Upload
komp-aan
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
1/87
1
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.Pemberian bantuan hukum oleh advokat bukan hanya di lihat sebagai
suatu kewajiban semata sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 22 ayat (1)
Undang-Undang No:18 Tahun 2003 tentang Advokat, yang berbunyi:Advokat
wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari
keadilan yang tidak mampu, tetapi juga harus di lihat sebagai bagian dari
tanggung jawab yang sangat erat kaitannya dengan sentuhan moral. Karena
profesi Advokat merupakan profesi yang secara normatif adalah profesi yang
mulia (officium nobile),artinya Advokat dalam bekerja banyak mengabdikan
dirinya kepada kepentingan masyarakat untuk membantu orang-orang yang
kurang mampu serta membantu untuk menegakan hak asasi manusia
(seseorang)tanpa membedakan latar belakang sosial, pendidikan, agama, ekonomi,
politik, suku dan lain sebagainya dan juga tanpa mengharapkan imbalan atau
honorarium sehingga sentuhan moral yang diberikan oleh advokat tersebut dapat
mengasah kepekaan sosial bagi aparat penegak hukum lainnya untuk menegakan
kebenaran dan keadilan1.
Advokat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya bukan hanya
ingin mendapatkan nafkah semata, tetapi juga mencari dan memperjuangkan nilai-
nilai kebenaran dan keadilan untuk kliennya,dengan kata lain dalam diri Advokat
terdapat idealisme dan moralitas yang tinggi dalam rangka menegakan kebenaran
dan keadilan berdasarkan asas praduga tak bersalah ( presumption of innocence),
1. Ishaq, 2012, Pendidikan keadvokatan, Sinar Grafika , Jakarta, hlm 12.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
2/87
2
Namun secara eksplisit pengaturan tentang asas praduga tidak bersalah, tidak
disebutkan secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) namun dapat dilihat dalam KUHAP bagian
penjelasan umum butir ke-3 huruf c, berbunyi “setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan,
wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam menangani perkara advokat tidak boleh memilih-milih perkara
yang datang kepadanya walaupun perkara tersebut dari awal disadarinya bahwa
dia tidak akan mendapatkan imbalan yang sepadan dengan apa yang telah
dilakukannya termasuk dalam membela/mendampingi perkara dugaan tindak
pidana korupsi.Sebaliknya advokat juga tidak boleh membuat kesepakatan dengan
aparat penegak hukum lainnya baik selama proses penyidikan, penuntutan
maupun persidangan untuk memenangkan perkara yang sedang dibelanya dan
advokat juga tidak boleh menelantarkan kleinnya pada saat proses perkaranya
sedang berjalan karena hal tersebut jelas bertentangan dengan undang-undang
advokat.
Berdasarkan hal tersebut jelas kebutuhan jasa hukum dari seorang
advokat yang berupa nasihat hukum, konsultasi hukum, pendapat hukum maupun
melakukan pembelaan baik didalam maupun diluar pengadilan2, sangat
dibutuhkan oleh seorang tersangka/terdakwa maupun oleh seseorang yang
menjadi korban dengan tujuan untuk mendapatkan pembelaan sesuai dengan asas
kepatutan dan keadilan.
2Ibid.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
3/87
3
Motivasi pemberian bantuan hukum dari advokat bukan hanya di
dorong rasa kemanusiaan kepada orang yang tidak mampu saja, tetapi juga kepada
semua orang yang sedang menghadapi masalah hukum tanpa membeda-bedakan
latar belakangnya karena bantuan hukum merupakan perlindungan dari negara
terhadap warga negaranya.
Menurut Sudikno Mertokusumo ada tiga dasar yang menjadi tujuan
pokok hukum yaitu:
1. Keadilan.
2. Kemanfaatan dan
3. Kepastian hukum.3
Untuk mewujudkan terselenggarannya negara hukum maka negara
telah ikut berperan aktif dalam memberikan bantuan hukum kepada warga
negaranya sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 antara lain :
1. Pasal 27 ayat (1) berbunyi :
Segala warga negara bersamaan kedudukanya dalam hukum dan pemerintahan
serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
2. Pasal 28 huruf D ayat (1) berbunyi :
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
3Uli Parulian Sihombing,2008, Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)YLBHI-Peradi,hlm 12
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
4/87
4
3. Pasal 28 huruf H ayat (2) berbunyi :
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
4. Pasal 28 huruf I ayat (4) berbunyi :
Perlindungan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
5. Pasal 28 huruf I ayat (5) berbunyi :
Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangun danganPasal 27 ayat (1).
Aturan tersebut menggambarkan tentang kewajiban negara
memberikan bantuan hukum kepada warga negaranya baik di dalam Pengadilan
(Litigasi) maupun di luar Pengadilan ( NonLitigasi) untuk mendapatkan keadilan
dan kepastian hukum, karena setiap orang sebagai subjek hukum mempunyai hak
1. Untuk mendapatkan bantuan hukum.
2. Untuk diperlakukan sama dimuka hukum (equality before the law).
3. Untuk mendapatkan keadilan tanpa terkecuali ( justice for all ).4
Dalam praktek, hak warga negara untuk mendapatkan bantuan hukum
dan keadilan dari negara dapat terwujud dengan cara penunjukan seorang advokat
atau pembela di persidangan (acces to legal counsel )5 oleh hakim.
4.Yudha Pandu, 2004, Klien dan Advokat Dalam Praktek , PT. Abadi, hlm 115.
5Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini. Lihat Pasal 1angka 1 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
5/87
5
Setiap warga negara Indonesia, harus selalu menjujung tinggi hukum
dengan tujuan untuk menciptakan kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan
sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga
yang berbunyi:negara Indonesia adalah negara hukum“artinya negara berdasarkan
atas hukum (rechtsstaat ), dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat ) dan
pemerintahan berdasarkan kepada sistim konstitusi (hukum dasar) dan bukan
absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Namun dalam praktek peradilan di
Indonesia, ternyata masih ada masyarakat yang menjadi tersangka/terdakwa baik
di tingkat penyidikan, penuntutan dan persidangan sangat sulit mendapatkan
bantuan hukum dalam melakukan pembelaan terhadap perkaranya, sehingga hak-
hak mereka untuk mendapatkan bantuan hukum banyak yang terabaikan, padahal
undang-undang secara tegas mengatakan bahwa setiap warga negara yang tidak
mampu berhak mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma.
Ketentuan tentang bantuan hukum secara cuma-cuma baik secara
litigasi maupun non litigasi tersebut tidak berarti seseorang yang terlibat masalah
hukum dengan serta merta segea mendapatkan bantuan hukum akan tetapi ada
aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh calon penerima bantuan hukum tersebut
sebagaimana yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yaitu:
Pasal 14 Undang-Undang No:16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
Ayat (1) : Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus
memenuhi syarat-syarat:
a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya
identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang
dimohonkan bantuan hukum,
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
6/87
6
b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara,
c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat
yang setingkat di tempat tinggal pemohon bantuan hukum.
Ayat (2) : Dalam hal pemohon bantuan hukum tidak mampu menyusun
permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan.
Sebaliknya kewajiban bagi Advokat untuk memberikan bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada warga negara yang ancaman hukumannya
diatas 5 (lima) tahun atau lebih telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) antara lain :
a. Pasal 56 (1) berbunyi : Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana mati atau ancaman pidana lima belas
tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam
proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.
b. Pasal 56 (2) berbunyi : Setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk
bertindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya
dengan cuma-cuma.
Pasal tersebut diatas dasar bagi hakim Pengadilan Tipikor yang memeriksa
dan mengadili perkara terdakwa tindak pidana korupsi untuk menunjuk
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
7/87
7
Advokat dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma yang tujuannya
untuk mendampingi dan melakukan pembelaan terhadap terdakwa tersebut.
2. Undang-Undang No:18 Tahun 2003 Tentang Advokat Pasal 22 berbunyi :
Ayat (1):Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Ayat (2):Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan
hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah.
3. Peraturan Pemerintah No:83 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (3) tentang persyaratan &
tata cara pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma berbunyi :
Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan
Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian
konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak
mampu.
4.Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Nomor: 48 Tahun 2009 Pasal 57
berbunyi: Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak
mampu.
5. Surat Edaran Mahkamah Agung No:10 Tahun 2010, Pasal 10 ayat (2) Tentang
Pedoman Pemberian Bantuan Hukum berbunyi:
Advokat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah advokat yang
menyediakan jasa bantuan hukum cuma-cuma sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
8/87
8
6. Undang-Undang Bantuan Hukum Nomor:16 Tahun 2011 Pasal 1 angka (1)
Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuna hukum.
Adanya pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana
yang termasuk dalam peraturan perundang-undangan jelas sekali memperlihatkan
bahwa setiap warga negara yang menjadi tersangka/terdakwa berhak untuk
mendapatkan bantuan hukum dari negara dengan menunjuk seorang advokat,
dengan tujuan untuk melakukan pembelaan terhadap perkaranya, faktanya bagi
hakim dipersidangan ternyata peraturan perundang-undangan tersebut tidak ada
ukuran yang jelas tentang pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma artinya
apakah semua terdakwa tindak pidana korupsi ataupun terdakwa tindak pidana
lainnya yang bukan kategori orang yang tidak mampu atau miskin juga berhak
untuk mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma.
Dalam praktek pada perkara tindak pidana korupsi di Pengadilan
Tipikor Padang pada saat sekarang ternyata ada terdakwa yang dikategorikan
mampu atau tidak miskin juga mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma
(prodeo) dari para advokat, hal itu terjadi pada saat hakim yang memeriksa atau
menyidangkan terdakwa tindak pidana korupsi yang tidak didampingi oleh
Advokat maka kewajiban bagi hakim untuk menunjuk seorang advokat
sebagaimana yang terdapat dalam pasal 56 KUHAP karena ancaman hukuman
kepada terdakwa dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi No:31 Tahun
1999 sebagaimana telah dirobah dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
No:20 Tahun 2001 maksimal 20 tahun penjara.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
9/87
9
Banyaknya perkara tindak pidana korupsi yang dilimpahkan ke
Pengadilan Tipikor berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menyebabkan banyaknya terdakwa
mendapatkan bantuan hukum dari Advokat baik yang dicari sendiri maupun
didapatkan berdasarkan penunjukan oleh hakim secara cuma-cuma dalam rangka
untuk melakukan pembelaan terhadap perkara yang sedang dihadapi oleh
terdakwa tersebut.
Semenjak Pengadilan Tipikor Padang berdiri pada bulan mei tahun
2011, maka berdasarkan data yang penulis peroleh dari Panitera Muda (Panmud)
Tipikor pada Pengadilan Negeri Klas IA Padang, advokat yang memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa tindak pidana korupsi adalah
1. Tahun 2011 tidak ada,
2. Tahun 2012 terdapat 3 (tiga) kasus,
3. Tahun 2013 terdapat 1 (satu) kasus.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan
membahas lebih lanjut permasalahan tersebut dengan memilih judul
“PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM OLEH ADVOKAT
KEPADA TERDAKWA TINDAK PIDANA KORUPSI SECARA CUMA-
CUMA DI PENGADILAN TIPIKOR PADA PENGADILAN NEGERI
KLAS I A PADANG”
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan hukum yang akan penulis
teliti dalam penelitian ini adalah:
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
10/87
10
1.Apakah terdakwa tindak pidana korupsi termasuk orang yang berhak
didampingi secara cuma-cuma oleh advokat ?
2.Bagaimanakah pelaksanaan pemberiaan bantuan hukum secara cuma-cuma oleh
advokat pada terdakwa tindak pidana korupsi di Pengadilan Tipikor Padang ?
C. Tujuan Penelitian.
Bahwa tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui terdakwa tindak pidana korupsi termasuk orang yang berhak
didampingi secara cuma-cuma oleh advokat.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberiaan bantuan hukum secara cuma-cuma
oleh advokat kepada terdakwa tindak pidana korupsi di Pengadilan Tipikor
Padang.
D. Kegunaan Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian penulis diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Secara Teoritis :
adalah berguna bagi perkembangan ilmu hukum khususnya tentang bantuan
hukum secara cuma-cuma yang diberikan oleh advokat dalam perkara tindak
pidana korupsi.
2. Secara Praktis :
adalah dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan
hukum secara cuma-cuma dari advokat.
E. Kerangka Teoritis Dan Konseptual.
1. Kerangka Teoritis.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
11/87
11
Untuk menjawab perumusan masalah diatas, penulis mengunakan 2
(dua) Tiori yaitu:Teori Negara Hukum dan Teori Penegakan Hukum6
a. Teori Negara Hukum.
Kata negara sama dengan “Staat ” dalam bahasa Jerman atau “state”
dalam bahasa Inggris, yang mempunyai dua arti:pertama, negara adalah
masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan politis,kedua, negara
adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan untuk menguasai wilayahnya7.
Paham negara hukum berangkat dari keyakinan bahwa kekuasaan
negara harus dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil. Paham negara
hukum merupakan hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah yang
tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan norma-norma yang hidup
tumbuh dan berkekmbang dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
hukum menjadi landasan segenap tindakan negara dan hukum diharapkan oleh
masyarakat dapatmenciptakan asas keadilan bagi warga negaranya.
Ada 4 (empat) alasan utama negara menyelenggarakan dan
melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum8
1. Untuk kepastian hukum;2. Adanya perlakuan yang sama secara hukum.3. legitimasi demokrasi;4. Adanya tuntutan akal budi.
Pengertian negara hukum secara umum dimana kekuasaan dibatasi
oleh hukum dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku dan perbuatan baik
dilakukan oleh para penguasa atau aparat negara maupun yang dilakukan oleh
warga negara harus berdasarkan atas hukum. Para ahli hukum Eropa Kontinental
6Salim,2010, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum,PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 55.
7Franz Magnis Suseno, 2003, Etika Politik”Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern,PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,hlm 170.8Ibid, hlm 295.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
12/87
12
(Eropa daratan) seperti Imanuel Khan dan Julius Sthal menyebutkan tentang
“rechsstaat” (Negara berdasarkan hukum)9
Utrecht membedakan dua macam negara hukum, yaitu negara hukum
formil dan negara hukum materil atau negara hukum modern. Negara hukum
formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan sempit yaitu dalam
arti peraturan perundang-undangan tertulis dimana tugas negara adalah
melaksanakan peraturan perundang-undangan untuk menegakkan ketertiban, yang
di kenal dengan istilah negara penjaga malam.Sementara itu negara hukum materil
mencakup pengertian yang lebih luas termasuk keadilan di dalamnya.Tugas
negara tidak hanya menjaga ketertiban dengan melaksanakan hukum, tetapi juga
mencapai kesejahteraan rakyat sebagai bentuk keadilan (welfarestate).10
Konsep negara hukum modern di Eropa Kontinental dikembangkan
dengan menggunakan istilah Jerman yaitu rechsstaat, antara lain digagas oleh
Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Shahl, Fichte, dan lain-lain.Sedangkan dalam
tradisi Anglo Amerika konsep negara hukum dikembangkan dengan sebutan The
Rule of Law yang dipelopori oleh A.V. Dicey. Selain itu, konsep negara hukum
juga terkait dengan istilah nomokrasi (nomocratie) yang berarti bahwa penentu
dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum. Suatu negara hukum,
baik yang dikembangkan oleh negara-negara kontinental atau negara Anglo
Saxon, memiliki syarat utama (basic requirement) berupa pengakuan dan jaminan
hak-hak dasar manusia yang dijunjung tinggi. Dengan demikian yang pokok
dalam konsep negara hukum adalah ada pembatasan kekuasaan oleh hukum
9A.Mansyhur Effendi, 1995, Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional dan Internasional,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm 32.10 Ibid, hlm 68.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
13/87
13
sehingga hak-hak dasar rakyat terbebas dari tindakan sewenang-wenang
penguasa11
Menurut Friedrich Julius Stahl, ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri negara hukum (rechtstaat) sebagai berikut ::
1. Perlindungan hak asasi manusia2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi
manusia yang dikenal dengan Trias Politika.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang4. Peradilan administrasi dalam perselisihan 12
Sedangkan menurut AV Dicey, ahli hukum Anglo Saxon memberikan
ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut :
1.Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seseorang bol;eh dihukum apabila melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun
bagi pejabat.
3.Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan13.
Konsep negara hukum ternyata memiliki kaitan erat antara negara
hukum dengan masalah hak asasi manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa
negara hukum adalah sebagai wadah, dan hak asasi manusia sebagai isi. Menurut
Jimly Asshiddiqie terdapat duabelas prinsip pokok sebagai pilar utama yang
menyangga berdirinya negara hukum, yaitu:14
1. Supremasi hukum ( supremacy of law).
2. Persamaan dalam hukum (equality before the law).3. Asas legalitas ( Due Process of Law).
4. Pembatasan kekuasaan.
5. Organ-organ penunjang yang independent.
6. Peradilan bebas dan tidak memihak.
7. Peradilan Tata Usaha Negara.
8. Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court ).
11.Effendi Harianto,2004, KonsepHukum Nasional dan Internasional,Ghalia Indonesia,
Jakarta.hlm 32.12
.Yuanita, 2009, Pendidikan kewarganegaraan, Politia,, Bogor. hlm 120.13
. Ibid.14.Jimly Asshiddiqie,2001, Konsep Negara HukumRajawali Pres, Jakarta, hlm. 89.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
14/87
14
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia.
10.Bersifat demkratis (democratische rechtsstaat ).
11.Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Welfare
Rechtsstaats).
12.Transparansi dan kontrol sosial.
Sebagaimana sudah dijelaskan menurut Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
menyebutkan negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat ). Salah satu ciri-
ciri dari negara hukum tersebut adalah perlindungan terhadap hak asasi manusia,
seperti yang diatur dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang berbunyi :
“Tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau dengan pidana penjara lima belas tahun ataulebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri,
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.
b.Teori Penegakan Hukum.
Menurut Sudikno Mertokusumo dalam menegakan hukum ada tiga
unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu:15
1. Kepastian hukum (rechtssichetheit );2. Kemanfaatan ( zweckmassigheit ); dan3. Keadilan ( gerechtigkeit ).
Pelaksanaan penegakan hukum tidak terlepas dari dari faktor-faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum itu sendiri. Soerjono Soekanto
menyebutkan 5 (lima) faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu:16
1.
Faktor hukumnya sendiri;2. Faktor aparat penegak hukum;3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yangdidasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
15Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, PT. Citra Aditya
Bakti, Yogyakarta, hlm 11.16
Soerjono Soekanto, 2010, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers,Jakarta, hlm 8.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
15/87
15
Kelima faktor tersebut saling bekaitan erat karena merupakan dasar
dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas
penegakan hukum.Pada dasarnya sistem penegakan hukum selalu bersentuhan
dengan moral dan etika, hal ini didasarkan atas empat alasan, yaitu: 17
a. Sistem penegakan hukum secara khas melibatkan penggunaan paksaan,atau kekerasan (coercion), dengan kemungkinan terjadinya kesempatan
untuk menyalahgunakan kekuasaan;
b. Hampir semua profesional dalam penegakan hukum merupakan pegawai pemerintah ( public servant ) yang memiliki kewajiban khusus terhadap
publik yang harus dilayani;
c. Bagi setiap orang, etika dapat digunakan sebagai alat untuk membantumemecahkan dilema etis yang dihadapi seseorang didalam kehidupan
profesionalnya;
d. Dalam kehidupan profesi sering dikatakan bahwa a set of ethicalrequirements are as part of its meaning.
Proses kebijakanpenegakan hukum pidana melalui beberapa tahap:18
a. Tahap formulasi, yaitu tahap penegakan hukum oleh badan pembuatundang-undang. Tahap ini dapat pula disebut tahap kebijakan legislatif.
b. Tahap aplikasi, yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan. Tahap kedua ini
dapat pula disebut tahap kebijakan yudikatif.
c. Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkrit olehaparat-aparat pelaksana pidana. Tahap ini dapat disebut dengan tahap
kebijakan eksekutif atau administratif.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan Peradilan pidana adalah suatu
proses yang didalamnya ikut bekerja beberapa lembaga penegak hukum beserta
aparaturnya. Kegiatan peradilan pidana adalah kegiatan bertahap dimula dari
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dipersidangan dan diakhiri dengan
pelaksanaan putusan oleh hakim apakah terdakwa terbukti bersalah atau bebas.
Profesi advokat adalah salah satu unsur dari penegak hukum di
samping polisi, jaksa, dan hakim. Advokat dalam menjalankan profesinya dalam
17Siswantoro Sunarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm 77. 18Ibid , hlm98.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
16/87
16
rangka mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara secara bebas, mandiri dan bertanggungjawab.
Melalui jasa hukum yang diberikan advokat dalam menjalankan tugasnya demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari
keadilan termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka didepan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem
peradilan merupakan salah satu pilar dalam menegakan supremasi hukum dan hak
asasi manusia.19
Fungsi penegakan hukum adalah untuk mengaktualisasikan aturan-
aturan hukum agar sesuai dengan yang dicita-citakan oleh hukum itu sendiri,
yakni mewujudkan sikap atau tingkah laku manusia sesuai dengan bingkai ( frame
work ) yang telah ditetapkan oleh undang-undang atau hukum.
2. Kerangka Konsepsional.
Bahwa yang menjadi judul dalam penulisan pada proposal ini adalah :
“Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Oleh Advokat Kepada Terdakwa
Tindak Pidana Korupsi Secara Cuma-Cuma Di Pengadilan Tipikor Pada
Pengadilan Negeri Klas I A Padang”
Dengan adanya judul diatas maka penulis mencoba memberikan arti
maksud dari judul proposal tersebut antara lain :
1. Advokat.
Pengertian Advokat menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003
19 Daniel S Lev, 2002, Advokat Indonesia Mencari Ligitimasi, Studi tentang Tanggung Jawab
Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta, The Asia Foudation dan Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia, hlm 209.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
17/87
17
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang ini.
2.Bantuan Hukum.
Dalam lokakarya Bantuan Hukum tingkat nasional tahun 1978
0menyatakan Bantuan Hukum merupakan kegiatan pelayanan hukum yang
diberikan kepada golongan yang tidak mampu (miskin) baik secara perseorangan
maupun kepada kelompok masyarakat tidak mampu secara kolektif 20.
Pengertian Bantuan Hukum menurut Lasdian Walas adalah : jasa
memberikan bantuan hukum dengan bertindak baik sebagai pembela dari
seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun kuasa hukum dalam
perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan atau memberi nasihat
hukum di luar pengadilan 21.
Pengertian bantuan hukum menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat menyebutkan “ bantuan hukum adalah jasa
hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak
mampu”.
Pengertian bantuan hukum menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menyebutkan “ bantuan hukum adalah
jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada penerima bantuan hukum”.
3. Terdakwa.
Pengertian Terdakwa menurut Pasal 1 butir 15 KUHAPadalah :
20
Bambang Sunggono, dan Aries Harianto, 1986, Op cit, hlm 8.21Lasdian Walas, 1980, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty, Cet ke-1, hlm 26
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
18/87
18
“seorang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan”
Pengertian Terdakwa menurut Adnan Paslyadja adalah :
“orang yang karena perbuatan atau keadaannya berdasarkan alat bukti minimal
didakwa melakukan tindak pidana kemudian dituntut, diperiksa dan diadili di
sidang pengadilan”
Pengertian Terdakwa menurut J.C.T Simorangkir adalah :
“Seseorang yang diduga telah melakukan suatu tindak pidana dan ada cukup
alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka sidang pengadilan.
4. Pengertian Korupsi.
Dalam ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” (dari bahasa Latin:
corruption=penyuapan; corruptore = merusak) adalah :Gejala dimana para
pejabat,badan-badan negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya
penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. 22
Pengertian korupsi secara harfiah adalah :
1. Kejahatan,kebusukan,dapat disuap,tidak bermoral,kebejatan, ketidakjujuran.2. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, suap dan sebagainya.3. Korup (busuk; suka menerima uang suap, uang sogok; memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya23.
Pengertian Korupsi menurut Baharuddin Lopa mengutip pendapat dari
David M. Chalmers, menguraikan arti istilah korupsi dalam berbagai bidang yaitu
:menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang
ekonomi dan yang menyangkut bidang kepentingan umum.
22
Evi Hartati, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 8.23Ibid.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
19/87
19
F. Metode Penelitian.
1. Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis ( socio legal research)
artinya data yang peneliti dapatkan kemudian dikumpulkan secara langsung dari
responden baik dalam bentuk tertulis maupun lisan sebagai jawaban atas
pertanyaan yang peneliti ajukan.24
2. Sumber Data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan atau di tempat
penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan advokat yang pernah
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa tindak
pidana korupsi di Pengadilan Tipikor Padang.
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh di kantor Pengadilan Tipikor
Padang berupa putusan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi yang
mendapatkan bantuan hukum cuma-cuma dari tahun 2011 s/d 2013.
3. Metode Dan Alat Pengumpulan Data.
Adapun alat pengumpul data dalam penulisan ini adalah:
a. Studi dokumen.
Dalam penelitian ini bahan yang di peroleh adalah dari kantor Pengadilan
Tipikor Padang berupa berita acara putusan perkara tindak pidana korupsi.
b. Wawancara (interview).
Wawancara merupakan metode yang paling efektif dalam mengumpulkan data
primer di lapangan dan penelitian yang peneliti gunakan adalah melakukan
24
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo,Jakarta, hlm 133.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
20/87
20
wawancara terstruktur yaitu dengan mempersiapkan daftar pertanyaan yang
relevan dengan perumusan masalah dalam penelitian ini yang di tujukan
kepada responden.
4. Teknik Analisis Data.
Setelah peneliti mendapatkan data-data yang terkumpul kemudian dianalisa
dengan carasebagai berikut:
a.. Editing.
Merupakan proses penelitian untuk memeriksa kembali data-data yang
telah diperoleh di lapangan dengan cara mengedit terlebih dahulu, guna
mengetahui apakah data-data yang telah diperoleh tersebut sudah cukup
relevan dan lengkap untuk mendukung pemecahan dari perumusan
masalah dalam penelitian ini dan jika ada kesalahan maka akan di perbaiki.
b.Pengolahan Data.
Sesudah data di laksanakan kemudian di kwalifikasi atas data-data yang
diolah dengan cara menyusunnya sesuai dengan masalah yang di rumuskan
sehingga terlihat hasilnya secara keseluruhan terhadap masalah yang di
teliti.
c. Analisis data.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah secara
kualitatif artinya penelitian yang tidak menggunakan hitungan angka-angka
atau penelitian yang di lakukan dengan cara menyusun dan mengumpulkan
data dan kemudian data tersebut diolah dengan cara sistematis 25.
25Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian, Djambatan , Jakarta, hlm 28.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
21/87
21
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN.
Pada bab ini termuat: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Konsepsional, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
Dalam bab ini diuraikan beberapa kajian mengenai : Istilah, Pengertian,
Organisasi dan Sejarah Advokat, Istilah, Pengertian dan Sejarah
Bantuan Hukum, Sekilas Tentang Undang-Undang 18 Tahun 2003
Tentang Advokat, Konsep Bantuan Hukum di Indonesia, Bantuan
Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan tentang : Untuk mengetahui
apakah terdakwa tindak pidana korupsi termasuk orang yang berhak
didampingi secara cuma-cuma oleh advokat. Untuk mengetahui
pelaksanaan pemberiaan bantuan hukum secara cuma-cuma oleh
Advokat kepada terdakwa tindak pidana korupsi di Pengadilan Tipikor .
BAB IV PENUTUP.
Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan berupa
pernyataan-pernyataan atau jawaban langsung dari permasalahan yang
dirumuskan pada bab pertama. Dalam bab ini juga diberikan saran yang
diperlukan dan disesuaikan dengan kesimpulan yang berhubungan
dengan penulisan tesis ini.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
22/87
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Istilah, Pengertian, Organisasi dan Sejarah Advokat.
a.1 Istilah Advokat.
Secara historis advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalam
perjalanannya profesi itu bahkan dinamai sebagai officium nobile (jabatan yang
mulia), penamaan ini terjadi adalah karena aspek “kepercayaan” dari (pemberi
kuasa, klien) yang dijalankan untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak-
haknya di forum yang sudah di tentukan baik secara litigasi maupun nonlitigasi.
Sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, maka penggunaan istilah advokat dalam praktiknya belum ada yang
baku untuk sebutan profesi tersebut. Dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terdapat berbagai macam sebutannya antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana telah di ganti dengan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 dan diganti lagi dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 serta terakhir diganti dengan Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menggunakan istilah
bantuan hukum dan advokat.26
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
mengunakan istilah Penasihat Hukum.
26.Ishaq, Pendidikan Keadvokatan, Sinar Grafika,Jakarta, hlm 1.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
23/87
23
3. Departemen Hukum dan HAM menggunakan istilah Pengacara.
4. Pengadilan Tinggi menggunakan istilah Advokat dan Pengacara.
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menggunakan istilah
advokat, di samping itu ada juga yang menyebutnya dengan istilah pembela.
Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2003,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4228 maka istilah
Advokat sudah menjadi baku dan berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan
mandiri yang di jamin oleh hukum serta wilayah kerjanya meliputi seluruh
wilayah Republik Indonesia. Kedudukan dan peran Advokat sama dengan Hakim,
Jaksa dan Polisi yang disebut dengan Catur Wangsa Penegak Hukum 27
Istilah Penasihat Hukum/Bantuan Hukum dan Advokat/Pengacara
merupakan istilah yang lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya sebagai
pendamping tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana atau sebagai
pendamping penggugat dan tergugat dalam perkara perdata dalam pemeriksaan di
persidangan dari pada memakai istilah pembela.28
Istilah pembela menurut Andi Hamzah sering disalah tafsirkan
seakan-akan berfungsi sebagai penolong tersangka/terdakwa bebas atau lepas dari
pemidanaan, walaupun ia jelas bersalah melakukan seperti apa yang telah
didakwakan itu29 padahal fungsi pembela atau Penasihat Hukum itu adalah
membantu hakim dalam usaha menemukan kebenaran materiil 30 walaupun
27.Ibid, hlm 2.
28.Ibid,
29.Andi Hamzah,1985, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm
88.30
.Yaitu kebenaran yang nyata atau betul-betul kebenaran dalam perbuatan pidana yang di lakukanoleh terdakwa atau hubungan antara pihak yang terkait dalam perbuatan pidana tersebut.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
24/87
24
bertolak dari sudut pandang subjektif yaitu berpihak kepada kepentingan
tersangka atau terdakwa 31
Istilah Advokat bukan asli bahasa Indonesia, advokat berasal dari
bahasa Belanda yaitu Advocaat artinya orang yang berprofesi memberikan jasa
hukum, jasa tersebut di berikan baik di dalam atau di luar ruang sidang.32
Istilah Pengacara Praktek, Penasihat Hukum dan Konsultan Hukum
tidak di kenal di luar negeri dan hanya di kenal di Indonesia karena istilah tersebut
bukan profesi hukum tetapi merupakan salah satu bidang atau sifat yang termasuk
dalam lingkup pekerjaan dari seorang Advokat.
Istilah advokat di Belanda adalah Procureur , di Belanda seorang
Advokat yang telah resmi menjalankan profesi Advokat mendapatkan gelar
meester in de rechten (Mr).
Istilah Advokat di Amerika Serikat adalah anttorney at law,Istilah
Konsultan Hukum di Amerika Serikat di kenal dengan counselor at law, di
Amerika Serikat orang yang terjun di dunia Lawyer di sebut bar. Istilah Advokat
di Singapura adalah Advocate.
Istilah Advokat di Inggris orang yang menjalankan profesi advokat di
kenal dengan 2 (dua) istilah yaitu :barrister dan solicitor . Barrister di kenal
dengan jubah dan wig-nya yang berwarna perak, mereka ahli hukum yang
mempunyai hak bicara di ruang pengadilan, sedangkan solicitor merupakan ahli
hukum yang menangani perkara-perkara khusus non litigasi, bila masalah mereka
31.Andi Hamzah,1985,Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm
88.32.Ari Yusuf Amir,,2008, Strategi Bisnis Jasa Advokat,Navila Idea, Yogyakarta, hlm 18.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
25/87
25
tidak selesai maka mereka akan menyerahkannya pada barrister untuk di proses di
Pengadilan.33
Istilah Penasehat Hukum sebagai profesi hukum adalah istilah resmi
di Indonesia yang mengaburkan pengertian advokat sebagai profesi
hukum.Pekerjaan yang di lakukan oleh seorang Advokat untuk memberi nasehat
hukum sebagai Penasehat Hukum tidak merupakan profesi sendiri karena
Penasehat Hukum merupakan pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup
pekerjaan dari seorang Advokat.
Begitu juga jasa Konsultasi Hukum yang di sebut sebagai Konsultan
Hukum tidak merupakan profesi tersendiri karena pekerjaan memberikan
konsultasi hukum termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan Advokat dalam
menjalankan profesi hukum.
Di luar negeri kantor-kantor Konsultan Hukum itu di lakukan oleh
advokat atau Lawyer yang kebanyakan bergabung dengan Law Firms sehingga
Konsultan Hukum itu bukan merupakan profesi Konsultan Hukum tersendiri.34
Hal tersebut sesuai dengan Konperensi Internasional tentang Lawyer
yang di sepakati antara lain:
1. Konperensi Lawyer sedunia di Toronto memutuskan tentang adanya kode
etik Lawyer bukan kode Etik Penasihat Hukum atau Konsultan Hukum.
2. Konperensi Internasional Bar Association atau I.B.A memutuskan tentang
asas-asas kedudukan Lawyers bukan kedudukan Konsultan Hukum atau
Penasihat Hukum yang anggotannya adalah Nationale Orde Van Advocaten
(NOVA) atau Bar Association di Belanda dan Ikatan Advokat Indonesia
33
.Ropaun Rambe, 2001,Teknik Praktek Advokat , PT Gramedia Widiasarana, Jakarta, hlm 6.34.Ibid, hlm 7.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
26/87
26
(IKADIN) atau Bar Association di Indonesia adalah Advokat bukan
Penasihat Hukum atau Konsultan Hukum.35
Dari fakta-fakta Internasional tersebut jelas bahwa yang di maksud
dengan Legal Profession atau Profesi Hukum adalah Lawyers atau Advokat bukan
Pengacara, Penasihat Hukum atau Konsultan Hukum
a.2 Pengertian Advokat.
Masih banyak terdapat salah paham yang mengangap bahwa
pekerjaan advokat hanya membela perkara di muka Pengadilan dalam perkara
perdata dan membela perkara pidana di hadapan Kepolisian, Kejaksaan dan
Pengadilan yang di sebut sebagai pekerjaan Litigasi. Sesungguhnya pekerjaan
Advokat tidak hanya terletak dalam bidang Litigasiakan tetapi mencakup di
bidang pekerjaan yang lainnya di luar pengadilan yang di sebut sebagai pekerjaan
Non Litigasi.
Profesi Advokat yang di kenal sebagai profesi yang mulia (officium
nobile) seakan-akan sedang booming di Indonesia. Hampir setiap hari orang yang
menghadapi suatu masalah di bidang hukum di era reformasi cenderung
menggunakan jasa Advokat, terlebih lagi dalam rangka perdagangan bebas.
Beberapa pengertian Advokat antara lain:
1. Pengertian Advokat menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 :
adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang ini”.
35.Ibid.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
27/87
27
2. Pengertian Advokat menurut Pasal 1 angka 6 Surat Edaran Mahkamah Agung
No:10 Th 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum adalah :
“Orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor :18 Tahun 2003 tentang Advokat”
3. Pengertian Advokat menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 83
Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma-Cuma adalah :
“Orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat”
4.Pengertian Advokat menurut Martiman Prodjohamidjojo adalah :
“Mereka yang pekerjaannya (job) atau mereka yang karena profesinya
memberikan jasa hukum, pelayanan hukum, bantuan hukum serta nasehat
hukum kepada pencari keadilan baik yang melalui pengadilan negeri,
pengadilan agama, atau panitia penyelesaian perburuhan maupun yang di
luar pengadilan”.36
5. Pengertian Advokat menurut J.S.T Simorangkir adalah :
“Seseorang yang bertindak dalam suatu perkara untuk kepentingan yang
berperkara, baik dalam perkara perdata untuk penggugat atau tergugat dan
dalam perkara pidana untuk terdakwa”37
36. Martiman Prodjohamidjojo, 1982, Penasihat Hukum dan Bantuan Hukum Indonesia,Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm 2.37. J.S.T Simorangkir dan kawan-kawan, 1987, Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta, hlm 124.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
28/87
28
6. Pengertian Advokat menurut Sudikno Mertokusumo adalah :
“Orang yang di berikan kuasa untuk memberikan bantuan hukum dalam
bidang hukum perdata maupun pidana kepada yang memerlukannya baik
berupa nasehat maupun bantuan aktif, baik di dalam maupun di luar
pengadilan dengan jalan mewakili, mendampingi atau membelanya”38
7. Pengertian Advokat menurut Sodarsono adalah :
“Seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang di tentukan berdasarkan
undang-undang untuk memberikan bantuan hukum”.39
8. Pengertian Advokat menurut Blacks’s Law Dictionary adalah ;
“Berbicara untuk keuntungan dari atau membela dengan argumentasi untuk
seseorang. Adapun orang yang berprofesi Advokat adalah seseorang yang
membantu, mempertahankan atau membela orang lain, seseorang yang
memberikan nasehat hukum dan bantuan untuk membela kepentingan orang
lain di muka pengadilan atau persidangan”
a.3 Organisasi Advokat.
Pada tahun 1985 telah terbentuk organisasi tunggal advokat yang
diberi nama dengan Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), namun tidak bertahan
lama karena Ikadin pecah dan berdiri organisasi-organisasi advokat seperti :
1. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),
2. Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI),
3. Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),
4. Serikat Pengacara Indonesia (SPI) dan sebagainya.
38
. Sudikno Mertokusumo, 1984, Banga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm 66.39. Sudarsono, 1982, Kamus Hukum, Jakarta, hlm 349.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
29/87
29
Seiring dengan perjalanan waktu organisasi advokat yang tumbuh
subur sedangkan undang-undang advokat pada waktu itu belum ada maka ada
keinginan dari organisasi advokat untuk membentuk Komite Kerja Advokat
Indonesia (KKAI). Dengan perjalanan panjang dan semangat mengangkat profesi
advokat lebih terhormat dan didorong untuk lahirnya undang-undang yang
mengatur khusus tentang advokat, akhirnya pada pada tanggal 5 April 2003
diundangkan dan diberlakukan Undang-Undang No 18 Tahun 2003 tentang
Advokat sebagai payung hukum untuk mengatur advokat melakukan hak dan
kewajibannya secara profesional.
Menarik sekali untuk di telaah pernyataan bersama para Advokat
tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta. Demi kepentingan persatuan dan kesatuan
Advokat telah di sepakati mengembangkan suatu organisasi yang dapat
menampung aspirasi semua advokat. Dengan pernyataan bersama ini berarti
aspirasi dari berbagai organisasi yang pada dasarnya mempunyai maksud dan
tujuan yang berbeda kemudian di coba untuk di satukan dalam satu organisasi.
Organisasi advokat di Indonesia bermula pada masa kolonialisme,
dimana pada waktu itu keberadaan advokat masih terbatas. Advokat hanya
ditemukan dikota-kota yang memiliki landraad (Pengadilan Negeri) dan raad van
justitie (Dewan Pengadilan). Dalam Undang-Undang Advokat bagian ketentuan
peralihan Pasal 32 ayat (4) dengan tegas menyebutkan dalam waktu paling lama 2
tahun setelah berlakunya undang-undang tersebut, organisasi advokat tunggal
telah terbentuk. Melihat proses panjang dalam membentuk organisasi tunggal,
banyak kalangan advokat yang pesimis, namun semua itu terjawab kurang lebih
20 bulan lahirnya UU No. 18 Tahun 2003 tersebut, pada tanggal 21 Desember
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
30/87
30
2004 advokat Indonesia sepakat membentuk Perhimpunan Advokat Indonesia
(Peradi).
Selang berjalan waktu maka riak-riak ditubuh organisasi advokat
kembali muncul, sehingga muncul lagi organisasi tandingan seperti Komite
Advokat Indonesia (KAI). Hal itu lumrah terjadi karena dengan anggota lebih dari
16.000.000 orang, maka beda pendapat terus terjadi walaupun pemerintah dalam
hal ini Mahkamah Agung tetap bersikap hanya ada satu wadah tunggal organisasi
advokat yaitu Peradi. Dengan usia yang masih muda semangat Peradi tetap
menjadi organisasi advokat yang bebas dan independen, melayani untuk
melindungi kepentingan pencari keadilan, dan menjalankan tugas sebaik-baiknya
untuk melayani para anggotanya.
Hubungan antara advokat dan organisasinya juga tercermin dalam
pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia dengan menyebutkan “Bahwa
semestinya organisasi profesi memiliki Kode Etik yang membebankan kewajiban
dan sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada setiap anggotanya dalam
menjalankan profesinya”40. Pengawasan terhadap diri advokat sangat penting
dilakukan, karena advokat merupakan suatu profesi, sama halnya dengan dokter
atau notaris. Kode etik dibuat oleh organisasi profesi yang diberlakukan untuk
mengatur organisasi dalam hal ini adalah para anggota organisasi. Kalau kita lihat
dalam Undang-Undang Advokat tidak satupun pasal yang menerangkan cakupan
pengawasan teknis maupun pengawasan administratif, namun semua itu
organisasi Advokat lah yang mengatur lebih lanjut mengenai tata cara
pengawasan. Tujuan dari pengawasan ini adalah agar advokat dalam menjalankan
40. Alinea I Dalam Pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
31/87
31
profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Begitu kuatnya hubungan advokat dengan organisasi, maka seorang
advokat tidak dapat sesukanya menjalankan profesinya tanpa memperhatikan
ketentuan hukum yang berlaku, karena apabila advokat dalam menjalankan
profesinya bertentangan dengan hukum dan kode etik, maka ia akan ditindak 41
oleh organisasinya, termasuk dalam memberikan batuan hukum cuma-cuma.
Dalam kode etik advokat jelas disebutkan advokat mempunyai kewajiban
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi orang yang tidak mampu.
Dalam mengurus perkara cuma-cuma tersebut seorang advokat harus memberikan
perhatian yang sama dengan perkara yang ia menerima jasa, artinya ia tidak
membedakan kasus yang prodeo dengan kasus yang menerima jasa, semuanya
harus dikerjakan dengan professional42.
Berlakunya Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008 maka peranan
organisasi advokat dalam memberikan bantuan hukum secara prodeo semakin
nampak, apa lagi ditindak lanjuti oleh Surat Ketetapan Peradi No. 1 Tahun 2010
tentang Petunjuk Pelaksana Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma telah
membentuk unit kerja secara khusus mengurus mengenai pelaksanaan bantuan
41.Pasal 6 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat menyebutkan, advokat dapat
dikenai tindakan dengan alasan :
a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekanseprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yangmenunjukkan sikaptidak hormat terhadap hukum, peraturan perundangundangan,atau pengadilan;
d.berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkatdan martabat
profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atauperbuatan tercela;
f. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.42
Pasal 4 huruf f Kode Etik Advokat menyebutkan Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma
harus memberikan perhatian yang sama seperti perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
Pasal 7 huruf h Kode Etik Advokat menyebutkan Advokat mempunyai kewajiban untukmemberikan bantuan hukum secara cuma-Cuma(pro deo) bagi orang yang tidak mampu.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
32/87
32
hukum secara cuma-cuma dengan nama Pusat Bantuan Hukum Peradi (PBH
Peradi), dimana dalam Pasal 11 nya menyebutkan advokat dianjurkan untuk
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma setidaknya 50 jam kerja setiap
tahunnya43.
Keberadaan Surat Edaran Mahkamah Agung (Sema) No. 10 Tahun
2010 sebenarnya tidak ada berkaitan dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003
dan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008, namun ada beberapa hal yang
berhubungan dengan advokat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat (1)
lampiran A yang menyebutkan yang bertugas piket di Posbakum adalah Advokat.
Pada hal advokat bukanlah dibawah pengawasan Mahkamah Agung atau
Pengadilan Negeri setempat, sehingga untuk dapat terlaksana posbakum tersebut,
maka Mahkamah Agung atau lembaga pengadilan harus bekerjasama dengan
organisasi advokat yang ada44. Peluang yang ada dalam ketentuan sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas terbuka ruang besar bagi aparat penegak hukum
terutama pengadilan dan organisasi advokat untuk berkoordinasi dalam
mengimplementasikan pemberian bantuan hukum cuma-cuma pada masyarakat
yang tidak mampu.
Sekarang itu tergantung dari kemauan masing-masing pihak untuk
menjalankannya, karena tidak ada alasan bagi aparat penegak hukum khususnya
organisasi advokat untuk menahan diri dengan menunjukan ego masing-masing,
dimana ruang itu sudah terbuka lebar baik dalam bentuk Peraturan maupun Surat
Edaran ditambah lagi dengan telah keluarnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum.
43
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Di Indonesia, Op cit, hlm 85.44 Frans Hendra Winarta, Ibid, hlm 157.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
33/87
33
Dengan banyaknya instrumen hukum yang mengatur mengenai
pemberian bantuan hukum tersebut, maka organisasi advokat harus menjadi garda
terdepan untuk berpartisipsi guna menjunjung tinggi nilai-nilai dari profesi
advokat dan sudah seharusnya organisasi advokat mengkoordinir anggotanya
dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma pada semua tingkat peradilan.
a.4Sejarah Advokat.
Menurut Adnan Buyung Nasution bahwa advokat pertama bangsa
Indonesia adalah Mr. Besar Mertokoesoemo yang baru membuka kantornya di
Tegal dan Semarang sekitar tahun 1923. Sedangkan menurut Daniel S Lev dalam
bukunya Hukum dan Politik di Indonesia-Kesinambungan dan Perubahan
mengatakan: bahwa keadvokatan Indonesia sudah tumbuh sejak penjajahan
Belanda.
Pada tahun 1930 Landraad (Pengadilan Negeri) Bandung, pernah
mengadili Bung Karno dengan tuduhan menghasut dan kerja sama dengan partai
serta membuat kejahatan hendak menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda,
pada saat itu Bung Karno di damping oleh 3 (tiga) orang pembela yaitu Mr.
Sartono, Mr. Sujudi dan Mr. Sastro Mulyono. Bung Karno pada waktu itu ikut
turut membacakan pleidooinya yang di buatnya sendiri, yang terkenal dengan
judul “Indonesia Menggugat”. Bung Karno yang telah menjadi pembela bagi
dirinya dan pembela bagi bangsa Indonesia (namun ia bukan seorang advokat),
pada akhirnya menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Pada waktu itu
Bung Karno sangat menjunjung tinggi advokat-advokat yang telah membelanya,
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
34/87
34
hal ini dapat di simak dalam buku otobiografi Bung Karno yang di tulis oleh
Cindy Adams.46
Berbicara tentang advokat sesungguhnya di negara-negara barat telah
di kenal semenjak zaman Romawi yang jabatan atau profesinya di sebut dengan
nama officium nobile(profesi yang mulia) sedangkan orang yang mengerjakan
profesi tersebut di sebut dengan operae liberalis yang sekarang di kenal dengan
Advocate/Advokat/Lawyer karena mengabdikan dirinya kepada kepentingan
masyarakat dan bukan hanya kepada kepentingan dirinya sendiri, serta
berkewajiban menegakan hak asasi manusia, menolong orang-orang tanpa
mengharapkan imbalan, hal tersebut di jelaskan oleh Abdul Hakim G Nasution
yang mengatakan: Bahwa bantuan hukum (baca advokat) sebagai kegiatan
pelayanan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum.
Suatu penelitian yang mendalam tentang sejarah pertumbuhan
program bantuan hukum atau advokat yang di lakukan oleh Mauro Cippelleti,
yang di kutip oleh Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa :
“Program bantuan hukum kepada si miskin telah di mulai sejak zaman Romawi.
Juga ternyata pada setiap zaman arti dan tujuan pemberian bantuan hukum oleh
advokat kepada orang miskin erat hubungannya dengan nilai-nilai moral,
pandangan politik dan falsafat hukum yang berlaku”
B. Istilah, Pengertian dan Sejarah Bantuan Hukum.
b.1 Istilah Bantuan Hukum.
46 Frans Hendra Winata, 1995, Advokat Indonesia, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, hlm 20.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
35/87
35
Istilah bantuan hukum di kenal di Indonesia sekitar tahun 1970 an,
aliran lembaga bantuan hukum yang berkembang di Indonesia tidak terlepas dari
aliran bantuan hukum yang terdapat pada negara-negara yang sudah maju.
Istilah bantuan hukum mempunyai arti yang berbeda-beda antara lain :
1. Legal aid.
artinya pemberian jasa di bidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam
suatu kasus atau perkara antara lain :
a. Pemberian jasa bantuan hukum di lakukan secara cuma-cuma. b. Bantuan jasa hukum lebih di fokuskan bagi yang tidak mampu dalam lapisan
masyarakat miskin.
c. Motovasi dalam memberikan bantuan hukum ini adalah menegakan hukumdengan jalan membela kepentingan dan hak asasi rakyat kecil yang buta
hukum.
2. Legal assistance
artinya mengandung pengertian lebih luas dari Legal Aid karena selain
memberi jasa bantuan hukum, lebih dekat dengan pengertian yang kita kenal
dengan profesi advokat, yang memberikan bantuan hukum antara lain :
a. Kepada mereka yang mampu membayar prestasi. b.
Maupun memberikan bantuan kepada rakyat miskin secara cuma-cuma.
3. Legal service.
artinya pelayanan hukum dengan tujuan antara lain :
a. Menyelesaikan setiap permasalahan dengan cara perdamaian.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
36/87
36
b. Menghapuskan kenyatan dalam memberikan bantuan hukum untuk penegakan hukum kepada masyarakat miskin dan masyarakat kaya tanpa
diskriminatif.
c. Menghormati setiap hak pribadi yang di benarkan secara hukum bagisetiap anggota masyarakat tanpa membeda-bedakan antara orang miskin
dengan orang kaya.
b.2 Pengertian Bantuan Hukum.
Pengertian bantuan hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) tidak ada menyebutkan secara spesifik namun hanya
menyebutkan bantuan hukum kepada tersangka atau terdakwa yang diberikan oleh
seorang advokat dan bukan menyebutkan tentang pengertian bantuan hukum.
Bantuan hukum merupakan tanggung jawab sosial dari advokat. Oleh
sebab itu advokat dituntut agar dapat mengalokasikan waktu dan juga sumber
daya yang dimilikinya untuk orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum
secara cuma-cuma atau probono.yang lebih mengarah kepada tanggung jawab
sosial maupun fungsi sosial sebagai suatu profesi yang mulia (officium nobile)
maka pemberian bantuan hukum tentunya merupakan kewajiban yang melekat
secara hukum kepada setiap advokat yang di pandang sebagai suatu kewajiban
dalam melaksankan tugas dan kewajibannya sebagai aparat penegak hukum.
Beberapa pengertian bantuan hukum menurut para ahli antara lain :
a. Menurut Adnan Buyung Nasution :
Bantuan hukum disini dimaksudkan adalah khusus bantuan hukum bagi
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dalam bahasa populer
simiskin, ukuran kemiskinan sampai saat ini masih tetap merupakan masalah
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
37/87
37
yang sulit dipecahkan, bukan saja bagi negara-negara berkembang bahkan
negara-negara yang sudah majupun masih tetap menjadi masalah4547.
b. Menurut Mauro Cappelletti.
Bantuan hukum oleh si miskin umumnya diartikan sebagai pemberian jasa-jasa
hukum, kepada orang-orang yang tidak mampu untuk menggunakan jasa-jasa
advokat atau profesional lawyer. Meskipun motivasi ataupun alasan dari pada
pemberian bantuan hukum kepada si miskin ini berbeda-beda dari zaman ke
zaman, namun ada satu hal yang kiranya tidak berubah, sehingga merupakan
satu benang merah, yaitu dasar kemanusiaan46.
c. Menurut Clarance J Dias.
Bantuan hukum adalah segala bentuk pemberian layanan oleh profesi hukum
kepada khalayak di dalam mayarakat dengan maksud untuk menjamin agar
tidak ada seorangpun di dalam masyarakat yang terampas haknya untuk
memperoleh nasihat-nasihat hukum yang diperlukannya hanya oleh karena
sebab tidak dimilikinya sumber daya finansial yang cukup47.
d. Menurut Ari Yusuf Amir.
Bantuan Hukum adalah pelayanan hukum yang bersifat cuma-cuma, semua
warga masyarakat atau warga negara memiliki aksesbilitas yang sama dalam
memperoleh pelayan hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
48
.
e. Menurut Bambang Sunggono, dan Aries Harianto.
Bantuan Hukum adalah sebagai kegiatan pelayanan hukum secara cuma-cuma
kepada masyarakat miskin dan buta hukum.
47Adnan Buyung Nasution, 1982, Bantuan Hukum di Indonesia, Bantuan Hukum dan Politik
Pembangunan, LP3ES, Jakarta, hlm 1.46
.Todung Mulya Lubis,1992, Peranan Bantuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 54.47
Abdurrahman, 2002, Aspek Baantuan Hukum di Indonesia, Cendana,Press, Jakarta,hlm 23.48 Ari Yusuf Amir, op.cit hlm 13.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
38/87
38
Pengertian Bantuan Hukum berdasarkan:
a. Simposium Badan Kontak Profesi Hukum Lampung tahun 1976 merumuskan
pengertian bantuan hukum yaitu “Pemberian bantuan hukum kepada seorang
pencari keadilan yang tidak mampu dan sedang menghadapi kesulitan di
bidang hukum diluar maupun di muka pengadilan tanpa imbalan jasa”
b. Lokakarya bantuan hukum tingkat nasional tahun 1978 merumuskan bantuan
hukum merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada
masyarakat yang tergolong tidak mampu baik secara perorangan maupun
kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu secara kolektif, dimana
lingkup kegiatan bantuan hukum meliputi pembelaan baik diluar maupun di
dalam pengadilan, termasuk pendidikan dan penelitianserta penyebaran
gagasan.”
c. Keputusan Menteri Kehakiman No. M.01.U.M.08.10 Tahun 1981 tanggal 13
Oktober 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Proyek Konsultasi dan Bantuan
Hukum melaui Fakultas Hukum Negeri bahwa:jasa bantuan hukum yang
diberikan oleh Penasihat Hukum untuk melakukan pembelaan hukum kepada
klien baik dalam perkara pidana semenjak ia di tangkap dan di tahan maupun
dalam perkara perdata yang diajukan kepada badan peradilan sampai
diperolehnya keputusan yang telah mendapatkan kekuatan hukum yang tetap
berdasarkan surat kuasa khusus dimuka peradilan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa
bantuan hukum terdapat beberapa unsur yaitu:
1. Penerima bantuan hukum adalah fakir miskin atau orang yang tidakmampu secara ekonomi.
2. Bantuan hukum di berikan baik di dalam maupun di luar proses peradilan.
http://statushukum.com/http://statushukum.com/http://statushukum.com/badan-hukum.htmlhttp://statushukum.com/badan-hukum.htmlhttp://statushukum.com/badan-hukum.htmlhttp://statushukum.com/
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
39/87
39
3. Bantuan hukum di berikan baik dalam lingkup peradilan pidana, perdata, maupun tata usaha negara.
4. Bantuan hukum di berikan secara cuma-cuma oleh seorang advokat.
b.3 Sejarah Bantuan Hukum.
Bantuan hukum menurut sejarahnya berawal dari sikap
kedermawanan (charity) sekelompok elit gereja terhadap para pengikutnya. Tidak
hanya itu saja hubungan kedermawanan tersebut juga ada pada pemuka adat
dengan penduduk disekitarnya. Menurut Dr. Mauro Cappelletti, program bantuan
hukum kepada si miskin telah dimulai semenjak zaman Romawi, dimana tujuan
pemberian bantuan hukum tersebut erat hubungannya dengan nilai-nilai moral,
pandangan politik dan falsafah hukum yang berlaku. Pada zaman abad
pertengahan masalah bantuan hukum mendapat motivasi baru sebagai akibat
pengaruh agama Kristen.
Secara historis, peran pemberian jasa hukum oleh advokat di
Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda yaitu setelah pecahnya perang
Napoleon pada permulaan abad XIX. Pada zaman Romawi pemberian bantuan
hukum oleh Patronus (seorang tokoh masyarakat) adalah didorong oleh motivasi
untuk mendapatkan pengaruh dalam masyarakat yaitu keinginan orang untuk
berlomba-lomba memberikan kedermawanan (charity) dalam bentuk membantu
simiskin sehingga secara bersama-sama tumbuh pula nilai-nilai kemuliaan
(nobility) dan kesatrian (chivalry) yang sangat diagungkan orang.
Cara pemberian bantuan hukum pada zaman Romawi dilakukan
dengan dua cara:
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
40/87
40
1.Bantuan hukum yang dilakukan oleh seorang ahli hukum yang diangkat,
ditugasi, dan diberi gaji oleh gereja asal mereka, untuk menolong orang-orang
miskin diwilayah gerejanya.
2.Dengan memberikan hak-hak keistimewaan tertentu kepada orang-orang miskin
seperti memperbolehkan acara dipengadilan dengan biaya cuma-cuma apabila
tidak didampingi oleh seorang pengacara.
Sejak revolusi Perancis dan Amerika sampai dizaman modern
sekarang ini motivasi pemberian bantuan hukum bukan hanya rasa kemanusian
kepada orang yang tidak mampu saja melainkan telah timbul aspek hak-hak
politik atau hak warga negara yang berlandasan kepada konstitusi modern. Secara
perlahan perkembangan konsep bantuan hukum sebagai dasar berpijak
kedermawanan mulai berubah menjadi hak setiap klien yang terampas hak-haknya
boleh mendapatkan bantuan hukum. Konsep bantuan hukum ini mulai
dihubungkan dengan hak-hak politik, ekonomi, dan sosial. Dan malah dalam abad
terakhir ini bantuan hukum sudah mulai dikaitkan dengan kesejahteraan sosial
(welfare) dan kesejahteraan politik (democracy)49, dan gerakan sosial. Sebagai
gerakan sosial dalam praktek sehari-hari bantuan hukum juga sudah mulai
menyebarkan sayapnya tidak saja terbatas pada negara-negara kapitalis tetapi juga
pada negara-negara sosialis dan negara dunia ketiga termasuk di Indonesia. Pada
beberapa dekade terakhir ini gerakan bantuan hukum hampir terdapat dimana-
dimana seperti di Afrika Selatan, Brazilia, Taiwan, Tanzania dan beberapa negara
lainnya termasuk di Indonesia. Dan malah dari segi konsep, kita melihat mulai ada
49
. Todung Mulyana Lubis,1981 , Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia (Sebuah Studi Awal)dalam buku Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, LP3ES, hlm 6.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
41/87
41
perubahan dari bantuan hukum yang sifatnya individual ke bantuan hukum yang
sifatnya struktural.
Kenyataan bahwa perhatian terhadap bantuan hukum mengalami
pasang surut, merupakan bukti bahwa hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan,
akan tetapi merupakan akibat dari perkembangan masyarakat itu sendiri. Bukti ini
dikuatkan dalam proses yang hampir bersamaan pada masyarakat yang berbeda.
Secara sosiologis kenyataan tersebut merupakan bukti bahwa ada korelasi antara
proses sosial dengan sistem hukum termasuk bantuan hukum50.Persoalan yang
belum tuntas terpecahkan di berbagai negara mengenai bantuan hukum itu
diberikan kepada siapa? terbatas kepada orang miskin atau tidak? kalau terbatas
pada orang miskin apa ukuran kemiskinan itu51. Orang menganggap permasalahan
bantuan hukum bisa terlaksana karena kata legal aid selalu dihubungkan dengan
orang miskin yang tidak mampu membayar jasa seorang advokat, tetapi
sebaliknya kata legal aid ditafsirkan sama dengan legal assistance yang biasanya
punya konotasi pelayanan hukum daria dvokat kepada masyarakat mampu dan
tidak mampu.
C. Sekilas Undang-Undang No 18 tahun 2003 Tentang Advokat.
Proses pembentukan UU Advokat telah memakan waktu yang lama
dan juga perdebatan yang panjang dan melelahkan, ketika masih dalam
bentukRancangan Undang-Undang (RUU) saja, telah menyita waktu lebihdari 2
tahun di DPR RI. Lebih dari itu, tidak mudah untuk mendapatkankesepakatan atas
berbagai pasal yang menjadi muatan RUUAdvokat tersebut, hal ini disebakan
karena beragamnya latarbelakang pendidikan dan profesi para anggota DPR RI
50. Soerjono Soekanto,1983, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Ghalia Indonesia, hlm
56.51. Todung Mulyana Lubis, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia, Op cit, hlm 7
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
42/87
42
yang membahas RUU Advokat tersebut, adanya perdebatan yang panjang untuk
menyatukan pendapat tentang Undang-Undang Advokat tersebut maka akhirnya
di sepakatilah dengan keluarnya Undang-Undang No:18 Tahun 2003 tentang
Advokat yang secara resmi di undangkan di Jakarta tanggal 5 April 2003,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49 dan tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4288, sehingga lahirnya Undang-
Undang Advokat tersebut jelas membawa angin segar bagi para Advokat
Indonesia karena telah berada dalam satu wadah yang tugas pokok dan fungsi nya
(Tupoksi) sebagai Advokat telah di akui secara undang-undang dan juga telah
sejajar sebagai aparat penegak hukum dengan Polisi, Jaksa dan Hakim.
Lahirnya Undang-Undang Advokat mengalami pro dan kontra yaitu :
1. Undang-Undang Advokat tersebut tidak di tandatangani oleh PresidenRepublik Indonesia karena menurut Menteri Sekretariat Kabinet, Bambang
Kesowo, di perbolehkannya di luar sarjana hukum untuk menjadi advokat,
seperti lulusan Sarjana Fakultas Syariah sehingga sangat riskan untuk beracara
dalam proses peradilan yang di dalamnya sangat sarat dengan hukum acara
ataupun keahlian teknis hukum lainnya.
2. Adanya rangkap jabatan, yakni, bahwa tidak adanya larangan rangkap jabatan bagi advokat, sehingga banyak pejabat publik, politisi dan lainnya yang
sekaligus menjadi advokat untuk beracara baik secara litigasi maupun Non
Litigasi.
3. Tidak adanya batasan umur maksimal bagi advokat untuk pensiun sehinggamenyebabkan banyaknya para pensiunan Jaksa, Polisi, Hakim, dan lainnya ikut
bergabung menjadi Advokat.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
43/87
43
UU Advokat terdiri dari 36 pasal dan beberapa penjelasan,
berdasarkan pengaturan pasal-pasalnya nampak sekali dorongan yang kuat untuk
menolak intervensi pemerintah antara lain :
1. Bab I : Ketentuan Umum terdiri dari :Pasal 1 tentang Pengertian Advokat,Jasa Hukum, Klien,Organisasi Advokat,
Pengawasan, Pembelaaan Diri, Honorarium, Advokat Asing, Bantuan Hukum,
Menteri.
2. Bab II : Pengangkatan, Sumpah, Status, Penindakan dan PemberhentianAdvokat terdiri dari : Pasal 2 dan 3 bagian kesatu tentang Pengangkatan
Advokat, Pasal 4 bagian kedua tentang Sumpah, Pasal 5 bagian kelima tentang
Status, Pasal 6,7, 8,bagian keempat tentang Penindakan, Pasal 9,10,11 bagian
kelima tentang Pemberhentian.
3. Bab III : Pengawasan terdiri dari : Pasal 12, 13.4. BAB IV : Hak dan Kewajiban Advokat terdiri dari Pasal 14,15,16,17,18,19,20.5. Bab V : Honorarium terdiri dari : Pasal 21.6. Bab VI : Bantuan Hukum Cuma-Cuma terdiri dari : Pasal 22.7. Bab VII : Advokat Asing terdiri dari : Pasal 23,24.8. Bab VIII : Atribut terdiri dari :Pasal 25.9.
Bab IX : Kode Etik dan Dewan Kehormatan Advokat terdiri dari : Pasal 26,27.
10. Bab X : Organisasi Advokat terdiri dari :Pasal 28,29,30.11. Bab XI : Ketentuan Pidana terdiri dari :Pasal 31.12. Bab XII : Ketentuan Peralihan terdiru dari : Pasal 32,33.13. Bab XIII : Ketentuan Penutup terdiri dari : Pasal 34,35,36.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
44/87
44
D. Konsep-Konsep Bantuan Hukum Di Indonesia.
Berbicara mengenai bantuan hukum tidak terlepas dari fenomena
hukum itu sendiri, oleh karenanya keberadaan konsep bantuan hukum adalah
salah satu cara untuk menjawab keadilan atau pemerataan keadilan itu sendiri.
Konsep bantuan hukum dimana-mana umumnya sama yaitu memberikan
pelayanan hukum kepada orang yang tidak mampu untuk membayar Pengacara
tanpa memandang agama, suku, partai politik dan lain sebagainya.
Konsep bantuan hukum di Indonesia berkembang dengan cepat, hal
mana diungkapkan oleh Adnan Buyung Nasution dalam kongres (Persatuan
Advokat Seluruh Indonesia) Peradin Tahun 1969 menyebutkan untuk mendirikan
sebuah lembaga bantuan hukum dalam arti yang seluas-luasnya, maka harus :
1.Memberikan pelayanan hukum kepada rakyat miskin.
2.Mengembangkan dan meningkatakan kesadaran hukum masyarakat.
3.Mengusahakan perubahan untuk mengisi kebutuhan masyarakat berkembang”52.
Tergambar dengan jelas konsep bantuan hukum yang diungkapkan
oleh Adnan Buyung tersebut tidak lagi semata-mata didasarkan pada perasaan
amal dan kemanusian untuk memberikan pelayanan hukum kepada orang-orang
yang tidak mampu yang buta hukum saja, akan tetapi pengertiannya lebih luas lagi
yaitu meningkatan kesadaran hukum masyarakat sehingga mereka menyadari hak-
hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara yang bermartabat.
Konsep bantuan hukum terus dilakukan baik di Indonesia, maupun di
berbagai negara lain. Konsep bantuan hukum bukanlah konsep yang mati dan
harus harus dikaji terus menerus, karena mungkin saja ada perubahan waktu,
52
Adnan Buyung Nasution (dalam buku Bantuan Hukum Akses Masyarakat Marjinal TerhadapKeadilan) Op cit, hlm 7.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
45/87
45
struktur sosial, politik dan sebagainya. Perbedaan yang terjadi bukanlah hal yang
harus ditakuti oleh karenanya perbedaan itu harus dicari konsep penyelesaiannya,
karena tujuan memberikan bantuan hukum tersebut hanyalah untuk
menyelesaikan permasalahan hukum orang dalam rangka mencari keadilan.
Sebelum lebih jauh membicarakan masalah konsep bantuan hukum di
Indonesia terlebih dahulu kita melihat dan memahami tujuan dari bantuan hukum
itu sendiri, walaupun kita sama-sama tahu tujuan pemberian bantuan hukum di
berikan kepada orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi tetapi bantuan
hukum tersebut pada saat sekarang juga diberikan kepada orang-orang yang
mampu secara ekonomi.
Menurut Adnan Buyung Nasutionkonsep pembentukan Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) adalah53 atas dasar kemanusian dan mengembangkan
kesadaran hukum masyarakat pada umumnya dan khususnya kesadaran akan hak-
hak sebagai subjek hukum.
Konsep bantuan hukum di Indonesia terdiri dari 2 (dua) antara lain :54
1. Konsep bantuan hukum tradisional;
2. Konsep bantuan hukum konstitusional
Ad.1.Konsep bantuan hukum tradisional
adalah pelayanan hukum yang diberikan kepada masyarakat miskin secara
individual. Sifat dari bentuk bantuan hukum ini adalah pasif dan cara
pendekatannya sangat formal legal, dalam arti melihat segala permasalahan
hukum yang melibatkan kaum miskin semata-mata dari sudut hukum yang
53 Adnan Buyung Nasution, Op cit, hlm 102
54Abdul Hakim G. Nusantara, 1986, dalam buku Todung Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan
Kemiskinan Struktural,, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ,hlm 24
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
46/87
46
berlaku. Dalam konsep ini jelas terlihat semangat bantuan hukum yang dilakukan
adalah semangat kedermawanan (charity).
Konsep bantuan hukum tradisional yang individual pada dasarnya
merupakan konsep lama yang sejalan dengan sistem hukum yang ada, namun
penekanan dalam konsep bantuan hukum ini lebih kepada hukum itu sendiri.
Permasalahannya adalah apakah hukum tersebut telah netral atau sebaliknya
hukum itu banyak merugikan kepentingan hukum rakyat kecil.
Tuntutan perkembangan dan keberpihakan kepada kaum miskin dalam
konsep bantuan hukum tradisional belumlah cukup, menurut Todung Mulya Lubis
ada beberapa latar belakang kenapa hal tersebut belumlah cukup55 :
1. Sifat bantuan hukum tradisional yang individual kurang lebih sama dengan pelayanan kesehatan individual yang tidak mempertimbangkan kondisi sosial.
2. Sistem hukum yang belum memungkinkan suatu bantuan hukum kolektifdalam artian mengenai class action sebagaimana dikenal di Amerika Serikat.
3. Bantuan hukum kita masih diragukan apakah benar-benar berurusan dengan pinggiran.
4. Bantuan hukum masih terikat dengan pendekatan-pendekatan hukum semata.5. Lembaga Bantuan hukum masih berjalan sendiri karena kurangnya kerjasama
dengan organisasi bantuan hukum.
6. Bantuan hukum belum mengarah pada terciptanya gerakan sosial.Ad.2.Konsep bantuan hukum konstitusional
adalah bantuan hukum untuk masyarakat miskin harus dilakukan dalam kerangka
usaha-usaha dan tujuan yang lebih luas seperti menyadarkan hak-hak masyarakat
55Bambang Sunggono, dan Aries Harianto, Op cit, hlm 28.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
47/87
47
miskin sebagai subjek hukum dan pengembangan nilai-nilai hak asasi manusia
sebagai sendi utama bagi tegaknya negara hukum. Sifat dan jenis bantuan hukum
konstitusional ini tidak hanya diberikan kepada individual akan tetapi juga kepada
kelompok-kelompok masyarakat secara kolektif.
Cara pendekatan penyelesain kasus dengan konsep ini tidak hanya
berbicara formal semata akan tetapi juga dilakukan penyelesaian melalui jalan
politik dan negosiasi. Oleh karenanya aktifitas seperti kampanye, kontrol terhadap
birokrasi pemerintah, pendidikan hukum masyarakat menjadi bagian esensial
dalam konsep bantuan hukum konstitusional56.
Sebagian kalangan ilmuwan sosial menggangap bentuk bantuan
hukum konstitusional masih belum mampu menembus permasalahan dasar yang
dihadapi oleh masyarakat miskin di Indonesiakarena hak-hak masyarakat miskin
sebagai subjek hukum untuk mendapatkan bantuan hukum dalam kehidupan
sosial masih jauh dari harapan.
Bentuk perkembangan konsep bantuan hukum seperti LBH/YLBHI
juga mengembangkan konsep Bantuan Hukum Struktural (BHS), yang ternyata
mendapat tanggapan yang baik dikalangan LBH maupun di luar LBH. Latar
belakang munculnya konsep ini berpijak pada kenyataan bahwa pemahaman
terhadap keadaan bantuan hukum tradisional tidak cukup mampu sebagai dasar
bekerja dalam memberikan bantuan hukum.
Bantuan hukum struktural (BHS) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi bagi terwujudnya hukum yang mampu mengubah
struktur yang timpang tindih menuju kearah struktur yang lebih adil, menjamin
56Bambang Sunggono, dan Aries Harianto , Ibid, hlm 29.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
48/87
48
persamaan kedudukan baik dilapangan ekonomi maupun dilapangan politik.
Dalam konsep GBHN sendiri disebutkan persyaratan bagi pengembangan hukum
yaitu memberikan keadilan bagi mayoritas kaum miskin di Indonesia. Secara
konstitusional pekerjaan bantuan hukum struktural adalah ingin membantu
pemerintah mewujudkan persamaan di depan hukum terhadap semua golongan
masyarakat57 .
Adanya bantuan hukum struktural dari LBH maka tujuan
pendirianyadituangkan dalam Anggaran Dasar yaitu58 :
1. Memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat luas yang tidakmampu dan/atau buta hukum tanpa membedakan agama, keturunan, ras,
keyakinan politik maupun latar belakang sosial dan budaya;
2. Menumbuhkan, mengembangkan dan memajukan pengertian dan penghormatan akan nilai-nilai negara hukum dan hak asasi manusia pada
umumnya dan khususnya, meninggikan kesadaran hukum dalam masyarakt
baik kepada pejabat maupun warganegara biasa agar supaya sadar akan hak-
hak dan kewajiban sebagai subyek hukum;
3. Membina dan memperbaharui hukum dan pelaksanaan hukum sesuai dengantuntutan zaman.
Pengertian struktural sebenarnya merupakan pola hubungan yang
mendasari kehidupan sosial dimasyarakat, dimana pola hubungan formil semua
orang sama kedudukanya didepan hukum, pada hal kenyataannya tidaklah
demikian. Kemiskinan struktural berarti adanya pola hubungan yang mendasari
kehidupan masyarakat yang menimbulkan dan mempertahankan kemiskinan.
57Todung Mulya Lubis, Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum Kearah Bantuan Hukum
Struktural, Alumni Bandung, 1981, hlm 150.58Ibid, hlm 151.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
49/87
49
Ciri-ciri konsep bantuan hukum struktural antara lain 59
1. Merobah orientasi bantuan hukum dari perkotaan menjadi perdesaan;2. Membuat sifat bantuan hukum menjadi aktif;3. Mendayagunakan lebih banyak pendekatan-pendekatan diluar hukum (non
litigasi)
4. Mengadakan kerja sama lebih banyak dengan lembaga-lembaga sosiallainnya.
5. menjadikan bantuan hukum sebagai gerakan yang melibatkan partisipasirakyat banyak (fasilitator);
6. Mengutamakan kasus-kasus (penanganannya) yang sifatnya struktural.7. Mempercepat tercipatanya hukum yang responsif yang menunjang perubahan
struktural.
Dalam kegiatan bantuan hukum struktural ini tidak saja semata-mata
memberikan pelayanan hukum terhadap kasus-kasus yang ada, akan tetapi juga
bagaimana memilih dan memanfaatkan kasus-kasus guna mendorong terwujudnya
pelaksanaan hak-hak masyarakat miskin. Konsep ini juga harus melalui proses
dalam menjalankannya, merubah pola hubungan yang timpang antara pusat dan
pinggiran tidaklah mudah, makanya sebagai gerakan bantuan hukum tentu masih
belum cukup. Oleh karenanya semua ini merupakan suatu langkah awal dari
serangkaian pekerjaan besar yang harus dilakukan secara simultan atau terus
menerus dalam segala bidang dan memerlukan pendekatan yang lebih
menyeluruh.
59. Bambang Sunggono, dan Aries Harianto , Ibid,, hlm 31.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
50/87
50
E. Bantuan Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia
Beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang masih
berlaku dalam mengatur soal bantuan hukum.sebelum berlakunya Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman, kegiatan bantuan hukum secara yuridis formal sebagai kegiatan
pelayanan hukum merupakan bagian hukum positif Indonesia telah dibagi dalam
dua katagori antara lain :
1.Secara umum yaitu dalam Pasal 254 HIR mengatur mengenai hak memperoleh
pelayanan hukum bagi setiap orang yang kaya maupun miskin.
2.Secara khusus yaitu dalam Pasal 237 HIR sampai dengan Pasal 242 HIR
mengatur pelayanan hukum bagi golongan masyarakat yang tidak mampu
membayar ongkos perkara dan honor bagi advokat dengan mengajukan
permohonan untuk berpekara di pengadilan dengan tanpa membayar ongkos
perkara.
Sedangkan Pasal 250 HIR secara khusus mengatur ketentuan tentang
hak memperoleh pelayanan hukum secara gratis bagi mereka yang miskin yang
tersangkut perkara pidana dengan ancaman hukuman mati. Hak ini sifatnya baru
terbatas, karena terdakwa hukuman mati tersebut baru memperoleh bantuan
hukum kalau ada penasihat hukum yang rela untuk memberikan jasanya setelah
itu baru ditetapkan oleh hakim. Selain itu ketentuan pemberian bantuan hukum
juga telah dimulai semenjak di tingkat penyidikan, penuntutan maupun
persidangan60, sebagaimana terdapatdalam Pasal 56 KUHAP dimana dalam proses
60M Yahya Harahap Op cit, hlm 334.
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
51/87
51
tingkat pemeriksaan pejabat yang bersangkutan (kepolisian, jaksa, dan hakim)
wajib menunjuk penasihat hukum untuk tersangka atau terdakwa tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara lima belas tahun atau lebih
atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam pidana dengan pidana lima
tahun atau lebih.
Didalam UUD 1945, permasalahan bantuan hukum tidak secara tegas
dinyatakan sebagai tanggung jawab negara, namun adanya prinsip-prinsip
persamaan dihadapan hukum dan perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat,
merupakan gambaran bahwa negara wajib memperhatikan masalah bantuan
hukum bagi warganya, khususnya yang tidak mampu.
Selain ketentuan yang diatur dalam konstitusi, ketentuan mengenai
bantuan hukum juga diatur dalam beberapa undang-undang yang berlaku di
Indonesia, diantaranya :
1. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana(KUHAP), ketentuan mengenai bantuan hukum dapat kita temukan dalam
Pasal Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56, serta dalam Bab VII dari Pasal 69
sampai dengan Pasal 74. Bahkan dalam ketentuan Pasal 56 KUHAP tersebut
pemberian bantuan hukum itu wajib diberikan oleh negara, sebagaimana
disebutkan :
a. Dalam tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau dengan pidana penjara lima
belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat
8/13/2019 Tesis Bab 1234 Edit
52/87
52
pemeriksaan dalam proses peradilan wajib