Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN KEMITRAAN SMK DENGAN DUNIAUSAHA DAN INDUSTRI
TESIS
Oleh
SISKA SEPTI TURMIATI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRACT
Vocational School Of Partnership Management With The Business AndIndustrial World
By
Siska Septi Turmiati
The purpose of this study is to analyze and describe planning, organizing,implementing, and evaluating vocational partnerships with businesses andindustries to improve the quality of vocational graduates. This research methoduses a phenomenological qualitative approach and the research design used isdescriptive qualitative. Data analysis techniques are carried out interactivelythrough the process data collection, data display, conclutions drawing/verifyingdan data reduction. The results is the research about the quality of education atVocational High School 1 Baradatu developed well along with the increase inexperience that each year experienced development. Vocational graduates can beseen from the quality of graduates who work. Percentage of work surprise(college), and entrepreneur, more graduate students work.
Keywords: Partnership Management, SMK, Business And Industrial
ABSTRAK
Manajemen Kemitraan SMK Dengan Dunia Usaha dan Industri
Oleh
Siska Septi Turmiati
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kemitraan SMK
dengan dunia usaha dan industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK. Metode
penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif fenomenologi dan rancangan
penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Teknik analisis data
dilakukan secara interaktif melalui proses data collection, data display,
conclutions drawing/verifying dan data reduction. Hasil peneliti adalah mutu
pendidikan SMKN 1 Baradatu berkembang dengan baik seiring dengan
bertambahnya pengalaman yang di dapat setiap tahunnya mengalami
perkembangan. Mutu lulusan SMK dapat dilihat dari mutu lulusan yang banyak
bekerja. Presentase bekerja, melanjutkan (kuliah), dan wiraswasta, lebih banyak
lulusan siswa yang bekerja.
Kata kunci: Manajemen Kemitraan, SMK, Dunia Usaha dan Industri
MANAJEMEN KEMITRAAN SMK DENGAN DUNIAUSAHA DAN INDUSTRI
Oleh
SISKA SEPTI TURMIATI
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bumi Agung, Way Kanan pada 02
September 1993, merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Tursino dengan Ibu Sukatmi.
Alamat penulis di Bumi Agung Kecamatan Bumi Agung
Kabupaten Way Kanan. Nomer Handphone: 085769871440.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Bumi
Agung (Tahun 2000-2006), MTs Darul Ulum Buay Bahuga (Tahun 2006-2009),
SMA Negeri 1 Bumi Agung (Tahun 2009-2012). Pada tahun 2012, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.
Selanjutnya peneliti melanjutkan studi Magister Manajemen Pendidikan di Univer
sitas Lampung pada Tahun 2017.
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkautelah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekeraja keras
(untuk urusan yang lain)”(QS. Asy-Syarh: 6-7)
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, atasrahmat dan nikmat yang tercurahkan.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah MuhammadSAW, semoga kita senantiasa melaksanakan sunah-sunah beliau.
Tesis ini kupersembahkan sebagai ungkapan rasa tanda bakti dancintaku kepada:
Almamater tercinta, Kampus Hijau Universitas Lampung
Ibunda Sukatmi dan Ayahanda Tursino yang telah mendidik danmembesarkanku dengan penuh kasih sayang, kesabaran,
pengorbanan, memberikan segala doa, selalu menguatkanku,mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adikku Lucky Wijayanto dan Lucy Wijayanti yang selalumendoakanku, serta saudara- saudaraku yang telah memberikan
dukungan, bantuan, kebahagiaan dan selalu memotivasiku.
Guru dan dosen atas ilmu, nasihat, arahan dan bimbingan yangtelah diberikan sehingga membuat hidup ini lebih bermakna.
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan. Tesis ini
berjudul “Manajemen Kemitraan SMK Dengan Dunia Usaha dan Industri”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, MP. Selaku Rektor Universitas Lampung
beserta seluruh staf dan jajarannya, yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk menuntut program magister manajemen Pendidikan di
Universitas Lampung
2. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya, dalam memberikan kepercayaan belajar
di program pascasarjana Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruandan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya, atas izin yang
diberikan guna pelaksanaan penelitian.
4. Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan beserta staf dan
jajarannya, dalam memberikan perhatian dan pengarahan di Jurusan Ilmu
Pendidikan.
xii
5. Dr. Sowiyah, M.Pd. Selaku ketua Program studi Magister Manajemen
Pendidikan, dan selaku dosen penguji pertama yang telah memberikan kritik,
saran dan motivasi kepada peneliti untuk perbaikan tesis
6. Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan
kritik, saran dan motivasi kepada peneliti untuk perbaikan tesis
7. Dr. Irawan Suntoro, M.S. Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku
dosen pembimbing pertama yang telah memberikan perhatian, bimbingan,
kritik, saran, motivasi, kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.
8. Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.M. Selaku dosen pembimbing kedua yang
telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, motivasi, kemudahan
dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.
9. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khususnya
program studi Magister Manajemen Pendidikan yang telah memberikan
memberi saran dan membantu peneliti.
10. Keluarga besar magister manajemen pendidikan, keluarga kecilku asrama
Gamalama atas doa dan persahabatan yang kalian berikan serta semua pihak
yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini
Semoga Allah selalu meridhoi dan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua,
penulis mengucapkan syukur yang sebesarnya karena telah mampu menyelesaikan
skripsi ini semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, Aamiin.
Bandar Lampung, 13 Maret 2019Penulis
Siska Septi Turmiati
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL .......................................................................................... iiABSTARK ........................................................................................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... vHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ viLEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... viiRIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viiiPERSEMBAHAN ............................................................................................... ixMOTTO .............................................................................................................. xSANWACANA ................................................................................................... xiDAFTAR ISI ....................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xvDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 11.2 Fokus Penelitian .................................................................................. 131.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 131.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 141.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 141.6 Definisi Istilah ..................................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Mutu Pendidikan .................................................................................. 172.2 Mutu Lulusan ....................................................................................... 262.3 Kemitraan SMK dengan Dunia Usaha/ Dunia Industry dalam Mutu
Pendidikan SMK ................................................................................. 282.4 Perencanaan ......................................................................................... 372.5 Pengorganisasian ................................................................................. 402.6 Pelaksanaan .......................................................................................... 422.7 Evaluasi ................................................................................................ 452.8 Penelitian Relevan ............................................................................... 472.9 Kerangka Pikir ..................................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Seting Penelitian .................................................................................. 513.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ................................................ 513.3 Kehadiran Peneliti ............................................................................... 52
3.4 Sumber data penelitian ........................................................................ 543.5 Tehnik pengumpulan data ................................................................... 56
3.5.1 Observasi .................................................................................... 563.5.2 wawancara .................................................................................. 583.5.3 Dokumentasi ............................................................................... 63
3.6 Analisis data ......................................................................................... 643.7 Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 673.8 Tahapan Penelitian ............................................................................... 70
BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran umum SMKN 01 Baradatu Way Kanan ........................... 734.2 Paparan Data ....................................................................................... 744.3 Temuan Peneliti .................................................................................. 884.4 Pembahasan ......................................................................................... 1054.5 Model Hipotetik ................................................................................... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 1335.2 Implikasi ............................................................................................... 1345.3 Saran ..................................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 137
DAFTAR TABEL
Tabel Hamalan
1.1 Persentase siswa berja, melanjutkan (kuliah), dan wiswasta lulusan tahun2013-2017 ..................................................................................................... 12
3.1. Informan Penelitian ...................................................................................... 553.2. Kode penelitian ............................................................................................ 553.3 Observasi penelitian ..................................................................................... 583.4. Kisi-kisi wawancara ...................................................................................... 603.5. Dokumen ....................................................................................................... 644.1 Perencanaan manajemen kemitraan SMK ..................................................... 924.2 Pengorganisian manajemen kemitraan SMK ................................................. 964.3 Pelaksanaan manajemen kemitraan SMK .................................................... 1004.4 Evaluasi manajemen kemitraan SMK .......................................................... 103
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir … .………………………………………………………… 50
3.1 Komponen dalam analisis data ..................................................................... 66
4.1 Diagram konteks perencanaan . .................................................................... 91
4.2 Diagram konteks pengorganisasian .............................................................. 95
4.3 Diagram konteks pelaksanaan ...................................................................... 99
4.4 Diagram konteks evaluasi ........................................................................... 102
4.5 Model Hipotetik Kemitraan SMK dengan Dunia Usaha dan DuniaIndustri ........................................................................................................ 132
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Surat izin penelitian Universitas Lampung ...................................................1432. Surat izin penelitian SMKN 1 Baradatu .......................................................1443. Pedoman wawancara .....................................................................................1454. Transkip wawancara .....................................................................................1495. Daftar kehadiran peneliti ...............................................................................1606. Identitas Sekolah ...........................................................................................1617. Rombongan Belajar Tahun 2018/2019 .........................................................1628. Daftar pendidik dan tenaga pendidik ............................................................1639. Berita acara prakerin .....................................................................................16610. Surat tugas guru ............................................................................................16711. Foto dokumentasi kegiatan siswa .................................................................168
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada
bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) merupakan bentuk pendidikan kejuruan pada jenjang
menengah.
The concept of Vocational and Technical Education is rooted on preparationof students for acquisition of necessary skills, knowledge and attitude to earnemployment as expert assistant to professional in any field of Technology andEngineering (Kareen and Garba 2008 PP.98). The Vocational TechnicalEducation is basically occupational education which makes individuals self-sufficient and reliant. Oladimeji (1995); believed that acquisition of practicalskills relating to occupation in various sectors of economic and social lifewill improve the standard of living of the people, and assist in eradicatingpoverty in the society. Having critized Technical Education on the groundthat it has not been able to produce practical competent graduates who areequipped with problem solving abilities, which is as a result of poor andinadequate training material in the Technical Vocational TertiaryInstitutions. The Federal Government of Nigeria decreed, decree No 47 of 8thOctober, 1971 as amended in 1990, highlighted the capacity building ofhuman resources in industry, commerce and government through trainingand retaining of workers in order to effectively provide the much needed highquality goods and services in a dynamic economy of ours. (Jemerigbo, 2003).Led to the establishment of Industrial Training Fund (ITF) in 1973/74 whichalso led to the formation of Students Industrial Work Experience Scheme(SIWES) by ITF in 1993/1994 (Ikechukwu and Najimu, 2012: 91).
Partnerships permit governments to improve on their services and programs
by offering complementary services, such as vocational training,
occupational and career education, workplace training/education, technical
2
assistance, and public programs to encourage public support (Okoye and
Chijioke, 2013: 54).
The concept of government partnering with business is not new, and certainlydid not originate with Customs. Government and business partnerships havea long history with the development of the PPP model which has now beenaccepted in developed and developing countries since the 1980s. PPPs havetheir origin as a major theme of New Public Management and governancereform. Has Customs picked up this same approach and applied it with thesame success as many PPPs, or does the CBP fall short of the sameeffectiveness we see in many of these successful PPPs? Perhaps a key to thesuccess of the CBP may lie in observing some of the factors we see insuccessful PPPs and determining whether they have been, or can beimplemented in a CBP (Shujie Zhang and Rob Preece, 2010: 44).
Menurut Haman (2004:23) konsep kemitraan: “A partnership is a business
owned by two or more people, who share in the profits or losses”. This view
shows that practically, partnerships become a tool to obtain value benefits for
the interests of the parties.
Todd (2007: 5) menyatakan bahwa School partnerships can be done with
students, parents and industry or professional circles.
SMK melakukan kemitraan karena SMK merupakan pendidikan dengan
sistem ganda yang merupakan kombinasi antara pelaksanaan pembelajaran di
sekolah dan pelaksanaan magang di dunia usaha dan industri. Lulusan SMK
yang digadang-gadang langsung bekerja, malah nganggur. Kami pun
berdialog dengan berbagai stakeholder, secara umum ada semacam miss
match antara demand side dan supply. Sebenarnya kebutuhan akan tenaga
kerja banyak, tetapi tenaga kerja yang tersedia tidak memiliki keahlian yang
dibutuhkan dunia usaha. Selain itu, lanjutnya, ada kesan akses lebih
diutamakan. Pembangunan sekolah gencar di berbagai wilayah tapi tidak
3
diikuti tata kelola yang baik termasuk laboratorium yang tidak up to date.
Ubaid memberikan contoh bengkel untuk siswa jurusan otomotif.
Kenyataan keterserapan lulusan SMK di dunia usaha/dunia industri
(selanjutnya disingkat DU/DI) yang relevan masih sangat rendah. Hal ini
sesuai data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik sampai bulan Agustus 2014
sekitar 11,24% lulusan SMK yang menganggur (sumber: sakernas, BPS).
Data tersebut pula disebutkan bahwa angka pengangguran terdidik terbesar di
Indonesia adalah berasal dari lulusan SMK.
Berdasarkan data tentang tingkat pengangguran di Indonesia di peroleh
informasi sebagai berikut: jumlah pengangguran di Indonesia per Februari
2016 adalah 7,02 juta orang berkurang 430.000 orang dibandingkan posisi
Februari 2015. Pengangguran terbanyak adalah lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka tertinggi
pada jenjang pendidikan SMK sebesar 9,84%. Angka tersebut meningkat
0,79% dibandingkan Februari 2015. Lewat data ini, lanjut Suryamin, bisa
diartikan pada setiap 100 angkatan kerja lulusan SMK, ada sekitar 9 hingga
10 orang yang masih menganggur.
Tingkat pengangguran terbuka terendah adalah pada pendidikan SD ke bawah
dengan angka 3,44% dari jumlah angkatan kerjanya," ujar Suryamin. Berikut
rincian tingkat pengangguran terbuka yaitu SD ke bawah 3,44%, SMP 5,76%,
SMA 6,95%, dan SMK 9,84% (Jefriando, 2016:17).
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI mencatat, lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan ( SMK) terbanyak menganggur dan belum mendapat
4
tempat bekerja. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 10 persen
dari 7,01 juta orang berstatus pengangguran, menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) per Februari 2017.
Dilihat dari data angka pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan,
mayoritas itu lulusan SMK, nomor dua lulusan SMA, dan ketiga Politeknik.
Lulusan SMK banyak yang nganggur, ini memang unik. Kenapa malah justru
lulusan SMK yang banyak nganggur, padahal mereka lulusan siap pakai di
dunia kerja. Tingginya jumlah pengangguran dari lulusan SMK, berdasarkan
dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2017. Dari data Badan
Pusat Statistik periode Februari 2017 itu, dari 131,55 juta orang yang masuk
sebagai angkatan kerja, tercatat 124,54 juta orang yang bekerja. Sisanya yakni
7,01 juta orang berstatus pengangguran.
Dongkrak kualitas dengan fenomena yang terjadi saat ini, Kemenaker akan
melakukan pembenahan berdasarkan Instruksi Presiden atau Inpres Nomor 9
Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Dimana 12 Kementerian atau
Lembaga Negara yang mendapatkan perintah pembenahan SMK. Khusus
Kementerian Ketenagakerjaan, ada empat arahan khusus yang mesti
dilakukan untuk mendongkrak kualitas alumni SMK. Pertama perihal
pendataan lulusan SMK, baik itu kualifikasi, kejuruan dan tempatnya. Kedua
perihal fasilitasi siswa SMK untuk melakukan praktik di Badan Latihan Kerja
(BLK). Ketiga perihal revitalisasi Badan Latihan Kerja. Keempat perihal
penyelesaian standar kompetensi. Keempat poin inilah yang menjadi tindak
5
lanjut Inpres Nomor 9 Tahun 2016 untuk Kementerian Ketenagakerjaan
(Cipto, 2017:21).
Badan Pusat Statistik (BPS) ungkap pada 2017 justru penyumbang terbesar
angka pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan SMK yakni sebanyak
11,41 persen. Jakarta, CNN Indonesia, pemerintah gencar mendorong anak
Indonesia untuk menuntaskan pendidikan 12 tahun hingga jenjang sekolah
menengah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK digadang-
gadang bakal jadi pencetak tenaga kerja yang siap terjun ke lapangan. Akan
tetapi, justru temuan berbeda dipaparkan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan
Indonesia (JPPI). Belum ada perhatian serius terhadap pendidikan 12 tahun.
Ditambah lagi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017 justru
penyumbang terbesar angka pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan
SMK yakni sebanyak 11,41 persen.
Jumlah SMK di seluruh Indonesia sekitar 13.710 sekolah, tetapi guru
produktif hanya 22 persen. Guru produktif ialah guru yang mengajar mata
pelajaran jurusan. Sedangkan 78 persen terkait mata pelajaran lain seperti
agama, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan. Tak hanya jumlah,
persoalan guru ini juga terkait kompetensi. Mungkin guru tersebut memang
mengampu mata pelajaran produktif tetapi kadang latar belakang pendidikan
tak sesuai. Kemungkinan lainnya, latar belakang mendukung, tapi sang guru
tak pernah terjun ke lapangan, padahal sekolah kejuruan menuntut anak untuk
terlibat aktif bukan duduk, mendengarkan dan menulis.
6
Revitalisasi SMK, meski presentasi angka pengangguran dari lulusan SMK
memang yang terbesar. Penyelarasan Kejuruan dan Kerjasama Industri,
Kemendikbud mengajak publik untuk beranjak ke angka faktual.
Menurutnya, bila dikonversikan ke jumlah riil, penganggur terbuka dari
lulusan SMA justru jumlahnya lebih besar. Kondisi sekarang, pengangguran
terbuka mencapai 7,04 juta orang. Lulusan SMK menduduki presentase 11,41
persen atau sebanyak 1,6 juta. Sedangkan lulusan SMA yang memiliki
presentase 8,29 persen bila dikonversikan ke angka riil menjadi 1,9 juta
orang. Penghitungan presentase ini bedasarkan jumlah lulusan. Yang masuk
SMK tidak sebanyak SMA sehingga presentasenya lebih tinggi. Dari angka
riil ini, kita melihat bahwa lulusan SMK itu enggak kalah dari SMA.
Kemendikbud menjalankan revitalisasi secara bertahap mulai dari 219 SMK
yang menjadi sasaran program. Program revitalisasi meliputi empat hal yakni,
satuan sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik dan pendidik
dan tenaga kependidikan. Sasarannya untuk mewujudkan keselarasan dunia
pendidikan dengan dunia industri. Implementasi revitalisasi ini bisa terwujud
misalnya dengan adanya kurikulum yang fleksibel. Fleksibel artinya bisa
mengakomodasi perkembangan dunia industri. Harapannya sekolah dapat
melakukan kerjasama dengan industri atau mengadakan pelatihan untuk guru.
Kerjasama ini memungkinkan untuk diadakannya sertifikasi sehingga siswa
yang lulus dapat langsung mengisi slot di perusahaan.
Kepala sekolah juga termasuk sasaran revitalisasi, kepala SMK merupakan
orang yang memiliki kegiatan wirausaha atau berjiwa wirausaha. Hal ini
7
untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan para siswa SMK. Selama ini
pemerintah melalui Kemendikbud telah melakukan berbagai usaha, tapi
kurang terdengar gaungnya. Ada begitu banyak persoalan tapi seringkali
Kemendikbud yang jadi sasaran protes publik. Perlu komitmen, sebagai
pengamat sekaligus praktisi pendidikan, Jimmy Phaat berpendapat bahwa
selain peningkatan jumlah dan kualitas, pengajar juga perlu tahu budaya kelas
bawah. Pengajar yang mengenal karakter dan budaya siswanya, diharapkan
bakal membuat siswa betah belajar di sekolah. Hasrat belajar tak begitu jalan
karena pengajar kurang memahami budaya anak-anaknya. Selain pemahaman
budaya siswa, sekolah pun perlu menumbuhkan budaya produktivitas. Meski
Kemendikbud mengklaim telah melakukan berbagai hal, tapi perlu ada
komitmen demi mengusahakan perbaikan pendidikan tingkat SMK
(Ratnasari, 2017:19).
Proses bisnis di sekolah salah satunya adalah Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) yang merupakan kegiatan sistemik dan terpadu yang
dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam mewujudkan standar mutu
pendidikan. Tingkatan acuan penjaminan mutu mencakup SPM (Standar
Pelayanan Minimal), SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan Mutu di atas
SNP sesuai dengan Permendiknas No. 63 Tahun 2009 (Fattah, 2012:36).
Proses pendidikan dan bidang yang membutuhkan peningkatan mutu
pendidikan. Delapan SNP yang dimaksudkan meliputi: (1) standar isi, (2)
standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan
8
tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
Perkembangan penyelenggaraan pendidikan kejuruan hingga saat ini telah
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Akan tetapi, harus diakui
bahwa dalam penyelenggraannya program pendidikan kejuruan masih
mengalami beberapa kendala, sehingga efektivitasnya masih diragukan,
bahkan eksistensi pendidikan kejuruan sebagai salah satu jalur unggulan
dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM masih dipertanyakan.
Pendidikan kejuruan hingga saat ini masih menghadapi kendala kesepadanan
kualitatif dan kuantitatif. Kesepadanan kualitatif terjadi karena perkembangan
teknologi di industri yang sangat cepat sehingga terjadi kesenjangan
kompetensi yang dimiliki lulusan sekolah menengah kejuruan dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri, sementara kesepadanan
kuantitatif terjadi karena adanya ketidak seimbangan jumlah lapangan kerja
yang ada dengan jumlah output pendidikan yang mencari pekerjaan.
Masalah yang sering muncul ke permukaan antara lain, keterbatasan sarana
dan fasilitas yang dimiliki oleh pendidikan kejuruan masih jauh ketinggalan
dengan kondisi di industri. Hasil penelitian Sulipan (2004) berkesimpulan
bahwa kesenjangan antara peralatan yang tersedia dan dimiliki oleh sekolah
kejuruan dengan industri masih sangat lebar, selanjutnya Sulipan (2004)
menyampaikan bahwa sekolah kejuruan belum mampu memberdayakan
(empowering) semua potensi dan sumberdaya yang ada di lingkungannya
menurut Louis L Warren dalam Arifin (2012: 61).
9
Pendidikan kejuruan kerjasama yang dibangun dengan dunia industri
merupakan suatu hal yang sangat tepat khususnya dalam mengembangkan
resources. Arifin (2012: 61), dengan adanya kerjasama antara pendidikan
kejuruan dan industri diharapkan terdapat pemanfaatan fasilitas. Sementara
menurut Trace Allen (2007) dan McLean (2004) kerjasama yang dibangun
antara sekolah kejuruan dengan industri memiliki manfaat yang cukup besar
bagi kedua belah pihak khususnya sebagai tools improvement. Oleh
karenanya kedua belah pihak harus dapat bersinergi dalam mencapai tujuan
bersama. Bentuk pendekatan yang bisa dilakukan antara dunia pendidikan
kejuruan dengan dunia industri menurut Ian Smith dalam Arifin (2012: 61)
berupa pendekatan kerjasama kemitraan. Senada dengan hal tersebut menurut
Henrietta Bernal dan Susan Bentuk kerjasama antara dunia pendidikan
dengan dunia industri dapat dikembangkan melalui kerangka komunitas yang
terdapat disekitar lingkungan sekolah dalam rangka memanfaatkan dan
memberdayakan semua potensi dan sumberdaya yang dimiliki di sekitar
sekolah.
Berangkat dari beberapa permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu
upaya dari lembaga pendidikan dan dunia usaha untuk dapat bersama-sama
mengembangkan pendidikan, agar tujuan dunia usaha dan lembaga
pendidikan dapat tercapai dan selaras. Bentuk kerjasama antara dunia
pendidikan dan dunia industri dalam mengembangkan dan menyelaraskan
tujuan tersebut adalah menyelaraskan dan menggembangkan komunikasi
yang berkelanjutan terhadap kondisi dan perkembangan industri serta
10
kebutuhan kompetensi industri agar dapat diselaraskan dengan program
pendidikan pada sekolah menengah kejuruan, sehingga siswa memperoleh
bekal yang cukup dan memadai untuk dapat bersaing pada dunia kerja,
disamping dunia usaha mendapatkan tenaga kerja sesuai dengan spesifikasi
dan kebutuhan.
Data SMK di provinsi Lampung berjumlah 486, Negeri 107 dan Swata 379.
SMK di Kabupaten Way Kanan jumlah Negeri 12 dan Swasta 12, Kabupaten
Pesawaran jumlah Negeri 5 dan Swasta 10, Kabupaten Lampung Selatan
jumlah Negeri 12 dan swasta 41, Kabupaten Lampung Tengah jumlah Negeri
11 dan Swasta 62, Kabupaten Lampung Utara jumlah Negeri 8 dan Swasta
20, Kabupaten Lampung Barat jumlah Negeri 6 dan Swasta 5, Kabupaten
Tulang Bawang jumlah Negeri 9 dan Swasta 20, Kabupaten Tanggamus
jumlah Negeri 6 dan Swasta 19, Kabupaten Lampung Timur jumlah Negeri
10 dan Swasta 60, Kabupaten Pringsewu jumlah Negeri 3 dan Swasta 30,
Kabupaten Mesuji jumlah Negeri 7 dan Swasta 10, Kabupaten Tulang
Bawang Barat jumlah Negeri 3 dan Swasta 16, Kabupaten Pesisir Barat
jumlah Negeri 3 dan Swasta 1, Kota Bandar Lampung jumlah Negeri 10 dan
Swasta 56, dan Kota Metro jumlah Negeri 4 dan Swasta 16.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang lulusannya memiliki
keahlian khusus dalam bidang tertentu. SMK merupakan pendidikan dengan
sistem ganda yang merupakan kombinasi antara pelaksanaan pembelajaran di
sekolah dan pelaksanaan magang di dunia usaha dan industri. SMKN 1
Baradatu melaksanakan kerjasama tidak hanya di kabupaten saja tetapi juga
11
melakukan kerjasama di provinsi, dan SMKN 1 Baradatu telah terakreditasi
B. Oleh sebab itu, penelitian ini melakukan penelitian untuk melihat
kemitraan sekolah untuk meningkatkan mutu yang diterapkan tentang standar
mutu pendidikan serta kendala dan upaya sekolah yang mencangkup mutu
pendidikan. Diharapkan dengan adanya penelitian di sekolah tentang
kemitraan SMK dengan dunia usaha untuk meningkatkan mutu hasil belajar
ini, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan selanjutnya. Penelitian ini difokuskan pada evaluasi pelaksanaan
peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan yang sesuai agar dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan keahlian
kejuruan guna meningkatkan mutu lulusan SMK. Aspek yang diteliti dalam
upaya evaluasi pelaksanaan pengembangan kerjasama yang dikaitkan dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan di SMK berbasis kemitraan.
Dari latar belakang yang telah di uraikan maka peneliti akan melakukan
penelitian di SMK tentang “manajemen kemitraan SMK dengan dunia usaha
dan industri”. Penelitian melakukan penelitian untuk melihat pada alumni
SMK yang bekerja. Peneiliti melakukan penelitian di SMKN 1 Baradatu,
alamat sekolah Raya Lintas Sumatera, Kelurahan Cugah, Kecamatan
Baradatu, Kabupaten Way Kanan. SMK ini memiliki empat kejuruan yaitu
multimedia, pertanian, perikanan, dan Akutansi. SMK pada umumnya selalu
berdiri dengan jurusan utamanya otomotif dan multimedia, tetapi pada SMK
Baradatu berdiri dengan bukan unggulan jurusan otomotif. SMK ini dengan
unggulan jurusan perikanan dan peternakan. Jurusan perikanan di way kanan
hanya ada 3 SMK Negeri, sedangkan untuk jurusan pertanian hanya ada 2
12
SMK Negeri. SMKN 1 Baradatu bekerjasama dengan berbagai tempat
misalnya BBI Sumberjaya, Instalasi BBPBL, BBPBL Hanura, BBI Palas, PT
Central Pertiwi Bahari, Polinela Lampung, BPSB Bandar Lampung, BPTP
Lampung, upb Hortikultura Sekincau, UPB Pekalongan Lampung Timur,
UPB Cahaya Negeri, Tegar TV, Radar Lampung TV, Percetakan Ariesta,
Percetakan Pandu, Percetakan Sahabat, dan Percetakan lainnya yang berada
di kecamatan Baradatu. Lalu persentase BMW alumni yang ada di SMKN 1
Baradatu dari tahun 2013 sampai tahun 2017 ada pada table di bawah ini.
Tabel 1.1. Persentase siswa bekerja, melanjutkan (kuliah), dan wiswastalulusan tahun 2013-2017NoTahun Jurusan
PerikananJurusan
MultimediaJurusan
PertanianJurusanAkutansi
JumlahLulusan
JumlahSiswa
Bekerja
JumlahSiswaMelanjutkan(kuliah)
JumlahSiswawiraswasta
1 2013 30 45 24 - 99 59 25 152 2014 30 45 24 - 99 58 27 143 2015 32 44 25 - 101 62 28 114 2016 25 52 26 - 103 65 28 105 2017 27 53 28 - 105 68 30 7
Sumber: Wakakurikulum
Presentase siswa bekerja, melanjutkan (kuliah), dan wirausaha tahun 2013-17
di SMKN 1 Baradatu. Tahun 2013 untuk jumlah jurusan perikanan = 30,
multimedia = 45, pertaniasn = 24, keseluruhan berjumalh 99, jumlah siswa
bekerja=59, melanjutkan=25, dan wiusaha=15; tahun 2014 untuk jumlah
jurusan perikanan = 30, multimedia = 45, pertaniasn = 24, keseluruhan
berjumalh 99, jumlah siswa bekerja=58, melanjutkan=27, dan wiusaha=14:
tahun 2015 untuk jumlah jurusan perikanan = 32, multimedia = 44, pertaniasn
= 25, keseluruhan berjumalh 101, jumlah siswa bekerja=62, melanjutkan=28,
dan wiusaha=11; tahun 2016 untuk jumlah jurusan perikanan = 25,
13
multimedia = 52, pertaniasn = 26, keseluruhan berjumalh 103, jumlah siswa
bekerja=65, melanjutkan=28, dan wiusaha=10; tahun 2017 untuk jumlah
jurusan perikanan = 27, multimedia = 53, pertaniasn = 28, keseluruhan
berjumalh 105, jumlah siswa bekerja=68, melanjutkan=30, dan wiusaha=7.
1.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan prakerin SMK dengan
dunia usaha untuk meningkatkan mutu lulusan SMK, subfokus penelitian ini
yaitu:
1.2.1 Perencanaan kemitraan SMK dengan dunia usaha Atau industri untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK
1.2.2 Pengorganisasian kemitraan SMK dengan dunia usaha Atau industri
untuk meningkatkan mutu lulusan SMK
1.2.3 Pelaksanaan/ implementasi kemitraan SMK dengan dunia usaha Atau
industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK
1.2.4 Evaluasi kemitraan SMK dengan dunia usaha Atau industri untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK
1.3 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan fokus dan subfokus penelitian, permasalahan penelitian ini
secara umum adalah bagaimanakah pelaksanaan prakerin SMK dengan
dunia usaha untuk meningkatkan mutu lulusan SMK secara khusus
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana perencanaan kemitraan SMK dengan dunia usaha dan
industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK?
14
1.3.2 Bagaimana pengorganisasian kemitraan SMK dengan dunia usaha dan
industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK?
1.3.3 Bagaimana pelaksanaan/ implementasi kemitraan SMK dengan dunia
usaha dan industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK?
1.3.4 Bagaimana evaluasi kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri
untuk meningkatkan mutu lulusan SMK?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan yaitu:
1.4.1 Perencanaan kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK
1.4.2 Pengorganisasian kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri
untuk meningkatkan mutu lulusan SMK
1.4.3 Pelaksanaan/ implementasi kemitraan SMK dengan dunia usaha dan
industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK
1.4.4 Evaluasi kemitraan SMK dengan dunia usaha dan industri untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih secara teoritik dan
praktik yaitu:
1.5.1 Secara teoritik, kemampuan yang dimiliki mutu lulusan kompetensi
lulusan dapat berupa kemampuan yang dimiliki lulusan dicirikan
dengan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dapat
ditampilkan
15
1.5.2 Secara praktis
1. Bagi kepala sekolah
Sebagai acuan yang lebih intensif dalam menjalankan peran
kepemimpinannya guna meningkatkan mutu SMK dengan
optimal
2. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pemahaman
Manajemen Berbasis Sekolah dan menumbuhkan budaya meneliti
agar terjadi inovasi pembelajaran
3. Bagi peserta didik
Meningkatkan peran serta dalam keaktifan di sekolah untuk
menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan,
meningkatkan kemampuan menganalisis dan menyelesaaikan
suatu masalah melalui manajemen yang baik
4. Bagi SMKN 1 Baradatu
Dapat memberikan manfaat guna mengevaluasi lembaga
Pendidikan dan dapat dijadikan acuan mengembangkan sekolah
dalam rangka optimalisasi manajemen kemitraan SMK dengan
dunia usaha dan industri
1.6 Definisi Istilah
1.6.1 Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan prinsif
saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
16
1.6.2 Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan
pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan
akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
pembelajaran tertentu.
1.6.3 Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
1.6.4 pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya. Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua
dalam Manajemen dan pengorganisasian.
1.6.5 Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap siap. Sedangkan Impelentasi adalah suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang
dan terperinci.
1.6.6 Evaluasi merupakan saduran dari bahasa Inggris "evaluation" yang
diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. evaluasi dapat diartikan
sebagai proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan
dalam upaya mencapai tujuan.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional,
hal ini disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek
pembangunan hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Dalam perspektif
global pendidikan berperan dalam : 1) pengembangan diri peserta didik
(personal development), 2) pengembangan ketrampilan kerja (employability
or work skills development), 3) pengembangan kewarganegaraan
(citizenship), dan 4) transmisi dan transformasi budaya (transsmision and
transformation culture). Pendidikan yang paling sesuai untuk menghadapi
tantangan globalisasi adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri,
sehingga sekolah kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat
pendekatan pembelajaraan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dunia
industry (Arifin, 2012: 63).
Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi
deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan
instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan
merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar
ideal. Sedangkan berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan
instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti
18
deksriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil
tes prestasi belajar.
Masalah yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan adalah masih
rendahnya daya serap lulusan SMK ke dunia kerja.Kontribusi dunia usaha
dan dunia industri dalam pengembangan pendidikan menengah kejuruan
masih rendah.Hal ini diakibatkan karena belum adanya kemitraan pendidikan
dengan dunia usaha dan dunia industri, serta organisasi masyarakat secara
maksimal dan berkesinambungan. Sementara itu, pendidikan tidak dapat
berdiri sendiri dan melepaskan diri dengan dunia usaha dan dunia industri,
baik pendidikan, proses, dan maupun peserta didiknya (Febrianti, dkk, 2014:
3).
Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan
secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra
kurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang
pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu (Arifin, 2012: 65).
Perkembangan penyelenggaraan pendidikan kejuruan hingga saat ini telah
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Akan tetapi, harus diakui
bahwa dalam penyelenggraannya program pendidikan kejuruan masih
mengalami beberapa kendala, sehingga efektivitasnya masih diragukan,
bahkan eksistensi pendidikan kejuruan sebagai salah satu jalur unggulan
dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM masih dipertanyakan.
Pendidikan kejuruan hingga saat ini masih menghadapi kendala kesepadanan
kualitatif dan kuantitatif. Kesepadanan kualitatif terjadi karena perkembangan
19
teknologi di industri yang sangat cepat sehingga terjadi kesenjangan
kompetensi yang dimiliki lulusan sekolah menengah kejuruan dengan
kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri, sementara kesepadanan
kuantitatif terjadi karena adanya ketidak seimbangan jumlah lapangan kerja
yang ada dengan jumlah output pendidikan yang mencari pekerjaan.
Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan pada tingkat
menengah dalam sistem pendidikan dua jalur yang diterapkan di Indonesia
(Arifin, 2012: 66).
Sekolah menengah kejuruan merupakan program strategis untuk
menyediakan tenaga kerja tingkat menengah. Sejalan dengan kebutuhan
untuk mendapatkan SDM yang berkualitas maka pemerintah melalui
sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan
untuk menyiapkan lulusan yang memiliki bekal penunjang bagi
penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang tertentu.
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah
dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. SMK
mengarahkan peserta didik dalam suatu ketrampilan atau keahlian.Peserta
didik mendapatkan pendidikan dan pelatihan dibalai latihan dan di dunia
kerja agar mereka mendapatkan engalaman bekerja sesuai bidang jurusan
yang ditekuninya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 3 yang menjelaskan
20
bahwa tujuan pendidikan kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri & mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pesat adalah
sebuah niscaya yang harus direspon secara tepat oleh pendidikan kejuruan,
oleh karenanya berbagai program inovasi lainnya harus diprogramkan baik
dalam bentuk muatan materi pembelajaran maupun penyiapan sarana dan
prasarana (Febrianti, dkk, 2014: 3).
Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada SMK diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses. Dalam
peraturan tersebut, proses pembelajaran di SMK harus direncanakan.
Perencanaan tersebut harus dibuktikan dengan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengacu pada standar isi (Setiawan, 2016: 62).
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah pertama, kesiapan
dan motivasi siswa. Kedua, kemampuan guru profesional dan kerjasama
dalam organisasi sekolah. Ketiga, kurikulum meliputi relevansi isi dan
operasional proses pembelajarannya. Keempat, sarana dan prasarana meliputi
kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. Kelima,
partisipasi masyarakat (orang tua, pengguna lulusan dan perguruan tinggi)
dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah.
Empat pendekatan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu
pendidikan yaitu pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous
21
improvement). Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola
senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus-
menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan
telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Kedua, menentukan
standar mutu (quality assurance). Paham ini digunakan untuk menetapkan
standar-standar mutu dari semua komponen yang bekerja dalam proses
produksi atau transformasi lulusan institusi pendidikan. Pembelajaran
memenuhi karakteristik pendekatan pembelajaran pelajar aktif (student
active learning), pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, pembelajaran
konstruktif, dan pembelajaran tuntas (master learning). Ketiga, perubahan
kultur (change of culture). Konsep ini bertujuan membentuk budaya
organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi
semua komponen organisasi. Keempat, perubahan organisasi (upside-down
organization). Jika visi dan misi, serta tujuan organisasi sudah berubah
atau mengalami perkembangan, maka sangat dimungkinkan terjadinya
perubahan organisasi. Kelima, mempertahankan hubungan dengan
pelanggan (keeping close to the costumer). Karena organisasi pendidikan
menghendaki kepuasan pelanggan, maka perlunya mempertahankan
hubungan baik dengan pelanggan menjadi sangat penting (Suti, 2011: 34).
Strategi pengembangan mutu pendidikan lebih menekankan kepada aspek
yang bersifat administratif dibandingkan dengan aspek yang bersifat
operasional, sehingga keadaan ini menjadikan kekaburan terhadap
pencapaian tujuan pendidikan dan pengembangan mutu pendidikan yang
sebenarnya. Jarangnya program supervisi yang dilakukan oleh Kepala
22
Sekolah terhadap guru, sehingga pengawasan dan penjaminan mutu layanan
pembelajaran hampir tidak tersentuh. Kondisi tersebut jelas berdampak
terhadap pencapaian dan pengembangan mutu layanan pendidikan.
Penyebab utama (akar masalah) tersebut adalah kurangnya keahlian
manajemen pendidikan yang merefleksikan pada kepemimpinan pendidikan,
baik pada tingkat konsep maupun praktek. Sementara itu, organisasi
pendidikan juga masih menunjukkan kinerja di bawah standar yang
diharapkan stakeholders, yaitu belum memenuhi kualitas dan belum nampak
inisiatif untuk tampil beda dengan tetap menjunjung visi pendidikan secara
umum (Fattah, 2001: 102).
Pemanfaatan teknologi informasi di institusi pendidikan memberikan
pengaruh pada proses bisnisnya seperti sistem pembelajaran, manajemen
sekolah, sistem administrasi dan perencanaan kebijakannya. Sekolah
Menengah Kejuruan dengan karakteristik dan dinamika perubahan
lingkungan organisasi dan perkembangan teknologi, mengharuskan organisasi
mempunyai strategi dalam menyelaraskan bisnis dan teknologi informasi agar
mampu menjaga keberlangsungan proses bisnisnya dalam jangka panjang.
Perancangan arsitektur enterprise adalah kerangka yang digunakan untuk
mewujudkan keselerasan teknologi dan proses bisnis dalam organisasi.
Proses bisnis di sekolah salah satunya adalah Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) yang merupakan kegiatan sistemik dan terpadu yang
dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam mewujudkan standar mutu
pendidikan. Tingkatan acuan penjaminan mutu mencakup SPM (Standar
23
Pelayanan Minimal), SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan Mutu di atas
SNP sesuai dengan Permendiknas No. 63 Tahun 2009 (Fattah, 2012:58).
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan nasional berpedoman delapan
SNP sesuai Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yang menyediakan
petunjuk dan acuan untuk mengkaji pencapaian tujuan pendidikan, proses
pendidikan dan bidang yang membutuhkan peningkatan mutu pendidikan.
Delapan (8) SNP yang dimaksudkan meliputi: (1) standar isi, (2) standar
proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan,
(7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
Pengembangan teknologi informasi diharapkan dapat membantu
tercapainya standar penjaminan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah
yaitu adanya keterpaduan, kehandalan, kesinambungan data dan informasi
antar masing-masing satuan pendidikan dengan instansi induk pada tingkat
Kabupaten, Provinsi, dan Pusat (Wiyana, dkk , 2015: 36).
Upaya yang harus dipersiapkan satuan pendidikan khususnya satuan
pendidikan menengah kejuruan untuk mencapai itu semua adalah dengan
mempersiapkan dokumen. Dokumen-dokumen tersebut yaitu, (1) kebijkan
mutu, (2) dokument tingkat I yaitu pedoman mutu, (3) dokumen tingkat II
yaitu prosedur mutu, (4) dokumen tingkat III yaitu institusi kerja, (5)
dokumen tingkat IV yaitu dokumen pendukung rekaman.
Kebijakan mutu merupakan dokumen yang di buat oleh lembaga atau institusi
yang berisi tentang komitemen manajemen yang diwakili oleh kepala sekolah
24
dan seluruh jajarannya. Kebijakan mutu harus sesuai dengan tujuan
organisasi. Tujuan tersebut pada umumny tercermin dalam visi dan misi
sekolah. Hal penting yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan kebijakan
mutu adalah adanya perbaikan secara terus menerus melalui pencapaian
efektivitas dan efisiensi kerja organisasi.
Pedoman mutu merupakan standar yang harus ditaati oleh pelaksanaan kerja.
Dokumen ini berisi klausul atau aturan-aturan standar yang digunakan untuk
menjalakan prosedur kerja dalam organisasi. Prosedur mutu merupakan
langkah kerja atau alur kerja. Prosedur mutu biasanya dioperasionalkan
dalam bentuk bagan alir dokumen. Institusi kerja merupakan bagian-bagian
dalam struktur organisasi yang memiliki peranan masing-masing sesuai
dengan prosedur kerja. Dokumen yang terakhir adalah dokumen pendukung
rekaman. Dokumen tersebut merupakan bukti fisk keterlaksanaan setip
pekerjaan yang telah dilakukan oleh organisasi (Setiawan, 2016:31).
Mutu merupakan keunggulan dari sebuah produk barang atau jasa yang
dihasilkan melalui proses kerja yang telah terencana dengan baik. Mutu atau
kualitas merupakan tujuan akhir dari sebuah proses panjang yang dilakukan
oleh organisasi. Mutu merupakan jaminan dari sebuah lembaga kepada
pelanggannya. Pelangganlah yang kemudian menentukan apakah lembaga
tersebut mutu produknya (barang atau jasa) baik atau buruk. Adapun mutu
dalam dunia pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan.
25
Mutu pembelajaran sangat berkitan dengan bagaimana seorang guru
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengadakan
evaluasi terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa dalam suatu kegiatan belajar
mengajar. Mutu pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran di
sekolah dan hasil belajar yang mengikuti kebutuhan dan harapan
stakeholder pendidikan.
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik
buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu apabila berhasil mencapai
tujuan yang telah dirumuskan oleh sekolah itu sendiri. Mutu pembelajaran
yang baik dapat menentukan baiknya mutu pendidikan, oleh karena itu
mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pembelajaran dapat diartikan dengan standar hasil
penilaian hasil pembelajaran yang ditentukan dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Indikator untuk mengukur mutu pembelajaran
yang efektif antara lain: efisinsi waktu, optimalisasi sumber belajar,
pelaksanaan evaluasi, dan frekuensi bimbingan belajar (Setiawati,
2018:34).
26
2.2 Mutu Lulusan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, akreditasi diartikan sebagai
kegiatan penilaian kelayakan program dan atau satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut meliputi standar
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pada praktiknya, proses
pembelajaran masuk pada standar proses. Dalam standar tersebut proses
pembelajaran dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian hasil
belajar. Oleh sebab itu, apabila proses tersebut dilaksanakan dengan benar
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan, diharapkan output berupa hasil
belajar siswapun akan meningkat (Setiawan, 2016:36).
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri di
masyarakat. Tujuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 pasal 26 standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah kejuruan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa kompetensi
lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya (Setiawan, 2016:26).
Indikator keberhasilan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan meliputi (1)
masa tunggu memasuki lapangan kerja kurang dari 2 tahun, (2) terserap pada
27
lapangan/unit kerja sesuai program keahliannnya, (3) berpotensi untuk
mengembangkan diri hingga tahapan komopetensi keahlian pada unit kerja.
Kompetisi lulusan SMK akan semakin kompleks dalam era globalisasi baik
Asean dan Asia Pasifik (Ulum dan Ismanto, 2017:23).
Pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya,
tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggan
dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga kependidikan) serta
pelanggan eksternal (peserta didik, orangtua, masyarakat dan pemakai
lulusan). Pelanggan utama dalam sekolah adalah siswa yang secara langsung
menerima jasa pendidikan. Sebagai pelanggan utama siswa memiliki
pandangan atau persepsi yang berbeda-beda terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pihak sekolah. Pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa,
keunggulan bersaing sering diupayakan dalam bentuk pelayanan yang unggul.
Strategi yang tepat dan akurat dalam kualitas layanan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi keunggulan bersaing bila direncanakan dan
diimplementasikan dengan tepat (Ulum dan Ismanto, 2017: 31).
Penelitian dari Tyagita dan Padmini (2015), kajian ini bertujuan untuk menganalisa
mutu lulusan SMK di dunia kerja. Hasil analisis menunjukkan, pendidikan
kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah dirasa masih kurang, sehingga banyak
lulusan SMK yang belum mampu berwirausaha, atau mereka mampu berwirausaha
setelah mereka bekerja beberapa tahun di suatu tempat usaha.
Penelitian dari Arifin (2012), bertujuan ingin memperoleh gambaran empirik
tentang kerjasama kemitraan antara SMK dengan dunia industri dalam
28
perencanaan strategi, implementasi, efektifitas, hasil dan manfaat kerjasama
kemitraan dalam pengembangan sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pada umumnya semua SMK di Kota Yogyakarta telah melakukan kerjasama
kemitraan dengan industri pasangan khususnya dalam pelaksanaan program
PKL/PSG. Sebagai wujud dari kerjasama kemitraan dengan dunia industri
SMK telah memiliki skenario pengembangan kerjasama kemitraan yang
dituangkan dalam RIPS, sebagai wujud implementasi manajemen stratejik,
dan kerjasama kemitraan dalam pengembangan sekolah.
2.3 Kemitraan SMK dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri dalam MutuPendidikan SMK
Menurut Rukmana (2006:60), kemitraan mengandung beberapa pengertian: a)
Kerjasama yaitu derajat upaya sesuatu pihak untuk memenuhi keinginan
pihak lain, b) Keteguhan yaitu derajat upaya sesuatu pihak untuk memenuhi
keinginan sendiri, c) Kolaborasi yaitu situasi dimana masingmasing pihak
ingin memenuhi sepenuhnya kepentingan semua pihak, d) Kompromi adalah
situasi dimana masing-masing pihak bersedia mengorbankan sesuatu
sehingga terjadi pembagian beban dan manfaat. Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kemitraan antara dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah
kejuruan, banyak kegiatan kemitraan yang dapat dikembangkan oleh program
tersebut, diantaranya: a) Pengelolaan program kegiatan bersama antara
penyelenggara pendidikan dengan lembaga mitra, b) Pemanfaatan sarana
prasarana yang dimiliki oleh lembaga yang bermitra, c) program pendanaan
guna mewujudkan sebuah program yang akan dilaksanakan, d)
Pendayagunaan/penempatan lulusan dari institusi pendidikan ke sektor kerja
atau komoditas yang dibutuhkan oleh lembaga yang menjadi mitra.
29
Menurut Mulyasa (2012:148), tujuan membangun hubungan dan kerjasama
sekolah dengan masyarakat dapat dilihat dua dimensi: a) Dimensi
kepentingan sekolah yang meliputi memelihara kalangsungan hidup sekolah,
meningkatkan mutu pendidikan, memperlancar kegiatan belajar mengajar,
dan memperoleh bantuan serta dukungan dari masyrakat dalam rangka
pengembangan program-program sekolah, b) Dimensi kebutuhan masyarakat
tujuan pengelolaan hubungan sekola dengan masuarakat adalah memajukan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperoleh kemajuan sekolah
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, menjamin relevansi
program sekolah dengan kebutuhan masyarakat, dan memperoleh anggota
masyarakat yang terampil serta meningkat kemampuannya.
Istilah kemitraan pada pokoknya seringkali digunakan dalam kaitannya
dengan kerjasama antar lembaga yang akan melakukan suatu kegiatan
kerjasama. Febrianti, dkk (2014: 4), kemitraan (partnership) didefinisikan
sebagai a relationship beetwen individuals or groups that is
characterized by mutual cooperation and responsibility, as for the
achievement of a specified goals. Kemitraan pada dikenal dengan istilah
gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual
maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo dalam Febrianti, Ragil dan Sari
(2014: 4), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu.
30
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
kemitraan adalah segenap upaya melakukan pengelolaan sumber daya dalam
jalinan kerjasama yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling menguntungkan (Febrianti, dkk, 2014: 5).
Lembaga pendidikan khususnya SMK dituntut untuk lebih
mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui kerja sama dengan para
pemangku kepentingan (stakeholder). Kerja sama diperlukan dalam upaya
menumbuh-kembangkan jaringan guna meningkatkan kemampuan
pemanfaatan sumber daya serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Hasil konkrit dari kerjasama kemitraan tersebut diharapkan dapat
memberikan manfaat terutama dalam mendukung pelaksanaan program
pendidikan akademik dan profesional. Menurut Ian Smith dan Henrietta
Bernal et, all dalam Arifin (2012: 65), kerjasama kemitraan pada dasarnya
merupakan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh dua belah pihak
atau lebih yang memiliki kedudukan atau tingkatan yang sejajar dan saling
menguntungkan. Kerjasama kemitraan ini dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama.
Sekolah perlu membangun sinergi dengan dunia industri, salah satunya
dengan membuat program kerjasama kemitraan antara Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan dunia industri. Jika fungsi-fungsi strategis stake
holder sekolah benar-benar dijalankan, maka kerjasama kemitraan antara
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan akan saling
31
menunjang. Kerjasama kemitraan (colaboration partnership) (Arifin,
2012: 65).
Komponen penting dari kerjasama kemitraan (colaboration partnership)
dengan masyarakat agar berhasil dengan baik adalah tim yang bertanggung
jawab, komitment setiap stake holder dan tujuan bersama yang hendak
dicapai. Membangun pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari upaya-
upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi
masyarakat, demikian juga dengan sekolah kejuruan perlu membangun dan
membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (stake holder),
misalnya: lembaga profesi, asosiasi industri lainnya, dunia usaha, industri,
donatur / sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat, dan tokoh
masyarakat.
Pendidikan khususnya SMK ketika menjalin suatu kemitraan dengan
masyarakat maka ia juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat.
Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan
masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu sekolah
kejuruan perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat.
Pendidikan kejuruan yang paling sesuai untuk menghadapi tantangan
globalisasi adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan
penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang
sesuai. Penyelenggaraan pendidikan di SMK membutuhkan biaya lebih tinggi
dibandingkan dengan SMA terutama untuk biaya praktek. Keterbatasan
32
anggaran menyebabkan praktek-praktek kerja yang seharusnya dapat
dilakukan dan dialami oleh siswa menjadi terhambat. Pembelajaran di SMK
membutuhkan dukungan dari beberapa pihak terutana DU/DI yang berperan
sebagai pengguna lulusan SMK serta memiliki kemampuan dalam membantu
sekolah agar menyediakan sumberdaya yang diperlukan sekolah dalam proses
praktek kerja industri. Kemitraan seyogyanya dapat menjadi solusi yang tepat
guna mengatasi masalah keterbatasan anggaran dalam penyelenggaraan
praktek-praktek kerja industri.
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan bermutu masih mengalami beberapa
kendala kesepadanan kualitatif dan kuantitatif (Sumarno, 2008: 21). Lulusan
belum memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri. Ditambah
dengan ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang ada dengan jumlah
lulusan. Persoalan tersebut semakin menghambat optimalisasi fungsi
pendidikan kejuruan sebagai lembaga yang dapat menghasilkan lulusan yang
lebih siap bekerja dibanding SMA. Persoalan lain yang menjadi masalah
klasik dalam penyelenggaraan pendidikan adalah keterbatasan anggaran.
Perbedaan kemampuan daerah untuk menyediakan anggaran 20% dari APBD
menyebabkan program-program pendidikan tidak dapat dilaksanakan. SMK
memiliki kebutuhan anggaran lebih besar terutama untuk praktek kerja
industri. Fenomena mutu dan kemitraan merupakan isu penting yang
seyogyanya diupayakan pemecahannnya agar kemitraan tidak hanya menjadi
formalitas dan mutu dapat tercapai secara optimal tanpa menambah anggaran.
Mutu dapat ditingkatkan dengan mendorong kemitraan untuk menyediakan
33
sumber daya yang dibutuhkan. Kesadaran terhadap makna kemitraan ini yang
belum diwujudkan menjadi sebuah sistem yang mengintegrasikan partisipasi,
tindakan maupun kontribusi DU/DI dalam pengelolaan mutu secara
proporsional. Membangun kemitraan yang ditunjang dengan komitmen dan
partisipasi dari kedua belah pihak pada setiap aspek baik perencanaan,
pemanfaatan, serta perbaikan merupakan modal utama dalam pengelolaan
sekolah yang bermutu.
Menurut Haman (2004:23) konsep kemitraan: “A partnership is a business
owned by two or more people, who share in the profits or losses”. Pandangan
tersebut menujukan bahwa secara praktis, kemitraan menjadi alat untuk
memperoleh keuntungan nilai bagi kegua belah pihak. Todd (2007: 5)
menyatakan bahwa School partnerships can be done with students, parents
and industry or professional circles.
Tujuannya kemitraan dilakukan sebagai upaya untuk mendorong
meningkatnya modal manusia. Keterlibatan DU/DI dalam meningkatkan
kompetensi para lulusan merupakan sebuah investasi dalam rangka
mendorong meningkatnya kulitas SDM yang pada akhirnya akan direkrut
oleh DU/DI. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keunggulan
kompetitif. Keberhasilan untuk membangun SDM yang sesuai kebutuhan
Industri memerlukan dukungan sumber daya.
Konsep mutu dalam pendidikan perlu dirumuskan sesuai dengan karakteristik
dan landasan nilai dengan tetap memperhatikan dinamika perubahan terutama
dalam praktek dan pemenuhan tuntutan mutu. Lebih lanjut Alobiedat
34
(2010:32) bahwa kualitas dalam dunia pendidikan merupakan sejumlah
prosedur yang menggambarkan suatu proses sesuai dengan tujuan.
Mengenai indikator sekolah bermutu Towsend (2003:20) menjelaskan bahwa:
1) sekolah harus memberikan siswa mereka akses kesempatan untuk
memperoleh praktek belajar dengan jenis pengetahuan, kompetensi,
keterampilan dan sikap yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup dalam
masyarakat, 2) sekolah harus memiliki kepedulian mempromosikan nilai
keunggulan, prestasi dan standar perilaku yang tinggi dari individu dan
masyarakat, dan dalam semua aspek kegiatan, 3) sekolah harus demokratis,
adil dan memanusiakan siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh nilai-nilai yang sangat penting dalam pengembangan pribadi dan
sosial, 4) sekolah harus mengembangkan rasa kemerdekaan dan nilai siswa
sebagai manusia, memiliki beberapa keyakinan dalam kemampuan mereka
untuk bersikap otonom dan memberikan kontribusi kepada masyarakat
dengan cara yang sesuai, 5) sekolah harus mempersiapkan warga negara masa
depan dengan cara yang tidak akan bertentangan dengan kesehatan dan
stabilitas masyarakat, 6) sekolah harus mempersiapkan siswa agar memiliki
kepedulian serta pengayaan ekonomi budaya di mana para siswa akan
berperan dan bekerja, 7) sekolah-memberikan kontribusi sosial, yang
memungkinkan setiap siswa untuk mendorong kemajuan masyarakat. Artinya
sekolah bermutu tidak hanya berperan untuk menghasilkan siswa yang sesuai
dengan harapan nilai dalam masyarakat. Sekolah bermutu digambarkan
memiliki kontribusi besar bagi masyarakat.
35
Penerapan mutu dalam lembaga pendidikan memerlukan komitmen dan
prinsip yang harus diterjemahkan dalam tataran praktis manajerial sekolah
dalam rangka memanajemen organisasi demi meningkatkan mutu pendidikan.
Kedelapan prinsip tersebut secara terperinci dijelaskan dalam uraian berikut.
1) Fokus pada Pelanggan, 2) Kepemimpinan, 3) Pelibatan Anggota, 4)
Pendekatan Proses, 5) Pendekatan Sistem pada Manajemen, 6) Perbaikan
Berkesinambungan, 7) Pendekatan Fakta pada Pengambilan Keputusan, 8)
Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Pemasok.
Ttahap perencanaan, belum ada kajian ilmiah bersama yang mengakomodasi
kepentingan akademik SMK dan DU/DI dalam menyusun rencana bersama
yang berbentuk program dan kegiatan peningkatan mutu pendidikan.
Keterlibatan DU/DI dalam perencaan serta penyusunan visi misi dan tujuan
belum optimal, sekolah belum sepenuhnya memahami perencanaan sebagai
sutau proses yang akan menentukan kualitas output dan mempengaruhi
keterlibatan DU/DI.
Kemitraan untuk mencapai mutu masih menyimpan hambatan terutama
dari aspek formal. Hanya beberapa kemitraan dengan DU/DI yang memiliki
MoU. Sekolah tidak memiliki tawar menawar yang tinggi pada saat DU/DI
yang kurang berkomitmen pada upaya peningkatan mutu karena kemitraan
hanya bersifat sukarela. Bentuk monitoring dan evaluasi sebatas pada
pelaksanaan kerja industri tanpa penilaian proses. Keterbatasan sumber daya
manusia dan anggaran menyebabkan monitoring dan evaluasi terhadap unsur
unsur TQM tersebut kurang dilakukan. Permasalahan pada level proses
terutama di sistem belum secara mendalam dikaji sehingga monitoring dan
36
evaluasi untuk memprediksi output tidak dapat dilakukan secara ilmiah. Hasil
survey kepuasan pelanggan yang dilakukan pada akhir tahun bisa
menimbulkan bias penilaian akibat bentuk survey yang terlalu umum.
Sekolah belum menerapkan kemitraan dengan DU/DI yang mampu
membantu pada kajian peningkatan mutu pada semua level termasuk dalam
level proses. Keterbatasan monitoring dan evaluasi terhadap unsur-unsur
utama TQM menyebabkan tindakan hanya dilakukan pada tingkat operasional
sedangkan pada level sistem seperti pengaruh sistem kompensasi terhadap
komitmen organisasi belum dilakukan. DU/DI belum ditempatkan sebagai
mitra strategis sekolah (Tunggura, 2017:34).
Penelitian dari Azizah dan Khairuddin (2015), tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama,
meliputi: Program kerjasama SMK; Mekanisme kerjasama SMK dengan DU/DI
untuk meningkatkan kompetensi lulusan; dan Faktor yang mempengaruhi hubungan
kerjasama SMK dengan DU/DI. Hasil penelitian ditemukan: Program SMK yaitu
merumuskan visi dan misi sekolah, penyusunan kurikulum bersama, dan menjalin
kerjasama dengan DU/DI; Mekanisme kerjasama SMK dengan DU/DI tergambar
dari adanya kesepakatan kedua belah pihak dalam bentuk MOU dalam pelaksanaan
prakerin , kerjasama lain adalah guestpeaker, pelaksanaan uji kompetensi, audiensi
dan seminar lainnya; dan faktor yang mempengaruhi hubungan kerjasama SMKN3
dengan DU/DI dalam meningkatkan kompetensi lulusan adalah terlihat dari adanya
keterlibatan dan komitmen bersama tenaga personil sekolah dalam penyusunan
regulasi dan profil sekolah.
Penelitian dari Sukardi dan Hargiyarto (2007), penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan: peran, strategi, pencapaian tujuan, dan kendala yang
37
dihadapi bursa kerja khusus yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka
penempatan lulusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bursa Kerja
Khusus di sekolah menengah kejuruan cukup berperan dalam usaha
penempatan lulusan untuk bekerja, hal ini dilaksanakan melalui kegiatan
penyuluhan bimbingan karir, magang di industri, seleksi dan penempatan
lulusan di industri, (2) penempatan lulusan menggunakan strategi rekrutmen
tertutup, yaitu melalui komunikasi langsung dengan perusahaan, baik dalam
hal informasi lowongan, persyaratan, seleksi dan penempatan. (3) Bursa
Kerja Khusus di SMK dapat mencapai tujuan dengan baik, yaitu dapat
menempatkan lulusan untuk bekerja dengan persentase lebih dari 60%.
2.4 Perencanaan
Arikunto dkk (2008:9) menjelaskan perencanaan sebagai berikut.
“Perencanaan sebagai suatu proses mempersiapkan serangkaiankeputusan untuk mengambil tindakan dimasa yang akan datangnyang diarahkan kepada tercapainya proses tujuan-tujuan dengansarana yang optimal.”
Kegiatan awal dari proses manajemen adalah kegiatan merencanakan, yang
sama tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai acuan untuk mengerjakan
suatu guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Husaini Usman (2009:65-
66) perencanaan adalah sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan dimasa datang
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan ialah kegiatan yang dilakukan dimasa yang akan datang untuk
mencapai tujuan. Dari definisi ini bahwa perencanaan mengandung unsur-
38
unsur: 1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, 2) adanya proses,
dan 3) hasil yang ingin dicapai.
Perencanaan dalam pengelolaan mutu merupakan proses awal yang
didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan mutu. Perencanan tidak dapat
dilepaskan dari visi dan misi. Perencanaan membutuhkan dukungan sumber
daya baik sosial maupun anggaran serta sumber daya manusia. Sub sistem
perencanaan itu sendiri terintegrasi dalam sistem pengelolaan mutu secara
terus menerus. Persoalan utama dalam perencanaan yaitu lemahnya
keterlibatan DU/DI serta keberadaan sumber daya membuat perencanaan
kurang optimal dan kurang didukung oleh hasil analisis terkait kondisi
internal dan eksternal.
Hoch (2011: 51) explained that there are three important aspects in planning,
namely conditions in the field, movement and discipline, as explained that :
“we distinguish planning theory ideas into three arenas formed between each
of three spatial planning domains: ‘field’, ‘movement’ and ‘discipline’.
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur
untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu.
Perencanaan juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara
efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses
manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka
segala sumber daya dalam organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan
organisasi.
39
Melaksanakan perencanaan ada kegiatan yang harus dilakukan, yaitu
melakukan prakiraan (rencana) kegiatan organisasi dan penganggaran
(budgeting). Prakiraan berfungsi untuk menentukan rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan kedepan oleh organisasi sebagai upaya mencapai tujuan
organisasi. Dalam melakukan prakiraan, haruslah selalu memperhatikan
tujuan organisasi, sumber daya organisasi dan juga melakukan suatu analisis
organisasi untuk tau potensi internal dan eksternal (Sukarna, 2011: 10).
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan,
yakni harus smart. Smart yaitu Specific artinya perencanaan harus jelas
maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu
idealis. Measurable artinya program kerja organisasi atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan
hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan tidak dapat
dilaksanakan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Time artinya ada batas
waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur,
maka perlu juga melakukan perencanaan penganggaran untuk pelaksanaan
kegiatan. Prinsip dalam melakukan perencanaan penganggaran,adalah
mengunakan segala sumber daya keuangan secara efesien dan se-efektif
mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar organisasi tidak
40
melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber-
sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan :
1. Analisis situasi dan identifikasi masalahMelakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi organisasi denganmemperhatikan tujuan organisasi. dalam melakukan analisa situasidapat menggunakan teknik analisis SWOT
2. Menentukan skala prioritasSetelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka perlu dilakukanpenentuan skala prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal ini agarkebutuhan organisasi yang mendesak didahulukan untuk menjaminkeberlangsungan organisasi
3. Menentukan tujuan programAgar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan mengarah padapencapaian tujuan organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuanprogram, sehingga nantinya pelaksanaan program dapat diukurcapaiannya.
4. Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya menyusunanggaran).
2.5 Pengorganisasian
Kegiatan selanjutnya setelah merencanakan adalah mengorganisasikan,
yaitu kegiatan mengatur proses seluruh komponen yang ada dalam
organisasi. Menurut Mulyono (2008: 27) pengorganisaisan adalah
menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga
mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh keputusan
pribadi dalam melaksanakan tugas dalam situasi lingkungan yang guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu.
Pengorganisasian menurut Usman (2009: 146) adalah 1) penentuan sumber
daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2)
proses perencanaan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat
41
membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, 3) penugasan tanggung jawab
tertentu, 4) cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam
departemen dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas
tersebut.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada
orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi
SDM yang dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini
merupakan keseluruhan proses memilih orang-orang serta
mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang
itu dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat
menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut Terry,
the task of organizing is to harmonize different groups of people, bring
together a variety of interests and make use of all abilities in a particular
direction.
Pengorganisasian kegiatan yang dilakukan yakni staffing (penempatan staf)
dan pemaduan segala sumber daya organisasi. Staffing sangat penting dalam
pengorganisasian. Dengan penempatan orang yang tepat pada tempat yang
tepat dalam organisasi, maka kelangsungan aktivitas organisasi tersebut akan
terjamin. Fungsi pemimpin disini adalah mampu menempatkan the right man
in the right place. Pemimpin harus mampu melihat potensi-potensi SDM
yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas roda
organisasi. Setelah menempatkan orang yang tepat untuk tugas tertentu, maka
42
perlu juga mengkoordinasikan dan memadukan seluruh potensi SDM tersebut
agar bekerja secara sinergis untuk mencapai tujuan organisasi.
Langkah-langkah Pengorganisasian :
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. (Menjelaskan keseluruh
staff tentang tujuan organisasi yang harus dicapai)
2. Mendistribusi pekerjaan ke staff secara jelas. (Mendudukan orang-
orang yang berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada
posisi strategis yang kosong, karena akan berpengaruh pada keseluruan
pencapaian organisasi)
3. Menentukan prosedural staf. (Menentukan cara kerja dan evaluasi para
staff, serta punishment dan reward yang diterima. Selain itu juga
menjelaskan tentang garis koordinasi dan sinergitas dalam organisasi,
sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju tujuan organisasi)
4. Mendelegasikan wewenang. (Berani untuk mendelegasikan wewenang
sesuai dengan tugas dan fungsi tiap-tiap staff)
2.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa
diartikan penerapan. Menurut Nurdin Usman (2002:70) mengemukakan
pelaksanaan sebagai evaluasi bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan.
43
Menurut Adullah (1987:40) Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-
usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi
segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,
dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program
atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,
langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi
kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.
Pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan
oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan
maupun di luar lapangan, yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa
unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penunjang.
Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja
agar mencapai tujuan organisasi.
Dalam mengimplementasikan aktivitas organisasi, pelaku organisasi harus:
1. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
2. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri,
3. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting
atau mendesak,
4. Tugas yang diberikan cukup relevan,
5. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
44
Actuating meliputi kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan yakni
gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi
dan sumber daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program
dan organisasi. Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa
orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang
harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan
terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam
bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan.
Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.
Pekerjaan memimpin meliputi lima kegiatan yaitu :
1. Mengambil keputusan
2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara pemimpin
dan bawahan
3. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak
4. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya secara tepat
5. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka
terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan
Pemimpin ada kegiatan direction (perintah) dan motivasi. Perintah adalah
petunjuk atau penjelasan kerja, serta pertimbangan dan bimbingan, terdapat
para pelaku organisasi yang terlibat, baik secara struktural maupun
fungsional, agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Dalam
45
pelaksanaannya direction (perintah) seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling. Jika perintah yang disampaikan pemimpin sesuai dengan
kemauan dan kemampuan dari staff, maka staff pun akan termotivasi untuk
memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatan organisasi.
Sedangkan motivasi dapat dilakukan dengan cara mejadikan staff sebagai
rekan kerja, serta memberikan reward (penghargaan) apabila staff bekerja
secara baik.
Tujuan Actuating (Penggerakan) adalah :
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
2.7 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan
suatu program. Dalam bidang pendidikan, Tyler (1950) mengatakan bahwa
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Proses evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Evaluasi memerlukan desain studi atau penelitian, dan terkadang
membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Evaluasi
46
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu.Kaitan dan
perbedaan monitoring dan evaluasi.
Proses controlling meliputi :
1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan
melaksanakan evaluasi terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang
dimiliki,
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.
Kembali membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal
(rencana) kegiatan tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian
keberhasilannya,
4. Melakukan tindakan perbaikan.
Jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera melakukan perbaikan,
5. Meninjau dan menganalisis ulang rencana.
Kembali membuat rencana baru jika terjadi penyimpangan. Namun jika
hasilnya sesuai dengan tujuan program, maka perlu dibuatkan rencana
lanjutan untuk melanjutkan program yang berhasil tersebut, sehingga tujuan
organisasi semakin dekat untuk dicapai.
Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan atau
program. Dalam melakukan evaluasi haruslah menyeluruh, mencakup capaian
tujuan kegiatan, kinerja staff, pengetahuan staff, efektifitas dan efesiensi
penganggaran dan proses kegiatan. Sedangkan pelaporan merupakan
penyampaian perkembangan hasil kegiatan atau pemberian keterangan
47
mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada
pemimpin yang lebih tinggi.
Controlling akan mengarahkan seluruh potensi organisasi yang terlibat agar
tidak melakukan penyimpangan dalam pencapaian tujuan. Untuk itu
controlling haruslah dilakukan secara bertanggung jawab dan dengan standar
organisasi, sehingga pelaku-pelaku organisasi tetap bekerja secara maksimal
dan fokus pada pencapaian tujuan organisasi.
2.7 Penelitian Relevan
1. Penelitian dari Tyagita dan Padmini (2015), kajian ini bertujuan untuk
menganalisa mutu lulusan SMK di dunia kerja. Hasil analisis menunjukkan,
pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah dirasa masih kurang,
sehingga banyak lulusan SMK yang belum mampu berwirausaha, atau mereka
mampu berwirausaha setelah mereka bekerja beberapa tahun di suatu tempat
usaha.
2. Penelitian dari Arifin (2012), bertujuan ingin memperoleh gambaran
empirik tentang kerjasama kemitraan antara SMK dengan dunia industri
dalam perencanaan strategi, implementasi, efektifitas, hasil dan manfaat
kerjasama kemitraan dalam pengembangan sekolah. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada umumnya semua SMK di Kota Yogyakarta telah
melakukan kerjasama kemitraan dengan industri pasangan khususnya
dalam pelaksanaan program PKL/PSG. Sebagai wujud dari kerjasama
kemitraan dengan dunia industri SMK telah memiliki skenario
pengembangan kerjasama kemitraan yang dituangkan dalam RIPS,
48
sebagai wujud implementasi manajemen stratejik, dan kerjasama
kemitraan dalam pengembangan sekolah.
3. Penelitian dari Azizah dan Khairuddin (2015), tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama,
meliputi: Program kerjasama SMK; Mekanisme kerjasama SMK dengan DU/DI
untuk meningkatkan kompetensi lulusan; dan Faktor yang mempengaruhi
hubungan kerjasama SMK dengan DU/DI. Hasil penelitian ditemukan: Program
SMK yaitu merumuskan visi dan misi sekolah, penyusunan kurikulum bersama,
dan menjalin kerjasama dengan DU/DI; Mekanisme kerjasama SMK dengan
DU/DI tergambar dari adanya kesepakatan kedua belah pihak dalam bentuk
MOU dalam pelaksanaan prakerin , kerjasama lain adalah guestpeaker,
pelaksanaan uji kompetensi, audiensi dan seminar lainnya; dan faktor yang
mempengaruhi hubungan kerjasama SMKN3 dengan DU/DI dalam
meningkatkan kompetensi lulusan adalah terlihat dari adanya keterlibatan dan
komitmen bersama tenaga personil sekolah dalam penyusunan regulasi dan profil
sekolah.
4. Penelitian dari Sukardi dan Hargiyarto (2007), penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan: peran, strategi, pencapaian tujuan, dan kendala
yang dihadapi bursa kerja khusus yang dilakukan oleh sekolah dalam
rangka penempatan lulusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Bursa Kerja Khusus di sekolah menengah kejuruan cukup berperan dalam
usaha penempatan lulusan untuk bekerja, hal ini dilaksanakan melalui
kegiatan penyuluhan bimbingan karir, magang di industri, seleksi dan
penempatan lulusan di industri, (2) penempatan lulusan menggunakan
strategi rekrutmen tertutup, yaitu melalui komunikasi langsung dengan
49
perusahaan, baik dalam hal informasi lowongan, persyaratan, seleksi dan
penempatan. (3) Bursa Kerja Khusus di SMK dapat mencapai tujuan
dengan baik, yaitu dapat menempatkan lulusan untuk bekerja dengan
persentase lebih dari 60%.
2.8 Kerangka Pikir
Pendidikan kejuruan kerjasama yang dibangun dengan dunia industri
merupakan suatu hal yang sangat tepat khususnya dalam mengembangkan
resources. Adanya kerjasama antara pendidikan kejuruan dan industri
diharapkan terdapat pemanfaatan fasilitas. Kerjasama yang dibangun antara
sekolah kejuruan dengan industri, oleh karenanya kedua belah pihak harus
dapat bersinergi dalam mencapai tujuan bersama. Bentuk pendekatan yang
bisa dilakukan antara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri berupa
pendekatan kerjasama kemitraan. Bentuk kerjasama antara dunia pendidikan
dengan dunia industri dapat dikembangkan melalui lingkungan sekolah dalam
rangka memanfaatkan dan memberdayakan semua potensi dan sumberdaya
yang dimiliki di sekitar sekolah.
Manjamen yang baik bergantung dari input dan proses yang baik demikian
juga input pada SMK yang meliputi kepala sekolah, guru, staf tata usaha,
siswa dan sarana prasarana serta komite sekolah. Di dalam kemitraan SMK
dengan dunia usaha atau industri ada beberapa proses yang harus
dilakukan diantaranya yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi. Disaat proses berlangsung terdapat beberapa faktor
pendukung yaitu komite sekolah, orang tua, dan partisipasi masyarakat.
50
Selain itu ada juga faktor penghambatnya yaitu anak didik, pendidik, dana
dan sarana prasarana serta partisipasi masyarakat. Setelah melaksanakan
beberapa tahap dari proses diatas diharapkan dapat menghasilkan output
yang baik yang dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh Sekolah
Menengah Kejuruan. Berikut kerangka pikir yang dijabarkan dalam
beberapa hal di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
KemitraanSMK dengandunia usahadan industri
- Perencanaan- Pengorganisasian- Pelaksanaan- Evaluasi
- Mutu SMK- Bekerja- Melanjutkan- Wiraswasta
Regulasi UUsidiknas SMK
- Komite sekolah- Orang tua
PROSES OUTPUTINPUT
51
III. METODE PENELITIAN
3.1 Seting Penelitian
Topik yang dikaji dalam penelitian ini adalah Manajemen Kemitraan SMK
dengan Dunia Usaha dan Industri di SMKN 1 Baradatu. Peneiliti akan
melakukan penelitian di SMKN 1 Baradatu Way Kanan, alamat sekolah Jln.
Raya Lintas Sumatera, Kelurahan Cugah, Kecamatan Baradatu, Kabupaten
Way Kanan. Pelaksanaan penelitian di mulai dari September sampai
Desember 2018.
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Dalam
metode fenomenologi, peneliti berupaya menemukan fenomena-fenomena
yang tampak, peristiwa yang didasarkan pada pemahaman subyek dari
sudut pandang peneliti sendiri dan terkait oleh isu teoritik ( Bogdan dan
Biklen, 1998). Pendekatan penelitian ditinjau dari segi tujuan, maka
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang antara lain telah di rumuskan pada
pertanyaan penelitian. Menurut Moloeng (2014: 6) penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian.
52
Rancangan penelitian yang digunakan dalam peneliti ini adalah deskriptif
kualitatif. Menurut Sugiyono (2013:231), bahwa penelitian deskriptif
kualitatif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata atau gambar, tidak
mementingkan angka, tetapi lebih pada proses. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci
sehingga dapat mengumpulkan data yang lengkap dan dapat menghasilkan
informasi yang menunjukkan kualitas sesuatu, hasil penelitiannya hanya
berlaku bagi wilayah yang diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif
merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan
menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi,
sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan dua
keadaan/lebih, hubungan antar variabel, perbedaan antara fakta, pengaruh
terhadap suatu kondisi, dan lain-lain.
3.3 Kehadiran Peneliti
Penelitian ini mendapatkan data yang valid dan objektif terhadap apa yang
diteliti maka kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian kualitatif
mutlak diperlukan. Tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk
mengamati secara langsung kegiatan yang berlangsung, fenomena sosial
dan gejala psikis yang terjadi di sekolah.
53
Peneliti melakuakan observasi di lingkungan sekolah pada tanggal 31 Juni
2018 untuk mengetahui kondisi lingkungan sekolah, kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru, peneliti melakukan
observasi dengan didampingi guru dan kepala sekolah. Peneliti melakukan
penelitian tanggal 23 Oktober 2018, wawancara dengan kepala sekolah
untuk mengetahui visi, misi, tujuan sekolah dan POAC. Hasil wawancara
dengan kepala sekolah, perkembangan sekolah sangat baik dan pekerjaan
kepala sekolah sering di bantu oleh guru dan staf untuk menjalani POAC.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bidang keahlian pada tanggal 24
Oktober 2018 dan dilakukan di ruang tamu SMKN 1 Baradatu, hasil yang
diperoleh yaitu bidang keahlian melakukan fungsi manajemen sekolah
dengan baik, bekerja sama dengan kemitraan dan siswa melakukan
prakerin dengan kemitraan yang sudah bekerja sama dengan sekolah.
Peneliti melakukan wawancara dengan wakakurikulum pada tanggal 23
Oktober dan 8, 24 November, diperoleh bahwa sekolah melakukan skala
prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan dengan analisis SWOT.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru pada tanggal 23,24,25
Oktober dan 1 Desember, hasil yang diperoleh guru melakukan KBM
sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan, guru mendampingi
siswa ketika melakukan prakerin. Peneliti melakukan wawancara dengan
siswa pada tanggal 25 Oktober dan 1 Desember 2018, diperoleh bahwa
siswa yang melakukan prakerin dituntut untuk proaktif agar ilmu yang
diperoleh bermanfaat di lapangan kerja. Peneliti melakukan wawancara
dengan alumni pada tanggal 31 Oktober 2018, hasil yang diperoleh bahwa
54
alumni mendapatkan pekerjaan sesuai bidang keahliannya yang diperoleh
selama sekolah di SMK. Peneliti melakukan wawancara dengan dudi pada
tangga 31 Oktober 2018, hasil yang diperoleh bahwa dudi melakukan
kemitraan dengan SMK dan dudi akan selalu memberi pengarahan siswa
ketika prakerin di tempat dudi.
3.4 Sumber Data Penelitian
Mutu penelitian dan hasil penelitian Menurut Sugiyono (2010:193),
dapat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu kualitas instrument
penelitian dan kualitas pengumpulan data, adapun data yang akan digunakan
dalam penelitian ini agar diperoleh hasil penelitian yang valid, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data penelitian akan di bagi
menjadi 2 bagian, yaitu (1) sumber data primer yaitu data yang diambil
langsung diambil dari informan. (2) sumber data sekunder. Sumber data
primer diantaranya kepala sekolah, wakakurikulum, bidang keahlian, guru,
siswa, alumni dan du/di. Menurut Moleong (2014:42), data sekunder adalah
data yang bersumber dari dokumen dan foto yang dapat digunakan sebagai
pelengkap data primer. Karakteristik data sekunder berupa tulisan, gambar
atau foto.
Sumber data penelitian dalam penelitian ini ditentukan dengan Purposive
Sampling, melalui informan kepala sekolah, wakakurikulum, bidang
keahlian, guru, siswa, alumni, dan dudi. Kuncinya didapatkan informasi
berupa data-data penelitian yang sangat diperlukan sesuai kebutuhan
penelitian. Peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat
55
dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat dan mengetahui
masalahnya secara mendalam, kemudian dikembangkan dengan informan
lain melalui Snowball dalam penentuan informan selanjutnya sehingga
jumlah data yang akan didapat semakin banyak dan lengkap.
Tabel 3.1. Informan Penelitian
No Sumber Data Kode Jumlah1 Kepala Sekolah Ks 12 Waka kurikulum Wk 13 Bidang keahlian Bk 34 Guru Gr 35 Siswa Sw 36 Alumni Al 37 Du/Di Dd 3
Jumlah 17
Tabel 3.2. Kode penelitian
Teknik Pengumpulan data Kode
1. Observasi2. Wawancara3. Dokumentasi
OWD
Menurut Miles dan Huberman (2014: 20), Pemberian kode sangat
diperlukan untuk memudahkan pelacakan data secara bolak-balik. Secara
rinci pengkodean dibuat berdasarkan pada teknik pengumpulan data dan
informasi.
Pada sumber data kepala sekolah diberi kode Ks, wakakurikulum diberi
kode Wk, bidang keahlian diberi kode Bk, guru diberi kode Gr, siswa
diberi kode Sw, alumni diberi kode Al, dan du/di diberi kode Dd.
56
Teknik pengumpulan data untuk observasi diberi kode O, wawancara
diberi kode W, dan dokumentasi diberi kode D.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan semua kegiatan penelitian dalam mencari
dan mengumpulkan data selama penelitian ini. Peneliti menggunakan tiga
teknik, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Berikut merupakan
rincian dari teknik tersebut.
3.5.1 Observasi (pengamatan lapangan)
Menurut Afifudin dan Saebani (2009:134), observasi adalah pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala dalam objek penelitian.
Penulis menyimpulkan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan
data yang menggunakan pengamatan jenis objek penelitian. Adapun dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis observasi terus terang dan
tersamarkan dimana penelitian terkadang mengatakan pada informan
bahwa dia melakukan penelitian akan tetapi terkadang tidak mengatakan
pada informan.
Peneliti melakukan observasi terhadap program mutu pendidikan yang ada di
sekolah menengah kejuruan, hasil kemitraan dalam pengembangan sekolah,
manfaat kemitraan untuk meningkatkan mutu hasil belajar dan upaya sekolah
menghadapi kendala dalam kemitraan. Data yang diperoleh disesuaikan
dengan rancangan checklist yang telah dibuat oleh peneliti, apabila ada data
57
yang tidak ada dalam checklist maka data akan dicatat di buku catatan
lapangan yang dibawa peneliti.
Mengatasi kekurangan yang terjadi selama penelitian berlangsung, peneliti
akan memanfaatkan alat bantu observasi seperti camera video, menetapkan
definisi operasional, menetapkan parameter yang jelas, melibatkan observasi
yang lebih sebagai pelengkap, dan mengupayakan agar subjek yang sedang
diobservasi tidak tahu bahwa ia sedang diobservasi.
Hal-hal yang perlu untuk diobservasi dalam penelitian ini
diantaranya,informan kunci pada penelitian ini adalah Pengurus Bursa Kerja
Khusus SMK, didasarkan pada banyaknya dari Kemitraan yang dipegang
oleh BKK. BKK sebagai informan kunci didasarkan pada pengamatan
peneliti terhadap proses Kemitraan atau kegiatan yang dilakukan secara rutin
yang dilakukan serta pengetahuan yang mendalam pada bidang Kemitraan.
Sedangkan wakil hubungan industry sebagai Informan Pendukung 1
dikarenakan memiliki tanggung jawab terhadap proses Kemitraan SMK
dengan Dunia Usaha/ Industri, dan Kepala Program Studi sebagai Informan
Pendukung 2 dikarenakan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengelola
jurusan yang memfasilitasi peserta didik dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Berikut tabel pedoman observasi yang akan dilakukan oleh
peneliti:
58
Tabel 3.3. Observasi penelitian
Ragam Situasi yang di amati KeteranganKeadaan fisik dan Lingkungan Sekolah:Suasana lingkungan SMK
a) Ruang kelas beserta saranaprasarana
b) Suasana kegiatan belajar siswa
Suasana Proses Belajar Mengajara) PBM oleh guru bidang studib) Kegiatan kokurikuler dan ekstra
kurikuler
Kegiatan Lainnyaa) Manajemen kepala sekolah dalam
pembagian tugas dan fungsiwaka, pembina, wali kelas, BK,untuk meningkatkan layanan danmutu sekolah
b) Pengembangan profesionalpendidik dan tenagakependidikan
c) Pengembangan diri siswad) Sistem Informasi Sekolahe) Komunikasi dan partisipasi
masyarakat
Kegiatan yang perludan penting agardiambilfoto/gambarnya,
Jika ada kegiatanyang terlewatdiganti denganwawancara
Sumber: Dokumen Peneliti
3.5.2 Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:317-318), wawancara terbagi menjadi tiga macam,
yaitu
(a) wawancara berstruktur yaitu wawancara dimana peneliti telah
mengetahui pasti informasi yang akan diperoleh dan peneliti telah
menyiapkan rangkaian pertanyaan untuk wawancara.
(b) wawancara tak terstruktur adalah wawancara dimana peneliti tidak
menyiapkan panduan wawancara dan lebih bersifat bebas.
59
(c) wawancara semi terstruktur merupakan paduan antara wawancara
terstruktur dan tak terstruktur, peneliti melakukan wawancara lebih bebas
namun peneliti juga menyiapkan panduan wawancara. Berdasarkan
pernyataan tersebut bahwa wawancara merupakan salah satu alat
pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan dialog dengan
narasumber untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara semi
terstruktur, peneliti menyiapkan daftar pertanyaan yang merupakan
pertanyaan mengenai kemitraan SMK dengan dunia usaha untuk
meningkatkan mutu hasil belajar, dan apabila saat melakukan wawancara
ada hal-hal yang dirasa peneliti kurang mendalam maka peneliti dapat
menggunakan informasi yang lebih mendalam.
Peneliti menentukan informan yang diwawancarai, selanjutnya peneliti
melakukan wawancara kepada informan disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Mengatasi permasalahan selama melakukan wawancara.
Peneliti menggunakan perekam data berupa lembar catatan lapangan dan
handphone sebagai alat bantu untuk foto. Setelah selesai melakukan
wawancara, peneliti mencatat pada buku catatan lapangan dan menganalisa
hasil wawancara serta memilah-milah data yang telah diperoleh.
Berikut tabel pedoman wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti:
60
Tabel 3.4. Kisi-kisi wawancara
Sub Fokus Indikator Pertanyaan Informan
PerencanaankemitraanSMK denganduniausaha/industriuntukmeningkatkanmutu lulusanSMK
Analisissituasi danidentifikasimasalah
1. Bagaimana melakukan analisamasalah terhadap tujuansekolah
Ks, Wk,Bk.I,
2. Bagaimana identifikasimasalah denganmemperhatikan tujuan sekolah
Ks, Wk,Gr.I
Menentukanskalaprioritas
3. Apakah perlu dilakukanpenentuan skala prioritasterhadap pelaksanaan kegiatan
Gr.II, Wk,Bk.II
4. Bagaimana cara menentukanskala prioritas terhadappelaksanaan kegiatan
Gr.III,Wk, Bk.III
Menentukantujuanprogram
5. Bagaimana penentuan tujuanprogram, sehingga nantinyapelaksanaan program dapat diukur capaiannya
Ks, Wk,Bk.I,
6. Apa saja yang dilakukan untukperencanaan kemitraan dalamprakerin SMK
Ks, Wk,Bk.II
Menyusunrencanakerjaoperasional
7. Bagaimana menyusun rencanakerja operasional, termasukmenyusun anggaran, danmenyusun rencana programprakrin siswa
Gr.III,Wk, Bk.II
8. Bagaimana keterlibatan Dudiserta keberadaan sumber dayadalam membuat perencanaan
Gr.II, Wk,Dd.I
Pengorganisasian kemitraanSMK denganduniausaha/industriuntukmeningkatkanmutu lulusanSMK
Tujuanorganisasiharusdipahamioleh staf
9. Bagaimana menentukansumber daya dan kegiatanyang dibutuhkan untukmencapai tujuan sekolah
Ks, Wk,Gr.III
10. Apakah tujuan organisasisudah dipahami oleh seluruhstaf
Ks, Wk,Gr.I
Mendistribusi pekerjaanke staff
11. Apakah sudah mendistribusipekerjaan ke staff secara jelas
Ks, Wk,Gr.II
12. Apa saja yang dilakukan untuk Ks, Wk,
61
secara jelas pengorganisasian dengankemitraan SMK ketikaprakerin
Bk.III
Menentukanproseduralstaf
13. Bagaimana menentukanprosedural staff ataumenentukan cara kerja danevaluasi
Wk, Bk.I,Gr.III
14. Bagaimana prosespengorganisasian kemitraandengan Dudi
Ks, Wk,Dd.II
Mendelegasikanwewenang
15. Apakah sudah memberikanwewenang seseaui dengantugas guru untukpendampingan prakerin
Wk, Bk.II,Gr.III
16. Apakah memberikanwewenang kepada siswa untuktempat prakerin siswa
Wk,Bk.III,Sw.I
Pelaksanaan/implementasikemitraanSMK denganduniausaha/industriuntukmeningkatkanmutu lulusanSMK
Menciptakan kerjasamayang lebihefisien
17. Apakah sudah menciptakankerjasama yang efisien dengandudi
Ks. Wk,Dd.III
18. Apakah pelaksanaan prakerinsudah efesien
Wk, Gr.II,Sw.II
Mengembangkankemampuandanketerampilan staf
19. Bagaimana kemampuanketrampilan untuk staf yangikut terlibat dengan programprakerin
Wk, Bk.II,Gr.III
20. Bagaimana perkembanganketerampilan yang dilaksanakan oleh siswa ketikaprakerin
Bk.III,Gr.I,Sw.III
Menumbuhkan rasamemilikidanmenyukaipekerjaan
21. Apakah dudi menyukai saatmelakukan kemitraan denganSMK
Ks, Wk,Dd.I,
22. Ketika siswa melakukanprakerin, apakah siswamenyukai pekerjaanlapangannya
Gr.I,Sw.II, Al.I
Mengusahakan suasanalingkungankerja yangmeningkatk
23. Apakah suasana lingkunganprakerin siswa dapatmemberikan motivasi danprestasi siswa
Gr.II,Sw.III,Dd.III
24. Bagaimana motivasi dan BkII, Gr.I,
62
an motivasidan prestasikerja staf
prestasi staf ketikamendampingi siswa saatprakerin
Sw.I
Membuatorganisasiberkembangsecaradinamis
25. Bagaimana perkembangansiswa setelah melakukanprakerin
Wk, Gr.II,Sw.II
26. Bagaimana perkembanganmutu siswa setelah melakukanprakerin
Ks, Bk.III,Gr.III
EvaluasikemitraanSMK denganduniausaha/industriuntukmeningkatkanmutu lulusanSMK
Menentukanstandar yangakandigunakansebagaidasarpengendalian
27. Bagaimana menetukan standaryang digunakan untukmenentukan mutu siswa
Ks, Wk,Gr.I
28. Bagaimana mutu sekolahsetelah melakukan kemitraan
Ks, Wk,Bk.I
Mengukurpelaksanaanatau hasilyang sudahdicapai
29. Bagaimana mengukur hasilyang telah dicapai siswasetelah melaksanakanprakerin? Bagaimana dudimetahui bahwa siswa telahmencapai hasil prakerin
Bk.II,Gr.II, Dd.I
30. Bagaimana mengetahuitercapainya keberhasilanalumni tentang pelaksanaanprakerin yang pernahdilakukan? Bagaimanamanfaatnya untuk duniakerjanya
Ks, Wk,Al.II
Membandingkanpelaksanaanatau hasildenganstandar
31. Bagaimana membandingkanhasil capaian prakerin siswasatu dengan yang lain
Wk, Bk.I,Gr.III
32. Apakah siswa yang mengikutiprakerin sudah mencapai hasilsesuai standar yang telahditentukan
Ks, Wk,Gr.II
Melakukantindakanperbaikan
33. Apakah ada perbaikan jika adasiswa yang melum mencapaistandar
Bk.III,Gr.I,Sw.III
34. Bagaimana cara dudimelakukan perbaikan jika adasiswa yang belum mencapaistandar
Wk,Gr.III,Dd.II
63
Meninjaudanmenganalisis ulangrencana
35. Apa kendala dalam kemitraandan solusi menghadapinya
Gr.I,Bk.II,Dd.II
36. Bagaimana meninjaukeberhasilan mutu alumnisetelah lulus
GrII,Bk.III,Al.III
Sumber: Dokumen Peneliti
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data
mengenai sesuatu hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, agenda
dan sebagainya. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti dokumen kemitraan dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak
bisa diungkap oleh metode lainnya. Dokumentasi digunakan untuk
melengkapi dan menguatkan data observasi dan wawancara.
Pada penelitian kualitatif sebagian besar data diperoleh dari sumber
manusia melalui teknik utama wawancara dan pengamatan berperanserta
yang dikenal dengan metode interaktif, tetapi data dapat juga diperoleh
dari sumber data bukan manusia yang biasanya berupa dokumentasi.
Menurut Moleong (2014:161), dokumentasi sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data dpat dimanfaatkna untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramaikan. Berikut tabel dokumen yang akan
melengkapi hasil peneliti:
64
Tabel 3.5. Dokumen
No Jenis Dokumen
1 Data ketenagaan Data siswa Data Guru
2 Sarana dan prasarana Denah lokasi sekolah Gedung KBM Ruang Kepala sekolah, guru,
dan staf3 Organisasi Sekolah4 Profil sekolah
Sumber: Dokumen peneliti
3.6 Analisis Data
Menurut Milles dan Huberman (2014: 20), teknik analisis data dilakukan
secara interaktif melalui proses data collection, data display, conclutions
drawing/verifying dan data reduction. Secara operasional transkrip
wawancara dibaca secara berulang-ulang untuk dipilih yang terkait dengan
fokus penelitian dan diberi kode berdasarkan subfokus penelitian dan
sumbernya. Pemberian kode sangat diperlukan untuk memudahkan pelacakan
data secara bolak-balik. Pengkodean dibuat berdasarkan pada teknik
pengumpulan data dan informasi.
Analisis data dalam penelitian manajemen kemitraan SMK dengan dunia
usaha dan industri dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Analisis data penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan
untuk menjawab rumusan masalah mengenai manajemen kemitraan SMK
dengan dunia usaha dan industri. Berikut analisis data dilakukan secara
65
interaktif melalui proses data collection, data display, conclutions
drawing/verifying dan data reduction.
3.6.1 Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi dan sebagainya.
3.6.2 Reduksi Data (Data Reduction)
Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,
mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati
keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip
wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris lainnya.
3.6.3 Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari
informasiyang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data
membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu,
termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan
pemahaman.
3.6.4 Penarikan Kesimpulan (Conclutions Drawing)
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi.
66
Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai
pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan
catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian
ulang yang digunakan, dan kecakapan peneliti.
Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data model Miles,Hubberman ( 2014:33 )
Setelah seluruh data terkumpul, peneliti meninggalkan lapangan dan mulai
membaca, memahami dan menganalisis lebih lanjut secara intensif. Langkah-
langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis data yaitu:
Pertama, data collection. Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan data-
data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Kedua, data reduction. Proses ini dilakukan dengan memilih, memfokuskan
dan mengubah data yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis di lapangan
serta dilakukan pengkodean lalu dikategorisasikan. Mereduksi data berarti
67
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data
Ketiga, data display. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penyajian data, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Display data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk dapat
mendeskripsikan data
Keempat, Conclution drawing/verifying. Tahap selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Pada
penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukakan oleh peneliti akan
didukung oleh data-data yang diperoleh peneliti di lapangan. Jawaban dari
hasil penelitian akan memberikan penjelasan dan kesimpulan atas
permasalahan penelitian yang diteliti dalam penelitian ini.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2010:302), Pengecekan keabsahan data penetian
dilakukan melalui uji kredibilitas data (validitas internal), uji
68
dependabilitas (realibilitas) data, uji transferabilitas (validitas
eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas (obyektifitas).
1. Uji Kredibilitas Data
Pengecekan kredibilitas data dilakukan untuk membuktikan apakah yang
diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan yang sesungguhnya terjadi
secara wajar dilapangan. Penelitian ini, subyek melakukan klarifikasi
dengan membaca transkrip hasil wawancara dan observasi. Transkrip yang
salah, diketik ulang kemudian diserahkan kepada subyek untuk diperiksa
ulang dan ditanda tangani. Derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif
digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) agar tidak dimanipulasi.
Untuk memeriksa kredibilitas dilakukan dengan kegiatan; (a) Diskusi
teman sejawat, (b) Triangulasi data dan metode. Mengenai diskusi teman
sejawat, dimaksudkan untuk membicarakan dan melihat kelemahan dari
penelitian ini sehingga peneliti memperoleh masukan guna
penyempurnaan. Triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan
kebenaran data atau informasi dari informan lain yang berbeda. Triangulasi
metode diarahkan untuk membandingkan informasi yang diperoleh dari
wawancara mendalam, observasi peran serta, dan dokumentasi. Misalnya,
hasil observasi dibandingkan atau dicek dengan wawancara, kemudian
dicek lagi melalui dokumen yang relevan.
2. Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
69
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian yang didapat, maka
peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3. Uji Dependability
Pengujian dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
proses keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang
independen dalam hal ini adalah dosen pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Pengujian
Dependability data hasil penelitian juga diperoleh melalui triangulasi
sumber. Obyek dan isu yang sama ditanyakan kepada informan sumber
memperoleh data yang ajeg.
4. Uji konfirmability
Data yang diperoleh perlu diketahui kepastiannya dengan cara audit
kepastian data. Untuk menunjang proses ini maka peneliti mempersiapkan
hal-hal sebagai berikut: catatan hasil wawancara, hasil observasi dan hasil
dokumentasi dengan seluruh informan selama proses penelitian.
Selanjutnya peneliti mengajukan seluruh kelengkapan data tersebut kepada
tim penguji hasil penelitian.
Penelitian menggunakan uji kredibilitas data dilakukan untuk
membuktikan apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan
yang sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan. Melakukan
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, trianggulasi, diskusi
70
dengan dosen pembimbing dan diskusi dengan teman sejawat. Penelitian
melakukan perpanjangan pengamatan dengan bertujuan supaya penelitian
dapat lebih mendalam, kemudian meningkatkan ketekunan supaya hasil
penelitian menjadi maksimal, penelitian penggunakan trianggulasi data
dimana pengambilan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat sebagai
masukan dan saran untuk penelitian, hal ini peneliti melakukan diskusi
dengan dosen pembimbing, informan dan teman sejawat. Trianggulasi
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, yakni peneliti
menggunakan teknik obserasi, wawancara dan dokumentasi untuk sumber
yang sama secara serempak. Berdasarkan pendapat di atas bahwa peneliti
menggunakan teknik kredibilitas. Mendapatkan informasi dan data yang
akurat dari informan dan dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik.
3.8 Tahapan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan beberapa tahapan. Menurut Moleong
(2014:127-136), (1) tahap pra lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3)
tahap analisi data.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini secara umum terdiri atas empat
tahapan yaitu:
1. Tahap pra-lapangan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2018. Pada
pra lapangan ini memiliki empat tahapan yakni:
a. Menyusun rencana penelitian tentang SMK N 1 Baradatu
71
b. Memilih lapangan penelitian dengan cara mempelajari serta
mendalami fokus dan rumusan masalah penelitian
c. Mengurus perizinan secara formal dalam hal ini peneliti meminta
izin kepada kepala SMK N 1 Baradatu Way Kanan
d. Menjajaki dan menilai lapangan dimana peneliti melakukan
orientasi lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan akan
terlaksana dengan baik apa bila peneliti sudah mengetahui melalui
orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat peneliotian
dilakukan.
e. Memilih dan memanfaatkan informan yang berguna bagi pemberi
informasi yang berguna sebagai pemberi informasi situasi dan
kondisi latar penelitian.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian yang diperlukan meliputi alat
tulis dan camera.
g. Tahap pra lapangan terakhir adalah seminar proposal tesis yang
dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018
2. Tahap pekerja lapangan dilaksanakan pada bulan September-
Desember 2018 tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Peneliti menggunakan latar penelitian di SMK N 1 Baradatu untuk
mempermudah karena telah paham dan lebih mudah ketika
mempersiapkan diri
72
b. Memasuki lapangan
Peneliti mengawali dengan membuat permohonan ijin untuk
melakukan pengumpulan data atau melengkapi informasi umum
yang diperoleh pada awal observasi
c. Berperan serta mengumpulkan data, meliputi pengarahan batas
studi, mencatat data, petunjuk tentang cara mengingat data
kejenuhan, dan meneliti suatu latar yang di dalamnya terdapat
pertengahan analisis di lapangan.
3. Tahap analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2018,
meliputi kegiatan mengumpulkan data dan pencatatan data, analisis
data, penafsiran data, pengecekan keabsahan data, dengan
mengumpulkan data atau melengkapi informasi umum yang telah
diperoleh pada observasi awal. Data yang terkumpul dikelompokkan
dan dianalisis sesuai dengan focus penelitian dan dimasukkan kedalam
matrik cek data. Data dipaparkan dalam bentuk naratif, matrik dan
diagram konteks. Pembahasan berikutnya adalah kesimpulan dan
saran
4. Tahap laporan hasil penelitian, tahap terakhir adalah membuat laporan
penelitian. Pembuatan laporan termasuk hasil kaji ulang pada empat
focus yang diajukan. Laporan penelitian terdiri dari latar belakang
penelitian, tinjauan pustaka, metode yang digunakan, penyajian data,
pengkajian temuan dan kesimpulan yang disajikan dalam bentuk naratif.
Penulis menggunakan pedoman yang berlaku di Universitas Lampung.
133
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data, temuan peneliti dan pembahasan yang telah
dipaparkan, dapat simpulkan bahwa:
5.1.1 Perencanaan pada kegiatan awal dari proses kegiatan yaitu
merencanakan tujuan dari perencanaan sebagai acuan untuk
mengerjakan suatu guna mencapai tujuan organisasi, menganalisis
situasi dan identifikasi masalah, menentukan skala prioritas,
menentukantujuan program, dan menyusun rencana operasional.
5.1.2 Pengorganisaisan adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif
antar personalia, sehingga tujuan organisasi harus dipahami oleh
staff, mendistribusikan pekerjaan ke staff secara jelas, menentukan
prosedur staff, dan mendelegasikan wewenang untuk semua staff.
5.1.3 Pelaksanaan merupakan aktifitas yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana untuk menciptakan kerjasama yang
lebih efesien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff,
menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan,
mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staff, serta membuat organisasi
berkembang secara dinamis.
134
5.1.4 evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Proses
evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan, menentukan
standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,
mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai,
membandingkan pelaksanaan atau hasil standar, melakukan
tindakan perbaikan serta ,meninjau dan menganalisis ulang rencana
5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh
maka dapat dijabarkan beberapa implikasi yaitu berdasarkan hasil penelitian
dapat memperkuat teori bahwa kemampuan yang dimiliki mutu lulusan
kompetensi lulusan dapat berupa kemampuan yang dimiliki lulusan dicirikan
dengan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dapat ditampilkan serta
dapat dilihat dari lulusan yang langsung bekerja. Hasil penelitian yang
dilakukan tentang manajemen kemitraan SMK dengan dunia usaha dan
industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK dapat dijadikan sebagai
sumber teori atau referensi yang dapat memberikan gambaran penelitian bagi
peneliti yang berhubungan dengan manajemen kemitraan SMK dengan dunia
usaha dan industri untuk meningkatkan mutu lulusan SMK. Penelitian ini
dapat dijadikan bekal pengetahuan bagi peneliti ketika telah masuk dalam
dunia kerja untuk dapat mendukung sebagai pengetahuan.
135
5.3 Saran
Berikut ini saran dari peneliti berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
SMK Negeri 1 Baradatu, yaitu:
5.2.1 Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan lebih intensif dalam menjalankan peran
kepemimpinannya guna meningkatkan mutu SMK dengan optimal.
Mengingat begitu pentingnya peran kepala sekolah sebagai
pemimpin Pendidikan yang menyelenggarakan otonomi pengelolaan
Pendidikan di sekolah. Memberikan apresiasi dan penghargaan
kepada tim manajemen sekolah yang telah melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik dalam membatu meringankan tugas
kepala sekolah.
5.2.2 Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bagi PTK diharapkan mampu berpartisipasi dan bekerja sama
dengan kepala sekolah demi efektifnya sekolah. Bagi guru
diharapkan mampu untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik dan secara bertahap turut meningkatkan kompetensinya.
Mengingat tidak semua pekerjaan disekolah dapat diselesaikan oleh
kepala sekolah sendiri, maka perlu antara PTK untuk saling
bekerjasama guna meringankan tugas dan peran kepala sekolah.
136
5.2.3 Bagi Peserta Didik
Peserta didik diharapkan mampu untuk berfikir kreatif tentang
perannya sebagai peserta didik. Selain belajar tentunya juga
bagaimana peserta didik dapat menjadi duta sekolah demi
mengenalkan nama sekolah lebih jauh.
5.2.4 Bagi SMKN 1 Baradatu
Bagi sekolah tentunya adalah bagaimana memegang kepercayaan
dari masyarakat, orang tua dan dinas terkait peningkatan mutu
sekolah. Dengan harapan lulusan SMK dapat meningkatkan mutu
sekolah semakin baik.
137
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukur. 1987. Kumpulan Makalah Study Implementasi Latar BelakangKonsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan. Persadi:Ujung Pandang.
Afifudin dan Saebani, Beni Ahmad. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia
Arifin, Zainal. 2012. Implementasi Manajemen Stratejik Berbasis KemitraanDalam Meningkatkan Mutu SMK. Jurnal Adminisistrasi PendidikanVol.Xiv No.1 April 2012|61-62. Diakses Pada Tanggal 01 April 2018Pukul 20.30 WIB
Alobiedat. A. 2010. The Effectiveness of the School Performance, by Using theTotal Quality Standards within the Education District of Al-PetraProvince, from the Perspective of the Public Schools Principals andTeacher. International Education Studies. 4 (2), hlm. 31-40. DiaksesPada Tanggal 02 November 2018 Pukul 21.00 WIB
Arikunto, dkk. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Azizah, Murniati, dan Khairuddin. 2015. Strategi Kerjasama Sekolah DenganDunia Usaha Dan Dunia Industri (Du/Di) Dalam MeningkatkanKompetensi Lulusan Pada SMK Negeri 3 Banda Aceh. JurnalAdministrasi Pendidikan. ISSN 2302-0156. Volume 3, No. 2, Mei2015|11. Di akses pada tanggal 20 Juli 2018 Pukul 21.30 WIB
Brigitta Putri Atika Tyagita dan Kristiana Hesti Padmini. 2015. Edupreneurdalam Meningkatkan Mutu Lulusan SMK. Sebelas Maret SurakartaISBN: 978-602-8580-19-9. Di akses pada tanggal 20 Juli 2018 Pukul21.40 WIB
Cipto, Hendra. 2017. Kemenaker: Alumni SMK Terbanyak Menganggur.KOMPAS.com: Kontributor Makassar
Daud, Denny. 2013. Promosi Dan Kualitas Layanan Pengaruhnya TerhadapKeputusan Konsumen Menggunakan Jasa Pembiayaan Pada PT. BessFinance Manado. Jurnal Emba, 51 Vol.1 No.4. Diakses Pada Tanggal05 November 2018 Pukul 20.40 WIB
Engkoswara dan Komariah, Aan.2011. Administrasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta
138
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya:Bandung
___________. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya:Bandung
___________. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Remaja Rosdakarya:Bandung
Febrianti, Julia., Ragil, Wukir dan Sari, Eliana. 2014. Manajemen KemitraanSekolah Menengah Kejuruan Negeri 14 Jakarta Dengan Dunia Usaha/Dunia Industri. Jurnalimprovement. Vol 1, Edisi 1, Maret 2014|10. Diakses Pada Tanggal 22 Mei 2018 Pukul 22.10 WIB
Haman, E. A. (2004). The Complete Partnership Book. Illinois: Sphinx®Publishing
Hoch, C. (2011). The planning research agenda: planning theory for practice.TPR, 82 (2) hlm. 8-15
Ikechukwu, Okpor And Hassan Najimu. 2012. Public-Private Partnership ForSkill Acquisition And Vocational Technical Education Development InNigeria. Diakses Dari ISSN 2039-2117 Mediterranean Journal OfSocial Sciences. Vol. 3 (4) January 2012. Pada Tanggal 19 Maret 2019Pukul 20.50 WIB
Jefriando, Maikel. 2016. Pengangguran Terbesar RI Adalah Lulusan SMK.detikFinance: Jakarta
Milles, Mattew B dan Huberman Michael A. 2014. Qualitative Data Analysis. AMethods Sourcebook. Sage Publications.
Mulyasa, Enco. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi danImplementasi. Bandung: penerbit PT Remaja Rosdakarya
Mulyono, Bayu Hadyanto. 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan KualitasLayanan terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Puri MediteraniaSemarang). Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang2008.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:Bandung
Mora, A. C, Leal, A. dan Rolda´n, J. L. (2006). Quality Assurance in EducationEmerald Article. Using enablers of the EFQM model to manageinstitutions of higher education. Quality Assurance in Education, 14(2), hlm.99-122. Diakse Pada Tanggal 20 November 2018 Pukul 19.30WIB
139
Okoye , Kre And Chijioke, Okwelle P. Private-Public Partnership And TechnicalVocational Education And Training (Tvet) In A Developing Economy.Di Akses Dari Arabian Journal Of Business And Management Review(Oman Chapter). Vol 2, No.10; May 2013. Diakses Pada Tanggal 19Maret 2018 Pukul 20.15 WIB
Pahlevi, Reza dkk. 2016. Manajemen Sarana Dan Prasarana UntukMeningkatkan Mutu Pembelajaran. Jurnal Manajemen PendidikanVolume 25, Nomor 1, Maret 2016: 88-94|89. Diakses Pada Tanggal 03April 2018 Pukul 21.10 WIB
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta
Ratnasari, Elise Dwi. 2017. BPS: Lulusan SMK Banyak Menganggur Sepanjang2017. CNN Indonesia: Jakarta
Rosdianti, Sri R. 2016. Kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen kinerjaguru dan peningkatan mutu pembelajaran. Jurnal kajian pendidikanVolume 3. No. 1 Juni 2013|93-106. Di Akses Pada Tanggal 06 April2018 Pukul 23.10 WIB
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah. Bandung: Refika Aditama.
Rukmana, Nana. 2006. Strategic Partnering For Educational Management.Bandung: CV. Alfabeta
Setiawan, David Firna. 2016. Relevansi Rencana PembelajaranDalaminternational Standar Organisation (Iso) 9001:2008 TerhadapRencana Pembelajaran Dalam Standar Proses Sekolah MenengahKejuruan (Smk). Jurnal Equilibria Pendidikan Vol. 1, No. 1, 2016|13-26. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2018 Pukul 21.50 WIB
Setiawati, Ayu Yulia. 2018. Manajemen Sarana Dan Prasarana PendidikanDalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Man 1 Yogyakarta. TesisPascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam IndonesiaYogyakarta 2018. Diakses Pada Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 19.40WIB
Siti, Dkk. 2017. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Dalam MeningkatkanMutu Pembelajaran Di Smk Negeri 1 Nagan Raya. Jurnal MagisterAdministrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume5, No. 1 Februari 2017|40-41. Diakses Pada Tanggal 02 April 2018Pukul 20.05 WIB
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Rosda: Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Alfabeta: Bandung
140
.2013. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Alfabeta: Bandung
Sukamto. 2015. Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Guru Di SmkMuhammadiyah 5 Karanganyar. Tesis Program Pascasarjana InstitutAgama Islam Negeri Surakarta 2015. Diakses Pada Tanggal 01 April2018 Pukul 21.30 WIB
Sukardi Th dan Putut Hargiyarto. 2007. Peran Bursa Kerja Khusus SebagaiUpaya Penempatan Lulusan SMK dalam Rangka Terwujudnya LinkAnd Match Antara Sekolah dengan Dunia Industri. JPTK, Vol. 16, No.2, Oktober 2007. Diakses Pada Tanggal 01 April 2018 Pukul 20.50WIB
Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen. Mandar Maju: Bandung
Suti, Marus. 2011. Strategi Peningkatan Mutu Di Era Otonomi Pendidikan. JurnalMEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011|6. Diakses Pada Tanggal21 Mei 2018 Pukul 22.10 WIB
Tunggara, Imam I. 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan KejuruanBerbasis Kemitraan. Jurnal Administrasi Pendidikan. ejournal.upi.edu,2017|13. Diakses Pada Tanggal 05 Juni 2018 Pukul 19.45 WIB
Todd,L. (2007). Partnerships for Inclusive Education. London: Routledge.
Towsend, T. 2003. Restructuring and Quality: Issues for Tomorrow’s Schools.NY. Routledge.
Tyler, Ralph. 1950. Models of Teaching. New Yersey : Prentice-Hall, Inc.Englewood Cliffs
Tyagita, Brigitta Putri Atika dan Padmini, Kristiana Hesti. 2015. EdupreneurDalam Meningkatkan Mutu Lulusan SMK. Universitas Sebelas MaretSurakarta. ISBN: 978-602-8580-19-9. Diakses Pada Tanggal 10 April2018 Pukul 22.10 WIB
Usman, Husaini. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Ulum, Miftahul dan Ismanto, Bambang. 2017. Strategi Peningkatan MutuSekolah Menengah Kejuruan Pasca Penerapan Sistem ManajemenMutu Iso 9001:2008. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 27, No.1, Juni2017, ISSN:1412-3835|69-91. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2018Pukul 22.45 WIB
141
Wiyana dan Winarno , Wing Wahyu. 2015. Sistem Panjaminan Mutu PendidikanDengan TOGAF ADM Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. JurnalIlmiah Teknologi Sistem Informasi, Januari 2015, Volume 1, Nomor1|8. Diakses Pada Tanggal 03 April 2018 Pukul 20.10 WIB
Zhang, Shujie And Preece, Rob. 2010. Designing And Implementing Customs-Business Partnerships: A Possible Framework For CollaborativeGovernance. Di Akses Dari World Customs Journal InternationalNetwork Of Customs Universities. Volume 5, Number 1. Diakses PadaTanggal 19 Maret 2019 Pukul 14.30 WIB