7
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 2, April 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 330-336 DOI: 10.13057/psnmbi/ m010227 Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untuk mendukung kemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan Timur Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-based industry to support medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan SUMARMIYATI , SRI WULAN PAMUJI RAHAYU Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor, Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857, email: [email protected] Manuskrip diterima: 5 Desember 2014. Revisi disetujui: 30 Januari 2015. Abstrak. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untuk mendukung kemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan keberadaan pengobatan tradisional. Saat ini pengobatan dengan cara-cara tradisional semakin popular baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional semakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek sampingan seperti halnya obat-obatan dari bahan kimia. Ketahanan pangan merupakan masalah pokok yang menjadi perhatian serius di Kota Samarinda seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, konversi lahan pertanian, serta dinamika perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap dunia pertanian. Upaya membangun ketahanan dan kemandirian pangan terutama obat pada skala rumah tangga dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia diantaranya melalui pemanfaatan pekarangan. Tulisan ini bertujuan mengulas potensi dan kendala pemanfaatan pekarangan khususnya dalam berbudidaya tanaman obat skala rumah tangga di Kota Samarinda untuk mendukung ketahanan pangan dan obat pada skala rumah tangga. Kendala terkait masalah sosial budaya, ekonomi, belum membudayanya budidaya tanaman obat di lahan pekarangan, kurangnya teknologi budidaya pekarangan dan pengolahan hasil pertanian serta belum berorientasi pasar merupakan masalah yang harus segera diatasi untuk mewujudkan kemandirian pangan. Kata kunci: tanaman obat, skala rumah tangga, ketahanan pangan Abstract. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-based industry to support medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336. The advancement in science and technology has not eliminated the existence of traditional medicine. Traditional medicine has been getting both nationally and internationally more popular. The use of traditional medicine plants is preferable to the artificial ones because of its minimal or no side effect. With the increasing population, land conversion, and climate change that potentially have negative impact on agriculture, food security is one of main concerns in Samarinda. To improve food security and self-sufficiency, home-based medicine can be developed using available resources, for example house yards. The aim of the study is to review the potential and constrains of backyard utilization for medicinal plant cultivation in Samarinda. Problems related to social and cultural aspects, economic situation, lack of knowledege about traditional medicine, lack of cultivation technology and market orientation must be resolved to achieve the food self-sufficiency. Keywords: medicinal plants, household, food self sufficiency PENDAHULUAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya Ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pemerintah desa melaksanakan kebijakan ketahanan pangan dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing dengan memperhatikan pedoman, norma, standar dan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah pusat (Mayrowani dan Ashari 2011) Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan memiliki peran yang penting dalam pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan menjadi hal yang cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia tersebut. Sedangkan menurut FAO (1996), ketahanan pangan merupakan sebuah keadaan dimana semua orang, pada setiap waktu memiliki akses

Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

  • Upload
    irwan

  • View
    17

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga

Citation preview

Page 1: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDONVolume 1, Nomor 2, April 2015 ISSN: 2407-8050Halaman: 330-336 DOI: 10.13057/psnmbi/ m010227

Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untukmendukung kemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan

Timur

Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-based industry tosupport medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan

SUMARMIYATI♥, SRI WULAN PAMUJI RAHAYUBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Jl. P.M. Noor, Sempaja, Samarinda 75119, Kalimantan Timur. Tel. +62-541-220857,

♥email: [email protected]

Manuskrip diterima: 5 Desember 2014. Revisi disetujui: 30 Januari 2015.

Abstrak. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Potensi pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga untuk mendukungkemandirian pangan dan obat di Samarinda, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336. Kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan keberadaan pengobatan tradisional. Saat ini pengobatandengan cara-cara tradisional semakin popular baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisionalsemakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek sampingan seperti halnya obat-obatan dari bahan kimia. Ketahananpangan merupakan masalah pokok yang menjadi perhatian serius di Kota Samarinda seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlahpenduduk, konversi lahan pertanian, serta dinamika perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap dunia pertanian. Upayamembangun ketahanan dan kemandirian pangan terutama obat pada skala rumah tangga dilakukan dengan memanfaatkan sumber dayayang tersedia diantaranya melalui pemanfaatan pekarangan. Tulisan ini bertujuan mengulas potensi dan kendala pemanfaatanpekarangan khususnya dalam berbudidaya tanaman obat skala rumah tangga di Kota Samarinda untuk mendukung ketahanan pangandan obat pada skala rumah tangga. Kendala terkait masalah sosial budaya, ekonomi, belum membudayanya budidaya tanaman obat dilahan pekarangan, kurangnya teknologi budidaya pekarangan dan pengolahan hasil pertanian serta belum berorientasi pasar merupakanmasalah yang harus segera diatasi untuk mewujudkan kemandirian pangan.

Kata kunci: tanaman obat, skala rumah tangga, ketahanan pangan

Abstract. Sumarmiyati, Rahayu SP. 2015. Development potential of local traditional medicinal plants at a scale of home-basedindustry to support medicine and food self-sufficiency in Samarinda, East Kalimantan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 330-336.The advancement in science and technology has not eliminated the existence of traditional medicine. Traditional medicine has beengetting both nationally and internationally more popular. The use of traditional medicine plants is preferable to the artificial onesbecause of its minimal or no side effect. With the increasing population, land conversion, and climate change that potentially havenegative impact on agriculture, food security is one of main concerns in Samarinda. To improve food security and self-sufficiency,home-based medicine can be developed using available resources, for example house yards. The aim of the study is to review thepotential and constrains of backyard utilization for medicinal plant cultivation in Samarinda. Problems related to social and culturalaspects, economic situation, lack of knowledege about traditional medicine, lack of cultivation technology and market orientation mustbe resolved to achieve the food self-sufficiency.

Keywords: medicinal plants, household, food self sufficiency

PENDAHULUAN

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya panganbagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianyaKetersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupunmutunya, aman, merata dan terjangkau. Pemerintahprovinsi, kabupaten/kota dan pemerintah desamelaksanakan kebijakan ketahanan pangan danbertanggungjawab terhadap penyelenggaraan ketahananpangan di wilayahnya masing-masing dengan

memperhatikan pedoman, norma, standar dan kriteria yangtelah ditetapkan pemerintah pusat (Mayrowani dan Ashari2011)

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia danmemiliki peran yang penting dalam pembangunan kualitasSumber Daya Manusia. Oleh karena itu, ketersediaanpangan menjadi hal yang cukup penting dalam pemenuhankebutuhan dasar manusia tersebut. Sedangkan menurutFAO (1996), ketahanan pangan merupakan sebuah keadaandimana semua orang, pada setiap waktu memiliki akses

Page 2: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 331

fisik dan ekonomi yang cukup, aman, bermutu, bergizi, dansesuai dengan preferensinya sehingga memiliki kualitashidup yang sehat dan produktif. Kualitas hidup sehat danproduktif ini tentunya sangat penting untuk diperhatikanbukan hanya ketersediaan pangan saja. Menurut Saliem(2002) kualitas pangan yang memadai dan tingkat hargayang terjangkau oleh penduduk merupakan beberapasasaran dan target yang ingin dicapai dalam penyusunandan perumusan kebijaksanaan pangan nasional.

Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back tonature) menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakatakan bahaya bahan-bahan kimia yang terkandung dalamobat-obatan sintetis. Saat ini pola hidup sehat yang akrablingkungan telah menjadi trend baru meninggalkan polahidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami.Pola hidup sehat saat ini telah melembaga secarainternasional yang mengisyaratkan akan jaminan produkmakanan dan obat aman di konsumsi, kandungan nutrisitinggi dan ramah lingkungan ( Mayrowani 2012)

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secaratradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenekmoyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaansetempat, baik bersifat magic maupun pengetahuantradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatantradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kinidigencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkaumasyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obattradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurutbeberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efeksamping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

Beberapa industri obat-obatan herbal khas KalimantanTimur sudah banyak berkembang saat ini. Bagian dari obattradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang,batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisionalyang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk,cair, simplisia dan tablet.

Tulisan ini merupakan ulasan dengan menggabungkanhasil penelitian yang sudah ada dengan data yangdidapatkan dari pengamatan langsung di lokasipengambilan sampel. Pengumpulan data primer dansekunder di laksanakan pada bulan Oktober 2014.Keanekaragaman tanaman obat yang dibudidayakan olehwarga masyarakat dicatat jenis dan kegunaannya, sertapenggunaan lahan berdasarkan strata luas pekarangan yangdiusahakan. Tulisan ini dibuat dengan untuk memberikangambaran potensi, peluang, kendala, pengembangantanaman obat skala rumah tangga dengan memanfaatkanlahan pekarangan yang tersedia untuk mendukungkemandirian tanaman pangan dan obat di Kota Samarinda,Kalimantan Timur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 diKecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, KalimantanTimur. Lokasi yang dipilih merupakan daerah yangdijadikan Model Optimalisasi Pemanfaatan LahanPekarangan dengan jumlah rumah tangga yangberusahatani paling banyak. Keadaan pertanaman jenis

tanaman obat yang diusahakan beranekaragam denganberbagai pola tanam. Penentuan petani sampel denganmetode acak sederhana dengan 30 sampel petani. Datayang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dari petani tanaman obat dengancara wawancara dan pengamatan langsung di pekaranganpetani. Data sekunder diperoleh dari Dinas atau instansiterkait serta karya ilmiah publikasi terkait denganpermasalahan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum wilayah Kota SamarindaPembentukan Pemerintah Kota Samarinda didasarkan

pada UU Nomor 27 tahun 1959. Berdasarkan PP 21 tahun1987 kota Samarinda terbagi menjadi 4 (empat) kecamatandan tahun 1997 dimekarkan menjadi 6 kecamatan dan 42kelurahan. Berdasarkan Perda kota Samarinda nomor 01tahun 2006 tentang pembentukan kelurahan dalam wilayahkota Samarinda dan berdasarkan peraturan walikotaSamarinda Nomor 10 tahun 2006 tentang penetapan 11kelurahan baru hasil dari pemecahan/pemekaran dalamwilayah kota Samarinda, dengan demikian berdasarkanpasal 3 peraturan walikota nomor : 10 tahun 2006 jumlahkelurahan dalam wilayah kota Samarinda setelahpemekaran menjadi 53 kelurahan.

Kota Samarinda memiliki luas wilayah 71.800 Ha atau718 Km². Ketinggian Kota Samarinda berada di antara 0-200 mdpl (di atas permukaan laut). Sebesar 294.86 km²wilayah Kota Samarinda berada pada ketinggian 7-25 mdpl dengan persentase sebesar 41.07 % dari seluruhwilayah Kota Samarinda. Hampir 32.45 % berada padaketinggian 25-100 mdpl, dan sebesar 24.15 % padaketinggian 0-7 m dpl. Kota Samarinda terletak diantara117°03'00"- 117°18'14" LS dan 00°19'02"- 00°42'34"BT(BPS Kalimantan Timur 2013)

Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda(menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor danPandananya menurut Soil Taxonomy) terdiri dari: Podsolik(Ultisol), Alluvial (Entisol), Gambut, dan AsosiasiPodsolik. Persentasi jenis tanah di wilayah Kota Samarindadapat disajikan pada Tabel 1.

Suhu minimum di Kota Samarinda berkisar antara 23,9C dan suhu maksimum berkisar 32,9 C. Kelembaban udaraterendah rata-rata 77% dan kelembaban tertinggi sekitar86%. Kota Samarinda yang beriklim tropis dengan hujansepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan 201,7mm/tahun (BPS Kalimantan Timur 2013)

Tabel 1. Persentase jenis tanah Kota Samarinda

Jenis tanah Presentase %

Podsolik 57,57 %Gambut 24,68 %Asosiasi Podsolik 12,58 %Aluvial (Entisol) 5,28 %

Page 3: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015332

Pertanian lahan pekarangan Kota SamarindaPekarangan sering disebut sebagai lumbung hidup,

warung hidup atau apotik hidup karena sebagai penyediabahan pangan ( beras, jagung, umbi-umbian), sayuran yangbermanfaat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, sertatanaman obat-obatan yang sangat bermanfaat dalammenyembuhkan penyakit secara tradisional.

Menurut Arifin et al. (2008) pekarangan sebagai lahanyang berada di sekitar rumah dengan batas dan pemilikanyang jelas merupakan lahan yang potensial sebagai salahsatu lahan untuk produksi pertanian, sumber plasma nutfahdan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menyerapkarbon secara efektif. Pemberdayaan pekarangan yangdidasari oleh kearifan lokal diperkirakan dapat diandalkansebagai lahan produktif baik untuk subsisten maupunberskala ekonomis. Karena itu pekarangan berperan dalamketahanan pangan masyarakat selain untuk konservasikeragaman jenis biologi.

Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikutipola penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduksebagai besar terdapat pada lokasi-lokasi yangdikembangkan oleh pemerintah seperti: pusat perdagangan,pusat industri dan lokasi transmigrasi dimana daerah-daerah tersebut sudah mempunyai transportasi yangmemadai. Penggunaan tanah di Kota Samarinda yangpaling luas adalah lahan bukan sawah sebesar 39.338 haatau 54.79% dari luas Kota Samarinda, diikuti rumahbangunan dan halaman sekitar sebesar 22.896 ha atau31.89% (Bappeda Samarinda 2013).

Pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Samarindasudah mengalami peningkatan dengan adanya kegiatanyang mendorong ke arah pemanfaatan pekarangan. Salahsatu program Kementerian Pertanian antara lain ModelKawasan Rumah Pangan Lestari, P2KP, Clean GreenHealth (CGH) yang mendorong masyarakat untuk berperanaktif dalam memanfaatkan lahan pekarangan secaraoptimal dengan budidaya tanaman obat, pangan dansayuran. Masyarakat perdesaan di kota Samarinda sudahmengenal dan memanfaatkan lahan pekarangan sejakjaman dahulu. Secara turun temurun masyarakat khususnyayang mempunyai pekarangan baik sempit maupun luasmemanfaatkan pekarangannya untuk ditanami berbagaimacam tanaman yang dapat dikonsumsi maupun digunakansebagai sumber tanaman obat keluarga. Budaya initentunya merupakan salah satu modal untuk pengembangantanaman obat sebagai sumber pangan sekaligus sumberobat bagi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Keadaan masyarakat dan karakteristik petani di KotaSamarinda

Usaha tani lahan pekarangan di Kota Samarinda banyakdilakukan oleh kaum perempuan atau ibu rumah tangga.Kaum laki-laki biasanya bekerja di sektor swasta,sedangkan petani banyak mengusahakan tanamanperkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura. Dari hasilpengamatan di lokasi sampel di daerah pedesaan danperkotaan Kecamatan Samarinda Utara diketahui bahwawanita yang terlibat untuk usaha tani lahan pekarangan diKota Samarinda mulai dari umur 20 hingga 60 tahundengan tingkat pendidikan mulai dari tidak bersekolah

hingga sarjana. Di wilayah berpenduduk cukup padatdaerah perkotaan, kaum perempuan yang melaksanakanusahatani pekarangan kebanyakan memiliki latar belakangpekerjaan sebagai PNS, pegawai swasta, buruh dan iburumah tangga. Sedangkan untuk wilayah berpenduduk agakjarang termasuk pedesaan, pekerjaan kaum perempuanpelaksana usaha tani lahan pekarangan umumnya petaniyang mengusahakan budidaya sayuran di sawah dan kebun.

Menurut Sukiyono et al. (2008) peranan anggota rumahtangga, termasuk wanita/istri dalam mempertahankanpangan bagi rumah tangga tidak terlepas dari atribut yangmelekat pada anggota rumah tangga seperti faktor umur,pendidikan, pengalaman, perilaku, dan faktor-faktor inijuga terkait dengan jumlah tanggungan rumah tangga, luaslahan garapan, serta orientasi produksi. Tidak kalahpentingnya adalah status wanita itu sendiri baik dalammasyarakat maupun rumah tangga.

Peranan kaum wanita khususnya di rumah tanggamaupun di lingkungan sosialnya merupakan salah satumodal dalam upaya pengembangan tanaman obat skalarumah tangga. Curahan waktu yang dimliki kaumwanita/istri dalam mengelola budidaya tanaman obat dipekarangan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasildari produk tanaman obat. Kondisi ini juga sangatdipengaruhi oleh keadaan jumlah anggota keluarga dankepemilikan anak yang masih kecil akan sangatberpengaruh terhadap minat dan kontinuitas dalammemanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman.

Tingkat pengetahuan dan pendidikan juga merupakanfaktor penentu keberhasilan dalam pengembangan tanamanobat skala rumah tangga. Sikap terbuka dan mau belajarmemiliki peranan pentig dalam pengembangan danpemasyarakatan pentingnya penggunaan tanaman obatsebagai salah satu bentuk kemandirian pangan. Peranwanita/istri ini dapat maksimal dengan adanya kelompokyang menaungi mereka diantaranya adalah kelompokwanita tani (KWT), kelompok dasa wisma, kelompokposyandu, kelompok arisan tiap rukun tetangga(RT) dankelompok ibu-ibu pengajian. Organisasi dan kelompok-kelompok tersebut menjadi sarana dalam pembelajaran dansaling bertukar informasi terkait dengan teknis budidaya,penanganan pasca panen, isu-isu tentang dunia kesehatandan pemanfaatan tanaman obat herbal sebagai bahan obatalami yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Demikianjuga diseminasi teknologi pertanian kepada petani menurutNuryanti dan Swastika (2011) akan lebih efisien jikadilakukan pada kelompok tani, karena dapat menjangkaupetani yang lebih banyak dalam satuan waktu tertentu.Kelompok Tani dianggap sebagai organisasi yang efektifuntuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas,pendapatan, dan kesejahteraan petani dengan bantuanfasilitas pemerintah melalui program dari berbagaikebijakan pembangunan pertanian. Adanya pembelajaranyang terus menerus dan berkelanjutan di berbagaikelompok masyarakat petani akan meningkatkanpengetahuan sehingga dapat mengubah pola pikir wargamasyarakat di Kota Samarinda untuk mencintai lingkungandan memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan danobat bagi setiap keluarga.

Page 4: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 333

Model budidaya eksisting tanaman obat skala rumahtangga

Budidaya tanaman obat skala rumah tangga dilakukandengan memanfaatkan kondisi pekarangan yang masihtersisa. Lahan pekarangan banyak dimanfaatkan oleh petaniuntuk ditanami berbagai macam tanaman selain tanamanobat keluarga, sayuran, buah dan tanaman pangan sejenisumbi-umbian. Budidaya tanaman obat skala rumah tanggadilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutamasebagai obat, jamu, dan minuman herbal. Pola budidayatanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat petani diKota Samarinda umumnya mengacu pada kondisi luaslahan yang tersedia. Petani dengan pekarangan luasmenanam tanaman obat dengan ditanam langsung dalambedengan maupun guludan. Pada kondisi lahan yang sempittanpa pekarangan model budidaya yang diterapkan adalahdengan memanfaatkan pot atau polibag untuk menanamberbagai jenis tanaman obat.

Teknik budidaya tanaman obat skala rumah tanggayang dilakukan oleh warga masyarakat Kota Samarindadilakukan dengan cara-cara sederhana. Warga masyarakatatau petani memanfaatkan benih atau bibit yang adadisekitar rumah untuk dikembangkan di kebun ataupekarangan masing-masing. Model budidaya yangdilakukan petani dengan lahan cukup luas disekitarpekarangan dilakukan dengan menanam langsung jenis-jenis tanaman obat dalam bedengan-bedengan ataupunditanam di tanah tanpa dibuat bedengan. Sunanto et al.(2007) berpendapat bahwa pola tanam yang tepat akanmemberikan pendapatan maksimal. Pada umumnya petanitelah mempunyai pola tanam tertentu sesuai dengankeadaan lingkungan fisik, sosial, dan ekonominya. Usahabudidaya tanaman pada umumnya dimulai denganpersiapan lahan, pembenihan atau pembibitan, penanaman,pemeliharaan, dan panen. Berikut adalah teknik budidayaexisting tanaman obat skala rumah tangga:

Budidaya pada lahan pekarangan luasPersiapan dan pengolahan lahan. Pengolahan tanah

tahap pertama dilakukan dengan membabat rumpu-rumputatau gulma. Tahap berikutnya adalah dengan membongkartanah-tanah dengan cangkul menjadi bongkahan denganpertikel-partikel kecil. Struktur tanah yang gembur danremah akan mempermudah akar tanaman mendapatkan zathara yang dibutuhkan. Tempat penanaman obat dilakukandibedengan-bedengan. Bedengan disesuaikan dengan luaspekarangan rumah yang tersedia. Bedengan yang baikdibuat memanjang dengan arah timur-barat. Setelahbedengan selesai dibuat, kemudian dibuat lubang-lubangtanam atau alur-alur tanam. Jarak tanam disesuaikandengan kebutuhan dari tanaman yang akan ditanam ataudisesuaikan dengan jarak tanam, tingkat kesuburan tanahdan jenis tanaman obat yang akan ditanam.

Persiapan bibit. Perbanyakan tanaman obat dapatdilakukan dengan dua cara yaitu secara vegetatif dangeneratif. Perbanyakan secara generatif denganmenggunakan biji dan secara vegetatif dengan carasambung, okulasi, setek, rimpang dan tunas. Tempatpersemaian

Penanaman. Bibit yang ditanam di lapanganmerupakan bibit yang sehat dan seragam pertumbuhannya.Sebelum ditanam sebaiknya bibit atau rimpang dicelupkankedalam larutan air kelapa untuk perlakuan benih dengantujuan menekan patogen penyebab penyakit yang mungkinterbawa bibit dan akan berkembang di lapangan. Bibittanaman ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkandan ditutup dengan tanah halus. Tanah disekitar pangkalbatang dipadatkan dengan cara ditekan-tekan agar mediasemai dan media baru menyatu.

Pemupukan. Pupuk yang diberikan pada tanaman obatdapat berupa pupuk organik dan pupuk anorganik.Pemupukan pada tanaman obat secara umum dilakukandalam tiga tahap. Petama pada saat pengolahan tanah atausebagai pupuk dasar, kedua pada saat benih ditanam aausebelum benih/bibit ditanam. Ketiga, pupuk yang diberikanmerupakan pupuk susulan. Pemberian pupuk yang biasadilakukan petani adalah pada pagi hari atau sore harisampai matahari mulai terbenam.

Penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk mengen-dalikan gulma dan tanaman pengganggu. Pengendaliangulma dilakukan pada masa sepertiga sampai setengah dariumur tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secarakultur teknis dengan pengaturan jarak tanam. Secaramekanis dengan pembabatan, dan secara kimiamenggunakan herbisida.

Pembumbunan. Pembubunan dilakukan untuk mem-perkokoh tanaman agar tidak mudah rebah, menutupibagian tanaman di dalam tanah. Tanah yang digunakanuntuk pembubunan dapat diambil dari sekitar tanaman.Pembubunan juga dilakukan untuk mendekatkan unsur haradari tanah di sekitar tanaman. Pembubunan biasanyadilakukan sesuai dengan tingkat erosi tanah di bawahtanaman.

Penyiraman atau pengairan. Penyiraman dilakukanuntuk memenuhi kebutuhan air tanaman obat dilakukanpenyiraman dengan gembor, selang atau alat lain untuklahan pada skala yang luas. Penyiraman dilakukan denganmemperhatikan kebutuhan air bagi tanaman. Pemberian airpada tanaman yang berlebihan dapat mengakibatkankebusukan pada akar tanaman.

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan baikpestisida kimiawi maupun nabati, dengan memperhatikankondisi dan tingkat serangan hama dan penyakit yangmenyerang tanaman.

Panen dan pasca panen. Panen tanaman obat tidakseluruhnya bergantung pada umur tanaman, tetapdidasarkan pada pemanfaatannya, karena hampir semuabagian tanaman obat dapat dimanfaatkan maka waktupanen juga beragam, tergantung jenis tanamannya ada yangdipanen pada masa vegetatif dan ada yang dipanen padaperiode generatif (biji, bunga, dan buah).

Budidaya tanaman obat pada lahan dengan pekarangansempit

Budidaya tanaman obat pada lahan sempit dilakukandengan cara menggunakan media pot maupun polibag.Teknik budidaya yang biasa diterapkan oleh masyarakatsangat sederhana yaitu menggunakan media tanah dengan

Page 5: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015334

campuran bahan-bahan organik seperti pupuk kompos,kotoran ternak, bokashi, serbuk gergaji dan lain-lain.

Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakanadalah tanah yang subur, tanah yang baik dan subur dapatterlihat dari tekstur tanah yang gembur dan komposisinyaseimbang antara tanah liat, pasir, remah, serta banyakmemiliki kandungan unsur hara. Apabila media tanahsubur, sebenarnya sudah tidak begitu di perlukan lagipenambahan media lain. Akan tetapi untuk lebihmemastikan kesuburan dan kegemburan tanah, makadiperlukan penambahan media lain misalnya media pasirdan pupuk. Struktur tanah di Kota Samarinda relatif kurangsubur sehingga perbandingan pupuk kandang/komposdengan tanah yang biasa digunakan adalah 2:1, dua bagianpupuk/kompos dan satu bagian lagi tanah. Tanah kemudiandimasukan dalam pot-pot atau polibag.

Penanaman. Bibit tanaman obat yang sudah tumbuhdengan tinggi sekitar 10 cm dimasukan dalam polibag, pot,maupun karung bekas yang sudah terisi tanah dengancampuran pupuk kandang/kompos. Benih atau bibittanaman obat dimasukan dalam polibag pada lubang tanam,lalu ditutup menggunakan media tanah yang adadisekitarnya serta sedikit dipadatkan. Setelah prosespenanaman selesai, media tanah disiram menggunakan airagar media tanam dapat menyerap air sehingga bibit bisalebih cepat tumbuh karena mendapatkan air yang cukup.Setelah ditanam, sebaiknya tanaman obat diletakan padatempat naungan sampai tanaman dapat beradaptasi denganlingkungan.

Pemeliharaan. Tanaman obat yang sudah ditanamdalam pot, polibag, maupun karung bekas dipelihara dandijaga ketersediaan airnya dengan penyiraman yang teraturagar dapat tumbuh dengan baik. Untuk mempertahankanunsur hara dalam media tanam, maka dilakukanpemupukan secara teratur selama 3-4 kali sampai panen.Penyiangan untuk mengendalikan gulma dilakukan dengancara mekanis dengan mencabut gulma yang tumbuhdisekitar tanaman.

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hamadan penyakit dilakukan jika terjadi serangan. Pada tanamanobat biasanya jarang dijumpai serangan hama dan penyakit.Jika terjadi serangan hama dan penyakit maka dapatdikendalikan baik secara mekanis, pestisida nabati dansecara kimiawi dengan menggunakan pestisida kimiawi.Selain hal tersebut menjaga kelembaban tanah danperakaran dijaga agara tidak terlalu lembab karena dapatmenyebabkan tumbuhnya jamur dan bakteri yang dapatmenimbulkan kerusakan pada tanaman.

Pemanenan dan pasca panen. Panen tanaman obatdilakukan berdasarkan pada pemanfaatannya, karenahampir semua bagian tanaman obat dapat dimanfaatkanmaka waktu panen juga beragam, tergantung jenistanamannya ada yang dipanen pada masa vegetatif dan adayang dipanen pada periode generatif (biji, bunga, danbuah). Panen dilakukan dengan mengambil langsungbagian tanaman yang akan dimanfaatkan dan digunakansebagai bahan obat. Bagia tanaman yang dipanen kemudiandijemur dan dikemas sesuai dengan kebutuhannya apakahdigunakan sebagai sumber bibit lagi, atau diolah menjadisimplisia, minuman herbal, dan lain-lain.

Jenis komoditas tanaman obat di lahan pekarangandan pemanfaatannya

Jenis tanaman obat yang banyak dikembangkan di lahanpekarangan warga masyarakat di Kota Samarinda adalahjenis-jenis tanaman obat yang mempunyai khasiat sebagaiobat dan biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhansehari-hari seperti jenis tanaman obat yang bisa digunakansebagai bumbu dapur banyak diminati oleh para kaumwanita/istri. Dari hasil pengamatan (Tabel 2) yangdilakukan di pekarangan warga di lokasi sampel ditemukan60 jenis tanaman obat yang memiliki fungsi berbeda-beda.Ada jenis tanaman yang merupakan tanaman yang jarangdibudidayakan namun tumbuh di lahan pekarangan antaralain seperti akar wangi, tunjuk langit, akar kuning, dantahongai. Jenis tanaman yang di budidayakan masing-massing rumah sangat bervariasi tergantung dari kebutuhandan tingkat kesukaan terhadap jenis tanaman obat untukdibudidayakan.

Peluang pengembangan tanaman obatIndustri berbasis pertanian sangat berperan

menggerakkan ekonomi rakyat. Kegiatan agro industritidak hanya menghasilkan barang jadi, tetapi juga dapatberfungsi sebagai pemasok bahan baku (input) bagiperusahaan menengah dan besar. Gerakan roda ekonomiagro-industri dengan skala usaha mikro dan kecil dapatmendorong berkembangnya usaha besar yang diharapkandapat membuka peluang kesempatan kerja (Pasaribu 2011)

Pengembangan agroindustri tanaman obat (biofarmaka)di kota Samarinda memiliki prospek yang bagus untukdikembangkan karena di daerah ini jenis tanaman obatbanyak ditemukan dan memiliki jenis dan manfaat yangsangat bervariasi. Saat ini petani banyak menjual tanamanobat dalam bentuk segar. Jika diolah dalam bentuk lainmisalnya simplisia atau dalam bentuk serbuk tentunya akanmenaikan nilai tambah (value added) sehingga hargajuanya juga lebih tinggi. Oleh karena itu perlu untukdikembangkan usaha-usaha pengolahan tanaman obatdalam rangka mendorong agroindustri perdesaan untukmewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan terutamaobat-obatan.

Unit pengolahan hasil produk hortikultura terutamaobat-obatan di Kota Samarinda yang menerapkan GoodManufacturing Practise dan keamanan pangan masihsangat sedikit, sehingga perlu adanya dukungan danbimbingan dari pemerintah terkait dengan pengembanganproduk obat-obatan. Produk obat-obatan (biofarmaka)dengan bahan baku tanaman obat lokal spesifik lokasiKalimantan Timur dapat menjadi salah satu produkunggulan yang dapat meningkatkan nilai tambah dan nilaijual sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.Tumbuhan tanaman obat yang berasal dari hutan dapatdibudidayakan di tingkat petani sehingga menjadi salahsatu sumber pasokan obat. Bahan baku produk obat-obatanini dapat ditingkatkan produksinya melalui pemanfaatandan optimalisasi lahan pekarangan untuk budidaya tanamanobat.

Page 6: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

SUMARMIYATI & RAHAYU – Pengembangan tanaman obat lokal skala rumah tangga 335

Tabel 2. Jenis komoditas tanaman obat potensial yang ditanam di pekarangan rumah

Nama ilmiah Nama lokal Kegunaan

Ageratum conyzoides Bandotan Tumor rahim, sakit tenggorokanAloe vera Lidah buaya Penyubur rambut, bisul, sembelitAlpinia galanga L. Lengkuas Reumatik, bronkitisAnanas comosus Nanas Sembelit, cacingan, ketombeAndrographis paniculata Sambiloto Diabetes, paru, demamAnredera cordifolia Binahong Radang ginjal, sesak nafasApium graveolens Seledri Migrain, diareAverrhoa bilimbi Belimbing wuluh Hipertensi, DiabetesAverrhoa carambola Belimbing manis Sariawan, hipertensi,Azadirachta indica Mimba Diabetes, antifungi, hipertensiCarica papaya Pepaya Imunitas, sembelit, lukaCatharanthus roseus L. Tapak dara HipertensiCentella asiatica Pegagan Asma, diuretik, hipotensiCinnamomum burmanni Kayu manis Anti infeksi, kolesterol, rematikCitrus aurantifolia Jeruk nipis Amandel, malaria, demamCitrus sinensis Jeruk limau Jerawat, diabetes, demamCurcuma aeruginosa Temu hitam Menambah nafsu makanCurcuma heyneana Temu giring Cacingan, lulur, bau badanCurcuma longa L. Kunyit Haid tidak lancar, amandelCurcuma xanthorrhiza Temulawak Menambah nafsu makanCurcuma zedoaria Kunyit putih Anti radang, tumor, kankerCymbopogon nardus Sereh wangi Bahan sabun, minyak urutEleutherine americana Merr Bawang Tiwai Diabetes, kolesterolEuphorbia hirta Patikan Kebo Bronkitis, asma, radang ususFibraurea chloroleuca Akar kuning Kuning, malariaGomphrena globosa L Bunga kenop Asma, diuretik, luka korengan

Gynura procumbens Sambung Nyawa Hipertensi, jantung, diabetesGynura pseudochina Daun dewa Anti kanker, hipertensiHelianthus annus Bunga matahari Disentri, sakit kepala, sembelitHibiscus rosasinensis Kembang sepatu Sariawan, demamImpatiens balsamina Pacar air Peluruh haid, bisul, anti radangJasminum sambac Bunga melati Sesak nafas, demam, sakit mataKaempferia galanga L. Kencur Batuk, radang lambungKaempferia pandurata Temu kunci Panas dalam, masuk angin

Kleinhovia hospita Tahongai Kanker, diabetesMimosa pudica Putri malu Batu saluran kencing, batukMirabilis jalapa Bunga pukul empat Amandel, batuk berdarah, bisulMorinda citrifolia Mengkudu Demam, hipertensi, hepatitisNothopanax scutellarium Mangkokan Menyuburkan rambut, luka, radangOrthosiphon stamineus Kumis kucing Batu ginjal, radang kandung kemihPersea gratissima Avokad Hipertensi, kulit keringPhaleria macrocarpa Mahkota Dewa Asam urat, jantung, kankerPhysalis angulata Ciplukan Diabetes, ayan, borokPhysalis peruviana L. Ciplukan Diabetes, paru-paru, ayanPiper betle L Sirih Keputihan, sifilis, diarePiper crocatum Sirih merah Kanker, jantung, sakit gigiPiper nigrum Lada Impotensi, rematik, malariaPlatigo mayor L Daun sendok Hepatitis, luka berdarah, bisulPluchea indica Beluntas Bau badan, keputihan, demamPluchea indica Delima Sariawan, radang gusi, lukaPortulaca oleraceae Krokot Jantung, strokePsidium quajava Jambu biji Diare, maag, masuk anginRosa sinensis Bunga mawar Jerawat, perwatan kulitSauropus androgynus Katuk Pelancar asi,Strobilanthes crispus Keji beling Kencing batu, batu ginjalSyzygium polyanthum Salam Kencing manis, kolesterol,diareTalinum paniculatum Gingseng Stamina, penambah air susuTinospora crispa L. Brotowali Demam, luka, reumatikVetiveria zizanioide Akar wangi Tonik, nyeri otot, anti radangZingiber officinale Var. rubrum rhizoma Jahe Merah Pegal-pegal, encok, masuk angin

Page 7: Potensi Pengembangan Tanaman Obat Lokal Skala Rumah Tangga

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 330-336, April 2015336

Keberhasilan pengembangan agroindustri holtikulturatanaman obat-obatan di Kalimantan Timur dapat terukurmelalui beberapa indikator. Mulai dari terserapnya tenagakerja, terbukanya peluang pengolahan hasil hinggameningkatnya daya saing serta nilai tambah produkberbasis Good Manufacturing Product. Selain itu, mampumemenuhi bahan baku industri pengolahan danterpenuhinya pasar domestik, ekspor. Untuk memenuhitarget tersebut diupayakan salah satunya melaluipemanfaatan lahan pekarangan berbasis komoditastanaman obat-obatan lokal yang diharapkan dapatmempunyai nilai jual yang tinggi yang dapat mengangkatkesejahteraan petani.

Menurut Syukur (2005) beberapa peluang dantantangan pengembangan agroindustri tanaman obat antaralain yaitu: (i) Sebagian masyarakat belum terbiasamengkonsumsi tanaman obat secara langsung. Hal ini dapatdiatasi melalui industri farmasi, makanan dan minumanyang mengandung herbal menyehatkan tubuh, denganproduk seperti minuman jus, cairan di botol, tablet, oles,balsam, sabun, pasta dan lain-lain. (ii) Ekspor bahan obat-obatan ke luar negeri juga menjanjikan mengingat pasarluar negeri untuk bahan baku obat sangat besar, sementaraIndonesia kaya akan bahan baku tersebut. Dengandemikian sangat memungkinkan untuk memenuhikebutuhan dalam dan luar negeri. (iii) Berbisnis tanamanobat tidak serumit tanaman sayuran, buah atau lainnya.Tanaman obat tidak membutuhkan bahan-bahan kimia baikuntuk pemupukan maupun untuk mengendalikan hama danpenyakit. (iv) Ekpor bahan baku yang berasal dari tanamanobat atau produk siap pakai yang dikemas sudah banyakdilakukan oleh para pebisnis obat yang berasal dari bahanalami. Ke depan bisnis obat dari bahan alami akan menjadikebutuhan utama dalam dunia pengobatan, baik dalammaupun luar negeri.

Kendala pengembangan tanaman obat lokal skalarumah tangga

Pengembangan budidaya tanaman obat lokal di lahanpekarangan Kota Samarinda, Kalimantan Timur banyakmenemui kendala diantaranya adalah (i) kondisi sosialbudaya warga masyarakat kelompok warga masyarakatyang heterogen dengan latar belakang suku-suku yangberagam, dan belum membudayanya kegiatan budidayatanaman obat di pekarangan secara optimal dan intensif,(ii) kondisi sumber daya alam yang tidak mendukungseperti kepemilikan lahan yang tidak jelas, (iii) budayalebih mengutamakan lahan non pekarangan untukmendapatkan uang, sebagian besar petani memandanglahan pekarangan kurang memberikan manfaat dibandinglahan sawah dan kebun (iv) kebutuhan bibit yang terbatas,(v) kurang tersedianya teknologi budidaya tanaman obatyang spesifik di lokasi lahan pekarangan warga, (vi) kurangtersedianya bibit tanaman obat, (vii) kurang tersedianya

teknologi pengolahan hasil, pasca panen danpemasarannya, (viii) pendampingan kelompok tanitermasuk KWT, Ibu-ibu PKK, kelompok Dasa Wisma, RTdan lain-lain, belum berjalan maksimal sehinggaberbengaruh rendahnya pengetahuan dan transfer teknologidi tingkat bawah, (ix) kondisi iklim, karakteristik lahanpekarangan yang termasuk lahan kering dengan intensitashujan rendah, kekurangan air dibeberapa daerah jugaberpengaruh terhadap keberlanjutan usaha tani budidayatanaman obat di lahan pekarangan di Kota Samarinda.

KESIMPULAN

Agroindustri tanaman obat di Provinsi KalimantanTimur mempunyai peluang untuk dikembangkan padalahan pekarangan mengingat sumberdaya yang tersediacukup luas, kondisi iklim cukup sesuai, teknologi budidayatanaman obat cukup tersedia, sumber daya manusia cukupterampil, tersedianya pasar yang cukup luas baik dalam danluar negeri. Pengembangan agroindustri tanaman obat diProvinsi Kalimantan Timur harus mengedepankan nilaitambah produk tanaman obat dengan penerapan GoodManufacturing Practise dan keamanan pangan. Peningkatannilai jual suatu produk tanaman obat dapat meningkatkankesejahteraan petani dan kemandirian pangan terutama obatdapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin HS, Munandar A, Mugnisyah WQ, Arifin NHS, Budiarti T,Pramukanto Q. 2008. Revitalisasi pekarangan sebagai agroekosistemdalam mendukung ketahanan pangan di wilayah perdesaan. ProsidingSemiloka Nasional, IPB, 22-23 Desember. Bogor.

Bappeda Samarinda. 2013. Profil Daerah Samarinda 2013. Bappeda KotaSamarinda, Samarinda. bappeda.samarinda kota.go.id. [10 Desember2014]

BPS Kalimantan Timur. 2013. Kalimantan Timur Dalam Angka 2013.BPS Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.

Mayrowani H, Ashari. 2011. Pengembangan agroforestry untukmendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan petani sekitarhutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (2): 86.

Mayrowani H. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia.Forum Penelitian Agro Ekonomi 30 (2): 92-93.

Nuryanti S, Swastika DKS. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapanteknologi pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi 29 (2): 116-117.

Pasaribu SM. 2011. Pengembangan agro-industri perdesaan denganpendekatan One Village One Product (OVOP). Forum PenelitianAgro Ekonomi 29 (1): 6.

Saliem HPS. 2002. Analisis permintaan pangan di Kawasan TimurIndonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 20 (2): 65.

Sukiyono K, Cahyadinata I, Sriyoto. 2008. Status wanita dan ketahananpangan rumah tangga nelayan dan petani padi di Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi 26: 2.

Sunanto, Yusmasari, Sahardi. 2007. Analisis efisiensi usaha tani sayurandan jaringan tataniaganya di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 10 (3):182.

Syukur. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Jakarta