Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah pbl kardiovaskuler stroke iskemik

Citation preview

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    1/27

    1

    Stroke Iskemik ec Trombosis

    Bab I Pendahuluan

    Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju, setelah penyakit jantung

    dan kanker. Usia lanjut adalah salah satu faktor paling signifikan risiko stroke. 95% dari stroke

    terjadi pada orang usia 45 dan lebih tua, dan dua-pertiga dari stroke terjadi pada orang-orang di

    atas usia 65. Penyakit serebrovaskuler atau Cerebro Vascular Disseasemeliputi semua gangguan

    pada area dari otak; dan secara sepintas atau permanen dipengaruhi oleh iskemia. oklusi atau

    perdarahan dari satu atau lebih pembuluh darah serebral pada proses patologis tersebut.

    Bab II Isi

    Anamnesis

    Keluhan utama: lengan dan tungkai kanan lemah, bicara mulai pelo sejak tiga hari yanglalu. Perlu ditanyakan juga mengenai sifat simetris dan asimetris kelemahan yang

    dirasakan, perkembangan penyakit dari hari ke hari mengalami perbaikan cepat,

    perburukan progresif atau menetap, riwayat kejang sebagai permulaan gangguan

    koordinasi tubuh

    Keluhan penyerta: baal atau lemas di wajah, lengan atau tungkai, gangguan penglihatan,bingung, gangguan keseimbangan dan koordinasi, serta nyeri kepala tanpa penyebab

    yang jelas

    Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat diabetes melitus dan hipertensi grade II positif. Perluditanyakan mengenai riwayat trauma pada bagian kepala maupun ekstrimitas tubuh.

    Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat stroke haemoragik, stroke iskemik, diabetesmelitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,

    Riwayat sosial: pengaturan diet, merokok, alkohol, kebiasaan olahraga Riwayat pengobatan : Belum memiliki riwayat pengobatan untuk keluhan utama. Perlu

    ditanyakan mengenai pengobatan yang sedang dijalani atau baru saja dihentikan terkait

    dengan penyakit apapun yang diderita oleh pasien. Sebagai contoh, penghentian

    mendadak obat antihipertensi klonidin (Catapres) dapat menyebabkan hipertensi rebound

    yang berat. Selain itu, penghentian mendadak fenitoin (Dilanin) atau fenobarbital untuk

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    2/27

    2

    gangguan kejang dapat memicu status epileptikus sampai beberapa minggu setelah

    penghentian obat.1

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan sistem saraf terdiri atas pemeriksaan TTV ditambah lima segmen yang akan

    diuraikan di bawah ini, antara lain :2

    Tanda-tanda vitalPemeriksaan TTV pasien pada skenario 4 didapati hasil :

    - Tekanan darah : 180/ 90- RR : 20x/ menit- Suhu : 37oCPasien datang dengan keadaan umum sakit berat dan status kesadaran sopor.

    Sensorium (kesadaran)Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu :

    - Normal : kompos mentis- Somnolen : Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.

    Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya

    pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang

    nyeri.

    - Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan denganrangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat

    mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang

    nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak

    konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak

    motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.

    - Koma - ringan: Pada keadaan ini tidak ada respons terhadap rangsang verbal. Refleks( kornea, pupil dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap

    rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    3/27

    3

    - Koma: Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsangnyeri yang bagaimanapun kuatnya

    Skala Koma GlasgowUntuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma Glasgow

    yang memperhatikan tanggapan (respon) penderita terhadap rangsang dan memberikan

    nilai pada respon tersebut. Tanggapan/ respon penderita yang perlu diperhatikan adalah :

    Gambar 1 Skala Koma Glasglow3

    Status mentalJika terdapat indikasi dan belum dilakukan pada saat anamnesis, lakukan penilaian

    terhadap orientasi pasien, emosi, proses kognitif, isi pikiran, persepsi yang abnormal,

    wawasan dan penilaian, daya ingat dan perhatian, informasi dan perbendaharaan kata,

    kemampuan menghitung, berpikir abstrak, serta kemampuan konstruksional. Pada pasien

    skenario 4, dikeluhkan kemampuan bicara yang semakin hari semakin menurun, maka

    perlu diamati mendalam aspek bicara dan bahasanya. Selama pemeriksaan, perhatikan

    ciri-ciri bicara pasien yang meliputi hal-hal berikut ini, yaitu:

    - Kuantitas : apakah pasien banyak berbicara atau diam saja? apakah komentarnyatimbul secara spontan atau hanya responsif terhadap pertanyaan langsung

    - Kecepatan : apakah bicaranya cepat atau lambat?- Kekerasan : apakah bicaranya keras atau perlahan?- Pengucapan kata : apakah kata yang diucapkan itu jelas atau terdengar sengau?

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    4/27

    4

    - Kelancaran : kelancaran bicara pasien meliputi kecepatan, aliran, nada bicara, isi sertapenggunaan kata-katanya. Waspadai kelainan bicara yang spontan seperti keraguan

    dan sela dalam aliran irama kata-kata, gangguan pada perubahan nada suara seperti

    nada suara yang monoton, sirkumlokusi, yaitu berupa penggunaan ungkapan atau

    kalimat untuk menggantikan kata yang tidak terpikirkan olehnya, parafasia, yaitu

    berupa pengucapan kata dengan lafal yang salah atau dengan kata-kata yang baru

    ditemukannya.

    Nervus kranialisJika belum diperiksa, lakukan pemeriksaan terhadap indera pembau, kekuatan muskulus

    temporalis dan masseter, reflex kornea, gerakan wajah, refleks muntah, dan kekuatan

    muskulus trapezius dan muskulus sternokleiomastoideus.

    Tinjauan pemeriksaan nervus kranialis dapat dirangkum sebagai berikut :

    Nervus V, VII, X, dan XII bertanggung jawab terhadap koordinasi suara dan bicara.

    Gambar 2. Nervus kranialis 4

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    5/27

    5

    - N. V : Nervus TrigerminusKelemahan atau tidak terdapatnya kontraksi m. temporalis dan maseter pada salah

    satu sisi wajah, seperti ketidakmampuan sensori rangsangan dari wajah untuk

    diproses di otak atau motorik pergerakan rahang menunjukan lesi pada N. V.

    Kelemahan bilateral dapat disebabkan oleh lesi perifer atau sentral.

    Tes motorik : palpasi muskulus

    temporalis dan maseter secara

    bergantian, minta pasien menggertakan

    giginya dengan kuat. Perhatikan

    kekuatan kontraksi kedua otot tersebut.

    Tes sensorik : Lakukan tes sensasi nyeri pada daerah

    dahi, pipi, dan rahang pada setiap sisi. Daerah yang

    dianjurkan untuk pemeriksaan ini ditunjukan oleh

    lingkaran pada gambar. Kedua mata pasien harus

    ditutup, gunakan benda dengan ujung agak tajam dan

    tumpul untuk membedakan sensasi rasa pada keduasisi.

    - N. VII : Nervus FacialisLakukan inspeksi wajah pasien, baik pada saat istirahat

    maupun selama pasien berbicara dengan anda.

    Perhatikan setiap ketidaksimetrisan yang terdapat pada

    gerakan wajah. Minta pasien untuk mengangkat kedua

    alis matanya, mengernyitkan keningnya, menutup kedua

    mata dengan erat dan lalu coba buka kedua mata pasien,

    memperlihatkan gigi sebelah atas dan bawah, tersenyum,

    menggembungkan kedua pipi.

    - N. X : Nervus Vagus

    Gambar 3. Tes motorik 2

    Gambar 4. Tes sensori

    Gambar 5. Tes N. VII

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    6/27

    6

    Dengarkan suara pasien apakah terdengar jelas, parau atau sengau. Suara parau

    disebabkan oleh paralisis pita suara, sedangkan suara sengau disebabkan oleh oleh

    paralisis palatum. Minta pasien untuk menelan, untuk mengetahui apakah ada

    kelemahan atau paresis pada otot faring atau palatum.

    - N. XII : Nervus HypoglosusDengarkan pengucapan kata pasien. Kemampua pengucapan kata dengan baik

    bergantung pada fungsi nervus V, VII, X dan XII. Lakukan inspeksi lidah pasien

    ketika lidahnya berada di dasar mulut, hal ini dilakukan guna menemukan tanda atrofi

    atau fasikulasi, gerakan gelisah yang kasar, tanda keasimetrisan pada saat lidah

    digerakan. Minta pasien untuk mendorong bagian dalam masing-masing pipinya

    dengan menggunakan ujung lidah secara bergantian sementara petugas kesehatan

    melakukan palpasi dari bagian luar pipi untuk menilai kekuatan dorong otot lidah.

    Sistem motorikMassa otot, tonus, dan kekuatan kelompok otot yang utama. Fungsi serebelum dites

    dengan gerakan silih berganti yang cepat atau Rapid Alternating Movements (RAM) dan

    point to point movementsseperti jari tangan ke hidung atau tumit ke tulang kering, cara

    pasien berjalan. Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan

    tertentu untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.1. Pengamatan :

    - Gaya berjalan dan tingkah laku- Simetri tubuh dan ektremitas- Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll

    2. Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar :- Reflek pupil langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil pada mata

    tersebut, pupil akan mengecil

    - Reflek pupil tak langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil mata yangtidak disinari, pupil juga akan mengecil

    3. Gerakan volunterYang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

    - Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    7/27

    7

    - Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti- Mengepal dan membuka jari-jari tangan- Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul- Fleksi dan ekstensi artikulus genu- Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki- Gerakan jari- jari kaki

    4. Palpasi otot- Pengukuran besar otot.- Nyeri tekan.- Kontraktur.- Konsistensi (kekenyalan).- Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada spasmus otot akibat iritasi

    radix saraf spinalis, seperti kasus meningitis

    - Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)- Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)- Kontraktur otot- Konsistensi otot yang menurun terdapat pada kelumpuhan jenis LMN akibat

    denervasi otot dan kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end plate.

    5. Perkusi otot- Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan

    berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.

    - Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanyaterdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk)

    - Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik olehkarena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.

    6. Tonus otot : Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudianekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut.

    Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar.

    - Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN)

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    8/27

    8

    - Hipotoni : tahanan berkurang- Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini dijumpai

    pada kelumpuhan UMN

    - Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.

    7. Kekuatan otot : Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot. Untuk memeriksa kekuatanotot ada dua cara, yaitu pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau

    badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini. Pemeriksa menggerakkan bagian

    ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan. Cara menilai kekuatan otot:

    - 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total- 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada

    persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut

    - 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat(gravitasi)

    - 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat- 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit

    tahanan yang diberikan

    - 5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

    Sistem sensorikTes nyeri, suhu, sentuhan lembut dan vibrasi. Bandingkan sisi kiri dengan kanan dan

    daerah proximal dengan distal kedua tungkai.

    Eksteroseptif : terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.

    - Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menusukmenggunakan jarum, memukul dengan benda tumpul, merangsang dengan api

    atau hawa yang sangat dingin dan juga dengan berbagai larutan kimia.

    - Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air esuntuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderita disuruh

    mengatakan dinginatau panasbila dirangsang dengan tabung reaksi yang berisi

    air dingin atau air panas. Untuk memeriksa rasa dingin dapat digunakan air yang

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    9/27

    9

    bersuhu sekitar 10-20 C, dan untuk yang panas bersuhu 40-50 C. Suhu yang

    kurang dari 5 C dan yang lebih tinggi dari 50 C dapat menimbulkan rasa-nyeri.

    - Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakan sepotong kapas, kertas ataukain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau

    pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian

    yang simetris.

    Proprioseptif : rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasa getar dan rasa

    tekanan)

    - Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk dan jempoljari tangan pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun kesamping kanan

    dan kiri, kemudian pasien diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya

    berada diatas atau dibawah atau disamping kanan/kiri.

    - Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisitertentu, kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai.

    Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung telunjuk kanan, ujung jari

    kelingking kiri dsb.

    - Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda keras laluletakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien dan mintalah pasien menjawab untukmerasakan ada getaran atau tidak dari garputala tersebut.

    Diskriminatif : daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untuk mengenal atau

    mengetahui berat sesuatu benda dsb.

    - Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diataskulit pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.

    -

    Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatu benda.- Rasa topognosia : untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.

    RefleksTermasuk reflex biseps, triseps, brakioradialis, patela, achilles, reflex tendon dalam,

    reflex plantaris atau reflex Babinski.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    10/27

    10

    - Refleks fisiologis1. Biseps

    Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendonm. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku

    Respons: fleksi lengan pada sendi siku Afferent : n. musculucutaneus (C5-6) Efferenst : idem

    2. Triseps Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan

    fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

    Respons : extensi lengan bawah disendi siku Afferent : n. radialis (C 6-7-8) Efferenst : idem

    3. KPR Stimulus : ketukan pada tendon patella Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps

    emoris.

    Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)

    Afferent : idem4. APR

    Stimulus : ketukan pada tendon achilles Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 ) Afferent: idem

    - Refleks patologis1. Babinski

    Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior keanterior

    Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari jarikaki

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    11/27

    11

    Pemeriksaan tambahan pada bagian rektal dan genital seringkali dilakukan pada kahir

    pemeriksaan fisik, di mana posisi pasien diatur sesuai dengan indikasi. Berikut merupakan dua

    pemeriksaan tambahan yang bisa dilakukan petugas kesehatan, yaitu :2

    Pemeriksaan Rektum (Rectal Toucher)pada priaPasien berbaring menghadap sisi kiri tubuhnya untuk menjalani pemeriksaan rektum.

    Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal. Palpasi anus, rektum dan prostat. Jika

    pasien tidak dapat berdiri, periksa area genitalia sebelum melaksanakan pemeriksaan

    rektal.

    Pemeriksaan genitalia dan rektum pada wanitaPasien berbaring terlentang dalam posisi litotomi. Periksa genitalia eksterna, vagina dan

    serviks. Lakukan pemeriksaan Pap smear. Palpasi uterus dan adneksa. Lakukan

    pemeriksaan retrovagina dan rektum.

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium:5

    1. Hitung darah tepi lengkap: diskrasia darah, polisitemia, trombositopenia atautrombositosis atau infeksi sebagai faktor resiko stroke.

    2. Waktu protrombin, waktu protrombin parsial: ditujukan kepada penderita dengan antibosiantifosfolipid ( waktu protrombin parsial memanjang).

    3. Analisa urin: hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut dengan strokeiskemik karena emboli.

    4. Kecepatan sedimentasi (LED): peningkatan LED menunjukkan kemungkinan adanyavaskulitis, hiperviskositas sebagai penyebab stroke.

    5. Kimia darah: peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida dalam darah.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    12/27

    12

    6. Foto rontgen dada: pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada suatustroke atau akibat hipertensi lama; dapat menemukan suatu keganasan yang tidak terduga

    sebelumnya.

    7. Elektrokardiogram (EKG): dapat menunjukan adanya aritmia jantung, infark miokardbaru, atau pelebaran atrium kiri.

    Pungsi lumbal1

    Pungsi lumbal melibatkan pemeriksaan CSS yang sering memberi petunjuk bermanfaat tentang

    kausa stroke, terutama apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan tidak dapat

    memberikan anamnesis. Sebagai contoh, mungkin terdapat darah di CSS pada stroke

    hemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid. Informasi yang akan diperoleh harus

    terhadap risiko melakukan pungsi lumbal pada pasien koma. Yaitu, pada peningkatan TIK,

    penurunan mendadak tekanan CSS di tingkat spinal bawah dapat memicu gerakan ke bawah isi

    cranium disertai herniasi ke dalam batang otak dan kematian mendadak.

    Ultrasonografi karotis1

    Ultrasonografi karotis terhadap arteria karotis merupakan evalusi standar untuk mendeteksi

    gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke.

    CT-Scan1

    Pencitraan otak tetap menjadi tes akut yang paling penting

    saat terjadi stroke. Penggunaan CT-Scan dengan cepat

    menyingkirkan pendarahan sebagai penyebab stroke. Lebih

    lanjut lagi, pemeriksaan dengan CT-Scan tidak dapat

    memeriksa infark cerebral pada 24 hingga 48 jam pertama.

    Sebagai penggantinya, dapat digunakan MRI sebagai lini

    pertama imaging jika pasien datang dalam waktu serangankurang dari 48 jam.

    Angiografi serebrum1

    Gambar 6. Stroke Akut

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    13/27

    13

    Angiografi serebrum dapat memberi informasi penting dalam mendiagnosis kausa dan lokasi

    stroke. Secara spesifik, angiografi serebrum dapat mengungkapkan lesi ulseratif,

    stenosisdisplasia fibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan pembentukan thrombus di

    pembuluh darah besar. Saat ini, angiografi serebrum dianggap merupakan cara paling akurat

    untuk mengidentifikasi dan mengukur stenosis arteri-arteri otak, namun, kegunaan metode ini

    agak terbatas oleh penyulit yang dapat terjadi hamper 12% pasien yang dicurigai mengidap

    stroke. Risiko utama pada prosedur ini adalah robeknya aorta atau arteria karotis dan

    embolisasi dari pembuluh besar ke pembuluh intrakranium. Dengan gemikian, keuntungan

    memperoleh informasi diagnostik yang penting harus ditimbang terhadap kemungkinan

    meluasnya stroke saat medium kontras yang disuntikkan menggantikan aliran darah. Secara

    umum, angiografi biasanya dicadangkan untuk pasien dengan TIA di bagian anterior sirkulus

    Willisi, kerena kelainan penyebab mungkin dapat diperbaiki secara bedah. Namun, angiografi

    sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan gejala dan tanda lesi sirkulasi posterior.

    Doppler transkranium1

    Doppler transkranium, yaitu ultrasonografi yang menggambarkan citra dan suara,

    memungkinakan kita menilai aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi stenosis yang

    mengancam aliran ke otak. Teknologi jenis ini, yang disebut transkranial Doppler (TCD), juga

    Gambar 7. Angiografi Stroke 7

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    14/27

    14

    dapat digunakan untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF total di aspek anterior dan

    posterior sirkulus Willisi. Keunggulan prosedua ini adalah bahwa prosedur ini dapat dilakukan

    di tempat tidur pasien, noninvasive, dan relative murah; prosedur ini juga dapat dilakukan

    secara serial untuk menilai parubahan dalam pola CBF. Kemampuan yang terakhir ini sangat

    penting untuk memantau awitan dan resolusi vasospasme arteri setelah pardarahan

    intrakranium.

    Diagnosis Kerja

    Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat

    fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini

    berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian.8

    Mekanisme vascular yang menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan sebagai stroke

    infark/iskemik (emboli atau thrombosis) danstroke haemoragik.8

    Stroke Iskemik

    Penyakit serebrovaskuler iskemik dibagi menjadi dua kategori luas, embolik dan trombotik.

    Stroke embolik serebral biasanya terjadi mendadak tetapi dapat timbul dengan gejala yang

    berfluktuasi, bicara gagap. Stroke trombotik terjadi pada 50-75% pasien dengan gejala transien,

    serangan iskemik transien (TIA) atau stroke minor yang menyebabkan peristiwa lebih

    menghancurkan.9

    Serangan iskemik transien (Trancient Ischaemic Attack) adalah hilangnya fungsi sistem saraf

    pusat fokal secara cepat yang berlangsung kurang dari 24 jam, dan diduga diakibatkan oleh

    mekanisme vascular emboli, thrombosis, atau hemodinamik. Beberapa episode

    transien/sementara berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi pasien mengalami pemulihan sempurna

    yang disebut Reversible Ischaemic Neurological Deficits (RIND).8

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    15/27

    15

    Diagnosis Banding

    Stroke Hemoragik

    Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan iskemia

    (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi,

    pecahnya aneurisma, atau malformasi ateriovenosa. Hemoragi dalam otak secara signifikan

    meningkatkan tekanan intracranial yang memperburuk cedera otak yang dihasilkan.

    Merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi intraserebrum mengalami

    ruptur, sehingga terjadi pendarahan ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang

    dapat menyebabkan pendarahan subarachnoid (PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan

    malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke haemoragik adalah pemakaian

    kokain dan amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan pendarahan

    intracerebrum atau subarachnoid.1

    Berikut merupakan etiologi stroke haemoragik, yaitu :1

    - Aneurismemerupakan keadaan dinding arteri yang melemah sehingga menyebabkan arteritersebut meregang dan menggelembung seperti balon. Biasanya aneurisme terjadi di tempat

    yang terdapat percabangan arteri.

    - Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan arteriol kecilpecah di dalam otak. Darah yang dilepaskan di dalam jaringan otak akan menimbulkan

    tekanan pada arteriol sekitarnya sehingga arteriol tersebut ikut pecah dan menimbulkan

    perdarahan yang lebih luas. Hipertensi dapat pula menyebabkan infark lakuner. Bentuk ini

    merupakan infark miniatur yang serupa dengan strok komplek, tetapi memiliki skala yang

    lebih kecil. Infark lakuner terjadi di dalam nukleus dan traktus spinalis otak dan menyerupai

    danau atau lubang kecil-kecil.

    - Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan pembuluh darah otak dan disini arteriberhubungan langsung ke vena tanpa melewati jaringan kapiler (capillary bed). Tekanandarah yang datang dari arteri tersebut terlalu tinggi bagi vena sehingga membuat vena ini

    melebar sehingga dapat mengangkut darah dengan volume yang lebih besar. Pelebaran ini

    dapat menyebabkan ruptur vena tersebut.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    16/27

    16

    Etiologi

    1. Vaskuler : Arterosklerosis, displasi fibromuskuler, inflamasi (giant cell arteritis, SLE,poliarteritis sifilitika, AIDS), diseksi arteri, penyalahgunaan obat, sindrom moyamoya,

    thrombosis sinus, atau vena)9

    2. Kelainan jantung : thrombus mural, aritmia jantung, endokarditis infeksiosa dannoninfeksiosa, penyakit jantung rematik, penggunaan katup jantung prostetik, miksoma

    atrial, dan fibrilasi atrium.9

    3. Kelainan darah : trombositosis, polisitemia, anemia sel sabit, leukositosis,hiperkoagulasi, dan hiperviskositas darah.

    9

    Berikut merupakan faktor resiko yang dapat mencetuskan terjadinya stroke, yaitu :10,11

    Tidak dapat diubah- Usia

    Merupakan faktor resiko paling penting terjadinya serangan strok. Penelitian populasi

    menunjukan bilamana sesorangan hanya mempunyai satu faktor resiko pada dirinya,

    faktor ini tidak akan banyak meningkat kemungkinan terjadinya permasalahan strok.

    Permasalahan baru terjadi kalau penderita mempunyai dua,tiga,atau emapat faktor resiko

    yang bergabung menjadi satu. Jadi, walaupun tidak dapat mengubah usia, faktor-faktor

    lain yang disebutkan diatas dapat dihindari.- Jenis kelamin pria- Ras- Riwayat keluarga- Riwayat TIA atau stroke

    Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik otak sepintas (TIA) akan

    menghadapi resiko untuk terjadi suatu serangan strok. Serangan iskemik sepintas

    memebrikan gejala seperti serangan strok yang ringan, karena ada gangguan penglihatan

    serta bicara, dan perasaan lemas atau gangguan sensorik pada salah satu sisi tubuh.

    Gejala-gejala akan hilang dalam waktu 24jam.Serangan ini dianggap sebagai suatu

    ancaman strok.

    - Penyakit jantung koroner

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    17/27

    17

    Penderita penyakit katub jantung, yang mungkin timbul setelah demam rematik,

    mempunyai kecendrungan untuk terjadinya trombus dalam jantung yang kemudian

    terbawa darah ke dalam otak. Keadaan ini terutama terjadi bila irama jantung

    menunjukan kelainan. Setiap orang yang pernah merasakan gejala palpitasi (rasa

    berdeba-debar), atau ketika diperiksa denyut nadinya teraba ketidakteraturan yang lebih

    dari sekedar denyutan ekstra yang kadangkadang timbul, harus menjalani pemeriksaan

    lebih lanjut.

    - Fibrilasi atrium

    Dapat diubah- Hipertensi

    Hipertensi merupakan satu-satunya faktor resiko yang terpenting tapi dapat diobati

    karena pengobatan hipertensi dapat memperkecil kemungkinan terjadinya strok hingga

    separuhnya. Namun, insidensi serangan stok sudah mulai terlihat berkurang sekalipun

    belum ditemukan obat darah tinggi yang efektif. Ada beberapa alasan yang menjelaskan

    penurunan insidensi ini, yaitu termasuk kemungkinan garam sebagai penyebabnya dan

    tekanan darah penduduk menurun bersamaan dengan berkurangnya kandungan garam

    dalam makanan setelah ditemukan lemari es untuk mengawetkan makanan. Yang

    menarik untuk diperhatikan, penurunan tekanan darah ternyata hanya memberikanpengaruh yang amat kecil terhadap upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

    serangan jantung.

    - Diabetes melitusPenderita diabetes mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mendapatkan serangan

    strok daripada lainnya sehingga penyakit ini harus dikendalikan secermat mungkin.

    Penyakit diabetes yang kurang terkontrol dapat mengakibatkan penurunan volume

    plasma dalam peredaran darah. Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi sel darah

    merah

    - MerokokRokok merupakan faktor resiko yang bermakna terjadi strok karena dianggap

    membahayakan pembuluh darah, pertamatama merokok akan memeprcepat pengerasan

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    18/27

    18

    pembuluh nadi (arteriosklerosis) dan kedua akan meningkatkan kecendrungan

    pembekuan darah.

    - Penyalah gunaan alkohol dan obatAlkohol dianggap memberikan pengaruh yang berbahaya bagi peredaran darah otak.

    Bahan ini dapat meningkatkan tekanan darah, menggangu metabolisme hidratarang dan

    lemak dalam tubuh, dan juga mengganggu pembekuan darah.

    - Hemotokrit meningkat- Bruit karotis asimtomatis- Hiperurisemia dan dislipidemia.

    Epidemiologi

    Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju, setelah penyakit jantung

    dan kanker. Insidensi tahunan adalah 2 per 1000 populasi. Mayoritas stroke adalah infark

    serebral.8

    Insiden stroke meningkat secara eksponensial dari 30 tahun, dan etiologi bervariasi menurut usia.

    Usia lanjut adalah salah satu faktor paling signifikan risiko stroke. 95% dari stroke terjadi pada

    orang usia 45 dan lebih tua, dan dua-pertiga dari stroke terjadi pada orang-orang di atas usia 65.

    Risiko seseorang mati jika dia tidak memiliki stroke juga meningkat dengan usia. Namun, stroke

    dapat terjadi pada semua usia, termasuk pada janin. Pria 25% lebih mungkin untuk menderita

    stroke daripada wanita.

    Patofisiologi

    Penyebab serebrovaskuler disebabkan oleh satu dari beberapa proses patologik yang mengenai

    pembuluh darah otak. Proses mungkin karena:

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    19/27

    19

    o Intrinsic terhadap pembuluh darah seperti artherosklerosis, lipohialinosis, inflamasi,deposisi amiloid, diseksi arterial, malformasi perkembangan, dilatasi aneurisma atau

    thrombosis vena.

    o Mula-mula sedikit, dan terjadi bila embolus dari jantung atau sirkulasi ekstrakranialtersangkut dalam pembuluh darah intracranial.

    o Diakibatkan oleh pernurunan tekanan perfusi atau peningkatan viskositas darah denganaliran darah serebral tidak kuat.

    o Diakibatkan oleh rupture pembuluh darah pada ruang subarachnoid atau jaringanintraserebral.

    Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam artert-arteri yang

    membentuk sirkulus Willisi: arteri karotis interna dan sistem vertebrobasiler atau semua cabang-

    cabang nya. Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit

    akan terjadi infark atau kematian jaringan. Tetapi oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan

    infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya bahwa mungkin terdapat

    sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.1 Sehingga ketika arteri tersumbat secara

    akut oleh thrombus atau embolus, maka area SSP yang diperdarahi akan mengalami infark jika

    tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik senral terdapat penumbra

    iskemik yang tetap viable untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah

    baik kembali.8

    Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan:8

    Edema sitotoksik: akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak. Edema vasogenik: akumulasi cairan ekstraseluler akibat perombakan sawar darah otak.Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke

    mayor, akibat peningkatan tekanan intracranial dan kompresi struktur-struktur disekitarnya.8

    Manifestasi Klinis

    Berikut merupakan tanda-tanda peringatan seseorang dapat diduga mendapat serangan stroke,

    yaitu:

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    20/27

    20

    Gambar 8 Tanda Peringatan Serangan Stroke12

    Manifestasi klinis bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya. Gejala dan deficit

    neurologic yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemi:

    Gambar 9 Gejala dan Lokasi Iskemik13

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    21/27

    21

    Tatalaksana

    Umum14

    o Nutrisio Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCl 0,9% jika hipovolemiko Hiperglikemi: koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin regular

    subkutan.

    o Neurorehabilitasi dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota badan aktifmaupun pasif.

    o Perawatan kandung kemih: kateter menetap hanya pada keadaan khusus ( kesadaranmenurun, demensia, dan afasia global)

    Prinsip penatalaksanaan stroke iskemik sebagai berikut :1

    Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-plasminogen activator).

    Mencegah perburukan neurologis yang berhubungan dengan stroke yang berkembang(jendela terapi sampai 72 jam). Perburukan klinis dapat disebabkan oleh mekanisme :

    - Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark- Ekstensi teritori infark- Konfersi hemoragis

    Mencegah stroke berulang dini (dalam 30 hari sejak onset gejala stroke).

    Protokol penatalaksanaan stroke iskemik akut, sebagai berikut :1

    Pertimbangkan rt-PA intravena 0,9 mg/ kgBB intravena (dosis maksimum 90 mg). Pertimbangkan pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau iskemia

    miokard. Bila terdapat vibrilasi atrium respon cepat diberikan digoksin 0,125 0,5 mg

    intravena dalam 12 jam.

    Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh cepat-cepat diturunkan. Karenaapabila penurunan tekanan darah yang terlalu agresif pada stroke iskemia akut dapat

    memperluas infark dan perburukan neurologis.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    22/27

    22

    Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan tanda klinis atauradiologis adanya infark hemiferik atau serebelum yang masih, kesadaran menurun,

    gangguan pernapasan, atau stroke dalam evolusi.

    Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi pada pasien dengan infark serebelumyang luas.

    Pertimbangkan sken resonansi magnetik pada pasien dengan stroke vertebrobasiler atausirkulasi posterior atau infark yang tidak nyata pada CT-Scan.

    Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800 unit/ jam, 20.000 unit dalam500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/ jam, sampai mastromboplastin parsial

    mendekati 1,5 kontrol.

    Pemeriksaan penunjang neurovaskular diutamakan yang non invansif, seperti ekokardiografidan ultrasonografi doppler karotis.

    Pertimbangkan pemeriksaan darah pada kasus penyebab stroke yang tidak lazim terutamapada usia muda.

    Neuroproteksi1

    Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera jaringan

    neuron dapat di pulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang

    disebut sebagai strategi neuruprtektif. Hipotermi adalah terapi neuroprotektif yang sudah

    lama di gunakan pada kasus trauma otak dan terus di teliti pada stroke. Cara kerja metode ini

    adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen sel-sel neuro.

    Dengan demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia

    berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang

    biasanya timbul akibat sel neuron. Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah

    pemakaian obat neuroprotektif. Banyak riset stroke yang meneliti obata yang adapat

    menurunkan metabolisme neuron mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang rusak,

    atau memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di penumbra

    iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.

    Antikoagulasi1

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    23/27

    23

    Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 2-3) untuk pasien stroke

    yang memiliki katub prostetik mekanis.

    Trombolisis intravena1

    Resiko terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah perdarahan intraserebrum. Dengan

    demikian terapi harus digunakan hanya bagi pasien yang telah di saring secara cerna dan

    yang tidak memenuhi satupun dari kriteria eksklusi berikut :

    - Gambaran perdarahan intrakranium berupa masa yang besar pada CT.- Angiogram yang negativ untuk adanya bekuan- Peningkatan waktu protrombin/INR, yang mengisyaratkan kecendrungan perdarahan- Adanya pembuluh dan luka yang belum sembuh dari trauma atau pemebdaha yang baru

    terjadi

    - Tekanan darah diastolik yang sangat tinggi, hilangnya auturegulasi adalah suatu resikobesar

    Selain itu, pasien dengan riwayat yang pernah menggunakan kokain atau amfetamin sering

    disingkirkan karena resiko perdarahan dari pembuluh otak di bawah tekanan tinggi.

    - Trombolisis intrarteriPemakaian trombolisis intraarteri untuk pasien dengan stroke iskemik akut, sedang dalam

    penelitian walaupun saat ini belum di setujuim oleh FDA. pasien yang berisiko besarmengalami perdarahan akibat terapi ini adalah mereka yang skor national institute of

    healt stroke scalenya tinngi,memerlukan waktu lebih lama untuk rekanalisasi pembuluh

    - Terapi perfusiSerupa dengan upaya untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus spasme saat

    pemulihan dari perdarahn subarknoid, pernah di usahakn induksi hipertensi sebagai usaha

    untuk meningkatkan tekanan darah arteri rata-rata sehingga perfusi otak dapat meningkat.

    Terapi bedah1

    Dekompresi bedah adalah suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis depan di

    cadangkan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah satu sisi tengkorak di

    angkat sehingga jaringan otak mengalami infark dan edema mengembang tanpa di batasi oleh

    struktur tengkorak yang kaku. Dengan demikian prosedur ini mencegah tepat kanan dan

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    24/27

    24

    distrosi pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak. Sebelum dilakukan

    pembedahan, perlu dilakukan arteriogram. Arteriogram merupakan suatu ancaman serius

    bagi pasien karena zat warna, seperti darah bebas, dapat menyebabkan vasospasme karena

    iritasi, dan tekanan yang di perlukan untuk memmasuakan zat warna dapat menyebabkan

    perdarahan di daerah yang baru mengalami ruktur. Pasien harus distabilkan sebelun di

    operasi. Untuk mencapai tujuan ini pasien di sertakan dalam suatu protokol aneurisma, yang

    mingkin mencakup prosedur berikut :1,9

    - Ruangan di pergelap. Tidak di lakukan pengambilan suhu melauli rektum, karena hal inimerangsang saraf vagus dn meningkatkan tekanan darah

    - Pasien di beri fenobarbital intravena untuk mengurangi kemungkinan kejang- Pasien diberi deksametason (decadron), untuk menimbulkan diuresis dan melindungi otak

    dengan menstabilkan membran otak dan mengurangi edema otak

    - Pasien di beri penghambat reseptor H2 atau inhibitor pompa proton untuk mencegahiritasi saluran cerna yang mugkin merupakan efek samping.

    - Pasien di beri asam amino kaproat (amicar) untuk mencegah lisis bekuan- Pasien di beri hidra lazim hidroklorida (apresoline) untuk stabilisasi tekanan darah,

    apabila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg.

    - Cairan di batasi berdasarkan osmolalitas serum : mungkin hingga 800-1200 ml/24 jam.

    Komplikasi

    Bahu yang kakuSebagian penderita stroke akan menderita perasaan nyeri dan kaku pada bahu di sisi yang

    sakit. Ada tiga penyebab keadaan ini pertama, sendi bahu memerlukan kisaran gerakan yang

    penuh di sepanjang hari. Jika hal ini terjadi, nyeri hebat dapat terasa ketika bahu tersebut

    digerakkan. Kedua, lengan yang lumpuh merupakan beban yang sangat berat sehingga bila

    tidak tersangga akan mengakibatkan pembengkakkan, rasa nyeri serta kekakuan pada sendi

    tersebut. Penyebab ketiga yang paling sering menimbulkan kekakuan bahu adalah kerusakan

    yang terjadi ketika penderita diangkat secara ceroboh dengan memgang ketiaknya-bagian

    sendi dapat robek dan mengalami inflamasi akibat pengangkatan ini.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    25/27

    25

    Trombosis vena profundus dan emboli pulmonerSuatu trombus atau bekuan darah sangat sering terbentuk di dalam pembuluh darah balik

    pada tungkai yang lumpuh, khususnya di daerah betis. Keadaan ini dapat mengakibatkan

    pembengkakan pada pergelangan kaki di sisi tersebut, dengan nyeri tekan pada otot betis.

    Kadang-kadang seluruh tungkai dapat membengkak dan terasa nyeri atau pagal. Karena

    adanya tambahan cairan di dalam tungkai, gerakan kaki akan terganggu. Kadang kala

    trombus dari pembuluh darah balik terlepas dan membentuk suatu embolus yang terbawa

    darah ke dalam paru dan kemudian menyumbat satu atau lebih arteri pulmonalis yang

    memperdarahi paru-paru. Keadaan ini mengakibatkan kelainan emboli pulmoner yang

    kadang-kadanag dapat menimbulkan kematian setelah serangan stroke. Gejalanya nyeri dada

    dan sesak napas.

    DekubitusKarena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaanya, dekubitus selalu

    menjadi ancaman khususnya di daerah bokong, panggul, pergelangan kaki, tumit, dan bahkan

    telinga. Dekubitus dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan suatu infeksi

    sehingga kulit luka pada permukaannya dan kuman dapat masuk.

    Kejang (konvulsi)Beberapa penderita stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-hari pertama setelah

    serangan. Serangan ini dapat berupa kedutan atau (twiching) atau kejang kaku (spasme) pada

    otot, pernapasan yang berisik, lidah yang tergigit, mulut yang berbuih, inkontinensia dan

    kehilangan kesadaran dalam waktu yang singkat. Serangan ini lebih besar kemungkinannya

    terjadi bila korteks serebri sendiri telah terkena, daripada serangan stroke yang mengenai

    struktur otak yang lebih dalam. Kemungkinan lain disebabkan oleh emboli serebral.

    Problem kejiwaanPenderita sering mengalami depresi setelah serangan stroke. Disamping rasa rendah diri yang

    bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas keberadaan

    mereka. Depresi merupakan penyebab utama yang menerangkan mengapa penderita tidak

    mampu bereaksi dengan kecepatan yang normal terhadap seyiap upaya remobilisasi.

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    26/27

    26

    Pencegahan

    1. Primer : mengendalikan faktor resiko, gizi seimbang, dan olahraga teratur.142. Sekunder : mengendalikan faktor resiko, medikamentosa, dan tindakan invasive bila

    diperlukan.14

    Prognosis

    Prognosis dipengaruhi usia pasien, penyebab stroke dan kondisi medis lainnya yang mengawali

    atau menyertai stroke. Penderita yang selamat memiliki resiko tinggi mengalami stroke kedua.14

    Bab III Kesimpulan

    Stroke merupakan penyebab kematian urutan ketiga yang tersering. Faktor resiko stroke ada

    yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah seperti hipertensi, DM,merokok,penyalahgunaan

    obat dan lainnya, oleh karena faktor resiko ini bisa diubah maka usahakan untuk menghindarinya

    dengan gaya hidup yang sehat. Apa bila terjadi gejala stroke seperti tungkai dan kanan lemah,

    sulit bicara,penurunan kesadaran maka harus segera dibawa ke Rumah Sakit untuk dievaluasi

    lebih lanjut kemungkinan terkena stroke. Oleh karena itu laki-laki berusia 62 tahun tersebut

    didiagnosis terkena stroke iskemik.

    Daftar Pustaka

    1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6,Volume ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.h1105-32

  • 5/26/2018 Stroke Iskemik Et Causa Thrombosis

    27/27

    27

    2. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.12-13

    3. Gambar 1 Skala koma glasglow. Diunduh dari: http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-

    glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurl

    4. Gambar 2. Nervus kranialis. Diunduh dari :http://avicennadoctor.wordpress.com/2011/04/30/nervus-kranialis-a-k-a-cranial-neve/

    5. Weiner HL, Levitt LP. Buku saku neurologi. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC; 2001.

    6. Gambar 6. Stroke akut. Diunduh dari :http://www.facialnervecenter.org/causes_other.html

    7. Gambar 7. Angiografi stroke. Diunduh dari :http://tidsskriftet.no/article/1921073/8. Ginsberg L. Lectures notes: Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.h.89-

    91

    9. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrisonprinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13, Volume 5. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2000.h.2464-6

    10.Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.h.251-2

    11.Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta :Penerbit Erlangga; 2007.h.91-104

    12.Gambar 8. Tanda peringatan serangan stroke. Diunduh dari:http://rapidesregional.com/our-services/heart-care/service

    13.McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC; 2011.h.199

    14.Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis & tatalaksanapenyakit saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.24-7

    http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://avicennadoctor.wordpress.com/2011/04/30/nervus-kranialis-a-k-a-cranial-neve/http://www.facialnervecenter.org/causes_other.htmlhttp://tidsskriftet.no/article/1921073/http://rapidesregional.com/our-services/heart-care/servicehttp://rapidesregional.com/our-services/heart-care/servicehttp://rapidesregional.com/our-services/heart-care/servicehttp://tidsskriftet.no/article/1921073/http://www.facialnervecenter.org/causes_other.htmlhttp://avicennadoctor.wordpress.com/2011/04/30/nervus-kranialis-a-k-a-cranial-neve/http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurlhttp://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/glasgow-coma-scale-skala-koma-glasgow.html&docid=bteJu-Fiw7zEsM&imgurl