Gambar 7. Perubahan Kadar Air JambuBiji Selama Pematangan
Selama proses pematangan
jambu biji akan mengalami perubahan
kadar air. Hal ini dapat diketahui dari
Gambar 8, yaitu seeara perlahan kadar
air dari jambu biji merah atau putih
akan mengalami kenaikan. Kenaikan
kadar air dapat disebabkan proses
hidrolisis selama pematangan yang
membutuhkan air, sehingga air bebas
yang terdapat dalam jaringan tanaman
keluar bersamaan dengan aktivitas
enzim. Selain itu antara perubahan
fisik jambu biji dengan kenaikan kadar
air selama penyimpanan, tidak
menunjukkan hubungan yang
signifikan. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan fisik yang terjadi
tersebut.
Berdasarkan Gambar 7, pada hari
ke-O hingga hari ke-6 kadar air jambu
biji putih memiliki nilai lebih keeil dari
jambu biji merah. Hasil penetapan
kadar air jambu biji berkisar 77,54% -
84,91% (jambu biji merah bagian
daging buah), 77,57%-84,17% (jambu
biji merah bagian biji), 66,43%-79,10%
(jambu biji putih bagian daging buah)
dan 62,97%-75,43% (jambu biji putih
bagian biji). Nilai kadar air yang
dihasilkan sebagian besar telah sesuai
dengan hasil penelitian Yin, et.al
(2006), yaitu kadar air jambu biji
adalah 74%-87%, keeuali pada jambu
biji putih kadar airnya terlalu rendah.
Hal ini sesuai hasil pengamatan visual
penelitian pendahuluan bahwa jambu
;utih memiliki tekstur yang eenderung
keras.
SIMPULAN
Bagian daging buah jambu biji
memiliki aktivitas antioksidan lebih
tinggi (lC-50 lebih rendah)
dibandingkan bagian biji, yaitu jambu
biji merah pada hari ke-O memiliki IC-
50 314,96 ppm dan IC-50 jambu biji
putih pada hari ke-2 sebesar 318,53
ppm, sedangkan IC-50 bagian biji
sebesar 349,66 ppm (biji merah) dan
403,76 (biji putih).
Pada jambu biji putih, kadar
vitamin C tertinggi dihasilkan bagian
daging buah pada hari ke-2 sebesar
179,80 mg/lOO g sedangkan pada
daging buah jambu merah pada hari ke-
o sebesar 60 mg/ 1OOg dan secara
umum biji putih memiliki kadar
vitamin C lebih tinggi dibandingkan
biji merah.
Nilai IC-50 berkorelasi negatif
dengan kadar vitamin C buah jambu
biji selama pematangan yaitu semakin
tinggi vitamin C maka IC-50 semakin
kecil yang berarti aktivitas antioksidan
semakin besar.
Kadar air jambu biji merah lebih
tinggi dari jambu biji putih, dan pada
hari ke-O sampai hari ke-6 setelah
panen mengalami kenaikan dengan
kisaran 66,43% -84,91%.
DAFTAR PUSTAKA
ASTAWAN, M. 2004. Jambu Biji,Buah Menyehatkan. TeknologiPangan dan Gizi- FakultasTeknologi Pertanian-IPB, Bogor.
ASSOCIATION OF OFFICIALANALYTICAL CHEMISTS(AOAC).1996. Official Methodsof Analysis of the Assosiation ofAnalytical Chemistry. 16thed. VolI and 11. AOAC, Inc. Arlington,Virginia.
BUETTNER AND FREYA Q.SCHAFER (2007). Ascorbate(vitamin C) Its AntioxidantChemistry Society For FreeRadical Biology andMedicine.University of Iowa,Iowa City.
BUETTNER. 2003 The Vitamin CRadical and Its Reactions inVitamin C in Health and Disease,ed. by L. Packer and 1. Fuchs,Marcel Dekker, Inc., New York,Chapter 4, pp75-94
CHIN, H.F and YONG, H. 1980.Malaysian Fruits in Colour.Kuala Lumpur Tropical Press,Malaysia
-c,
PANIANDY, J.c., CHANE-MING,J., and PRETmATESTI, J.C.2000. Chemical Composition ofThe Essential Oil and HeadspaceSolid-phase Microextraction ofThe Guava Fruits (psidiumGuajava L.). Journal of EssentialOil Research, 12 (2) : 153-158.
WARTA AKAB, No 22, DESEMBER 2009 22
RYALL AND PENTZER, 1994,Methods of Delaying TheRipening of Fruits ASEANHorticultural Produce HandlingWorkshop Report.Bureau KualaLumpur. p. 43-47.
RE ID , M.S. 2002. Maturation andMaturity Indecs In PostharvestTechnology of HorticulturalCrops. Kaden AA Edt. UnivofCalifornia. Agric. and NaturalResources Pub. No.33ll
SUTRISNA, E.M. 2005. UjiPenurunan Kadar Glukosa DarahEkstrak Air Buah Jambu Biji(Psidium guajava L.) PadaKelinci, Jurnal FarmasiIndonesia Vol6 (1) :23-27
YAN, L.Y., TENG, L.T. and JBI,T.J.. 2006. AntioxidantProperties of Guava Fruit:Comparision With Some LocalFruits. Journal of SunwayAcademic Vol3 : 9-20.
23 WARTAAKAB, No 22 DESEMBER 2009