104
i THE CORRELATION BETWEEN COMMUNITY KNOWLEDGE LEVEL WITH BRAIN TUMOR BEFORE AND AFTER THE EXTENSION IN SOKKOLIA VILLAGE, BONTOMARANNU SUBDISTRICT, GOWA REGENCY HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TUMOR OTAK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI DESA SOKKOLIA, KECAMATAN BONTOMARANNU, KABUPATEN GOWA ADE RAHMAWATI DM NIM. 105421102616 Skripsi Skripsi ini Ditunjukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSA 2020

THE CORRELATION BETWEEN COMMUNITY KNOWLEDGE …Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya. Makassar, 25 Februari 2020 Ade Rahmawati DM NIM 10542110 26 16 . vi RIWAYAT

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    THE CORRELATION BETWEEN COMMUNITY KNOWLEDGE

    LEVEL WITH BRAIN TUMOR BEFORE AND AFTER THE

    EXTENSION IN SOKKOLIA VILLAGE, BONTOMARANNU

    SUBDISTRICT, GOWA REGENCY

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

    TENTANG TUMOR OTAK SEBELUM DAN SESUDAH

    PENYULUHAN DI DESA SOKKOLIA, KECAMATAN

    BONTOMARANNU, KABUPATEN GOWA

    ADE RAHMAWATI DM

    NIM. 105421102616

    Skripsi

    Skripsi ini Ditunjukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kedokteran

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSA

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

    Yang bertanda tangan dibawah ini,

    Nama Lengkap : Ade Rahmawati DM

    Tanggal Lahir : Jambi, 19 Januari 1997

    Tahun Masuk : 2016

    Peminatan : Kedokteran Komunitas

    Nama Pembimbing Akademik : dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An

    Nama Pembimbing Skripsi : dr. Wahyudi Sp.BS

    Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan

    skripsi saya yang berjudul :

    “Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tumor Otak Sebelum dan

    Sesudah Penyuluhan Di Desa Sokkolia, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”

    Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

    akan menerima sansksi yang telah ditetapkan.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

    Makassar, 25 Februari 2020

    Ade Rahmawati DM

    NIM 105421102616

  • vi

    RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Nama : Ade Rahmawati DM

    Ayah : H. Aidar Idrus, SE

    Ibu : Hj. Maryanah, S.Pd

    Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 19 Januari 1997

    Agama : Islam

    Alamat : BTN MinasaUpa Blok A3

    Nomor Telepon/HP : 082343374443

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    SDN 088 Matoto (2002-2008)

    SMP Negeri 1 Masamba (2008-2011)

    SMA Negeri 1 Masamba (2011-2014)

    Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)

  • vii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    Skripsi, Februari 2020

    Ade Rahmawati DM, dr. Wahyudi, Sp.BS 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan

    2016/ email [email protected] 2Pembimbing

    “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

    TUMOR OTAK SEBELUM DAN SESUSAH PENYULUHAN DI DESA

    SOKKOLIA, KECAMATAN BONTOMARANNU, KABUPATEN GOWA”

    (vii + 74 halaman, 8 table, 4 gambar, 6 lampiran)

    ABSTRAK

    Latar Belakang: Tumor otak merupakan neoplasma yang proses desak ruang

    yang timbul di dalam rongga tengkorak baik dalam kompartemen supratentorial

    maupun infratentorial. Angka inseden kanter otak ganas di seluruh dunia

    berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3.4 per 100.000 penduduk,

    angka mortalitas adalah 4.25 per 1000.000 pernduduk pertahun.

    Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang

    tumor otak di desa sokkolia, kecamatan bontomarannu, kabupaten gowa tahun

    2020

    Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan

    desain one group pre-test post-test. Besar sampel pada penelitian ini adalah 72

    responden yang berasal dari masyarakat desa sokkolia, kecamatan bontomarannu,

    kabupaten gowa.

    Hasil : Tingkat pengetahuan tentang tumor otak sebelum penyuluhan dengan

    persentase tertinggi adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 27 orang (37%),

    diikuti oleh tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 orang (34,7%) kemudian

    tingkat pengetahuan sedang sebanyak 20 orang (27,5%). Setelah penyuluhan,

    tingkat pengetahuan dengan persentase tertinggi adalah tingkat pengetahuab baik

    sebanyak 67 orang (93,1%), diikuiti oleh tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5

    orang (6,9%), kemudian tingkat pengetahuan kurang menjadi tidak ada.

    Kesimpulan: Tingkat pengetahuan masyarakat tentang tunmor otak sebelum

    diberikan penyuluhan adalah pengetahuan kurang, sedangkan setelah diberikan

    penyuluhan tentang tumor otak menjadi pengetahuan baik. Sehingga disimpulkan

    bahwa terjadi peningkatan pengetahuan mengenai tumor otak sesudah diberi

    penyuluhan.

    Kata Kunci: Tingkat pengetahuan, tumor otak, penyuluhan

    mailto:[email protected]

  • viii

  • ix

    KARA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Sang pencipta alam

    semesta. Berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu

    menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

    Masyarakat Tentang Tumor Otak Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa

    Sokkolia, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”. Penulis skripsi ini

    dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelas Sarjana

    Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Penulis skripsi ini tidak lepas dari peran berbagi pihak.

    Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

    1. Rasulullah SAW. Yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat

    islam dan tak pernah berhenti memikirkan umatnya hingga di akhir

    hidupnya.

    2. Kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Aidar Idrus SE dan Ibunda

    Hj.Maryanah S.pd. yang tak pernah lelah memberikan semangat, kasih

    sayang dan doa yang tidak pernah putus sehingga saya dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    3. dr. Wahyudi, Sp.BS sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing,

    memotivasi, dan meluangkan waktunya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

  • x

    4. dr. Asdar Tadjuddin Sp.B sebagai dosen penguji yang telah memberikan

    kritik serta saran guna melengkapi kekurangan dalam skripsi ini.

    5. Dr. Ruslim Malli, M.Ag sebagai dosen pembimbing serta penguji AIK

    yang telah memberikan kritik serta saran guna melengkapi kekurangan

    dalam skripsi ini.

    6. dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An selaku dosen Pembimbing Akademik

    yang telah memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

    7. Ibu Juliani Ibrahim, Ph.D selaku Koordinator Skripsi di FKIK Unismuh

    yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

    8. saudara-saudaraku tersayang Tenri Mardarlissa, Iqbal Aidar Idrus, Sitti

    Dzahabiyyah Aidar. yang telah memberikan semangat kepada saya untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    9. Sahabat-sahabat ku Sri Gustia Rahman, Suryanti Sultan, Indah Irmawati,

    Virda Erika Busdir, Sulastriani Hanafing, Andi Pratiwi Riski Awalia, Eni

    Wahyuddin, dan Wiwi Fatmawati yang senantiasa memberikan dukungan,

    semangat dan menjadi teman diskusi dalam berbagai hal termasuk dalam

    menyusun skripsi ini.

    10. Teman-teman sepembimbingku, Dwi astuti dan Ningrum Pramatana

    Syaifuddin yang telah bersama dan setia menemani selama pembuatan

    skripsi ini.

    11. Teman-temanku Sri Ayu Lestari Wulandari, Dkk yang telah meluangkan

    waktunya membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  • xi

    12. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Rauvolfia yang telah memberi

    semangat dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

    13. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    14. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

    langsung yang telah memberikan semangat dan dukungan.

    Saya menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna. Oleh karena

    itu saran dan kritik diperlukan dami kesempurnaan tulisan ini.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bernilai

    ibadah di sisi-Nya.

    Amin ya rabbal alamin

    Makassar, Februari 2020

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ........................................................

    PERNYATAAN PENGESEHAN ...........................................................................

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .......................................................................

    RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................

    ABSTRAK ................................................................................................................

    ABSTRACT ..............................................................................................................

    KATA PENGANTAR ..............................................................................................

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

    1. Tujuan Umum ......................................................................................... 5

    2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 5

  • xiii

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6

    1. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................. 6

    2. Manfaat Bagi Dunia Pendidikan ............................................................. 6

    3. Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7

    A. Pengetahuan .................................................................................................. 7

    1. Definisi ................................................................................................... 7

    2. Tingkat Pengetahuan .............................................................................. 7

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ..................................... 8

    4. Sumber pengetahuan ............................................................................... 10

    5. Pengukuran Pengetahuan ........................................................................ 11

    B. Penyuluhan Kesehatan .................................................................................. 11

    1. Definisi ................................................................................................... 11

    2. Tujuan Penyuluhan ................................................................................. 12

    3. Tahap Kegiatan Penyuluhan ................................................................... 12

    4. Sasaran penyuluhan ................................................................................ 13

    5. Materi Penyuluhan .................................................................................. 15

    6. Metode Penyuluhan ................................................................................ 15

    7. Media ...................................................................................................... 18

    C. Tumor Otak ................................................................................................... 20

    1. Definisi ................................................................................................... 20

    2. Epidemiologi .......................................................................................... 21

    3. Etiologi dan Faktor Risiko ...................................................................... 23

    4. Patofisiologi ............................................................................................ 25

    5. Klasifikasi Tumor Otak .......................................................................... 27

  • xiv

    6. Gejala Klinik .......................................................................................... 32

    7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis ................................................... 35

    8. Penatalaksanaan ...................................................................................... 37

    9. Prognosis ................................................................................................ 41

    D. Tinjauan Keislaman ...................................................................................... 42

    E. Kerangka teori ............................................................................................... 47

    BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................................ 48

    A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 48

    B. Definisi Operasional...................................................................................... 48

    C. Hipotesis ....................................................................................................... 51

    BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 52

    A. Obyek Penelitian ........................................................................................... 52

    B. Metode Penelitian ......................................................................................... 52

    C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 52

    1. Populasi Penelitian.................................................................................. 52

    2. Sampel Penelitian ................................................................................... 53

    a. kriteria inklusi .................................................................................. 53

    b. kriteria eksklusi ................................................................................ 53

    D. Rumus Sampel dan Besar Sampel ................................................................. 53

    E. Instrument Penelitian .................................................................................... 54

    1. Uji Validasi dan Reabilitas ..................................................................... 54

    2. Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 55

    F. Metode Pengelolaan dan Penyajian Data ...................................................... 55

    G. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 57

    H. Alur Penelitian .............................................................................................. 57

  • xv

    BAB V HASIL PEBELITIAN ................................................................................. 60

    A. Gambaran Umum Populasi ........................................................................... 60

    B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. 60

    C. Deskripsi Karakteristik Sampel ..................................................................... 61

    D. Deskripsi Karakteristik Responden ............................................................... 62

    E. Analisis ......................................................................................................... 64

    F. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 65

    BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 67

    BAB VII PENUTUP................................................................................................. 71

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 71

    B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 71

    C. Saran ............................................................................................................. 72

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 73

    LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Klasifikasi tumor susunan saraf pusat menurut WHO (2016) ................... 32

    Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur................................................... 61

    Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin ....................................... 61

    Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan informasi ............................................. 62

    Tabel 5.4 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan ........................ 63

    Tabel 5.5 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ........................... 64

    Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan ..................................................... 65

    Tabel 5.7 Hasil Uji Wilcoxon .................................................................................... 66

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 47

    Gambar 3.1 kerangka Konsep .................................................................................... 48

    Gambar 4.1 Tahap Persiapan ..................................................................................... 57

    Gambar 4.2 Tahap Pelaksanaan ................................................................................. 58

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    2. Kuesioner Penelitian

    3. Olah Data SPSS Karakteristik Responden

    4. Olah Data SPSS Pengetahuan

    5. Olah Data SPSS Uji Kolmogorov

    6. Olah Data Wilcoxon

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Neoplasma atau tumor merupakan penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang

    tidak terbatas, tidak ada koordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak

    berfungsi dalam fisiologis.(1)

    Tumor otak merupakan neoplasma yang proses desak ruang yang timbul di

    dalam rongga tengkorak baik dalam kompartemen supratentorial maupun

    infratentorial, atau massa sel yang tidak perlu tumbuh di otak. Ada dua jenis

    dasar tumor otak. Tumor otak primer dan tumor otak metastasis. Tumor otak

    primer cenderung menetap di otak. Tumor otak metastatik dimulai sebagai

    kanker di tempat lain yang tubuh dan menyebar ke otak.(2)(3)

    Dari seluruh keganasan intracranial, sepertiga merupakan tumor primer

    sedangkan sisanya adalah metastasis dari organ ekstrakranial. Insidenya

    bervariasi, tergantung dari jenis kelamin, usia, dan ras.(4)

    Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf

    pusat. Di Amerika Serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak adalah 21.42

    per 100.000 penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk kanker

    otak ganas, 14.17 per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak).

    Angka insidens untuk kanker otak ganas di seluruh dunia berdasarkan angka

    standar populasi dunia adalah 3.4 per 100.000 penduduk. Angka mortalitas

    adalah 4.25 per 100.000 penduduk per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada

    pria.(5)

  • 2

    Berdasarkan data statistic Central Brain Tumor Registry of United State

    2009 angkat insidensi tahunan tumor otak susunan saraf pusat di Amerika

    adalah 20,6 kasus per 10.000 per tahun (7,3 per 100.000 untuk tumor jinak,

    dan 13,3 per 100.000 untuk tumor ganas) di mana wanita lebih banyak (22,3)

    di bandingkan pria (18,8). Estimasi insidensi tumor susunan saraf pusat primer

    adalah 69.720 kasus baru pada tahun 2013. Data-data insidensi dari Negara-

    negara lainnya berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun (jepang

    9/100.000 populasi/tahun; Swedia 4/100.000 populasi/tahun).(2)

    Prevalensi tumor susunan saraf pusat primer pada tahun 2010 diperkirakan

    sebanyak 221,8 per 100.000 penduduk (61,9 per 100.000 penduduk (61,9 per

    100.000 penduduk untuk kelompok tumor jinak). Diperkirakan sebanyak

    688.096 orang di Amerika Serikat menderita tumor otak dan tumor susunan

    saraf pusat primer pada tahun 2010.(2)

    Insidensi tumor otak primer pada anak berbeda dengan kelompok dewasa.

    Angka insidensi pada kelompok umur 0-19 tahun untuk tumor primer susunan

    saraf pusat adalah sebanyak 5,1 kasus per 100.000 penduduk di mana

    perbandingan wanita dan pria adalah 5,2: 5,1 pada tahun 2013 di Amerika

    Serikat, diperirakan insidens tumor susunan saraf pusat primer sebanyak

    4.300, dan 3.050 di antaranya terjadi pada anak-anajk dibawah 15 tahun.(2)

    Prevalensi tumor otak primer dan tumor susunan saraf pusat pada

    kelompok anak-anak (0-19 tahun) diperkirakan sebanyak 35,4 per 100.000

    penduduk dengan lebih dari 28.000 anak-anak diperkirakan hidup dengan

    diagnosis penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2004.(2)

  • 3

    Sementara itu angka harapan hidup penderita tumor susunan saraf pusat

    juga bervariasi sesuai usia. Data dari surveillance, Epidemiologi dan End

    Result pada tahun 1996-2009 menunjukkan bahwa angka harapan hidup

    selama 5 tahun pada tumor otak primer ganas dan tumor susunan saraf pusat

    (tidak termasuk limfoma, leukemia, tumor hipofisis dan kelenjar pineal, dan

    tumor olfaktorius pda kavitas nasal) adalah sebesar 38,8% (32,4% pda pria

    dan 35,5% pada wanita). Angka harapan hidup ini sebesar 73,0% pada usia 0-

    19 tahun, 57,7% pada kelompok usia 20-44 tahun, 31,7% pada kelompok usia

    55-64 tahuun, 10,0% pada kelompok usia 65-74 tahun, dan 5,7% pada

    kelompok usia lebih dari atau sama dengan 75 tahun.(2)

    Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013 tidak memberikan

    keterangan spesifik mengenai angka kejadian tumor otak di Indonesia.

    Namun, di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, selama

    tahun 2011-2015 didapatkan rerata usia pasien 48 (18-74) tahun dengan

    proporsi perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki (55,6% vs

    44,4%). Mayoritas tumor primer adalah astrositoma (47%) diikuti

    meningioma (26%). Data di RS kanker Dharmatis pada tahun 1993-2012

    menunjukkan insiden tumor otak sebesar 1% dari seluruh keganasan, juga

    terutama golongan glioma (67,4%) dan meningioma (16,3%).(6)

    Dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat, astrositoma anaplastik dan

    glioblastoma multiforme (GBM) meliputi sekitar 38% dari jumlah

    keseluruhan, kemudian meningioma dan tumor mesenkim lainnya 27%.

    Sisanya terdiri dari tumor otak primer yang bervariasi, meliputi tumor

  • 4

    hipofisis, limfoma SSP, oligodendroglioma, ependimoma, astrositoma derajat

    rendah, dan meduloblastoma.(5)

    Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

    1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

    Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

    kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

    masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan

    kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan

    didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.(7)

    Penyuluhan atau promosi kesehatan adalah salah satu cara untuk

    memperluas berbagai informasi tentang kesehatan. Tujuan dari penyuluhan

    adalah Untuk mengubah pengetahuan masyarakat dari yang tidak tau menjadi

    tau, sehingga tercapai kesehatan yang optimal tentang pengetahuan tumor

    otak. Pengetahuan tentang penyakit tumor otak sangat diperlukan oleh

    masyarakat. diharapkan masyarakat dapat mencegah terjadinya tumor otak dan

    segera mungkin melakukan pemeriksaan. Dengan ada informasi-informasi

    tentang tumor otak, yaitu definisi, penyebab, faktor risiko, dan gejala.

    Dalam tinjauan islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Mujadalah (58)

    Ayat 11 :

  • 5

    Terjemahnya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

    "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan

    memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",

    maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

    di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

    derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    Oleh karena itu, seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu syariat yang

    berguna sebagai landasan dan kerangka dalam ibadah dan akidah. Karena

    orang yang menuntut ilmu memiliki derajat yang tinggi di mata Allah SWT.

    Memberikan penyuluhan kesehatan kepada orang lain juga bisa

    menjadikan amal jariyah, apalagi memberikan informasi yang bermanfaat

    untuk orang lain.

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor otak sebelum

    dan sesudah penyuluhan di Desa Sokkolia?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor otak

    di Desa Sokkolia, kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa tahun 2020

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor otak

    sebelum dilakukan penyuluhan di Desa Sokkolia

  • 6

    b. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor otak

    sesudah dilakukan penyuluhan di Desa Sokkolia

    c. Mengetahui perubahan tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor

    otak sebelum dan sesudah penyuluhan

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi peneliti

    Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas

    wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan

    2. Manfaat Bagi Dunia Pendidikan

    Dapat menjadi referensi atau masukan untuk penelitian-penelitian

    selanjutnya tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang tumor otak

    3. Manfaat Bagi masyarakat

    Dapat meningkatkan pengetahuan atau informasi tentang tumor otak

    melalui penyuluhan

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengetahuan

    1. Definisi

    Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, pengetahuan diartikan

    sebagai segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang

    berhubungan dengan hal mata pelajaran.(8)

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

    melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telinga.(8)

    2. Tingkatan Pengetahuan

    Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang

    dapat mendalami, meperdalam perhatian dari pengetahuan seperti halnya

    menyelesaikan masalah tentang kemampuan dalam belajar dan konsep-

    konsep baru. Ada enam tingkatan untuk mengukur tingkat pengetahuan

    seseorang secara rinci, yaitu :

    (9)

    a. Tahu (Know)

    Tahu di artikan dalam hal mengingat sesuatu yang sebelumnya telah

    dipelajari. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari sesuatu hal yang

    dipelajari atau diterima.

  • 8

    b. Memahami (Comprehension)

    Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang telah diketahui

    dan meginterpretasikan materi secara benar.

    c. Aplikasi

    Kemampuan untuk meggunakan materi yang di pelajari pada suatu

    situasi atau kondisi nyata.

    d. Analisis (Analysis)

    Kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-

    komponen, namun masih berada dalam suatu struktur dan masih ada

    kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis (synthesis)

    Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru.

    f. Evaluasi (evaluation)

    Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau

    objek.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:(9)

    a. Social ekonomi

    Lingkungan social akan mendukung tingginya pengetahuan seorang

    bila social ekonomi baik, apabila tingkat pendidikan tinggi maka

    tingkat pengetahuan akan tinggi juga

  • 9

    b. Kultur

    Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

    karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan

    budaya yang ada begitupun dengan agama yang dianut.

    c. Pendidikan

    Semakin tinggi pendidika seseorang maka akan mudah menerima hal

    yang baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru

    tersebut.

    d. Pengalaman

    Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.

    Pendidikan yang tingi, maka pengalaman yang didapat juga akan lebih

    luas, sedangkan semakin tua seseorang, maka pengalaman semakin

    banyak.

    e. Informasi/media massa

    Informasi merupakan suatu teknik untuk menyimpan, menyiapkan,

    mengumpulkan, menganalisis, mengumumkan, dan menyebarkan

    informasi dengan tujuan tertentu. Informasi yang didapat secara formal

    maupun non formal dapat memeberikan pengaruh jangka pendek yang

    menghasilkan peningatan dan perubahan pengetahuan. Perkembangan

    teknologi yang semakin pesat juga menyediakan berbagai macam

    media massa yang dapat mengonovasi pengetahuan seorang. Dalam

    penyampaian informasi, media massa juga membawa pesan-pesan

    yang berupa sugesti yang mengarahkan pendapat seorang.

  • 10

    f. Usia

    Semakin bertambahnya usia seseorang semakin berkembang pula daya

    tangkap dan pola pikir, sehingga tingkat pengetahuan yang diperoleh

    lebih baik

    4. Sumber Pengetahuan

    Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan.

    Upaya-upaya yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan-

    pengetahuan, yaitu:(9)

    a. Orang yang memiliki otoritas

    Salah satu upaya seseorang untuk mendapatkan pengetahuan adlah

    dengan cara bertanya kepada orang yang memiliki otoritas atau yang

    dianggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang

    ditempatkan memiliki otoritas ialah orang yang memiliki gelar, atau

    termasuk juga seperti buku-buku resmi atau publikasi resmi

    pengetahuan lainnya.

    b. Indra

    Indra adalah alat pada diri manusia sebagai salah satu sumber

    internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern mengatakan

    bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah pengalaman-pengalaman

    konkrit kita yang terbentuk dari persepsi indra, seperti persepsi

    perdengaran, perabaan, penglihatan, penciuman, dan pencicipan

    dengan lidah.

  • 11

    c. Akal

    Penengetahuan dapat diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya

    dengan potensial akal

    d. Intuisi

    Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau

    pemahaman yang langsung tentang pegetahuan yang tidak merupakan

    hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi

    dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan

    5. Pengukuran pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan dikukur dari subyek

    penelitian kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui.(9)

    B. Penyuluhan Kesehatan

    1. Definisi

    Penyuluhan kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk

    meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatan diri dan

    lingkungannya. Memperdayakan ialah upaya dalam membangun daya

    ataupun mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan

    menimbulkan kemampuan, kesadaran, dan juga mengembangkan iklim

    yang mendukung kemandirian. Dengan demikian, penyuluhan kesehatan

    merupakan upaya yang memengaruhi masyarakat agar dapat

    menghentikan berperilaku yang beresiko tinggi dan menggantikannya

  • 12

    dengan perilaku yang aman atau paling tidak yang perilaku beresiko

    rendah.(10)

    Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

    1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

    Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk

    meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,

    untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,

    serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai

    sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan

    kesehatan.(7)

    2. Tujuan penyuluhan

    Tujuan penyuluhan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran,

    meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi sikap dan persepsi untuk

    berperilaku, memperagakan keterampilan sederhana, memotivasi tindakan

    serta membangun norma.(11)

    3. Tahapan Kegiatan Penyuluhan

    Tahap-tahap kegiatan penyuluhan kesehatan, yaitu:(12)

    a. Tahap Sensitiasi

    Pada tahap ini dilakukan dalam memberikan informasi kesadaran

    kepada masyarakat mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan

    kesehatan. Misalnya, pelayanan kesehatan.

  • 13

    b. Tahap Publisitas

    Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sensitiasi, yaitu press release

    dikeluarkan oleh departemen kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut

    jenis atau macam-macam dari penyuluhan kesehatan

    c. Tahap Edukasi

    Pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah

    sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh

    kegiatan tersebut.

    d. Tahap Motivasi

    Tahap ini adalah tahap kelanjutan dari edukasi. Perorangan atau

    masyarakat setelah mengikuti penyuluhan kesehatan

    4. Sasaran Penyuluhan

    Sasaran penyuluhan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan

    kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup

    sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat,

    serta terciptanya lingkungan yang kondusif. Sasaran khususnya adalah

    sebagai berikut:(13)

    a. Individu dan keluarga

    (1) Mendapatkan informasi kesehatan.

    (2) Memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan memelihara,

    meningkatkan dan melindungi kesehatan.

    (3) Mempraktikkan PHBS menuju keluarga sehat.

  • 14

    b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan

    tempat umum

    (1) Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan.

    (2) Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan

    sehat.

    c. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM dan media massa

    (1) Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat

    masyarakat

    (2) Bergotong-royong untuk mewujudkan lingkungan sehat

    (3) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan

    perilaku masyarakat

    d. Program/petugas kesehatan

    (1) Melakukan integrasi penyuluhan kesehatan dalam program dan

    kegiatan kesehatan.

    (2) Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di

    masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga,

    dan atau kelompok yang menjadi kliennya.

    (3) Meningkatkan mutu perberdayaan masyarakat dan pelayanan

    kesehatan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat.

    e. Lembaga pemerintah/politisasi/swasta

    (1) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam

    mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat.

  • 15

    (2) Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan

    mempertahankan dampaknya dibidang kesehatan

    5. Materi Penyuluhan

    Materi atau pesan yang disampaikan hendaknya memenuhi persyaratan

    antara lain : menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, materi tidak

    sulit dan mudah di pahami, menggunakan alat peraga, materi sesuai

    kebutuhan yakti tentang penyakit tumor otak.(14)

    6. Metode Penyuluhan

    Pemikiran dasar penyuluhan kesehatan pada hakikatnya ialah suatu

    kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

    kelompok atau individu. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju

    tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku

    dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus

    berbeda antara sasaran massa, kelompok atau sasaran individual.(14)

    a. Metode Individual (Perorangan)

    Metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina

    perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik

    kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

    pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

    atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau

    perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan

    tepat bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk

    pendekatan (metode) berikut ini, yaitu :

  • 16

    (1) Bimbingan dan penyuluhan

    Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.

    Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu

    penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,

    berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima

    perilaku tersebut (mengubah perilaku)

    (2) Interview (wawancara)

    Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

    penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

    untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian

    yang kuat tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku

    yang diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia tidak

    atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima

    perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu

    penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

    b. Metode Kelompok

    Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya

    kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk

    kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.

    Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran

    Penyuluhan.

  • 17

    (1) Kelompok Besar

    Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta

    penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk

    kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

    a) Ceramah

    Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun

    rendah. Merupakan metode dengan menyampaikan informasi

    dan pengetahuan secara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan

    tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi

    membosankan jika terlalu lama.

    b) Seminar

    Seminar adalah suatu acara dimana sekelompok orang

    berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah

    bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

    (2) Kelompok Kecil

    Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita

    sebut kelompok kecil. Metode yang cocok untuk kelompok ini

    adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan

    peranan, permainan simulasi

    c. Metode Massa

    Dalam metode ini penyampaian informasi ditunjukan kepada

    masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena itu sasaran

    bersifat umum dalam arti tidak membadakan golongan umur, jenis

  • 18

    kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

    sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

    dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

    tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,

    biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini

    adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog

    antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau

    Koran, Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan

    sebagainya.

    7. Media

    Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk

    menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator

    sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya

    diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

    media sangat penting peranannya dalam pelaksanaan penyuluhan

    kesehatan, karena Media dapat mempermudah penyampaian informasi,

    menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah

    pengertian, mengurangi komunikasi verbalistik, dapat memperlancar

    komunikasi, dan Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat

    ditangkap dengan mata.

    Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi

    kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni.(14)

  • 19

    a. Media Cetak

    Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari

    gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang

    termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip

    chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah,

    poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa

    kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang,

    biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,

    mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.

    Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek

    gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

    b. Media elektronik

    Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat

    dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu

    elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio,

    video film, cassette, CD, VCD, internet (computer dan modem), SMS

    (telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini

    memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik,

    sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh

    panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta

    jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya

    lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk

    produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

  • 20

    berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

    mengoperasikannya.

    c. Media luar ruang

    Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media

    cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,

    banner dan televisi layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan

    atau logo. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami,

    lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,

    mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan

    dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya

    lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya,

    persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,

    memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

    mengoperasikannya.

    C. Tumor Otak

    1. Definisi

    Tumor otak atau intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang

    yang timbul di dalam rongga tengkorak baik dalam kompartemen

    supratentorial maupun infratentorial. Didalam hal ini mencakup tumor-

    tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise,

    saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metestasis dari bagian tubuh

    lainnya.(2)

  • 21

    Tumor intracranial dapat dibagi menjadi lesi jinak dan ganas di dalam

    rongga cranial. Tumor ini dapat berupa:(15)

    Primer : tumor intrakranial primer terjadi sekitar 10% dari seluruh

    neoplasma dan 60% pada neoplasma intracranial. Tumor ini dapat

    berasal dari sel neuroepitelial (glioma primer), meningen

    (meningioma), sel selubung saraf (schwannoma), hipofisis anterior

    (adenoma) atau pembuluh darah (hemangioma).

    Sekunder : karsinoma metastasis (misalnya paru, payudara atau

    limfoma.

    2. Epidemiologi

    Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan

    saraf pusat. Di Amerika Serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak

    adalah 21.42 per 100.000 penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk

    untuk kanker otak ganas, 14.17 per 100.000 penduduk per tahun untuk

    tumor otak jinak). Angka insidens untuk kanker otak ganas di seluruh

    dunia berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3.4 per 100.000

    penduduk. Angka mortalitas adalah 4.25 per 100.000 penduduk per tahun.

    Mortalitas lebih tinggi pada pria.(5)

    Berdasarkan data statistic Central Brain Tumor Registry of United

    State 2009 angkat insidensi tahunan tumor otak susunan saraf pusat di

    Amerika adalah 20,6 kasus per 10.000 per tahun (7,3 per 100.000 untuk

    tumor jinak, dan 13,3 per 100.000 untuk tumor ganas) di mana wanita

    lebih banyak (22,3) di bandingkan pria (18,8). Estimasi insidensi tumor

  • 22

    susunan saraf pusat primer adalah 69.720 kasus baru pada tahun 2013.

    Data-data insidensi dari Negara-negara lainnya berkisar antara 7-13 per

    100.000 populasi per tahun (jepang 9/100.000 populasi/tahun; Swedia

    4/100.000 populasi/tahun).(2)

    Prevalensi tumor susunan saraf pusat primer pada tahun 2010

    diperkirakan sebanyak 221,8 per 100.000 penduduk (61,9 per 100.000

    penduduk (61,9 per 100.000 penduduk untuk kelompok tumor jinak).

    Diperkirakan sebanyak 688.096 orang di Amerika Serikat menderita tumor

    otak dan tumor susunan saraf pusat primer pada tahun 2010.(2)

    Insidensi tumor otak primer pada anak berbeda dengan kelompok

    dewasa. Angka insidensi pada kelompok umur 0-19 tahun untuk tumor

    primer susunan saraf pusat adalah sebanyak 5,1 kasus per 100.000

    penduduk di mana perbandingan wanita dan pria adalah 5,2: 5,1 pada

    tahun 2013 di Amerika Serikat, diperirakan insidens tumor susunan saraf

    pusat primer sebanyak 4.300, dan 3.050 di antaranya terjadi pada anak-

    anajk dibawah 15 tahun.(2)

    Prevalensi tumor otak primer dan tumor susunan saraf pusat pada

    kelompok anak-anak (0-19 tahun) diperkirakan sebanyak 35,4 per 100.000

    penduduk dengan lebih dari 28.000 anak-anak diperkirakan hidup dengan

    diagnosis penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2004.(2)

    Sementara itu angka harapan hidup penderita tumor susunan saraf

    pusat juga bervariasi sesuai usia. Data dari surveillance, Epidemiologi dan

    End Result pada tahun 1996-2009 menunjukkan bahwa angka harapan

  • 23

    hidup selama 5 tahun pada tumor otak primer ganas dan tumor susunan

    saraf pusat (tidak termasuk limfoma, leukemia, tumor hipofisis dan

    kelenjar pineal, dan tumor olfaktorius pda kavitas nasal) adalah sebesar

    38,8% (32,4% pda pria dan 35,5% pada wanita). Angka harapan hidup ini

    sebesar 73,0% pada usia 0-19 tahun, 57,7% pada kelompok usia 20-44

    tahun, 31,7% pada kelompok usia 55-64 tahuun, 10,0% pada kelompok

    usia 65-74 tahun, dan 5,7% pada kelompok usia lebih dari atau sama

    dengan 75 tahun.(2)

    Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013 tidak memberikan

    keterangan spesifik mengenai angka kejadian tumor otak di Indonesia.

    Namun, di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, selama

    tahun 2011-2015 didapatkan rerata usia pasien 48 (18-74) tahun dengan

    proporsi perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki (55,6% vs

    44,4%). Mayoritas tumor primer adalah astrositoma (47%) diikuti

    meningioma (26%). Data di RS kanker Dharmatis pada tahun 1993-2012

    menunjukkan insiden tumor otak sebesar 1% dari seluruh keganasan, juga

    terutama golongan glioma (67,4%) dan meningioma (16,3%).(6)

    3. Etiologi dan Faktor Risiko

    Penyebab dari tumor otak belum di ketahui secara pasti, tetapi ada

    faktor resiko utama terjadi tumor otak adalah Radiasi, Kimia, dan virus.

    Radiasi adalah meningkatnya insiden tumor otak, terutama meningioma

    dilaporkan terjadi pada pasien yang pernah menerima radiasi walaupun

    dalam dosis rendah. Radiasi yang dapat menimbulkan mutasi dan

  • 24

    perubahan genetic adalah sparsely ionizing berupa ϒ-photon dan x-ray,

    densely ionizing berupa neutron dan ion berat, dan non ionizing berupa

    gelombang elektromagnetik. Kimia adalah berbagai zat kimia dapat

    menginduksi tumor sel masenkimal dan glial. Karsinogen kimia yang

    paling potensional adalah senyawa nitrogen. Senyawa tersebut banyak

    ditemukan pada makanan (daging yang diawetkan atau diasap dan

    beberapa buah dan sayuran). Selain itu senyawa nitrat tersebut juga dapat

    ditemukan pada kosmetik dan beberapa produk industry. Virus merupakan

    limfoma serebral, terutama limfoma sel B, banyak terdapat pada pasien

    dengan penurunan imunitas (imunosupresan), misalnya pada pasien

    dengan HIV, pasca transplantasi organ atau imunodefisiensi congenital.

    Adanya tumor tersebut juga dipengaruhi oleh infeksi virus Epstein Barr

    (EBV).(4)

    Selain 3 faktor tersebut, faktor host juga dapat mempengaruhi

    perubahan genetika sel melalui sistem seluler dan sistemik. Pada fase

    seluler, sel yang berada pada fase aktif membelah akan lebih rentan

    terkena kerusakan oleh radiasi, kimia, atau virus sehingga lebih mudah

    mengalami mutasi genetic. Hal ini menjelaskan mengapa tumor tumbuh

    dari lapisan germinal.(4)

    Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

    dilakukan. Kini telah diakui bahwa substansi yang karsinogenik seperti

    nitrosamides dan nitrosaureas yang bisa menyebabkan tumor sistem saraf

    pusat. Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak.

  • 25

    Contohnya, Virus Epseien-barr. Penelitian menunjukkan bahwa makanan

    seperti makanan yang diawetkan, daging asap tampaknya berkolerasi

    dengan peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak

    menurun ketika makan individual lebih banyak buah dan sayuran.(16)

    4. Patofisiologi

    Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif.

    Gejala-gejala yang timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekan

    pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gejala-gejala

    sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.(17)

    Gangguan neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan

    oleh dua faktor : gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan

    intracranial.(17)

    Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak,

    dan infiltrasi atau invasi lengsung pada parenkim otak dengan kerusakan

    jaringan neural. Tentu saja disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltrative

    yang tumbuh paling cepat (yaitu Glioblastoma multiforme).(17)

    Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh

    penyebab nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada

    umumnya bermenifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan

    mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.(17)

    Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron

    dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke

    jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan

  • 26

    parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis

    fokal.(17)

    Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

    bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor,

    dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor

    menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang

    yang relative tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas

    menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum

    begitu dipahami, tetapi juga disebabkan oleh selisih osmotic yang

    menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat

    menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan

    sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume

    intracranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke

    ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.(17)

    Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat

    salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme

    kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk

    menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intracranial timbul

    cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume

    darah intracranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan

    mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati

    mengekibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebrum. Herniasi unkus

    timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui

  • 27

    insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan

    mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak

    ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser kebawah

    melalui foremen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla

    oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain

    yang terjadi akibat meningkatan ICP yang cepat adalah bradikardia

    progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nasi), dan gagal

    napas.(17)

    5. Klasifikasi tumor otak

    Klasifikasi tumor otak/intracranial diharapkan merupakan suatu basis

    untuk membentuk „Bahasa‟ komunikasi universal antar kalangan medis di

    mana yang menjadi kriteria penting dalam hal ini adalah sifat-sifat kimia,

    struktur mikroskopik dan cara serta tahap perkembangan tumor tersebut

    sehubungan dengan implikasi manfaat klinis serta teroritis(2)

    Klasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan

    tampilan sitologinya, dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakan

    sebagai variasi modifikasi peneliti-peneliti lain dari berbagai Negara.

    Klasifikasi universal awal dipelopori oleh Percival Bailey dan Cushing

    (1926) berdasarkan histogenesis sel tumor dari sel embrional yang

    dikaitkan dengan diferensiasinya pada berbagai tingkatan.(2)

    Korelasi klasifikasi ini dengan klinis penderita diperankan oleh faktor-

    faktor seperti: lokasi tumor, efek radiasi, usia penderita, dan tindakan

    operasi yang dilakukan. Tumor-tumor yang diferensiasinya buruk dan

  • 28

    struktur sel condong ke tahap yang lebih primitif, tumbuh lebih cepat dari

    pada tumor yang sel-selnya lebih matang.(2)

    Tahap perkembangan selanjutnya klasifikasi ini juga mengalami

    modifikasi seperti oleh Tokoro dari jepang, Zulch dari jerman, Russel

    Rubinstein (1959), dan lainnya. Klasifikasi yang berkaitan dengan gradasi

    keganasan berkembang secara luas seperti konsep pembagian dan Broders

    (1915) yang mengelompokkan tumor otak (yang struktur selulernya

    sejenis) menjadi empat tingkat anaplasia seluler:(2)

    Grade I : well differentiated

    Diferensiasi sel 75-100%

    (25% sel anaplastik)

    Grade II : moderately differentiated

    Diferensiasi sel 50-75%

    (25-50% sel anaplastik)

    Grade III : moderately differentiated

    Diferensiasi sel 25-50%

    (50-75% sel anaplastik)

    Grade IV : poorly differentiated

    Diferensiasi sel 0-25%

    (lebih dari 75% sel anaplastik)

    Negara-negara berbahasa inggris cenderung menggunakan klasifikasi

    kernohan (1949) yang didasari oleh sistem gradasi keganasan di atas dan

    menghubungkannya dengan prognosis, sedangkan portugis dan spayol

  • 29

    lebih memilih sistem Del Rio Hortega (1945, 1962). Gradasi kernohan

    membagi tumor otak yang maligna dan menerapkannya pada jenis tumor:

    Astrositoma, Ependimoma, Oligodendroglioma, dan neuroastrosima.

    Pembagian lain pada masa yang sama adalah yang dikemukakan oleh

    Ringertz (1950) terhadap Astrositoma, Ependimoma, dan

    Oligodendroglioma menjadi tiga tingkat.(2)

    Adapun klasifikasi terakhir yang banyak di gunakan adalah yang

    dirumuskan oleh UICC (Unic internationalis Contra Cancrum).

    Pembagiannya berdasarkan lokasi sel-sel tumor, yaitu pada intrakortikal,

    ekstrakortikal, dan tumor metastese, yang termasuk dalam kategori

    intrakortikal, misalnya tumor yang berasal dari sel glia atau astrosit seperti

    terdapat pada glioma, limfoma maligna, dan meduloblastoma yang

    termasuk kategori Malignat. Sedangkan tumor eksternal yang berasal dari

    neuroepitel, lapisan mesodermal dan embrionik (kongenital) misalnya

    terdapat pada meningioma, adenoma hipofisis, neurioma (schwannoma)

    dan kraniofaringioma. Dan kategori yang terakhir adalah metastasis.(2)

    Selama satu abad terakhir ini klasifikasi tumor otak hanya berdasarkan

    konsep histogenesis, di mana tumor oleh diklasifikasi dari kemiripan sel

    secara mikroskopik dan diferensiasinya. Temuan secara fenotip dibawah

    mikroskopik menjadi acuan utama tanpa memperhatikan genotip dari

    tumor otak. Studi dari beberapa senter diseluruh dunia dalam dua dekade

    terakhir ini telah mempelajari berbagai aspek genetik dari tumorigenesis

    tumor otak secara lebih luas dan mendalam. Pada tahun 2016, WHO telah

  • 30

    mengeluarkan klasifikasi terbaru dari tumor otak, dimana parameter

    molekuler menjadi dasar diagnosis digabungkan dengan parameter

    histopatologis. Perpanduan diagnosis secara genotip dan fenotip akan

    memberikan objektivitas diagnosis secara lebih homogeny dan spesifik.

    Hal ini terntunya akan meningkatkan kualitas manajemen terhadap pasien

    dan penilaian prognosis serta respon dari terapi.(2)

    Klasifikasi tumor susunan saraf pusat menurut WHO (2016).

    WHO grades of select CNS tumours

    Diffuse astrocytic and oligodendroglial tumours

    Diffuse astrocytoma, IDH-mutant

    Anaplastic astrocytoma, IDH-mutant

    Glioblastoma, IDH-wildtype

    Glioblastoma, IDH-mutant

    Diffuse midline glioma, H3K27M-mutant

    Oligodendroglioma, IDH-mutant and 1p/19q-codeleted

    Anaplastic oligodendroglioma, IDH-mutant and

    1p/19q-codeleted

    Other astrocytic tumours

    Pilocytic astrocytoma

    Subependymal giant cell astrocytoma

    II

    III

    IV

    IV

    IV

    II

    III

    I

    I

  • 31

    Pleomorphic xanthoastrocytoma

    Anaplastic pleomorphic xanthoastrocytoma

    Ependymal tumours

    Subependymoma

    Myxopapillary ependymoma

    Ependymoma

    Ependymoma, RELA fusion-positive

    Anaplastic ependymoma

    Other gliomas

    Angiocentric glioma

    Chordoid glioma of third ventricle

    Choroid plexus tumours

    Choroid plexus papilloma

    Atypical choroid plexus papilloma

    Choroid plexus carcinoma

    Neuronal and mixed neuronal-glial tumours

    Dysembryoplastic neuroepithelial tumour

    Gangliocytoma

    Ganglioglioma

    Anaplastic ganglioglioma

    Dysplastic gangliocytoma of cerebellum (Lhermitte-

    II

    III

    I

    I

    II

    II or III

    III

    I

    II

    I

    II

    III

    I

    I

    I

    III

  • 32

    Ducios)

    Desmoplastic infantile astrocytoma and ganglioglioma

    Papillary glioneuronal tumour

    Rosette-forming glioneuronai tumour

    Central neurocytoma

    Extraventricular neurocytoma

    Cerebellar liponeurocytoma

    Tumours of the pineal region

    Pineocytoma

    Pineal parenchymal tumour of intermediate

    differentiation

    Pineoblastoma

    Papillary tumour of the pineal region

    Embryonal tumours

    Medulloblastoma (all subtypes)

    Embryonal tumour with multilayered rosettes, C19MC-

    altered

    Medulloepithelioma

    CNS embryonal tumour, NOS

    Atypical teratoid/rhabdoid tumour

    CNS embryonal tumour with rhabdoid features

    I

    I

    I

    I

    II

    II

    II

    I

    II or III

    IV

    II or III

    IV

    IV

    IV

    IV

  • 33

    Tumours of the cranial and paraspinal nerves

    Schwannoma

    Neurofibroma

    Perineurioma

    Malignant peripheral nerve sheath tumour (MPNST)

    Meningiomas

    Meningioma

    Atypical meningioma

    Anaplastic (malignant) meningioma

    Mesenchymal, non-meningothelial tumours

    Solitary fibrous tumour/haemangiopericytoma

    Haemangioblastoma

    Tumours of the sellar region

    Craniopharyngioma

    Granular cell tumour

    Pituicytoma

    Spindle cell oncocytoma

    IV

    IV

    I

    I

    I

    I,II, III or IV

    I

    II

    III

    I, II, or III

    I

    I

    I

    I

    I

    Tabel 2.1 Klasifikasi tumor susunan saraf pusat menurut WHO (2016).

  • 34

    6. Gejala Klinik

    Perubahan pada parenkim intracranial baik difus maupun regional akan

    menampilkan gejala dan tanda gangguan neurologis sehubungan dengan

    gangguan pada nucleus spesifik tertentu atau serabut traktus pada tingkat

    neurofisologi dan neuroanatomi tertentu seperti gejala-gejala: kelumpuhan,

    gangguan mental, gangguan endokrin, dan sebagainya. Gejala yang paling

    sering adalah deficit neurologis progresif (68%), kelehaman motorik

    (45%), sakit kepala (54%) dan kejang (26%).(2)

    Presentasi klinis ini sering kali dapat mengarahkan perkiraan

    kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum presentasi klinis pada

    kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian

    tekanan intracranial; sebaliknya, gejala neurologis yang bersifat progresif

    walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intracranial,

    perlu dicurigai adanya tumor.(2)

    a. Tekanan Tinggi Intrakranial

    Trias gejala klasik dari sindrom tekanan tinggi intracranial adalah:

    nyeri kepala, muntah proyektil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala

    cenderung bersifat intermiten, tumpul. Berdenyut dan tidak begitu

    hebat terutama di pagi hari, berlokasi sekitar daerah frontal atau

    oksipital serta sering kali di sertai muntah „Menyemprot‟

    (Proyektil).(2)

    Nyeri kepala timbul dapat sebagai akibat dari adanya massa, edema

    otak, dan penyumbatan aliran likuor serebrospinalis. Sedangkan

  • 35

    muntah proyektil dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial

    hadn hidrosefalus, penekanan langsung pada nucleus vagal pada area

    postrema (pusat muntah).(2)

    Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor serebro

    spinalis sering kali ditampilkan dengan pembesaran linkar kepala yang

    progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-

    anak yang lebih besar dimana suturanya relative sudah merapat, gejala

    papiledema terjadi pada 50-90% kasus tumor infratentorial (lebih

    sering terjadi ketika tumor mengganggu aliran likuor serebrospinal).(2)

    b. Kejang

    Kejang disebut idiopatik bila tidak diketahui penyebabnya. Bila

    terdapat penyebab spesifik, kejang disebut kejang simtomatik. Kejang

    antara lain dapat disebabkan oleh neoplasma, abses otak, dan cedera

    korteks.(2)(18)

    Tumor primer atau metastasis dapat menjadi penyebab kejang,

    terutama bila terletak supratentorial. Pada 15-20% penderita, kejang

    merupakan tanda pertama tumor, dan sekitar 30-40 % penderita tumor

    otak akan mengalami kejang dalam perjalanan penyakitnya. Infeksi

    susunan saraf pusat, baik akut maupun kronik, juga dapat

    menimbulkan kejang. Abses otak menimbulkan kejang pada sekitar

    40% penderita.(2)(18)

    c. Perdarahan Intrakranial

  • 36

    Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak di awali dengan

    perdarahan intracranial subaraknoid, intraventrikuler atau

    intrasrebral.(2)

    d. Gejala disfungsi umum

    Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari

    gangguan fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai gangguan

    kesadaran (letargi, apatis, bingung. Koma) penyebab umum dari

    disfungsi serebral ini adalah tekanan intracranial yangeninggi dan

    pergeseran otak yang dapat terjadi akibat adanya massa intracranial,

    edema perifokal di sekitarnya atau hidrosefalus sekunder.(2)

    e. Gejala Neurologis Fokal

    Gejala neurologis fokal dapat timbul akibat massa, edema

    perifokal, maupun penekanan pada saraf cranial. Deficit neurologis

    sementara yang menyerupai serangan stroke atau TIA (tumor TIA)

    dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah oleh sel tumor,

    perdarahan di dalam tumor atau kejang fokal. Perubahan kepribadian

    atau gangguan mental biasanya menyertai tumor-tumor yang terletak

    didaerah frontal, temporal dan hipotalamus, sehingga sering kali

    penderita tersebut diduga menderita penyakit nonorganic atau

    fungsional. Gejala afasia dijumpai, terutama pada tumor yang berada

    di hemisfer kiri (dominan). Tumor-tumor didaerah suprasela, saraf

    optikus dan hipotalamus dapat mengganggu akuitas visus.

    Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari

  • 37

    tumot-tumor paraselar, dan dengan adanya tekanan intrakrania yang

    meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens.(2)

    7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

    Pemeriksaan CT-scan dan MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk

    mendeteksi adanya tumor-tumor intracranial. Dalam hal ini dapat

    diketahui secara terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya terhadap

    jaringan sekitarnya, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat pula di duga

    jenisnya dengan akurasi yang hampir tepat. Pemeriksaan konvensional

    seperti foto polos kepala, EEG (Elektroensefalografi), dan pemeriksaan

    penunjang diagnostic yang invasive seperti: angiografi serebral,

    pneumoensefalografi sudah jarang di terapkan, kecuali pada keadaan-

    keadaan darurat dengan kendala fasilitas pemeriksaan mutakhir di atas

    tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik pembedahan otak.(2)

    a. Computed tomography (CT scan)

    CT scan sebaiknya dilakukan dengan kontras, untuk melihat

    penyangatan lesi (yang mungkin tidak tampak pada prekontras)

    sebagai diskriminasi. Namun, CT scan hanya menunjukkan keberadaan

    dan lokasi massa, tanpa menunjukkan ada atau tidaknya edema,

    pergeseran atau hidrosefalus; modalitas ini tidak memberikan banyak

    informasi mengenai jenis tumor. Massa intracranial lain, tumot (jinak

    dan ganas), abses serebralis dan tuberkuloma, masing-masing memiliki

    gambaran karakteristik namun tidak seluruhnya bersifat

    diagnostik.(15)

  • 38

    b. Magnetic resonance imaging (MRI)

    MRI umumnya menyediakan informasi anatomis mengenai

    jaringan lunak dan gambaran tumor yang lebih baik dibandingkan

    dengan CT, dan selalu menjadi pilihan modalitas pemeriksaan untuk

    lesi massa fossa posterior dan tumor hipofisis. Metastasis kecil dan lesi

    meningeal mungkin tidak tampak pada CT scan. CT lebih memberikan

    informasi mengenai kalsifikasi dan abnormalitas tulang(15)

    8. Penatalaksanaan

    Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-

    tindakan: (2)

    a. Terapi operatif

    Tindakan operasi pada tumor otak (Khususnya yang „ganas‟)

    bertujuan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan dekompresi internal

    mengingat obat-obatan anti edama otak tidak dapat diberikan secara

    terus-menerus. Prinsip penanganan tumor jinak adalah pengambilan

    total sementara pada tumor ganas tujuannya selain dekompresi juga

    mengetahui jenis tumor sehingga dapat menentukan langkah

    pengobatan selanjutnya (kemoterapi atau radioterapi). Persiapan

    prabedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan

    paskabedah sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan

    penanganan operatif terhadapt tumor otak. Khususnya pada kasus-

    kasus dengan gejala peninggian tekanan intracranial, ahli bedah harus

    mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya herniasi otak pada

  • 39

    waktu mulai dilakukan induksi anestesi. Pemberian steroid maupun

    manitol dapat saja diperluka ± 15-30 menit sebelum tindakan operasi.

    Ada berbagai jenis insisi kulit yang dilakukan di mana hal ini

    disesuaikan dengan lokasi tumornya dan perlu dipertimbangkan untuk

    memelihara salah satu arteri tetap intak untuk pemulihan luka operasi

    pada kulit. Kranioplasti osteo-plastik tampaknya lebh terpilih

    disbanding dengan free bone flap. Penggunaan kauter bipolar sangat

    bermanfaat untuk mengatasi perdarahan pada jaringan otak maupun

    durameter.(2)

    b. Terapi Konservatif (Nonoperatif)

    (1) Radioterapi

    Radioterapi untuk tumor-tumor susunan saraf pusat

    kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar Gamma di samping

    juga radiasi lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan

    pimeson. Kedua sinar atas (sinar X dan Gamma) merupakan bagian

    dari spectrum elektromagnetik yang mempunyai sifat-sifat fisik

    yang sama dan dapat menimbulkan efek biologis yang dihantarkan

    melalui produksi bangkitan ion dan radikal bebas pada target. Basis

    biologi terapi radiasi merupakan hal yang cukup rumit. Tujuan dari

    terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang masih

    dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Terapi

    radiasi modern terbatas pada radiasi megavoltase (energy yaitu >1

    juta electron volt), yang mempunyai beberapa kelebihan

  • 40

    dibandingkan dengan kilovoltase seperti penetrasi yang lebih

    dalam dan absorspsi pada tulang, kulit, dan jaringan subkutan yang

    lebih minimal. Saat ini yang banyak dipakai adalah Co60

    (mengeluarkan sinar Gamma 1,17 dan 1,33 Mev) dan Akselerator

    linear (Sinar X 4-25 Mev). Keberhasilan terapi radiasi pada tumor

    otak ganas diperankan oleh beberapa faktor:(2)

    a) Terapi yang baik dan tidak mencederai struktur penting

    lainnya.

    b) Sensitivitas sel tumor dan sel normal.

    c) Tipe sel yang disinar.

    d) Metastasis.

    e) Kemampuan sel normal untuk melakukan repopulasi.

    f) Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antar

    fraksi radiasi.

    Ada beberapa tipe cedera radiasi yang perlu dipertimbangkan

    dan diperhatikan pada penderita-penderita yang menjalaninya.

    Yang pertama adalah edema yang terjadi pada saat hari-hari

    pertama dan akhir terapi radiasi. Efek ini biasanya dapat teratasi

    dengan pemberian kortikosteroid. Cedera radiasi yang kedua

    merupakan akibat demieliniasi saraf hingga menimbulkan gejala-

    gejala difisit neurologis yang berlangsung sampai berminggu-

    minggu setelah terapi radiasi berakhir. Demielinisasi ini hanya

    bersifat sementara dan akan pulih secara spontan. Corak cedera

  • 41

    radiasi yang ketiga adalah nekrosis radiasi, yang biasanya tampil

    paska radiasi dengan dosis yang lebih dari 600 rad, mulai dari

    beberapa bulan pertama sampai dengan puncak waktu antara 1-3

    tahun paskaterapi. Gejalanya mirip dengan gejala akibat rekuresi

    tumor dimana antara keduanya sulit dibedakan hanya dengan

    pemeriksaan penunjang radiologis.(2)

    (2) Kemoterapi

    Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih

    belum mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna. Saat ini yang

    menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumor-

    tumor otak jenis astrositoma (Grad III dan IV) glioblastoma dan

    astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat

    kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar

    dikalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5-fluorou-rasil),

    PCV (Prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous urea (PCNU,

    BCNU/Karmustin, CCNU/ lomustin, MTX (metotreksat), DAG

    (Dianhidrogalaktitol) dan sebagainya.(2)

    Potensi kemoterapi pada susunan saraf di samping didasarkan

    oleh farmakologi sendiri juga perlu dipertimbangkan aspek

    farmakokinetiknya (transportasi obat mencapai target) mengingat

    adanya sawar darah otak. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan

    melalui intra-arterial (infuse, perfusi, melalui punksi sisterna, via

    pudents/Ommaya reservoir); atau intra-tumoral. Secara umum yang

  • 42

    menjadi dasar refleksi pertimbangan tentang peranan kemoterapi

    bagi tumor ganas otak adalah pemilihan jenis obat, dosis, dan cara

    pemberian serta prinsip farmakokinetik yang mantap.(2)

    (3) Immunoterapi

    Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa

    tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi

    imunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi

    sistem imun dapat menekan pertumbuhan tumor. Walaupun

    perannya secara bermakna masih belum seluruhnya terbukti,

    pemberian imunoterapi secara terapi adjuvant/alternative tambahan

    banyak diterapkan untuk kasus-kasus tumor jenis glioma (dimasa

    sistem imunnya menurun) yang mempunyai survival yang panjang

    atau tidak menjalani tindakan terapi lainnya. Adapun jenis obat-

    obat yang sering digunakan sebagai imunomodulator antara laian

    adalah: BCG/ Levamizole, Visivanil, dan PS/K.(2)

    9. Prognosis

    Prognosis tumor otak bergantung pada jenis dan stadium tumor, lokasi

    dan ukuran tumor, serta usia pasien dan keadaan klinis ketika dilakukan

    proses diagnosis. Umumnya didapatkan tingkat kesintasan hidup 1tahun

    secara keseluruhan pada tumor ganas stadium tinggi sebesar kurang dari

    50%; pada tumor jinak, terutama meningioma, neurofibroma, dan tumor

  • 43

    hipofisis mungkin didapatkan pengangkatan tumor seluruhnya sehingga

    terapi dapat berhasil.(15)

    D. Tinjauan Keislaman

    Kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek

    pengetahuan. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan karena itu segala yang

    berbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan. Ilmu adalah

    keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk

    lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.

    Menuntut ilmu merupakan ibadah yang mulia. Dengan ilmu seseorang

    akan mengetahui Tuhannya dan mampu menunaikan kewajiban serta haknya,

    baik kepada dirinya maupun kepada makhluk sekitarnya. Allah SWT telah

    memuji orang-orang yang memikirkan ilmu.(19)

    Al-Qur‟an Surah Al-Mujadalah (58) ayat 11;

    Terjemahnya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

    "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan

    memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",

    maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

  • 44

    di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

    derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan rasulnya serta

    melaksanakan syariatnya, bila kalian diminta agar sebagian dari kalian

    melapangkan majelis untuk sebagian yang lain. Maka lakukanlah, niscaya

    Allah akan melapangkan kalian didunia dan akhirat. Bila kalian (wahai orang-

    orang yang beriman) diminta agar bangkit dari majelis kalian untuk suatu hajat

    yang mengandung kebaikan bagi kalian. Allah meninggikan derajat ahli ilmu

    dengan derajat-derajat yang banyak dalam pahala dan derajat meraih

    keridhaan. Allah mahateliti terhadap amal-amal kalian, tidak ada sesuatu yag

    samar baginya, dan dia akan membalas kalian atasnya. Ayat ini menyanjung

    kedudukan para ulama dan keutamaan mereka, serta ketinggian derajat

    mereka.

    Berdasarkan ayat di atas, peneliti memahami bahwa menuntut ilmu

    sangatlah penting sebab dengan orang yang memiliki pengetahuan yang

    dahulunya tidak tahu menjadi tahu. Dan telah di jelaskan pada ayat di atas

    bahwa di tinggikannyalah derajat orang-orang yang beriman serta berilmu.

    Berdasarkan ayat di atas dapat kita petik hikmahnya sebagai hamba Allah

    SWT senantiasa kita agar menuntut ilmu dengan kebaikan dunia dan akhirat.

    memberikan penyuluhan kepada orang lain dapat dijadikan sebagai amal

    jahiriah apabila informasi yang diberikan dapat bermanfaat oleh orang lain

    sehingga setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan manusia tentu memiliki

  • 45

    landasan atau dasar yang kuat dalam berpijak untuk mencapai tujuan dan

    maksud sesuai dengan diinginkan.

    Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 172;

    Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki

    yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukur kepada Allah, jika

    benar-benar kepadanya kamu menyembah.

    Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari makanan-makanan yang

    lezat lagi halal yang telah kami rizkikan kepada kalian, dan janganlah kalian

    berbuat seperti orang-orang kafir yang mengharamkan makanan yang baik-

    baik dan menghalalkan makanan yang menjijikan. Dan bersyukur kepada

    Allah atas nikmat-nikmatnya yang agung yang diberikan kepada kalian

    dengan hati, lisan dan anggota tubuh kalian, jika kalian memang orang-orang

    yang betul-betul tunduk kepada perintahnya, mendengar lagi taat kepadanya,

    beribadah kepadanya saja tanpa menyekutukan sesuatu apapun dengannya.

    Dari ayat di atas, peneliti memahami yang dimaksud makanan yang halal

    adalah makanan yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal

    dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya adalah makanan yang

    haram dari segi hukum agama, baik haram secara zat maupun hakikat.

    Makanan yang halal dari segi dzatnya seperti telor, buah-buahan,

  • 46

    sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang makanan yang halal

    dari segi hakikatnya adalah makanan yang didapat ataupun diolah dengan cara

    yang benar menurut agama. Sebaliknya makanan yang haram adalah makanan

    yang secara zatnya dilarang oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging

    babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram karena

    hakikatnya yaitu haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau

    mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang

    dari hasil korupsi dan lain-lain

    Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan

    ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik itu adalah yang

    berguna dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia

    itu sendiri dan disisi lain makanan tersebut juga harus diolah dengan benar dan

    dibuat sesuai dengan yang memakannya. Makanan yang baik juga tidak

    mengandung zat yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak merusak

    jaringan tubuhnya.

    Al-Qur‟an Surah Al-Mu‟min ayat 76;

    Terjemahnya: (dikatakan kepada mereka):”masuklah kamu ke pintu-pintu

    neraka jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-

    buruk tempat bagi orang-orang yang sombong”.

  • 47

    Masuklah kalian melalui pintu-pintu jahanam sebagai hukuman atas

    kekafiran kalian kepada Allah dan kemaksiatan kalian, kalian kekal

    didalamnya. Jahanam adalah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang

    yang menyombongkan diri terhadap Allah di dunia.

    Berdasarkan ayat di atas, dapat di pahami bahwa salah satu ciri dari orang

    beriman adalah tidak sombong, jika hamba Allah yang merasa sombong

    seperti merasa memiliki ilmu yang luas dan jika di undang untuk menghadiri

    majelis ilmu dan ia menolaknya maka itu sudah termasuk sifat sombong, dan

    Allah menjanjikan terbukanya beberapa pintu neraka bagi orang yang

    sombong.

  • 48

    E. Kerangka Teori

    Gambar 2.1 kerangka teori

    Keterangan:

    Variabel yang diteliti

    Variabel yang tidak diteliti

    Faktor-faktor mempengaruhi

    pengetahuan:

    1. Sosial ekonomi

    2. Kultur

    3. Pendidikan

    4. Pengalaman

    5. Informasi media massa

    6. Usia

    Pengetahuan Masyarakat

    Mengenai Tumor Otak

    Perubahan Pengetahuan

    Masyarakat Terhadap

    Penyakit Tumor Otak

    Penyuluhan Tumor Otak

  • 49

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Variabel dependen Variabel independen Variabel dependen

    Gambar 3.1 kerangka konsep

    B. Definisi Operasional

    1. Penyuluhan

    a. Definisi Operasional

    Salah satu bentuk promosi kesehatan dengan alat bantu visual

    berupa power point untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

    tentang tumor otak, berupa definisi, penyebab, faktor resiko, dan

    gejala.

    b. Alat Ukur : Slide

    c. Hasil Ukur : Pengetahuan

    Pre Pengetahuan Pengetahuan

    Penyuluhan

    kesehatan tentang

    pengetahuan

    masyarakat mengenai

    tumor otak

  • 50

    2. Tingkat Pengetahuan

    a. Pre pengetahuan

    (1) Definisi Operasional

    Pre pengetahuan marupakan hasil pemahaman responden yang

    belum di dapatkan melalui panca indra manusia, yakni penglihatan,

    pendengaran, atau pun indra yang lain sebelum di lakukan

    penyuluhan.

    (2) Alat Ukur : Kuesioner

    (3) Cara Pengukuran : Skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika

    jawaban salah atau tidak tahu

    (4) Hasil Pengukuran :(20)

    Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat di ketahui

    dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

    a) Pengetahuan baik : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 76-100% dari

    seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

    b) Pengetahuan sedang : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 56-75% dari

    seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

    c) Pengetahuan kurang : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar

  • 51

    b. Pengetahuan

    (1) Definisi Operasioanal

    Pengetahuan marupakan hasil pemahaman responden yang di

    dapatkan melalui panca indra manusia, yakni penglihatan,

    pendengaran, atau pun indra yang lain sesudah di lakukan

    penyuluhan.

    (2) Alat Ukur : Kuisioner

    (3) Cara Pengukuran : Skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika

    jawaban salah atau tidak tahu

    (4) Hasil Pengukuran : (20)

    Menurut Arikunto (2013) pengetahuan seseorang dapat di ketahui

    dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

    a) Pengetahuan baik : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 76-100% dari

    seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

    b) Pengetahuan sedang : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar 56-75% dari

    seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

    c) Pengetahuan kurang : Jika responden mampu menjawab

    pertanyaan pada kuesioner dengan benar sebesar

  • 52

    C. Hipotesis

    1. Hipotesis Null (H0)

    Tidak ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

    Masyarakat Terhadap Penyakit Tumor Otak

    2. Hipotesis Alternatif (Ha)

    Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

    Masyarakat Terhadap Penyakit Tumor Otak

  • 53

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Obyek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sokkolia Kabupaten Gowa yang akan

    dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2020. Adapun penelitian ini

    dilaksanakan pada masyarakat di Desa Sokkolia Kabupaten Gowa.

    B. Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre experiment dengan

    menggunakan metode desain one group pre-test post-test. Yang

    menggunakan satu kelompok dengan melakukan mengukuran sebelum dan

    sesudah perlakuan, untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat

    sebelum dan sesudah penyuluhan.

    Adapun sekema rancangan sebagai berikut:

    K O1 X O2

    Keterangan :

    K : suatu kelompok

    O1 : pengukuran sebelum pemberian perlakuan (sebelum penyuluhan)

    X : Perlakuan (penyuluhan)

    O2 : pengukuran setelah diberi perlakuan (sesudah penyuluhan)

    C. Populasi dan sampel

    1. Populasi penelitian

    Populasi penelitian ini adalah Masyarakat di Desa Sokkolia Kabupaten

    Gowa.

  • 54

    2. Sampel penelitian

    a) Kriteria Inklusi

    (1) Masyarakat yang hadir di penyuluhan

    (2) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani

    lembar persetujuan

    (3) Masyarakat yang berusia 20 – 50 tahun

    b) Kriteria Eksklusi

    (1) Masyarakat yang tidak mengikuti penyuluhan sampai selesai

    (2) Kuesioner tidak berisi lengkap

    D. Rumus sampel dan besar sampel

    Rumus mencari besar sampel dalam penelitian ini adalah

    = =

    Keterangan :

    = deviant baku al