79
SKRIPSI PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS CLARA FEBRIYANTI RAYA DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

SKRIPSI

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

CLARA FEBRIYANTI RAYA

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 2: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

ii

SKRIPSI

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

CLARA FEBRIYANTI RAYA

A31112261

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 3: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

iii

SKRIPSI

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

disusun dan diajukan oleh

CLARA FEBRIYANTI RAYA

A31112261

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 4 Oktober 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.S., CA Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA

NIP 196301161988101001 NIP 196811251994122002

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 4: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

iv

SKRIPSI

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP

PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

disusun dan diajukan oleh

CLARA FEBRIYANTI RAYA A31112261

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 10 November 2016 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyutujui,

Dewan Penguji

No Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.S., CA Ketua 1...................

2. Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA Sekretaris 2...................

3. Drs. Mushar Mustafa, Ak., MM., CA Anggota 3...................

4. Drs. M. Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA Anggota 4...................

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 5: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

nama : Clara Febriyanti Raya NIM : A31112261 departemen/programstudi : Akuntansi dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul,

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 22 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan, Clara Febriyanti Raya

Page 6: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

vi

PRAKATA

Matius 7:7

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini

merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, peneliti

mendapatkan banyak ilmu pengetahuan, pengalaman, bimbingan, arahan,

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua, ayahanda Alexius Rante Raya dan ibunda Rostika

Pirade, atas doa, bantuan, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama

penelitian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.S., CA, selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta selaku Pembimbing I atas waktu dan

tenaga, bimbingan serta motivasi yang diberikan dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Ibu Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA, selaku pembimbing II atas

waktu dan tenaga, koreksi, bimbingan dan motivasi serta diskusi-diskusi

yang dilakukan mengenai penelitian ini.

4. Ibu Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Departemen

Akuntansi dan Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA, selaku

Page 7: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

vii

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin.

5. Bapak Dr. H. Arifuddin, S.E., Ak., M.Si., CA, bapak Drs. Mushar Mustafa,

Ak., MM., CA, dan bapak Drs. M. Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA, selaku

penguji yang telah memberikan koreksi dan saran bagi peneliti dalam

proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Drs. Amiruddin, M.Si., Ak., dan Ibu Dr. Hj. Haliah Imran, S.E.,

M.Si., Ak., CA, selaku penasihat akademik atas bimbingan dan arahan

selama kuliah.

7. Ibu Dr. Grace. T. Pontoh, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Pembina KMKE

atas bimbingan dan arahan selama kuliah.

8. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin atas perhatian, ilmu pengetahuan, dan bantuan yang telah

diberikan selama ini.

9. Pimpinan, staf serta seluruh auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi

Selatan atas waktu dan kesempatan serta bantuan yang telah diberikan

untuk melakukan penelitian.

10. Saudari terkasih, Angeline, Catrine (yang selalu direpotkan oleh penulis

selama proses penyelesaian skripsi), Claudia, Yusnasaria, dan dua

ponakan kesayangan Zion dan Oscar, serta sahabat, partner sekaligus

keluarga, Franklin, atas bantuan, dukungan, doa, dan hiburan yang selalu

diberikan selama penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat saya Anastasia Yunita, yang memberikan doa dan dukungan

agar saya cepat di wisudah, Sahabat CCP, Lita, Pili, Gina, Priyo, Yuni,

Pinkan, Inggrid, Sufe, Dakri dan Nat, terima kasih atas kebersamaanya,

atas suka dan duka selama perkuliahan.

Page 8: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

viii

12. Teman-teman Posko KKN Gelombang 90 Desa Bontoharu, Kecamatan

Rilau Ale’, Kabupaten Bulukumba. Untuk Rifa, Lotta, Franklin, Chrys dan

Kak Budi, terima kasih untuk kebersamaan dan keseruannya selama 2

bulan.

13. Teman seperjuangan Maxy, Rosa, Inri, Ilmi dan Ida yang sudah bersedia

untuk meluangkan waktunya membantu saya belajar kompre.

14. Keluarga besar KMKE-UH dan PMKO FEB-UH, Gise, Eko, Jerry, Edwin,

Elsy, Yopie, Frans, Micel, Chia, Eva, Rizma, Erni, Elni, Wildha, Lidya,

Theo, Anas, Shinta, Meigy, Rissa, Andi, Yopi, Theobal, Wes, Agit, Gina,

Edna, Tono, Helki, Adi, Juju, Risky, Ruha, Dion, Aldi, Kak Bril, Kak Fian,

Kak Irene, dan masih banyak lagi. Saya mengasihi kalian semua dan

tetaplah menjadi terang didalam Yesus Kristus.

15. Keluarga besar IMA FE-UH dan semua teman-teman Pe12ennial yang

turut membantu selama proses penyelesaian skripsi ini.

16. Seluruh pihak lainnya yang tidak saya sebutkan satu per satu yang

dengan ikhlas turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila

terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggug

jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Oleh karena itu, peneliti sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan

skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat, baik kepada peneliti maupun

semua pihak yang berkepentingan.

Makassar, 27 September 2016

Peneliti

Page 9: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

ix

ABSTRAK

Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

The Effect of Professionalism, Professional Ethic, and

Independence of Auditor’s on Materiality Level Judgement

Clara Febriyanti Raya Gagaring Pagalung

Aini Indrijawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas di BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Model analisis yang digunakan adalah Analisis linear berganda dan diuji dengan menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS 23. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden dan penentuan sampelnya menggunakan metode purposive sampling. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, etika profesi dan independensi auditor berpengaruh siginifikan dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini juga menunujukkan bahwa variabel etika profesi auditor merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kata kunci: profesionalisme, etika profesi, independensi, pertimbangan tingkat

materialitas

This study aims to identify and analyze the influence of professionalism, professional ethics, and independence of the auditor's on materiality level judgement in BPK RI Representative of South Sulawesi province. This study uses quantitative descriptive method. The analysis model used is multiple regression analysis and tested with goodness of data, classical assumption test, and hypothesis test using SPSS 23 software. The sample in this study were 50 respondents and the determination of the sample using purposive sampling method. The questionnaires of this study meassured using likert scale. Results showed that the variables of professionalism, professional ethics and auditor independence significant influence on materiality level judgement, either partially or simultaneously. This study also indicate that the professional ethics of auditors variable is the most dominant variable which influence on the materiality level judgement. Keywords: professionalism, professional ethics, independence, materiality level

judgement

Page 10: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

x

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................... v

PRAKATA ........................................................................... ......................... vi

ABSTRAK ........................................................................... ......................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

1.4. Kegunaan Penelitian.............................................................. 7

1.4.1. Kegunaan Teoretis .................................................... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis ...................................................... 7

1.5. Sistematika Penulisan .......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

2.1. Landasan Teori ..................................................................... 9

2.1.1. Teori Atribusi ............................................................... 9

2.1.2. Pengertian dan Klasifikasi Auditor ................................ 10

2.1.3. Profesionalisme ........................................................... 12

2.1.4. Etika Profesi ................................................................ 15

2.1.5. Independensi .............................................................. 17

2.1.5. Pertimbangan Tingkat Materialitas ............................. 19

2.2 . Penelitian Terdahulu ............................................................ 22

2.3 . Kerangka Pemikiran ............................................................. 23

2.4 . Hipotesis Penelitian .............................................................. 24

Page 11: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

xi

2.4.1. Profesionalisme Auditor ............................................... 24

2.4.2. Etika Profesi Auditor .................................................... 25

2.4.3. Independensi Auditor ................................................... 26

2.4.4. Profesionalisme, Etika Profesi, dan Independensi

Auditor ........................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 29

3.1. Rancangan Penelitian ........................................................... 29

3.2. Tempat dan Waktu ............................................................... 29

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 29

3.3.1. Populasi Penelitian ..................................................... 29

3.3.2. Sampel ....................................................................... 30

3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 30

3.5. Teknik Analisis Data ............................................................. 31

3.5.1. Statistik Deskriptif ....................................................... 31

3.5.2. Uji Kualitas Data ......................................................... 32

3.5.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 33

3.5.4. Uji Hipotesis ................................................................ 34

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 36

3.7. Instrumen Penelitian ............................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 40

4.1. Deskripsi Data ...................................................................... 40

4.2. Karakteristik Responden ...................................................... 40

4.2.1. Jenis Kelamin .............................................................. 40

4.2.2. Usia Responden .......................................................... 41

4.2.3. Lama Bekerja Responden Sebagai Auditor ................. 42

4.2.4. Pendidikan Terakhir Responden ................................. 42

4.3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .................................. 43

4.3.1. Variabel Profesionalisme Auditor (X1) .......................... 43

4.3.2. Variabel Etika Profesi Auditor (X2) ............................... 44

4.3.3. Variabel Independensi Auditor (X3) .............................. 46

4.3.4. Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) ........... 46

4.4. Hasil Uji Kualitas Data .......................................................... 48

4.4.1. Hasil Uji Validitas Data ................................................ 48

Page 12: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

xii

4.4.2. Hasil Uji Reabilitas Data .............................................. 49

4.5. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 50

4.5.1. Hasil Uji Normalitas ..................................................... 50

4.5.2. Hasil Uji Multikolinieritas .............................................. 51

4.5.3. Hasil Uji Heteroskedatisitas ......................................... 52

4.6. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 53

4.6.1. Hasil Uji Parsial (Uji t) .................................................. 55

4.6.2. Hasil Uji Simultan (Uji F) ............................................. 56

4.6.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square) ................. 56

4.7. Pembahasan ........................................................................ 57

4.7.1. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas ............................. 57

4.7.2. Pengaruh Etika Profesi Auditor Terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas ............................. 58

4.7.3. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas ............................. 58

4.7.4. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan

Independensi Auditor Terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas..................................................... 59

BAB V PENUTUP .................................................................................... 61

5.1. Kesimpulan .......................................................................... 61

5.2. Saran ................................................................................... 62

5.3. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64

LAMPIRAN ................................................................................................... 66

Page 13: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1. Skor Jawaban Responden ................................................................ 39

4.1. Rincian Penyebaran Kuesioner ........................................................ 40

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 41

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 41

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sebaga

Auditor ............................................................................................... 42

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............. 42

4.6. Statistik Deskriptif Variabel Profesionalisme Auditor ......................... 43

4.7. Statistik Deskriptif Variabel Etika Profesi Auditor .............................. 44

4.8. Statistik Deskriptif Variabel Independensi Auditor ............................. 46

4.9. Statistik Deskriptif Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas ........ 46

4.10. Hasil Uji Validitas Data ..................................................................... 48

4.11. Reabilitas Intrumen Penelitian .......................................................... 50

4.12. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................... 51

4.13. Hasil Uji Linear Berganda ................................................................. 53

4.14. Hasil Uji Parsial (Uji t) ....................................................................... 55

4.15. Hasil Uji Simultan (Uji F) ................................................................... 56

4.16. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square) ...................................... 56

Page 14: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 24

4.1. Hasil Uji Normalitas Data .................................................................. 51

4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 52

Page 15: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1 Biodata ........................................................................................... 67

2 Kuisioner Penelitian ....................................................................... 69

3 Karakteristik Responden ................................................................ 74

4 Statistik Deskriptif ........................................................................... 76

5 Hasil Uji Kualitas Data .................................................................... 78

6 Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................... 83

7 Hasil Uji Hipotesis .......................................................................... 85

Page 16: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini,

dapat memicu persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai macam usaha

dilakukan oleh para pelaku bisnis untuk bertahan dalam menghadapi persaingan.

Melakukan pemeriksaan laporan keuangan (Auditing) oleh auditor sebagai pihak

yang dianggap independen, merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh.

Menurut Agoes (dalam Irene 2014:1) auditing adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistemastis oleh pihak yang independen,

terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-

catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Istilah

audit sendiri sudah tidak asing lagi dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan

ekonomi kita. Sudah banyak perusahaan yang menggunakan jasa auditor dalam

proses pengauditan laporan keuangan. Mengapa demikian? Karena hasil audit

laporan keuangan tersebut menjadi informasi yang berguna bagi pihak yang

berkepentingan.

Pada umumnya, lembaga audit hanya akan melakukan pemeriksaannya

pada penugasan-penugasan yang mencakup semua bidang yang secara

finansial signifikan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh auditannya.

Lembaga audit hanya berkonsentrasi pada bidang-bidang yang dianggap

material. Auditor harus memutuskan sampai tingkatan mana memeriksa hal-hal

tersebut yang sesuai dengan tujuan-tujuannya, dan karena hal inilah konsep

materialitas muncul dalam audit.

Page 17: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

2

Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) materialitas

adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup

penting untuk mencegah laporan disajikan secara tidak wajar sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Materialitas menjadi dasar dalam

penerapan standar auditing dalam kategori standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas memiliki pengaruh yang

mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan (Boynton, dkk

2009:330).

Menurut Hery (2013:21) sesuatu dianggap material apabila dapat

memengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Materialitas

merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan, dalam menentukan secara

tepat jenis laporan audit yang akan diterbitkan pada situasi-situasi tertentu.

Secara konsep, pengaruh materialitas terhadap jenis laporan audit yang akan

diterbitkan bersifat langsung. Namun dalam prakteknya, evaluasi atas tingkat

materialitas merupakan hal yang tidak mudah. Evaluasi terhadap tingkat

materialitas bergantung pada apakah kondisinya melibatkan pembatasan ruang

lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Salah saji yang diakibatkan oleh adanya pelanggaran terhadap

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dapat diketahui berdasarkan hasil

audit yang telah dilakukan, sedangkan salah saji yang diakibatkan oleh adanya

pembatasan dalam ruang lingkup sifatnya subjektif dan merupakan salah saji

potensial yang masih bersifat mungkin.

Pertimbangan tingkat materialitas setiap entitas berbeda-beda satu sama

lain. Suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan suatu entitas

tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang

memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Kemungkinan perubahan materialitas

Page 18: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

3

dalam laporan keuangan entitas tertentu juga bisa terjadi dari periode akuntansi

satu keperiode akuntansi yang lain.

Dalam melakukan pertimbangan tingkat materialitas, auditor harus

memiliki kemampuan profesional. Mereka juga harus mampu melakukan audit

secara ahli dan dengan ketelitian profesional. Seorang auditor yang profesional

digambarkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu (1) pengabdian pada

profesi (2) kewajiban sosial (3) kemandirian (4) kepercayaan terhadap

pengaturan profesi dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Hall dalam

Kalbers dan Forgaty 1995).

Pelaksanaan audit oleh para auditor juga memerlukan standar teknis dan

standar etika yang menjadi panduan dalam melaksanakan tugasnya. Standar

etika diperlukan bagi profesi audit karena pekerjaan sebagai auditor sangat

rentan untuk mengahadapi kemungkinan tekanan atau permintaan dari pihak

yang diaudit laporan keuangannya. Oleh karena itu, seorang auditor harus terus

waspada agar tidak mudah terpengaruh oleh tekanan yang dapat membuatnya

melakukan pelanggaran prinsip-prinsip etika profesi.

Agar tidak terpengaruh pihak luar, setiap auditor harus memiliki

independensi dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksanya. Auditor

dianggap independen apabila dapat melaksanakan tugasnya secara bebas dan

objektif. Kemandirian auditor sangat penting terutama dalam memberikan

penilaian yang tidak memihak (netral). Auditor harus memperoleh dukungan

moral secara penuh dari segenap jajaran manajemen senior dan dewan (dewan

direksi dan komite audit) agar dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas

dari campur tangan pihak lain pimpinan audit internal harus bertanggung jawab

untuk mewujudkan kemandirian pemeriksaan (Hery 2013:73)

Page 19: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

4

Pemeriksaan atau audit atas laporan keuangan tidak hanya dilakukan

pada sektor swasta saja tetapi juga dilakukan pada sektor publik. Organisasi

sektor publik merupakan suatu organisasi yang kompleks dan heterogen.

Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk

perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi

stakeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi,

handal dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab

auditor sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi

kebutuhan internal organisasi maupun eksternal organisasi, dengan membuat

laporan keuangan sebagai salah satu wujud akuntabilitas publik (Yunitasari, dkk,

2014:2).

Proses pembuatan laporan keuangan tidak terlepas dari adanya salah

saji material maupun tidak material, baik yang diakibatkan karena adanya

kecurangan maupun kekeliruan. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah perlu

melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan pusat/daerah

untuk mewujudkan Good Governance di lingkungan pemerintahan pusat/daerah.

Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah dengan membentuk suatu

badan pengawasan pengelolaan keuangan.

Bagian Pendahuluan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara tahun

2007 juga dijelaskan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan bertujuan untuk

memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi

komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam

hal ini yang berperan sebagai auditor eksternal pemerintah di Indonesia adalah

lembaga yang disebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Page 20: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

5

BPK berkedudukan sebagai lembaga tinggi Negara yang dalam

pelaksaanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah akan

tetapi tidak berdiri di atas pemerintah, maka keberadaan BPK bersifat

independen. Pembentukan BPK dimaksudkan agar segala kekurangan dalam

laporan keuangan pemerintah dapat dideteksi secara akurat sebagai bahan

dalam memperbaiki sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

serta sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan secara tepat (Irene, 2014:1).

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Andriadi (2010), Prima (2012) dan Kusuma

(2012). Variabel penelitian ini meliputi profesionalisme, etika profesi,

independensi (variabel independen) dan pertimbangan tingkat materialitas

(Variabel dependen) yang diadopsi dari penelitian mereka.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Andriadi (2010) dan Kusuma

(2012) menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh

secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses

pengauditan laporan keuangan pada KAP wilayah DKI Jakarta dan Yogyakarta.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Prima (2012) menunjukkan bahwa

independensi berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan terhadap auditor BPK

RI perwakilan provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan

dengan penelitian sebelumnya, dengan melakukan penelitian pada auditor

eksternal pemerintah yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada

instansi pemerintahan yang bertempat di kantor BPK RI Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan.

Page 21: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

6

Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti bermaksud menyusun skripsi

dengan judul yaitu “Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan

Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan

tingkat materialitas?

2. Apakah etika profesi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas?

3. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas?

4. Apakah profesionalisme, etika profesi, dan independensi secara

bersamaan berpegaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme auditor

BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pertimbangan

tingkat materialitas.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika profesi auditor BPK

RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

Page 22: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

7

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh independensi auditor BPK

RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme, etika

profesi dan independensi auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi

Selatan secara bersamaan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Untuk kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan masukan lebih lanjut, bagaimana dapat

menciptakan profesi akuntan yang memiliki integritas yang tinggi dalam

menjalankan tugasnya secara profesional dan menjadi sumbangan

data empiris bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu akuntansi

2. Untuk rekan-rekan mahasiswa akuntansi, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi media informasi dalam mengadakan

penelitian lebih lanjut

1.4.2 Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang

pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan independensi terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan

sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi para auditor untuk lebih profesional lagi dalam menjalankan peran mereka

sebagai penyedia informasi.

Page 23: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

8

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan yang akan digunakan penulis

adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini berisi tinjauan teori dan konsep, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi rancangan penelitian, tempat dan waktu, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen

penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan

BAB V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

Page 24: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Atribusi

Frits Heider (1958) adalah pencetus Teori Atribusi. Teori ini dikemukakan

untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara kita menilai individu secara

berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu.

Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku

seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut

disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara

internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang

individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal dianggap

sebagai akibat dari sebab-sebab luar, yaitu, individu tersebut berperilaku

demikian disebabkan oleh situasi tertentu (Stephen dan Timothy, 2008:177)

Teori atribusi telah dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan

tentang cara-cara kita menilai individu. Ketika mengobservasi individu, kita

berusaha untuk mengembangkan berbagai penjelasan tentang mengapa mereka

berperilaku dengan cara-cara tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori atribusi

mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil yang diperoleh

berdasarkan persepsi individu baik perilaku yang disebabkan secara internal

maupun eksternal. Dalam penelitian ini teori atribusi digunakan untuk

menjelaskan pengaruh profesionalisme, etika profesi, dan independensi seorang

auditor dalam menentukan tingkat pertimbangan materialitas.

Page 25: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

10

Sikap profesionalisme auditor harus dapat memberikan pertimbangan

tingkat materialitas sacara ahli dan dengan ketelitian profesional. Seorang

auditor juga memerlukan standar etika profesi agar selalu waspada dan tidak

mudah terpengaruh untuk melakukan pelanggaran prinsip-prinsip etika profesi.

Agar tidak mudah terpengaruh, auditor harus memiliki sikap independensi yang

melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif.

2.1.2 Pengertian dan Klasifikasi Auditor

Menurut Boynton, dkk (2002:8) para professional yang ditugaskan untuk

melakukan kegiatan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan

dan entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Auditor Independen

Auditor independen adalah seorang CPA yang bertindak sebagai praktisi

perorangan atau anggota kantor akuntan publikyang memberikan jasa auditing

professional kepada kliennya. Sebagaimana halnya dengan profesi medis dan

hukum, auditor independen bekerja berdasarkan imbalan (fee). Meskipun

terdapat kemiripan antara peran seorang auditor yang bekerja dalam kantor

akuntan publik dengan peran kuasa hukum di suatu kantor hukum, namun

sesungguhnya terdapat perbedaan besar di antara keduanya, dimana seorang

auditor diharapkan independen dari kliennya sementara seorang kuasa hukum

diharapkan membela kepentingan klien dalam jasa hukum yang diberikan. Para

pengguna mengandalkan jasa auditor independen serta menarik manfaat yang

bernilai dengan kenyataan bahwa auditor tidak memihak klien yang sedang

diaudit

b. Auditor Internal

Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis

ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan

Page 26: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

11

audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu jasa bagi organisasi.

Tujuan audit internal untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan

pertanggungjawaban yang efektif.

Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan

organisasi. Para auditor internal terutama melibatkan diri pada audit kepatuhan

dan operasional. Akan tetapi, sebagaimana akan dijelaskan kemudian, pekerjaan

auditor internal ini juga dapat melengkapi pekerjaan auditor independen dalam

melakukan audit laporan keuangan.

c. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya adalah melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit unit organisasi atau

entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada

pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah,

namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.

Auditor yang bekerja di BPKP memunyai tugas pokok melaksanakan

audit atas laporan keuangan instansi pemerintah, proyek-proyek pemerintah,

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan

perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan modal yang besar

di dalamnya. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi

1. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral

2. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

Page 27: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

12

3. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden

Sedangkan BPK adalah unit organisasi di bawah Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban

keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada DPR. Kemudian tugas

pokok auditor yang bekerja di instansi pajak adalah mengaudit

pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada pemerintah

dengan tujuan untuk memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh

wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang

yang berlaku (Mulyadi dan Kanaka dalam Raya 2016:15)

2.1.3 Profesionalisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan atau pendidikan tertentu, sedangkan profesionalisme merupakan hal yang bekaitan dengan pekerjaan, keahlian serta memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya. Profesionalisme berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-

tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai seorang yang

profesional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran (Kusuma

2012:14)

Kalbers dan Fogaty (1995) membedakan profesi dan profesionalisme

secara konseptual dimana profesi diartikan sebagai jenis pekerjaan yang

memenuhi beberapa kriteria sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut

individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi

atau tidak. Profesionalisme seseorang dapat dinilai dari sejauh mana kualitas

dari pelaksanaan pekerjaan atau profesinya.

Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu

memunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,

melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di

Page 28: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

13

bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan

mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawati dan Susanto, 2008 dalam

Andriadi 2013:13).

Sebagai profesional, auditor mengakui tanggung jawabnya terhadap

masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk

berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi.

Seorang auditor dapat dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan

mematuhi standar-standar kode etik yang ditetapkan oleh IAI (ikatan Akuntan

Indonesia), antara lain (Wahyudi dan Aida, 2006 dalam Kusuma 2012:14):

a. Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku

etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminology filosofi

b. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan

sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan

c. Interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para

praktisi harus memahaminya

d. Ketetapan etika seperti seorang auditor wajib untuk harus tetap

memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya,

walaupun auditor dibayar oleh kliennya.

SPAP seksi 150 menyebutkan bahwa prinsip perilaku profesional

mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan

peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan

pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap

praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan

sebagai berikut:

Page 29: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

14

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang

dapat diberikan, kualifikasi yang dimilki, atau pengalaman yang telah

diperoleh; atau

b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan

perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan

praktisi lain.

Menurut Mulyadi (dalam Lestari dan Utama 2013:116) Auditor merupakan

salah satu profesi yang memiliki standar sebagai pedoman dalam melakukan

tugasnya sehingga tuntutan untuk bersikap profesionalisme dalam menjalankan

profesinya harus diterapkan sesuai dengan yang tercantum dalam standar

auditing, yaitu: (1) standar umum, (2) standar pekerjaan lapangan, dan (3)

standar pelaporan.

Standar auditing merupakan pedoman umum dalam proses audit laporan

keuangan yang digunakan untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung

jawab profesionalnya. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas

profesional, seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan

bahan bukti audit. Pedoman yang dimaksud adalah berupa standar auditing yang

berlaku umum (generally accepted auditing standards), yang dikembangkan oleh

AICPA (American Institute of Certified Public Accountants).

Standar umum ketiga dalam SPAP 2011 menyebutkan bahwa, dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran

profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab

setiap profesional yang bekerja dalam suatu organisasi, serta menyangkut apa

yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan tersebut.

Page 30: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

15

Menurut Hall (Kalbers dan Forgaty 1995) seorang auditor yang

profesional digambarkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu: (1)

pengabdian pada profesi (2) kewajiban sosial (3) kemandirian (4) kepercayaan

terhadap pengaturan profesi dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi.

2.1.4 Etika Profesi

Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan

masyarakat pada umumnya adalah kode etik perilaku profesional dan etik bagi

para anggotanya. Etika profesional lebih dari sekedar prinsip moral. Etika

meliputi standar perilaku bagi seseorang profesional yang dirancang untuk tujuan

praktis dan idealisitik (Boynton et al, 2002:98)

Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi

oleh setiap mereka yang menjalankan tugas profesi. Kode etik yang mengikat

semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama. Tanpa kode etik maka setiap

individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkah laku yang berbeda-beda.

Oleh karena itu nilai etika atau kode etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi,

bahkan negara agar semua berjalan dengan tertib dan lancar.

Kode etik dibuat untuk dipedomani dalam melaksanakan penugasan

sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra organisasi di mata

masyarakat. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor

ditentukan oleh keahlian, independensi serta integritas moral/kejujuran para

auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan Peraturan BPK RI Nomor

2 tahun 2011 pasal 4, disebutkan bahwa nilai dasar kode etik Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) terdiri dari Integritas, Independensi, dan Profesionalisme.

Berikut ini adalah kode etik pemeriksa dan pelaksana BPK selaku

aparatur negara dalam Peraturan BPK RI Nomor 2 Tahun 2011 pasal 9, yaitu:

(1) Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara wajib: a. bersikap jujur, tegas, bertanggung jawab, obyektif, dan konsisten

dalam mengemukakan pendapat berdasarkan fakta pemeriksaan;

Page 31: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

16

b. menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan kepada pihak yang tidak berkepentingan;

c. mampu mengendalikan diri dan bertingkah laku sopan, serta saling mempercayai untuk mewujudkan kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;

d. menunjukkan sikap kemandirian dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, menghindari terjadinya benturan kepentingan;

e. menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana sesuai dengan prosedur kepada Pimpinan BPK;

f. melaksanakan tugas pemeriksaan secara cermat, teliti, dan akurat sesuai dengan standar dan pedoman yang telah ditetapkan;

g. memberikan kesempatan kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi temuan dan kesimpulan pemeriksaan serta mencantumkannya dalam laporan hasil pemeriksaan;

h. meningkatkan pengetahuan dan keahliannya; dan i. melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar dan pedoman

pemeriksaan. (2) Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara

dilarang: a. meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya

baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan;

b. menyalahgunakan dan melampaui wewenangnya baik sengaja atau karena kelalaiannya;

c. menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

d. memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

e. memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa; f. menjadi anggota/pengurus partai politik; g. menjadi pengurus yayasan, dan/atau badan-badan usaha yang

kegiatannya dibiayai anggaran negara; h. memberikan asistensi atau jasa konsultasi atau menjadi narasumber

dalam bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; i. mendiskusikan pekerjaannya dengan pihak yang diperiksa di luar

kantor BPK atau di luar kantor atau area kegiatan obyek yang diperiksa;

j. melaksanakan pemeriksaan terhadap pejabat pengelola keuangan negara yang memiliki hubungan pertalian darah dan semenda sampai derajat ketiga;

k. melaksanakan pemeriksaan pada obyek dimana Pemeriksa pernah bekerja selama 2 (dua) tahun terakhir;

l. merubah tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam program pemeriksaan tanpa persetujuan Penanggung Jawab Pemeriksaan;

m. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada media massa dan/atau pihak lain, tanpa ijin atau perintah dari Anggota BPK;

n. mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan

Page 32: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

17

yang tidak sesuai dengan fakta dan/atau bukti bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif; dan

o. mengubah dan/atau menghilangkan bukti hasil pemeriksaan.

2.1.5 Independensi

Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa

auditor akan bersikap netral terhadap entitas, den oleh karena itu akan bersikap

objektif. Publik dapat memercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak

memihal serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil (Boynton et al.,

2002:66).

Auditor harus memiliki independensi dan terpisah dari berbagai kegiatan

yang diperiksanya. Auditor dianggap independen apabila dapat melaksanakan

tugasnya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor sangat penting

terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak (netral). Auditor

harus memperoleh dukungan moral secara penuh dari segenap jajaran

manajemen senior dan dewan (dewan direksi dan komite audit) agar dapat

menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari campur tangan pihak lain

pimpinan audit internal harus bertanggung jawab untuk mewujudkan kemandirian

pemeriksaan (Hery 2013:73)

Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak

lain, tidak tergantung pada orang lain. Sedangkan auditor yang independen

adalah auditor yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai

kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang

dijumpainya dalam audit dan secara objektif memberikan pendapat yang jujur

dan berdasarkan fakta yang seperti adanya. Ada dua kata kunci dalam

pengertian independensi (Mulyadi dan Kanaka dalam Raya 2016:15), yaitu.

Page 33: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

18

1. Objektivitas adalah unsur karakter yang menunjukkan kemampuan

sesorang yang menyatakan kenyataan sebagaimana adanya, terlepas

dari kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain

2. Integritas adalah unsur karakter yang menunjukkan kemampuan

seseorang untuk mewujudkan apa yang telah disanggupinya dan

diyakini kebenarannya ke dalam kenyataan

Independensi dan objektivitas adalah tulang punggung dari profesi

seorang auditor. Tanpa adanya jaminan independensi dan objektivitas dari

seorang auditor, masyarakat akan meragukan pendapat yang diberikan oleh

seorang auditor atas laporan keuangan auditan. Oleh karena itu, IAI (Mulyadi

dan Kanaka dalam Raya 2016:16) mencantumkan aturan mengenai

independensi anggotanya dalam standar auditing. Independensi auditor

mempunyai tiga aspek.

1. Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya

dalam auditnya. Aspek independensi ini disebut dengan istilah:

independensi dalam kenyataan atau independence in fact

2. Independensi ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang

mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor. Aspek

independensi ini yang disebut dengan istilah independensi dalam

penampilan atau perceived independence atau independence in

appareance.

3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat

mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian

mengenai audit atas fakta tersebut. Kompetensi auditor juga

menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam

Page 34: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

19

mempertimbangkan fakta yang diauditnya. Jika auditor tidak memiliki

kecakapan profesional yang diperlukan untuk mengerjakan

penugasan yang diterimanya, ia melanggar kode etik yang

bersangkutan dengan independensi (Pasal 1 Ayat 2 Kode Etik

Akuntan Indonesia) dan bersangkutan dengan kecakapan

profesionalnya (Pasal 2 Ayat 3 Kode Etik Akuntan Indonesia)

Standar audit profesional mengharuskan auditor untuk menjaga

independensi. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan

masyarakat umum terhadap independensi seorang auditor. Kepercayaan

masyarakat akan terganggu oleh bukti bahwa independensi telah berkurang.

2.1.6 Pertimbangan Tingkat Materialitas

Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan

keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui

bahwa hal-hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat

keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh keputusan

ekonomis: menanam modal, bertransaksi bisnis, dan meminjamkan uang kepada

suatu entitas (Tuanakotta 2012:159).

Materialitas menjadi dasar dalam penerapan standar auditing dalam

kategori standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu,

materialitas memiliki pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit

atas laporan keuangan (Boynton, dkk 2009:330).

Pada umumnya, lembaga audit hanya akan melakukan pemeriksaannya

pada penugasan-penugasan yang mencakup semua bidang yang secara

finansial signifikan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh auditannya.

Lembaga audit hanya berkonsentrasi pada bidang-bidang yang dianggap

material. Auditor harus memutuskan sampai tingkatan mana memeriksa hal-hal

Page 35: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

20

tersebut yang sesuai dengan tujuan-tujuannya, dan karena hal inilah konsep

materialitas muncul dalam audit.

Konsep materialitas dalam SPAP seksi 312 (2011) menyatakan bahwa

beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi

kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan di Indonesia. Laporan keuangan mengandung salah saji material

apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya,

secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat

mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal

yang material, sesuai standar dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.

Menurut Tuanakotta (2012:159,161-163), ketika salah saji (terpisah atau

tergabung) cukup signifikan untuk mengubah atau memengaruhi keputusan

seseorang yang memahami entitas tersebut (informed person), maka salah saji

yang material telah terjadi. Jika berada dibawah ambang batas (overall

materiality), salah saji tersebut tidak dianggap material, dan jika ambang batas ini

dilampaui, laporan keuangan akan disalahsajikan secara material.

Salah saji atau misstatements bisa terjadi karena berbagai sebab, dan

dapat dikelompokkan menurut:

Ukuran (size) – berapa besarnya salah saji dalam ukuran uang

(monetary amount), misalnya salah saji ditemukan berjumlah Rp10

juta, ini merupakan ukuran kuantitatif dari suatu salah saji

Sifat (nature) salah saji tersebut, ini merupakan ukuran kualitatif dari

suatu salah saji; dan

Situasi di sekitar terjadinya salah saji tersebut (circumstances

surrounding the occurrence).

Page 36: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

21

Salah saji yang lazim ditemukan, antara lain:

Kesalahan (errors) dn kecurangan (fraud) dalam pembuatan laporan

keuangan;

Peyimpangan terhadap kerangka pelaporan keuangan yang

digunakan (departures from the applicable financial reporting

framework);

Kecurangan yang dilakukan karyawan atau manajemen;

Kesalahan manajemen (management error);

Pembuatan estimasi yang tidak akurat atau tidak tepat (inaccurate or

inappropriate estimates); atau

Penjelasan yang keliru, tidak tepat atau tidak lengkap mengenai

kebijakan akuntansi atau hal lain dalam catatan atas laporan

keuangan.

Materialitas bukanlah angka mutlak (materiality is not an

absolutenumber). Materialitas berada dalam “wilayah kelabu” antara “apa yang

sangat boleh jadi tidak material” dan “apa yang sangat boleh jadi material”. Oleh

karena itu, penilaian atau assessment mengenai apa yang material senantiasa

merupakan urusan kearifan profesional (a matter of professional judgement).

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan

profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang

memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan

terhadap laporan keuangan. Kepercayaan masyarakat dan pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan atas hasil kerja seorang auditor

ditentukan oleh keahlian, independensi, dan integritas moral/kejujuran para

auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Untuk menumbuhkan kepercayaan itu,

Page 37: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

22

maka setiap auditor perlu untuk membuat kode etik yang dibuat untuk

dipedomani dalam berperilaku atau melaksanakan penugasannya.

Pertimbangan tingkat materialitas setiap entitas berbeda-beda satu sama

lain. Suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan suatu entitas

tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang

memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Kemungkinan perubahan materialitas

dalam laporan keuangan entitas tertentu juga bisa terjadi dari periode akuntansi

satu keperiode akuntansi yang lain.

Pertimbangan materialitas diperlukan juga dalam menentukan jumlah

bukti audit yang harus dikumpulkan atau kecukupan bukti. Setelah bukti audit

terkumpul maka, auditor harus segera menilai signifikansi temuan audit. Semakin

rendah jumlah tingkat materialitas yang ditentukan oleh auditor, maka semakin

besar bukti audit yang dibutuhkan dan sebaliknya. Dalam prosesnya, terkadang

auditor merubah jumlah materialitas dalam pertimbangan awal selama audit.

Salah satu faktor perubahan ini karena auditor berpendapat bahwa penetapan

awalnya terlalu kecil atau besar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah membahas mengenai pengaruh

profesionalisme, etika profesi, dan independensi auditor terhadap tingkat

pertimbangan materialitas dalam proses penguditan laporan keuangan

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Andriadi (2010). Penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel profesionalisme dan etika profesi berpengaruh

secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses

pengauditan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel

etika profesi memiliki pengaruh paling dominan terhadap pertimbangan tingkat

Page 38: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

23

materialitas. Objek penelitian Andriadi (2010) adalah auditor yang bekerja di

Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusuma (2012) menunjukkan bahwa

variabel profesionalisme dan etika profesiauditor berpengaruh signifikan

terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Objek penelitian Kusuma (2012)

adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di DIY Yogyakarta.

Penelitian lain dilakukan oleh Prima (2012) tentang pengaruh etika profesi

dan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam

proses audit laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, etika profesi dan

independensi berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas

laporan keuangan. Objek penelitian Prima (2012) adalah auditor yang bekerja di

BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu alat dalam menganalisa suatu

konsep penelitian. Penelitian ini akan menganalisa pengaruh profesionalisme,

etika profesi, dan independensi auditor terhadap pertimbangan materialitas

dalam proses pengauditan laporan keuangan, untuk menganalisanya peneliti

menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu suatu uji peneliti untuk

menganalisa pengaruh antara variabel X (independen) terhadap variabel Y

(dependen).

Variabel independen yang digunakan oleh peneliti sendiri adalah

profesionalisme, etika profesi, dan independensi auditor, sedangkan untuk

variabel dependennya adalah pertimbangan tingkat materialitas dalam proses

pengauditan laporan keuangan. Perbedaan dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya terletak pada sampel. Sampel dari penelitian sebelumnya

Page 39: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

24

adalah auditor yang bekerja di pulau Jawa dan daerah tertentu di pulau

Sumatera, sedangkan sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja di

Perwakilan BPK RI Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan uraian diatas, gambaran menyeluruh tentang pengaruh

profesionalisme, etika profesi, dan independensi auditor terhadap pertimbangan

tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan adalah sebagai

berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Sumber : Data diolah , 2016

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1. Profesionalisme Auditor

Dalam SPAP seksi 150 disebutkan bahwa prinsip perilaku profesional

mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan

peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan

pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap

praktisi harus bersikap jujur. Menurut penelitian Andriadi (2010) profesionalisme

berpengaruh signifikan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas. Hal

yang sama diungkapkan dalam penelitian Kusuma (2012) yaitu bahwa semakin

Profesionalisme (𝑋1)

Etika Profesi (𝑋2)

Independensi (𝑋3)

Pertimbangan Tingkat

Materialitas (Y)

Page 40: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

25

tinggi kepercayaan publik terhadap auditor dalam melaksanakan salah satu

tuganya yaitu dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas maka,

kemampuan para profesional auditor akan semakin meningkat.

Auditor harus memiliki kemampuan profesional saat melakukan

pertimbangan tingkat materialitas. Mereka juga harus mampu melakukan audit

secara ahli dan dengan ketelitian profesional. Auditor juga memiliki standar

sebagai pedoman dalam melakukan tugasnya sehingga tuntutan untuk bersikap

profesionalisme dalam menjalankan profesinya harus diterapkan sesuai dengan

yang tercantum dalam standar auditing, yaitu: (1) standar umum, (2) standar

pekerjaan lapangan, dan (3) standar pelaporan. Hal ini berhubungan dengan

teori atribusi yang telah dijelaskan pada awal bab ini, bahwa persepsi baik

internal maupun eksternal seorang individu akan memengaruhi cara berperilaku

di lingkungan sekitar individu tersebut. Dengan demikian semakin tinggi

profesionalisme seorang auditor maka semakin baik pula pertimbangan tingkat

materialitas sehingga laporan keuangan yang disajikan berkualitas dan dapat

dipercaya.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesis adalah sebagai

berikut.

H1 : Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

2.4.2. Etika Profesi Auditor

Menurut Kusuma (2012) dalam menjalankan tugasnya, auditor dituntut

untuk mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan oleh instansi tempatnya

bekerja, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan yang dapat menjurus

pada sikap curang. Semakin tinggi etika profesi dijunjung oleh auditor, maka

pertimbangan tingkat materialitas juga akan semakin tepat.

Page 41: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

26

Dalam penelitian Andriadi (2010) etika profesi memiliki pengaruh paling

dominan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil yang sama

diungkapkan dalam penelitian Yoga (2012) kode etik yang mengatur etika profesi

akan mengatur dan menjaga auditor untuk menghindari segala bentuk benturan

kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Semakin

tinggi nilai-nilai etika profesi yang dimiliki oleh seorang auditor, maka ia akan

semakin objektif dan dapat membuat pertimbangan tingkat materialitas dengan

tepat. Hal ini juga berkaitan dengan teori atribusi yang telah dijelaskan pada awal

bab ini, bahwa bagaimana seorang individu berperilaku dengan cara-cara

tertentu karena disebabkan oleh persepsi internal maupun eksternal. Dengan

demikian pengaruh ini diindikasikan semakin tinggi etika profesi yang dijunjung

oleh seorang auditor maka akan semakin terhindar dari tindakan kecurangan

yang dapat memengaruhi pertimbangannya.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesis adalah sebagai

berikut.

H2 : Etika profesi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

2.4.3. Independensi Auditor

Menurut Prima (2012) sikap independensi adalah sikap harus terus

melekat dalam diri seorang auditor. Sikap independensi akan menghasilkan audit

yang berkualitas yang dilandasi oleh keputusan audit yang tepat termasuk

pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini juga berkaitan dengan teori atribusi

yang telah dijelaskan pada awal bab ini, bahwa bagaimana seorang individu

berperilaku dengan cara-cara tertentu karena disebabkan oleh persepsi internal

maupun eksternal. Dengan demikian pengaruh ini diindikasikan semakin tinggi

independensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan semakin objektif dan

tepat pula auditor tersebut dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.

Page 42: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

27

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesis adalah sebagai

berikut.

H3 : Independensi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

2.4.4. Profesionalisme, Etika Profesi, dan Independensi Auditor

Menurut Andriadi (2010) profesionalisme dan etika profesi secara

simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materalitas. Berdasarkan

penelitian yang dilakukannya, semakin tinggi tingkat profesionalisme maka akan

semakin tinggi pula ketaatan auditor terhadap kode etik profesi. Hal yang sama

diungkapkan juga oleh Kusuma (2012) bahwa profesionalisme, etika profesi dan

pengalaman auditor secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Sedangkan menurut Prima (2012) etika profesi, independensi, dan

profesional judgement secara simultan berpengaruh dalam menentukan

pertimbangan tingkat materialitas.

Penentuan tingkat materialitas suatu laporan keuangan memerlukan

pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. Banyak faktor yang

memengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan tingkat materialitas. Oleh

karena itu peneliti ingin menggabungkan tiga variabel dari penelitian sebelumnya

yaitu, profesionalisme, etika profesi, dan independensi. Pertama, profesionalisme

auditor, semakin tinggi profesionalisme seorang auditor maka akan semakin baik

pertimbangannya, sehingga laporan keuangan yang disajikan berkualitas dan

dapat dipercaya. Kedua, etika profesi, semakin tinggi etika profesi yang dijunjung

oleh seorang auditor maka ia akan terhindar dari tindakan kecurangan saat

menentukan pertimbangannya. Ketiga, Independensi, semakin tinggi

independensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan semakin objektif dan

tepat pula auditor tersebut dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.

Page 43: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

28

Dengan demikian, apabila ketiga faktor tersebut dimiliki oleh seorang auditor,

maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas suatu laporan keuangan

akan semakin baik, sehingga dapat menghasilkan pendapat yang wajar. Hal ini

berkaitan dengan teori atribusi yang telah dijelaskan pada awal bab ini, bahwa

bagaimana seorang individu berperilaku dengan cara-cara tertentu karena

disebabkan oleh persepsi internal maupun eksternal

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesis adalah sebagai

berikut.

H4 : Profesionalisme, Etika Profesi, dan Independensi auditor secara bersamaan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Page 44: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau

lebih. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

profesionalisme, etika profesi, dan independensi sedangkan variabel dependen

yaitu pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan

keuangan. Proses penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK RI) Provinsi Sulawesi Selatan. Gedung kantor BPK ini

terletak di Jalan A. P. Pettarani Makassar. Untuk memperoleh data yang

diperlukan, maka peneliti melaksanakan penelitian pada waktu yang telah

ditentukan oleh Perwakilan BPK RI Provinsi Sulawesi Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan. Pemeriksa dibagi berdasarkan wilayah kerja entitas, terdiri dari

Sub-Auditorat Sulsel I sebanyak 32 orang, Sub-Auditorat Sulsel II sebanyak 33

orang, Sub-Auditorat Sulsel III sebanyak 30 orang. Dengan demikian, jumlah

agregat auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang (database Sub-Bagian

Sumber Daya Manusia BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan).

Page 45: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

30

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah auditor internal pemerintah.

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode purposive

sampling. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010:85).

Untuk menghitung penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu, maka

digunakan rumus Slovin sebagai berikut.

𝑛 =𝑁

𝑁(𝑒2) + 1

𝑛 =95

95(10%)2) + 1

𝑛 = 48,7

Berdasarkan perhitungan di atas, maka populasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 50 (pembulatan dari 48,7)

Keterangan:

n : Ukuran sampel N : Ukuran Populasi e : Tingkat kesalahan, dalam hal ini peneliti menggunakan 10%

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2010:137) pengumpulan data

dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila

dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan.

1. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data.

2. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul.

Page 46: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

31

Selanjutnya bila dilihat dari teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini digunakan apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti

2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan obeservasi digunakan bila

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-

gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar

3. Kuesioner

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya

Dalam hal ini peneliti menggunakan sumber data primer, sumber data

yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dan menggunakan cara

kuesioner sebagai teknik dalam pengumpulan datanya

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul. Teknik analisis data

dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Berikut beberapa cara yang

dilakukan dalam analisis data.

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel

penelitian untuk permasalahan mengenai cakupan pertimbangan tingkat

Page 47: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

32

materialitas. Peneliti akan memberikan pemeringkatan dan penggolongan

terhadap jawaban yang diberikan responden.

3.5.2 Uji Kualitas data

Dalam melakukan pengujian terhadap pertimbangan tingkat materialitas,

maka peneliti melakukan uji kualitas data yang terbagi dua yaitu uji validitas dan

uji reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur benar-benar menguji apa yang perlu diukur. Dalam penelitian ini uji

validitas digunakan untuk mengukur berapa sah atau valid tidaknya suatu

kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuisioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.

Uji validitas ini diukur dengan menggunakan pearson correlation dengan

cara menghitung korelasi antara nilai masing-masing butir pertanyaan dengan

total nilai, dinyatakan valid jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (Ghozali

dalam Agustianto 2013:53).

b. Uji Reliabilitas

Realibilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrument penelitian

disebut reliabel apabila instrument tersebut konsisten dalam memberikan

penilaian atas apa yang dia ukur. Untuk menguji reliabilitas, peneliti

menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha. Dimana suatu instrument

dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar :

(a) <0.6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7 acceptable, (c) 0,7-0,8 baik, (d) >0,8 sangat

baik.

Page 48: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

33

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

dengan normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang

normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilihat dengan melihat pola

pada kurva penyebaran P Plot. Jika pola penyebaran memiliki garis normal kurva

maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang

tinggi antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi linear

berganda.

Menurut Ghozali (dalam Prima 2012:27) uji multikolinieritas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi

dengan melihat tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih

besar dari 10 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas

dengan variabel lainnya.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau

disebut homoskedastisitas. Pada saat mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik plot antara nilai

prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot

Page 49: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

34

menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian

menyempit, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas.

3.5.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari

analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak

terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan jika kejadian

tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai

dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya.

Analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik statistik regresi linear

berganda (multiple regression). Regresi ini lebih sesuai dengan kenyataan di

lapangan bahwa suatu variabel terikat tidak hanya dapat dijelaskan oleh satu

variabel bebas saja tetapi perlu dijelaskan oleh beberapa variabel terikat

(Suharjo 2008:71).

Persamaan umum dari regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

𝒀 = 𝜶 + 𝒃𝟏 𝑿𝟏 + 𝒃𝟐𝑿𝟐 + 𝒃𝟑𝑿𝟑 + 𝒆

Keterangan:

Y : Pertimbangan Tingkat Materialitas X1 :Profesionalisme X2 : Etika Profesi X3 : Independensi α : Konstanta bx : Koefisien regresi e : Error

Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi

asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Dalam

membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan uji statistik

terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi

Page 50: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

35

1. Uji Signifikansi Simultan (uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model memunyai pengaruh secara bersama

terhadap variabel dependen atau terikat.

Menurut Suharjo (2008:77) menambahkan untuk memeroleh kepastian

bahwa model yang dihasilkan secara umum dapat digunakan maka diperlukan

suatu pengujian secara bersama-sama. Apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05,

maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen

secara bersama terhadap variabel dependen

2. Uji Signifikansi Parameter Regresi Individual (Uji t)

Salah satu penggunaan statistik adalah untuk memutuskan apakah

sebuah hipotesis diterima atau ditolak. Jika sebuah hipotesis ditolak, dimana

sebenarnya hipotesis tersebut seharusnya diterima, maka dikatakan peneliti

tersebut membuat error tipe I. Dilain pihak, jika suatu hipotesis yang seharusnya

ditolak, tetapi diterima, peneliti tersebut membuat error tipe II.

Dalam penelitian dengan metode perubahan hipotesis yang sering

dirumuskan adalah hipotesis nul. Hipotesis ini dibuat sedemikian rupa, sehingga

membuat probabilitas error tipe I dapat dicari. Probabilitas untuk membuat error

tipe I dapat dispesifikasikan dan kemungkinan membuat error tipe Itersebut

dinamakan level significance, dan level significance yang digunakan 0,05 (Nazir

2003:393)

3. Koefisien Determinasi (uji R²)

Koefisien determinasi merupakan ukuran keterwakilan variabel terikat

oleh variabel bebas atau sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan

variabel terikat. Nilai koefisien determinasi antara 0 sampai dengan 1 (Suharjo

2008:79). Misalnya koefisien determinasi = 0,70 maka, dapat dikatakan bahwa

Page 51: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

36

variabel-variabel bebas dapat menjelaskan secara linear variabel terikat sebesar

70% atau ada sekitar 30% dari variabel terikat yang tidak dapat dijelaskan secara

linear oleh variabel-variabel bebas yang mungkin oleh hubungan non linearnya

atau bahkan variabel lainnya.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini variabel independen terdiri dari Profesionalisme (X1),

Etika Profesi(X2), dan Independens iAuditor (X3), sedangkan variabel dependen

(Y) yang digunakan adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas. Berikut

penguraian definisi operasional masing-masing variabel yang digunakan

1. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan sikap seseorang dalam menjalankan suatu

profesi dan sebagai aspirasi dalam kemajuan berkarir untuk jangka waktu yang

lama. Ada lima dimensi yang digunakan dalam mengindikatori sikap profesional

yakni (Hall dalam Kalbers and Forgaty 1995):

a. Kewajiban sosial

b. Pengabdian pada profesi

c. Kemandirian

d. Hubungan dengan sesame profesi

e. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Profesionalisme diukur dengan menggunakan pertanyaan yang mengacu

pada penelitian Kusuma (2012) dengan beberapa penyesuaian, yaitu penggunan

kata auditor perusahaandiganti menjadi instansi. Indikator tersebut kemudian

diturunkan dalam bentuk 15 pertanyaan pada kuisioner. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala likert 1 sampai 5 point.

Page 52: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

37

2. Etika Profesi

Menurut Boynton, dkk (2002:99) Etika profesi tidak hanya sebatas prinsip-

prinsip moral saja, tetapi juga mencakup standar perilaku bagi seorang

professional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik.

Etika Profesi diukur dengan indikator yang mengacu pada penelitian

Kusuma (2012). Indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepribadian

2. Kecakapan Profesional

3. Tanggung Jawab

4. Pelaksanaan Kode Etik

5. Penafsiran dan Penyempurnaan Kode Etik

Indikator tersebut diturunkan dalam bentuk 14 pertanyaan pada kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 1 sampai 5 point.

3. Independensi

Independensi adalah suatu sikap atau keadaan dimana tidak terikat

dengan pihak manapun, tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau

organisasi. Oleh karena itu seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum.

Auditor internal berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen

dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dana pihak lain yang

meletakkan kepercayaan pada pekerjaan internal auditor. Hal ini sangat penting

untuk mempertahankan kepercayaan umum terhadap independensi

auditor.Independensi auditor dapat diukur dengan menggunakan pernyataan

tingkat persepsi auditor terhadap bagaimana keleluasaan dan sikap objektif

auditor dalam melakukan audit.

Page 53: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

38

Independensi diukur dengan indikator yang mengacu pada penelitian

Prima (2012). Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert 1 sampai 5 point.

4. Pertimbangan Tingkat Materialitas

Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku

umum, terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu,

materialitas memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan.

Untuk menilai kewajaran laporan keuangan atau menilai keberhasilan operasi

auditan, auditor perlu menetapkan kriteria. Kriteria adalah ukuran atau standar

yang digunakan sebagai alat untuk menilai transaksi, kegiatan atau fungsi suatu

entitas.

Pertimbangan Tingkat Materialitas diukur dengan indikator yang mengacu

pada penelitian Kusuma (2012) dengan beberapa penyesuaian, yaitu penggunan

kata perusahaan menjadi instansi. Indikator tersebut adalah sebagai berikut

1. Seberapa penting tingkat materialitas

2. Pengetahuan tentang tingkat materialitas

3. Risiko audit

4. Tingkat materialitas antar perusahaan

5. Urutan tingkat materialitas dalam rencana audit

Pertimbangan tingkat materialitas diukur dengan menggunakan 12 item

pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 1 sampai 5

point.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.

Dengan demikian jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian akan

tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti

Page 54: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

39

menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert. Skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2010:93). Dalam penelitian, fenomena

sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjurnya disebut

sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti Instrumen menggunakan

instrumen pengukuran variabel berisi pernyataan yang dikembangkan oleh

Kusuma (2012) dan Prima (2012)

Berikut adalah skor jawaban dari setiap item instrumen yang

menggunakan skala likert.

Tabel 3.1

Skor Jawaban Responden

No Jawaban Responden Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS 1

Sumber: Data primer diolah

Page 55: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

61

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa profesionalisme, etika

profesi, dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan

tingkat materialitas baik secara parsial maupun simultan. Responden penelitian

ini berjumlah 50 auditor yang bekerja di Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang

telah dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Semakin tinggi profesionalisme seorang auditor maka

semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas sehingga laporan

keuangan yang disajikan berkualitas dan dapat dipercaya. Hasil penelitian

ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2012)

2. Etika profesi auditor paling berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Semakin tinggi etika profesi yang dijunjung auditor maka

akan semakin terhindar dari tindakan kecurangan yang dapat

memengaruhi pertimbangannya. Hasil penelitian ini juga konsisten

dengan penelitian yang dilakukan Andriadi (2010) dan Kusuma (2012).

3. Independensi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Semakin tinggi independensi yang dimiliki auditor maka akan

semakin objektif dan tepat pula auditor tersebut dalam menentukan

pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian ini juga konsisten

dengan penelitian yang dilakukan Prima (2012).

Page 56: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

62

4. Profesionalisme, Etika Profesi, dan Independensi Auditor berpengaruh

terhadap pertimbangan. Apabila ketiga faktor tersebut dimiliki oleh

seorang auditor, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas

suatu laporan keuangan akan semakin baik, sehingga dapat

menghasilkan pendapat yang wajar.

5.2 Saran

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Untuk auditor yang bekerja pada instansi Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK RI) diharapkan agar terus menjaga sikap

profesionalisme dan menjunjung tingggi etika profesi yang dimiliki. Kedua

sikap ini berkaitan satu sama lain, karena dalam menjalankan profesinya,

auditor harus mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan agar tidak

terpengaruh tekanan dari luar yang dapat merusak sikap

profesionalismenya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga

variabel independen sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya yang

melakukan penelitian sejenis dapat mengembangkan lagi variabel

penelitian dan memperluas objek penelitian tidak hanya di instansi BPK

tetapi di instansi auditor lainnya.

2. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis agar

melakukan penelitian dengan waktu yang cukup dan tidak terburu-buru

sehingga responden dapat mencerna seluruh pertanyaan yang ada

dikuesioner sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan tepat,

sehingga hasil yang diperoleh lebih baik dan lebih akurat.

Page 57: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

63

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih

baik lagi

1. Penelitian yang dilakukan terbatas pada satu objek penelitian yaitu

auditor ekternal pemerintahan yang bekerja di Kantor BPK RI Perwakilan

Provinsi Sulawesi Selatan sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi

untuk auditor secara keseluruhan.

2. Peneliti mengalami kesulitan saat mengumpulkan kuesioner karena

beberapa auditor yang ada di BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi

Selatan sedang melaksanakan audit di luar kota sehingga waktu yang

diberikan dalam menjawab kuesioner semakin terbatas dan beberapa

auditor kurang memahami pernyataan dan menjawab tanpa

memperhatikan pernyataan yang diberikan.

Page 58: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

64

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, Angga. 2010. Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Auditor, Gender, dan Kualitas Audit Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi. UIN Syarif Hidatullah Jakarta, (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23900/1/Skripsi%20Angga%20Agustianto.pdf diakses 15 April 2016)

Andriadi, Anggi. 2010. Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris KAP di DKI Jakarta). Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4003/1/ANGGI%20ANDRIADI-FEB.pdf diakses 12 April 2016)

Boynton, C. William. Johnson, Raymond. And Kell, Walter. G. 2002. Modern Auditing Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). 2011. Kode Etik BPK. Jakarta: Peraturan BPK RI Nomor 2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hery. 2010. Potret Profesi Audit Internal (Di Perusahaan Swasta & BUMN Terkemuka). Bandung: Alfabeta

Hery. 2013. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi 1). Jakarta: CAPS (Centered Academic Publishing Service)

Irene, Stefani. 2014. Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Pada Pemeriksaan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan). Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Kalbers dan Forgaty. 1995. Profesionalization and Bureaucratization American Sosiological Review. Vol 10: 13-20.

Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Yogyakarta). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, (http://journal.uny.ac.id/index.php/jkpai/article/viewFile/887/706 diakses 31 Maret 2016).

Lestari dan Utama. 2013. Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman, Etika Profesi Pada Pertimbangan Tingkat Materialitas. Journal. Universitas Udayana,

Page 59: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

65

(http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/6945 diakses 14 April 2016)

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prima, Yoga Satria. 2012. Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Profesional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, (http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/31551 diakses 15 Maret 2015 )

Raya, Catrine Inge. 2016. Pengaruh Independensi dan Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) (Studi Pada Auditor Pemerintah di Perwakilan BPKP Provinsi Sul-Sel). Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Robbins, Stephen and Judge, Timothy. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour) Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta

Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.

Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

Yunitasari, dkk. 2014. Pengaruh Profesional Judgment Auditor, Independensi dan Pengalaman Kerja Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali). Journal. Universitas Pendidikan Ganesha, (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/viewFile/2954/2449 diakses 17 Maret 2016)

Page 60: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

66

LAMPIRAN

Page 61: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

67

LAMPIRAN 1

BIODATA

IDENTITAS DIRI

Nama : Clara Febriyanti Raya

Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 17 Februari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : JL. Inspeksi PAM 1, Lorong 1 No. 7, Tello Baru

Telepon/ Hp : 085242883898

Alamat E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

1998 – 2000 :TK Santa Maria Monica, Bekasi Timur

2000 – 2005 : SD Santa Maria Monika, Bekasi Timur

2005 – 2006 : SD Santu Joseph Rajawali, Makassar

2006 – 2009 : SMP Katolik Rajawali, Makassar

2009 – 2012 : SMA Katolik Rajawali, Makassar

2012 – 2016 : Universitas Hasanuddin

Pendidikan Non Formal

2012 : Pelatihan Basic Study Skills (BSS) Universitas

Hasanuddin

2013 : Latihan Kepemimpinan 1 BKMA XVII Ikatan

Mahasiswa Akutansi Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin (IMA FE-UH)

2014 : Berpartisipasi sebagai “Asisten” pada mata kuliah

Akuntansi Pengantar di Jurusan Akuntansi –

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin periode 2014/2015

2015 : Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Cikal

Semesta pada tanggal 10 September – 10

November 2015 dengan mempelajari dan

mempraktikkan proses pembelian dan penjualan

Page 62: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

68

menggunakan software akuntansi Zahir Enterprise

versi 6.0

Program Kepemimpinan yang Berintegritas dalam

Seminar “LOKAKARYA ANTIKORUPSI”

Kerjasama antara Yayasan Bhumiksara dan

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dengan

Keuskupan Agung Makassar.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Selatan pada tanggal 25 November – 30

Desember 2015.

Pengalaman Organisasi

Anggota Divisi Minat dan Bakat Keluarga Mahasiswa Katolik Ekonomi

UNHAS (2013-2014)

Anggota Departemen Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Akuntansi

(IMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNHAS 2014-2015

Sekretaris Keluarga Mahasiswa Katolik Ekonomi UNHAS (2014-2015)

Anggota Divisi Minat dan Bakat PMKO FE-UH (2014-2015)

Sekretaris Keluarga Mahasiswa Katolik Ekonomi UNHAS (2015-2016)

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, 25 Agustus 2016

Clara Febriyanti Raya

Page 63: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

69

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Perempuan

2. Usia Bapak / Ibu : 20 – 30 Tahun 40 – 50

Tahun

30 – 40 Tahun 50 – 60

Tahun

3. Lama Bekerja Sebagai Auditor : <8 Tahun

>8 Tahun

4. Pendidikan terakhir Bapak / Ibu : D3 D4 S3

S1 S2

B. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

Mohon Bapak/Ibu/saudara/ menjawab pertanyaan dibawah ini dengan

memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai

dengan diri Bapak/Ibu/Saudara.

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

R : Kurang Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Page 64: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

70

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Profesionalisme (X1)

Pernyataan STS TS KS S SS

Pengabdian pada Profesi

1 Anda melaksanakan tugas pengauditan sesuai dengan pengetahuan yang anda miliki.

2 Anda memegang teguh profesi anda sebagai auditor yang profesional.

3 Hasil pekerjaan yang telah anda selesaikan merupakan suatu kepuasan batin sebagai auditor yang profesional.

Kewajiban Sosial

4 Anda tidak pernah melakukan penarikan diri dari tugas yang diberikan.

5 Menurut anda, profesi auditor merupakan pekerjaan yang penting bagi masyarakat.

6 Anda berani menciptakan transparansi dalam laporan keuangan yang anda audit

Kemandirian

7 Anda akan memberikan pendapat yang benar dan jujur atas laporan keuangan suatu instansi yang anda periksa.

8 Sebelum melakukan audit, anda merencanakan tingkat materialitas suatu laporan keuangan dengan tepat.

9 Anda akan memberikan hasil audit atas laporan keuangan sesuai fakta di lapangan.

Keyakinan Profesi

10 Anda bersedia menerima penilaian atas audit dari internal auditor lainnya.

11 Anda memberikan penilaian terhadap auditor lainnya dalam hal pekerjaan.

12 Anda yakin bahwa penentuan ketepatan dalam tingkat materialitas akan menetukan penilaian pekerjaan.

Hubungan dengan Rekan Seprofesi

13 Antara anda dan auditor lainnya sering melakukan tukar pendapat.

14 Anda mendukung instansi BPK yang menaungi pekerjaan anda dengan sungguh-sungguh.

15 Anda bekerja sesuai standar auditor yang telah ditetapkan

Replikasi : Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012)

Page 65: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

71

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Etika Profesi (X2)

Pernyataan STS TS KS S SS

Kepribadian

1 Sebagai seorang auditor, anda bertanggungjawab terhadap profesi yang telah anda pilih.

2 Dalam pekerjaan, anda akan mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

3 Dalam pekerjaan, anda bekerja sebagai salah satu kesatuan dengan rekan kerja anda

Kecakapan Profesional

4 Saat mengambil keputusan terhadap hasil pemeriksaan laporan keuangan, anda akan bersikap obyektif.

5 Prinsip kehati-hatian dalam bekerja selalu diterapkan saat bekerja.

Tanggung Jawab

6 Anda tidak akan membocorkan rahasia klien anda pada pihak pesaing.

7 Dalam bekerja, anda harus bersikap profesional, termasuk dalam memberikan keputusan terhadap hasil pemeriksaan.

8 Dalam bekerja, anda melakukan tahap-tahap pemeriksaan laporan keuangan sesuai standar teknis yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Kode Etik

9 Saat memeriksa laporan keuangan, anda bekerja sesuai kode etik yang telah ditetapkan.

10 Dalam bekerja, anda akan menggunakan kode etik hanya yang sesuai dengan keinginan anda.

11 Anda akan memegang teguh kode etik profesi walaupun anda mendapat kompensasi yang kecil

Penafsiran dan Penyempurnaan Kode etik

12 Anda menafsirkan kode etik sesuai keinginan pribadi.

13 Anda bekerja dengan baik bahkan bersikap lebih dari ketentuan yang terdapat dalam kode etik.

14 Anda tidak pernah menafsirkan kode etik sesuai keinginan pribadi anda.

Replikasi : Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012)

Page 66: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

72

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Independensi Auditor (X3)

Pernyataan STS TS KS S SS

1 Profesi auditor merupakan satu-satunya profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat.

2 Profesi auditor merupakan profesi yang dapat dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan kekayaan negara/daerah.

3 Jika ada kelemahan dalam independensi, auditor akan merugikan masyarakat.

4 Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan.

5 Dalam menentukan pendapat atas laporan keuangan saya tidak mendapat tekanan dari siapapun.

Replikasi : Yoga Satria Prima (2012)

Page 67: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

73

Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Y)

Pernyataan STS TS KS S SS

Seberapa penting tingkat materialitas

1 Penantuan tingkat materialitas suatu laporan keuangan merupakan kebijakan auditor dalam membuat perencanaan.

2 Penentuan tingkat materialitas merupakan permasalahan auditor yang sangat penting.

Pengetahuan tentang tingkat materialitas

3 Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan dalam melakukan audit selain pengalaman.

4 Pengetahuan yang dimiliki seorang auditor akan memengaruhi tingkat materialitas..

5 Untuk menentukan tingkat materialitas, diperlukan pengetahuan tambahan.

Risiko Audit

6 Ketepatan dalam menentukan materialitas akan memengaruhi pendapat yang diberikan.

7 Resiko dari audit bagi suatu instansi tergantung pada penetapan penting tidaknya informasi dalam laporan keuangan.

8 Agar tidak terjadi kesalahan, seorang auditor harus tepat dalam menentukan materialitas informasi keuangan.

Tingkat materialitas antar perusahaan

9 Tingkat materialitas setiap instansi akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

10 Pendapat seorang auditor terhadap laporan keuangan suatu instansi akan berbeda antara satu dengan yang lain.

Urutan tingkat materialitas dalam rencana audit

11 Penentuan tingkat materialitas merupakan hal penting dalam pengauditan laporan keuangan

12 Jika terdapat kesalahan dalam penetapan tingkat materialitas akan memengaruhi keputusan.

Replikasi : Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012)

Page 68: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

74

LAMPIRAN 3

HASIL OUTPUT SPSS 23

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Statistics

Jenis Kelamin Umur Lama Bekerja Pendidikan terakhir

N Valid 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 21 42.0 42.0 42.0

Perempuan 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid

20-30 Tahun 12 24.0 24.0 24.0

31-40 Tahun 17 34.0 34.0 58.0

41-50 Tahun 14 28.0 28.0 86.0

51-60 Tahun 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 69: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

75

Lama Bekerja

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

< 8 Tahun 23 46.0 46.0 46.0

> 8 Tahun 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

D3 9 18.0 18.0 18.0

D4 11 22.0 22.0 40.0

S1 23 46.0 46.0 86.0

S2 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 70: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

76

LAMPIRAN 4

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profesionalisme_1 50 4 5 4.16 .370 Profesionalisme_2 50 4 5 4.16 .370 Profesionalisme_3 50 4 5 4.22 .418 Profesionalisme_4 50 2 5 3.54 .788 Profesionalisme_5 50 3 5 4.10 .544 Profesionalisme_6 50 3 5 4.12 .558 Profesionalisme_7 50 4 5 4.42 .499 Profesionalisme_8 50 3 5 4.12 .594 Profesionalisme_9 50 4 5 4.40 .495 Profesionalisme_10 50 4 5 4.22 .418 Profesionalisme_11 50 2 5 3.74 .777 Profesionalisme_12 50 3 5 3.96 .450 Profesionalisme_13 50 4 5 4.28 .454 Profesionalisme_14 50 4 5 4.36 .485 Profesionalisme_15 50 4 5 4.34 .479 Valid N (listwise) 50

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EtikaProfesi_1 50 4 5 4.36 .485

EtikaProfesi_2 50 4 5 4.36 .485

EtikaProfesi_3 50 4 5 4.24 .431

EtikaProfesi_4 50 4 5 4.36 .485

EtikaProfesi_5 50 4 5 4.40 .495

EtikaProfesi_6 50 3 5 4.40 .571

EtikaProfesi_7 50 4 5 4.64 .485

EtikaProfesi_8 50 4 5 4.16 .370

EtikaProfesi_9 50 4 5 4.24 .431

EtikaProfesi_10 50 2 5 2.74 .986

EtikaProfesi_11 50 3 5 4.14 .535

EtikaProfesi_12 50 1 5 2.26 .922

EtikaProfesi_13 50 2 5 3.64 .722

EtikaProfesi_14 50 3 5 3.82 .482

Valid N (listwise) 50

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Independensi_1 50 2 5 3.12 .849

Independensi_2 50 3 5 4.06 .373

Independensi_3 50 3 5 3.96 .493

Independensi_4 50 4 5 4.22 .418

Independensi_5 50 3 5 3.60 .639

Valid N (listwise) 50

Page 71: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

77

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Materialitas_1 50 4 5 4.24 .431

Materialitas_2 50 4 5 4.26 .443

Materialitas_3 50 4 5 4.36 .485

Materialitas_4 50 3 5 4.02 .515

Materialitas_5 50 3 5 4.02 .515

Materialitas_6 50 4 5 4.22 .418

Materialitas_7 50 4 5 4.22 .418

Materialitas_8 50 4 5 4.22 .418

Materialitas_9 50 3 5 3.96 .699

Materialitas_10 50 2 5 3.98 .685

Materialitas_11 50 4 5 4.22 .418

Materialitas_12 50 4 5 4.22 .418

Valid N (listwise) 50

Page 72: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

78

LAMPIRAN 5

HASI UJI KUALITAS DATA

1. UJI VALIDITAS Correlations

Profesionalisme (X1)

Profesionalisme 1 Pearson Correlation .622**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 2 Pearson Correlation .493**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 3 Pearson Correlation .535**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 4 Pearson Correlation .422**

Sig. (2-tailed) .002

N 50

Profesionalisme 5 Pearson Correlation .524**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 6 Pearson Correlation .628**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 7 Pearson Correlation .320*

Sig. (2-tailed) .023

N 50

Profesionalisme 8 Pearson Correlation .759**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 9 Pearson Correlation .696**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 10 Pearson Correlation .478**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 11 Pearson Correlation .622**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 12 Pearson Correlation .738**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 13 Pearson Correlation .656**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 14 Pearson Correlation .760**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme 15 Pearson Correlation .700**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Profesionalisme X1 Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 73: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

79

Correlations

Etika Profesi (X2)

Etika Profesi 1 Pearson Correlation .511**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 2 Pearson Correlation .541**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 3 Pearson Correlation .762**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 4 Pearson Correlation .651**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 5 Pearson Correlation .581**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 6 Pearson Correlation .342*

Sig. (2-tailed) .015

N 50

Etika Profesi 7 Pearson Correlation .287*

Sig. (2-tailed) .043

N 50

Etika Profesi 8 Pearson Correlation .780**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 9 Pearson Correlation .683**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 10 Pearson Correlation .327*

Sig. (2-tailed) .020

N 50

Etika Profesi 11 Pearson Correlation .562**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi 12 Pearson Correlation .317*

Sig. (2-tailed) .025

N 50

Etika Profesi 13 Pearson Correlation .409**

Sig. (2-tailed) .003

N 50

Etika Profesi 14 Pearson Correlation .695**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Etika Profesi X2 Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 74: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

80

Correlations

Independensi (X3)

Independensi 1 Pearson Correlation .651**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Independensi 2 Pearson Correlation .485**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Independensi 3 Pearson Correlation .704**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Independensi 4 Pearson Correlation .495**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Independensi 5 Pearson Correlation .829**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Independensi X3 Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 75: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

81

Correlations

Materialitas (Y)

Materialitas 1 Pearson Correlation .617**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 2 Pearson Correlation .702**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 3 Pearson Correlation .563**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 4 Pearson Correlation .704**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 5 Pearson Correlation .704**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 6 Pearson Correlation .825**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 7 Pearson Correlation .825**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 8 Pearson Correlation .825**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 9 Pearson Correlation .723**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 10 Pearson Correlation .456**

Sig. (2-tailed) .001

N 50

Materialitas 11 Pearson Correlation .825**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas 12 Pearson Correlation .825**

Sig. (2-tailed) .000

N 50

Materialitas Y Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed)

N 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 76: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

82

2. UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.890 15

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.772 14

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.612 5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Page 77: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

83

LAMPIRAN 6

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1. HASIL UJI NORMALITAS

2. HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant) 9.521 6.864 1.387

Profesionalisme .258 .079 .378 3.256 .845 1.184

Etika_profesi .311 .090 .379 3.462 .949 1.054

Independensi .416 .200 .248 2.082 .805 1.242

a. Dependent Variable: Materialitas

Page 78: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

84

Collinearity Diagnosticsa

Model Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) Profesionalisme Etika_profesi Independensi

1 1 3.977 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .012 18.229 .04 .00 .16 .79

3 .008 21.888 .00 .62 .27 .19

4 .003 35.635 .95 .38 .57 .01

a. Dependent Variable: Materialitas

3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Page 79: SKRIPSI - COnnecting REpositories · 2017. 2. 26. · tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal

85

LAMPIRAN 7

HASIL UJI HIPOTESIS

1. UJI PARSIAL (UJI t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant) 9.521 6.864

1.387

.172

Profesionalisme .258 .079 .378

3.256

.002 .845 1.18

4

Etika_profesi .311 .090 .379

3.462

.001 .949 1.05

4

Independensi .416 .200 .248

2.082

.043 .805 1.24

2

a. Dependent Variable: Materialitas

2. UJI F

ANOVAa

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 464.163 3 154.721 13.905 .000b

Residual 511.837 46 11.127

Total 976.000 49

a. Dependent Variable: Materialitas

b. Predictors: (Constant), Independensi, Etika_profesi, Profesionalisme

3. Uji R Square

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .690a .476 .441 3.336

a. Predictors: (Constant), Independensi, Etika_profesi, Profesionalisme

b. Dependent Variable: Materialitas