28

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia,eprints.ulm.ac.id/4930/1/1-.pdfBudi Harianto Ahmad Yani Melania Saputri Acara : Aulia Ulfah Annisa Zakiyah Fajriani Kesekretariatan : Larasatie

  • Upload
    ngotu

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to

Build Excellent and Productive Generation”

Sabtu, 17 November 2018

Penerbit

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN KIMIA

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to

Build Excellent and Productive Generation”

ISBN: 9786026030658

Ketua Pelaksana : Liana Wahyuni

Wakil Ketua I : Fathur Rahman

Wakil Ketua II : Hanifah Wahyudi

Sekretaris : Nurlaila Hayati

Bendahara : Riska Yulianti

IT dan Website : Munira Aidhea

Muhammad Fakhri Nawidi

Rahmi Febriani

Humas & Publikasi : Puput Rahayu

Rani Widya Astuti

Sponsor & Promosi : Muhammad Kholilul Rahman

Sisiliana B.Z

Sarana dan Prasarana : Riza Zulfahnur

Budi Harianto

Ahmad Yani

Melania Saputri

Acara : Aulia Ulfah

Annisa Zakiyah Fajriani

Kesekretariatan : Larasatie Melani Dewi sawitri

Mutiara

Eka Aulia Nisa

Steering Committee:

Drs. Iriani Bakti, M.Si.

Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.

Muhammad Isra‘i Rahman

Muhammad Rizal

Riviewer:

Rahmat Eko Sanjaya, S.Pd., M.Si.

Dra. Hj. Rilia Iriani, M.Si.

Drs. H. Bambang Suharto, M.Si.

Drs. Syahmani, M.Si.

Dr. Arif Sholahuddin, S.Pd., M.Si.

Drs. Mahdian, M.Si.

Drs. H. Abdul Hamid, M.Si.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| iii

Editor:

Dr. Hj. Atiek Winarti, M.Pd., M.Sc.

Drs. Rusmansyah, M.Pd.

Almubarak, S.Pd., M.Pd.

Drs. Parham Saadi, M.Si.

Managing Editor:

Drs. H. Muhammad Kusasi, M.Pd.

Restu Prayogi, S.Pd.

Tata Letak:

Aulia Ulfah

Annisa Zakiyah Fajriani

Salis Padli

Mustika Suci Lestari

Nasrina Wadhhah

Dina Safira

Penerbit:

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Redaksi:

Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Laboratorium MIPA FKIP ULM

Kayutangi-Banjarmasin 70123

Telp 089528398393

Email : [email protected]

Email: [email protected]

Cetakan pertama, November 2018

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini

dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya

Seminar Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018, sehingga prosiding seminar

nasional pendidikan kimia ini dapat diselesaikan.

Seminar Nasional Pendidikan Kimia ini merupakan agenda rutin bagi Program

Studi Pendidikan Kimia yang akan diselenggarakan setiap tahun. Prosiding ini

bertujuan mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil penelitian bidang

Kimia, Biologi, IPA, dan terapannya pada seminar nasional yang

diselenggarakan oleh pendidikan kimia di Aula Rektorat Lantai 1 Universitas

Lambung Mangkurat.

Terima kasih disampaikan kepada pemakalah yang telah berpartisipasi pada

desiminasi hasil kajian atau penelitian yang dimuat pada prosiding ini. Terima

kasih juga disampaikan pada tim reviewer, tim prosiding, dan segenap yang

terlibat.

Akhir kata, seiring permohonan maaf, apabila dalam pelaksanaan Seminar

Nasional Pendidikan Kimia tahun 2018 ini, kami selaku panitia belum

mampu menyajikan persembahan terbaik. Kami selalu bertekad untuk

memperbaiki setiap kekurangan pada kegiatan-kegiatan yang akan datang.

Semoga prosiding ini bermanfaat.

Banjarmasin, November 2018

Ketua,

Liana Wahyuni

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA ................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi

MAKALAH SESI PARALEL

BLENDED LEARNING, MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI

INDUSTRI 4,0 .................................................................................................................... 1

I Wayan Redhana

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DARI LINGKUNGAN LAHAN

BASAH MELALUI PENDEKATAN CTL TERHADAP HASIL BELAJAR

PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ASAM BASA ................................................... 20

Amalia Yunita, Parham Saadi, Muhammad Kusasi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

MENGGUNAKAN PERTANYAAN SOCRATIK UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL

BELAJAR PADA MATERI SISTEM KOLOID ............................................................. 29

Farah Medina, Muhammad Kusasi, Syahmani

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA PROSES

PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERHADAP SISWA SMA ......................... 39

Habibah Nuhayati

JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DARA LAUT (FAMILI

STERNIDAE) DI KAWASAN DESA SUNGAI RASAU KECAMATAN

BUMI MAKMUR SEBAGAI HANDOUT MATERI PENGAYAAN

BIOLOGI SMA KELAS X ............................................................................................... 44

Hardiansyah, Disyacitta Camelia,Mahrudin

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PBL BERBASIS KEARIFAN

LOKAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS .......................................................................................................... 55

Helda Rahmawati, Rise Hidayati Viktres, Nurfina Aznam SU

STUDI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI

PEER ASSESSMENT DALAM TRAINING PRA-INSTRUMENT .................................... 71

Herlina Apriani

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA TIPE

TPSS-BRAIN BASED LEARNING ................................................................................ 77

Ikhwan Khairu Sadiqin, Samsuni, Saidah

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| vii

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR BERBASIS LINGKUNGAN

PADA PEMBELAJARAN SEL VOLTA MENGGUNAKAN MODEL

INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI,

PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA KELAS XII MIPA 3 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN TAHUN

PELAJARAN 2017/2018 .................................................................................................. 84

Khoirotun Nisa SA, M. Pd

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI

KIMIA IPA SMP .............................................................................................................. 94

Lisnawati, Abudarin

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING

DENGAN PENDEKATAN FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF

EFFICACY DAN HASIL BELAJAR KESETIMBANGAN ION DALAM

LARUTAN GARAM ........................................................................................................ 99

Nadya Hidayati, Leny, Rilia Iriani

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA DASAR

BERBASIS WEB POKOK BAHASAN ATOM, MOLEKUL DAN ION ..................... 108

Nopriawan Berkat Asi, Maya Erliza Anggraeni

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING (IT) TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIS LARUTAN PENYANGGA

PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA MAN 2 MODEL BANJARMASIN ................... 117

Nurusshobah, Leny, Atiek Winarti

ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING (PJBL) PADA MAHASISWA PENGIKUT MATAKULIAH

FISIOLOGI TUMBUHAN ............................................................................................. 124

Riya Irianti, Noorhidayati

ANALISIS PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA ANTARA MODEL

PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN

MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) ......................................................................... 129

Rizaldi, Bambang Suharto, Parham Saadi

PROFIL HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KIMIA KOLOID MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED

LEARNING (SRL) DI KELAS XI SMAN 1 BANJARMASIN ..................................... 135

Rizki Fahreza, Parham Saadi, Syahmani

PENERAPAN MODEL AUDITOY INTELLECTUALLY REPETITION

(AIR) DALAM PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| viii

KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN HASIL BELAJAR ................................................................................... 146

Rushapiana, Mahdian, Rusmansyah

AKTIVITAS DAN RESPON SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 25

BANJARMASIN TERHADAP PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS

INKUIRI TERBIMBING ............................................................................................... 152

Saidatun Ni‘mah, Almira Ulimaz, Nana Citrawati Lestari

VALIDITAS DAN PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN REACT BERBANTUAN

METACOGNITIVE QUESTIONING UNTUK MENINGKATKAN

KOGNISI DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT ................................................ 159

Siti Rahmah, Syahmani, Atiek Winarti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA MATERI ELEKTROKIMIA DI

SMK NEGERI 2 BANJARMASIN ................................................................................ 168

Iriani Bakti, Siti Rahmah, Leny

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KAJIAN KONSEP

MIKROSKOPIK PADA BUKU TEKS KIMIA KELAS X DAN

PEMAHAMAN KONSEP MIKROSKOPIK PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT .................................................................... 179

Triana Maulida Agustini, Atiek Winarti, Rusmansyah

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 1

BLENDED LEARNING, MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4,0

I Wayan Redhana

1

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Pendidikan Ganesha

email: [email protected]

Abstrak. Saat ini kita sedang memasuki era revolusi industri 4,0. Revolusi industri 4,0 telah

membawa perubahan yang fundamental dalam segala aspek kehidupan. Perubahan ini

didorong oleh perkembangan internet yang luar biasa dan juga didukung oleh perkembangan

teknologi digital. Kondisi ini menyebabkan sistem otomatisasi di semua proses aktivitas

manusia, seperti sektor manufaktur dan jasa. Di sektor pendidikan, perkembangan internet dan

teknologi digital ini harus dimanfaatkan untuk melakukan reformasi terhadap proses

pembelajaran. Reformasi terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan

blended learning (pembelajaran campuran). Blended learning dapat memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pembelajaran tunggal, yaitu pembelajaran tatap

muka dan pembelajaran online. Blended learning ini lebih efektif dan efisien dalam mencapai

tujuan pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran tunggal.

Kata kunci: blended learning, revolusi industri 4,0, teknologi digital

Abstract. At present we are entering the era of the fourth industrial revolution. The fourth

industrial revolution has brought fundamental change in all aspects of life. This change was

driven by the tremendous development of the internet and was also supported by the

development of digital technology, which encouraged automation systems in all processes of

human activities, such as the manufacturing and service sectors. In the educational sector, the

development of the internet and digital technology must be used to carry out reforms to the

learning process. The reformation of the learning process is carried out by applying a

blended learning. The blended learning can improve the shortcomings of a single learning,

namely face-to-face learning and online learning. The blended learning is more effective and

efficient in achieving learning goals compared to single learning.

Keywords: blended learning, digital technology, the fourth industrial revolution PENDAHULUAN

Saat ini kita sedang memasuki era revolusi industri generasi 4,0 atau revolusi industri dunia

keempat, di mana teknologi informasi menjadi basis kehidupan manusia. Konsep revolusi industri

4,0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab dalam bukunya yang berjudul “The

Fourth Industrial Revolution.” Menurut Schwab, revolusi industri 4,0 telah mengubah hidup dan

kerja manusia. Revolusi adalah suatu perubahan yang sangat fundamental dan cepat. Sementara

itu, industri adalah usaha, proses, atau kegiatan pengolahan bahan baku baik bahan mentah

ataupun bahan setengah jadi menjadi barang yang bernilai ekonomis lebih tinggi dan bermanfaat

bagi masyarakat. Generasi 4,0 adalah tahapan revolusi industri yang diawali oleh revolusi industri

generasi 1,0, 2,0, dan 3,0.

Era revolusi industri 4,0 ditandai dengan cyber-physical systems. Industri mulai menyentuh

dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin, dan data. Revolusi industri 4,0 adalah

industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan trend

otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk cyber-physical system,

Internet of Things (IoT), big data analytics, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Dengan

revolusi industri generasi 4,0, segala sesuatu menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan

daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited). Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan

internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas

manusia dan mesin. Era ini mendisrupsi berbagai aktivitas kehidupan manusia.

Era revolusi industri 4,0 membawa tantangan baru dalam segala aspek kehidupan

masyarakat. Beberapa perubahan yang terjadi akibat revolusi industri 4,0 ini adalah antara lain

kehadiran google (dengan berbagai variannya seperti Google drive, Google classroom, dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 2

Google map), media sosial (seperti Whatsapp dan Facebook), toko online (seperti Lazada,

Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, dan Zalora), dan transfortasi online (seperti Gojek, Grab,

dan Uber). Semua perubahan ini disebabkan oleh perkembangan internet dan teknologi digital

yang sangat luar biasa.

Di bidang pendidikan, antisipasi terhadap tantangan dari perkembangan internet dan

teknologi digital di era revolusi industri 4,0 ini perlu dilakukan. Tantangan ini harus direspon

dengan cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan agar dapat meningkatkan daya saing

bangsa di tengah persaingan dunia yang semakin ketat dan kompetifif. Jika kita tidak melakukan

upaya-upaya cepat dan tepat dalam menjawab tantangan tersebut, kita akan tertindas dan akan

menjadi pecundang (the loser). Sebaiknya, kita harus melakukan berbagai upaya untuk menjawab

tantangan yang ditimbulkan oleh era revolusi industri 4,0 tersebut kalau kita ingin menjadi bangsa

pemenang (the winner).

Perbaikan yang perlu diupayakan di sektor pendidikan adalah dengan melakukan reformasi

terhadap proses pembelajaran. Selama ini, umumnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru adalah pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka ini tentu memiliki kelebihan dan

kekurangan. Beberapa kelebihan dari pembelajaran tatap muka adalah guru dapat mengontrol

lingkungan pembelajaran secara langsung dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan siswa (Renner et al., 2014). Siswa terlibat dalam konteks sosial yang

kaya, di mana siswa dapat berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan guru, serta

siswa dapat memperoleh balikan secara langsung dari siswa lain dan/atau dari guru (Acton et al.

2005). Selain itu, untuk konten materi subjek yang diajarkan melalui praktikum, siswa dapat

berlatih secara langsung. Terlepas dari semua kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran tatap

muka, pembelajaran ini juga memiliki kekurangan. Dalam implementasinya, pembelajaran tatap

muka memerlukan biaya yang cukup tinggi (Renner et al., 2014). Tingginya biaya ini karena

diperlukan sarana dan prasarana yang sangat mahal. Selain itu, mungkin juga ada biaya kunjungan

ke lapangan yang harus ditanggung oleh siswa.

Di pihak lain, pembelajaran online merupakan kutub yang berbeda dari pembelajaran tatap

muka. Kelebihan dari lingkungan pembelajaran online adalah sebagai berikut. Lingkungan

pembelajaran online memungkinkan siswa mengakses konten materi subjek dengan fleksibel,

kapan saja dan dari mana saja (Renner et al., 2014). Selain itu, daya jangkau pembelajaran online

lebih luas sehingga jumlah siswa yang dapat terlibat dalam pembelajaran ini lebih banyak

daripada dalam pembelajaran tatap muka (Renner et al., 2014). Demikian juga, biaya operasional

pembelajaran online sangat murah. Namun, pembelajaran online memiliki kekurangan. Pada

pembelajaran online yang dilakukan secara asinkron, siswa kehilangan kesempatan berinteraksi

dengan siswa lain dan dengan guru. Akibatnya, siswa merasa terisolasi (Gunasekaran et al., 2002;

Wan et al., 2012).

Guru kurang mengenal siswanya dan bahkan antar-siswa tidak saling mengenal satu sama

lain.

Agar dapat mengompensasi kelemahan dan sekaligus meningkatkan kekuatan dari masing-

masing pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online, kedua pembelajaran tersebut perlu

digabungkan. Gabungan dari kedua pembelajaran ini disebut sebagai pembelajaran campuran

(blended learning, mixed learning, atau hybrid learning) (Renner et al., 2004; Graham, 2006;

Singh, 2006; Delialioglu & Yildirim, 2007; Gülbahar & Madran, 2009). Blended learning berarti

penggabungan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online untuk menjangkau

penyajian yang lebih luas dan mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif (Colis & Moonen,

2001; Kerres & De Witt, 2003; Graham, 2006). Blended learning menggabungkan karakteristik

terbaik dari pembelajaran tatap muka di kelas dan pembelajaran online sehingga memotivasi

siswa belajar secara aktif dan mandiri serta dapat menghemat waktu (Garnham & Kaleta, 2002;

Graham 2006; Reiss & Steffens 2010).

Revolusi Industri

Revolusi industri adalah suatu perubahan yang sangat fundamental di sektor industri karena

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan ini mampu menyebabkan disrupsi

yang memengaruhi kehidupan manusia dan di dunia industri. Revolusi industri 1,0 bermula dari

penemuan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi generasi 1,0 melahirkan sejarah ketika tenaga

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 3

manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Penemuan-penemuan teknologi yang

menggantikan fungsi manusia seperti penemuan mesin uap (James Watt), lokomotif (Richard

Trevethiek), kereta api penumpang (George Stepenson), kapal perang dengan mesin uap (Robert

Fulton), telepon (Alexander Graham Bell) dan lain-lain berbasis manufaktur (Wicaksono, 2018).

Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian walaupun penggunaan uap

untuk menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara disebut teknik kuno untuk

saat ini. Revolusi industri 2.0 terjadi pada abad ke-19 yang ditandai oleh penggunaan teknik baru

berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Munculnya pembangkit tenaga

listrik dan motor memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain yang

mengubah wajah dunia secara signifikan. Revolusi industri 3.0 terjadi pada abad ke-20, ditandai

oleh penggunaan teknik kimia-hayati berbahan atom atau nuklir serta kemunculan teknologi

digital dan internet. Pada revolusi industri 4,0, teknologi informasi telah menjadi basis dalam

kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya

komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan

internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas

manusia dan mesin. Terobosan teknologi penyokong revolusi industri 4,0 adalah antara lain

kecerdasan buatan (artificial intelligence), perkembangan robotika, “the Internet of Things,”

realitas maya (virtual reality), dan mesin cetak tiga dimensi. Kecerdasan buatan dapat

diaplikasikan untuk telepon seluler, otomotif, dan persenjataan. Profesor Klaus Schwab sebagai

penggagas World Economic Forum (WEF) melalui bukunya “The Fourth Industrial Revolution”

menyatakan bahwa revolusi ini secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan

berhubungan dengan orang lainn. Revolusi industri 4,0 digadang-gadang mampu meningkatkan

laju mobilitas informasi, efisiensi organisasi industri, dan membantu meminimalisasi kerusakan

lingkungan.

Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum, WEF) 2018 di Davos-Klosters, Swiss,

membawa pesan penting mengenai revolusi industri 4.0 (Industry 4.0) sebagai babak baru yang

akan mengubah segala lini kehidupan manusia melalui perkembangan teknologi. WEF

memandang setidaknya terdapat delapan isu kunci terkait “Industry 4.0,” yaitu disrupsi atau

gangguan dalam pekerjaan, inovasi dan daya produksi, ketimpangan, cerdas kelola, keamanan dan

konflik, disrupsi bisnis, kepaduan teknologi, serta isu etnis dan identitas.

Chief Executive Officer of Siemens AG, Joe Kaeser, dalam artikelnya pada pertemuan

WEF menyebutkan revolusi industri 4,0 sebagai perubahan peradaban manusia terbesar kendati

saat ini prosesnya masih pada tahap awal dan mewanti-wanti agar revolusi tersebut dapat

diarahkan dengan benar oleh semua pihak sehingga proses digitalisasi yang terjadi mampu

memberikan kebaikan bagi populasi kelak.

Perkembangan revolusi industri dari generasi 1,0 hingga 4,0 ditunjukkan pada Gambar 1.

Selain itu, komponen-komponen penyokong revolusi industri 4,0 ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan bahwa begitu kompleknya revolusi industri 4,0 yang disokong oleh

banyak komponen mengakibatkan kehidupan manusia mengalami desrupsi.

Gambar 1. Perkembangan revolusi industri

(https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 4

Gambar 2. Komponen-komponen revolusi industri 4,0

(https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/

Konsep Blended Learning Ada beragam definisi blended elarning. Bonk (2004) mengutip definisi blended learning

dari beberapa sumber, yaitu (1) kombinasi modalitas pembelajaran (atau media penghantar), (2)

kombinasi metode pembelajaran, dan (3) kombinasi pembelajaran tatap muka dan online. Namun,

definisi ketiga yang paling banyak diterima. Singh (2003) mendiskusikan blended learning dalam

sejumlah aspek pembelajaran utama. Salah satu aspek pembelajaran ini adalah bahwa blended

learning dapat berupa online dan offline. Tahap online berarti pembelajaran diantarkan melalui

internet, sedangkan tahap offline berarti pembelajaran diantarkan melalui tatap muka di kelas.

Picciano (2006) mendeklarasikan bahwa ada dua unsur penting dalam definisi blended learning,

yaitu pembelajaran online dan tatap muka. Littlejohn dan Pegler (2007) mendefinisikan bahwa

penggunaan pembelajaran tatap muka dengan teknologi, seperti komputer, internet, dan web,

sebagai blended learning. Menurut Rasmussen (2003), blended learning merupakan metode

pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi yang digabungkan dengan pembelajaran

tatap muka. Definisi yang lain, blended learning berarti mengombinasikan aspek-aspek yang

menguntungkan dan yang baik dari pembelajaran berbasis web dan pembelajaran tatap muka

(Osguthorpe & Graham, 2003). Tujuannya adalah mencapai keseimbangan antara pembelajaran

online dan pembelajaran tatap muka. Metode yang berbeda seharusnya melengkapi satu sama lain

tanpa merusak metode secara keseluruhan. Misalnya, bagian teori dari materi subjek dapat

dipresentasikan melalui tatap muka, sedangkan unsur-unsur visual dapat dipresentasikan melalui

pembelajaran online (Silwerwood, 2007).

Lingkungan blended learning dapat dirancang sebagai asinkron dan sinkron.

Aktivitas pembelajaran asinkron adalah pembelajaran yang berlangsung tidak real-time

(tidak langsung). Artinya, siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja. Aktivitas pembelajaran

sinkron menawarkan siswa proses pembelajaran real-time (langsung), seperti dalam lingkungan

tatap muka. Dengan kata lain, tempat belajar sinkron mengharuskan siswa terlibat belajar online

bersama (Singh & Reed, 2001).

Rovai dan Jordan (2004) menyatakan bahwa blended learning merupakan campuran dari

pembelajaran online dan kelas yang memungkinkan terjadinya komunikasi tatap muka. Peneliti

lain percaya bahwa sistem pembelajaran yang disebut blended learning mengintegrasikan

pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran yang dimediasi dengan komputer (Akkoyunlu &

Soylu, 2006; Graham, 2006; Stubbs et al., 2006).

Tahun 2003 Sloan Survey of Online Learning (Allen & Seaman, 2003) telah menyediakan

definisi yang lebih detail, yaitu blended learning sebagai campuran dari konten materi subjek

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 5

tatap muka dan online. Suatu pembelajaran dikatakan sebagai blended learning jika konten materi

subjek yang diantarkan secara online antara 30% hingga 79%. Tabel 1 menyajikan proporsi

konten materi subjek yang diantarkan secara online dan jenis pembelajaran yang diterapkan

(Allen & Seaman, 2013).

Tabel 1. Jenis-jenis pembelajaran ditinjau dari proporsi konten materi subjek yang diantarkan secara

online

Proporsi konten

yang diantarkan

secara online

Jenis pembelajaran Deskripsi khusus

0% Tatap muka/ tradisional Pembelajaran tanpa menggunakan

teknologi – konten diantarkan

secara tertulis atau oral.

1% sampai 29% Difasilitasi web Pembelajaran menggunakan

teknologi untuk memfasilitasi

pembelajaran tatap muka.

Penggunaan Course Management

System (CMS) or web pages untuk

menyampaikan silabus atau tugas-

tugas, misalnya.

30% sampai 79%

Blended/hybrid Pembelajaran yang merupakan

campuran antara tatap muka dan

online.

Lebih dari 80% Online Konten diantarkan secara online,

tidak ada pertemuan tatap muka.

Blended learning memerlukan tiga jenis pengetahuan (Qasem, 2016). Ketiga jenis

pengetahuan tersebut adalah pengetahuan konten, pengetahuan pedagogi, dan pengetahuan

teknologi. Pengetahuan konten adalah pengetahuan yang berkaitan dengan konten materi subjek,

misalnya pengetahuan kimia atau lebih spesifik pengetahuan kimia organik. Pengetahuan

pedagogik, di lain pihak, adalah pengetahuan yang berkaitan dengan aspek didaktik pedagogik.

Pengetahuan ini adalah misalnya penguasaan model-model atau strategi pembelajaran yang

digunakan untuk menjelaskan konten materi subjek sehingga konten materi subjek tersebut dapat

dipahami dengan mudah oleh siswa. Gabungan kedua pengetahuan ini menghasilkan pengetahuan

konten pedagogi. Terakhir, pengetahuan teknologi adalah pengetahuan yang berkaitan dengan

penggunaan teknologi, seperti komputer, untuk mengantarkan konten materi subjek. Perpaduan

antara pengetahuan teknologi dengan konten menghasilkan pengetahuan konten teknologi.

Perpaduan antara pengetahuan teknologi dengan pengetahuan pedagogi menghasilkan

pengetahuan pedagogi teknologi. Sementara itu, perpaduan antar-ketiga pengetahuan tersebut

menghasilkan pengetahuan konten pedagogi teknologi. Keterkaitan antar-ketiga pengetahuan

konten, pedagogi, dan teknologi ditunjukkan pada Gambar 3.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 6

Gambar 3. Keterkaitan pengetahuan konten, pedagogi, dan teknologi

Blended learning memungkinkan guru mengunggah sumber-sumber belajar elektronik

(digital) yang dapat diunduh oleh siswa. Di pihak lain, siswa juga dapat melakukan chat, men-

share pengetahuan, mengajukan pertanyaan, mengakses sumbersumber belajar, dan melengkapi

tugas-tugas secara online. Kondisi ini mendorong keterlibatan aktif dan kinerja siswa dalam

proses pembelajaran.

Model Blended Learning

Perkins Eastman (2015) menglasifikasikan blended learning ke dalam empat model, yaitu

model rotasi, flex, self-blended, dan enriched virtual. Model rotasi terdiri atas empat sub-model,

yaitu rotasi stasiun, rotasi lab, flipped classroom, dan rotasi individu. Keseluruhan dari model dan

sub-model blended learning ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Model-model blended learning

Model rotasi

Pada model rotasi, siswa berotasi dari satu tempat ke tempat lainnya yang telah ditentukan

oleh guru. Pada model ini, paling tidak ada satu pembelajaran dilakukan secara daring (online).

Pembelajaran lainnya dapat dalam bentuk pembelajaran kelompok kecil, projek, tutor individu,

tugas, atau ujian tulis. Ada empat sub-model rotasi ini, yaitu rotasi stasiun, rotasi lab, kelas

terbalik (flipped classroom), dan rotasi individu.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 7

Model rotasi stasiun

Pada model rotasi stasiun, siswa berotasi dalam sebuah jadwal yang telah ditetapkan oleh

guru antara stasiun satu ke stasium lainnya. Stasiun ini berada dalam satu kelas. Salah satu stasiun

digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran online atau daring. Sementara itu, stasiun

lainnya dapat dalam bentuk pembelajaran kelompok kecil, projek, tutorial individu, tugas, atau

ujian tertulis. Beberapa bentuk penerapannya adalah dengan memindahkan seluruh siswa dalam

satu kelas ke berbagai jenis aktivitas lain secara bersama-sama, atau bisa dalam bentuk pembagian

kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan rotasi untuk masing-masing kelompok kecil. Model

rotasi stasiun ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Model rotasi lab

Model rotasi lab ini mirip dengan model rotasi stasiun, hanya saja perbedaannya adalah

siswa diajak berotasi dalam satu area sekolah dari satu ruang ke ruang lainnya, bukan dari stasiun

satu ke stasiun lain dalam satu kelas. Pada model rotasi lab ini, terdapat satu lab, yaitu lab

komputer, untuk menyelenggarakan pembelajaran online atau daring. Modalitas belajar lainnya

dapat berupa pembelajaran kelompok kecil, projek, tutorial individu, tugas, atau ujian tertulis, ada

di kelas/ruang lain. Pola model rotasi lab ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 5. Model rotasi stasiun

Gambar 6. Model rotasi lab

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 8

Model flipped classroom

Pada model flipped classroom (kelas terbalik), guru mengunggah konten materi subjek

secara online. Konten materi subjek yang diunggah oleh guru dapat berupa video, ebook, bahan

ajar, lembar kerja, tugas-tugas, atau sumber-sumber lainnya. Siswa belajar konten materi subjek

tersebut melalui pembelajaran online, baik secara sinkron maupun asinkron di rumah. Pada sesi

kelas, guru dapat mengoptimalkan waktu belajar dengan mendiskusikan konten materi subjek

yang telah dipelajari terlebih dahulu oleh siswa sebelumnya di rumah. Guru lebih banyak bisa

memberikan bimbingan atau umpan balik kepada siswa sehingga siswa dapat memahami konten

materi subjek dengan lebih baik. Model flipped classroom ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Model flipped classroom

Gambar 8. Model rotasi individu

Model rotasi individu Rotasi individu dibedakan dari rotasi stasiun atau rotasi laboratorium di mana setiap siswa

memiliki jadwal sendiri. Siswa dalam rotasi stasiun berpartisipasi di setiap stasiun, namun siswa

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 9

dalam rotasi individu berpartisipasi dalam stasiun yang ditargetkan pada kebutuhan spesifik siswa.

Model rotasi individu ditunjukkan pada Gambar 8.

Model flex

Model flex menekankan pada individu siswa di mana pembelajaran online digunakan untuk

mengantarkan kebanyakan konten materi subjek. Interaksi siswa baik secara individu maupun

kelompok dengan guru didasarkan atas kebutuhan siswa. Model ini dirancang untuk

memungkinkan siswa bekerja dengan kecepatan mereka sendiri. Lingkungan ruang yang fleksibel,

nyaman, dan mudah dijangkau disediakan bagi siswa untuk bekerja secara individu. Selain itu,

ruang kerja kelompok kecil juga perlu disediakan yang memungkinkan siswa berdiskusi dengan

teman sebanyanya. Model flex dapat ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Model flex

Model self-blended

Model self-blended melibatkan pengiriman sebagian konten materi subjek utamanya

melalui online. Konten materi subjek yang diunggah melalui online ini dimaksudkan untuk

melengkapi konten materi subjek yang disampaikan melalui pembelajaran tatap muka (misalnya,

seminar, ceramah, dan laboratorium). Dengan kata lain, siswa mengambil pembelajaran online

untuk melengkapi pembelajaran tatap muka. Model self-blended ditunjukkan pada Gambar 10.

Model enriched-virtual

Model enriched-virtual atau enhanced-virtual merupakan perluasan dari model self-

blended. Model enriched-virtual mengantarkan setiap bagian dari konten materi subjek secara

online. Konten ini dapat dikirimkan secara asinkron. Konten asinkron ini dilengkapi dengan

interaksi tatap muka yang melibatkan guru dan teman sebaya dalam seting sekolah yang lebih

konvensional. Berbeda dengan kebanyakan model blended learning lainnya, pada model

enriched-virtual, siswa tidak berada di kampus setiap hari. Kondisi lingkungan belajar ini mirip

dengan model self-blended yang menyediakan ruang untuk seminar, kelas, dan laboratorium, dan

lounge cyber untuk dapat menggunakan sumber daya online.

Kehadiran siswa yang dikurangi setiap hari dapat mengurangi prasarana dan sarana belajar.

Model enriched virtual ditunjukkan pada Gambar 11.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 10

Gambar 10. Model self-blended

Gambar 11. Model enriched virtual

Efektivitas Blended Learning

Dengan mengombinasikan keunggulan dari masing-masing pembelajaran online dan tatap

muka, menjadikan blended learning sebuah pembelajaran yang efektif. Hasilhasil penelitian

menunjukkan bahwa blended learning efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu

pemahaman siswa terhadap konten materi subjek menjadi lebih mendalam. Pembelajaran ini juga

dapat memberikan kepuasan belajar kepada siswa. Usta dan Özdemir (2007) dan Gómez dan

Duart (2011) membuktikan bahwa siswa mempunyai opini positif tentang blended learning. Hasil

penelitian mereka juga membuktikan bahwa interaksi yang tinggi antara siswa dan guru ada dalam

lingkungan blended learning. Hasil ini mendukung temuan Akkoyunlu dan Soylu (2006) yang

menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang tinggi pada interaksi tatap muka dalam blended

learning. Hal ini disebabkan oleh siswa telah mempelajari konten materi subjek terlebih dahulu

sehingga siswa sangat siap mengikuti pembelajaran tatap muka. Tselios et al. (2011) melaporkan

bahwa siswa mempunyai sikap positif terhadap blended learning. Terkait dengan komunikasi

digital, Dzakiria et al. (2006) menyatakan bahwa interaksi antara siswa dan guru baik secara

sinkron dan asinkron merupakan hak istimewa yang ditawarkan oleh blended learning.

Dengan karakteristik blended learning yang merupakan campuran antara pembelajaran

tatap muka dan online, pembelajaran ini memberikan beberapa keuntungan. Keuntungan dari

blended learning tersebut adalah sebagai berikut.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 11

1) Penggunaan waktu pembelajaran di kelas yang efektif. Blended learning memungkinkan

guru dapat memanfaatkan waktu dengan efektif dalam pembelajaran di kelas. Hal ini

disebabkan oleh sebagian tugas-tugas yang harus diselesaikan pada pembelajaran tatap muka

di kelas telah dikerjakan pada pembelajaran online. Misalnya, sebelum pembelajaran tatap

muka, guru dapat menugaskan siswa mempelajari konten materi subjek melalui

pembelajaran online. Materi yang disajikan secara online oleh guru dapat berupa video

pembelajaran, simulasi, animasi, e-book, lembar kerja, atau tugas-tugas lain.

2) Pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan cukup banyak waktu yang digunakan

pada pembelajaran tatap muka (karena sebagian tugas-tugas sudah dikerjakan pada

pembelajaran online), guru dapat mengidentifikasi apakah pembelajaran yang dilaksanakan

sudah sesuai dengan kebutuhan siswa.

3) Bimbingan lebih optimal. Karena waktu pembelajaran tatap muka lebih banyak, guru

memiliki waktu cukup banyak untuk membimbing siswa dalam mengonstruksi konsep,

menjawab pertanyaan, dan memberikan balikan kepada siswa secara individu.

4) Pengerjaan tugas-tugas lebih semangat dan lebih tuntas. Banyaknya sumber-sumber belajar

online yang disediakan dalam pembelajaran blended learning memungkinkan siswa

menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih semangat dan lebih tuntas.

5) Peningkatan aktivitas belajar siswa. Model blended learning seperti flipped classroom (kelas

terbalik) yang menggunakan video dan sumber belajar online lainnya dapat meningkatkan

persiapan siswa sebelum mereka hadir ke kelas. Dengan cara ini, siswa telah belajar teori

lebih awal dan dapat menggunakan waktu di kelas untuk mempraktikkan teori itu. Pada

model ini, guru dapat mengambil peran sebagai pembimbing dan mentor dalam

pembelajaran di kelas. Sangat mungkin juga bagi guru untuk menilai pekerjaan siswa

sebelum sesi pembelajaran tatap muka di kelas – sehingga guru mengetahui dengan pasti apa

bantuan yang diperlukan oleh siswa.

6) Peningkatan kreativitas siswa. Ada beberapa sumber-sumber belajar online yang

memungkinkan siswa membuat video, animasi, podcast, media baru, dan lainnya. Ini

memberi siswa dengan cara-cara baru agar terlibat dalam pembelajaran dan mengungkapkan

apa yang telah mereka pelajari. Siswa juga melakukan kerja ekstra secara online untuk

memahami konten materi subjek sehingga pada saat pembelajaran tatap muka di kelas siswa

tidak menghabiskan banyak waktu memahami konten materi subjek tersebut (Chen & Jones,

2007).

7) Persiapan belajar siswa lebih baik. Ketika siswa telah mempelajari konten materi subjek

terlebih dahulu pada sesi online (misalnya pada model flipped classroom), siswa lebih siap

mengikuti pembelajaran tatap muka (Khan, 2015).

8) Pengembangan keterampilan abad ke-21. Blended learning mendorong siswa bagaimana

cara bekerja, belajar, berkolaborasi, dan berkomunikasi dalam mengerjakan tugas-tugas.

Siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

9) Pekerjaan tanpa kertas (paperless). Pada pembelajaran tatap muka, meja dan tas guru

dipenuhi oleh tugas-tugas atau pekerjaan siswa yang berupa kertas dan tugas-tugas ini perlu

dikembalikan kepada siswa. Skor yang diperoleh oleh siswa dan umpan balik yang diberikan

kepada siswa juga perlu dicatat dalam buku nilai siswa atau kartu laporan. Sementara itu,

pada blended learning ini tugas-tugas dalam bentuk kertas tidak diperlukan karena semua

tugas-tugas ini sudah didigitalkan. Hal ini mengakibatkan biaya yang diperlukan untuk

melaksanakan blended learning cukup murah (Garnham & Kaleta, 2002).

10) Semua sumber belajar dan pekerjaan siswa ditempatkan secara online dengan aman.

Sumber-sumber belajar diunggah secara online. Ini berarti guru perlu mengunggah video,

tautan situs web, file materi, artikel surat kabar, atau sumber belajar lainnya hanya satu kali.

Siswa dapat mengakses dari komputer mereka melalui jaringan internet. Sumber-sumber

belajar ini tersimpan dengan aman di internet. Selain itu, tugas-tugas atau pekerjaan siswa

tersimpan di internet dengan aman.

11) Biaya operasional pembelajaran murah. Walaupun diperlukan biaya investasi awal seperti

penyediaan teknologi informasi, namun untuk jangka panjang banyak sekali biaya yang bisa

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 12

dihemat seperti biaya fotokopi dari buku-buku teks, buku ajar, makalah, tugas-tugas, dan

lain-lain. Dengan demikian, secara keseluruhan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan

blended learning cukup murah.

12) Keterlibatan orang tua dalam belajar anak. Karena sebagian besar siswa melakukan

pekerjaan online di rumah, hal ini meningkatkan peluang orang tua mengawasi anaknya

belajar dan bahkan menemukan jika anaknya mengalami kesulitan belajar. Akibatnya, siswa

mendapatkan dukungan yang baik dari orang tua, dan orang tua merasakan hubungan yang

lebih dekat dengan anaknya. Pada pembelajaran blended learning yang menggunakan

platform Edmodo dan Google classroom, misalnya, orang tua dapat terlibat dan memantau

perkembangan belajar anaknya karena platform ini menyediakan kode orang tua untuk

bergabung ke dalam pembelajaran online anaknya.

13) Fleksibilitas dalam hal tempat dan waktu. Pada sesi online, siswa dapat belajar di mana saja

dan kapan saja. Belajar di mana saja misalnya siswa dapat belajar di rumah, di perpustakaan,

atau tempat lain yang nyaman. Untuk sesi online asinkron, siswa dapat belajar online pada

pagi hari, siang hari, sore hari, atau malam hari. Hal ini disebabkan oleh semua materi dan

tugas-tugas tersedia secara online yang bisa diakses kapan saja (Hameed et al. 2008; Oh &

Park, 2009).

14) Tantangan pengalaman siswa. Blended learning mempunyai potensi menantang pengalaman

dan hasil belajar siswa (Davis & Fill, 2007). Hal ini disebabkan oleh siswa terlebih dahulu

mempelajari konten materi subjek atau tugas-tugas secara online yang menantang berpikir

siswa. Pada sesi tatap muka, siswa memperoleh kesempatan menguji pemahamannya

melalui diskusi di mana pendapatnya akan ditantang oleh siswa lainnya dan juga oleh guru.

15) Ketersediaan sumber-sumber belajar yang banyak. Blended learning mampu menyediakan

banyak sumber-sumber belajar, misalnya dari youtube, file dari computer, dan URL situs

tertentu (Azizan, 2010).

16) Pemahaman yang lebih mendalam. Siswa dapat memahami konten materi subjek dengan

lebih mendalam dengan menggunakan sumber-sumber berbasis web (Chen & Jones, 2007).

17) Komunikasi yang lebih efektif. Dengan mempelajari konten materi subjek terlebih dahulu

pada sesi online, siswa memiliki wawasan untuk terlibat dalam komunikasi interaktif antara

guru dan siswa di dalam kelas dan dapat memfasilitasi aktivitas kooperatif, bahkan di luar

kelas (Yuen, 2010).

18) Belajar otonom. Blended learning menyediakan kesempatan kepada siswa untuk terlibat

dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendukung keterampilan belajar otonom.

Blended Learning dalam Aksi

Guru-guru telah terbiasa dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka adalah

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas secara langsung. Beberapa pembelajaran tatap muka

yang telah diterapkan oleh guru-guru adalah pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran

berbasis projek, pembelajaran penemuan, dan pembelajaran inkuiri. Pembelajaran online adalah

pembelajaran berbasis web/internet. Ada banyak Learning Management Systems berbasis awan

(web-based LMS) untuk melaksanakan pembelajaran online (Angelova et al. 2015), misalnya

eFront, ATutor, Docebo, Chamilo, Canvas, Sakai, Talent, Litmos, Haiku, Fedena, Caroline,

Dokeos,

Edmodo, Google classroom, Quipper, OLAT (Online Learning and Training), dan

MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment). Setiap LMS tentu

memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis hanya menunjukkan tiga LMS yang digunakan untuk

melaksanakan pembelajaran online, yaitu Edmodo, Google classroom, dan MOODLE.

LMS pertama adalah Edmodo. Edmodo adalah platform media sosial yang sering

digambarkan sebagai Facebook sekolah dan dapat berfungsi sesuai kebutuhan siswa. Edmodo

merupakan aplikasi yang menarik bagi guru dan siswa dengan elemen sosial yang menyerupai

Facebook, tetapi memiliki azas manfaat yang sangat tinggi jika digunakan untuk melaksanakan

pembelajaran online. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran online, kita harus masuk ke situs

www.edmodo.com. Tampilan halaman registrasi dan log in Edmodo ditunjukkan pada Gambar

12.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 13

Gambar 12. Tampilan halaman registrasi dan log in Edmodo

Jika kita sebagai guru, maka kita melakukan registrasi melalui “I’m teacher.”

Namun, jika kita sebagai siswa, maka kita melakukan registrasi melalui “I’m Student.” Kelebihan

yang dimiliki oleh Edmodo ini adalah orang tua siswa dapat memantau perkembangan belajar

anaknya dengan melakukan registrasi melalui “I’m a Parent” menggunakan kode orang tua yang

nantinya diberikan oleh anaknya atau guru. Berikut ini diberikan contoh membuat kelas online

menggunakan LMS Edmodo. Pertama kita harus melakukan registrasi dengan memasukkan

informasi yang diperlukan seperti nama guru dan email. Setelah log in, kita membuat kelas

dengan memasukkan nama kelas, misalnya “Kimia.” Tampilan halaman Edmodo setelah kita

membuat kelas ditunjukkan pada Gambar 13.

Gambar 13. Tampilan halaman Edmodo setelah kita membuat kelas

Selanjutnya kita dapat mengundang siswa dengan memasukkan email siswa atau dengan

memberi kode kelas kepada siswa. Setelah siswa terdaftar, kita bisa mengundang orang tua siswa

bergabung ke kelas online untuk memantau perkembangan belajar anaknya dengan memberikan

kode orang tua, dan seterusnya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 14

LMS kedua adalah Google classroom. Untuk memulai pembelajaran online menggunakan

Google classroom kita terlebih dahulu masuk ke situs www.classroom.google.com. Tampilan

halaman Google classroom setelah kita melakukan registrasi ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan Google classroom setelah kita melakukan registrasi

Jika kita ingin membuat kelas atau siswa ingin bergabung ke kelas yang telah dibuat, klik

tanda “+” dipojok kanan atas. Tampilan halaman Google classroom setelah kita membuat kelas

“KIMIA” ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan halaman Google classroom setelah kita membuat kelas

Selanjutnya kita dapat mengundang siswa dengan memasukkan siswa mengunakan email

siswa atau dengan memberikan kode kelas kepada. Setelah itu kita dapat memulai pembelajaran

online dan menggabungkannya dengan pembelajaran tatap muka.

LMS ketiga adalah MOODLE. Untuk memulai pembelajaran dengan LMS MOODLE, kita

harus masuk ke situs MOODLE di institusi kita (jika telah diinstall MOODLE). Lakukan

registrasi dengan mengisi informasi yang diperlukan. Jika, di institusi kita belum diinstall

MOODLE, kita dapat menggunakan MOODLE gratis dengan masuk ke situs gnomio.com.

Selanjutnya, kita diminta membuat situs, misalnya redhana.gnomio.com dan memasukkan alamat

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 15

email. Tampilan halaman MOODLE ketika kita diminta membuat alamat situs ditunjukkan pada

Gambar 16.

Gambar 16. Tampilan halaman MOODLE ketika kita diminta membuat alamat situs

Beberapa saat kemudian kita akan menerima email dan kita diberikan username dan

passwoord untuk log in. Untuk log in klik situs MOODLE: https://redhana.gnomio.com. Klik “log

in” di pojok kanan atas dan masukkan username dan password yang dikirimkan melalui email.

Tampilan halaman log in MOODLE ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 17. Tampilan halaman log in MOODLE

Setelah log in, kita dapat membuat mata pelajaran/kuliah dan mengundang siswa, dan seterusnya.

Kemudian, kita dapat mengisi konten dari mata pelajaran/kuliah yang kita buat. Gambar 18, 19,

20, dan 21 menunjukkan salah satu tampilan konten online yang telah penulis buat bersama

mahasiswa.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 16

Gambar 18. Tampilan halaman pembuka pembelajaran online topik Ikatan Kimia

Gambar 19. Salah satu tampilan halaman tugas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 17

Gambar 20. Tampilan halaman kuis/evaluasi

Gambar 21. Tampilan halaman forum refleksi setelah pembelajaran

PENUTUP

Revolusi industri 4,0 telah membawa perubahan yang sangat fundamental dalam segala

aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali di sektor pendidikan. Pergerakan revolusi industri 4,0

ini didorong oleh perkembangan internet dan teknologi digital. Di sektor pendidikan,

perkembangan internet dan teknologi digital ini harus dimanfaatkan untuk melakukan reformasi

dalam proses pembelajaran. Salah reformasi terhadap proses pembelajaran yang dapat dilakukan

dengan memanfaatkan internet dan teknologi digital adalah dengan menerapkan blended learning.

Blended learning mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pembelajaran

tunggal, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Ada banyak platform LMS yang

dapat digunakan untuk melaksanakan blended learning, misalnya Edmodo, Google classroom,

dan MOODLE. Di pihak lain, dalam mengimplementasikan blended learning, paling tidak ada

empat model, yaitu model rotasi, model flex, model self-blended, dan enriched-virtual. Model

rotasi terdiri atas empat sub-model, yaitu rotasi stasiun, rotasi lab, flipped classroom, dan rotasi

individu.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 18

DAFTAR RUJUKAN

Acton, T., Hill, S. & Scott, M. (2005). E-education – Keys to success for organisations. In 18th

Bled eConference, Slovenia, June 6-8.

Akkoyunlu, B. & Soylu, M. Y. (2006). A study on students' views about blended learning

environment. Turkish Online Journal of Distance Education, 7(3). 43-56.

Allen, I. E. & Seaman, J. (2013). Changing course: Ten years of online education in the United

States. Babson Park MA: Babson Survey Research Group and Quahog Research Group,

LLC.

Angelova, N., Kiryakova, G., & Yordanova, L. (2015). Cloud-based LMS for e-learning. Trakia

Journal of Sciences, 13(1), 386-391. Doi: doi:10.15547/tjs.2015.s.01.066.

Azizan, F. Z. (2010). Blended learning in higher education institution in Malaysia. Proceedings of

Regional Conference on Knowledge Integration in ICT. Diakses 10 November 2010 dari

http://ldms.oum.edu.my/oumlib/sites/default/files/file_ attachments/odl-

resources/4334/blended-learning.pdf.

Bonk, C. J. & Graham, C. R. (2004). Blended learning systems: Definition, current trends and

future directions. Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, Local Designs.

San Fransisco, CA: Pfeiffer Publishing.

Chen, C. C., & Jones, K. T. (2007). Blended learning vs. traditional classroom settings: Assessing

effectiveness and student perceptions in an MBA Accounting Course. The Journal of

Educators Online, 4(1), 1-15.

Colis, B. & Moonen, J. (2001). Flexible learning in a digital world: Experiences and expectations.

London: Kogan Page.

Davis, H. C. & Fill, K. (2007). Embedding blended learning in a university’s teaching culture:

Experiences and reflections. British Journal of Educational Technology, 38(5), 1-17.

Delialioglu, O., & Yildirim, Z. (2007). Students’ perceptions on effective dimensions of

interactive learning in a blended learning environment. Educational Technology & Society,

10(2), 133-146.

Dzakiria, H., Mustafa, C. S., & Bakar, H. A. (2006). Moving forward with blended learning (BL)

as a pedagogical alternative to traditional classroom learning.

Malaysian Online Journal of Instructional Technology, 3(1), 11-18.

Garnham, C. & Kaleta, R. (2002). Introduction to hybrid courses. Teaching withTechnology

Today, 8(6). Diakses 8 November 2018 dari http://www.uwsa.edu/

ttt/articles/garnham.htm.

Gómez, L. A.O. & Duart, J. M. (2011). A hybrid approach to university subject learning activities.

British Journal of Educational Technology, 42(2), 259-271.

Graham, C. R. 2006. Blended learning systems: definition, current trends, and future directions.

Dalam . C. J. Bonk and C.R. Graham (eds.). The Handbook of Blended Learning: Global

Perspectives, Local Designs. pp. 3-21. San Francisco, Calif:

Pfeiffer.

Gülbahar, Y. & Madran, R. O. (2009). Communication and collaboration, satisfaction, equity, and

autonomy in blended learning environments: A case from Turkey. International Review of

Research in Open and Distance Learning, 10(2), 1-22.

Gunasekaran, A., McNeil, R. D. & Shaul, D. (2002). E-learning: research and applications.

Industrial and Commercial Training, 34(2), 44-53.

Hameed, S., Badii, A., & Cullen, A. J. (2008). Effective e-learning integration with traditional

learning in a blended learning environment. European and Mediterranean Conference on

Information Systems. Dubai. May 25-26.

Apa itu Industri 4.0? Dan apa saja elemen yang harus ada? (2018) Diakses 8 November

2018 dai https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0.

Kerres, M. & De Witt, C. (2003). A didactical framework for the design of blended learning

arrangements. Journal of Educational Media, 28(2-3),101-113.

Khan, M. S. (2015). Blended learning vs traditional classroom settings. International Journal of

Nursing, 2(1), 158-161. doi: 10.15640/ijn.v2n1a17.

Littlejohn, A. & Pegler, C. (2007). Preparing for blended e-learning, London: Routledge.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia, ISBN: 978-602-60306-5-8

Jurusan PMIPA FKIP UL M Banjarmasin, 17 November 2018

“The Innovation of Chemistry Education in Confronting Disruption Era to Build

Excellent and Productive Generation”| 19

Oh, E., & Park, S. (2009). How are universities involved in blended instruction? Educational

Technology & Society, 12(3), 327-342.

Osguthorpe R. T. & Graham, C. R. (2003). Blended learning environments definitions and

directions. The Quarterly Review of Distance Education, 4(3), 227-233.

Perkins Eastman. (2015). Blended learning. Washington: Office of the State Superintendent of

Education.

Picciano, A. G. (2006). Blended learning: Implication for growth and access. Journal of

asynchronous learning networks, 10(3), 95-102. Qasem, A. A. A. (2016). Blended learning

approach to develop the teachers’TPACK. Contemporary Educational Technology, 7(3),

264-276.

Rasmussen, R. C. (2003). The quantity and quality of human interaction in a synchronous blended

learning environment. Diakses 8 November 2018 dari

http://search.proquest.com/docview/305345928?accountid=4488. (305345928).

Reiss, M. & Steffens, D. (2010). Hybrid toolboxes: conceptual and empirical analysis of blending

patterns in application of hybrid media. Technological and Economic Development of

Economy, 16(2), 305-326.

Renner, D., Laumer, S., & Weitzel, T., (2014). Effectiveness and efficiency of blended learning -

A literature review. Twentieth Americas Conference on Information Systems, Savannah.

Rovai, A. P, & Jordan, H. P. (2004). Blended learning and sense of community: A comparative

analysis with traditional and fully online graduate courses. International Review of

Research in Open and Distance Learning, 5(2), 1-13.

Silverwood, T. (2007). Blended Learning Made Easy. Retrieved Jun 17, 2009 from

http://www.chs.nihonu.ac.jp/institute/human/kiyou/74/10.pdf.

Singh, H. & Reed, C. (2001). A white paper: achieving success with blended learning. Los

Angeles: Centra Software.

Singh, H. (2003). Building effective blended learning programs. Educational Technology, 43(6),

51–54.

Singh, H. (2006). Blending learning and work. real-time work flow learning. Dalam C. J. Bonk

and C. R. Graham (eds.). The Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, Local

Designs. pp. 474-490. San Francisco, Calif: Pfeiffer,.

Stubbs, M., Martin, I., & Endlar, L. (2006) .The structuration of blended learning: Putting

holistic design principles into practice. British Journal of Educational Technology, 37(2),

163–175.

Tselios, N., Daskalakis, S., & Papadopoulou, M. (2011). Assessing the acceptance of a

blended learning university course. Educational Technology & Society, 14(2), 224235.

Usta, E., & Özdemir, S. M. (2007). An analysis of students' opinions about blended learning

environment. Diakses 8 mei 2014 dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/ ED500090.pdf.

Wan, Z., Compeau, D. & Haggerty, N. (2012). The effects of self-regulated learning

processes on elearning outcomes in organizational settings. Journal of Management

Information Systems, 29(1), 307-339.

Wicaksono, D. (2018). Peran Teknologi Pendidikan pada Revolusi Industri 4,0. Diakses 2

November 2018 dari dari http://mayasariyazid.blogspot.com/2018/04/peranteknologi-

pendidikan-pada.html.

Yuen, A. H. K. (2011). Exploring teaching approaches in blended learning. Research and

Practice in Technology Enhanced Learning, 6(1), 2-23.