Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH KIMIA MATERIAL
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF SILICA-SUPPORTED
IRON NANOCATALYST BY MODIFIED COLLOIDAL METHOD
Di susun oleh :
1. Natariyah Prajabati (S831008039)
2. Nurhalimah Umiyati (S831008042)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SILIKA-PENDUKUNG
NANOKATALIS BESI DENGAN MODIFIKASI METODE KOLOIDAL
A. Pendahuluan
FTS (Fisher-Trophsch Synthesis) telah diakui sebagai teknologi yang
penting dalam produksi cairan bahan bakar dan kimia yang diturunkan dari batu
bara, gas alami dan mengandung material karbon yang lainnya. Tujuan utama dari
penelitian FTS ini adalah untuk meningkatkan selektivitas dari hidrokarbon C5+
dan untuk menurunkan selektivitas metana dan kunci untuk merealisasikan tujuan
ini adalah pengembangan katalis FT dengan aktivitas dan selektivitas tinggi.
Meskipun beberapa logam (termasuk Co,Ni dan Ru) telah
dipertimbangkan sebagai komponen yang aktif dari katalis FTS, katalis iron-based
telah digunakan secara luas karena aktivitas FTS yang tinggi, biaya murah,
distribusi hasil yang fleksibel dan memiliki karakteristik kerja yang baik. Sifat
dari nanopartikel besi tergantung pada ukurannya, semakin kecil partikelnya akan
meningkatkan kinetika reaksinya.
Dalam studi ini, nanokatalis besi disiapkan dengan modifikasi metode
koloidal. Metode koloidal yang telah dimodifikasi merupakan persiapan metode
katalis yang lebih disukai karena dapat menghasilkan partikel nanokatalis yang
mempunyai ukuran 4 sampai 15 nm, yang diharapkan mempunyai aktivitas dan
selektivitas yang tinggi untuk FTS. Sintesis koloidal telah digunakan secara luas
sebagai rute efisiensi untuk mengontrol ukuran dan bentuk partikel logam,
kristalinitas dan struktur kristal. Koloid disintesis dalam keberadaannya sebagai
surfaktan yang larut dan stabil sebagai nanopartikel dalam pelarut organik.
Beberapa yang mendekati, termasuk metode polyol, metode etilen glikol, metode
koordinasi modifikasi penangkapan dan metode pseudo-koloidal. Proses polyol
melibatkan pemanasan campuran dari prekusor katalis dalam surfaktan, seperti
asam oleat dan oleyl amine dalam pelarut yang memilki titik didih tinggi seperti
diphenil eter. Ukuran dari partikel ini dikontrol oleh pertukaran konsentrasi dari
precursor, jumlah dan tipe surfaktan, waktu penyimpanan dan temperatur reaksi.
2
Reduksi alcohol temperatur tinggi pada precursor logam besi (III)
asetilasetonat dihasilkan pada monodispersi nanopartikel besi. Proses sintesis ini
juga disebut proses “heating-up”. Metode yang lain yang menghasilkan
nanokristal yang serupa adalah perbandingan proses “heating-up” yang disebut
metode “hot-injeksi”. Metode “hot-injeksi” mempengaruhi tingginya penjenuhan
dan petunjuk untuk kecepatan reaksi nukleasi yang homogen diikuti oleh proses
pertumbuhan kontrol difusi yang mengontrol ukuran distribusi partikel.
Tujuan dari penelitian ini adalah menyiapkan model spherical nanokatalis
terdiri dari nanokatalis besi yang didukung oleh silica sphere. Laporan ini
merupakan hasil penting pada muatan besi berdasarkan sifat nanokatalis. Serbuk
sampel dikarakterisasi menggunakan X-ray Photoelectron Sphectroscopy (XPS),
Temperature Programmed Reduction (TPR) dan Transmission Electron
Mocroscopy (TEM).
B. Bahan dan Metode
Sintesis dari nanokatalis besi
Nanokatalis besi disiapkan dengan modifikasi metode koloidal. Susunan
percobaan digunakan dalam sintesis SiO2 pendukung nanokatalis besi seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Susunan Eksperimen
3
Silika (SiO2) disintesis menggunakan metode Stober. Silica ditambahkan ke dalam
campuran surfaktan (sebagai campuran A) yang mengandung asam oleat,
oleylamine, sikloheksan dan kemudian ditempatkan dalam bath sonicator selama
3 jam. Campuran A dituangkan ke dalam multi neck reaksi vessel dan dipanaskan
sampai 265°C menggunakan control pemanas digital (Thermo Fischer Scientific
EM 0100/CE) di bawah aliran nitrogen. Campuran diaduk dengan kecepatan 200
rpm menggunakan stirrer mekanik (Heidolph RZR 2021) dalam tahapan sintesis.
Campuran lainnya (campuran B) disiapkan dengan mencampurkan
Fe(acac)3, 1,2-heksanedekanediol, asam oleat, oleylamine, dan phenil eter.
Sejumlah Fe(acac)3 dibuat variasi sesuai dengan yang diinginkan (3, 5 dan 6 %
berat). Perbandingan molar Fe(acac)3 dengan surfaktan adalah 1 : 18. Campuran B
ditempatkan dalam bath sonicator selama 20 menit untuk mencegah kristalisasi
dari pelarut penil eter.
Campuran B ditambahkan ke dalam campuran A pada temperatur 150°C.
Dihasilkan campuran hitam yang dipanaskan sampai temperatur 265°C, campuran
dipanaskan selama beberapa jam. Kemudian campuran hitam didinginkan di
bawah aliran nitrogen hingga temperaturnya menurun sampai 90°C. Etanol
kemudian ditambahkan pada campuran reaksi yang telah didinginkan untuk
mengendapkan nanopartikel. Padatan dipisahkan dengan sentrifugasi pada 7000
rpm selama 90 menit. Endapan yang dihasilkan setelah sentrifugasi dikalsinasi
pada 450°C selama 2 jam dalam furnace.
Teknik karakterisasi
Analisis XPS : Analisa permukaan menggunakan XPS (thermo Scientific K
Alpha) disiapkan dengan monokromatisasi Al Kα sumber sinar-X dan detector
chaneltron. Hasil analisa di bawa pada kondisi vakum < 10-9 Torr. Serbuk sampel
ditempatkan dalam lubang pada sampel holder block dan di scan dengan energy
50 eV.
Analisa TPR : Analisa TPR menggunakan TPD/R/O 1100 (Thermo Electron)
untuk menandai profil reduksi dari katalis. Arus 5% H2/95% N2 pada 50 cc/menit
4
digunakan sebagai gas pereduksi. 0.1 gram sampel direduksi menggunakan 5%
H2/95% N2 dan dipanaskan sampai 800°C dengan kecepatan 5°C/menit.
Analisa TEM : Analisa TEM digunakan untuk mengamati distribusi nanopartikel
besi pada pendukung SiO2. Gambar TEM diamati menggunakan Philip Tecnai 20
dengan akselerasi tegangan 200 kV.
C. Hasil Dan Pembahasan
Analisis XPS
Gambar 2 memperlihatkan spektra XPS dari Fe 2p untuk 3 dan 5 wt.%
nanokatalis Fe/SiO2. Energi ikatan dari puncak Fe 2p diperlihatkan dalam Tabel 1.
Energi Ikatan (eV)
Gambar 2. Spektra XPS wilayah Fe 2p untuk 3 dan 5 % Fe/SiO2
Hasil dari XPS memperlihatkan bahwa puncak Fe 2p3/2 lebih tajam dari
pada puncak Fe 2p1/2. Hal ini dikarenakan kopling orbit spin (j-j), Fe 2p3/2
mengalami penurunan empat tingkat sedangkan Fe 2p1/2 hanya dua tingkat. Posisi
puncak Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 dari Fe3O4 masing-masing adalah 710,6 (SD = 0,05)
dan 724,1 eV (SD = 0,07). Untuk Fe2O3, berdasarkan literatur, energi ikatan untuk
Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 masing-masing adalah 711,0 (SD = 0,01) dan (724,6) (SD =
0,17). Posisi puncak Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 diperoleh dari sampel Fe/SiO2 , wilayah
puncak dari Fe2O3 ditunjukan dari literatur. Perbedaan energi ikat Fe 2p3/2 sebesar
5
0,8 eV antara experiment dan teori kemungkinan disebabkan oleh interaksi
logam sehingga nilai energi ikatan dari Fe2O3 tidak sesuai dengan teori.
Gambar 3 menunjukan spektra XPS dari O 1s untuk nanokatalis Fe/SiO2
dan energi ikatannya diperlihatkan dalam Tabel 2.
6
Gambar 3. Spektra XPS O 1s untuk 3 dan 5 wt.% nanokatalis Fe/SiO2
Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2, energi ikatan dari O 1s untuk
kedua sampel Fe/SiO2 sebesar 533 eV. Puncak O 1s disumbang oleh kedua oksida
besi dan dukungan dari silica (SiO2). Berdasarkan literatur, nilai energi ikatan O
1s untuk Fe3O4 adalah 531 eV, sedangkan untuk Fe2O3 sebesar 527 eV. Sementara
itu, nilai energi ikatan O 1s untuk SiO2 adalah 531 eV. Perbedaan energi ikatan
dari puncak O 1s antara SiO2 yang dipengaruhi katalis Fe dan Fe2O3 kemungkinan
disebabkan oleh interaksi dari Fe - SiO2 yang sangat kuat.
Analisis TPR
Gambar 4 dan Tabel 3 memperlihatkan hasil dari analisis TPR untuk 3, 5
dan 6 wt.% nanokatalis Fe/SiO2.
7
Gambar 4. Profil TPR untuk 3, 5 dan 6 % Fe/SiO2
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 4, profil TPR dari tiga nanokatalis
memperlihatkan dua tingkat reduksi yang nyata pada suhu 370-640°C. Pada
tingkatan reduksi yang pertama, pengisian dua puncak yang sebagian overlap,
dapat ditandai dengan adanya trasformasi dari Fe2O3 → Fe3O4 dan Fe3O4 → FeO (Yu
et all, 2008). Tingkat reduksi kedua dapat ditandai dari trasformasi FeO → Fe,
dimana reduksi Fe3O4 menjadi α-Fe oleh FeO sebagai intermediet (Yu et all,
2008). Hasil dari analisis TPR disesuaikan dengan hasil analisis XPS, yang mana
diperkuat dengan adanya Fe2O3.
Seperti diperlihatkan dalam Tabel 3, peningkatan muatan Fe disebabkan
perubahan suhu pada reduksi pertama dari nanokatalis menjadi suhu yang sangat
tinggi. Akan tetapi, peningkatan muatan Fe pengaruhnya tidak terlalu besar
terhadap reduksi Fe2O3 → Fe3O4 dan Fe3O4 → FeO yang dikenal sebagai proses
termodinamika yang meliputi inti struktur kristal dari H2, tahap peruraian yang
8
mengontrol kecepatan reduksi pada temperatur yang sangat tinggi (Pour et all,
2008).
Analisis TEM
Gambar 5, 6 dan 7 memperlihatkan foto TEM masing-masing dari 3, 5 dan
6 wt.% nanokatalis Fe/SiO2.
Gambar 5. Foto TEM dari 3 % Fe/SiO2.
Gambar 6. Foto TEM dari 5 % Fe/SiO2
Gambar 7. Foto TEM dari 6 % Fe/SiO2
Profil tersebut memperlihatkan nanopartikel besi yang didukung dengan
adanya pengaruh SiO2 dan dihasilkan TEM. Akan tetapi beberapa permukaan SiO2
didukung oleh permukaan yang kosong, yang ditandai adanya endapan yang tidak
9
rata dari nanopartikel besi. Gambar 8 memperlihatkan histogram dari distribusi
ukuran nanopartikel besi pada pendukung silika untuk tiga sampel yang diteliti.
Gambar 8. Distribusi ukuran nanopartikel besi untuk 3, 5 dan 6 wt.% Fe/SiO2
Ukuran nanopartikel besi untuk 3 dan 5 wt.% Fe/SiO2 sebagian besar pada
rentang 1-5 nm (54 % untuk 3 wt.% Fe/SiO2 dan 45 % untuk 5 wt.% Fe/SiO2),
sedangkan untuk 6 wt.% Fe/SiO2 ukuran nanopartikel besi sebagian besar pada
rentang 6-10 nm (74 %). 6 wt.% Fe/SiO2 memiliki distribusi ukuran partikel yang
lebih kecil dibandingkan dengan kedua sampel 3 dan 5 wt.% Fe/SiO2. Ukuran
partikel besi yang diharapkan adalah antara 4-10 nm. Sehingga, dapat diambil
kesimpulan bahwa ukuran dari nanopartikel besi diperoleh dari sintesis ketiga
katalis. 6 wt.% Fe/SiO2 merupakan katalis yang paling baik dari ketiga sampel
yang diteliti karena memperlihatkan distribusi ukuran partikel yang paling baik
dibandingkan dengan kedua sampel yang lain.
D. KESIMPULAN
Silika yang didukung oleh nanokatalis besi telah disintesis dengan metode
kolloidal yang dimodifikasi. Nanopartikel telah disintesis dengan muatan besi 3,
5 dan 6.wt % yang mana perbandingan antara precursor dan surfaktan adalah
1:18. Analisis XPS menyatakan adanya Fe2O3 dalam dukungan SiO2. Analisis
TPR memperlihatkan peningkatan muatan Fe yang disebabkan oleh reduksi
pertama perubahan suhu dari nanokatalis menjadi suhu yang sangat tinggi.
Analisis TEM memperlihatkan SiO2 yang didukung nanokatalis besi. Ukuran dari
nanopartikel besi berada pada rentang 4 sampai 20 nm. 6 wt.% Fe/SiO2
memperlihatkan distribusi ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan
10
kedua sampel yang lain. Sampel dikarakterisasi menggunakan X-ray
Photoelectron Spectroscopy (XPS), Temperature Programmed Reduction (TPR)
dan Transmission Electron Microscopy (TEM).
11
SOAL
1. Dari ketiga ukuran nanopartikel besi untuk 3, 5 dan6 wt.% Fe/SiO2 , kira-kira
mana yang merupakan katalis paling baik ? Jelaskan !
2. Perhatikan gambar dibawah ini !
Gambar dibawah memperlihatkan spektra XPS dari Fe 2p untuk 3 dan 5 wt.%
nanokatalis Fe/SiO2.
3.
4. Energi Ikatan (eV)
Gambar. Spektra XPS wilayah Fe 2p untuk 3 dan 5 % Fe/SiO2
Hasil dari XPS memperlihatkan bahwa puncak Fe 2p3/2 lebih tajam dari
pada puncak Fe 2p1/2. Mengapa hal tersebut bias terjadi? Jelaskan !
12
JAWABAN
1. 6 wt.% Fe/SiO2 memiliki distribusi ukuran partikel yang lebih kecil
dibandingkan dengan kedua sampel 3 dan 5 wt.% Fe/SiO2..
6 wt.% Fe/SiO2 merupakan katalis yang paling baik karena memperlihatkan
distribusi ukuran partikel yang paling baik dibandingkan dengan kedua
sampel yang lain.
2. Hasil dari XPS memperlihatkan bahwa puncak Fe 2p3/2 lebih tajam dari pada
puncak Fe 2p1/2. Hal ini dikarenakan kopling orbit spin (j-j), Fe 2p3/2
mengalami penurunan empat tingkat sedangkan Fe 2p1/2 hanya dua tingkat.
Posisi puncak Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 dari Fe3O4 masing-masing adalah 710,6
(SD = 0,05) dan 724,1 eV (SD = 0,07). Untuk Fe2O3, berdasarkan literatur,
energi ikatan untuk Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 masing-masing adalah 711,0 (SD =
0,01) dan (724,6) (SD = 0,17). Posisi puncak Fe 2p3/2 dan Fe 2p1/2 diperoleh
dari sampel Fe/SiO2 , wilayah puncak dari Fe2O3 ditunjukan dari literatur.
Perbedaan energi ikat Fe 2p3/2 sebesar 0,8 eV antara experiment dan teori
kemungkinan disebabkan oleh interaksi logam sehingga nilai energi ikatan
dari Fe2O3 tidak sesuai dengan teori.
13