15
PERILAKU VERBAL WANITADALAM INTERAKSI SOSIAL DI PUSAT- PUSAT PERBELANJAAN DI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA oleh Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu FBS Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This article is about a study aimed at describing women's verbal behavior in social interaction at shopping centers at the phonological, lexical, structural, and pragmatic levels and the factors influencing it. The results of the study can briefly be stated as follows. First, their pronunciation tends to exhibit (a) high tones, (b) the occurrence oflengthening, and (c) a volume varying between loud and low. The factors acting as the background are (a) the organs of articulation, (b) cultural factors, (c) situational contexts, and (d) functions of utterances. Second, the vocabulary used is partly honorific in nature, chosen in the course of respecting their partners in the interaction, especially in the use of salutations. Third, the structure of the language used tends to undergo (a) deletions of certain parts considered already commonly understood by the communication participants, (b) contractions in the pronunciation of certain words, and (c) occurrences of salutations at the end of utterances. The factors acting as the background are (a) the setting of the interaction, which involves spoken language used face-to-face so that the communication participants are in the same situational context, (b) the level of formality of the interaction, (c) the level of the participants' intimacy, and (d) honorific factors characteristic to women. Fourth, pragmatically implicatures tend to be used at certain times. A factor acting as the background is a culture of a high context and it functions as an indicator of the speaker's social status or level. Keywords: verbal behavior, social interaction, pronunciation, vocabulary, structure, pragmatic A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya selalu menjalin komunikasi dengan sesamanya, dan berinteraksi untuk berbagai kepentingan. Oalam berinteraksi digunakan alat yang berupa bahasa verbal dan nonverbal. Oalam peristiwa komunikasi itu, apa yang dinyatakan dalam tindak tutur (speech act) memiliki makna lokusi (locutionary act) dan seringkali bernilai tindakan ilokusi tertentu (illocutionary act), serta memiliki efekbagi petuturnya yang berupa tindak perlokusi (perlocutionary act). Oalam peristiwa komunikasi tersebut kaidah yang rumit digunakan untuk mengungkapkan act sehingga untuk menangkap hakikat act dalam setiap tuturan diperlukan kaidah yang rumit pula. Kerumitan tersebut tidak membuat orang dalam komunikasi terkendala, melainkan justru merasakan kenikmatan selama dalam kontkes dan budaya yang sarna. Tindak tutur memilki bentuk yang sangat beragam, terdependensi oleh konteks yang melingkupinya. Tindak tutur pria dan wanita cenderung berbeda. Oleh karenanya tuturan di antara keduanya pun berbeda, termasuk dalam tuturan untuk meminta dan mengekspesikan diri. Oemikian pula tuturan 67

PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

  • Upload
    hadan

  • View
    222

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

PERILAKU VERBAL WANITADALAM INTERAKSI SOSIAL DI PUSAT-PUSAT PERBELANJAAN DI DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA

oleh Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny RahayuFBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract

This article is about a study aimed at describing women's verbal behaviorin social interaction at shopping centers at the phonological, lexical, structural, andpragmatic levels and the factors influencing it.

The results of the study can briefly be stated as follows. First, theirpronunciation tends to exhibit (a) high tones, (b) the occurrence oflengthening,and (c) a volume varying between loud and low. The factors acting as thebackground are (a) the organs of articulation, (b) cultural factors, (c) situationalcontexts, and (d) functions of utterances. Second, the vocabulary used is partlyhonorific in nature, chosen in the course of respecting their partners in theinteraction, especially in the use of salutations. Third, the structureof the languageused tends to undergo (a) deletions of certain parts considered already commonlyunderstood by the communication participants, (b) contractions in thepronunciation of certain words, and (c) occurrences of salutations at the end ofutterances. The factors acting as the background are (a) the setting of theinteraction, which involves spoken language used face-to-face so that thecommunication participants are in the same situational context, (b) the level offormality of the interaction, (c) the level of the participants' intimacy, and (d)honorific factors characteristic to women. Fourth, pragmatically implicatures tendto be used at certain times.A factor acting as the background is a culture of a highcontext and it functionsas an indicator of the speaker's social statusor level.

Keywords: verbal behavior, social interaction, pronunciation, vocabulary,structure, pragmatic

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang MasalahManusia dalam hidupnya selalu

menjalin komunikasi dengan sesamanya, danberinteraksi untuk berbagai kepentingan.Oalam berinteraksi digunakan alat yang berupabahasa verbal dan nonverbal. Oalam peristiwakomunikasi itu, apa yang dinyatakan dalamtindak tutur (speech act) memiliki makna lokusi(locutionary act) dan seringkali bernilaitindakan ilokusi tertentu (illocutionary act),serta memiliki efekbagi petuturnya yang berupatindak perlokusi (perlocutionary act). Oalamperistiwa komunikasi tersebut kaidah yang

rumit digunakan untuk mengungkapkan actsehingga untuk menangkap hakikat act dalamsetiap tuturan diperlukan kaidah yang rumitpula. Kerumitan tersebut tidak membuat orangdalam komunikasi terkendala, melainkanjustrumerasakan kenikmatan selama dalam kontkes

dan budaya yang sarna.Tindak tutur memilki bentuk yang

sangat beragam, terdependensi oleh konteksyang melingkupinya. Tindak tutur pria danwanita cenderung berbeda. Oleh karenanyatuturan di antara keduanya pun berbeda,termasuk dalam tuturan untuk meminta dan

mengekspesikan diri. Oemikian pula tuturan

67

Page 2: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

68

anak-anak dan orang dewasa pun tidak sarna.Meski demikian, hamper tidak ada manusianormal yang mengalamiu kendala dalammemahami tuturan sesamanya, selama kontekstutumya yang lekat tidak dilepaskan.

Tuturan wanita secara universal

memiliki ciri-ciri khas yang berbeda dari kaumlaki-laki dalam berinteraksi verbal. Wanita

cenderung menyukai kestandaran dankeformalan untuk mcnyelamatkan muka mitrabicara dan memelihara kehormatan dirinya.Sejumlah penelitian yang dilakukan ahli Baratmenguatkan dugaan tersebut. Selain itu, tuturanwanita dipenuhi dengan bentuk pertanyaan tag(question tag), bentuk-bentuk eufimisme,tekanan-tekanan empatik, isian leksikal, danajektiva "kosong". Tuturan wan ita jugamempunyai intonasi yang cenderung tinggi danberisi banyak penyangatan (lihat juga Holmes,1992:312-314; Edwards, 1995 :201).

Wanita dalam perilaku linguistiknyadinilai lebih konservatif, bahkan sejak masakanak-kanak. John Fischer (dalam Edwards,1995 : 199-200). menemukan bahwa tuturananak perempuan lebih taat asas daripada anaklaki-laki. Riset di Detroit terhadap laki-laki danperempuan dalam berbagai kelas sosial jugamenunjukkan bahwa tuturan perempuan dariberbagai strata sosial lebih sedikit melakukankenegasian ganda daripada laki-laki (negasiganda merupakan bentuk yang tidak standar).Hal itu disebabkan kesadaran wanita akan

status. Tuturan bagi wanita menunjukkanadanya status yang melekat pada diri seseorangDengan kata lain, wanita berusaha memeliharastatus ketika berbicara.

Permasalahan jantina (gender)memang banyak dikaji, namun permasalahanyang menyangkut identitas kebahasaan wanitadi Indonesia belum banyak dilakukan.Penelitian di Barat memang cukup marak,namun tcntu ada beberapa kekhasan yangmenyangkut bentuk kebahasaan dan topik yangada dalam tuturan wanita Indonesia. Selain itu,Yogyakarta merupakan pusat budaya yangmemiliki pranata sosial, termasuk di dalamnyastrata sosial, yang masih stab ii, dandikategorikan sebagai masyarakat yang

DIKSI Vol. : 14. No. 1 Januari 2007

memiliki budaya konteks tinggi, bahkanmungkin tertinggi di Indonesia (lihat jugaNurkamto, 2001).

Kajian mengenai perilaku verbalwanita pemah dilakukan oleh tim peneliti ini(2005), khususnya perilaku verbal wanita dipasar tradisional, sehingga penelitian inimerupakan penelitian "lanjutan" dengan settingyang berbeda, yaitu di pusat perbelanjaan. Halitu memang perlu dilakukan karena kajianmengenai perilaku verbal wanita dalaminteraksi sosial yang dilakukan di pusatperbelanjaan di DIY belum pemah dilakukan.Kajian ini menjadi menarik untuk dilakukankarena para wanita yang berinteraksi sosialdalam setting di pusat pcrbelanjaan memilikistatus atau kelas sosial yang berbeda denganinteraksi sosial yang berada di pus atperbelanj aan tradisional. Pus at-pus atperbelanjaan cenderung dikunjungi oleh wanitadan pria dari berbagai etnis. Selain itu, barang-barang yang dijual dan ditawarkan, systempenawaran, dan pola interaksi tawar-menawar(hila terjadi) dipastikan berbda dengan interaksiserupa di pasar atau pusat perbelanjaantradisonal. Untuk mendeskripsikan bagaimanaciri-ciri kebahasaan dan perilaku pragmatikwanita perlu dilakukan penelitian sehinggadiperoleh deskripsi yang dapat dipertangung-jawabkan perlu dilakukan.

2. TujuanPenelitianKaj ian ini diharapkan dapat

mengungkap semua ciri-ciri perilaku verbalwanita dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan di DIY dalam berbagai tataran,sehingga tujuan penelitian adalahmendeskripsikan perilaku verbal wanitadalam interaksi sosial di pusat perbelanjaan diDIY (1) dalam tataran fonologi, (2) dalamtataran kata, (3 dalam tataran kalimat, (4)dalam tataran pragmatik, dan (5) latar belakangmunculnya perilaku verbal wanita tersebut.Setting interaksi sosial tersebut meliputi pusatperbelanjaan Mal Maliobaro, danMal Galeria,Alfa, Indogrosir, dan Carrefour (PlazaAmbarukmo).

Untuk dapat mengungkapkan kelima

Page 3: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

butir tujuan tersebut digunakan ancangankualitatif dengan mengedepankan (1) konteksnatural, (2) pene1itisebagai instrumen (humaninstrument), (3) konsep diangkat dari empiri(induktif), (4) ketiadaan prakonsepsi, (5)aplikatif tentatif, dan (6) kriteria kepercayaanuntuk menguji kredibilitas dilakukan denganpengamatan berulang dan pengumpul dataganda (Moeloeng, 1995; Muhajir, 1991,Spead1ey,1980,Strauss& Corbin, 1990)

3. Landasan Teori

Kajian sosiolinguistik di Barat tentangbahasa wanita dari tahun 1959 hingga saat inimenunjukkan hasil yang konsisiten, yaitututu ran wan ita cenderung membawa"keprestisean" (Fischer, 1959; Labov, 1966;Wolfram, 1966, Trudgill, 1974; Labov, 2001).Sayangnya, penelitian itu be1um banyakdilakukan secara intensif di Indonesia,

khususnya di DIY.a. Bahasa Dilihat dariJantina

Dari sudut jantina terdapat perbedaandalam beberapa hal (1) bentuk linguistik(Holmes, 1995:311), (2) fono1ogis (Holmes,1995:164-165; Haas da1am Fasold, 1990: 89-90; Wardhaugh, 1992: 314; Poedjosoedarmo,2001: 112),(3) morfologis dankosakata (Ekka,1972;Lakoof dalam Wardhaugh, 1986,305-306;1992: 315-316) sehingga dijumpai seksis,(4) struktur (Holmes, 1995: 168-190), dan (5)pragmatik (Wardhaugh, 1992: 316) terutamadalam hal pilihan variasi bahasa, dan ( 6)paralingusitik, gerak, dan gesture (Wardhaugh,1992:317).b. Ciri-ciri KebahasaanWanita

Bahasa wanita cenderung bermuatangosip (gossip-laden), karup (corrupt) karenacenderung tidak langsung, tidak logis(illogical), eufemistis (Wardhaugh, 1992: 113).Selain itu, wanita cenderung menggunakantanyaan tag, intonasi naik untuk deklaratif,selain pertanyaan, kata-kata penanda intensitas,bentuk yang sangat sopan dan mengindari katavulgar; mengidentifikasi wama secara cermat,dan penuh empati (Wardhaugh, 1988:303-307;1992: 312-114; Holmes, 1995:312-2315;

69

Edwards, 1995: 201). Variasi tuturan wanitacenderung mengarah pada variasi tuturan diatas tingkat kelas sosial komunitasnya(Chambers &Trudgill, 1990:92-95).

c. Sebab-sebabPerilakuLinguistikWanita

Latar belakang perilaku verbal wanitasetidaknya ada empat fenomena, yaitu (1) kelassosial dan status, (2) peran wanita dalammasyarakat, (3) status wanita, dan (4) fungsituturan.

Wanita cenderung menggunakanbahasa standar dan sopan untuk mempertegasstatus sosialnya. Selain itu, wanita yangberbahasa standar berasosiasi dengan statussosial yang tinggi karena wanita diseyogyakanberperilaku sopan; kesalahan perilaku padamaskulin cenderung ditoleransi, sedangkanwanita tidak demikian. Wanita dianggapsubordinat sehingga harns berbuat sopan danhati-hati. Wanita harns taat aturan, halus,tertata, dan menghindari bahasa yang berkesan"macho", bebas, maskulin, dan berkonotasikuat (Lihat Trudgill, 1984, 167-168; Holmes,1995: 171-176).

B. PERILAKU VERBAL WANITADALAM INTERAKSI SOSIAL DIPUSATPERBELANJAAN

1. Perilaku Verbal Tataran FonologiWanita di Pusat Perbelanjaan di DIY

Secara garis besar perilaku verbalwanita pada tataran fonologi dalam interaksisosial di pusat perbe1anjaan Daerah IstimewaYogyakarta dapat dikategorikan menjadi tigakelompok berdasarkan kriteria kepanjangan(length), tinggi nada suara, dan volume suara.Pertama, lafal yang cenderung terjadipemanjangan bila dibanding dengan pelafalanyang normal, terutama terjadi pada tuturan"penjual" kepada pembeli. Kedua, nada suaracenderung lebih tinggi bila dibanding dengansuara pria. Ketiga, volume suara cenderunglebih keras pada tutran "penjual" dengan"penjual" daripada tuturan "penjual" kepadapembeli, atau wanita pembeli dengankelauarganya atau temannya.

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 4: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

70

Pelafalan kata pada perilaku verbalwanita di pusat perbelanjaan Daerah IstimewaYogyakarta yang menjadi lokasi penelitian initerdapat kecenderungan terjadi pemanjanganpada peristiwa interaksi sosial tertentu.Peristiwa tertentu itu meliputi interaksi antara"penjual" dengan pembeli pada saat "penjual"menawarkan jasa atau menawarkan dagangan-nya, pada "penjual" dengan "penjual" saatmelakukan pemanggilan dengan jarak yangagak jauh, pada saat "penjual" dan pembelimenyampaikan ucapan terima kasih.Pemanjangan lafal kata yang dominan terjkadipada kata sapaan Bu, Mbak dan hampir padasetiap tuturan terakhir. Hal itu memperolehkesan santun dan tampaktidak tergesa-gesa.

Pemanjangan lafal yang terjadi padasaat "penjual" bertutur kepada pembelimengesankan "pembeli" berperilaku santundan menghormat karena tingkat hubungan yangberbeda dan susana "formal" muncul. Hal

tersebut tampak sekali pada terjadinya carabertutur saat berganti mitra tuturnya, darisesama "penjual" dalarn komunikasi yangterkesan akrab dan santai berpindah ke mitratutur pembeli sehingga suasana terkesanberubah menjadi formal. Selain itu, saat"penjual" (SPG) menawarkan dagangankepada pembeli juga terdapat kecenderunganadanya pemanjangan lafal yang memperolehkesan "merayu" pembeli.

Kesan pemanjangan lafal terjadi pulapada penutur wanita yang tampaknya berlatarJawa. Mungkin kesan pemanjangan tersebutterjadi karena pelafalan para penutur wanitadipusat perbelanjaan tersebut cenderung lambatatau pelan-pelan. Bahkan, terjadi pula sudahpelafalannya lambat masih dimunculkanbeberapa lafal kata yang dipanjangkan. Selainitu, pemanjangan lafal kata terjadi pula wanitapada mitra interaksinya yang cenderung untukmemberikan kesan 'pemanjaan", "kemesraan"serta "keharmonian" pada mitra interaksinyaataupada orang lainyang ada disekitarnya.

Berikut ini disajikan salah contohinteraksi sosial yang di dalamnya terjadipemanjangan lafal pada kata-kata tertentu.(Tanda titik tiga digunakan untuk menandai

DIKSI Vol. : 14. No.1 Januari 2007

pemanjangan lafal katayang di depannya.)

Peristiwa sosial ini terjadi di MalioboroMall (McDonald's) dengan konteks sebagaiberikut. Partisipan interaksi sosial terdiri atas A(pembeli, wanita, usia kira-kira 30 tahun, Jawa,tarnpilan modis terkesan modern), B (pembeli,wanita (anak A), usia kira-kira 5 tahun, Jawa,tarnpilan modis terkesan modern), dan C("penjual" (pramuniaga counter), wanita, usiakira-kira 25 tahun, berseragam McDonald's,sederhana terkesan modern).

Seorang wanita (A) bersama anaknya(B) masuk ke McDonald's langsung mencaritempat duduk di sebelah barat dekat kaca,meletakkan belanjaan, lalu A menggendong Bke arah washtafel untuk mencuci tangan.Setelah selesai mereka menuju ke mejapemesanan dengan A menggandeng B.Terjadilahdialog sebagaiberikut.

(1) C: Mari, Bu... mau pesan apa? (C melihatkearahAdanB)

A: Paha Mbak dua, kentang satu, Icecream satu. (berhenti sejenak, melihatB)Adik... mauapasayang...?

B: Roti burger,Ma. . ., sarna Ice cream.C: Minumnya,Bu...? (sambil mengetik di

mesinkassa)A: Coca cola tanpa es, Mbak... (sarnbil

melihat ke "penjual")

C: Sudah, Bu..? (sambil terus mengetik dimesin kassa). Semua nam delapan tujuratus (melihatkea rahA).

A: (Memberikan uang seratus ribuan) Ini,Mbak.. . (memandang "penjual")

C: (Menerima sarnbil berujar pelan) Adatuju ratus, Bu...? (memandangA)

A: Ada, Mbak (membuka tas, mengambiluang dari tas) Ini Mbak...(menyodorkan uang ke C)

C : Ini kembalinya, Bu... (menaruh uangkembalian di atas nampan makanan).Makasih. ..

A : Sarna-sarna... (berjalan menuju kursibersarna-sarnaB) (Catatan lapangan II,020506)

Page 5: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

Dalam peristiwa interaksi di MalioboroMall (tanggal 2 Mei 2006) yang ditunjukkanpada kutipan di atas tampak sekali bahwa untukmenuturkan kata sapaan Bu, Mbak dan Adikcenderung terjadi pemanjangan lafal, dan padakata sayang yang dimunculkan oleh A kepadaB. Pemanjangan lafal kata sapaan Bu dan Mbakpada pemakaian di atas agaknya digunakanuntuk mengekspresikan rasa santun danhormat, pemanjangan lafal sapaan Dik untukmengungkapkan rasa sayang dan pemanjaan Apada B. Hal itu dikuatkan pula denganpengunaan kata sayang yang dituturkan dengannada tertentu dan dilafalkan agakpanjangjuga.

Lafal lambat (bukan pemanjanganlafal) terjadi pada sebagianbesar tuturan wanitayang berlatar etnis Jawa. Hal itu mengesankanbahwa wanita yang bertutur tersebut tidaktergesa-gesa, bahkan secara umummengesankan pada konsep a/on-a/on watonklakon, 'biar lambat asal terlaksana' yangmungkin pula menjadi pandangan duniapenuturnya. Melakukan sesuatu itu tidak perlutergesa-gesa, tetapi harns hati-hati, teliti, danterselesaikan dengan baik. Hal itu tampak padasebagian tuturan wanita yang berlatar etnisJawa yang agaknya sejalan dengan temuanpenelitian sejenis yang dilakukan olehZarnzani, Tadkiroatun Musfirof, dan Prihadi(2004; 2005) khusus pada perilaku verbalwanita Jawa dalam interaksi sosial di pasartradisional di DIY.Pola tuturan yang demikianitu, mungkin tidak saja merupakan kekhasanperilaku verbal wanita, tetapi justru menjadikekhasan perilaku verbal penutur Jawa, priadan wanita tanpa terkecuali. Orang lain di luarsuku Jawa bisa jadi menganggapnya perilakuverbal orang Jawa begitu lamban, kurangtrengginas, atau cekatan. Ya, perilaku verbalpenutur Jawa memang dikenallemah lembut.

Suara dari lafal wanita di pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang diteliticenderung memiliki nada yang lebih tinggi biladibanding dengan lafal pria. Hal tersebutmungkin disebabkan oleh organ artikulasi ataualat artikulasi yang khas pada wanita. Organartikulasi yang khas pada wanita memberikanpeluang menghasilkan nada yang tinggi

71

tersebut. Kesan nada yang tinggi tersebutmungkin pula disebabkan oleh suara yang lebihkecil bila dibanding dengan suara pria. Justrusuara yang kecil selama ini berasosiasi dengansuara wanita, dan suara yang besar berasosiasidengan suara pria. Suara wanita yang besar adapula yang meragukan kefeminanan wanitatersebut,sehinggaadayangmenyebutnyabisek.

Volume suara lafal wanita di pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang diteliticenderung lebih keras daripada lafal dalamtuturan yang normal muncul pada suasana yangkhusus, yaitu saat sesama "penjual"berinteraksi dengan jarak yang agak jauh,misalnya melakukan kegiatan pengambilanbarang dari rak yang tinggi. Selain itu, suaralafal keras dimuncul tidak hanya oleh wanitakhusus di area permainan untuk anak-anak danremaja. Sebaliknya, saat mereka "ngerumpi"volume suaranya lemah/ kecil sekali, berbisik-bisik, nyaris tak terdengar oleh orang yangberada di sekitarnya, termasuk peneliti. Hal ituterjadi pula pada wanita sebagi pembeli saatbericara dengan "keluarga" atau temannyaterutama saat akan memutuskan jadi atautidaknya membeli suatu bara. Volume suaraakan bergeser dari keras menjadi lebih lemahketika berganti mitra iinteraksinya. Volumesuara "penjual" cenderung melemah saatberkomunikasi denganpembeli.

Volume suara pada saat berbicara padawanita terkait dengan sopan santun. Wanitaterhormat tidak dianjurkan berbicara denganvolume suara yang keras dalam suasananormal. Mungkin, kecenderungan munculnyavolume suara keras yang terjadi dalam interaksiantara sesama "penjual" di pusat perbelanjaandiakibatkan oleh keperluan, bukan olehsuasana, sedangkan khusus di area permainanuntuk anak-anak dan remaja pemunculan lafalkeras diakibatkan oleh suasana yang gaduh.Volume suara yang melemah cenderung untukmenunjukkan rasa hormat "penjual" padapembeli, atau karena ada faktor kerahasiaanterutama pada saatpembeli berintaraksi dengansesame pembeli untuk membuat keputusanmembeli atau tidak suatu dagangan ataubelanjaan, atau saat"pembeli" ngrumpi.

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 6: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

72

2. Perilaku Verbal Tataran Kata Wanita di

Pusat Perbelanjaan di DIY

Penggunaan kosa kata dalam perilakuverbal wanita dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang ditelitidapat dikelompokkan sebagaiberikut. Pertama,kosa kata yang digunakan di pusat perbelanjaandi DIY sebagian besar kosa kata bahasa Jawa,yang diikuti atau digaboog dengan kosa katabahasa Indonesia. Kosa kata bahasa Jawa

digunakan oleh wanita sebagai "penjual" saatberinteraksi dengan sesama "penjual" ataupembeli dengan pembeli. Narnoo, "penjual"dengan pembeli atau sebaliknya eenderungmooeul kosa kata bahasa Indonesia karenamereka berbahasa Indonesia. "Penjual akanbergeser menggunakan kosa kata Jawa(berbahasa Jawa) pada saat pembelimemberikan respons dalam bahasa Jawa.Pengunaan kosa kata Jawa yang dominan sekalimuneul pada pembeli pada 'penjual" diIndogrosir dan Alfa pada tanggal "tua", dan halitu tidak terjadi di pusat perbelanjaan yang lain.Pada tanggal "muda" eenderung penggunaankosa bahasa Indonesia lebih dominan. Kedua,sapaan bentuk hormat (honorifik) dari"penjual" eenderung muneul di pusatperbelanjaan yang diteliti.

Penggunaan kosa kata bahasa Jawayang dominan di pusatperbelanjaan, khususnyapada interaksi "penjual" dengan "penjual" danpembeli dengan pembeli (keluarga atau ternan)memang dapat dimaklumi. Latar etnis Jawasebagian besar "penjual" dan pembeli telahmemungkinkan muneulnya situasi interaksiyang demikian, termasuk dalam pemilihan kosakata dan bahasa. Selain itu, kemuneulan kosakata dan bahasa Indonesia di pusat perbelanjaanini juga dapat dimaklumi karena penjual danpembeli serta pengunjung pusat perbelanjaantersebut eukup homogen dilihat dari etnis danpenguasaan bahasa. Pembeli dan "penjual"yang berlatar etnis Jawa dalarn kehidupansehari-hari memang eenderung berbahasaJawa. Sedikit sekali penutur yang di rumahmenggunakan bahasa Indonesia dalamberkomooikasi (untuk menyatakan tidak ada),keeuali berkomunikasi dalam situasi formal

DIKSI Vol. : 14. No. 1 Januari 2007

seperti di kantor atau di sekolah.Pemuneulan kosa kata bahasa

Indonesia pada tanggal "mud a" danpemuneulan kosa kata Jawa pada tanggal "tua"pada para pembeli agaknya juga dapatdimakllumi. Pada tanggal "muda" ootuk parapegawai bersama keluargannya berbelanja dipusat perbelanjaan itu. Para pegawai tersebutterdapat keeenderungan berkomunikasi denganbahasa Indonesia di pusat perbelanjaan. Selainitu, pada tanggal "muda" bagi pelajar danmahasiswa, yaitu saat beru saja mereka dapatkiriman dari orang tuanya terdapatkeeenderungan mereka yang berasal dari luarYogyakarta tersebut berbelanja di pusatperbelanjaan. Tentu saja mereka berbahasaIndonesia dalam berinteraksi so sial.

Sebaliknya, pada tanggal "tua" pegawai danpelajar serta mahasiswa sedikit sekali yangberbelanja di pusat perbelanjaan, dan yangdatang ke pusat perbelanjaan (khususnya pusatgrosir Alfa dan Indogrosir). Mercka padaumumnya pedagang ootuk membeli dagangan.Mereka eenderung berkomunikasi dalambahasa Jawa, termasuk dengan para "penjual",dan mereka sudah saling mengenalnya seearabaik dan akrab.

Penggunaan kosa kata bentuk hormatatau honorifik dilakukan oleh "penjual" kepadapembeli ataupengunjoog di pusat perbelanjaandi DIY yang diteliti. Bentuk sapaan yang dipilihyang berasosiasi dengan masyarakat "desa"dihindari dalam perilaku verbal wanita.Penggunaan sapaan Mbok dan Yu yang di kotaYogyakarta berkonotasi dengan pembantu,meski di desa tidak dernikian, tidak ditemuisarna sekali. Sapaan yang ditemukan dalaminteraksi sosial yang dimuneulkan oleh penuturwanita eenderung yang bemilai hormat danmodem. Kosa kata sapaan yang ditemukandalarn penelitian ini adalah Mas, Mbak, Bu,Mama, Papa, Dik, dan Jeng.

Contoh perilaku verbal dalarn interaksisosial berikut menunjukkan penggunaanbahasa sekali gus kosa katayang dipilihnya.

Interaksi sosial ini terjadi di MallGaleria Yogyakarta, di salon, diqbservasi pada1 Mei 2006. Partisipan interaksi adalah A

Page 7: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

(penjual (capster salon), usia kira-kira 28 tahun,Jawa, sederhana, modem), B (penjual (capstersalon), usia kira-kira 28 tahun, Jawa, sederhana,modem), C (pembeli (tamu), pria, usiakira-kira30 tahun, sederhana, modem). Di ruang ituterdapat Pembeli (pelanggan) dan "penjual:(capster salon) yang lain. Mereka berbincang-bincang, dengan interaksi sebagaiberikut.(2) A: (Sambil memijat-mijat kepala C) Piye

perkembangan masalahmu?B: (Sambilmengeringkanrambutpembelil

pelanggan, bukan C) Embuh mbak, ratakgagas.

A: Wis berapa bulan ta ra tok jupukmotormu? (Amenatap pada B)

B: Rong wu/an ini, tapi biarlah aku jugabingung, mau ambilpakai apa?

A: Apa pinjam aku dulu. Ini ada kalaucuma sithik.

B: Gak sah, Mbak. Nanti juga ada jalan.Aku lagi minta sama Masku tak suruhngutangi dulu. (sambil meletakkanpengering rambut, ia beralih berbicarapada C). Gimana, Mas, kurang keringndak?

C: Cukup, Mbak. Makasih. (CatatanLapanganl,010506)

Kosa kata bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia digunakan secara bercampur dansecara bergantian pada interaksi sesama"penjual", yaitu dalam interaksi antaraA dan B.Bahasa Indonesia digunakan oleh "penjual'kepada pembeli/pelanggan seperti yang telahdijelaskan di atas.

Penggunaan bentuk sapaan bentukhormat sekaligus pilihan kata hormat(honorifik) dalam perilaku wanita mungkinterkait dengan kesadaran status, santun,subasita, dan prestise pada wanita Jawa sepertiyang terdapat pada uraian teori di depan.Bahkan, untuk menunjukkan hal-hal tersebutbentuk yang bemuansa desa atau kampungdihilangkan, tidak dinyatakan dan hanyadimunculkan yang lebih bemilai tinggi danterkesan modem. Kata sapaan yang digunakanJeng pada peristiwa interaksi 3 di counter

73

Bucheri (Catatan lapangan II, 020506) meskiberbau Jawa tetapi bernilai sosial yang tinggi.Potongan dialog tersebut sebagaiberikut.(3) A: IniBagus,Jeng?

B: Iya, Mbak. Cocok buat sukupenjenengan.

Penggunaan Jeng tampak sekali untukmenghormat mitra interaksi, dan diberi respondengan sapaan berkesan hormat Mbak yangdilengkapi dengan bentuk hormat (honorifik)sukupenjenengan 'kakikamu'.

Penggunaan leksikon dialek Jakarta(Betawi) juga muncul dalam perilaku verbalwanita dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan di DIY,dan boleh dikatakan cukupdominan. Leksikon yang digunakan adalah sih,dong, deh, doang, gak, dan kata gantu gue dan/u. Selain itu, penggunaan bentuk imbulan nge-dan in sebagai pembentuk kata kerja bahasaIndonesia dialek Jakarta sering muncul. Berikutdikutipkan peristiwa interaksi sosial yangmenggambarkan intensitas penggunaanleksikonbahasa Indonesia dialek Jakarta.

Partisipan interaksiA(pembeli, wanita,usia kira-kira 40 tahun, Jawa, sederhana,modem); B (pembeli (anakA), usia kira-kira 17tahun, jawa, modis, modem); CI ("penjual"(pelayan) wanita, usia kira-kira25 tahun, Jawa,sedrhana, modem); C2 ("penjual" (pelayan)wanita, usia kira-kira 25 tahun, Jawa, sedrhana,modem). Lokasi interaksi sosial diAlfa counterbuah dan sayuran.

(4) A: Eh. . . gimana tuh temanmu? Udahsembuhbelum? (sambilmemilih buah)

B: Tau tub, Ma. Dia itu manja kalau sakit.Ya, gitu jadinya gak sembuh-sembuh.(sambil memilih, memijit-mijit jerukyang berada di dekatnya)

A: Emangnya sakit apaan? Kok lamaamat! (sambilmelirik ke B)..........................................

B: Iya sih. Ma... beli anggur dong.Mumpung turun harga. .. (berjalanmendekati anggur) Mbak... tolongcarikan plastik yang agak besar ya! (Bberalih berbicara kepada C1)

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zamzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 8: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

74

3. Perilaku Verbal Tataran Struktur

Wanita di Pusat Perbelanjaan di DIY

Penggunaan struktur dalam perilakuverbal wanita dalam interaksi sosial berikut.

Pertama, penghilangan (delisi) bagian tuturanyang tertentu yang dianggap telah dipahamioleh partisipan komunikasi. Kedua,pemunculan sapaan cenderung muncul padaakhir setiap penggalan tuturan. Ketiga,cenderung terjadi pemendekan lafal kata(kontraksi).

Penghilangan bagian tutu rancenderung terjadi pada perilaku verbal wanitadalam interaksi sosial di pusat perbelanjaanyang diteliti. Penghilangan bagian tuturan itudilakukan khusus bagian yang dianggap telahmenjadi "milik bersama" partisipankomunikasi. Bagian yang dihilangkan dapatberupa bentuk verba, dapat pula nomina. Padaperistiwa interaksi pada kutipan di atas telahmenguatkan adanya kecenderunganmenghilangkan bagian yang telah dianggap"milik bersama" tersebut. Berikut disajikanulang penggalan interaksi sosial yang didalamnya terdapat penghilangan unsur yangtelang dipahami olehpartisipannya.(5) C: Mari, Bu... mau pesan apa? (C melihat

kearahAdanB)A: Paha Mbak dua, kentang satu, Ice

cream satu. (berhenti sejenak, melihatB)Adik. . .mau apa sayang. ..?

Jika "Paba Mbak dua" mestinya "Sayapesan paha ayam kepada Mbak dua", dansarnasekali tidak menginformasikan ataupesandua paha milik Mbak tersebut. Demikian pula"Adik. .. mau apa sayang...?' terdapat katapesan yang tidak diungkapkan. Cantoh laintidak perlu disajikan di sini karena hampirsetiap interaksi terjadi penghilangan bagiantuturan. Hal tersebut agaknya memenuhi ciribahasa lisan yang cenderung terjadipenghilangan bagian tertentu yang dianggaptelah dipahami oleh partisipan komunikasi, dandidukung oleh konteksnya.

Pemunculan sapaan dalam perilakuverbal wanita dalam interaksi sosial di pusat

DIKSI Vol. : 14. No. 1 Januari 2007

perbelanjaan yang diteliti cenderung terdapatpada akhir penggalan tuturan. Penggunaansapaan yang muncul pada awal penggalantuturan sedikit sekali, dan muncul padainteraksi antarpenutur yang sudah salingmengenalnya. Berikut ini dikutipkan ulangcatatan lapnagan II, 020506. (Deskripsi konteksdan partisipan interaksi tidak perlu disajikanlagi.)

(6) C: Mari, Bu... mau pesan apa? (C melihatkearahAdanB)

A: Paha Mbak dua, kentang satu, Icecream satu. (berhenti sejenak, melihatB)Adik... mau apa sayang...?

B: Rotiburger,Ma. . ., sarna Ice cream.

C: Minumnya,Bu...? (sambil mengetik dimesinkassa)

A : Coca cola tanpa es, Mbak... (sambilmelihat ke "penjual")

C: Sudab, Bu..? (sambil terus mengetik dimesin kassa). Semua nam delapantujuhratus (melihatkearahA).

A: (Memberikan uang seratus ribuan) Ini,Mbak. ..(memandang "penjual")

C : (menerima sambil berujar pelan) Adatuju ratus, Bu...? (memandangA)

A: Ada, Mbak (membuka tas, mengambiluang dari tas) Ini Mbak...(menyodorkan uangke C)

C: Ini kembalinya, Bu... (menaruh uangkembalian di atas nampan makanan).Makasih. . .

A: Sarna-sarna... (berjalan menuju kursibersama-sama B) (Catatan lapangan II,020506)

Pemunculan sapaan sebanyak sepuluhkali dalam peristiwa interaksi tersebut,sembilan di antaranya berposisi akhir, danhanya sekali pemuculan sapaan muncul padaawal, yaitu pada truturan "Adik... mau apasayang... ?". Kecenderungan kemunculansapaan pada akhir penggal uturan tersebutterjadi pada peristiwa interaksi sosial yang lain(lihat catatan lapangan yang dilampirkan, dankutipan yang lain di atas). Hal itu tentulah

Page 9: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

memperkuat adanya simpulan bahwapemuneulan sapaan pada perilaku verbalwanita dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan di DIY terdapat pada akhirpenggalan tuturan. Mungkin sekali ini justrumenjadi eiri-ciri khas struktur tuturan wanitayang di dalamnya memuneulkan kata sapaan.

Bentuk sapaan dapat muneul pada awaltuturan selain muneul pada partisipan yangsudah saling mengenal, juga muneul saatsapaan tersebut berfungsi untuk memanggil(vokatif), seperti terjadi pad a peristiwainteraksi yang terjadi antara "penjual" dengan"penjual" . Misalnya, tampak pada potonganinteraksi sosial antara "penjual" dengan"penjual" berikut ini.

Partisipan interaksiA(pembeli,wanita,usia kira-kira 40 tahun, Jawa, sederhana,modem); B ("penjual" (pelayan) wanita, usiakira-kira 20 tahun, Jawa, sedrhana, modem); C("penjual" (pelayan) pria, usia kira-kira 25tahun, Jawa, sedrhana, modern). Lokasiinteraksi sosial di Indogrosir counterperlengkapan bayi/anak-anak.(7) A: Ada pilihan yang lain, Mbak. .. ?

(sambi! melihat-lihat pampers yangdipajang di rak)

B: Bentar, Bu... (melihat ke C yangberada di tangga dan sedang melihat-lihat kardus di atas rak-rak bagian atas)Mas Bud, Mas Bud, ambilkan yang itu!Softlove itu!

C: Yang ini? (Sambil memegang, danmengamati kardus yang dimaksud.)

B: ltu, ada tulisannya Softlove gitu kok.Kanannya.

C: Awas tangkap. Jatuhkan saja ya!Ringan kok.

B: Ee Jangan, nanti rusak. (Cmembawa turunpelan-pelan dari atas)

(Catatan lapanganIII, 060506)

Pada peristiwa interaksi tersebut jelassekali bahwa Mas Bud yang di ulang tersebutlebih dominan pada fungsi vokatif dari padamenyapa. Dengan demikian, sebenarnyapemuneulan bentuk sapaan sangat sedikit yang

75

berada pada awal potongan tuturan. Inimerupakan kekhasan perilaku verbal wanitapada interaksi sosial di pusat perbelanjaanDaerah Istimewa Yogyakarta, sarna denganyang ditemukan pada penelitian sebelumnyamengenai perilaku verbal wanita Jawa padainteraksi sosial di pasar tradisional di DIY(Zarnzani, Tadkiroatun MusfIroh, dan Prihadi,2004; 2005).

Pemendekan lafal kata (kontraksi)sebagai gejala struktur kata bahasa lisan,khususnya pada situasi tidak formal terjadi padaperilaku verbal wanita dalam inteaksi sosial dipusat perbelanjaan DIY yang diteliti. Bentukpemendekan itu terjadi pada kata-kata sepertimembeli dilafalkan beli, bagaimanadilafalkan gimana, sebentar dilafalkanbentar, begitu dilafalkan gitu, terima kasihdilafalkan makasih.

Pemendekan lafal kata terjadi padaperilaku verbal wanita dalam interaksi sosialantara pembeli dengan pembeli (keluarga/ternan), "penjual" dengan "penjual" dan sedikitsekali terjadi dalam interaksi penjual denganpembeli atau sebaliknya. Pemendekan lafalkata terjadi karena di antara partisipan sudahsaling men genal at au bahkan akrabhubungannya, serta suasana tidak formal.Pemendekan lafal kata "penjual" pada interaksidengan pembeli terjadi pada saat pembiearatergesar-gesa. Dengan demiukia, faktor situasi,tingkat hubungan antarpartisipan, dan mediayang digunakan dalam berinteraksi berperansebagai penentu struktur kata yang digunakanoleh penutUr.

4. Perilaku Verbal Tataran PragmatikWanita di Pusat Perbelanjaan di DIY

Perilaku verbal pada tataran pragmatikwanita dalam interaksi sosial di tiga pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang ditelitidapat dikelompokkan sebagai berikut. Pertama,bentuk tuturan pertanyaan sebenamya seearapragmatik memiliki makna meminta ataumenyuruh. Kedua, bertutur kepada seseorangdapat berfungsi sebagai informasi bagi oranglain (orang ketiga). Ketiga, bentuk implikatureenderung digunakan untuk mengindikatorkan

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zarnzani, Tadkiroatun MusfIroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 10: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

76

status sosial pembeli yang dilakukan oleh"penjual". Bentuk yang paralel antara tuturandan maksud tidak perlu dibahas dalampenelitian ini karena hal itu sudah begitu lazimdijumpai.

Pada saat pembeli mengharapkandiambilkan barang pada "penjual", terdapatkecenderungan memunculkan dalam lagutanya, meski pada beberapa peristiwa tuturtidak dimunculkan dalam bentuk pertanyaan.Pertanyaan tersebut secara pragmatiksebenarnya meminta pada "penjual" agar"penjual" mengambilkan barang yang dimintaoleh pembeli. Hal itu dilakukan mungkin untukmemberikan kesan sopanpada "penjual", selaindidukung oleh pilihan kata yang cenderungmengarah pada honorifik juga. Berikut inidisajikan potongan peristiwa tutur sebagaicontoh. (Konteks dan partisipan tidak disajikanlagi, telah disajikan di atas.)(8) A: Ada pilihan yang lain, Mbak. . .?

(sambil melihat-lihat pampers yangdipajang di rak)

B: Bentar, Bu. . . (melihat ke C yangberada di tangga dan sedang melihat-lihat kardus di atas rak-rak bagian atas)Mas Bud, Mas Bud, ambilkan yang itu!Softlove itu!

C: ..........

(Catatan lapangan III, 060506)

Tuturan yang dimunculkan oleh Akepada B sebenarnya bukan bertanya,melainkan agar diambilkan barang lain yangmasih tersedia atau tersimpan. B memahamibetul ekspresi Ayang sebenarnya diminta untukmenyediakan barang lain sebagai pilihan, dandipenuhinya dengan cara meminta kepada Cuntuk mengambilkan barang yangdimaksudkan. A berekspresi dalam bentukimplikatur kepada B, dan B memberikanpenafsiran implikaturAsecara tepat.

Tuturan yang diarahkan kepadaseseorang dapat berfungsi sebagai informasibagi orang lain, orang ketiga yang mendengartuturan tersebut.Hal tersebut terjadi pada waktuseorang pembeli ditanya oleh "penjual", sipembeli justru berbicara dengan temannya.

DIKSI Vol. : 14. No.1 Januari 2007

Pembicaraan pembeli dengan temannyatersebut justru dianggap oleh "penjual" menjadijawaban atas pertanyaan yang diajukannya. Halitu dapat dicontohkan berikut ini. Peristiwaseperti ini muncul pada lokasi di stand pameranatau promosi, baik yang ada di Indogrosir,Galeria, maupun di Malioboro Mall. Contohtersebut dapat disajikan pada potonganinteraksi berikut ini.

(9)

A : susunyaBu. Inimumpungpromo.B: Ha, itu kan yang Panteskan Jonetan

pernah bilang gitu? (B sambilmemperagakan kepada C tentang gigiyang panjang)

C: Ya memang, Ronaldo juga terlalubanyak minum susu itu). (CatatanLapangan IV, 140506 PeristiwaInteraksi IIV)

.............................................

Pada peristiwa inetarksi tersebutjawaban pertanyaan A dari B tidak diperolehsecara langsung, tetapi didasarkanpembicaraanB dengan C sebagai temannya. A tidak perlulagi mengajukan pertanyaan ulang kepada B,tetapi langsung menafsirkan jawabannyaberdasarkan pembicaraan B dengan C.Informasi untuk menolak seperti yangdilakukan oleh B dan C tersebut sering muncul,termasuk pada tawaran untuk pijat (refleksi)dengan alat elektronik yang marak di tawarkandi Indogrosir, Galeria, dan Malioboro Mallpada saatpengumpulan data inidilaksanakan.

Bentuk implikatur cenderungdigunakan untuk mengindikatorkan sosialpembeli yang dilakukan oleh "penjual" denganmenginterpretasikan penampilan pembeli."Penjual" cenderung memberikan prasangkakepada pembeli melalui penampilan luarnyauntuk menetapkan status sosial pembeli.Prasangka yang diberikan oleh "penjual"tersebut tentu saja dapat benar, dapat pula salah,baik under estimate maupun over estimate.Peristiwa tersebut sejalan dengan yang terdapatpada teori bahwa wanita memiliki kedasaranyang tinggi akan status sosial, termasuk denganmenunjukkan cara berbahasanya. Oleh karenaitu, kecenderungan wanita melihat status sosial

Page 11: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

mitra interaksinya juga terjadi saat wanitaberinteraksi atau berkomunikasi dengan oranglain. Orang lain tentu dituntut kearifannyauntuk menafsirkan prilaku verbal wanitatersebut (termasuk perilaku verbal "penjual").Wanita sebagai "penjual" tentu saja berharapbahwa implikaturnya tidak ditafsirkan secaranegatif oleh pembeli, sehingga pembeli tidaktersinggung.

Berikut ini diberikan potonganinteraksi yang muncul pada Catatan LapanganI, 0I0506 peristiwa interaksi 8, yang berbedasekali dengan peristiwa interaksi 7 dalambidang yang sarna, tetapi partisipan yangberbeda, bigitu pula dengan peristiwa interaksi3 (untuk meyakinkan, lihat Catatan Lapangan I,010506 pada lampiran). Partisipan interaksisosialterdiri atas A (pembeli, laki-Iaki, kira-kira 35 tahun, Jawa, sederhana), B (pembeli(perempuan 25 tahun, Jawa sederhana), dan C("penjual" (pramuniaga counter), wanita, kira-kira 25 tahun, luar Jawa, modern, glamor).Lokasi terjadinya interaksi di Galeria Mall,pameran standHonda Jazz.

Sepasang suami istri menghampiripameran mobil yang ada di lantai dasar MallGaleria. Begitu memasuki area pameran suamiistri terbut melihat-lihat mobil Honda yangsedang dipamerkan. Dengan teliti si laki-Iakimengamati satu persatu bagian mobil Jazz yangsedang dipamerkan. Penampilan mereka sangatsederhana, tidak menunjukan status sosialmenengah ke atas.

(lO)A: Maaf, Mbak bisa minta brosurnya(sambil mendekati ke arahpelayan)

B: Yang Jazz Mas, daftar harganyasekalian ( menujuk ke arah mobil,sambil terusmengamati)

C: Ini pak... (tanpa melihat ke arahpembeli)

B: Makasih Mbak (terus pergi ke luarlokasi stand, tanpa dipersilakanmengisi buku tamu)

Dalam konteks yang demikian itu,parapartisipan interaksi pembeli dan "penjual"harus membekali diri dengan kemampuanpragmatik atas ungkapan yang muncul dalam

77

interaksi. Partisipan perlu memahami danmenguasai perilaku wanita dalam berinteraksisosial yang cenderung tidak langsung(berimplikatur), mercka memiliki kesadaranstatus sosial dalam berinteraksi sehinggabahasanya cenderung teratur, danberkecenderungan menfasirkan status sosialmitra interaksinya melalui ikon yang tampaksecara eksplisit dari penampilan mitrainteraksinya.

5. Latar Belakang Perilaku Verbal Wanitadi Pusat Perbelanj aan di DIY

Perilaku verbal wanita dalam

berinteraksi sosialdi pusat perbelanjaan DaerahIstimewa Yogyakarta yang diteliti meungkindilatarbelakangi oleh beberapa hal yang secaratidak langsung telah disajikan dalam empatbutir pembahasan di atas. Secara garis besarfaktor yang melatarbelakangi perilaku verbalwanita dalam berinteraksi sosial di pusatperbelanjaan dapat disajikan sebagaiberikut.

Perilaku verbal wanita pada tataranfonologi dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan yang diteliti dilatarbelakangi olehfaktor latar kebudayaan (Jawa pada umumnya),alat artikulasi, dan lokasi atau settingkomunikasi. Faktor kebudayaan terkait dengankekhasan wanita yang cenderung berperilakulemah lembut, santun, kesadaran status sosialyang tinggi, dan semua itu memiliki nilaipragmatis. Faktor alilt artikulasi wanitacenderung menghasilkan suara yang lebihtinggi (bila dibanding dengan alat artikulasipria) sehingga terkesan volumenya keras.Tempatdi memberikanpeluang untuk berbicaradengan volume yang lebih keras daripadasuasana yang normal terutama pada saatsuasana ramai, seperti di arena permainanelektronik. Suasana keformalan jugamempengaruhi volume suara yangdimunculkan oleh partisipan komunikasi.Volume suara yang terlalu keras saat berbicaradalam suasana formal dipandang sebagaibentuk tuturan yang kurang sopan. Faktorkepcntingan juga mempengaruhi valume danpanjang pendek serta kecepatan tuturan. Untukkeperluan yang sifatnya "rahasia" atau privasi

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zamzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 12: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

78

cenderung dilafalkan dengan volume yanglemah, diusahakan tidak dapat didengan olehorang yang yang tidak terlibat dalam interaksi.Pemanjangan lafal kata-kata tertantudilatarbelakangi oleh keinginan untuk bersikatsantun, atau mengekspresikan kemanjaan.

Perilaku verbal wanita pada tatarankosa kata dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan yang diteliti dilatarbelakangi olehkehendak penutur untuk berlaku sopan danmenghormat pada mitra komunikasi. Pilihankata yang digunakan menggambarkan sikappenutur pada mitra tutumya. Oleh karena itu,dapat dipahami bila kosa kata yang dikenakanpada mitra tutur dan sapaan yang digunakanbentuk hormat. Selain itu, digu-nakannya kosakata Jawa yang dominan dalam interaksi dandan kosa kat a bahasa Indonesia

dilatarbelakangi oleh komunitas penutumya.Penutur di pusat perbelanjaan memang relatifheterogen, tetapi penutur yang berlatar etnisJawa tetap dominan. Oleh karena itu, faktorheterogenitas komunitas interaksi memlikiandil yang paling besar dalam penentuanpilihan kosa kat a dan bahasa yangdipergunakannya.

Kecenderungan perilaku verbal wanitadengan menghilangkan atau tidak mengu-capkan bagian tertentu dari suatu tuturandilatarbelakangi oleh konteks yang telah men-dukungnya. Bagian yang dihilangkan tersebuttelah dipahami dan menjadi "milik bersama"partisipan komunikasi. Hal ini merupakan halyang lazim dalam peristiwa interaksi lisan.Kontraksi kata dimunculkan oleh penutur didalam interaksi sosial dilatarbelakangi olehtingkat keformalan interaksi, dan situasai "hati"tergesa-gesa atau tidak. Sementara itu,pemunculan kata sapaan yang cenderungberada pada bagian akhir bagian tuturanmungkin dilatarbelakangi oleh faktor nilaikesopanan, dan ini merupakan kekhasan struk-tur verbal wanita dalam interaksi sosialdi pusatperbelanjaan yang diteliti.

Perilaku verbal wanita dalam interaksi

sosial di pusat perbelanjaan secara pragmatikdilatarbelakangi oleh kehendak untukmenyampaikan sesuatu secara tidak langsung,

DIKSI Vol. : 14. No.1 Januari 2007

secara tersembunyi, berimplikatur, termasuk didalamnya memberikan indikator status sosialdiri dan mitra interaksinya. Hal itu agaknyasejalan dengan kebudayaan Jawa yangtermasuk ke dalam kebudayaan konteks tinggi(hight context culture). Bahkan, bentukimplikatur yang dimunculkan dalam interaksidapat digunakan untuk memberfikan informasipada orang ketiga yang tidak terlibat didalamnya.

c. PENUTUP

Perilaku verbal wanita pada tataranfonologi dalam interaksi sosial di lima pusatperbelanjaan Daerah Istimewa Yogyakartadapat dikategorikan menjadi tiga kelompokberdasarkan kriteria kepanjangan (length),irama, nada sebagai gambaran dialek, danvolume suara. Pertama, lafal yang cenderungterjadi pemanjangan bila dibanding denganpelafalan yang nonnal terjadi pada SPG saatmenawarkan dagangannya pada pengunjung(pembeli). Kedua, irama, nada sebagaigambaran dialek yang dominan berupa variasiBetawi, dan Jawa. Ketiga, volume suaracenderung berganti-ganti, kadang keras ataulemah. Selain itu, kecepatan pelafalan jugabervariasi ada yang cepatdan ada yang lambat.

Penggunaan kosa kata dalam perilakuverbal wanita dalam interaksi sosial di pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang ditelitikosa kata bahasa Jawa dan Indonesia. Kosa kata

bahasa Jawa banyak digunakan terutama terjadipada saat tanggal-tanggal "tua", jauh dari hari"gajian", dengan pengunjung bukan "pegawai"sedikit yang menggunakan kosa kata bahasaIndonesia, tetapi pada tanggal "muda" terjadikebalikan, lebih banyak digunakan bahasaIndonesia, atau setidaknya berimbang antarabahasa Jawa dan Indonesia.

Penggunaan struktur dalam perilakuverbal wanita dalam interaksi sosial dipusatperbelanjaan dapat disebutkan sebagai berikut.Pertama, penghilangan (delisi) bagian tuturanyang tertentu yang dianggap telah dipahamioleh partisipan komunikasi. Kedua, kontraksikata terjadi pada pembiacara yang sudah salingmengenal dan akrab. Ketiga, pemunculan

Page 13: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

sapaan cenderung muncul pada akhir setiappenggalan tuturan, terutama dimunculkan oleh"penjual" pada pengunjung ataupembeli.

Perilaku verbal wanita pada tataranpragmatik dalam interaksi sosial di lima pusatperbelanjaan Daerah Istimewa yang ditelitidapat dikelompokkan sebagai berikut. Pertama,bentuk tuturan pertanyaan sebenamya secarapragmatik memiliki makna meminta ataumemerintah, bentuk pemyataan dapat memilikimakna meminta atau menyuruh. Kedua,bertutur kepada seseorang dapat berfungsisebagai infor-masi bagi orang lain (orangketiga). Ketiga, bentuk implikatur cenderungdigunakan untuk mengindikatorkan statussosial diri dan mitra interaksinya.

Perilaku verbal wanita dalam interaksi

sosial di pusat perbelanjaan yang ditelitidilatarbelakangi oleh faktor latar kebudayaan,usia, dan lokasi atau setting komunikasi. Faktorkebudayaan terkait dengan kekhasan wanita(terutama Jawa) yang cenderung berperilakulemah lembut, santun, dan semua itu memilikinilai pragmatis. Sebaliknya, dialek Betawicenderung dilatarbelakangi oleh usia/pendi-dikan, karena lafal ini digunakan oleh wanitaremaja dan anak-anak, sedikit sekali yangdimunculkan oleh wanita pada usia di atasnya.Pemanjangan lafal terjadi pada wanita SPGdalam upaya mempengaruhi pembeli.Demikian juga, pelambatan lafal danmengecilnya volume terjadi saat "penjual"berkomunikasi dengan pembeli yangkemungkinannya dianggap lebih santun dansuasana lebih formal karena tingkat hubunganyang belum akrab, serta suara berbisik-bisikterjadi antara pembeli dengan pembeli(keluarga) saat menentukan atau memutuskansesuatu, dan "penjual" dengan "penjual" saatberbicara yang agak rahasia atau sekedar"mengobrol".

Kehendak penutur untuk berlaku sopandan menghormat pada mitra komunikasimelatarbelakangi pada pilihan kosa kata yangdigunakan para wan ita, serta untukmenggambarkan sikap penutur pada mitratutumya ataupada orangketiga.

79

Kecenderungan perilaku verbal wanitaJawa menghilangkan atau tidak me-ngucapkanbagian tertentu dari suatu tutu randilatarbelakangi oleh konteks yang telahmendukungnya, terutama bahasa lisannonformal. Bagian yang dihilangkan tersebuttelah dipahami dan menjadi "milik bersama"partisipan komunikasi. Hal ini merupakan halyang lazim dalam peristiwa interaksi lisan.Pemunculan bentuk kontraksi dilatarbelakangioleh tingkat keformalan, sedangkanpemunculan kata sapaan yang cenderungberada pada bagian akhir bagian tuturanmungkin dilatarbelakangi oleh faktor nilaikesopanan.

Perilaku verbal wanita dalam interaksi

sosial di pusat perbelanjaan secara pragmatikdilatarbelakangi oleh kehendak untukmenyampaikan sesuatu secara tidak langsung,secara tersembunyi, berimplikatur. Hal ituagaknya sejalan dengan kebudayaanmasyarakat Timur yang termasuk ke dalamkebudayaan konteks tinggi (hight contextculture). Selain itu, bagi "penjual" perilakuberimplikatur itu diharapkan pem-beli tidakmerasa dipaksa untuk membeli dagangan yangditawarkan.

DAFTAR PUS TAKA

Chambers, J.K. & Trudgill, Peter. 1990.Dialektologi. (Terj. Annuar Ayub).Kuala Lumpur: Dewan Bahasa danPustaka, Kementerian PendidikanMalaysia.

Edward, John. 1995. Multilingualism. NewYork:Penguin Books.

Fasold, Ralph. 1990. The Sociolinguistics ofLanguage. Cambridge: BasilBlackwell.

Fishman, Joshua A. 1972. The Sociology ofLanguage: An Interdisciplinary SocialScience Approach to Language inSociety. Massachusetts: NewburyHouse Publishers.

Hall. Kira & Bucholtz (ed.) 1995. ArticulatedGender: Language and The Socially

Perilaku VerbalWanita Dalam (Zamzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Yayuk Eny Rahayu)

Page 14: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda

80

Contructed Self New York:Routledge.

Holmes, Janet. 1995. An Introduction toSociolinguistics. London: Longman.

Labov, William. 2001. Principles of LinguisticChange ( Volume 2: Social Factors).Masschusetts: Blackwell Publisher.

Miles, Matthew B. & Humerman, A. Michael.1992. Analisis Data Kualitatif: BukuSumber tentang Metode-metode Baru.Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.

Moeloeng, Lexy J. 1995. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja Ros-dakarya.

Muhadjir, Noeng. 1991.Metodologi PenelitianKualitatif. Yogyakarta:Rake Sarakin.

Nurkamto, Joko. 2001. "Berbahasa dalamBudaya Konteks Rendah dan BudayaKonteks Tinggi" dalam LinguistikIndonesia: Jurnal Ilmiah MasyarakatLinguistik Indonesia Tahun 19 Nomor2. Jakarta: MLI dan Yayasan OborIndonesia.

Poedjosoedarma, Soepomo. 2001. FilsafatBahasa. Surakarta: MuhammadiyahUniversity Press.

Poedjosoedarma, Soepomo dkk. 1979. TingkatTutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan PengembanganBahasa, Depdikbud.

DIKSI Vol. : 14. No.1 Januari 2007

Spradley, James. 1980. ParticipantObservation. Chicago: Holt, Rinehartand Winston, Inc.

Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 1990.Basicsof Qualitative Research: GroundedTheory Prosedures ang Techniques.London: SAGE Publication,International Educational andProfessional Publisher.

Trudgill, Peter. 1984. Applied Linguistics.London:Academic Press, Inc.. 1984. On Dialect: Social and

Geographical Perspective. New York:Basil Blackwell

Wadhaugh, Ronald. 1988. An Introduction toSociolinguistics. New York: BasilBlackwell.

Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Prihadi.2004. Perilaku Verbal Wanita Jawadalam Interaksi Sosial di PasarTradisional di DIY.Yogyakarata:Laporan Penelitian.

Zarnzani, Tadkiroatun Musfiroh, dan Prihadi.2005. "Perilaku Verbal Wanita Jawadalam Interaksi Sosial di Pasar

Tradisional di DIY" dalam KajianLingusitik dan Sastra. Volume 17.Surakarta: FKIP Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Page 15: PERILAKU VERBAL WANITA DALAM INTERAKSI SOSIAL · PDF fileBerikut ini disajikan salah contoh interaksi sosial yang di dalamnya terjadi pemanjangan lafal pada kata-kata tertentu. (Tanda