Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    1/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tuberkulosis (Tb) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di

    Indonesia dan merupakan negara dengan pasien Tb terbanyak ke-3 di dunia setelah India

    dan Cina. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru tuberkulosis per tahun, sebagian

    besar berada dalam usia produktif (15-54 tahun), dengan tingkat sosioekonomi dan

    pendidikan yang rendah. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995

    menunjukkan bahwa penyakit Tb merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

    penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan

    nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Sampai tahun 2005, program

    Penanggulangan Tb dengan Strategi DOTS menjangkau 98% Puskesmas, sementara

    rumah sakit dan BP4/RSP baru sekitar 30%.

    Tuberkulosis (Tb) adalah suatu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan

    dapat mempengaruhi semua bagian tubuh. Hampir 10 % mengenai muskuloskeletal, dan

    50 % mempunyai lesi di tulang belakang dengan disertai defisit neurologis pada 10-45 %

    penderita. Kelumpuhan akan terjadi bila infeksi tuberkulosa mengenai korpus vertebra

    dan terjadi kompresi pada medula spinalis. Bila terjadi dan menetap akan mengganggu

    dan membebani tidak saja penderita sendiri, tetapi juga keluarga dan masyarakat.

    Mengingat pentingnya hal ini, maka penekanan pada topik ini lebih diarahkan ke infeksi

    tuberkulosa pada tulang belakang.

    Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu kasus penyakit tertua dalam sejarah

    dengan ditemukan dokumentasi kasusnya pada mummi di Mesir dan Peru. Sir Percival

    Pott (1799) mendeskrispsikan penyakit ini dalam monografnya yang klasik dan sejak

    saat itu spondilitis tuberkulosis dikenal juga sebagai penyakit Pott (Ports disease).

    Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari infeksi tuberkulosis dengan

    penyebaran sebagian besar secara hematogen melalui pembuluh darah arteri epifiseal

    atau melalui plexus vena Batson. Banerjee melaporkan pada 499 pasien dengan

    spondilitis tuberkulosa, radiologis memperlihatkan 31% fokus primer adalah paru-paru

    dan dari kelompok tersebut 78% adalah anak-anak, sedangkan 69% sisanya

    memperlihatkan foto rantgen paru yang normal dan sebagian besar adalah dewasa.

    Tuberkulosis yang mengenai vertebra memiliki angka kesakitan yang tinggi karena dapat

    menyebabkan defisit neurologis dan deformitas berat. Penatalaksanaan konservatif dan

    operatif yang adekuat memberikan prognosis yang baik.1

    1

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    2/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. ANATOMI TULANG BELAKANG

    Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai

    penyangga tubuh dan melindungi sumsum tulang belakang. Pilar itu terdiri atas 33

    ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang

    servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang

    lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan

    4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).2

    Gambar 1. Anatomi tulang belakang

    Vertebra tipikal terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

    1. Korpus vertebra, terletak di anterior, berfungsi untuk menjaga untuk menyangga

    berat badan.

    2. Arkus vertebra, terletak di posterior, menutup foramen vertebra. Di dalam

    foramina vertebral terdapat kanal vertebral tempat medula spinalis. Fungsi dari

    arkus vertebra untuk melindungi medulla spinalis. Arkus vertebra terdiri dari dua

    pedikel melingkar, satu dari korpus, dan dua plat datar yang disebut laminae yang

    menyatu di garis tengah posterior.

    3. Tiga prosesus, dua transversus dan satu spinosus, merupakan tempat perlekatan

    otot dan membantu pergerakan vertebra

    2

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    3/20

    4. Empat prosesus artikularis, dua superior dan dua inferior, masing-masing

    mempunyai articular facet. Prosesus artikularis terproyeksi ke superior dan

    inferior dari arkus vertebra. Arah dari artikular facet menentukan pergerakan

    alami dari vertebra dan mencegah vertebra terjatuh ke anterior.1,2

    Gambar 2. Bagian-bagian tulang belakang

    B. DEFINISI

    Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis

    tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif

    yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa.Tuberkulosis yang muncul pada

    tulang belakang merupakan tuberkulosis sekunder yang biasanya berasal dari

    3

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    4/20

    tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis atau Potts disease

    paling sering ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra

    lumbalis segmen anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra

    C1-2. Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa

    nyeri punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila

    sudah timbul abses ataupun kifosis.3,4

    C. EPIDEMIOLOGI

    Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya

    berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia

    serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan

    sumber morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang

    berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih

    menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah berkembang

    atau maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu 30

    tahun terakhir. Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit ini

    mengalami peningkatan pada populasi imigran, tunawisma lanjut usia dan pada orang

    dengan tahap lanjut infeksi HIV (Medical Research Council TB and Chest Diseases

    Unit 1980). Selain itu dari penelitian juga diketahui bahwa peminum alkohol dan

    pengguna obat-obatan terlarang adalah kelompok beresiko besar terkena penyakit ini.

    Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai

    dewasa, dengan usia rata-rata 40-50 tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian

    besar mengenai anak-anak (50% kasus terjadi antara usia 1-20 tahun). Pola ini

    mengalami perubahan dan terlihat dengan adanya penurunan insidensi infeksi

    tuberkulosa pada bayi dan anak-anak di Hong Kong. Pada kasus-kasus pasien dengan

    tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada kurang lebih 10% kasus.

    Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai

    fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai pergerakan yang

    cukup besar (mobile) lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain.

    Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang paling sering

    terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih 50% kasus) diikuti kemudian oleh tulang

    panggul, lutut dan tulang-tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan

    jarang terkena. Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10)dan lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada

    4

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    5/20

    area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearingmencapai maksimum, lalu dikuti

    dengan area servikal dan sakral.

    Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondilitis

    tuberkulosa. Di negara yang sedang berkembang penyakit ini merupakan penyebab

    paling sering untuk kondisi paraplegia non traumatik. Insidensi paraplegia, terjadi

    lebih tinggi pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini

    berhubungan dengan insidensi usia terjadinya infeksi tuberkulosa pada tulang

    belakang, kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarangditemukan keadaan ini.5

    D. ETIOLOGI

    Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis

    di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik

    (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium

    tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan

    terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan

    Asam (BTA). Namun, Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan

    pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet, tetapi dapat bertahan hidup

    beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini

    dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.(1,8) Basil tipe bovin berada

    dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis dan bila diminum akan

    menyebabkan tuberkulosis usus. Basil tipe human berada dalam bercak ludah

    (droplet) orang yang terinfeksi tuberkulosis.4 Lokalisasi spondilitis tuberkolusa

    terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga diduga

    adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang

    penyebarannya melalui pleksusBatsonpada vena paravertebralis.6

    E. PATOGENESIS

    Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung

    Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus akan difagositosis oleh makrofag

    alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus

    lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit

    dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada,

    5

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    6/20

    kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan

    M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang

    menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma

    dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi

    pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi

    infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk

    kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di

    organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif

    kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi

    kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag.

    Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga

    dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau

    Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ

    lainnya.5,7,8

    F. PATOFISIOLOGI

    Basil tuberkulosis masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui traktus

    respiratorius. Pada saat terjadi infeksi primer, karena keadaan umum yang buruk

    maka dapat terjadi basilemia. Penyebaran terjadi secara hematogen. Basil TB dapat

    tersangkut di paru, hati limpa, ginjal dan tulang. Enam hingga 8 minggu kemudian,

    respons imunologik timbul dan fokus tadi dapat mengalami reaksi selular yang

    kemudian menjadi tidak aktif atau mungkin sembuh sempurna.9

    Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang.

    Penyakit ini paling sering menyerang korpus vertebra. Penyakit ini pada umumnya

    mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan,

    atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang

    menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan

    pada korteks epifise, diskus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada

    bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis yang dikenal sebagai

    gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada vertebra yang

    bersangkutan, tuberkulosis akan terus menghancurkan vertebra di dekatnya.

    Kemudian eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis

    serta basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal

    anterior dan mendesak aliran darah vertebra di dekatnya. Eksudat ini dapat

    6

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    7/20

    menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligament

    yang lemah.

    Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan

    menyebar ke lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat

    mengalami protrusi ke depan dan menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai

    abses faringeal. Abses dapat berjalan ke mediastinum mengisi tempat trakea,

    esophagus, atau kavum pleura. Abses pada vertebra torakalis biasanya tetap tinggal

    pada daerah toraks setempat menempati daerah paravertebral, berbentuk massa yang

    menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat menekan medulla spinalis

    sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk

    mengikuti muskulus psoas dan muncul di bawah ligamentum inguinal pada bagian

    medial paha. Eksudat juga dapat menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat

    mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau regio glutea.

    Menurut Gilroy dan Meyer (1979), abses tuberkulosis biasanya terdapat pada

    daerah vertebra torakalis atas dan tengah, tetapi menurut Bedbrook (1981) paling

    sering pada vertebra torakalis 12 dan bila dipisahkan antara yang menderita

    paraplegia dan nonparaplegia maka paraplegia biasanya pada vertebra torakalis10

    sedang yang non paraplegia pada vertebra lumbalis. Penjelasan mengenai hal ini

    sebagai berikut : arteri induk yang mempengaruhi medulla spinalis segmen torakal

    paling sering terdapat pada vertebra torakal 8-lumbal 1 sisi kiri. Trombosis arteri

    yang vital ini akan menyebabkan paraplegia. Faktor lain yang perlu diperhitungkan

    adalah diameter relatif antara medulla spinalis dengan kanalis vertebralisnya.

    Intumesensia lumbalis mulai melebar kira-kira setinggi vertebra torakalis 10, sedang

    kanalis vertebralis di daerah tersebut relatif kecil. Pada vertebra lumbalis 1, kanalis

    vertebralisnya jelas lebih besar oleh karena itu lebih memberikan ruang gerak bila

    ada kompresi dari bagian anterior. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa

    paraplegia lebih sering terjadi pada lesi setinggi vertebra torakal 10.

    Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit Pott terjadi melalui kombinasi 4

    faktor yaitu:

    1. Penekanan oleh abses dingin

    2. Iskemia akibat penekanan pada arteri spinalis

    3. Terjadinya endarteritis tuberkulosa setinggi blokade spinalnya

    4. Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasi korpus vertebra yang rusak

    7

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    8/20

    Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu :

    1. Stadium implantasi.

    Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita

    menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama

    6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada

    anak-

    anak umumnya pada daerah sentral vertebra.

    2. Stadium destruksi awal

    Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta

    penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6

    minggu.

    3. Stadium destruksi lanjut

    Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk

    massa

    kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang tejadi 2-3

    bulan

    setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta

    kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di

    sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang

    menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

    4. Stadium gangguan neurologis

    Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi

    terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini

    ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra

    torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan

    neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis,

    maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

    a. Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan

    aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi

    gangguan saraf sensoris.

    8

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    9/20

    b. Derajat II : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita

    masih

    dapat melakukan pekerjaannya.

    c. Derajat III : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi

    gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.

    d. Derajat IV : Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan

    defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia

    dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan

    penyakitnya.

    Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan

    ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum

    tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang

    sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang

    kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari

    jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan

    dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler

    vertebra.

    5. Stadium deformitas residual

    Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi.

    Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang

    massif di sebelah depan.

    Penyebaran basil ke vertebra menyebabkan spondilitis yang mengenai korpus

    vertebra. Spondilitis tuberkulosis ditandai dengan destruksi progresif yang lambat

    pada bagian anterior corpus vertebra disertai osteoporosis regional. Spondilitis

    korpus vertebra ini dibagi menjadi 3 bentuk:3,4

    1. Bentuk sentral

    Destruksi awal pada sentral korpus vertebra yang dekat dengan lempeng

    subkondral (biasanya ditemukan pada anak-anak)

    2. Bentuk paradiskus

    Terletak di bagian korpus vertebra yang bersebelahan dengan diskus

    intervertebralis (biasanya ditemukan pada orang dewasa)

    3. Bentuk anterior

    Lokus awal di korpus vertebra bagian anterior yang merupakan perjalanan per

    kontinuitatum dari vertebra di atasnya

    9

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    10/20

    Proses infeksi kadang disertai pembentukan banyak cairan yang nantinya

    mengalami nekrosis. Nekrosis ini bisa menghasilkan massa seperti keju (limfadenitis

    kaseosa) yang mencegah pembentukan tulang dan membuat tulang menjadi avaskuler

    sehingga timbul tuberculous sequstra. Jaringan granulasi tuberkulosis masuk ke

    dalam korteks korpus vertebra membentuk abses paravertebra yang meluas hingga ke

    beberapa vertebra, ke atas, ke bawah, ligamen longitudinal anterior dan posterior.

    Sering juga terjadi fistel tunggal atau multiple di kulit dari limfadenitis

    tuberkulosis di leher atau di lipat paha. Bila spondilitis sudah mengenai vertebra

    torakal atau lumbal maka nanahnya akan dikeluarkan melalui fasia otot psoas yang

    merupakan locus minoris resistance sehingga terbentuk abses psoas. Abses ini dapat

    turun ke region inguinal dan teraba sebagai benjolan. Abses yang terbentuk

    merupakan abses dingin tanpa disertai tanda-tanda radang.

    Abses juga dapat berkumpul dan mendesak ke arah belakang sehingga

    menekan medulla spinalis dan mengakibatkan Potts paraplegia. Gejala awal

    paraplegia dimulai dengan kaki terasa kaku, lemah atau penurunan koordinasi

    tungkai. Proses ini dimulai dari penurunan daya kontraksi otot tungkai dan

    peningkatan tonusnya sehingga terjadi spasme otot fleksor dan akhirnya terjadi

    kontraktur.

    Paraplegia kebanyakan ditemukan di daerah torakal, bukan lumbal karena

    kanalis lumbalis agak longgar dan kauda equine tidak mudah tertekan. Diskus

    intervertebralis yang avaskuler resisten terhadap infeksi tuberkulosis, namun diskus

    di sekitarnya menyempit karena dehidrasi bahkan dapat dirusak oleh jaringan

    granulasi tuberkulosis. Destruksi progresif bagian anterior korpus vertebra

    menyebabkan kolapsnya bagian tersebut sehingga terjadi kifosis.4

    10

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    11/20

    Gambar 3. Spondilitis tuberkulosis

    G. GEJALA KLINIS

    Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala

    tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat

    badan menurun. Suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta

    sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam

    hari (night cries).6,9

    Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang

    kepala. Gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses

    retrofaring. Kadangkala penderita datang dengan gejala abses pada daerahparavertebral, abdominal, inguinal, poplitea atau bokong, adanya sinus pada daerah

    paravertebral atau penderita datang dengan gejala-gejala paraparesis, gejala

    paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang belakang akibat spasme atau gibus.6

    Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi kaku. Bila

    berbalik ia menggerakkan kakinya, bukan mengayunkan dari sendi panggulnya. Saat

    mengambil sesuatu dari lantai ia menekuk lututnya sementara tetap mempertahankan

    punggungnya tetap kaku. Jika terdapat abses, maka abses dapat berjalan di bagian

    kiri atau kanan mengelilingi rongga dada dan tampak sebagai pembengkakan lunak

    dinding dada.3,6

    Di regio lumbal abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang

    terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Jarang sekali pus dapat keluar melalui fistel

    dalam pelvis dan mencapai permukaan di belakang sendi panggul. Pasien tampak

    berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi dan menyokong tulang belakangnya

    dengan meletakkan tangannya diatas paha. Adanya kontraktur otot psoas akan

    menimbulkan deformitas fleksi sendi panggul.6

    11

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    12/20

    H. DIAGNOSIS6

    1. Anamnesis

    Didapatkan adanya nyeri kronis pada tulang belakang yang disertai hilangnya

    nafsu makan, penurunan berat badan dan adanya riwayat kontak dengan penderita

    tuberkulosis akan lebih memperkuat diagnosa.

    2. Pemeriksaan fisik

    a. nyeri tekan pada tulang belakang yang terkena infeksi dan pergerakan yang

    terbatas akibat nyeri dan spasme dari otot-otot paraspinal.

    b. ditemukan gibbus atau deformitas berupa kifosis atau teraba adanya fluktuasi

    pada pinggang atau inguinal.

    c. adanya gangguan neurologis berupa gangguan motoris dari yang ringan

    sampai yang paling berat

    3. Pemeriksaan Penunjang4

    a. Pemeriksaan laboratorium

    1) Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis

    2) UjiMantouxpositif

    3) Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikobakterium

    4) Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional

    5) Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

    b. Pemeriksaan radiologis

    1) Pemeriksaan foto toraks

    Untuk melihat adanya tuberkulosis paru

    2) Foto polos vertebra

    Ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra, disertai

    penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut

    dan mungkin dapatditemukan adanya massa abses paravertebral. Pada

    foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang

    burung (birrds nets) di daerah torakal berbentuk bulbul dan pada daerah

    12

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    13/20

    lumbal abses terlihat berbentuk fusiform. Pada stadium lanjut terjadi

    destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.

    3) Pemeriksaan mielografi

    Dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang.

    4) Pemeriksaan CT scan

    CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi

    irreguler, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.

    Mendeteksi lebih awal serta lebih efektif umtuk menegaskan bentuk dan

    kalsifikasi dari abses jaringan lunak.

    5) Pemeriksaan MRI

    Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra dan osteomielitis tulang

    belakang dan menunjukkan adanya penekanan saraf.

    I. DIAGNOSIS BANDING5

    1. Infeksi piogenik (contoh : karena staphylococcal/suppurative

    spondylitis).

    Adanya sklerosis atau pembentukan tulang baru pada foto rontgen

    menunjukkan adanya infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan dua

    atau lebih corpus vertebra yang berdekatan lebih menunjukkan

    adanya infeksituberkulosa daripada infeksi bakterial lain.

    2. Infeksi enterik (contoh typhoid, parathypoid).

    Dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium.

    3. Tumor/penyakit keganasan (leukemia, Hodgkins disease,

    eosinophilic granuloma, aneurysma bone cyst dan Ewingssarcoma)

    Metastase dapat menyebabkan destruksi dan kolapsnya corpus

    vertebra tetapi berbeda dengan spondilitis tuberkulosa karena

    ruang diskusnya tetap dipertahankan. Secara radiologis kelainan

    karena infeksi mempunyai bentuk yang lebih difus sementara

    untuk tumor tampak suatu lesi yangberbatas jelas.

    4. Scheuermanns disease

    13

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    14/20

    Mudah dibedakan dari spondilitis tuberkulosa oleh karena tidak

    adanya penipisan korpus vertebrae kecuali di bagian sudutsuperior

    dan inferior bagian anterior dan tidak terbentuk abses paraspinal.

    J. PENATALAKSANAAN6

    Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera

    mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.

    Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut:9

    1. Pemberian obat antituberkulosis

    2. Dekompresi medulla spinalis

    3. Menghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi

    4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

    Pengobatan terdiri atas:

    1. Terapi konservatif

    a. Tirah baring (bed rest) untuk mencegah paraplegia

    b. Memperbaiki keadaan umum penderita dan pemberian tuberkulostatik

    c. Pemasangan bracepada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang tidak

    dioperasi. Dengan memberikan corset yang mencegah gerak

    vertebrae/membatasi gerak vertebrae. Corset tadi dapat dibikin dari gips, dari

    kulit/plastik, dengan corset tadi pasien dapat duduk/berjalan.

    Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:

    a. Isoniazid (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan dosis

    maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.

    b. Etambutol. Dosis oral 15-25 mg/kg berat badan per hari.

    c. Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada

    orang dewasa 300-400 mg per hari.

    d. Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi

    e. Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif dan mencegah terjadinya

    kekebalan kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan maka diberikankombinasi beberapa obat tuberkulostatik.

    14

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    15/20

    Regimen yang dipergunakan di Amerika dan di Eropa adalah INH dan

    Rifampisin selama 9 bulan atau INH + Rifampisin + Etambutol diberikan

    selama 2 bulan dilanjutkan dengan pemberian INH + Rifampisin selama 7

    bulan. Di Korea diberikan kombinasi antar INH+ Rifampisin selama 6-12

    bulan atau INH + Etambutol selama 9-18 bulan. Standar pengobatan di

    Indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah:

    Kategori 1

    Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-)/rontgen (+), diberikan dalam dua

    tahap, yaitu :

    1) Tahap I, diberikan Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg

    dan Pirazinamid 1500 mg. Obat diberikan setiap hari selama 2 bulan

    pertama (60 kali).

    2) Tahap II, diberikan Rifampisin 450 mg dan INH 600 mg. Obat diberikan

    tiga kaii seminggu (intermiten) selama 4 bulan (54 kali).

    Kategori 2

    Untuk penderita baru BTA (+) yang sudah pernah minuet obat selama lebih

    sebulan, termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang

    diberikan dalam dua tahap. Yaitu :

    1) Tahap I, diberikan Streptomisin 750 mg, INH 300 mg, Rifampisin 450

    mg, Pirazinamid 1.500 mg dan Etambutol 750 mg. Obat diberikan setiap

    hari, Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat

    lainnya selama 3 bulan (90 kali)

    2) Tahap II, diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol

    1.250 mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermiten) selama 5 bulan (66

    kali).

    Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila:

    1) Keadaan umum penderita bertambah baik

    2) Laju endap darah menurun dan menetap

    3) Gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang

    4) Gambaran radiologik ditemukan adanya unionpada vertebra

    b. Terapi Operatif

    15

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    16/20

    Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi

    penderita tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih

    memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold

    abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

    1) Abses dingin (Cold Abses)

    Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena

    dapat terjadi resorpsi spontan dengan pemberian obat tuberkulostatik.

    Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara untuk

    menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

    a) Debrideman fokal

    b) Kostotransveresektomi

    c) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graftdi bagian depan

    2) Paraplegia

    Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu pengobatan

    dengan kemoterapi

    a) Laminektomi

    b) Kosto-transveresektomi

    c) Operasi radikal

    d) Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

    3) Kifosis

    Operasi dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat. Kifosis mempunyal

    tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan

    operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.

    Indikasi operasi

    1) Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau

    malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi

    dilakukan, setiap spondilitis tuberkolusi diberikan obat tuberkulostatik.

    2) Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara

    terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.

    3) Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun

    pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada

    medula spinalis.

    K. KOMPLIKASI4

    16

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    17/20

    Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Potts

    paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural

    oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan

    bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan

    granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.Mielografi dan

    MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi ini. Paraplegi

    yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester membutuhkan

    tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan saraf.

    Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra

    torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan

    pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas

    abses yang merupakan cold absces.

    L. PROGNOSIS

    Prognosis spondilitis tuberkulosis tergantung pada cepatnya dilakukan terapi,

    sensitivitas kuman tuberkulosis terhadap obat anti tuberkulosis dan ada tidaknya

    komplikasi neurologik. Untuk spondilitis dengan paraplegia awal, prognosis untuk

    kesembuhan sarafnya lebih baik, sedangkan spondilitis dengan paraplegia akhir,

    prognosisnya kurang baik.Diagnosis sedini mungkin, dan dengan pengobatan yang

    tepat, prognosisnya baik meskipun tanpa tindakan operatif. Penyakit dapat kambuh

    jika pengobatan tidak teratur atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat, yang dapat

    menyebabkan terjadinya resistensi terhadap pengobatan.

    4,10

    17

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    18/20

    BAB III

    PENUTUP

    Spondilitis tuberkulosis atau tuberkulosis spinal yang dikenal juga dengan nama

    Potts disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu

    penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian

    terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini. Saat ini dengan adanya perbaikan

    pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan

    umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.

    Spondilitis tuberkulosis merupakan perhatian cukup serius karena dapat

    menimbulkan komplikasi yang berat berupa gangguan neurologis berupa paraplegi. Hal

    ini disebabkan karena penderita spondilitis tuberkulosis biasanya datang terlambat untuk

    mendapatkan pengobatan dan pada pemeriksaan klinis serta radiologis sudah ditemukan

    adanya kerusakan tulang belakang yang sudah lanjut dan disertai gangguan neurologis.

    Sehingga diharapkan pada petugas kesehatan untuk terus dapat memperbaiki pelayanan

    kesehatan untuk mencegah penyakit ini, diharapkan juga kepada masyarat untuk

    waspada terhadap penyakit ini dengan meningkatkan kualitas hidup sehat dan melakukan

    pemeriksaan klinis sediini mungkin jika terdapat tanda dan gejala dari penyakitspondilitis tuberkulosis.

    18

  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    19/20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Newanda JM. Spondilitis tuberkulosa. Accessed February 3, 2012. Available from:

    www.newandajm.wordpress.com/2009/09/03/spondilitis-tuberkulosa

    2. Moore L, Agur A. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2003

    3. Sjamsuhidajat R dan Jong WD.Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2005

    4. Ara. Spondilitis tuberkulosis. Accessed February 3, 2012. Available from:

    www.bedara-uki.blogspot.com/2008/08/spondilitis-tbc.html

    5. Vitriana. Spondilitis tuberkulosa. Accessed February 3, 2012. Available from:

    www.repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/spondilitis_tuberkulosa.pdf

    6. Anonim. Spondilitis tuberculosis (penyakit potts). Accessed February 3, 2012.

    Available from: www.dokterbedahtulang.com

    7. Hidalgo JA. Pott disease (tuberculous spondylitis). Accessed February 3, 2012.

    Available from: www.emedicine.medscape.com

    8. Anonim. Spondilitis tuberkulosa. Accessed February 3, 2012. Available

    from:www.doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-

    dan.html

    19

    http://www.newandajm.wordpress.com/2009/09/03/spondilitis-tuberkulosahttp://www.bedara-uki.blogspot.com/2008/08/spondilitis-tbc.htmlhttp://www.repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/spondilitis_tuberkulosa.pdfhttp://www.dokterbedahtulang.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-dan.htmlhttp://www.doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-dan.htmlhttp://www.newandajm.wordpress.com/2009/09/03/spondilitis-tuberkulosahttp://www.bedara-uki.blogspot.com/2008/08/spondilitis-tbc.htmlhttp://www.repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/spondilitis_tuberkulosa.pdfhttp://www.dokterbedahtulang.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-dan.htmlhttp://www.doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-dan.html
  • 7/30/2019 Refrat Spondilitis Tb_nindaeditvanc

    20/20

    9. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedoktera

    Jilid 2. Ed. III. Jakarta: FKUI; 2000

    10.Anonim. Spondylitis tuberkulosa. Accessed February 3, 2012. Available from:

    medlinux.blogspot.com/2007/.../spondylitis-tuberkulosa.html

    20