Teori Teori HI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

It's a resume of International Relations theories (in Bahasa Indonesia). Well, it's not 100% my idea, but it's a good reading. Selamat menikmati.

Citation preview

Teori HITeguh Wahyu Utomo [email protected]

Balance of Power BoP konsep sentral dalam teori neorealist. Aktor utamanya negara-negara Keseimbangan ada ketika ada penyebaran atau kestabilan di antara kekuatan-kekuatan bersaing. Ini menggambarkan keadaan dalam sistem internasional dan menjelaskan perilaku negara dalam sistem. Ada perubahan cepat dalam kekuatan internasional saat upaya negara menaklukkan wilayah akan memancing tindakan-tindakan untuk mengimbangi. Negara dapat memilih terlibat dalam penyeimbangan atau jadi penggerak perilaku. Bisa mendukung atau menentang aliansi. Dalam perang, keputusan itu mungkin menentukan kelangsungan hidup negara.

Balance of Power Waltz, Kenneth N. (1979). Theory of International Politics. New York: Random House. Walt, Stephen. (1987). The Origins of Alliances. Ithaca: Cornell University Press Mearsheimer, John J. (2001). The Tragedy of Great Power Politics. New York: W. W. Norton. Ernst B. Haas, The balance of power: prescription, concept, or propaganda, World Politics, Vol. 5, No. 4, (1953), pp. 442477. Michael Sheehan, The Balance of Power: History and Theory (London: Routledge, 2000).

Collective Defence Istilah ini sudah ada sebelum 1949. Suatu pengaturan, biasanya diformalkan lewat perjanjian dan organisasi, antara negara-negara peserta yang melakukan dukungan dalam pertahanan jika suatu negara anggota diserang negara lain di luar organisasi. Pasal V dari North Atlantic Treaty: Pihak-pihak setuju bahwa serangan bersenjata terhadap salah satu atau lebih dari mereka... akan dianggap sebagai serangan terhadap semua, dan akibatnya mereka setuju.., akan membantu pihak yang diserang' (NATO Handbook: 232). Maka, Dalam konteks NATO, pertahanan kolektif didasarkan pada melawan tantangan tradisional sebagaimana yang dipahami paradigma realis/neorealist, khusus untuk wilayah, dan

Collective Defence Beer, Francis A., ed. (1970). Alliances: Latent War Communities in the Contemporary World. New York: Holt, Rinehart, Winston. Kant, Immanuel. Perpetual Peace: A Philosophical Sketch. Mount Holyoke College. Lowe, Vaughan, Adam Roberts, Jennifer Welsh and Dominik Zaum. (2010). The United Nations Security Council and War: The Evolution of Thought and Practice since 1945. Oxford: Oxford University Press. Roberts, Adam and Dominik Zaum. Selective Security: War and the United Nations Security Council since 1945. (Adelphi Paper no. 395 of International Institute for Strategic Studies, London)

Collective Security Pengaturan untuk memfasilitasi penyelesaian damai atas sengketa, dengan asumsi mekanisme pencegahan perang dan membela negara diserang (Inis Claude, 1984:245). Sudah ada sejak LBB, di mana setiap negara dalam sistem menerima bahwa keamanan satu adalah perhatian dari semua, dan setuju untuk bergabung dalam respon kolektif bagi ancaman, dan pelanggaran, terhadap perdamaian. Lebih ambisius daripada sistem keamanan aliansi atau pertahanan kolektif, karena mencakup totalitas negara di suatu daerah atau global, dan untuk mengatasi berbagai ancaman yang mungkin. Keamanan kolektif yang sempurna akan mencegah agresor potensial. Negara akan melepaskan kedaulatan atau tidak bertindak untuk meningkatkan saling

Collective Security Bourquin, Maurice. (1936). Collective Security, A record of the Seventh and Eighth International Studies Conference. Paris: International Institute Claude Jr., Inis L. (2006), Collective Security as an Approach to Peace from Classic Readings and Contemporary Debates in International Relations, ed. Donald M. Goldstein, Phil Williams, & Jay M. Shafritz. Thomson Wadsworth, Belmont CA Wight, Martin (1977). Systems of States. (ed. Hedley Bull). London: Leicester University Press. Yost, David S. (1998), NATO Transformed: The Alliance's New Roles in International Security. Washington: United States Institute of Peace.

Complex Interdependence Theory Mengacu pada, berbagai koneksi transnasional yang kompleks antara negara dan masyarakat. Tiga karakteristik, (1) penggunaan berbagai saluran aksi antara masyarakat di antarnegara, transgovernmental, dan hubungan transnasional, (2) tidak adanya hirarki masalah dengan agenda perubahan dan hubungan antara isu prioritas dan tujuan (3) penurunan dalam penggunaan kekuatan militer dan kekuasaan koersif dalam hubungan internasional (tapi tetap penting). Dibutuhkan 'rezim' untuk mengurangi anarki dan memfasilitasi kerjasama.

Complex Interdependence Theory Keohane, Robert O., & Nye, Joseph S. (1987). Power and Interdependence Revisited. International Organization, 41(4), pp. 725-753. Keohane, Robert O., & Nye, Joseph S. (1998). Power and Interdependence in the Information Age. Foreign Affairs, 77(5), p. 81 Keohane, R obert O. (2002). Power and Governance in a Partially Globalized World. London: Routledge. Keohane, Robert O. & Nye, Joseph S. (1997) Interdependence in World Politics. dalam Crane, G.T. & Amawi, A., The Theoretical evolution of international political economy: a reader. New York: Oxford University Press.

Defensive Realism Payung bagi beberapa teori politik internasional dan PLN yang dibangun di atas ide Robert Jervis tentang dilema keamanan dan atas Kenneth Waltz tentang BoP. Sistem internasional memberi insentif untuk ekspansi hanya dalam kondisi tertentu. Anarki menciptakan situasi di mana cara suatu negara untuk meningkatkan keamanan justru mengurangi keamanan negara lain. Sepasang negara dapat murni mencari keamanan, tetapi secara tidak sengaja menghasilkan spiral saling bermusuhan. Memprediksi variasi ekspansi internasional untuk menunjukkan bahwa negara umumnya mengejar strategi moderat sebagai rute terbaik untuk keamanan.

Defensive Realism Offense-defense theory (Jervis, Stephen Van Evera, Sean Lynn-Jones, and Charles Glaser) Balance-of-power theory (Barry Posen, Michael Mastanduno) Balance-of-threat theory (Stephen Walt) Domestic mobilization theories (Jack Snyder, Thomas Christensen, and Aron Friedberg) Security dilemma theory (Thomas Christensen, Robert Ross, and William Rose)Jervis, Robert. (1976). Perception and Misperception in International Politics. Princeton: Princeton University Press,

Democratic Peace Semua teori perdamaian demokratis berusaha menjelaskan fakta empiris bahwa dua negara demokrasi konstitusional tidak pernah berperang satu sama lain (sejak 1816 dan seterusnya). Hipotesis: hubungan antara sepasang negara demokratis lebih damai daripada hubungan antara pasangan jenis lainnya (yaitu demokrasi vs non-demokratis atau non-demokratis vs nondemokratis). Hubungan kausal antara variabel bebas 'struktur politik demokratis di tingkat unit' dan variabel terikat 'tidak adanya perang antara negaranegara demokratis' Namun, klaim teori perdamaian demokratis itu dikritik bahwa ada bias liberal dalam penafsiran 'demokrasi' sehingga bisa melemahkan bukti.

Democratic Peace Clemens Jr., Walter C. Complexity Theory as a Tool for Understanding and Coping with Ethnic Conflict and Development Issues in Post-Soviet Eurasia. International Journal of Peace Studies Doyle, Michael. (1983). Kant, Liberal Legacies, and Foreign Affairs. Philosophy and Public Affairs 205, 207-208 Oren, Ido. (1995), The Subjectivity of the 'Democratic' Peace: Changing U.S. Perceptions of Imperial Germany. International Security. Vol. 20, no. 2 (Fall ) Rummel, R. J. (2005). Democratic Peace Bibliography. Freedom, Democracy, Peace; Power, Democide, and War.

Deterrence Theory Teori/strategi militer yang digunakan era perang dingin Untuk meyakinkan lawan bahwa tindakan tertentu akan mendapatkan respon yang mengakibatkan kerusakan lebih besar daripada manfaat apapun yang mungkin. Pencegahan dianggap lebih berguna daripasa proses dinamis umpan balik terus menerus yang tidak tentu. Siapa mencoba mencegah siapa melakukan apa, dan dengan cara apa. Asumsi; 1) negara adalah aktor kesatuan, 2) dapat memahami perhitungan lawan, 3) senjata nuklir adalah penangkal paling efektif Kritik; 1) lawan psikotik tak akan gentar pada deterrence, 2) jika lawan melakukan pre-emptive

Deterrence Theory Morgan, Patrick. (2003). Deterrence Now. New York: Cambridge University Press. Freedman, Lawrence. (2004). Deterrence. New York: Polity Press. Paul, T. V., Patrick Morgan, and James Wirtz, Eds.. (2009). Complex Deterrence: Strategy in the Global Age. Chicago: University of Chicago Press. Waltz, Kenneth N. Nuclear Myths and Political Realities. The American Political Science Review. Vol. 84, No. 3 (Sep, 1990), pp. 731 745. Jervis, Robert, Richard N. Lebow and Janice G. Stein. (1985). The Psychology of Deterrence. Baltimore: Johns Hopkins University Press.

Fourth World Theory Merujuk pada 1) sub-populasi sosial yang dikecualikan dari masyarakat global; 2) komunitas nomaden, pastoral, dan pemburu-pengumpul yang hidup di luar norma industri modern; 3) bangsa yang secara terpaksa dimasukkan ke dalam negara-negara, yang masih mempertahankan budaya politik berbeda tetapi tidak diakui secara internasional Menganalisis, lewat tulisan dan peta, dengan tujuan memperbaiki identitas dan sejarah georgrafis kaum pribumi yang biasanya tersembunyi dari bangsa-bangsa sisi lain lewat invasi, perang, genosida, dll. Dibentuk oleh berbagai macam orang, termasuk aktivis, pengacara HAM, akademisi, dan pemimpin kaum pribumi. Berusaha mengubah dunia bukan hanya menggambarkan atau

Fourth World Theory Castells, Manuel (1998, second edition, 2000). End of Millenium, The Information Age: Economy, Society and Culture Vol. III. Oxford, UK: Blackwell. Cloud, Redwing (10 August 2007). United League of Indigenous Nations formed. Indian Country Today. Griggs, Richard. The breakdown of states. Center for World Indigenous Studies. Hall, Tony (2003). The American Empire and the Fourth World: The bowl with one spoon. Montreal; Ithaca: McGill-Queen's University Press. McFarlane, Peter (1993). Brotherhood to nationhood: George Manuel and the making of the modern Indian movement. Toronto: Between the Lines. Ryser, Rudolph C. (September 1993). Toward the coexistence of nations and states. Center for World Indigenous Studies.

Game Theory Pengambilan keputusan berdasarkan asumsi rasionalitas aktor dalam situasi persaingan. Setiap aktor mencoba memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan kerugian dalam kondisi tidak pasti dan informasi tidak lengkap. Setiap aktor menghitung peringkat preferensi ketertiban, probabilitas perkiraan, dan mencoba melihat apa yang aktor lain akan lakukan. Dalam zero-sum-game dua pihak; jika A memperoleh 5 maka B kehilangan 5. Dalam non-zero atau variable sum game dua pihak, perolehan dan kehilangan tidak harus setara; kedua pihak bisa sama-sama mendapatkan. Ini kadang disebut positive-sum game. Tapi, bisa juga kedua pihak sama-sama kehilangan. Bisa juga aktornya lebih dari dua.

Game Theory Aumann, Robert J. (1987). Game theory. The New Palgrave: A Dictionary of Economics, 2, pp. 46082. Aumann, Robert J., and Sergiu Hart, ed. (1992, 1994, 2002). Handbook of Game Theory with Economic Applications, 3 Camerer, Colin. (2003). Behavioral Game Theory: Experiments in Strategic Interaction. Russell Sage Foundation Gintis, Herbert. (2000). Game theory evolving: a problemcentered introduction to modeling strategic behavior. Princeton University Press, Howard, Nigel. (1971). Paradoxes of Rationality: Games, Metagames, and Political Behavior. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press, Leyton-Brown, Kevin; Shoham, Yoav. (2008). Essentials of Game Theory: A Concise, Multidisciplinary Introduction. San Rafael, CA: Morgan & Claypool Publishers

Golden Arches TheoryThomas Friedman berteori bahwa tidak akan pernah ada dua negara yang sama-sama punya McDonald yang terlibat dalam perang. Lebih spesifik, Friedman berartikulasi: 'when a country reached the level of economic development where it had a middle class big enough to support a McDonald's network, it became a McDonald's country. And, people in McDonald's countries didn't like to fight wars anymore. They preferred to wait in line for burgers'. Tapi, sesaat setelah bukunya diterbitkan, pengeboman NATO atas Serbia membuktikan teori itu keliru. Maka, dalam buku berikut, Friedman berargumen bahwa: perang berakhir cepat karena, sebagian, populasi Serbia tidak ingin kehilangan tempat mereka dalam sistem global 'yang disimbolakan oleh McDonald.

Golden Arches Theory of Conflict Prevention Friedman, Thomas L. (1999) The Lexus and the Olive Tree, Farrar, Straus and Giroux, Friedman, Thomas. (2000) The Lexus and the Olive Tree. New York: Anchor Books.

Hegemonic Stability TheoryIde dasar; stabilitas sistem internasional membutuhkan satu negara dominan untuk mengartikulasikan dan menegakkan aturanaturan-aturan interaksi di antara anggota-anggota anggotaterpenting sistem. Untuk bisa menjadi Hegemon, diperlukan TIGA atribut: 1) kapabilitas untuk menegakkan aturan sistem, 2) kehendak untuk melakukannya, dan 3) komitmen terhadap sistem yang dipandang sama-sama menguntungkan bagi negarasamanegaranegara utama. Kapabilitas duatu Hegemon's bergentung pada, antara lain; perekonomian yang tumbuh besar, dominasi dalam sektor teknologi utama, power politik yang didukung power militer projektif. Sistem yang tidak stabil akan muncul jika perobahan ekonomi, teknologis, dan perobahan lain mengikis hierarkhi internasional dan menumbangkan posisi negara dominan. .

Hegemonic Stability Theory Michael H. Hunt, American Decline and the Great Debate: A Historical Perspective, SAIS Review, Vol. 10, no. 2 (SummerFall 1990), hal. 27-40 Helen Milner, International Political Economy: Beyond Hegemonic Stability, Foreign Policy, No. 110, Spring 1998 Herman Schwartz, Hegemony, International Debt and International Economic Instability, Government and Foreign Affairs, University of Virginia,Charlottesville VA 22901 G. John Ikenberry, Getting Hegemony Right, The National Interest, No. 63 (Spring 2001) James Chace, An Empty Hegemony? World Policy Journal, 1997 Clark S. Judge, Hegemony of the Heart, Policy Review, No. 110 (December 2001/January 2002) G. John Ikenberry, Strategic Reactions to American Preeminence: Great Power Politics in the Age of Unipolarity, National Intelligence Council, 28 July 2003 Paul Starobin, Beyond Hegemony, National Journal, December 1, 2006

Imperialism Hans J. Morgenthau mendefinisikanimperialisme sebagai PLN yang ditujukan mendapatkan lebih banyak power daripada yang benar-benar dimiliki, melalui pembalikan hubungan power yang ada; perobahan yang menguntungkn dalam status power. Tiga tipe imperialisme; 1) teori Marxist yang berdasar bahwa semua fenomena politik adalah cerminan dari kekuatan eonomi; 2) teori Liberal yang merujuk pada hasil penyesuaian keliru dari sistem kapitalis global (e.g., surplus barang dan kapital yang mencari outlets di pasar asing); and 3), teori 'devil' bahwa pengelola manufaktur dan bank merencanakan perang untuk memperkaya diri sendiri.

Imperialism Daalder, Hans. Imperialism, International Encyclopedia of the Social Sciences, vol. 7. New York: Macmillan and The Free Press, 1968, pp. 101-109. Galtung, Johan. A Structural Theory of Imperialism. Journal of Peace Research, no. 2 (1971): 81-117. Koebner, Richard. The Emergence of the Concept of Imperialism. The Cambridge Journal 5, no. 12 (September 1952): 727 741. Lichtheim, George. Imperialism. New York: Frederick A. Praeger, 1971. Morgenthau, Hans J. Politics Among Nations, 3rd ed. New York: Alfred A. Knopf, 1960, Chapter 5. Piano, Jack C., and Olton, Roy. The International Relations Dictionary. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1969, Chapter 5. Thornton, A. P. Doctrines of Imperialism. New York: John Wiley & Sons, 1965.

Intergovernmentalism Intergovernmentalism menjelaskan kerjasama antar-negara khususnya integrasi regional (e.g. EU) sebagai fungsi kepentingan dan pilihan negara dipadukan dengan power. Integrasi dan kooperasi ini benar-benar disebabkan oleh bargaining rasional demi kepentingan sendiri oleh suatu negara terhadap negara lain. Akibatnya, negara-negara terkait yang punya lebih banyak power ini tampaknya akan lebih bisa mendapatkan kepentingan mereka. Misal; terkait Uni Eropa maka tidak terlalu mengherankan jika banyak rancangan institusional yang disetujui adalah segaris dengan pilihan Prancis dan Jerman, sehingga disebut Franco-German core.

Intergovernmentalism Hoffman, Stanley (1965) The State of War: Essays on the Theory and Practice of International Politics, Praeger Moravcsik, Andrew (1993). Preferences and power in the European Community: A liberal intergovernmentalist approach. Journal of Common Market Studies 31 (4): 473524. Bache, I., George, S. (2006) Politics in the European Union, 2nd ed., United States: Oxford University Press Moravcsik, A., Schimmelfennig, F. (2009) Liberal Intergovernmentalism dalam Diez, T., Wiener, A., (2009) European Integration Theory, Oxford: Oxford University Press pp. 67 - 87

Teori normatif ini merujuk pada kondisi di mana; 1) negara-negara punya benar berperang (jus ad bellum) dengan penyebab yang adil, misalnya membela-diri menghadapi agresi, saat keputusan untuk berperang dibuat oleh otorita absah dalam negara, sebagai pilihan terakhir setelah gagalnya berbagai upaya damai, dan dengan harapan masuk akal mendapatkan beberapa tujuan absah; 2) negara-negara menunjukkan perilaku benar dalam berperang (jus in bello) alat-alat yang digunakan proportional pada tujuan yang dicari, saat pihak-pihak non-combatants dihindarkan, saat senjata atau cara lain yangh tidak bermoral tidak digunakan (khususnya yang tidak pandang bulu dan yang menyebabkan penderitaan sia-sia), dan saat tindakan yang diambil dengan kehendak benar untuk mencapai tujuan-tujuan militer absah dan meminimalisir kematian dan kehancuran kolateral.

Just War Theory

Just War Theory Augustine (354-430) Thomas Aquinas (1225-1274) Childress, J. (1978) Just-War Theories Theological Studies 39, 427-45. Dinstein, Y. (1995) War, Aggression and Selfdefence. Cambridge: Cambridge University Press Dubik, J. (1982) Human Rights, Command Responsibility and Walzer's Just War Theory. Philosophy and Public Affairs, 354-71 Kant, Immanuel (1970) Political Writings, terjemahan H. Nisbit dan ed. H. Reiss. Cambridge: Cambridge University Press Ramsey, Paul (1968) The Just War: Force and Political Responsibility. New York: Charles Scribner's Sons

Modernisation Theorymemiliki Teori ini menganggap semua negaratitik awal yang sama dan mengikuti langkah yang sama pada jalur-jalur 'development' dari masyarakat 'dunia pertama'. Teori ini memandang faktor-faktor internal dari suatu negara. Dengan bantuan tertentu, negara-negara 'tradisional' bisa mencapai perkembangan setara dengan negara-negara maju. Teori-teori modernisasi berupaya mengidentifikasi variabel sosial yang membantu dalam kemajuan sosial dan pembangunan masyarakat, dan berusaha menjelaskan proses evolusi sosial.

Modernisation Theory Bernstein, Henry. (1971). Modernization theory and the sociological study of development. Journal of Development Studies no. 7, Issue 2 Black, Cyril (1966) The Dynamics of Modernization: A Study in Comparative History, Harper & Row Peet & Hartwick (P&H), Ch 2 Economic theories of growth & development (Intro section & sections on Pre-classical Beginnings & Classical Economics), hal 1730 So, Alvin Y. (1990) Social Change and Development: Modernization, Dependency and World-System Theories, Sage Publications (CA)

New War Theory Menurut Mary Kaldor, tipe peperangan kontemporer berbedadengan bentuk modern klasik berdasarkan pada nation-states. Perang baru adalah bagian dari perang ekonomi terglobalisasi yang diperparah oleh etnisitas transnasional, pasar senjata global, dan intervensi global-Barat. Peperangan baru bertipe predator yang merusakkan perekonomian zone konflik dan kawasan tetangga, menyebarkan pengungsi, politik berbasis identitas dan perdagangan illegal. Kekerasan baru karakternya (pembunuhan sistematis atas others', pengusiran paksa populasi tertentu, dan merampas daerah-daerah tak berpenghuni) dilakukan oleh militer baru (sisa-sisa militer negara, kelompok paramiliter, unit-unit bela diri, tentara bayaran, dan pasukan internasional troops) yang didanai oleh pengirim uang, penggalian dana diaspora, bantuan pemerintah eksternal, dan pengalihan bantuan kemanusiaan internasional. Saat korban perang awal abad lalu 80% personel militer, diperkirakan 80% korban perang kontemporer adalah sipil. Bentuk baru peperangan ini lebih berupa tantangan politis daripada militer.

New War Theory Kaldor, Mary and Basker Vashee, eds, (1997) New Wars, London: Pinter Kaldor, Mary, Ulrich Albrecht and Genevive Schmder, eds, (1998) The End of Military Fordism, London: Pinter Kaldor, Mary (1999) New and Old Wars: Organized Violence in a Global Era, Cambridge: Polity Kaldor, Mary (1999) New and Old Wars. Organized Violence in a Global Era. Stanford Kaldor, Mary (2005) Old Wars, Cold Wars, New Wars, and the War on Terror, Lecture given to the Cold War Studies Centre, London School of Economics, February 2nd Mnkler, Herfried (2005) The New Wars, Polity, Cambridge