11
.. Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation with: Forest Carbon Partnership Facility REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partn ers hip Faci lit y (FCPF) Strategi Monitoring & Pelaporan di Propinsi Sumatera Barat Bogor, Oktober 2013 Keme nrerian Ke huranan Badan Penel1rian dan Peng emb an gan Ke huranan Pusat Pcnelitian dan Pcngembangan Pcrubahan Iklim dan Kebijakan

Strategi - forda-mof.org fileKata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding 'Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sumacera Barat"

Embed Size (px)

Citation preview

..

Forestry Research and Development Agency (FORDA) Ministry of Forestry In cooperation w ith:

Forest Carbon Partnership Facility

REDD+ READINESS PREPARATION The Forest Carbon Partnership Fac ility (FCPF)

Strategi Monitoring & Pelaporan

di Propinsi Sumatera Barat

Bogor, Oktober 2013

Kemenrerian K ehuranan Badan Penel1rian dan Pengembangan K ehuranan

Pusat Pcnelitian dan Pcngembangan Pcrubahan Iklim dan Kebijakan

PROSTDJNG WORKSHOP STRATEGT MONTTORINC DAN PEIAPORAN PLOT SAMPEL PERMANEN DI PROVJNST SUMATERABARAT

Editor:

l. Dr. l r. Kirsfianci L. Ginoga 2. lr.Achmad Pribadi, M.Sc 3. M. Zahrul Mucca9in , M .Sc.For 4. Virni BudiArifanci, S.Huc, M .Sc 5. Mega Lugina, S.Huc, M.Sc.For

ISBN: 978-602-7672-34-5

© 2013 Pusat Pcnclician dan Pcngcmbangan Perubahan lklim dan Kebijakan, Badan Penelician dan Pcngcmbangan Kehutanan

Hak Cipta dilindungi U ndang-Undang

Dilarang mcmpcrbanyak buku ini sebagian acau scluruhnya, baik dalam bcncuk fococopy. cecak, mikrofilm, clckcronik maupun bencuk lainnya. kccuali uncuk kcpcrluan pcndidikan acau non-komersial lainnya dcngan mencancumkan su mbcrnya scbagai bcriku c:

G inoga, K.L, Pribadi ,A., Mucca9in, M.Z .,Arifanci, VB., dan Lugina, M. (eds). 2013. Prosiding Workshop Scraccgi Monicoring dan Pclaporan Ploc Sampcl Pcrmanen di Provinsi Sumaccra Barac. Pusac Pcncl ician dan Pcngcmbangan Pcrubahan lklim dan Kcbijakan, Badan Pcnclician dan Pcngcmbangan Kchucanan, Bogor, Indonesia.

Diccrbickan oleh:

Pusac Penelician dan Pcngembangan Pcrubahan Iklim dan Keb1jakan, Badan Pcnclioan dan Pengcmbangan Kchucanan - Kemencerian Kchucanan JI. Gunung Bacu No. 5, Bogor 16118, Indonesia Telp/Fax: +62-251 8633944/+62-251 8634924 Email: [email protected]; websice: hnp://www.puspijak.org

ii

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding 'Workshop Strategi Monitoring dan Pelaporan PSP di Provinsi Sumacera Barat". Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul Strategi Monitoring PSP di Tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Padang pada ranggal 22-23April 2013.

Kegiatan workshop ini merupakan kelanjutan kegiaran kerjasama FCPF sebagaimana te l ah ditetapkan dalam Surat Keputusan No. S. 263/V1II/ P3PIK-2/2012, dan Surat Perintah Kerja Swakelola No. 316/SPK/V1Il/ P3PIK­DIPA/2012 tentang pelaksanaan kegiatan kerjasama FCPF REDD+ Readiness Preparatio11 "Pembangunan Plot Sampel Permanen (PSP) sebagai Upaya Penyediaan Data dan Monicoring Scok Karbon serta Perubahan Scok Karbon pada Berbagai Tipe Tucupan Hutan Di Hutan Nagari, Provinsi Sumatera Barat" yang merupakan upaya penyediaan data dan monicoring scok karbon serca perubahan scok karbon pad a berbagai ripe tutupan hutan di hutan nagari, Provinsi Sumatera Barat.

Tujuan workshop ini adalah mendukung strategi dan kebijakan daerah dalam implementasi pencapaian RAD dan SRAP Provinsi Sumatera Barac.

Penghargaan dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang tel ah berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan prosiding ini. Semoga prosiding ini memberikan mantaat bagi semua pih<tk.Aamiin.

Padang, Oktober 2013

Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan

Ke pa la

Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

N IP 19640118 199003 2 001

Pro11ding Workshop S1ra1egi Monuonng dan Pelaporan Plot Sampel Penmanen d1 Pr0V1n11 Sumatera Baral iii

Daftar lsi

Kata Pengantar ............................................................................. iii Daftar lsi ................................................................... .................... v Rumusan Workshop .................................................................... vii

1. Pendahuluan ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............. .................... ............. ... .................. .. ......... .. .......... .. ..... 3

1.2 Tujuan Workshop ................................. ........................................................... 4

1.3 Hasil yang Diharapkan .. ... ........... ...... .. ............ ... ................. ... ........ ................ 4

1.4 Pen1bicara dan Te1na ............... ......................................................................... 4

1.5 Penyelenggaraan Workshop ..... ........................................... ...................... ..... 5

1.6 San1butan-sambutan ........................................................................................ 5

2. Strategi Monitoring PSP untuk Mencapai Target RAD dan SRAP Provinsi ........................................................................ 13

2.1 Program dan Kegiatan Sektor Kehutanan untuk Mencapai Target Penurunan Emisi .. .............................................................. ................. .......... 15

2.2 Lesson Learned dari Pembangunan PSP Untuk M onitoring Karban Hu tan Pada Kegiatan FCPF Tahun 2012 ... ............ : .................................. 17

2.3 Pernbangunan PSP pada Berbagai Tipe Tutu pan Hucan di Hutan Nagari Simancuang, Provinsi Sumatera Barat ................................. .......... 20

2.4 Land Use planning.for Lo W Emission D evelopment Strategy ( LUWES) dan REDD Abacus untuk Pemantauan Cadangan Karban ... ........ ... ......... . 21

3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi ..................................................... 25

3.1 Strategi Kebijakan Provinsi Sumatera Barat untuk Mencapai Target Penurunan Emisi ..... ... ..... ........ ........... ........... ... .............. ... ............................ 27

3.2 PotensiAplikasi INCAS Sebagai Sistirn Monitoring Karban Hutan ..... 29

3.3 Peran dan TanggungJawab para Pihak dalarn Pelaksanaan Sistem Monitoring Karban Hu tan di Sumatera Barat. ...... .. ............ ...................... 31

4. Kesimpulan dan Rekomendasi ............................................... 35

4.1 Kesimpulan ..... .......... .............. ..... ................ ............................ ...... ... ............. 37

4.2 Rekomendasi .... ........ ...... ............. ...... .. .......................................................... 37

Lampiran .................................................................................... 39

Pros1ding Workshop Stra1eg1 Morntonng dan Pelaporan Plot Sampel Permanen d1 Prov1ns1 Sumatera Baral v

Rumusan Workshop

Ringkasan hasil diskusi panel dan Focus Group Discussion yang dilaksanakan selama dua hari pelaksanaan Workshop, adalah sebagai berikut:

l. \Xl'orkshop ini penting untuk strategi monitoring PSP yang sudah dibuat dalam kerangka kerjasama FCPF. Selanjutnya perlu dikembangkan sistem monitoring PSP mulai dari tingkat tapak, regional sampai tingkat nasional. Dalam ha! ini, Provi nsi Sumatera Barat sudah membentuk POKJA REDD+ dan merupakan salah satu Provinsi yang sudah berhasil menyusun RAD GRK. Sesuai karakteristik wilayah Sumatera Barat, Srraregi Rencana Aksi Provinsi (SRAP) Penurunan Emisi dilakukan dengan empat strategi, yairu:

a. Pengembangan berbasis masyarakat,

b. Berbasis Nagari,

c. Rehabilirasi hutan dan lahan,

d. Mirigasi perubahan iklim

Dalam mempersiapkan mekanisme REDD+ dimasa mendatang, diperlukan mekanisme Monitoring, Reporting and Verification (MRV) terhadap pengurangan emisi yang sudah dilakukan. Pembangunan PSP merupakan salah satu upaya MRV di tingkar tapak.

2. Workshoop ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pembuatan PSP yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012 yang rahun ini berteparan dengan kegiatan peringaran 100 rahun lirbang kehuranan. Pembangunan PSP ini memiliki keterkairan dengan SRAP Sumatera Barat terutama dalam konreks implementasi SRAP. Untuk menunjang ha! tersebut, perlu adanya kesepakatan terhadap strategi untuk mewujudkan SRAP Provinsi Sumatera Barat.

3. Luas kawasan hutan di Sumatera Barat saat ini adalah 2,4 juta ha. Penyebab deforetasi dan degradasi huran di Sumatera Barat disebabkan oleh kegiatan deforestasi yang terencana yang melipuri pemekaran wilayah, konversi hutan, izin Kuasa Pertambangan (KP) dan kebun. Sedangkan yang tidak terencana antara lain perambahan hutan, kebakaran hutan dan klaim yang berujung konversi. Adapun degradasi yang terencana berupa lzin Usaha Pemanfaatan di Hutan Alam (HA) dan Hu tan Tanaman (HT), sedangkan yang tidak terencana adalah penebangan di luar blok jatah tebangan dan illegal logging.

4. Emisi di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 1,76 GT C02e, dimana 60% emisi berasal dari perubahan tutu pan lahan dan kebakaran gambut.

Presiding Workshop Stra1eg1 Morn1onng dan Peloporan Plot Sampel Penmanen d1 Provins• Sumatera Barat vii

Indonesia telah bersedia unruk menurunkan emisi sebesar 26% sampai tahun 2020 dengan upaya sendi ri dan 41 % jika ada ban man dari pihak donor. Komitmen tersebut telah diruangkan dalam Perpres No. 61 Tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaea dan RencanaAksi Daerah Penurunan GRK. FCPF tel ah memtasilitasi pembangunan PSP sebagai salah satu syarat Monitoring, R eporting and Verification ( MRV) unruk memenuhi salah saru syarat dalam kesiapan dalam skema REDD+. PSP dibangun un tuk menyiapkan pelaksaanaan REDD+ dengan metode perhirungan yang rinci. Melalui PSP, mekanisme MRV dapat bisa lebih dipercaya. Tujuan pembangunan PSP adalah unruk membangun sistem data monitoring, pelaporan dan verifikasi data emisi. Kriteria pemilihan lokasi menjadi penring karena harus memenuhi kriteria aksesiblitas, keamanan, keterwakilan, keberlanjuran, dan status kawasan. Sejumlah PSP telah dibangun di lima Provinsi yang terpil ih sebagai lokasi kegiatan FCPF yaitu di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 15 PSP, di Provinsi Sulawesi Urara sebanyak 22 PSP, di Provinsi NTB sebanyak 33 PSP dan di Provinsi Maluku sebanyak 12 PSP Metode pembangunan PSP yang dilakukan menggunakan standard SNI 7724-2011 yang melakukan perhitungan pad a 5 sumber (_poof) karbon, yaim: karbon di atas permukaan, di bawah permukan, serasah, kayu mati dan necromass.

5. Tujuan utama kebijakan SRAP meliputi upaya menjaga srabil itas lingkun gan, konservasi, pencegahan erosi, peningkatan rurupan hutan, pemenuhan keburuhan kayu bakar, peningkaran produksi hutan, substirusi kayu dan gerakan masyarakat secara besar-besaran unruk penanaman. Adapun sasaran "kebijakan nya adalah penjagaa hutan yang ada, peningkaran luas kawasan hutan nagari dan Hutan Kemasyarakaran ( HKm), serta optimalisasi unruk mendukung kebutuhan daerah, konservasi biodiversity dan kebutuhan pangan.

6. Salah satu masalah dalam pengelolaan hutan di Provinsi Sumacera Barat adalah rara batas (te rdapat konflik di Sij unjung yang perlu dicarikan solusinya). Sedangkan kegiatan-kegiatan yang perl u mendapat perbatian adalah rebabil itasi, konservasi, reviralisasi pemanfaatan huran, pemberdayaan masyarakat, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta penguatan kelembagaan. Dalam mendukung kegiaran-kegiatan tersebut diperlukan upaya pemantapan kawasan, upaya RHL dan upaya pengamanan ( perlu penambahan tenaga kehucanan). Selain itu, perlu dibuat sistem pengamanan hutan berbasis nagari, peningkacan peran dari ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, juga perlu melibarkan ulu bcdang nagari untuk pengamanan huran dengan anggaran dari nagari. Perlu dilakukan perhimngan stok karbon di TN dan kawasan konservasi. Upaya mitigasi dan adaptasi yang perl u dilakukan harus berdasarkan pada SRAP-REDD dan RAD-GRK, konsu lrasi para pihak dan sosiali sasi REDD+/ Carbon Trade. Mendorong gerakan REDD+, OBIT dan Gerakan Pemuda menanam.

viii Rumusan Workshop

7. Beberapa kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan Badan Litbang adalah upaya untuk mengintegrasikan plot yang dibangun dengan dukungan dari luar FCPF/ Badan Litbang yang meliputi plot-plot sebagai berikut: 1 plot di Sijunjung, 4 plot di mentawai, 2 plot di Solok, 1 plot di Tanah datar, 1 plot di Pasaman dan 1 plot di Pesisir Selatan. Kerjasama lain yang dapat dilakukan terkait dengan hasil hucan bukan kayu, kerjasama Puspijak-Aek Nauli dalam kerangka pengelolaan lanjutan PSP di Simancuang dan pembangunan TSP dan PSP oleh BPKH Medan sebanyak 10 plot.

8. Peran dan tanggungjawab pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan jelas disebutkan dalam Perpres No. 71 L'lhun 2011 tentang Penyelenggaraan lnventarisasi Gas Rum ah Kaea Nasional. Pe ran pemerin tah pusat disebutkan dalam pasal 7, peranan pemerintah provinsi dalam pasal 9 dan peran dari pemerintah kabupaten kota dalam pasal 10.

9. Pada areal agroforestry diperkirakan jumlah karbon rata-rata 123,8 ton per ha. U nmk im, disarankan agar segera melaksanakan reforestasi di areal semak belukar agar dapat meningkatkan simpanan karbon , serta perlu diadakan pelarihan masyarakar nagari unmk perhitungan karbon di PSP

10. Dengan adanya data-data yang dihasilkan dari PSP, dapat dijelaskan kererkaitan REDD+ dengan Aksi Mirigasi Nasional (NAMA) dan keterkaitannya dalam penurunan emisi 26% atas usaha sendiri dan 41 % denga1: bantuan pihak luar.

11. LUWES ( Land Uses Planning for Io W Emission Development Strategy) dikembangkan berkairan dengan isu-isu terkait hubungan pengurangan emisi dengan aktifitas pembangunan rendah emisi dan kebijakan yang diperlukan. Bagaimana hubungannya dengan trade off penggunaan lahan, bagaimana prinsip low emission development strategies serta bagaimana sejarah tingkat emisi yang tinggi , keterkaitannya· dengan aktifitas apa, kenapa, siapa aktornya dan di daerah man a saja. Kemudian perlu dibuar tingkat emisi reterensi atau perkiraan emisi di masa yang akan darang. Juga perl u dibuat skenario penurunan emisi yang bisa meningkarkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan emisi.

12. REDD ABACUS digunakan untuk menghitung eadangan karbon, opportunity cost, REL dan strategi pembangunan dengan emisi rendah. Metode di atas sudah diterapkan dalam penyusunan Reneana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaea. Fungsi yang sangar diharapkan dari PSP adalah mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang disi mpan dalam hucan.

13. Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rentan beneana gunung api dan merupakan zona gempa. Peran vegetasi unruk mitigasi perlu dikaitkan dengan pola struktur ruang ( hutan lindung, hutan produksi dan lain -l ain). Berdasarkan

Pros1dmg Workshop S1rateg1 Moni tonng dan Pdaporan Plot Sampel Permanen d1 Provms1 Suma1era Baral ix

rencana Aksi D aerah Penurunan Emisi Gas Rum ah Kaea ( RAD-GRIZ) yang

diamanarkan dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011 yang mempunyai p rinsip ridak menghambat pembangunan ekonomi, terintegrasi disemua bidang terkait,

merupakan kontribusi daerah p rovinsi kabupaten/ kota te rhadap penurunan ems i gas rumah kaca nasional dengan mel ibatkan seluru h stakeholder. RAD­GRK disusun dengan bantuan Bappenas dan pihak terkait lainnya. Terdapat 3

( riga) sektor yang terkait RAD GRIZ yaitu lahan dan gambu t, sektor energi dan

transportasi dan sektor pengelolaan limbah. Hasil perhirungan rim di Sumarera Barat , Lahan dan gambut mempunyai kontribusi emisi 86,08%; sektor energi dan transportasi 12,54% dan sektor limbah 1,3%. Sektor kehutanan diamanatkan

untuk menurunkan emisi sebesar 18 jt tco2 e.

14. INCAS (Indonesia National Crtrbon Accounting System) memiliki tujuan untuk

membuat ioformasi karbon nasional yang sesuai dengan kriteria international dan mengintegrasikan seluruh inisiatif karbon di semua unit. Module INCAS

terdis i dari empat komponen yaitu 1) Biomass Classification , 2) Land cover change ana{ysis 2000-2009; 3) Bagaimana hutan terdegradasi ( hutan primer sekunder),

didasarkan pada inrensitas gangguan; 4) Carbon Stock Estimation ( 5 karbon pool).

Data yang di perlukan meliputi remote sensing data dan ground data ( PSP).

15. Progres kegiatan INCAS yang sudah dilakukan yaitu meliputi wilayah Kalimantan, Sumatera dan Papua. Sementara itu , Sulawesi serta Maluku dan

J awa sudah hampri selesai. Saat ini sudah ada esrimasi aw;il emisi dan removal di Kalimantan seperti kelas biomassa per tahun. INCAS juga bisa digunakan

uncuk MRVREDD+ dan mendukung Forest M onitoring System serra mendesain

kuantifikasi impact perubahan lahan.

16. Pelibatan masyarakat Sumatera Barat merupakan kun ci keberhasi lan in isiarif

REDD+. Dengan dukungan ketua Satgas dan Kementerian Kehutanan, Provinsi

S umarera Barat te lah menyusun Road Map Hutan Nagari seluas 500.000 ha.

PSP merupakan al at untuk MRV Dal am p roses pembangunan PSP perlu proses konsultasi kepada masyarakat dan membangun kesepakaran dengan Lembaga

Pemangku Hutan Nagari rerkair mekanisme inte rnal unruk pelaksanaan PSP.

17. Peran para pihak sebagaimana diuraikan di atas, dirinci sebagai berikur:

a. Pemerintah bertanggungjawab dalam penyusu nan dokumen rencana aksi dan

mekanisme monitoring dengan mekanisrne konsulrasi publik, menyiapkan

anggaran, menyiapkan mekanisme penghargaan dan hukuman, monitoring

dan evaluasi, sinkronisasi rata ruang, rnembangun sistem monitori.ng karbon hutan yang partisipatif, membangun database yang mudah diakses oleh semua

pihak terkait , pengembangan skema-skema pengelolaan hutan be rsama masyarakat, fas ilirasi hasil monitoring dan memastikan mekanisme Free,

x Rumusan Workshop

'

Prior and Informed Consent (FPIC) dilakukan sebelum kegiatan. Menyiapkan instrumen kebijakan dan kelembagaaan di instansi terkaic.

b. Perguruan T inggi bertanggungjawab dalam membangun metodologi

monitoring yang sederhana dengan mengakomodasi pengerahuan local; membantu para pihak dilevel provinsi, kabupaten dan tapak untuk memahami metodologi perhitungan karbon dan mendesain model pelaporan.

c. Masyarakat sipi l berranggungjawab dalam mendorong penerapan FPIC,

rnembangun Hutan Nagari, rnendorong tata ruang mikro, peningkatan kapasitas lembaga perwalian lokal, melakukan advokasi dan memantau

pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta mekanisrne share learning.

Manajemen di level rapak bertanggungjawab dalam metodologi dan laporan

yang sederhana, rnelakukan hubungan langsung dengan lembaga nagari,

RTRW Kabupaten dan aturan lokal.

18. PSP di Hutan Nagari Simancuang belum mewakili ti pe ekosistem di Provinsi Sumarera Barat sehingga perlu dibangun PSP lainnya di Provi nsi Sumatera Barat yang mewakili seluruh ripe ekosistem Provinsi Sumatera Barat. Pengembangan

PSP di tiap-tiap kabupaten/kora akan dikelola oleh kabu paten/ ko ta dengan berkoordinasi dengan Pokja REDD+ Provinsi Sumatera Barat.

19. Selain PSP/PUP yang dibangun dalam kerangka kerjasama FCPF, sebenarnya sud ah ada PSP / PUP yang sudah dibangun dari inisiatiflain. Beberapa PSP /PUP

yang dibangun melalui inisiarif lain adalah seperri PSP/PUP yang dibangu n U niversitasAndalas bekerjasarna dengan pihakJepang, PSP /PUP yang dibangun BKSDAdan PSPyang dibangun oleh BPKH Medan, PSP/PUPyang dibangun

TN Siberut b~kerjasama dengan Yayasan Kehati. Tidak semua PSP yang telah dibangun dengan in isiatif lain tersebur ditujukan unruk pengukuran karbon,

sehingga data yang dikumpul kan belum memberikan kontribusi langs ung bagi pengurnpulan data karbon hutan. Namun dengan adanya metode persamaan allometrik , data yang telah ada (diameter dan tinggi) dapat dikonversi untuk

menduga cadangan karbon sehingga keberadaan PSP /PUP dari inisiatif di luar FC PF dapat tetap memberikan kontribusi bagi penghitungan karbon huran.

20. Kelembagaan dalam Pengembangao PSP merupakan penegasan fungsi Pokja REDD yang rneliputi:

a. Pengembangan dan monitoring PSP akan berada dibawah koordi nasi Pokja REDD+ Provinsi Sumatera Barat

Pros1d1ng Workshop Strategi Monuonng dan Pelaporan Plot Sampel Permanen d1 Provins1 Sumatera Barat xi

b. Pokja REDD+ Provinsi Sumatera Barat akan berkoordinasi dengan pihak kabupaten/kota untuk:

a) Membuat stratifikasi tipe ekosistem dan tipe tutupan lahan,

b) Menentukan jumlah dan lokasi PSP,

c) Menindaklanjuti PUP yang dibangun oleh BPKH,

d) Memonitor PSP di daerah,

c. Pihak yang terlibat dalam pengembangan PSP di daerah adalah instansi sebagai berikut: Dishut Prov/Kab/ Kota, Bappeda, BLHD, KPH, LKAAM, Lembaga Pengelola Hutan Nagari ( LPHN), Hutan Kemasyarakatan (HKm), UPT Kemenhut dan LSM

21. Mekanisme penganggaran pembangunan PSP di Provinsi Sumatera Barat dapat diusul kan dari:

a. APED Provinsi/ Kabupaten dan Kata:

a) PSP perlu dipandang sebagai aset/investasi daerah sehingga kegiatan monitoring dan pemeliharaannya perlu dianggarkan oleh setiap Kabupaten/ Ko ta.

b) Disusun berdasarkan Pergub tentang RAD GRK dan SRAP yang diturunkan dalam RPJMD dan Renstra.

b. BPKHWilayah I: Perlu di lakukan koordinasi dan kerja~ama yang dibangun oleh POKJA REDD+ Provinsi Sumatera Barat dengan BPKH agar dapat mensinkronkan kegiatan monitoring PSP di Provinsi Sumatera Barat.

c. Hibah Luar Negeri : Untuk menyusun proposal anggaran pembangunan dan monitoring PSP di daerah dari dana hi bah luar negeri, diperlukan asistensi dari pusat kepada daerah .

Rekomendasi workshop berdasarkan hasil diskusi dan FGD tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya kepastian kelembagaan pengelola di tingkat daerah agar pengelolaan PSP di daerah dapat terjamin keberlanjutannya.

2. Perlu adanya kepastian penganggaran yang tepat sasaran dengan melakukan intensifikasi sharing dan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan daerah terkait dengan pembangunan PSP di tingkat kabupaten oleh Pusar. Monitoring PSP 2013 akan dibiayai dengan dana Puspijak 2013 dimana akan di lakukan monitoring pasca proyek setiap tiga tahun. Sistematika pelaporan sudah ada. Disarankan untuk ke depannya perlu dilakukan pelatihan monitoring dan evaluasi karbon sccara periodik.

xii Rumusan Worl<shop

'

3. Perlu pelibatan para pihak baik di tingkat Provinsi dan kabupaten dalam teknis

pengukuran karbon hutan sehingga SNI 7724-2011 yang menjadi standar

pengukuran dapat dikerahui dan direrapkan lebih luas.

4. Perlu adanya pedoman teknis pelaksanaan pembangunan dan monitoring PSP

untuk pemerinrah daerah.

5. Dokumentasi dan sinkronisasi semua data dan informasi PSP perlu dikelola oleh

lembaga REDD+. Selain itu diperl ukan kerjasama dari para pihak baik yang ada

di Provinsi maupun Kabupaten unmk mengintegrasikan PSP/PUP yang sudah

ada untuk memberikan konrribusi bagi database karbon hutan di Provinsi. Salah

satu hal yang perlu dilakukan adalah menginventarisir ripe penu tupan lahan

yang belum memiliki PSP /PUP sehingga dapat diterapkan suatu strategi unm k

mengisi kesenjangan (gap) dari semua ripe hutan di Provinsi Sumarera Barnt.

6. Training perhitungan karbon perlu ditingkackan di seluruh Kabupaten/Koca

serta partisipasi masyarakat sekitar huran dalam monitoring karbon huran perlu

di lakukan.

7. Perlu dirambahkan kri teria lain dalam pembangunan PSP di Sumatera Barnt ,

selain kriteria ripe tutu pan kawasan hutan, juga perlu dimasukan kriteria vegetasi

yang memiliki nilai ekonomi dengan tetap memperti~nbangkan kandungan

karbon dalam vegetasi tersebut.

8. Mekan isme Pengelolaan PSP Hutan Nagari Simancuang akan dil aksanakan

sebagai berikuc:

a. Pengelolaah PSP di Huran Nagari Simancuang dan PU P dari BPKH I

Medan di Sungai Pagu akan berada dibawah Dinas Kehutanan Kabupaten

Solok Selatan didampingi oleh Pokja REDD+ Provins i Sumatera Barnt dan

Dinas Kehutan Provinsi.

b. Sosial isasi dan kete rlibatan Pemerin tah Kabupaten Simancuang dalam

kegiatan monitoring PSP perlu di ti ngkackan.

c. Anggaran pengelolaan dan monitoring PSP HN Simancuang sere I ah proyek

FCPF selesai akan dianggarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Solak

Selatan dan Dinas Kehuranan Provinsi Surnatera Barnt.

d. Di daerah perl u dibangun suatu lembaga MRV di tingkat Kabupaten dan

LPHN.

Pros1d1ng Workshop Stra1egi Monitoring dan Pelaporan Plot Sampel Permanen d1 Provins1 Sumatera Barat xiii