10
PR JOURNAL READING 14/11/19 1. PAD, disseminated intravascular coagulation, syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone A. PAD Peripheral Arterial Disease (PAD) atau bisa juga disebut Peripheral Arterial Occlusive Disease (PAOD) adalah penyumbatan pada arteri perifer akibat proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen arteri menyempit (stenosis), atau pembentukan trombus. Hal di atas menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal. Diagnosa Beberapa tes yang mungkin diandalkan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit arteri perifer adalah: Pemeriksaan fisik. denyut nadi lemah atau tidak ada di bawah area yang menyempit dari arteri Anda, bunyi berdesis (bruit) di atas arteri yang dapat didengar dengan stetoskop, bukti penyembuhan luka yang buruk di daerah di mana aliran darah dibatasi, dan penurunan tekanan darah di anggota tubuh yang terkena. Indeks pergelangan kaki-brakialis (ABI). Ini adalah tes umum yang digunakan untuk mendiagnosis PAD. Ini membandingkan tekanan darah di pergelangan kaki dengan tekanan darah di lengan. Untuk mendapatkan pembacaan tekanan darah, menggunakan manset tekanan darah biasa dan alat ultrasound khusus untuk mengevaluasi tekanan dan aliran darah. pasien dapat berjalan di atas treadmill dan membaca sebelum dan segera setelah berolahraga untuk menangkap keparahan arteri yang menyempit selama berjalan. Ultrasonografi. Teknik pencitraan ultrasonografi khusus, seperti ultrasonografi Doppler, dapat membantu mengevaluasi aliran darah melalui pembuluh darah dan mengidentifikasi arteri yang tersumbat atau menyempit.

sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

PR JOURNAL READING 14/11/19

1. PAD, disseminated intravascular coagulation, syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone

A. PADPeripheral Arterial Disease (PAD) atau bisa juga disebut Peripheral Arterial Occlusive

Disease (PAOD) adalah penyumbatan pada arteri perifer akibat proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen arteri menyempit (stenosis), atau pembentukan trombus. Hal di atas menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal.

Diagnosa

Beberapa tes yang mungkin diandalkan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit arteri perifer adalah:

Pemeriksaan fisik. denyut nadi lemah atau tidak ada di bawah area yang menyempit dari arteri Anda, bunyi berdesis (bruit) di atas arteri yang dapat didengar dengan stetoskop, bukti penyembuhan luka yang buruk di daerah di mana aliran darah dibatasi, dan penurunan tekanan darah di anggota tubuh yang terkena.

Indeks pergelangan kaki-brakialis (ABI). Ini adalah tes umum yang digunakan untuk mendiagnosis PAD. Ini membandingkan tekanan darah di pergelangan kaki dengan tekanan darah di lengan.

Untuk mendapatkan pembacaan tekanan darah, menggunakan manset tekanan darah biasa dan alat ultrasound khusus untuk mengevaluasi tekanan dan aliran darah.

pasien dapat berjalan di atas treadmill dan membaca sebelum dan segera setelah berolahraga untuk menangkap keparahan arteri yang menyempit selama berjalan.

Ultrasonografi. Teknik pencitraan ultrasonografi khusus, seperti ultrasonografi Doppler, dapat membantu mengevaluasi aliran darah melalui pembuluh darah dan mengidentifikasi arteri yang tersumbat atau menyempit.

Angiografi. Menggunakan kontras yang disuntikkan ke pembuluh darah Anda, tes ini memungkinkan dokter Anda untuk melihat aliran darah melalui arteri Anda saat itu terjadi. Dokter Anda dapat melacak aliran bahan kontras menggunakan teknik pencitraan, seperti pencitraan sinar-X atau prosedur yang disebut magnetic resonance angiography (MRA) atau computerized tomography angiography (CTA).

Angiografi kateter adalah prosedur yang menggunakan kateter melalui arteri di selangkangan Anda ke daerah yang terkena dan menyuntikkan pewarna dengan cara itu. Meskipun invasif, jenis angiografi ini memungkinkan untuk diagnosis dan perawatan simultan. Setelah menemukan area yang menyempit dari pembuluh darah, kemudian dapat memperluasnya dengan memasukkan dan memperluas balon kecil atau dengan memberikan obat yang meningkatkan aliran darah.

Tes darah. Sampel darah dapat digunakan untuk mengukur kolesterol dan trigliserida dan memeriksa diabetes.

B. DIC

Page 2: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh berkurang sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh pembuluh darah

Etiologi

Perdarahan terjadi karena : 1. Hipofibrinogemia, 2. Trombositopenia, 3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah, 4. Fibrinolisis berlebihan

dapat di akibatkan oleh penyakit :

1. Infeksi ( DHF, Sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropis)

2. Komplikasi kehamilan ( Solutio plasenta, IUFD, Emboli cairan amnion)

3. Pasca Operasi ( luka operasi baru, cardio pulmonal bypass, lobektomi, Gastrektomi, Splenektomi)

4.Keganasan (Karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)

Patofisiologi

Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya :

1. Aktivasi system koagulasi (consumptive coagulopathy)

2. Depresi prokoagulan

3. Defek Fibrinolisis

Pembentukan fibrin secara sistemik terjadi akibat peningkatan pembentukan trombin, bersamaan dengan mekanisme supresi antikoagulan fisiologis dan destruksi fibrin yang terlambat, pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan fibrinolisis.

Hampir semua respon inflamasi sistemik , gangguan koagulasi dan fibrinolisis pada DIC dimediasi oleh beberapa sitokin proinflamasi. Mediator yang terlibat dalam aktivasi koagulasi terutama interleukin 6 (IL-6). Tumor necrosis factor (TNF) secara tidak langsung mempengaruhi pengaktifan koagulasi karena efeknya pada IL-6 dan merupakan mediator yang penting dalam disregulasi jalur antikoagulan fisiologis dan defek fibrinolisis.9 Ada 3 proses yang terlibat dalam terjadinya DIC, yaitu sebagai berikut :

Pembentukan Trombin

Pembentukan trombin sistemik pada binatang percobaan dengan DIC menunjukkan bahwa secara eksklusif, proses ini diperantarai oleh jalur ekstrinsik yang melibatkan faktor jaringan (TF) dan faktor VIIa. Trombin di dalam sirkulasi memecah fibrinogen menjadi monomer fibrin. Trombin juga merangsang agregasi trombosit, mengaktivasi faktor V dan VIII, serta melepas aktivator plasminogen yang membentuk plasmin. Plasmin memecah

Page 3: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

fibrin membentuk produk degradasi fibrin dan selanjutnya menginaktivasi faktor V dan VIII. Aktivitas trombin yang berlebihan

mengakibatkan berkurangnya fibrinogen, trombositopenia, faktor-faktor koagulasi, dan fibrinolisis, yang mengakibatkan perdarahan difus.

Defek pada Inhibitor Koagulan

Antikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III dalam plasma menurun akibat koagulasi berkelanjutan, degradasi oleh elastase yang dilepaskan dari neutrofil yang teraktivasi, dan gangguan sintesis antitrombin III.

Gangguan pada sistem protein C dapat mengganggu regulasi aktivitas koagulasi. Penurunan aktivitas protein C disebabkan oleh gabungan gangguan sintesis protein, penurunan aktivitas trombomodulin endotel yang diperantarai sitokin, dan kurangnya kadar fraksi bebas protein S (kofaktor penting protein C). Protein C diubah menjadi protease aktif oleh trombin setelah terikat pada trombomodulin. Tissue factor yang merupakan pencetus DIC dihambat oleh tissue factor-pathway inhibitor (TFPI).

Defek Fibrinolitik

Penelitian pada binatang percobaan dengan DIC mengindikasikan bahwa sistem fibrinolitik sebagian besar tertekan pada saat aktivasi koagulasi maksimal. Inhibisi ini disebabkan oleh peningkatan kadar plasminogen activator inhibitor type 1 (PAI-1) yang menetap. Penelitian klinis menunjukkan bahwa supresi fibrinolisis diperantarai oleh PAI-1 dan walaupun ada beberapa aktivitas fibrinolitik dalam respon terhadap pembentukan fibrin, tingkat aktivitas ini terlalu rendah untuk mengimbangi deposisi fibrin sistemik.

Gejala klinis

Sirkulasi : Dapat terjadi syok hemoragik

Susunan saraf pusat : Penurunan kesadaran dari yang ringan sampai koma, Perdarahan

Intrakranial

Sistem Kardiovaskular : Hipotensi, Takikardi, Kolapsnya pembuluh darah perifer

Sistem Respirasi : Pada keadaan DIC yang berat dapat mengakibatkan gagal napas yang

dapat menyebabkan kematian.

Sistem Gastrointestinal : Hematemesis, Hematochezia

Sistem Genitourinaria : Hematuria, Oliguria, Metrorrhagia, Perdarahan uterus

a. Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut :a) Hipofibrinogenemiab) Trombositopenia

Page 4: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

c) Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darahd) Fibrinolisis berlebihana. Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut :a) Hipofibrinogenemiab) Trombositopeniac) Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darahd) Fibrinolisis berlebihana. Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut :a) Hipofibrinogenemiab) Trombositopeniac) Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darahd) Fibrinolisis berlebihan

Page 5: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

Terapi

Page 6: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

C. SNADH

Definisi

Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH) adalah sindrom yang mempengaruhi keseimbangan air dan mineral pada tubuh Anda, khususnya sodium.ADH adalah substansi yang diproduksi secara alami oleh hypothalamus dan dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Hormon ini mengontrol jumlah air dalam tubuh yang dibuang melalui urin.ADH mempengaruhi ginjal dan pembuluh darah. Ginjal yang dipengaruhi ADH akan menyimpan air lebih banyak, mengurangi pengeluaran air dari tubuh. Karena terdapat lebih sedikit air pada urin, urin akan mengental. Pembuluh darah di bawah pengaruh ADH akan menyempit/berkontraksi untuk membuat tekanan darah lebih tinggi dan air lebih banyak masuk ke dalam sel. Terlalu banyak ADH akan mengakibatkan SIADH. Tubuh tidak dapat mengeluarkan air (retensi air) dan memiliki tingkat sodium lebih rendah pada darah.

Etiologi

Penyebab langsung adalah karena pengaruh dari hypothalamus otak, yang membuat fungsi hormon ADH. Beberapa tipe tumor ganas seperti kanker paru-paru dan penyakit paru-paru kronis dapat menyebabkan tubuh untuk memproduksi lebih banyak ADH. Penyakit-penyakit jantung seperti tekanan darah tinggi juga dapat menyababkan SIADH.

Faktor resiko

SIADH terkait dengan hidrasi dan tingkat sodium pada tubuh. Apabila salah satu atau keduanya tidak seimbang maka dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena SIADH, faktor-faktor risiko termasuk:

tingkat sodium pada darah yang rendah menjalani operasi atau pengobatan untuk tumor otak gangguan autoimun, kanker paru-paru, atau penyakit-penyakit kronis lain meningitis cedera pada kepala dan cedera otak traumatik

Gejala Klinis

SIADH pada awalnya tidak memiliki gejala. Namun, bila dibiarkan dapat menyebabkan:

mual atau muntah kram atau tangan dan kaki yang bergetar depresi, gangguan ingatan perasaan tidak nyaman perubahan pada kepribadian, seperti menjadi agresif, kebingungan dan berhalusinasi kejang, pada beberapa kasus dapat menyebabkan koma

2. Vaksin yang wajib sebelum ibadah ke tanah suci?A.Vaksin Meningitis

Page 7: sarafambarawa.files.wordpress.com  · Web viewAntikoagulan fisiologis terdiri atas antithombin III, protein C, dan tissue factor– pathway inhibitor (TFPI). Kadar antitrombin III

Meningitis adalah penyakit yang disebabkan bakteri kelompok A, C, W, dan Y. Maka, semua jamaah wajib menerima satu dosis vaksin kuadrivalen polisakarida atau vaksin ACWY135.

Pemberian vaksin ini disarankan dilakukan 2-3 minggu sebelum keberangkatan, dan tidak kurang dari 10 hari sebelumnya. Jika sebelumnya pernah mendapat vaksin yang sama, pastikan bahwa waktu pemberiannya tidak lebih dari tiga tahun sebelumnya.

Jika diberikan pada orang dewasa dan anak-anak berusia lebih dari lima tahun, vaksin ini akan memberikan perlindungan dari meningitis selama lima tahun.

Untuk anak di bawah usia lima tahun, vaksinasi akan memberikan perlindungan selama 2-3 tahun. Namun pemberian pada balita usia dua bulan hingga tiga tahun harus diikuti dengan pemberian vaksin kedua pada tiga bulan setelahnya.

Vaksin jenis ini tidak dibolehkan untuk diberikan kepada bayi berusia kurang dari dua bulan.

B.Vaksin InfluenzaVaksin influenza dianjurkan untuk jamaah Haji dengan kondisi tertentu sebagai berikut:- Penderita penyakit kronis seperti asma, gagal jantung kronis, penyakit paru-paru kronis, dan HIV/AIDS.- Penderita penyakit gangguan metabolik.- Penderita obesitas.- Balita, lansia, dan wanita hamil.

C.Vaksin PneumoniaTerdapat dua jenis vaksin pneumokokus yaitu Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dan Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin PCV untuk anak berusia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian vaksin ulangan atau booster diberikan pada usia 12-15 bulan.

Berbagai vaksin di atas diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi bagi orang yang akan melaksanakan Ibadah Haji. Jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap sebagian atau seluruh vaksin (maupun kandungannya) yang diwajibkan, konsultasikan pada dokter sebelum Anda melakukan vaksinasi.

3. Dexametason sebagai terapi adjunctive ?untuk menekan respon inflamasi yang dapat menyebabkan kehilangan fungsi

pendengaran apda infeksi H.Influenzae dan pneumococcus. Dexamethasone dapat mengurangi edema otak, tekanan intrakranial dan meningkatkan perfusi otak untuk mencegah hipoksia regional dan iskemia fokus jaringan otak, bersamaan dengan pengurangan respon inflamasi pada ruang subarachnoid pada meningitis bakteri.

Peradangan meningeal dalam ruang subarachnoid sebagian besar bertanggung jawab untuk konsekuensi patofisiologis yang bertanggung jawab untuk berbagai presentasi klinis dan komplikasi meningitis bakteri akut melalui peningkatan permeabilitas sawar darah otak, edema serebral (asal vasogenik, interstitial dan sitogenik), peningkatan resistensi aliran keluar, vaskulitis serebral, peningkatan tekanan intrakranial, penurunan aliran darah serebral, dan hilangnya autoregulasi aliran darah serebral, hipoksia kortikal yang memicu respons peradangan. Dengan demikian disimpulkan bahwa terapi deksametason ajuvan meningkatkan beberapa aspek hasil meningitis bakteri pada orang dewasa dengan mengurangi kejadian gejala sisa neurologis dan gangguan pendengaran sensorineural. Kematian juga dapat berkurang sampai batas tertentu.