Upload
indah-dwi-mentari
View
212
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
TUTORIAL
SINDROM NEFROTIK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS I
PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA
Penyusun :
Aditya Jhenevel 2010730004
Andi M Iqbal 2010730010
Firdha Leonita 2006730038
Indah Dwi Mentari 2010730051
Raysha Ramadhani 2010730089
Retno Sui Fadhillah 2010730090
Risky Agviola 2010730094
Tessa Meiliassari 2010730104
Dokter Pembimbing :
Dr.Asrie Rahayu
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT Penyusun ucapkan karena dengan rahmat dan
hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial “Sindrom Nefrotik” tepat pada
waktunya.
Laporan tutorial ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan memenuhi tugas
pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas I (IKAKOM I) di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa. Terima kasih penyusun ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu tersusunnya laporan ini khususnya:
1. dr. Asrie Rahayu sebagai pembimbing
2. Orangtua yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
3. Teman-teman sejawat yang selalu kompak
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan tutorial ini masih jauh dari
sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membaca ini, agar penyusun dapat mengoreksi
diri dan dapat membuat laporan kasus yang lebih se mpurna di lain kesempatan.
Semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sekarang maupun
masa yang akan datang.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, Mei 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I KASUS
1.1 Skenario.................................................................................................... 4
1.2 Klarifikasi Kalimat/kata sulit................................................................... 4
1.3 kalimat/ kata kunci................................................................................... 4
1.4 Analisa...................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi..................................................................................................... 7
2.2 Epidemiologi............................................................................................ 7
2.3 Etiologi..................................................................................................... 7
2.4 Patogenesis............................................................................................... 9
2.5 Tanda dan Gejala...................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan penunjang............................................................................ 10
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................... 11
2.8 Komplikasi............................................................................................... 12
2.9 Prognosis.................................................................................................. 12
BAB II. KESIMPULA DAN SARAN
3.1 Dasar Diagnosis.......................................................................................... 13
3.2 Alasan Rencana Penatalaksanaan........................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 14
3
BAB I
KASUS
1.1 Skenario
Seorang anak laki-laki, umur 8 tahun, datang ke Puskesmas karena edema generalisata
keluhan ini sudah muncul sejak 4 hari yang lalu. Sebulan yang lalu kelopak mata anak
tersebut mengalami pembengkakan semakin lama keluhan bengkak semakin bertambah.
Anak tidak demam dan tanda infeksi yang lain. Anak mengeluhkan kecing menjadi jarang
dan sedikit serta warna kencing yang keruh. Pada auskultasi terdapat penurunan suara paru
dibagian basal.
.
1.2 Klarifikasi Kalimat/kata sulit
-
1.3 Kalimat/kata kunci
- Anak laki-laki 8 tahun
- Edema genaralisata 4 hari
- Bengkak pada kelopak mata satu bulan yang lalu
- Bengkak semakin bertambah/berat
- Tidak ada demam dan tanda infeksi yang lain
- Urin jarang, sedikit dan keruh
- penurunan suara paru dibagian basal.
1.4 Analisa
4
Sebagian besar edema generalisata diderita oleh pasien dengan gangguan jantung, ginjal, hati,
atau nutrisional tingkat lanjut.
JANTUNG HATI GINJAL
ANAMNESIS Dispnea akibat
aktivitas fisik
(utama) -sering
disertai dengan
ortopnea – atau PND
Dispnea jarang terjadi,
kecuali bila disertai
dengan asites yang
signifikan; tersering
ada riwayat
penyalahgunaan
etanol.
Biasanya kronis:
dapat disertai dengan
tanda dan gejala
uremia. Dispnea
dapat terjadi tapi
biasanya kurang
menonjol
dibandingkan pada
gagal jantung.
PEMERIKSAA
N
FISIK
Peningkatan JVP, S3
gallop: kadangkala
dengan denyut apikal
diskinetik atau
Sering disertai dengan
asites; JVP normal
atau rendah; tekanan
darah lebih rendah
Tekanan darah
mungkin naik, edema
periorbital dapat
menonjol; pericardial
5
8 tahun
Ku: Edema
generalisata 4
hari lalu
RPD: Bengkak
pada kelopak
mata satu
bulan yang lalu.
P.Fisik: penuru
nan suara paru
dibagian basal
RPS: Urin
jarang, sedikit
dan keruh
Pemeriksaan
penunjang
DIFERENSIAL
DIAGNOSIS
displaced; sianosis
perifer, ekstremitas
dingin, tekanan nadi
lemah bila berat
daripada penyakit
jantung atau ginjal;
mungkin terdapat satu
atau lebih tanda
tambahan penyakit
hati kronis
frkction rub pada
kasus tingkat lanjut
dengan uremia.
PEMERIKSAA
N PENUNJANG
Sering terjadi
peningkatan urea
nitrogen terhadap
rasio kreatinin;
peningkatan asam
urat; natrium serum
sering menurun;
enzim-enzim hati
biasanya meningkat
dengan kongesti hati.
Apabila berat, terjadi
reduksi serum
albumin, kolesterol,
dan protein hepatik
lainnya; enzim hati
meningkat tergantung
pada penyebab dan
akutnya kerusakan
hati; tendensi terhadap
hipokalemia, alkalosis
respiratoir,
makrositosis akibat
defisiensi folat.
Albuminuria,
hipoalbuminemia;
kadangkala serum
kreatinini dan urea
nitrogen meningkat;
hiperkalemia,
asidosis metabolik,
hiperfosfatemia,
hipokalsemia, anemia
(biasanya
normositik).
Tabel 1. Diagnosis Banding Edema Generalisata
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik adalah suatu kompleks klinis yang mencakup 1)proteinuria massif, dengan
pengeluaran protein di dalam urin 3,5 g atau lebih per hari; 2)hipoalbuminemia, dengan akdar
albumin plasma <3 g/dl; 3) edema generalisata, yaitu gambaran klinis yang paling mencolok;
serta 4)hiperlipidemia dan lipiduria.
2.2 Epidemiologi
Sindrom nefrotik lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita (2:1) dan kebanyakan
terjadi antara umur 2 dan 6 tahun. Telah dilaporkan terjadi paling muda pada anak umur 6
bulan dan paling tua pada masa dewasa. Angka kejadian sindrom nefrotik pada anak dibawah
usia 18 tahun diperkirakan berkisar 2-7 kasus per 100.000 anak per tahun. Hampir 50%
penderita mulai sakit saat berusia 1-4 tahun, 75% mempunyai onset sebelum berusia 10
tahun.
7
2.3 Etiologi
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindrom nefrotik primer
faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena
sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu
sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak.
Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu
salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di
bawah 1 tahun. Penyakit ini diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi
fetomaternal.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer dikelompokkan
menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney Disease in
Children). Tabel di bawah ini menggambarkan klasifikasi histopatologik sindrom
nefrotik pada anak berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi
ISKDC (International Study of Kidney Diseases in Children, 1970):
Tabel 1. Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer
Kelainan minimal (KM) Glomerulosklerosis (GS) Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) Glomerulosklerosis fokal global (GSFG) Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus (GNPMD) Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus eksudatif Glomerulonefritis kresentik (GNK) Glomerulonefritis membrano-proliferatif (GNMP) GNMP tipe I dengan deposit subendotelial GNMP tipe II dengan deposit intramembran GNMP tipe III dengan deposit transmembran/subepitelial Glomerulopati membranosa (GM) Glomerulonefritis kronik lanjut (GNKL)
Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom
nefrotik tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi sindrom nefrotik tipe
kelainan minimal jauh lebih sedikit dibandingkan pada anak-anak.
2. Sindrom nefrotik sekunder
8
timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai
sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yang sering
dijumpai adalah :
a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom
Alport, miksedema.
b. Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
c. Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid, racun serangga,
bisa ular.
d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosus sistemik, purpura
Henoch-Schönlein, sarkoidosis.
e. Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor gastrointestinal.
1.4 Patogenesis
9
2.5 Tanda Dan Gejala
Edema merupakan gejala klinik yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40% daripada
berat badan dan didapatkan anasarka. Pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama
beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Terdapat
proteinuria terutama albumin (85-95%) sebanyak 10-15 gr/hari. Ini dapat ditentukan dengan
urin Esbach. Selama edema masih banyak biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin
meninggi. Sedimen dapat normal atau berupa torak hialin, granula, lipoid, terdapat pula sel
darah putih, dalam urin mungkin dapat pula ditemukan double reflatil bodies. Pada fase non
nefritis uji fungsi ginjal tetap normal atau meninggi. Dengan perubahan yang progresif di
glomerulus terdapat penurunan fungsi ginjal pada fase nekrotik.
Kimia darah menunjukkan hipoalmuminemia. Kadar globulin normal atau meninggi
sehingga terdapat perbandingan albumin:globulin yang terbalik. Didapatkan pula
hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen meninggi sedangkan kadar ureum normal, anak dapat
10
pula menderita anemia defisiensi besi karena transferin banyak keluar dengan urin. Kadang-
kadang didapatkan protein bound iodine rendah tanpa adanya hipotiroid. Pada 10% kasus
terdapat defisiensi factor IX. Laju endap darah meninggi. Kadar kalsium dalam darah sering
rendah. Pada keadaan lanjut kadang terdapat glukosuria tanpa hiperglikemia. Secara ringkas
tanda dan gejala dari sindrom nefrotik adalah:
1. Edema (edema yang menambah berat badan edema periorbital, edema
dependen, pembengkakan genetalia eksterna, edema fasial, asites hernia,
inguinalisdan distensi abdomen, efusi pleural)
2. Oliguria (retensi cairan)
3. Anoreksia
4. Diare
5. Pucat
6. Tekanan Darah normal
7. Proteinuria sedang sampai berat
8. Hipoproteinemia dengan rasio albumin:globulin terbalik
9. Hiperkolesterolemia
10. Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
11. Beta 1C globulin (C3) normal
2.6 Pemeiksaan Penunjang
1. Uji Urin
Protein urin (meningkat)
Urinalisa (cast hialin dan granular, hematuria)
Dipstik urin (positif untuk protein dan darah)
Berat jenis urin (meningkat)
2. Uji Darah
Albumin serum (menurun)
Kolesterol serum (meningkat)
Hemoglobin dan hematokrit (meningkat/hemokonsentrasi)
Laju endap darah (LED) (meningkat)
Elektrolit serum (bervariasi dengan keadaan penytakit perorangan)
3. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal yang tidak dilakukan secara rutin.
1.7 Penatalaksanaan
11
A. Non medikamentosa
- Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian gizi
diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Batasi asupan natrium sampai ± 1 gram/hari, secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dalam makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
- Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau albumin
konsentrat
- Berantas infeksi
- Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi
- Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema anasarka.
B. Medikamentosa
- Kortikosteroid
International Cooperative Studi of Kidney Disease in Children (ISKDC) mengajukan
cara pengobatan sbb:
Selama 28 hari prednisone diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hr/luas permukaan
badan (lbp) dengan dosis maksimum 80 mg/hr.
Kemudian dilanjutkan dengan prednisone peroral selama 28 hari dengan dosis 40
mg/hr/lbp, setiap 3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maksimal 60 mg/hari. Bila
terdapat respon selama b, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermiten selama 4
minggu. Sekarang pengobatan dengan kortikosteroid tidak selalu seperti uraian pada
a+b, tetapi melihat respon pasien apakah terjadi remisi/tidak dalam 4 minggu.
- Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. biasanya
furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons pengobatan.
Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama
pengobatan diuretic perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolic,
atau kehilangan cairan intravascular berat Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat
antihipertensi.
- Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi
1.8 Komplikasi
12
Komplikasi yang sering muncul pada sindrom nefrotik adalah:
1. Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan Streptococcus,
Staphylococcus, bronkopneumonia dan tuberculosis.
2. Penurunan volume intravaskular (syok hipovolemik).
3. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena).
4. Perburukan pernapasan (berhubungan dengan retensi cairan).
5. Kerusakan kulit.
6. Peritonitis (berhubungan dengan asites).
7. Efek samping steroid yang tidak diinginkan.
1.9 Prognosis
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.
2. Jenis kelamin laki-laki.
3. Disertai oleh hipertensi.
4. Disertai hematuria
5. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder
6. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal
7. Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnyaa gambaran klinis
Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons yang baik
terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan relapse
berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.
BAB III
13
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit dengan kumpulan gejala edema,
hiperkolesterolemia, hipoalbuminemia dan proteinuria. Pada kasus ini di gejala-gejala dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada diagnosis sindroma nefrotik. Untuk
mendukung diagnosis tersebut, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa uji urin dan uji
darah. Terapi yang dapat diberikan berupa terapi nonmedikamentosa seperti terapi suportif
berupa tirah baring dan diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak.
Terapi medikamentosa dengan prednisone dan diuretic.
3.2 Saran
Monitoring terhadap efek samping obat, dalam hal ini prednisone yang merupakan
golongan kortikosteroid perlu dilakukan dan monitoring tumbuh kembang juga perlu
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
14
- Guyton dan hall. Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta : RGC. 2006
- Robbins, dkk. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC. 2007
- Hull, David. 2008. Dasar-dasar pediatri edisi 3. Jakarta : EGC hlm 184-185
- Meadow, Roy dkk. 2002. Lecture notes pediatrika. Jakarta : Erlangga hlm208-209
- Kumar,dkk.2007.buku ajar patologi.jakarta: EGC
- Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi. Jakarta : EGC
- Buku patologi UI
- Dasar – dasar pediatri edisi 3
- Dasar Patologis penyakit ed 7
15