38
ROAD MAP PENGEMBANGAN TANAMAN KARIMENGA, PALA DAN AREN

Road Map Pengembangan Tanaman Karimenga, Pala dan Arenseafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2014/02/PUB... · Kurang tepatnya hasil dari upaya mengidentifikasi kondisi

  • Upload
    lyliem

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ROAD MAP PENGEMBANGAN TANAMAN KARIMENGA, PALA DAN AREN

DISCLAIMERThis publicati on is made possible by the generous

support of the American people through the United

States Agency for Internati onal Development (USAID).

The contents are the responsibility of Texas A&M University

and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant

Curriculum Project partners and do not necessarily refl ect

the views of USAID or the United States Government.

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hikmat dan pertolonganNya sehingga penyusunan peta jalan penelitian ini dapat terselesaikan.

Terima kasih disampaikan kepada USAID dan Universitas TEXAS A&M atas dukungan dana bagi penyusunan dokumen ini.

Dokumen ini ditujukan sebagai acuan atau peta jalan bagi pe;aksanaan peneiitian beberapa tanaman tropis yang terdiri dari Aren, Pala dan Karimenga. Dokumen ini ditujukan untuk dapat digunakan oleh tenaga pengajar (dosen) maupun mahasiswa sebagai bahan acuan untuk mengembangkan kegiatan penelitiannya terkait dengan ketiga jenis tanaman tropis dimaksud.

Penyusunan Peta Jalan Penelitian ini ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan modul ini.

Terima kasih,

Penyusun

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia telah dilakukan sekitar 100 tahun dan selama satu

abad itulah berbagai program kegiatan telah dikembangkan dalam mendukung peningkatan

produktivitas petani (pemberdayaan) dan komoditas pertanian serta pengembangan wilayah yang

berdasarkan spesifik lokasi. Meskipun telah menempuh rentang waktu yang cukup lama, akan

tetapi dari berbagai kenyataan di lapangan maupun pengkajian yang di lakukan, pembangunan

pertanian masih belum memberikan hasil seperti yang di harapkan.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pembangunan pertanian dapat di

lihat dari landasan pengembangan pertanian yang terdiri antara lain: pembangunan pertanian

yang terencana secara matang, terlaksana dengan baik, terpantau secara periodik dan tingkat

kerhasilannya dapat diukur. Pendekatan tersebut di atas, selama ini tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Surachman (2005) menyatakan hal ini di picu oleh beberapa penyebab

kegagalan dari program dan kegiatan pembangunan pertanian yang dilakukan, yaitu:

a. Kurang tepatnya hasil dari upaya mengidentifikasi kondisi yang sesungguhnya dari petani

baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya

b. Belum akuratnya dalam menilai positioning dari tekhnologi yang dilakukan oleh petani,

karena masih didistorsi oleh kepentingan-kepentingan tertentu

c. Program pengembangan usaha tani yang dikembangkan sifatnya masih sangat umum, dan

tidak applicable terhadap wilayah tertentu.

d. Kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian masih sulit diterjemahkan oleh daerah

e. Masih belum optimalnya support dari pusat maupun daerah terhadap potensi wilayah, atau

mengamankan wilayah-wilayah yang kurang strategis dan ekonomis untuk wilayah tertentu.

Secara umum suatu keberhasilan pengembangan pertanian ditentukan oleh lingkungan

dimana komoditas itu di kembangkan. Agroekosistem atau faktor abiotik seperti tanah dan iklim

menjadi peluang tetapi sekaligus kendala dalam pembangunan komoditi pertaian. Keberhasilan

pembangunan pertanian sangat tergantung pada kemampuan petani atau pelaku agribisnis

menerapkan teknologi yang ada dengan memanfaatkan sumber daya alam. Mulyani (2008)

menyatakan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya alam yang luas untuk pengembangan

komoditi pertanian. Luas daratan 188,20 juta ha yang terdiri 148 juta ha lahan kering dan 40,20

juta ha lahan basah memungkinkan untuk pengusahaan berbagai tanaman termasuk tanaman

tropis yang merupakan pohon industri.

Pertanian sebagai industri yang adalah pertanian yang di rancang secara sistimatis

mengunakan akal sehat (rasional) dan usaha keras yang berkesinambungan sehingga pertanian

akan menjadi produktif secara terus menerus dan merupakan habitat bagi tenaga kerja yang baik

untuk jumlah yang besar dan merupakan suatu usaha yang menguntungkan. Dengan demikan

dapat dikatakan bahwa pertanian sebagai industri yang lestari akan menghasilkan produksi

pertanian yang cukup tinggi dan memberikan penghasilan yang layak bagi petani secara terus

menerus sehinga dapat merancang masa depan yang lebih baik.

Khusus di Sulawesi utara ada beberapa tanaman tropis multiguna seperti karimenga, pala

dan aren yang selama ini belum banyak di perhatikan karena belum akuratnya dalam menilai

positioning, sifatnya tidak applicable dan tidak optimalnya support terhadap potensi wilayah.

Meskipun sudah lama disuarakan diberbagai kalangan tentang pentingnya mengembangkan

tanaman langka yang multiguna di Sulawesi utara, tetapi banyak kalangan sebagai pelaku

agribisnis belum menerapkan teknologi yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Padahal

dengan ketiga tanaman industri yang lestari tersebut akan menghasilkan spektrum produksi

tinggi dan dapat menyediakan bahan baku bagi berbagai agribisnis dan produk-produk ekspor

yang lestari.

1.2 Permasalahan

a. Kondisi dan ketersediaan infrastruktur untuk tanaman karimenga,pala dan aren masih

sangat terbatas padahal fungsi dan manfaatnya sangat signifikan untuk kepentingan

dalam menunjang kelancaran pelaksanaan program pembangunan pertanian,

kesejahtraan petani dan pelaku agribisnis.

b. Keterbatasan tanaman karimenga, pala dan aren di banding dengan tanaman lain adalah

belum banyak dibudidayakan dan belum dapat memenuhi kebutuhan untuk

pengembangan industri sehingga perlu penelitian yang mendalam tentang tekhnologi

budidaya tanaman tersebut dengan benar.

c. Pengusahaan tanaman karimenga, pala dan aren yang belum diusahakan dalam skala

besar karena pengelolaan tanaman tersebut belum menerapkan tekhnik budidaya yang

baik menyebabkan produktifitas rendah.

d. Skala usaha relative kecil sebagai akibat dari sempitnya lahan garapan yang di miliki

petani dan keterbatasan modal mengakibatkan usaha tani yang dikelola kurang efisien.

Mengingat ketiga tanaman karimengan, pala dan aren belum dibudidayakan secara

meluas, namun dipandang merupakan tanaman yang potensial dan multiguna, maka perlu

disusun suatu “Road Map” penelitian ketiga tanaman ini di propinsi Sulawesi utara.

1.3 Tujuan dan Manfaat Road Map

Tujuan Road Map pengembangan komoditi karimenga, pala dan aren sebagai tanaman

Tropis di Sulawesi utara adalah:

a. Memandu perencanaan pembangunan pertanian di Sulawesi utara untuk menetapkan

komoditas unggulan yang multiguna, berdaya saing, yang dapat memicu

pertumbuhan wilayah, serta dapat mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis.

b. Memberikan bahan acuan bagi pemerintah Sulawesi utara dalam perencanaan

menumbuh kembangkan komoditas unggulan karimenga, pala dan aren sebagai

tanaman industri multiguna secara bertahap dan berkelanjutan.

c. Mengarahkan dan mendorong masyarakat petani dan pelaku agribisnis untuk

membuka usaha dan investasi baru dalam pengembangan komoditas unggulan

karimenga, pala dan aren yang merupakan tanaman industri multiguna.

Manfaat yang diharapkan dari Road Map komoditas karimenga,pala dan aren antara lain:

a. Road Map dijadikan informasi bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan swasta)

untuk pengembangan komoditas karimenga, pala dan aren yang merupakan tanaman

industri multiguna, berdaya asing, dapat memacu pertumbuhan wilayah serta dapat

mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis.

b. Road Map dapat memberikan bahan acuan bagi masyarakat akademik, media masa,

penggerak swadaya masyarakat serta penyelenggara Negara dalam memfasilitasi

komoditas unggulan karimenga, pala dan aren untuk dijadikan usaha dan investasi

baru dalam mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis.

c. Road Map dapat menjamin tercapai tujuan dan sasaran program serta kegiatan

pembangunan pertanian nasional secara efisien, efektif, kompetitif serta

berkesinambungan.

II. PROFIL TANAMAN KARIMENGA, PALA DAN AREN

2.1 Sumber Daya Manusia

Fenomena kelembagaan petani seperti kelompok tani di Sulawesi utara belum

menunjukan eksistensi sebagai kelompok tani yang maju, berjiwa enterprenur dan berorientasi

bisnis, apalagi meningkat statusnya menjadi lembaga keuangan mikro. Pada umumnya petani

tanaman karimenga, pala dan aren di pedesaan masih tradisonal, musiman/dadakan atau

berorientasi proyek/fasilitas pemerintah.

Di harapkan kedepan organisasi petani harus dibangun dan tumbuh dari bawah serta di

bentuk secara mandiri oleh petani sehingga di dalam aktualisasi kegiatannya mampu menemu

kenali sekaligus memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Untuk memulai diperlukan

suatu gerakan penyegaran petani, perjuangan secara politis, ekonomis, sosial budaya, hukum dan

lain-lain.

Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren petani atau organisasi seperti

koperasi harus menjadi pelaku utama dalam usaha on fram dengan meningkatkan skala usaha

serta kapabilitasnya, termasuk kapabilitas menyerap teknologi baru, dan meningkatkan

manajemen usaha taninya. Dengan struktur demikian maka masalah skala usaha taninya,

network, permodalan, serta hal-hal lain yang tidak dapat di atasi secara individu dapat di atasi

melalui upaya membangun kebersamaan dalam suatu koperasi. Petani dan kelompok tani harus

mampu mengajak juga corporate farming, yaitu berupa PKP (proyek ketahanan pangan).

Tradisi bergantung pada alam dan memanfaatkan hasil akal budi manusia seperti

tekhnologi dan manajemen untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi dan keberlanjutan

(sustainability). Peningkatan produktivitas pertanian bersumber dari kemajuan IPTEK,

manajemen, kelengkapan sarana dan memelihara kelestarian alam untuk kehidupan.

Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren maka perlu dibangun

kelembagaan pertanian yang kokoh dan berorientasi industria. Dengan pendekatan ini, maka

kelemahan-kelemahan dalam sistem pertanian tradisional dapat dimodifikasi sehingga dapat

lebih efisien, dan produktivitas dapat di tingkatkan termasuk pula harkat dan martabat petaninya.

Oleh karena itu, membangun kelembagaan pertanian industrial juga sejalan dengan keinginan

untuk memberdayakan ekonomi rakyat dan sekaligus meningkatkan daya saing masyarakat

pertanian secara keseluruhan. Keberhasilan dari manajemen sistem ini pada gilirannya akan

menghasilkan komoditi karimenga, pala dan aren berdaya saing tinggi.

Orientasi petani karimenga, pala dan aren harus diubah menjadi orientasi agribisnis. Hal

ini menuntut perubahan yang mendasar terutama orentasi kerja yang merupakan perubahan

budaya. Dituntut peranan elit desa yang menguasai wawasan modernisasi baik formal maupun

informal.

Kelembagaan petani yang berorientasi ekonomi yang tepat di pedesan adalah koperasi

bagi proses produksi, tetapi juga agroindustri dan pemasaran. Dengan demikian untuk

menumbuh kembangkan koperasi yang berfungsi sebagai lembaga ekonomi pedesaan

diperlukan pengurus yang berkualitas, berorientasi bisnis dan koperasi tersebut mempunyai

usaha yang jelas, sehingga tidak terlalu banyak bidang usaha yang ditangani, tetapi bisa berjalan

dan berkembang dengan baik. Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren perlu

adanya koperasi yang berorientasi pada usaha agroindustri, yaitu mulai dari penyediaan sarana

produksi seperti penyedian pupuk, pestisida, alat dan mesin pengolah tanah, sprayer atau

mistblower untuk menyemprot, alat pengering (dryer) dan alat-alat yang berhubungan dengan

kebutuhan usaha agroindustri lainnya.

Koperasi harus tumbuh dari bawah yang dalam perkembangannya memerlukan

bimbingan baik manajemen maupun teknis, oleh karena itu menjadi tugas bersama untuk

mengembangkan koperasi agar benar-benar menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi

masyarakat desa, terutama masyarakat tani, dalam hal ini koperasi usaha tanaman karimenga,

pala dan aren yang merupakan industri yang multiguna.

2.2 Sumber Daya Lahan Tanaman Karimenga

2.2.1 Sistem Agribisnis Hulu Tanaman Karimenga

a. Aspek Lahan

Aspek sumber daya lahan untuk tanaman karimenga yaitu pengelolaan lahan yang terdiri

dari pemanfaatan lahan dan konservasi lahan.

b. Aspek Sarana

Aspek sarana terdiri dari insfrastruktur pedesaan yaitu jalan usaha tani penyediaan

tanaman karimega, pala dan aren untuk dikembangkan atau diperbanyak yaitu melalui biji,

anakan maupun dari akar rimpang.

c. Dukungan Kelembagaan

Dukungan kelembagaan dari pemerintah, yaitu perlunya menghasilkan pembiayaan untuk

pengembangan infrastuktur pedesaan. Disamping kontribusi swasta dan masyarakat/petani, juga

peran perguruan tinggi diperlukan melalui kegiataan penelitian pengabdian pada masyarakat

melalui penyuluhan, demonstrasi plot, temu teknologi seperti seminar yang berfokus pada

pengembangan tanaman industri karimega, pala dan aren.

2.2.2 Sistem Usaha Pertanian Primer Tanaman Karimega

Tanaman Karimega (Acorus Calamus L), diklasifikasi dalam :

Devisi : Spermatophyta

Sub Devisi : Anglospermal

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Marga : Acorus

Jenis : Acorus Calamus L

Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengn 900 meter di atas permukaan laut

dan biasanya ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan dan di halaman rumah penduduk. Tanaman

karimenga memiliki nama lain nyaitu kemedulan, ceker ayam, tenggiling mentik (Jawa), kotok

bengkok (Sunda); tobotoan (Madura); karimenga in sowa, memerang (Minahasa).

2.2.3 Pasca Panen

a. Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas, produksi dan mutu

hasil pertanian. Namun dalam kenyataan penerapan teknologi produksi dan pascapanen belum

dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan karena manfaat tanaman karimenga belum banyak

dikenal oleh masyarakat, disamping itu juga tanaman karimenga belum ada yang dibudidayakan

atau hanya tumbuh liar, sementara manfaatnya bagi manusia sangat banyak seperti obat luka

digigit binatang berbisa dan obat kompres apabila demam. Selain itu juga dapat digunakan

sebagai obat luka, bisul atau borok.

b. Pemasaran

Manfaat dan kegunaan karimenga bagi manusia memang belum banyak diketahui oleh

banyak orang. Oleh sebab itu aspek pemasaran belum banyak dikembangkan dan hanya terbatas

pada usaha orang perorang untuk mencari dan menggunakannya. Upaya peningkatan nilai

ekonomi dari karimenga sehingga aspek pemasaran menjadi bagian penting dalam produksi

adalah bagaimana produksi karimenga yang telah dibuat bahan jadi dengan mempertahankan

sifat-sifat dan kegunanaanya sebagai tanaman obat. Pemasaran akan menjadi baik apabila telah

dilakukan pembukaan lahan lahan produksi sehingga pelimpahan produksi dapat berjalan sesuai

kebutuhan baik kebutuhan obat tradisional ataupun dalam mendukung penyediaan bahan baku

industri obat dalam skala yang lebih besar.

2.3 Sumber Daya Lahan Tanaman Pala

2.3.1 Sistem Agribisnis Hulu Tanaman Pala

a. Aspek Lahan dan Air

Tanaman pala dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 500-700 mdpl, sedangkan pada

ketingian di atas 700 mdpl produktivitasnya akan menurun. Kondisi media tanam pala yaitu:

1 Membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkanis yang

mempunyai pembuangan air (drainase) yang baik. Tanaman ini tumbuh baik di tanah

yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik yang tinggi.

2 pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5-6,5. Tanaman ini peka terhadap

ganguan air (harus memiliki saluran drainase yang baik).

3 Pada tanah-tanah yang miring seperti lereng-lereng pegunungan, agar tanah tidak

mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras

melintang lereng.

b. Aspek Sarana Tanaman Pala

Aspek sarana terdiri dari:

1 Pembibitan, biji pala yang digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang

masak.

2 Penyemaian, harus dekat dengan air untuk memudahkan penyiraman, dengan tanah yang

subur dan gembur.

Pengolahan media tanam untuk tanaman pala disiapkan sebaik-baiknya di atas lahan yang

bebas dari semak belukar. Tanah diolah menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam

tanah) berjalan dengan baik. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala yaitu pada lahan datar

dengan ukuran 9x10 m, sedangkan pada lahan bergelombang ukuran 9x9 m. Selain itu

pemeliharaan tanaman pala membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik

(pupuk kimia atau pupuk buatan) yaitu TSP, urea dan KCl, dan untuk cara perbanyakan stek

membutuhkan larutan hormon IBA (0,5%), juga pestisida untuk pengendalian hama pengganggu

tanaman.

c. Dukungan Kelembagaan

Dalam pengembangan tanaman pala perlu dukungan kelembagaan yaitu keterlibatan

pelayanan pemerintah melalui sharing pembiayaan dari departemen pertanian dan perindustrian.

Pemanfaatan lembaga swasta yaitu yang bergerak di bidang agribisnis, serta dukungan

perbankan atau lembaga keuangan. Dukungan kelembagaan ini dimaksudkan untuk membantu

petani dan pedagang pengumpul pala dalam meningkatkan teknologi yang diperlukan dalam

pengembangan industri perpalaan.

2.3.2 Sistem Usaha Pertanian Primer Tanaman Pala

a. Pembibitan

Perbanyakan tanaman pala dengan cara generatif adalah perbanyakan dengan biji yang

dapat dilakukan dengan mengembangkan biji. Biji yang digunakan dapat berasal dari: 1) biji

sapuan yaitu biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti pohon

induknya; 2) biji pilihan yaitu biji yang asal atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam

hal ini terdapat 3 macam biji pilihan yaitu; (1) biji legitem adalah biji yang diketahui dengan

jelas pohon induknya atau asal putiknya jelas diketahui; (2) biji ilegitem adalah biji yang berasal

dari tupang sari yang tidak diketahui tetapi asal putiknya jelas diketahui: biji propellegitim

adalah biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dari dua klon atau lebih.

Biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak.

Buah pala yang bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Pohon dewasa yang tumbuh sehat dan; (2) mampu

berproduksi tinggi dan kualitasnya baik. Biji pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan

benih harus segera diambil atau paling lambat 24 jam untuk segera disemaikan sebab biji-biji

pala tersebut memiliki sifat daya kecambahnya cepat menurun.

Terdapat beberapa tahapan penting dalam penyediaan pembibitan pala, sebagai berikut

1 Penyemaian

Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan

penyiraman. Tanah harus subur dan gembur dan dapat diolah dengan cangkul dengan

kedalaman sekitar 20 cm dan dibuat bedengan lebar 1,5 m dan panjang 5-10 m tergantung

ketersediaan biji pala yang ada. Usahakan bedengan membujur utara selatan. Sebelum

dilakukan persemaian, tanah yang diolah dicampur dengan pupuk kandang secara merata.

Disekelilingnya dibuat selokan sebagai saluran drainase. Bedengan diberi peneduh dari

anyaman daun kelapa dengan tinggi sebelah timur 2 meter dan sebelah barat 1 meter.

Tanah bedengan disiram air secara merata tanpa terjadi genangan kemudian biji-biji pala

disemaikan dengan membenamkan biji sedalam 1 cm. Jarak pesemaian antara biji 15x15

cm dan posisi biji dibenamkan atau benih harus rapat yaitu garis putih pada kulit biji

terletak di bawah. Setelah biji berkecambah, maka bibit dapat dipindahkan kekantong

polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan

pupuk kandang. Perpindahan bibit ke polybag harus hati hati agar perakaran tidak rusak.

Bibit dalam polybag dapat diletakkan di tempat yang memiliki naungan, bersih dan

terhindar dari gulma. Selama pemeliharaan diberi pupuk TSP dan Urea sebanyak 1 g

perbibit yang dapat langsung disiram dengan air

2 Perbanyakan cara cangkok

Tujuan pencakokan adalah untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat

asli induknya. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih batang atau

cabang yang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuh sehat dan mampu

menghasilkan buah cukup banyak. Pohon berumur sekitar 12-15 tahun, batang dan

cabang yang dipilih sudah berkayu tetapi tidak terlalu tua atau terlalu muda. Setelah

dilakukan pencakokan, pada umur 2 bulan akan tumbuh perakaran maka cangkokan siap

dipindahkan ke polybag atau dapat langsung ditanam di lapangan

3 Perbanyakan cara penyambungan

Penyambunga adalah system perbanyakan tanaman dengan cara menempatkan bagian

tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehngga membentuk

satu tanaman bersama. Teknik penyambungan terdapat 2 cara yaitu: (1) penyambungan

pucuk (enten, grafting) yang terdiri entencela atau batang atas dan batang bawah yang

sama besar, enten pangkas atau kopulasi, dan entensisi atau segitiga: (2) penyambungan

mata (okulasi) yang terdiri okulasi biasa atau segi empat okulasi “T” dan forker. Setelah

3-4 bulan sejak penyambungan maka akan terlihat batang atas pada penyambungan dan

mata tunas ada okulasi sehinga tanaman sudah dapat ditanam dilapangan.

4 Perbanyakan cara penyusutan

Sistem penyusutan adalah cara perbanyakan tanaman dengan memilih ukuran batang

bawah dan batang atas sama besar dengan ukuran sedikit lebih besar dengan jari tangan

orang dewasa. Cara ini dilakukan sebagai berikut: (1) pilihlah calon batang bawah dan

atas yang sama ukuran: (2) lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah

dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian kayu: (3) tempelkan batang bawah

tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat kuat dengan tali rafia. Setelah

beberapa waktu kedua bagian tersebut akan tumbuh bersama seolah-olah batang bawah

menyusut sebagai induknya. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan atas yang tidak

diperlukan dapat dipotong atau dipisahkan dan apabila tanaman telah tumbuh sempurna

maka telah dapat dipindahkan kelapangan.

5 Perbanyakan cara stek

Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda dengan bantuan pengunaan

larutan hormon IBA 0,5%. Biasanya penggunaan hormon dapat merangsang

pertumbuhan akar menjadi sempurna setelah 4 bulan. Kemudian setelah dilakukan

pemeliharaan sekitar 3 bulan perakaran telah menjadi banyak sehingga tanaman akan

bertumbuh dengan baik.

b. Pengelolaan Media Tanaman

Kebutuhan kebun tanaman pala harus disiapkan secara baik dengan membersihkan areal

dari gulma atau semak belukar. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau

agar proses penggemburan tanah dapat berlangsung efektif. Pada tanah yang memiliki

kemiringan pengolahan harus dilakukan menurut arah melintang lereng. Pengolahan tersebut

dapat mencegah aliran permukaan tanah atau menghindari erosi tanah. Pada tanah dengan

kemiringan 20% perlu dibuat teras teras dengan ukuran 2 meter atau dapat dibuat teras tersusun

dengan sistem kontur atau dapat dibuat teras guludan atau teras bangku.

c. Teknik Penanaman

Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan sebab untuk mencegah tanaman tidak

mati akibat musim kemarau. Bibit yang siap ditanam diusahakan telah memiliki 3-5 cabang dan

telah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga dapat bertumbuh dengan baik.

Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah pada lahan datar 9x10 m sedangkan pada

lahan bergelombang adalah 9x9 m. teknik penanaman yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

1 Penanaman berasal dari biji dilakukan dimana polybag terlebih dahulu dilepaskan

kemudian bibit dapat langsung dimasukan kedalam lubang dan diusahakan permukaan

lubang lebih kebawah dari permukaan lahan. Setelah ditanam dapat langsung disiram

sehingga tanaman dapat menjadi basah.

2 Bibit pala yang berasal dari cangkok, sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi

terlebih dahulu untuk mencegah penguapan. Lubang tanaman untuk bibit cangkokan

harus lebih dalam agar tidak mudah roboh.

3 Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti

menanam bibit pala yang berasal dari biji dimana lubang tanaman disiapkan 1 bulan

sebelum tanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubang tidak menjadi asam terutama

pada musim hujan. Pada tanah ringan ukuran lubang 60x60x60 cm dan untuk jenis tanah

liat 80x80x80 cm.

d. Pemeliharaan

Usaha untuk memelihara tanaman pala setelah penanaman adalah untuk mencegah

kerusakan atau bahkan kematian tanaman. Untuk itu diperlukan tanaman pelindung seperti

Clerisidae, atau sebelum penanaman, lahan yang dipersiapkan terlebih dahulu ditanami jenis

tanaman buah buahan. Berapa langkah yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman

pala adalah sebagai berikut:

1 Penyulaman harus dilakukan jika bibit tanaman pala mati atau pertumbuhannya tidak

baik.

2 Pada ahir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya dilakukan penyiraman agar pupuk

dapat larut dan diserap oleh tanaman. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan

dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik berupa

pupuk TSP, Urea, dan KCL. Namun apabila tanaman lebih tua, pemupukan yang baik

adalah pemupukan anorganik yang dapat dilakukan setahun 2x.

3 Pemberian pupuk dilakukan pada pohon pala dengan cara membuat parit melingkar

pohon sebesar kanopi tanaman sedalam 10 cm dan lebar 20 cm. Pupuk yang diberikan

adalah TSP, Urea, dan KCL ditabur ke dalam parit dan ditimbun dengan tanah. Apabila

saat pemupukan kurang turun hujan maka perlu dilakukan penyiraman agar mempercepat

penyerapan oleh akar tanaman.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pala

Selama pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pala dapat diserang oleh

organisme pengangu tanaman (OPT) sebagai berikut:

1 Hama

1) Kumbang pengerek batang (batokera sp).

Akibat serangan kumbang ini dapat menyebabkan tanaman pala mengalami kematian.

Gejala serangan terdapat lubang gerekan dengan diameter 0,5-1 cm dan dipermukaan

lubang ditemukan serbuk kayu sisa gerekan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut: (1) cara mekanis itu yaitu membuat lekukan pada lubang gerekan dan

berupaya mengambil larva dalam liang gerekan itu. Cara kimia yaitu dengan memasukan

atau menginjeksi atau menginfus insektisida dimicron atau tamaron yang bersifat

sistemik kedalam batang pohon dengan terlebih dahulu dibor, menggunakan dosis yang

dimasukan sebanyak 15-20cc dan kemudian ditutup kembali.

2) Rayap

Rayap adalah serangga perusak tanaman pala pada bagian akar kemudian terus pada

bagian pangkal akar dan terus masuk sampai pada batang tanaman. Gejala serangan

terdapat bercak hitam pada permukaan batang dan apabila dikupas maka sarang dan

saluran rayap akan terlihat. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis adalah dengan

membongkar sarang atau saluran yang ada untuk terbuka. Pengendalian secara kimia

dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida disekitar sarang yang ada.

3) Kumbang Aeroceum farculatus

Serangga ini berukuran kecil dan menyerang biji pala. Awal serangan, kumbang dewasa

akan menyerang biji dan meletakan telur didalamnya. Didalam biji, telur akan

berkembang menetas menjadi larva dan larva akan memakan bagian dalam biji secara

keseluruhan. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengeringkan biji pala setelah

diambil agar tidak lembab dan mudah diserang oleh serangga perusak buah pala.

2 Penyakit

1) Kangker batang

Tanaman yang terserang oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala mengalami

pembengkakan pada batang, cabang atau ranting. Pengendaliannya adalah dengan

membersihkan kebun dari semak belukar dan memangkas bagian yang terserang

untuk dibakar.

2) Belah putih (Coreneum sp)

Penyebab penyakit ini adalah cendawan coreneum sp yang dapat menyebabkan

buah pala terbelah sebelum tua. Gejala yang timbul adalah terdapatnya bercak bercak

kecil berwarna ungu kecoklatan pada bagian kulit buah. Bercak bercak tersebut akan

membesar dan berubah menjadi warna kehitaman. Pengendaliannya adalah (1)

membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik sehingga perakaran tanaman

pala tidak tergenang oleh air atau lembab: (2) pengasapan dengan belerang di bawah

pohon dengan dosis 100 gram per tanaman.

3) Busuk buah kering (Stigmina myristichae)

Penyebab penyakit busuk buah kering adalah cendawan S. myristichae. Gejala

yang ditimbulkan berupa warna coklat dengan bentuk bulat atau cekung dengan

ukuran bervariasi dari sangat kecil sampai 3 cm. Pada kulit buah terlihat gugusan

cendawan berwarna hijau kehitam hitaman dan akhirnya bercak tersebut menjadi

kering dan mengeras. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah (1) kondisi

kelembaban disekitar pohon perlu dikurangi dengan cara memangkas atau

mengurangi naungan sekitar pohon dan membersihkan gulma atau tanaman lain yang

ada; (2) buah pala dan daun yang terserang penyakit segera dipetik atau dirontokan

kemudian dipendamkan dalam tanah atau dibakar; (3) dapat dilakukan dengan

penyemprotan fungisida secara rutin yakni 2-4 minggu sekali. Fungisida yang

dianjurkan adalah yang berbahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.

4) Busuk buah basah (Collectotrichum gloeosporiodes)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan C. gloeosporiodes yang menyerang atau

menginfeksi buah yang luka. Gejala serangan adalah pada buah timbul bercak-bercak

yang basah disekitar tangkai buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian dapat

dilakukan seperti cara pengendalian pada penyakit busuk buah kering. Bagian

tanaman yang terserang dimusnahkan atau dipendam dalam tanah. Dapat dilakukan

penyemprotan dengan fungisida secara rutin yang berbahan akti mancozeb,

karbendazim dan benomi.

2.3.3 Sistem Agribisnis Hilir Tanaman Pala

a. Panen, Pasca Panen dan Pengelolaan Hasil Panen

1 Ciri dan umur panen

Pada umumnya pala dipanen pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun akan

berproduksi secara menguntungkan. Produksi akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun

mencapai produksi tertinggi. Pohon pala dapat berproduksi sampai umur 60-70 tahun. Buah pala

yang dipanen adalah buah yang sudah masak (tua) yakni berumur sekitar 6-7 bulan sejak

berbunga. Tanda-tanda buah pala masak adalah jika sebagian dari buah terlihat mulai merekah

atau membelah melalui luar belahnya dan terlihat bijinya yang diseliputi fuli berwarna merah.

Apabila dibiarkan tetap dipohon selama 2 atau 3 hari maka pembelahan buah akan sempurna dan

biji akan jatuh ketanah.

2 Cara pemanenan

Pemanenan atau pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang

ujungnya diberi atau disambung dengan keranjang. Selain itu dapat pula dilakukan dengan

memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak.

b. Pasca Panen dan Pengelolaan Hasil

1 Pemisahan bagian buah

Setelah buah pala yang masak dikumpulkan maka buah-buah tersebut dapat langsung

dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala diletakkan

pada wadah yang besih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan

menjadi 3 macam yaitu 1) gemuk dan utuh: 2) kurus dan keriput: 3) cacat.

2 Pengeringan biji

Biji pala yang diperoleh dari pemisahan bagian buah tersebut segera dijemur untuk

menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai atau

tempat lain. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang terlalu tinggi dapat membuat biji

pala pecah-pecah. Biji yang kering baik akan ditandai dengan terlepasnya kulit biji atau

cangkang. Dengan kadar air sebesar 8-10% biji-biji pala yang sudah kering harus dikeluarkan

dari cangkangnya dengan cara memukul cangkang sehingga pecah agar biji dapat disendirikan.

Biji dapat disortir berdasarkan ukuran yaitu: 1) besar, dalam 1kg terdapat 120 butir biji: 2)

sedang dalam 1kg terdapat 150 butir biji: 3) kecil, dalam 1kg terdapat 200 butir biji. Biji-biji pala

yang telah kering dapat dilakukan pengawetan agar biji dapat bermutu baik dalam penyimpanan.

Pengawetan biji pala dapat dilakukan dengan cara: 1) pengapuran basah dan 2) fumigasi dengan

digunakan metal bromeda (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2)

3 Pengeringan bunga pala (fuli)

Fuli dapat dikeringkan dengan menjemur pada panas matahari secara perlahan lahan

selama beberapa jam kemudian diangin anginkan. Tindakan ini tidak perlu dilakukan sampai fuli

kering dengan baik. Fuli yang kering akan berubah warna dari merah cerah menjadi merah tua

dan ahirnya menjadi jingga dengan tekstur fuli yang kering akan kenyal atau tidak rapuh.

c. Standar Produksi Pala

1 Ruang Lingkup

Standar produksi pala yang dibutuhkan adalah meliputi beberapa hal yaitu syarat

tumbuh, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

2 Klasifikasi dan Standar Mutu

Untuk menentukan kualitas dari inti biji, fuli dan biji pala yang dihasilkan maka

kriteria yang harus diperhatikan adalah:

Inti Biji:

1) Pala kupas ABCD (1 sak berat 90 kg), dengan criteria:

Biji relative berat

Bentuknya sempurna dan tidak keriput

Tidak diserang hama atau penyakit

Tidak pecah atau rusak mekanis.

2) Pala kupas RIMPEL (1 SAK berat 80 kg) dengan criteria:

Biji relative berat

Berkeriput

Tidak pecah

Tidak diserang hama penyakit

3) Biji kupas B.W.P (1 sak berat 75 kg)

Biji berkeriput

Ada kerusakan mekanis

Diserang hama dan penyakit

Ringan

Fuli

Kriteria untuk menentukan kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta kematangannya,

sebagai berikut:

1) Fuli I (moco one ), dari buah yang sudah tua, keadaan fuli utuh, warna bagus (merah).

2) Fuli II (moco two), buah sudah tua, keadaan fuli tidak utuh lagi.

3) Gruise I dan II, fuli hancur, lapuk dan mudah pecah, warna hitam. Untuk gruise II

digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan.

Biji

1) Jarak tanam: jarak tanam dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas. Apabila jarak

tanam terlalu rapat akan menghasilkan buah-buah pala yang kecil.

2) Pemeliharaan: pemeliharaan yang baik dapat mempengaruhi kualitas hasil yang baik.

Pertanaman pala yang tidak dipelihara secara baik mengakibatkan serangan hama dan

penyakit akan tinggi, sehingga biji pala yang dihasilkan tidak berkualitas.

3) Cara pemetikan dan pemrosesan: buah yang dipetik pada saat muda, biji dan fulinya

mempunyai kualitas rendah. Demikian juga prosessing yang kurang baik seperti

penjemuran tergesa-gesa maka biji pala akan pecah-pecah.

d. Pengambilan contoh

Tujuan pengambilan contoh adalah agar kualitas pala baik inti biji, fuli dan biji benar-benar

berkualitas secara menyeluruh. Setiap kemasan diambil contoh sebanyak masing-masing 3 kg

dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh-contoh tersebut dicampur merata tanpa

menimbulkan kerusakan kemudian dibagi empat dan 2 bagian diambil secara diagonal. Cara ini

dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa. Untuk keperluan analisis

maka kriteria yang diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5

2) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300 minimum jumlah contoh yang diambil 7

3) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500 minimum jumlah contoh yang diambil 9

4) Jumlah kemasan dalam partai :501 sampai 1000 minimum jumlah contoh yang diambil 10

5) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000 minimum jumlah contoh yang diambil 15

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat orang yang berpengalaman atau dilatih

terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

e. Pengemasan

Pengemasan bertujuan mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen.

Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastic karena dapat mencegah kerusakan dalam

waktu relatif lama. Pengemasan biji atau fuli pala dikemas secara sederhana dan pala yang telah

disortir dikemas dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Berat rata-rata dari setiap

kualitas adalah sebagai berikut:

1) Pala kupas ABCD dalam 1 sak berat 90 kg

2) Pala kupas RIMPEL dalam 1 sak berat 80 kg

3) Pala kupas B.W.O dalam 1 sak berat 75 kg

Khusus untuk pengemasan fuli pala biasanya diletakkan dalam peti kayu atau tripleks

dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal penting yang diperlukan selama pengepakan adalah

fuli yang dipak telah kering baik dan perlu di fumigasi terlebih dahulu pada ruang yang tertutup

rapat selama 2 x 24 jam dengan metil bromide.

f. Pemasaran

1 Umum

Produk pala dalam bentuk biji, inti biji dan fuli dari tingkat petani akan mengikuti pola yang

sederhana dengan tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pada tingkat petani atau pengusaha perkebunan kecil mempersiapkan produk

dalam biji, inti biji dan fuli. Pada tingkat ini kualitas pala akan sangat bergantung dari

perlakuan petani.

2) Tahap pada tingkat pedagang pengumpul. Produksi petani akan ditampung oleh

pedagang pengumpul kecil ataupun besar. Pada tingkat ini kualitas pala diperbaiki

dengan menjaga mutu pala melalui penggunaan kriteria mutu. Umumnya pedagang

pengumpul akan mensortir produksi pala kemudian dipak sesuai standard dan perlakuan

yang terbatas. Semua ini dilakukan untuk mempersiapkan stok pala yang akan dijual

pada pengumpul besar.

3) Pengumpul besar merupakan perusahaan besar yang telah memiliki ikatan dengan

konsumen tingkat nasional dan internasional. Pada tahap ini pedagang besar akan

melakukan perlakuan demi memenuhi kebutuhan konsumen atau mereka membuat dalam

bentuk bahan setengah jadi untuk memudahkan pemasaran dan pengangkutan.

2 Gambaran peluang agribisnis

Produksi pala, biji pala maupun fuli setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1962

produksi pala nasional baru mencapai 3200 ton dan meningkat pada tahun 1971 mencapai 10.327

ton/tahun. Kenaikan produksi setiap tahun diperkirakan sekitar 22 % sehingga pada tahun 1985

luas produksi pala nasional telah mencapai 70,192 hektar dengan jumlah produksi sekitar 18.649

ton/tahun. Peranan ekspor pala cukup besar terutama petani yakni sekitar 90 % produksi berasal

dari perkebunan rakyat. Sentra produksi pala terutama di daerah-daerah Maluku, Sulut, sulsel,

papua, jabar dan aceh. Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasar dunia karena

memiliki aroma yang khas dan rendemen minyak yang tinggi. Saat ini Indonesia memenuhi

kebutuhan akan pala dunia dengan persentasi 60 % sedangkan yang 40 % di pasok oleh Granada,

India dan beberapa negara lain penghasil pala.

III. PROSPEK POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN

3.1 Prospek tanaman karimenga

Prospek tanaman karimenga antara lain: pala bagian umbi mengandung zat pahit

traccosin, sitosteral, cyryl, alcohol, bagian akar dapat dijadikan obat penenang, lambung,

limpha, dan bahan komestik dan minyak atsiri juga ada bagian batang dan selain mengandung

minyak atsiri juga mengandung unsure-unsur metabolic sekunder seperti saponin dan flavonoid.

3.2 Prosek tanaman pala

Pala merupakan tanaman industri yang multi guna sebagai komoditi strategis dimana

mulai dari batang, kulit batang, daun, fuli, biji dan daging pala. Selain itu pala memiliki nilai

ekonomis yang tinggi sebagai komoditi ekspor dimana kulit, batang dan daun dapat dijadikan

minyak atsiri. Fuli, selain dapat dijadikan minyak atsiri juga dapat sebagai industri pengalengan,

rempah-rempah, minuman dan kosmetik.

Fuli pala mengandung senyawa kimia antara lain: camphene, p-cymene, phellan drena,

terpinene, terpinal, limone, sabinene, phellandrene, terpinol, geraniol, myristin (metoksi saprol),

Ldan B-pinene, elemicin, safrol, 2 resorcinol (malabaricone band malabaricone C), eugenol dan

metoksi eugenol.

Disamping itu biji pala dapat dijadikan rempah-rempah, obat pencernaan, obat muntah-

muntah. Daging buah pala juga dapat meringankan rasa sakit, obat lambung, asinan/manisan,

dankristal daging buah pala.

3.3 Prospek tanaman aren

Tanaman aren memiliki prospek yang cerah apabila industri aren telah dapat dikembangkan. Hal

ini dapat dilihat apabila industri aren dibangkitkan dan prospek yang ada adalah sebagai berikut:

a. Produk dari aren sangat dibutuhkan pasar dunia

b. Produk dari aren memiliki nilai komparatif dan kompetitif karena mempunyai

kekhasan yang sulit didapat dari tanaman lain.

c. Prokduktivitas aren yang tinggi dapat menjadi pilihan investasi yang sangat

menguntungkan

d. Di beberapa wilayah di Indonesia telah terbukti bahwa tanaman aren telah

memberi kontribusi ekonomi yang signifikan

e. Dengan teknologi yang relatif sederhana tanaman aren dapat memberi nilai

tambah yang menjanjikan

f. Peluang yang besar sebab tren dunia yang mengarah pada komoditi yang bisa

mendukung kelestarian sumber daya alam serta ramah lingkungan

g. Dapat dikembangkan pada lahan-lahan dengan kondisi iklim yang luas

adaptasinya

h. Penyerapan tenaga kerja yang besar sehingga komoditi ini dapat menjadi pilihan

bagi penciptaan lapangan pekerjaan baru dan dapat mengurangi angka

penganguran.

i. Pengembangan tanaman aren dapat disinergiskan dengan berbagai komoditi yang

saling mendukung.

3.4 Potensi tanaman karimenga

Tanaman karimenga merupakan tanaman industri multiguna yang tumbuh pada

ketinggian sampai 900 meter di atas permukaan laut. Kemungkinan pengembangan industri

tanaman karimenga dimana bagian tanaman seperti umbi mengandung zat kimia tertentu,

bagian akar dapat dijadikan obat-obatan dan bahan kosmetik, bagian batang dan daun selain

mengandung minyak atsiri juga mengandung unsur metabolik sekunder yaitu saponin dan

flafonoid.

3.5 Potensi tanaman pala

Potensi lahan untuk tanaman pala di Sulawesi utara yaitu sesuai syarat tumbuh pada 500-

700 mdpl. Kemungkinan pengembangan industri pala yaitu fuli pala berpotensi sebagai

pengawet alamiah, antimikroba yang potensial, anti salmonella typil, anti bakteri, anti oksidan,

menghambat radikal bebas, anti kanker, anti fungi, dan anti inflammatory. Fuli pala merupakan

anti fungi yaitu: Aspergillus flafus, A ninger , Candida albicaus, Fusarium onysporium dan lain-

lain.

3.6 Potensi tanaman aren

Bagi masyarakat Indonesia tanaman aren memiliki potensi yang cukup baik sebab

memiliki keragaman fungsi yakni fungsi sosial , budaya dan ekonomi. Selain itu tanaman aren

juga memiliki fungsi ekologis sebab merupakan salah satu tanaman peyeimbang ekosistem dan

ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah sebagai pengawet sumber

daya alam terutama tanah. Potensi tanaman aren secara ekonomi berfungsi sebagai sumber

pendapatan masyarakat misalnya pengolahan nira dan gula aren. Secara ekonomis peluang ini

akan bertambah sejalan ketika bahan baku produk pohon aren diberi nilai tambah sehingga nilai

ekonominya jauh lebih besar dan menguntungkan. Selain dapat dibuat berbagai jenis gula, nira

aren dapat di buat minuman keras seperti cap tikus, tuak, anggur aren, dan dapat juga dibuat

bioetanol sebagai bahan bakar alternatif dimasa mendatang. Selain itu pula produk-produk dari

bagian tanaman aren dapat bernilai ekonomi seperti dalam menunjang industri kerajinan, sebagai

sumber bahan baku obat tradisional, sumber bahan makanan dan minuman serta bahan pakan

ternak. Masih banyak potensi yang dimiliki oleh tanaman aren yang dapat digali mengingat

tanaman ini sangat cocok dan tumbuh hampir pada semua jenis tanah baik tanah yang kurang

subur maupun subur.

3.7 Arah pengembangan tanaman karimenga

Metabolic sekunder

Minyak atsiri

Obat penenang

Obat lambung

Umbi

Obat Limfa

Obat Limfa Bahan baku kosmetik

Zat Pahit

Zat Pahit

B sitosterol

Ceryl Alkohol

Tanaman karimenga

Daun

Batang

Akar

3.8 Arah pengembangan tanaman pala

Pengembangan tanaman pala diarahkan pada sejumlah sentra produksi utama di seluruh propinsi

sulut dengan mengacu pada potensi daerah masing-masing. Pengembangan areal dilakukan

melalui dukungan dana pemerintah, swadaya petani dan pelaku usaha. Penetapan lahan

disesuaikan dengan potensi lahan yang akan di kembangkan. Kemungkinan arah pengembangan

industri pala mengikuti skema berikut:

Daging buah

Rempah

Obat pencernaan

Obat muntah

Meringankan sakit nyeri

Obat lambung

Asinan pala

Kristal daging

Biji pala

Tanaman Pala

Batang

Kulit batang

daun

fuli

Kayu bakar, kayu bangunan

Minyak atsiri

Rempah-rempah

industri

kosmetik

minuman

3.9 Arah pengembangan tanaman aren

Pengembangan industri aren adalah suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon aren

memiliki suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang berasal dari pohon

aren antara lain nira, buah kolang kaling, ijuk, lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain lain.

Bahan baku ini akan terus dikembangkan menjadi berbagai produk yang bernilai tambah dalam

sistem industri aren antara lain macam-macam gula aren, tuak, cap tikus, bioetanol, anggur aren,

tepung, bahan kerajinan, obat tradisional dan lain-lain.

Batang

Ijuk, sapu, sikat, tali, atap Talang air Pakan ternak Tepung aci Mutiara sagu aren Minuman Bahan perabot Bahan bangunan

Akar Obat kencing batu ginjal Obat sakit gigi Bahan kerajinan

Tanaman Aren

Daun

Sapu lidi Janur Rokok klinting Obat kulit tradisional Bedak Atap rumah Tusuk sate

Pangkal /tangkai buah

Nira Minuman segar Gula aren cetak Gula semut aren Gula Kristal putih aren Gula cair aren Gula lempeng Gula batu Biopestisida Bioetanol Anggur aren

Buah Kolang kaling