12
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK – SUMATERA BARAT Oleh: Arif Munandar., Edi Suhanto., Dedi Kusnadi.,Alanda Idral, Muhamad Solaviah SUBDIT . PANAS BUMI ABSTRACT The stratigphy units of the Talang geothermal area consist of Quaternary volcanic rocks, and Pre-Tertiary rocks. These include the metamorphic rocks, which are distributed in southwest and northeast as basement rock (Pre-Tertiary) that is unconformably covered by Old volcanic product, and Bk. Kili intrusive rocks. Furthermore, the Bk. Bakar volcanic rocks are covered by D. Talang volcanic rocks. The youngest volcanic rocks are Batino, and Jantan products, which consist of pyroclastic and lava flow (4200 ± 100 B.P or Upper Quaternary). The secondary deposits are lahar as surficial deposits rocks. The geological structures dominantly comprise NW – SE trending normal faults. These structures likely control appearances of manifestations in the study area, and also the crater structures as eruption points. The Geothermal features consist of hot springs, fumaroles/solfataras, steaming ground, and altered rocks. Type of hot spring water is dominantly bicarbonate with neutral pH, and also suphate types (acid and neutral pH). Based on silica (SiO 2 ) and gas geothermometry, the temperature of reservoir is suggested ranging from 160 to 219°C. Based on resistivity method, the prospect areas are about 4 km 2 and 8 km 2 for Talang and Cupak prospect area respectively, which give the geothermal energy resources estimation of about 36 – 37 Mwe for Talang geothermal prospect, and 81 – 83 Mwe for Cupak geothermal prospect. SARI Satuan stratigrafi daerah panas bumi Talang disusun oleh batuan vulkanik kuarter, dan batuan pre-tersier.Batuan tertua yang dianggap sebagai batuan dasar (basement rock) di daerah penyelidikan adalah batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier, yang di ditutupi secara tidak selaras oleh batuan produk Vulkanik Tua. Selanjutnya dijumpai Satuan Batuan produk Bk. Kili (batuan intrusi), Bk. Bakar, Batuan Vulkanik D. Talang, G. Batino, dan G. Jantan, yang merupakan kerucut termuda (4200 ± 100 B.P or Upper Quartenary). Satuan endapan permukaan berupa lahar merupakan satuan batuan termuda yang ada di daerah penyelidikan. Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan umumnya berjenis sesar normal yang berarah baratlaut – tenggara yang merupakan bagian dalam sistem sesar besar Sumatera (Semangko Fault) dan struktur-struktur kawah sebagai pusat erupsi. Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri atas mata air panas, lapangan fumarola/solfatara, steaming ground, batuan teralterasi, dan letusan freatik. Klasifikasi tipe air panas terdiri dari tipe air panas sulfat asam, sulfat netral dan bikarbonat. Berdasarkan perhitungan suhu geotermometri T silika (SiO 2 ) = 160°C dan geotermometri gas = 219°C. Luas prospek sistem G. Talang diperkirakan dari luas tahanan jenis rendah minimal 4 km 2 , sedangkan luas prospek Cupak minimal 8 km 2 . Nilai potensi energi yang dihitung dengan metode volumetrik menghasilkan daya listrik berkisar antara 36 – 37 MWe untuk prospek Batu Berjanjang dan pada kelompok Cupak didapat potensi energi antara 81 – 83 MWe. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-1

Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

  • Upload
    dinhque

  • View
    235

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK – SUMATERA BARAT

Oleh:

Arif Munandar., Edi Suhanto., Dedi Kusnadi.,Alanda Idral, Muhamad Solaviah SUBDIT . PANAS BUMI

ABSTRACT The stratigphy units of the Talang geothermal area consist of Quaternary volcanic rocks, and

Pre-Tertiary rocks. These include the metamorphic rocks, which are distributed in southwest and northeast as basement rock (Pre-Tertiary) that is unconformably covered by Old volcanic product, and Bk. Kili intrusive rocks. Furthermore, the Bk. Bakar volcanic rocks are covered by D. Talang volcanic rocks. The youngest volcanic rocks are Batino, and Jantan products, which consist of pyroclastic and lava flow (4200 ± 100 B.P or Upper Quaternary). The secondary deposits are lahar as surficial deposits rocks. The geological structures dominantly comprise NW – SE trending normal faults. These structures likely control appearances of manifestations in the study area, and also the crater structures as eruption points. The Geothermal features consist of hot springs, fumaroles/solfataras, steaming ground, and altered rocks. Type of hot spring water is dominantly bicarbonate with neutral pH, and also suphate types (acid and neutral pH). Based on silica (SiO2) and gas geothermometry, the temperature of reservoir is suggested ranging from 160 to 219°C. Based on resistivity method, the prospect areas are about 4 km2 and 8 km2 for Talang and Cupak prospect area respectively, which give the geothermal energy resources estimation of about 36 – 37 Mwe for Talang geothermal prospect, and 81 – 83 Mwe for Cupak geothermal prospect.

SARI

Satuan stratigrafi daerah panas bumi Talang disusun oleh batuan vulkanik kuarter, dan batuan pre-tersier.Batuan tertua yang dianggap sebagai batuan dasar (basement rock) di daerah penyelidikan adalah batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier, yang di ditutupi secara tidak selaras oleh batuan produk Vulkanik Tua. Selanjutnya dijumpai Satuan Batuan produk Bk. Kili (batuan intrusi), Bk. Bakar, Batuan Vulkanik D. Talang, G. Batino, dan G. Jantan, yang merupakan kerucut termuda (4200 ± 100 B.P or Upper Quartenary). Satuan endapan permukaan berupa lahar merupakan satuan batuan termuda yang ada di daerah penyelidikan. Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan umumnya berjenis sesar normal yang berarah baratlaut – tenggara yang merupakan bagian dalam sistem sesar besar Sumatera (Semangko Fault) dan struktur-struktur kawah sebagai pusat erupsi. Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri atas mata air panas, lapangan fumarola/solfatara, steaming ground, batuan teralterasi, dan letusan freatik. Klasifikasi tipe air panas terdiri dari tipe air panas sulfat asam, sulfat netral dan bikarbonat. Berdasarkan perhitungan suhu geotermometri T silika (SiO2) = 160°C dan geotermometri gas = 219°C. Luas prospek sistem G. Talang diperkirakan dari luas tahanan jenis rendah minimal 4 km2, sedangkan luas prospek Cupak minimal 8 km2. Nilai potensi energi yang dihitung dengan metode volumetrik menghasilkan daya listrik berkisar antara 36 – 37 MWe untuk prospek Batu Berjanjang dan pada kelompok Cupak didapat potensi energi antara 81 – 83 MWe.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-1

Page 2: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

1. PENDAHULUAN Kebutuhan energi dimasa

mendatang akan semakin meningkat, sedangkan cadangan sumberdaya energi terutama minyak bumi semakin menipis. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai diversifikasi enrgi sebagai langkah dalam mengantisipasi krisis energi dimasa mendatang.

Energi panas bumi merupakan salah satu sumberdaya energi yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, yang potensinya sangat besar dan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia, serta mempunyai sifat yang ramah lingkungan/sedikit polusi dibanding dengan sumberdaya energi lainnya.

Salah satu upaya mendukung kebijakan di atas, maka pada tahun anggaran 2003 Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi melakukan penyelidikan terpadu yang meliputi beberapa disiplin ilmu kebumian, seperti; geologi, geokimia, dan geofisika di daerah panas bumi G. Talang, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh staf Subdit Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Dasar pertimbangan pemilihan lokasi panas bumi G. Talang adalah adanya pemunculan mata air panas, steaming ground, hidrothermal eruption, dan batuan alterasi, serta hasil dari penyelidikan terdahulu yang menunjukkan keberadaan sistem panas bumi di daerah tersebut.

Secara administratif, daerah panas bumi G.Talang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat, pada posisi geografis terletak antara 100°35′30″ - 100°44′30″ Bujur Timur dan 0°52′00″ - 0°59′05″ Lintang Selatan (Gambar 1).

2. HASIL PENYELIDIKAN

2.1. Geologi 2.1.1. Geologi Daerah Penyelidikan

Tatanan geologi di daerah penyelidikan didominasi oleh gejala-

gejala tektonik berupa busur magma dan sistem sesar Sumatera. Keduanya merupakan gejala tektonik utama yang bersifat regional, membujur sepanjang 1650 Km dari Aceh sampai ke teluk Semangko, dikenal sebagai sesar Semangko yang masih aktif.

Batuan tertua yang dianggap sebagai batuan dasar (basement rock) di daerah penyelidikan dijumpai di bagian baratdaya (Bk. Putus) dan timurlaut (Bk. Muncung), yang disusun oleh batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier. Selanjutnya secara tak selaras diendapkan batuan vulkanik tua yang terdiri dari aliran piroklastika dan aliran lava yang tak terpisahkan, tersebar di bagian barat dan timur daerah penyelidikan, berumur Quarter Bawah sampai Tersier Atas. Di bagian utara terdapat dua bukit, yaitu Bk. Kili Kecil dan Kili Gadang, bukit tersebut diperkirakan sebagai intrusi yang pemunculannya dipicu oleh keberadaan sesar normal Batu Barjanjang. Di sekitar Bk. Kili Gadang dan Kili Kecil tersebut terdapat pemunculan mata air panas bertemperatur 40 dan 49°C dengan pH = 7 (netral). Batuan produk Bk. Bakar tersebar di bagian timur daerah penyelidikan yang tersusun dari piroklastika dan lava andesitik, sebagian besar telah terlapukan sangat kuat. Di bagian tengah daerah penyelidikan terdapat Danau Talang, yang diduga sebagai bekas pusat erupsi masa lampau, hal ini diperkuat dengan dijumpainya batuan berstruktur kerak roti (bread cracks) di sekitar tepi danau tersebut dan batuan teralterasi. Pusat erupsi yang sekarang berupa danau kawah (crater lake) ini diperkirakan dipicu oleh keberadaan struktur sesar normal Danau Talang yang berarah baratlaut-tenggara. Kemudian muncul G. Batino yang diperkirakan sebagai bagian dari Gunungapi Talang tua (2450 m dpl). Gunungapi strato ini disususun oleh perselingan antara batuan piroklastika dan lava. Dijumpainya batuan piroklastika dengan penyebaran yang cukup luas di bagian utara, diduga merupakan hasil erupsi yang cukup kuat terjadi dalam sejarah letusanya, menyisakan dinding kaldera di bagian timur dan selatan kawah Batino. Produk termuda batuan vulkanik berasal dari G. Jantan yang merupakan kerucut termuda dari Gunungapi Talang (2600 m dpl). Satuan batuan produk Gunung Jantan tersebar di bagian utara, yang disusun oleh lava andesitik dan aliran piroklastika.

Berdasarkan hasil “Radiocarbon Dating” dari sampel “charcoal” di lokasi sekitar Tabe (TL-27) pada satuan piroklastika ini memberikan umur absolut 4200 ± 100 B.P (Kuarter Atas). Di bagian puncak G. Jantan terdapat kawah-kawah yang tidak aktif lagi.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-2

Page 3: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Aktivitas berupa hembusan fumarola/solfatara, steaming ground dan batuan alterasi terdapat di bagian atas tubuh G. Jantan, yaitu di sekitar Gabuo Atas, Gabuo Ilalang, dan Gabuo Bawah. Letusan freatik terakhir terjadi di Gabuo Atas pada September 2001. Selanjutnya endapan permukaan terdapat di bagian utara daerah penyelidikan yang umumnya berlereng relatif landai, dan sebagian di kaki baratlaut Gunung Batino. Penyusun batuan ini terdiri dari material vulkanik tua yang terombakan yang bersifat laharik, (Gambar 2).

2.1.2. Manifestasi Panas Bumi Pemunculan manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri atas mata air panas, lapangan fumarola/solfatara, steaming ground, batuan teralterasi, dan letusan freatik. • Mata Air Panas Mata air panas ini muncul di Batu Barjanjang, Bk. Gadang, Padang Damar, Garara, Sonsang, Buah Batuang serta di Bk. Kili Gadang dan Kili Kecil. Umumnya ber-pH netral, T = 40 - 53°C, kecuali di Gabuo Atas T = 94°C dan pH = 2, dengan debit antara 1 sampai 70 l/m. • Lapangan Fumarola/Solfatara Manifestasi ini berada di Gabuo Bawah, Gabuo Ilalang, dan Gabuo Atas, dengan ketinggian antara 1200 sampai 1900 m dpl., T = 80 hingga 96°C, hembusan lemah-cukupkuat, dengan kadar uap air cukup tinggi, tercium bau gas belerang. Di sekitarnya terdapat batuan ubahan hasil proses hidrotermal tersebut. • Letusan Freatik Letusan freatik ini terjadi pada 25 September 2001 di bagian atas tubuh Gunung Jantan (Gabuo Atas, 1840 m dpl.). Menyisakan lubang/kawah berukuran 1.5 x 1 m dengan kedalaman 0.5 m dan terdapat bualan air panas dengan T = 94°C, dan pH = 2. • Batuan Ubahan Hidrotermal Batuan ubahan tersebar di daerah Gabuao Atas, Gabuo Ilalang dan Gabuo Bawah, dengan luas penyebaran sekitar

200 x 800 m dan di sekitar mata air panas Padang Damar. Hasil analisis sebanyak 10 contoh batuan ubahan dengan meggunakan PIMA disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan kondisi temperatur sekarang di daerah Gabuo Atas, yaitu: 96°C maka kehadiran mineral illite diperkirakan merupakan sisa atau fosil yang terbentuk pada masa lampau (T=220 - 300°C). Mineral-mineral ubahan yang terdapat di Padang Damar terdiri atas monmorillonite, kaolinite dan gypsum. Adanya mineral dari kelompok sulfate yaitu gypsum (CaSO4.2H2O), dan juga hadirnya mineral kaolinite yang pembentukannya berasal dari fluida hidrotermal yang berkomposisi asam (pH=3-4) maka diperkirakan bahwa di lokasi tersebut pada masa lampau pernah terjadi aktivitas hembusan steam/fumarola yang menghasilkan batuan alterasi tersebut. Tipe ubahan di daerah penyelidikan adalah “argilic” sampai “advance argilic”.

• Sinter Karbonat Sinter karbonat dijumpai hampir di semua lokasi mata air panas, kecuali mata air panas Bukit Kili Gadang, Kili Kecil dan Gabuo Atas., dengan ketebalan bervariasi dari beberapa mm sampai 2 meteran. 2.1.3. Panas yang Hilang/Heat loss Pengukuran kehilangan panas/heat loss di lakukan di lokasi-lokasi pemunculan gejala kenampakan panas bumi seperti: mata air panas, kolam air panas, tanah panas. Hasil perhitungan “heat loss” di daerah penyelidikan sebesar 1.5 MW, angka ini merupakan angka minimal karena belum semua manifestasi yang ada dihitung. 2.3. Geokimia 2.3.1. Hasil Analisis Air dan Tipe Air Panas Hasil analisis kimia dari 8 sampel air panas dan tiga sampel air dingin tertera pada Tabel 2. Komposisi kimia dari mata air panas menurut diagram segi tiga Cl - SO4 -HCO3

(Gambar 4) dan Na-K-Mg (Gambar 5) terletak pada posisi sulfat dan bikarbonat dan termasuk “immature water”. Konsentrasi sulfat tinggi pada air panas Gabuo Atas di sebabkan oleh tingginya konsentrasi gas dalam uap pada temperatur tinggi (di permukaan 95 oC), kaya dengan gas-gas G.Api aktif Talang diantaranya H2S, bercampur dengan air meteorik dan terjadi reaksi oksidasi membentuk air terlarut sulfat yang bersifat asam (pH = 2.22). Sedangkan tipe air sulfat netral (pH = 8.26) di Buah Batuang, dimungkinkan terjadi karena masih adanya bocoran gas H2S ke lokasi tersebut, namun telah terjadi netralisasi air panas disebabkan tingginya konsentrasi kation terlarut dan tingginya debit air panas. Sedangkan tipe air bikarbonat Batu

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-3

Page 4: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Berjanjang, Sungai Jernih, Padang Damar, Sonsang, Garara dan air panas Bukit Kili Kecil diindikasikan oleh konsentrasi bikarbonat yang lebih tinggi. 2.3.2. Hasil Analisis Tanah dan Udara Tanah

Konsentrasi Hg tanah, bervariasi antara 45 ppb (di A8500) s.d. 6332 ppb (pada batuan teralterasi) pada nilai background adalah 1069 ppb. Nilai Hg yang cukup signifikan diindikasikan dengan nilai > 2500 ppb dan nilai antara 400- 2500 ppb yang terletak di sekitar Gabuo Atas, Gabuo Bawah, Buah Batuang sampai mendekati Batu Berjanjang. Luas anomali tinggi Hg ini diperkirakan 1,5 km2. Sedangkan nilai terendah kurang dari 150 ppb terletak di bagian tenggara daerah penyelidikan.

Konsentrasi CO2 tanah terendah 0,13 % (C9500) dan tertinggi 3 %. Nilai background diperoleh 1,41%. Nilai CO2 yang cukup signifikan diindikasikan oleh nilai > 1,5 % dan antara 1,0–1,5%, terletak di sekitar manifestasi Gabuo Atas, Gabuo Bawah, Buah Batuang sampai mendekati Batu Berjanjang. Luas anomali sebaran CO2 bernilai tinggi ini mencapai ± 3 km2. 2.3.3. Hasil Analisis Gas

Fumarola Gabuo Atas (T = 94,5oC) ditandai dengan adanya sublimasi belerang sedangkan fumarola Gabuo Bawah (T = 69 oC) tidak dijumpai sublimasi belerang. Komposisi gas yang terdeteksi pada Gabuo Atas ditunjukkan oleh konsentrasi CO2 (93,77%) dan H2S (2,66%) yang lebih tinggi daripada konsentrasi N2 (2,06%). Sedangkan pada Gabuo Bawah konsentrasi N2 (42,91%) sangat tinggi dan lebih tinggi daripada konsentrasi gas lainnya, seperti CO2(19,56%) dan H2S (0,44%). Ini mengindikasikan bahwa gas dari Gabuo Bawah sudah terkontaminasi oleh udara luar. Standart konsentrasi N2 dalam udara normal sekitar 78%.

2.3.4. Pendugaan Suhu Bawah Permukaan

Temperatur bawah permukaan di daerah penyelidikan G. Talang adalah 160oC (geotermometer SiO2) sebagai temperatur minimum dan 219oC (geotermometer gas) sebagai temperatur

maksimum, (Fournier, 1981 dan Giggenbach, 1988).

2.4. Geofisika 2.4.1. Geomagnetik

Pada peta anomali magnet total (Gambar 5) menunjukan adanya beberapa kelurusan anomali magnet dengan nilai rendah/tinggi yang berarah hampir baratlaut-tenggara yang ditafsirkan sebagai cerminan dari struktur patahan yang mempunyai hubungan erat dengan kenampakan manifestasi panas bumi. Hasil pengukuran magnet di daerah ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu daerah dengan nilai besaran anomali magnet tinggi dengan nilai > 50 gamma ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik sebagai batuan vulkanik terdiri dari bongkah andesit sampai lava. Daerah ini muncul di bagian tengah, utara dan barat laut. Daerah anomali magnet rendah dengan nilai 50 s/d -250 gamma, ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik terdiri dari batuan meta, piroklastika, menyebar di bagian barat dan baratlaut dan tenggara. Daerah dengan anomali magnet < -250 gamma, ditafsirkan sebagai batuan yang nonmagnetik ditafsirkan sebagai daerah ubahan kuat, terlihat di bagian selatan dan timurlaut daerah penyelidikan. 2.4.2. Gaya Berat

Dengan menggunakan densitas contoh batuan dan hasil estimasi Parasnis, maka perhitungan anomali Bouguer menggunakan densitas 2,61 g/cm3. a. Anomali Bouguer (densitas = 2,61 g/cm3)

Daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh anomali gaya berat negatif , yaitu mulai dari ujung barat daya sampai kearah timur laut, sedangkan anomali positif hanya terdapat dibagian ujung timurlaut daerah penyelidikan (Gambar 6).

Anomali negatif tinggi yang mendominasi bagian tengah daerah penyelidikan kompleks mata air panas (MAP) Cupak (Padang Damar - Songsang) sampai MAP Batu Berjanjang diperkirakan berkaitan dengan struktur sesar dan zona hancuran, dan berkaitan dengan daerah/zona ubahan. Nilai anomali negatif sedang yang terdapat dibagian baratdaya dan agak ke timur laut daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan zona sesar yang terdapat di daerah tsb. Daerah anomali negatif rendah di baratdaya ditempati oleh batuan vulkanik tua (andesit dan breksi tufa), lava andesit dari gunungapi Batino dan fragment breksi dari endapan sekunder.

Anomali positif yang terdapat di bagian timur laut daerah penyelidikan didominasi oleh batuan metamorfik (filit).

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-4

Page 5: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

b. Struktur gaya berat Pola lineasi dari ketiga anomali

Bouguer, sisa dan regional memperlihatkan pola liniasi berarah baratlaut-tenggara, yang disertai dengan pembelokan dan pengkutuban anomali (posistif dan negatif), mencerminkan arah utama struktur sesar di daerah penyelidikan berarah baratlaut – tenggara searah dengan sesar Sumatra. Diperkirakan sistem sesar di daerah G. Talang/penyelidikan merupakan “segmen sistem sesar besar Sumatra yang bergerak mendatar”. Sedangkan lekuk-lekuk terban (pembelokan anomali) dan pengukutuban anomali diperkirakan disebabkan oleh sesar merencong yang diremajakan kembali sekitar akhir tersier(?) dengan arah timurlaut-baratdaya. 2.4.3. Geolistrik dan Head-on

a. Peta tahanan jenis semu AB/2 = 500 m

Sebaran tahanan jenis semu secara umum masih memiliki pola dimana nilai tahanan jenis relatif tinggi di selatan dan merendah ke utara (Gambar 7). Luas anomali Batu Berjanjang masih relatif sama namun nilai tahanan jenis di B-2900 lebih rendah yaitu 15 Ωm. Yang terlihat menonjol adalah kemunculan anomali rendah lainnya di tenggaranya dan memiliki luas yang lebih lebar serta konsetrik ke titik C-2000 di sekitar Air Sirah - Kaladi. Nilai tahanan jenis terendah adalah 34 Ωm di C-2000. Dengan mempertimbangkan bahwa kedua anomali rendah ini berkaitan dengan proses hidrotermal yang sama dari G. Talang, maka kedua anomali ini dikelompokkan menjadi anomali G. Talang. Namun demikian, anomali G. Talang ini masih belum terlihat kecenderungan meluas ke arah barat, yakni ke arah kompleks manifestasi panas bumi G. Talang (di Buah Batuang dan Gabuo). Anomali Cupak yang di utara, nilai tahanan jenis terendah di titik A-10500 dan A-11000 masing-masing 18 Ωm dan 20 Ωm. b. Peta tahanan jenis semu AB/2 = 1000 m

Pola umum sebaran tahanan jenisnya masih sama seperti pada peta

AB/2 = 500m (Gambar 8). Anomali G. Talang pada peta ini memiliki pola yang mirip dengan anomali pada peta AB/2 = 500 m. Nilai tahanan jenis terendah adalah 15 Ωm di titik B-2000. Pola anomali Cupak relatif sama, namun nilai tahanan jenis relatif mengecil sehingga sebaran anomali relatif melebar terutama ke arah barat dan timur. c. Penampang Tahanan Jenis Sebenarnya

Pemodelan tahanan jenis pada lintasan B dibuat dengan menggunakan empat data sounding di titik B-2000, B-2900, B-4500, dan B-6000 dan dibantu dengan data mapping lainnya (Gambar 9). Secara umum, struktur tahanan jenis dibagi menjadi dua kelompok: kelompok di dalam anomali G. Talang dan di luar anomali . Kelompok anomali G. Talang secara umum menunjukkan tiga lapisan tahanan jenis: lapisan pertama adalah lapisan resistif dengan nilai tahanan jenis > 1000 Ωm dan ketebalan berkisar antara 50 – 200 m. Lapisan resistif ini diinterpretasikan berkorelasi dengan batuan vulkanik (piroklastik dan bongkah lava) yang masih segar. Lapisan kedua adalah lapisan konduktif dengan nilai tahanan jenis berdegradasi dari 12 s.d. 30 Ωm, berarah baratlaut dengan ketebalan berkisar antara 500 – 1000 m.

d. Struktur head-on Lapisan konduktif diinterpretasikan

berkorelasi dengan batuan vulkanik terubah argilik dan berfungsi sebagai batuan penudung bagi sistem panas G. Talang. Lapisan ketiga adalah basemen tahanan jenis bernilai sekitar 60 Ωm dan diinterpretasikan sebagai berkorelasi dengan batuan vulkanik yang terubah propilitik yang merupakan batuan reservoar. Sementara kelompok kedua adalah kelompok di luar reservoar yang secara umum memiliki struktur dua lapisan tahanan jenis resistif: lapisan resisitif pertama bernilai >1000 Ωm dengan ketebalan sampai 250 m dan berkorelasi dengan batuan piroklastik dan bongkah lava yang masih segar, dan lapisan resistif kedua bernilai 150 – 200 Ωm yang berkorelasi dengan batuan piroklastik yang sedikit terubah/ terpengaruh oleh fluida panas bumi.

Pengukuran head-on dilakukan pada Lintasan-X dengan panjang lintasan pengukuran 2000 m, jarak titik ukur 100 m, arah lintasan baratdaya – timurlaut. Hasilnya (Gambar 10) menunjukkan sebaran titik-titik potong tidak jelas membentuk kelurusan-kelurusan yang mengarah pada pola struktur tegas, namun cenderung membatasi zona tahanan jenis semu rendah (< 30 Ωm) di sekitar mata air panas Batu Berjanjang.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-5

Page 6: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

2.5 Model Tentatif Panas Bumi

Berdasarkan hasil penyelidikan terpadu dapat dibuat suatu model tentatif sistem panas bumi di daerah G. Talang tersebut (Gambar 11). Secara umum, model tentatif ini memuat dua buah sistem panas bumi yaitu sistem panas bumi G. Talang dan sistem panas bumi Bukit Kili - Cupak.

a. Potensi Energi

Berdasarkan perhitungan suhu geotermometri T silika (SiO2) = 160°C dan geotermometri gas = 219°C, luas areal prospek (A) dari penyebaran anomali tahanan jenis rendah kelompok G.Talang sekitar 4 km2 dan kelompok Cupak sekitar 9 km2, dan dengan formula :

Q = 0.2317 x A x (Tag – Tcut-off),

maka estimasi potensi energi pada kelompok G.Talang berkisar antara 36 – 37 MWe, dan kelompok Cupak didapat potensi energi sebesar 81 – 83 Mwe yang cukup besar bila dikembangkan sebagai energi pembangkit listrik, dan dapat dimanfaatkan secara langsung (‘direct used’) guna sterilisasi lahan pertanian dan pengeringan hasil pertanian/perkebunan.

3. KESIMPULAN - Terdapat dua daerah prospek panas

bumi, yaitu; daerah prospek panas bumi G. Talang dan daerah prospek Bk. Kili

- Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan umumnya berjenis sesar normal yang berarah baratlaut – tenggara yang merupakan bagian dalam sistem sesar besar Sumatera

(Semangko) dan struktur kawah sebagai pusat erupsi

- Sesar normal Batu Berjanjang merupakan struktur yang mengontrol pemunculan mata air panas, dengan temperatur 40 - 55°C dan pH netral yang diinterpretasikan sebagai ‘out flow’

- Klasifikasi tipe air panas terdiri dari tipe air panas sulfat asam, sulfat netral dan bikarbonat.

- Pola lineasi gaya berat memperlihatkan pola struktur berarah baratlaut - tenggara

- Hasil magnet menunjukkan adanya kelurusan anomali magnet yang berkorelasi dengan pola aliran sungai dan anak sungai atau alur yang terdapat di daerah penyelidikan yang diduga mencerminkan keberadaan sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara dan hampir utara-selatan.

- Anomali tahanan jenis semu mengindikasikan adanya dua sistem panas bumi di daerah survei: sistem G. Talang dan sistem Bt. Kili – Cupak

- Luas prospek sistem G. Talang diperkirakan dari luas tahanan jenis rendah sekitar 4 km2, dan 8 km2, untuk daerah Talang, dan Cupak dengan potensi berkisar antara 36 – 37 MWe, dan 81 – 83 MWe.

DAFTAR PUSTAKA Fournier, R.O., 1981, “Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and reservoir Engineering, Geothermal System: Principles and Case Histories”. New York: John Willey & Sons Giggenbach, W.F. 1988. “Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg-Ca, Geo-Indicators. Geochemica Acta No. 52. pp.2749 – 2765 Nikmatul Akbar dkk., 1972, “Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi di Gunung Talang, Sumatera Barat”, Direktorat Vulkanologi Silitonga dkk., 1995, “Peta Geologi Lembar Solok, Skala 1:250.000”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung Telford, W.D et. al. 1982. “Applied Geophysics.”, Cambridge: Cambridge Universty Press.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-6

Page 7: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Gambar 1: Peta lokasi daerah penyelidikan.

Gambar 2. Peta geologi daerah penyelidikan panas bumi G. Talang, Kab. Solok,

Sumatera Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-7

Page 8: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

S t e a m h e a t e d w a t e r s

Ma

t ur e w

at e

r s

Ph

er i p

he

r al w

at e

r s

Vo

l ca

ni c

wa

t er s

4020

20

40

60

60

80

80

C l

S O4

H C O3

Gambar 3.: Diagram segi tiga air panas Cl – HCO3 – SO4, daerah panas bumi G. Talang

Im m a tu re w aters

P artia l equ ilib rium

Fu ll equ ilib rium

K /1 00

R O C K

N a /10 00

% N a K

% M g20

20

40

40

60

60

220 °

we ir box

160 ° 100 °

80

80

M g

T KnT Km

Gambar 4.: Diagram segi tiga kandungan relatif Na-K-Mg, daerah panas bumi G. Talang

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-8

Page 9: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Gambar 5. Peta anomali magnetik total, daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat

Gambar 6. Peta anomali Bouguer densitas 2,61 g/cm3, daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-9

Page 10: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Gambar 7. Peta tahanan jenis semu AB/2 = 500 m, daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat

Gambar 8. Peta tahanan jenis semu AB/2 = 1000 m, daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok,

Sumatera Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-10

Page 11: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Gambar 9. Struktur tahanan jenis Lintasan B, daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok,

Sumatera Barat

Gambar 10. Penampang tahanan jenis semu dan struktur Head-on, Lintasan X, daerah panas bumi G. Talang,

Kab. Solok, Sumatera Barat

Gambar 11. Model tentatif panas bumi daerah G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-11

Page 12: Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Talang

Tabel 1.: Geotermometer mineral batuan ubahan.

Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 32-12

MINERAL 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300

Opal

Na-alunite

Halloysite

Kaolinite

Gypsum

Illite

Montmorillonite

TEMPERATUR (°C)

Tabel 2.: Hasil analisis air panas dan air dingin di daerah panas bumi G. Talang, Kab. Solok

KodeConto APGA APBBT APBB APSJ APPD APSS APGR APBKK ADDB ADST ADSJ X (m) 687974 688780 689138 687014 685105 684627 684890 684241 690969 690884 685450Y (m) 9893190 9893416 9894855 9898573 9901498 9902526 9902005 9906037 9888957 9892615 9898150

Elevasi (m) 1790 1400 1348 862 614 532 575 433 1470 1392 862 T(oC) 95.0 47.8 56.8 43.1 55.5 39.6 53.7 50.0 23.1 19.0 27.0 PH 2.22 8.26 8.18 8.20 8.58 8.52 8.57 8.62 7.60 7.66 8.11 EC 4770 795 323 400 1214 1035 1184 1331 69 51 341 (�S/cm) SiO2(mg/L) 327.81 142.88 154.24 120.37 157.55 131.5 159.97 152.27 3.37 64.58 91.17 Al 36.64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Fe 20.11 0.97 0.03 0.04 0.22 0.03 0.28 1.24 0 0.01 0.03 Ca 134.4 78.72 34.56 40.32 72 67.2 80 96.5 6.5 6.72 32.64 Mg 46.08 32.26 11.52 17.28 43.2 37.44 28.8 54.72 3.46 0.46 16.13 Na 68.06 56.13 27.49 35.4 176 160 160 190 5.71 5.63 24.84 K 2.22 11.67 6.1 6.51 33.75 29.74 32.94 37.8 2 2.44 5.82 Li 0.05 0.08 0.04 0.06 0.31 0.27 0.3 0.49 0 0 0 As 0 0 0 0 0.1 0 0.2 0.1 0 0 0 NH4 7.99 0.67 0.67 0.77 1.3 2.14 0.74 1.58 0.19 0.19 0.65 B 5.04 0.83 0.36 0.43 2.34 2.27 2.12 3.17 0.07 0.25 0.36 F 4 1 0.5 1 1 1 1 0.5 0 0.5 0.5 Cl 10 32.66 10 16.33 106.5 71 97.98 198 2 3 20 SO4 1597 273.00 65.92 50.00 190.00 191.00 85.00 243.08 0 0 74.16 HCO3 0 132.13 141.4 215 383.63 373.2 463.6 417.24 51.88 34.59 120 CO3 0 11.4 0 0 63.84 50.16 34.2 27.36 0 0 0 meq cat 19.18 9.46 4.08 5.22 15.85 14.36 14.31 18.84 0.92 0.69 4.24 meq an. 33.76 9.21 4.00 5.08 15.43 13.82 13.32 18.42 0.91 0.68 4.10 IB -27.55 1.38 1.05 1.33 1.35 1.90 3.56 1.14 0.91 1.09 1.69

Keterangan: Gabuo Atas (APGA), Air Panas Buah Batuang (APBBT), Air Panas Batu Bajanjang (APBB), Air Panas Sungai Jernih (APSJ), Air Panas Padang Damar (APPD), Air Panas Sonsang (APSS), Air Panas Garara (APGR), Air Panas Bukit Kili Kecil (APBKK), Air Dingin Danau Dibawah (ADDB), Air Dingin Selayo Tanang (ADST), dan Air Dingin Sungai Jernih (ADSJ).