Upload
buithuan
View
222
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI PULU, KAB. DONGGALA-SULTENG
Oleh:
Bakrun, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman, Ario Mustang, Solaviah SUBDIT. PANAS BUMI
ABSTRACT
Geothermal manifestations are generally as hot springs (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana and Simoro) with temperature between 40-95oC and neutral pH (6,5-8,6). These thermal manifestations are located around Pulu and Pakuli villages. Group of hot springs in this area are generally of bicarbonate hot water type and some of them are as “immature waters” like Sibalaya, Walatana, Limba and Simoro, while Pulu, Mapane and Kabuliburo are in the “partial equilibrium”. The subsurface temperature is estimated about 179oC (SiO2 geothermometer conductive cooling), which could be categorized into “intermediate enthalpy”.The heat source is associated to an intrusion rock.
Hg soil value varies from 76 to 965 ppb with background value 506 ppb. CO2 soil air contents are between 0,16 – 2,20% with background value 1,07%, while Pakuli area have anomaly background value 412 ppb for Hg and 0,41% for CO2.
High gravity anomalies in the part of northeast are associated with scist rocks while in the northwest and south are with granitic rocks. Gravity lineaments in the west and east part are predicted to have correlation with the Rogo and Pandere fault, and the lineaments in the middle part have correlation with Palu fault.
High magnetic anomaly in the south part is predicted to have correlation with the intrusion of granite rocks that appear in the west part. High anomaly spots are predicted as reflections of magnetic rock fragments near the surface.
Low resistivity (<25 Ωm) consistently appears for electrode spacing (AB) changes, although the low area tends to be smaller as penetrating current going deeper, and undetected at AB/2=1000 meter.
There are two prospect areas: in the northeast part of Pulu hot springs with the prospect area is about 0,8 km2 and in the west of Pakuli hot spring with the prospect area is about 3,5 km2. These are supported by Hg soil and CO2 soil air data that have high values in both area. The two prospects are predicted as outflows of Pakuli geothermal system. The predicted potency from the two propect is about 58 MWe.
A head on structure along Line P is almost vertical around Pulu hot spring, however this structure is undetected along Line R. It is possible that the strucure, which is assumed as a fault structure, is shifting to the west as it is only found in a shallow depth at AB/2=200m along Line R. The depth of the prospect area is about 500 meter.
The geothermal prospect areas are presumably better developed for direct uses. However, small-scale electricity generation is also possible.
.
SARI
Manifestasi panas bumi pada umumnya berupa mata air panas seperti : (Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro) bertemperatur antara 40-95 °C dengan pH netral (6.5 – 8,6). Manifestasi termal ini terdapat di daerah Pulu, Pakuli dan sekitarnya. Sumber panas berasosiasi dengan batuan terobosan yang tidak muncul dipermukaan.Pada umumnya mata air panas di daerah ini termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat yang sebagian berupa “immature waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium” Estimasi temperatur bawah permukaan sekitar 180 o C(Geotermometer SiO2 conductive cooling ) yang dapat dimasukan ke dalam “ intermediate enthalphy”.
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-1
Kandungan Hg dalam tanah bervariasi antara 76 - 965 ppb dengan nilai background anomali 506 ppb di daerah Pulu. Sementara itu kandungan CO2 dalam udara tanah berkisar antara 0.16 – 2.20 % (v/v), dengan nilai background anomali 1.07 % (v/v). Sedangkan daerah Pakuli dengan nilai background anomali 412 ppb untuk kandungan Hg dalam tanah dan 0,41 % (v/v) untuk CO2 dalam udara tanah.
Anomali-anomali positip tinggi hasil penyelidikan gayaberat di bagian timurlaut berasosiasi dengan batuan sekis sedangkan yang di bagian baratlaut dan selatan akibat batuan granit. Struktur/sesar di bagian barat dan timur diduga berhubungan berturut-turut dengan sesar Rogo dan Pandere, yang di bagian tengah dengan sesar Palu. Hal ini ditunjang oleh spot-spot anomali tinggi di sepanjang jalur sesar, yang diperkirakan sebagai cerminan dari fragmen batuan bersifat magnetik dekat permukaan.
Tahanan jenis rendah <25 Ωm secara konsisten ada disetiap bentangan AB/2, walaupun semakin dalam luasnya cenderung makin mengecil dan pada AB/2=1000 meter tidak terdapat tahanan jenis rendah. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan sebelah barat airpanas Pakuli di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2, hal ini ditunjang anomali Hg tanah dan CO2 udara tanah yang mempunyai nilai tinggi di kedua daerah tersebut, diduga berupa outflow dari airpanas Pakuli. Potensi cadangan terduga dari dua kelompok mata airpanas tersebut adalah sebesar 58 MWe.
Strukrur hasil pengukuran head on pada lintasan P, mempunyai kemiringan hampir tegak lurus terdapat di sekitar airpanas Pulu, pada lintasan R struktur tersebut tidak menerus, kemungkinan sesar tersebut bergeser ke arah barat, hanya ditemukan pada kedalaman dangkal pada bentangan AB/2=200 meter. Kedalaman daerah prospek kurang lebih 500 meter. Panas bumi di daerah ini dapat dikembangkan untuk penggunaan langsung, maupun tidak langsung terutama untuk wisata dan pengeringan.. 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyelidikan Untuk memenuhi kebutuhan energi daerah kabupaten Donggala khususnya dan Sulawesi Tengah pada umumnya, masih harus dipasok bahan bakar dari daerah lain, karena daerah ini tidak memiliki sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara, sehingga subsidinya menjadi lebih mahal. Untuk mencukupi kebutuhan energi yang semakin hari terus meningkat, daerah ini berupaya mencari sumber energi lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari data inventarisasi yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa daerah Donggala ini memiliki sumber panas bumiyangbesar; mungkin akan bisa dikembangkan sebagai energi alternatif dimasa mendatang. Sub Direktorat Panas Bumi telah melakukan penyelidikan secara terpadu yang merupakan salah satu kegiatan dari rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada triwulan 3 tahun anggaran 2003 yaitu : pemetaan geologi, geokimia dan geofisika pada daerah manifestasi panas bumi Pulu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 1.2 Maksud dan Tujuannya
Maksud penyelidikan ini adalah untuk memperoleh data yang lengkap dan terpadu yang mencakup aspek geologi, geokimia dan geofisika, daerah Pulu, Pakuli dan sekitarnya.
Tujuan dari penyelidikan terpadu ini adalah untuk mengetahui keadaan sistem, fluida dan potensi panas bumi di Daerah Panas Bumi Pulu berdasarkan kompilasi data dari beberapa metoda penyelidikan (geologi, geokimia dan geofisika). Hasil akhir yang diperoleh dari ketiga metoda tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan penyelidikan rinci berikutnya di masa mendatang.
1.3 Posisi Penyelidikan Penyelidikan terpadu ini lebih difokuskan pada daerah pemunculan manifestasi panas bumi di sekitar Pulu dan Pakuli yang secara administratif termasuk ke dalam 2 wilayah kecamatan yaitu Dolo dan Sigi Biromaru , Kabupaten tingkat II Donggala, Sulawesi Tengah. Luas daerah yang dilakukan penyelidikan berkisar 17 x 15 km2, pada posisi geografis antara 119o 51’ 00’’ - 119o 59’ 00” bujur timur dan 01o 07’ 00” – 01o 16’ 00” lintang selatan (gbr.1). 2. GEOLOGI Bentuk morfologi daerah penyelidikan termasuk jenis perbukitan bergelombang tajam – lemah dengan ketinggian antara 200 – 1400 m dari muka laut dan dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi seperti berikut : - Satuan morfologi perbukitan terjal - Satuan morfologi perbukitan bergelombang - Satuan pedataran
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-2
Batuan penyusun stratigrafi daerah panas bumi Pulu Kabupaten Donggala berdasarkan kepada batuan yang tersingkap (gbr.2) dapat dibagi menjadi 6 satuan: - Satuan batuan Sekis hijau (TrS) - Satuan batuan Granit geneis (Trgn) - Satuan batuan Sabak-Filit (Km) - Satuan batuan granit (Tgr) - Coluvium (Qcl)
- Aluvium (Qa)
Satuan batuan Sekis hijau (TrS ) Satuan batuan Sekis hijau (metamorf) merupakan satuan batuan tertua sebagai basement yang berumur Trias (TrS) terdapat di bagian timur daerah penyelidikan. Luas penyebarannya cukup luas sekitar 20% menutupi daerah penelitian dengan ketebalan diperkirakan lebih dari 300 meter (?). Batuan Sekis hijau ini tersingkap pada penorehan struktur sesar dijumpai pada bagian tebing sungai Binangga hingga ke bagian selatan didaerah desa Pakuli dan Simoro. Satuan ini tersingkap sebagai Sekis hijau, berwarna hijau tua, berlapis sebagai bidang foliasi, kompak, berbutir halus, lanau sampai lempung dan setempat-setempat rekahan terisi oleh urat-urat kwarsa maupun kalsit. Berdasarkan referensi, umur satuan Sekis setara dengan Formasi Wana berumur Trias (T.O. Simanjuntak,dkk. 1991). Satuan Granit geneis (Trgn) Batuan granit geneis ini diperkirakan merupakan bagian dari tubuh intrusi granitoid regional yang berumur Trias (Trgn). Sebagian dari granit ini terlihat telah terubah menjadi batuan metamorf akibat proses tektonik regional yang telah berlangsung berulang kali didaerah ini. Kondisi batuannya kompak, berwarna abu-abu tua berbintik-bintik hitam, kehijauan, bertekstur porpiritik sampai phaneritik tersebar disebelah timur desa Pandere, Sibalaya yang membentuk jalur perbukitan yang memanjang hingga ke utara diluar daerah penyelidikan. Satuan granit genes ini masih memperlihatkan rekahan-rekahan, kekar kolom, yang diisi oleh cairan mineral baru seperti kwarsa, kalsit dan juga mineral pirit. Komposisinya terdiri dari plagiokals, kwarsa, orthoklas, mika dan mineral opak. Satuan Batuan Sabak-Filit (Km) Satuan batuan filit dan batusabak dan batu tanduk yang tersingkap di selatan baratdaya daerah penyelidikan yang mencirikan adanya perlapisan dan kontak dengan batuan granit di bagian utara yang merupakan tipe khas satuan batuan formasi Latimojong berumur Kapur Atas. Kondisi batuan
ini agak lapuk, berbutir halus sekali, berwarna abu-abu kecoklatan, berlapis baik, retas. Komposisinya mineral lempung, mika-biotit dan mineral opak. Satuan Batuan Granit ( Tgr) Satuan batuan granit ini mempunyai penyebaran paling luas terdapat di bagian barat didaerah penyelidikan. Granit ini masih kompak, dan pada bagian permukaan mulai lapuk, berwarna putih-kelabu berbintik-bintik hitam, dengan komposisi mineral terdiri dari kwarsa, plagioklas, Orthoklas serta mineral gelap lainnya (biotit, amfibol?), bertekstur porfiritik-phaneritik, dengan bentuknya euhedral-subhedral. Satuan granit (batholit) mengintrusi batuan yang telah ada seperti batuan metamorf, yang merupakan intrusi besar secara regional yang berumur Miosen. Pada tubuh batuan granit ini terlihat adanya intrusi kecil-kecil berupa aplit atau Rhyolit?, yang tebalnya dari 2 – 50 Cm. Seluruh puncak-puncak gunung yang tinggi sampai yang terendah dibangun oleh tubuh intrusi batuan granit ini berumur Miosen tengah – akhir. Satuan Coluvial ( Qcl) Satuan ini terdiri dari konglomerat, batu pasir, setempat-setempat berselingan dengan batu lempung karbonatan dan terlihat terlas dengan baik. Penyebarannya cukup luas diperkirakan menempati sekitar 15 % yang membentuk bukit-bukit rendah serta dataran pada bagian tengah daerah penyelidikan. Konglomerat berwarna coklat kemerahan hingga kekuningan, terdiri dari kepingan granit, diorit, andesit dan batuan malihan, berukuran pasir hingga kerakal, terpilah buruk dengan masa dasar pasir. Dari referensi menyebutkan bahwa satuan ini dikelompokkan ke dalam formasi Pakuli berumur Pleistosen akhir. Pada umumnya satuan coluvial ini masih unconsolidated /kurang padat. Ditebing bagian barat dicirikan dengan batuan malihan, berupa filit, batu sabak dan batu tanduk yang mendominasinya. Sedang tebing sebelah timurnya ditempati oleh batuan granit dan sekis. Aluvial (Qa) Satuan Aluvium dijumpai daerah dataran rendah di bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang aliran sungai besar Palu dan cabang-cabang yang alirannya menyatu dengan sungai besar. Satuan ini berasal dari hasil rombakan berbagai macam jenis batuan dari tua sampai termuda, baik itu batuan beku, sedimen maupun metamorf, kemudian terendapkan didaerah rendah seperti disepanjang aliran sungai, lembah-lembah pegunungan berupa lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah yang belum padu,
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-3
berukuran sangat halus sampai terkasar (lempung- bongkah). Daerah aluvial ini secara umum telah menjadi areal persawahan masyarakat setempat. 3.1.4 Pola Struktur Geologi Daerah Penelitian Gejala struktur maupun pola kelurusan yang teramati di lapangan terindikasi berupa kekar gerus, zona hancuran, triangular facet, gawir patahan(scrap fault), milonitisasi, sliken side dan sesar-sesar minor yang merupakan jejak dari sesar yang berkembang pada daerah penelitian. Selain itu adanya pemunculan kenampakan gejala panas bumi berupa mata air panas dipermukaan yang mencerminkan indikasi struktur sesar baik sesar geser maupun sesar normal akan berfungsi sebagai media transfer panas kepermukaan. Berdasarkan data-data dan bukti yang terdapat di lapangan, ada sekitar 8 buah sesar utama yang merupakan struktur kontrol geologi panas bumi yang berkembang pada daerah penelitian, meliputi kelurusan, sesar geser normal yang berarah baratdaya – timurlaut, serta sesar-sesar normal berarah hampir utara-selatan. Sesar utama yang melewati daerah peralihan adalah merupakan bagian dari sesar utama Palu-Koro yang berarah barat laut – tenggara, berupa sesar geser sinistral ( strike slip fault) yang telah membentuk depresi sebagai graben Palu. Pada beberapa tempat akibat dari proses tektonik daerah ini menghasilkan sesar-sesar sekunder yaitu sesar-sesar Pulu, Rogo, Suluri, Bangga Pakuli, Pandere, dan Binanga. 3. GEOKIMIA Dari hasil ploting dalam diagram segitiga Cl-SO4--HCO3 (Giggenbach,1988), menunjukkan bahwa mata air panas di daerah Pulu dan sekitarnya seluruhnya termasuk ke dalam tipe air bikarbonat (gbr.3), sedangkan hasil ploting dalam diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg menunjukkan sebagian termasuk pada daerah “partial equilibrium ” yaitu mata air panas Pulu –1, Pulu-2, Mapane dan Kabuliburo (gbr.4) hal ini mencirikan air panas di daerah ini langsung berasal dari ke dalaman, sedangkan mata air panas Limba, Sibalaya, Saluri-Walatana dan Simoro termasuk dalam daerah “immature waters “ hal ini menunjukkan adanya pengaruh air permukaan atau air meteoric cukup dominan dan pemunculan mata air panas di daerah Pulu dan sekitarnya berada di lingkungan vulkanik pada batuan granit dan sekis. Dari kedua peta kontur sebaran Hg dan C02 terlihat adanya kelompok lokasi yang menunjukkan adanya kandungan Hg diatas harga ambang (gbr 5).
Pola penyebarannya menunjukan arah hampir Utara-Selatan atau hampir tegak lurus arah aliran sungai Palu, demikian pula untuk peta kontur sebaran C02 (gbr.6) terlihat adanya kelompok lokasi yang menunjukkan adanya konsentrasi C02 diatas harga ambang batas (nilai background sebesar) 1.05 %, berada di daerah Pulu, Walatana, Simoro, Pakuli yang merupakan daerah munculnya manifestasi air panas. Pola daerah anomali lainnya berada pada litasan E, F dan random untuk penyebaran daerah anomali Hg diatas 412 ppb. Daerah tersebut merupakan lokasi tempat munculnya manifestasi air panas sehingga diperkirakan bahwa daerah tersebut merupakan zona-zona lemah akibat adanya pola struktur Palu. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus geothermometer air panas, maka pendugaan temperatur bawah permukaan adalah minimum dipergunakan geothermometer SiO2 (“conductive cooling”) dan maximum Na/K Giggenbach, 1988 menunjukan kisaran temperatur antara 124 °C–180 °C , termasuk ke dalam “intermediate enthalphy” 4. GEOFISIKA 4.1 Gayaberat Anomali tinggi yang menyolok terlihat di bagian timurlaut (sekitar R56) dan selatan (sekitar R101), sedangkan di bagian tengah (sekitar B5500-B6500) beranomali rendah. Nilai anomalinya antara 10 – 40 mgal. Secara umum memperlihatkan lineasi kontur berarah utara-selatan di bagian timur, barat, dan tenggara serta barat-timur di bagian selatan. Densitas batuan di bagian tengah diperkirakan lebih rendah dari pada batuan di sekitarnya. 4.1.1 Anomali regional Pada umumnya lineasi kontur anomali berarah utara-selatan. Anomali tinggi terdapat di bagian barat dan timur yang merefleksikan batuan dasar berturut-turut batuan granit dan sekis. Anomali rendah minimum berada di bagian utara, tengah, ke arah barat dan timur nilai anomalinya membesar demikian pula dari utara ke selatan dengan nilai anomali antara 17 – 35 mgal. 4.1.2 Anomali sisa Anomali sisa memperlihatkan nilai positip dan negatip dengan nilai antara -10 – 12 mgal. Anomali positip tinggi terlihat bagian timurlaut, baratlaut dan di bagian selatan. Anomali negatip minimum berada di bagian tengah. Berdasarkan pola kontur dan nilai anomali maka
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-4
diinterpretasikan terdapat 3 buah struktur/sesar berarah baratlaut-tenggara di bagian tengah, 2 struktur berarah hampir baratdaya-timurlaut di bagian utara, 1 struktur arah barat-timur di selatan dan 1 struktur berarah utara-selatan di bagian tenggara (gbr.7) Di bagian tengah diperkirakan adanya struktur depresi sedangkan di bagian selatan diduga sebagai intrusi. 4.1.3 Pemodelan gayaberat 2-D - Penampang AB (gbr 8): Penampang ini melewati airpanas Rogo, struktur/sesar di bagian barat dan timur. Hasil pembuatan Model 2D pada pusat anomali rendah memperlihatkan penyebaran densitas batuan dan struktur bawah permukaan dengan kontras densitas 0,7 gram/cm3 mendominasi dibawah batuan kolovium. Struktur-struktur sesar diinterpretasikan masih menerus hingga ke dalaman lebih dari 1000 m. Lokasi air panas Rogo bertepatan dengan salah satu struktur dan pada batas litologi antara granit dengan koluvium dan sekis. Di bagian tengah pada anomali rendah ke dalaman endapan aluvium dan kolovium mencapai 500 m, diinterpretasikan terdapat struktur depresi. 4.2 Geomagnet Pengukuran magnet telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) lintasan ukur (Lintasan: AA, A,B,C,D,E,F,), dengan jarak titik ukur 250 meter dan panjang lintasan 5000 - 9000 meter, sejumlah 204 titik. Pengukuran diluar lintasan (regional), sebanyak 126 titik ukur, jarak 200 meter sampai 500 meter. Hasil pengukuran magnet ditampilkan berupa profil anomali magnet dan peta anomali magnet total. Pendataan intensitas dilakukan dengan menggunakan 2 set perangkat magnetometer tipe G-856 dengan ketelitian 0.01 gamma, medan magnet bumi normal IGRF, 41600 gamma. Data intensitas magnet total diperoleh dengan pencatatan langsung secara manual, kecuali data variasi harian. Harga variasi harian berfluktuasi antara 41520– 41600 gamma. Intensitas magnet total yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan memperlihatkan kecenderungan makin menurun ke utara, walaupun pada beberapa tempat memperlihatkan variasi naik turun, diperlihatkan pada profil anomali magnet. Besar anomali magnet total pada daerah selidikan umumnya menunjukan kontras harga yang tidak terlalu besar, berkisar antara –107.2 gamma
sampai dengan 213.6 gamma, sebarannya digambarkan pada peta isomagnet dengan interval kontur 10 gamma. Adanya beberapa kelurusan anomali magnet dengan nilai rendah/ tinggi yang berarah hampir utara-selatan, baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut yang ditafsirkan sebagai cerminan dari struktur patahan yang mempunyai hubungan erat dengan kenampakan manifestasi panas bumi (gbr.9). Anomali magnet tinggi ( 50-150 gamma), melingkar di bagian selatan ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik ( terdiri granit, atau bongkah-bongkah yang besifat magnetik dekat permukaan ). Anomali magnet sedang ( 20 s/d 50 gamma) ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik-magnetik ( terdiri dari granit lapuk, sedimen klastika). tersebar di bagian barat dan tengah. Anomali magnet rendah (20 s/d - 50 gamma) ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik, yang tersebar di timurlaut dan meluas ke selatan terdiri dari batuan malihan atau batuan terlapuk kuat. 4.3 Geolistrik dan Head-On Hasil penyelidikan geolistrik tahanan jenis diperoleh untuk bentangan AB/2=250 m, AB/2=500 m, AB/2=750 m dan AB/2=1000 m dan dibuat penampang tahanan jenis semunya pada setiap lintasan ( A, AA, B, C, D, E, dan F ). Pada setiap lintasan terdapat beberapa titik sounding, kemudian dari lintasan-lintasan tersebut dibuat penampang tahanan jenisnya atau dibuat penampang memotong beberapa lintasan yang titiknya berada pada satu garis yang hampir lurus. Berdasarkan hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=250 meter (gbr 10), tahanan jenis rendah secara konsisten berada pada setiap bentangan, kecuali pada bentangan AB/2=1000 meter, tahanan jenis rendah sudah tidak ditemukan, hal ini mengindikasikan bahwa tahanan jenis rendah (<25 Ωm) yang diduga mencerminkan aliran airpanas dari Pakuli ke bagian barat yang merupakan outflow dapat diketahui dari hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=500 meter Indikasi tahanan jenis rendah yang diduga mempunyai prospek bagus adalah di sekitar kenampakan mata airpanas Pulu yang diperoleh dari hasil pengukuran mapping pada bentangan AB/2=500 meter (gbr 11). Hasil pengukuran sounding daerah prospek terdapat pada lapisan ketiga yaitu lapisan dengan
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-5
harga tahanan jenis 15-20 Ωm pada ke dalaman antara 300-500 meter, pada beberapa lokasi terdapat pada ke dalaman >800 meter. Hasil interpretasi Head-On pada penampang lintasan P (gbr.12):, tampak sesar hanya terdapat dekat permukaan pada ke dalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2= 200 m. Pada ke dalaman yang lebih besar tidak ditemukan perpotongan antara kurva hasil pengukuran dengan sumbu ke dalaman, akan tetapi dilihat dari ploting penampang tahanan jenis head on terdapat kontras antara tahanan jenis di bagian barat dengan timur, diinterpretasikan sebagai struktur sesar. Pada lintasan R (gbr.13) seperti halnya lintasan P ,sesar hanya terdapat dekat permukaan pada ke dalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2=200 meter, pada ke dalaman yang lebih besar tidak ditemukan sesar. 5. MODEL PANAS BUMI Model panas bumi daerah ini menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dibuat memotong struktur graben yaitu barat laut – tenggara yang menggambarkan posisi bawah permukaan tubuh reservoar panas bumi yang diperkirakan (gbr.14). Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan terobosan granit, berakumulasi dengan air tanah membentuk system air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan diperkirakan sebagai reservoar dengan ke dalaman dibawah 1000 meter. Zona reservoar ini terbentuk dengan media struktur yang tidak mencerminkan adanya jenis ubahan batuan dipermukan. Sedangkan perkiraan kondisi dibawah, kemungkinan adanya clay cap yang tidak begitu tebal yang terbentuk sepanjang zona struktur. Dugaan adanya daerah akumulasi panas dibawah permukaan terindikasi pemunculan mata air panas dipermukaan di Pulu dan Pakuli yang merupakan daerah penekukan morfologi. Dari hasil penyelidikan geolistrik tidak terditeksi adanya tubuh reservoar pada ke dalaman dangkal, kemungkinan tubuh reservoar sebagai tempat terakumulasi panas berada jauh dibawah permukaan. Ada kemungkinan air tanah ini yang terpanasi sebagai out flow naik kembali kepermukaan dan muncul berupa mata air panas. 6. POTENSI SUMBERDAYA PANAS BUMI Potensi sumberdaya panas bumi diperoleh dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah prospek dari korelasi antara peta sebaran Hg dan CO2 dengan tahanan jenis rendah hasil pengukuran geolistrik mapping.
Pendugaan suhu bawah permukaan hasil perhitungan diperoleh Temperatur bawah permukaan minimum adalah 120 - 179 o C (Geotermometer SiO2 conductive cooling ) termasuk ke dalam “ intermediate enthalphy”. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2dengan potensi keseluruhan sebesar 58 MWe. 7. KESIMPULAN 1. Peranan struktur sesar sangat penting sebagai
kontrol geologi dan panas bumi, disamping merupakan media saluran naiknya panas kepermukaan dan juga berfungsi sebagai tempat berakumulasi panas sepanjang jalur rekahan tersebut.
2. Gejala panas bumi panas bumi yang terindikasi dipermukaan di daerah penelitian terdapat di desa Pulu dan Pakuli sekitarnya. Sumber panas diperkirakan dari tubuh terobosan dan juga kemungkinan adanya tubuh vulkanik yang merupakan batuan gang yang tidak muncul dipermukaan.
3. Berdasarkan perhitungan bahwa energi panas yang hilang sebesar 4.0 Kwe sekitar < 10 % yang terlepas kepermukaan, sedangkan yang masih merupakan cadangan dibawah permukaan atau dalam reservoar jauh lebih besar ( > 90%).
4. Sebagai data awal hasil penyelidikan panas bumi daerah Pulu diperkirakan prospek dilihat aspek kenampakan permukaan dan sebaran geologi yang mencerminkan tubuh terobosan sebagai tubuh panas.
5. Gejala panas bumi daerah Pulu dicirikan oleh pemunculan beberapa mata air panas seperti Pulu, Mapane, Kabuliburo, Sibalaya, Limba, Walatana dan Simoro yang bertemperatur antara 40.0- 94.8°C dengan pH netral (6.50 – 8,60).
6. Kelompok mata air panas daerah Pulu berdasarkan diagram segitiga Cl, SO4 dan HCO3 Giggenbach, termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat dan berdasarkan diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg sebagian termasuk pada daerah “immature waters ”seperti Sibalaya, Walatana, Limba dan Simoro, sedangkan Pulu, Mapane dan Kabuliburo berada didaerah “partial equilibrium”
7. Temperatur bawah permukaan minimum adalah 120 - 180 o C (Geotermometer SiO2 conductive cooling ) termasuk ke dalam “ intermediate enthalphy”.
8. Kandungan Hg dalam tanah bervariasi antara 76 - 965 ppb dengan nilai background anomali
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-6
506 ppb di daerah Pulu. sementara itu kandungan CO2 dalam udara tanah berkisar antara 0.16 – 2.20 %(v/v), dengan nilai background anomali 1.07 % (v/v). Sedangkan daerah Pakuli dengan nilai background anomali 412 ppb untuk kandungan Hg dalam tanah dan 0,41 % (v/v) untuk CO2 dalam udara tanah .
9. Anomali-anomali positip tinggi di bagian timurlaut berasosiasi dengan batuan sekis sedangkan yang di bagian baratlaut dan selatan akibat batuan granit.
10. Struktur/sesar di bagian barat dan timur diduga berhubungan berturut-turut dengan sesar Rogo dan Pandere, yang di bagian tengah dengan sesar Palu.
13 Keterdapatan mata air panas di daerah Pulu kemungkinan besar berkaitan dengan batuan intrusi granit dan struktur sesar.
14. Hasil penyelidikan dengan metoda magnet menunjukan adanya struktur-struktur patahan dan kelurusan-kelurusan anomali magnet yang berarah hampir utara-selatan, baratlaut - tenggara, dan baratdaya-timurlaut dan ditandai munculnya mata airpanas.
15. Terdapat anomali dengan nilai kemagnetan tinggi di bagian selatan diduga berhubungan dengan intrusi batuan granit yang muncul di bagian barat. Spot-spot anomali tinggi, diperkirakan sebagai cerminan dari fragmen batuan yang bersifat magnetik dekat permukaan.
16. Interpretasi secara kwalitatip menunjukan bahwa daerah penyelidikan didominasi oleh batuan granit yang telah lapuk dan batuan malihan.
17. Tahanan jenis rendah <25 Ωm secara konsisten ada disetiap bentangan AB/2, walaupun semakin dalam luasnya cenderung makin mengecil dan pada AB/2=1000 meter tidak terdapat tahanan jenis rendah.
18. Terdapat dua buah daerah prospek yaitu di sebelah timur-utara airpanas Pulu dengan luas 0.8 Km2 dan di ujung lintasan B, C dan D dengan luas 3.5 Km2dengan potensi sebesar 58 MWe.
19. Strukrur hasil pengukuran head on pada lintasan P, mempunyai kemiringan hampir tegak lurus, diperkirakan berada pada titik amat P-2300.
20. Pada lintasan R sesar tersebut tidak menerus, disebabkan sesarnya bergeser ke arah barat, hanya ditemukan pada ke dalaman dangkal pada bentangan AB/2=200 meter.
21. Ke dalaman daerah prospek kurang lebih 500 meter.
22. Daerah ini cukup berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang tenaga listrik maupun sektor pariwisata.
Saran 1. Disarankan, jika dilanjutkan penyelidikan
terpadu agar difokuskan kearah timur yaitu daerah desa Pakuli, kecamatan Sigi Biromaru, mengingat dari data manifestasi dipermukaan menunjukkan lebih tinggi temperatur (96 oC) dibandingkan dengan daerah kenampakan panas bumi Pulu, kecamatan Dolo.
2. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, disarankan untuk melakukan penyelidikan geofisika dengan menggunakan metoda MT, diharapkan bisa diperoleh informasi bawah permukaan yang lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi. T., N. Ratman dan Y. Yusuf. 1982,
Laporan Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Selatan, Skala 1 : 250.000. Pro. G. I. F. Bid. Geo. Reg. Puslitbang Geologi.
Djuri dan Sujatmiko, 1979. Peta Geologi Bersistem, Lembar Mamuju-Palopa,Sulawesi Selatan, Skala ! : 250.000. Direktorat Geologi.
Dobrin, M.b, 1960 : Introduction to Geophysical Prospecting, publisher
Fournier, R.O., 1981 : Application of Water Geochemistry to Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System : Principles and Case Histories”. John Willey & Sons, New York.
Giggenbach, W.F., 1988 : Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na – K Mg – Ca Geo – Indicators, Geochemical Acta 52, 2749 – 2765.
Hasan Ngabito dkk. 1990 Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Prop. Sulawesi Selatan
Hochstein M.P, 1982 : Introduction to Geophysical Prospecting, publisher
Irianto dkk. 2001 Penyelidikan Geologi Rinci Daerah Panas Bumi Mamasa, Kabupaten Polmas, Sulawesi Selatan, unpublish.
I. Saefudin, 1994., Umur Apatit dan Zirkon Batuan Granitik daerah Palu dan sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol-IV.
Koga, A., 1978 : Hydrothermal Geochemistry, A Text for The 9th International Group Training Course on Geothermal Energy Heald at Kyushu University.
Lawless, J., 1995 : Guidebook an Introduction to Geothermal System, Short Course, Unocal Ltd., Jakarta.
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-7
Mahon K., Ellis, A.J., 1977 :Chemistry and Geothermal System, Academic Press, Inc. Orlando.
Menteri Kesehatan RI, 1975 : Syarat-syarat dan Pengawasan Kwalitas Air Minum, Peraturan Mennteri Kesehatan RI No. 01/Birhukmas/1/1975, Jakarta.
Murtolo., 1993., Geomorfologi Lembah Palu dan Sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol- III.
N. Ratman dan S. Atmawinata 1993 : Pemetaan Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi Selatan.
Parasnis D.S, 1971 : Principle of Applied Geophysics, publisher
S. Breiner. 1973., Applications Manual for Portable Magnetometers.
Sjaiful Bachri dkk 1975 : Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi di Daerah Sulawesi Selatan. Direktorat Geologi, Bandung.
Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993 Laporan Geologi Lembar Pasangkayu, Sulawesi Tengah.
Simanjuntak T.O, Rusmana, Surono dan J.B. Supanjono 1991 Peta Geologi Bersistem Lembar Malili, Skala !: 250.000, Puslitbang Geologi.
Seksi Mineral Vulkanogenik, 1980 Laporan Penyelidikan Geologi dan Geokimia tinjau regional daerah basin S.Ranosi dan S.Sadan, Kecamatan Walerang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sub Dit. Eksp. Mineral logam DSM.
Telford W.M., Geldart L.P., Sherif R.E., Keys D.A., : Canbridge Geophysics University Press. Toshihiro Uchida, Kohei Akaku Hiroyuki Kamenosono, Munetake Sasaki, Norio Yanagisawa, Shin-ichi Miyayazaky and Nobua Doi : Deep Geothermal Resources Survey Project in The Kakkonda Geothermal Field. Pp 215-222.
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-8
Gambar 1 Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 2 Peta Geologi Daerah Panas Bumi Pulu-Sulteng
Steam heated waters
Mature w
aters
Pheripheral waters
Volc
anic
wat
ers
4020
20
40
60
60
80
80
Cl
SO4 HCO3
Gambar 3 Diagram segitiga tipe air panas daerah Panas BumiPulu, Sulawesi Tengah
Immature waters
Partial equilibrium
Full equilibrium
K/100
ROCK
Na/1000
% Na K
% Mg20
20
40
40
60
60
220°
weir bo
x
160° 100°
80
80
Mg
T KnT Km
Gambar 4 Diagram segitiga kandungan relatif Na, K, Mg daerah Panas BumiPulu, Sulawesi Tengah
818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 832000
9860000
9862000
9864000
9866000
9868000
9870000
9872000
9874000
9876000
A 10 00
A 1 500
A 2 00 0
A 250 0
A 3 000
A 350 0
A 40 00
A 4 500
A 5 00 0
A 550 0
A 6 000
A 6 500
A 7 000
A 75 00
A 80 00
AA 10 00
AA 150 0
AA 200 0
AA 250 0
AA 3 000
AA 3 500
AA 40 00
AA 45 00
AA 50 00
AA 550 0
AA 6 000
AP .P K /R7 1
A P. S IM
AP .S U
B 10 00
B 15 00
B 20 00
B 25 00
B 30 00
B 3 50 0
B 400 0
B 450 0
B 500 0
B 55 00
B 6 000
B 65 00
B 7 00 0
C 10 00
C 150 0
C 200 0
C 250 0
C 3 000
C 35 00
C 40 00
C 45 00
C 5 000
C 5 500
C 6 000
C 65 00
C 70 00
C 75 00
C 8 000
C 8 500
C 9 000
C 95 50
D 2 000
D 2 500
D3 00 0
D 35 00
D 400 0
D 4 500
D 5 000
D 5 500
D 60 00
E 1 000
E 15 0 0
E 200 0
E 2 500
E 3 000
E 3 500
E 4 000
E 45 00
E 50 00
E 5 500
F0
F5 00
F1 00 0
F1 50 0
F200 0
F250 0
F300 0
F35 00
F4 00 0
F6 000
R 101
R 1 02
R 1 04
R2 8
R 30
R7 1-R 72
R 7 4
R 78R 8 0
R 82
R 83
R 85
K e la pa
K ela pa
Wiso lo
B a lon gg a
K elap a
P a du K e la p a
P emaK elap a
K elapaK ela pa
P u lu
R ogo
K elapa
K e la paK e lap a
K e lap a
B u ngi
K elapa
K elapa
K ela pa
K e la pa
Pew an a
Ba lu ase
K elapa
K e la pa
K aluku la u
K alora
K elap a
Bul ub ete
K ela pa
K elapa
M alaka ntu
B in ab o
K elap a
W at a npina
S ib ow i
Ten ga h
Sib al aya Sel a ta n
Si balaya U tara
K e lap a
B o uyat a ip a
K elap a
K ela pa
Bou yaka kaw u
K e lap a
R amba ka la wa ra
K alapa
L emba ra
Pan de re
S a lu pon i
K e la pa
K elepe
B ua lo
W al a ta naK elapa
K e lap a
K e la pa
K elapa
Bo ra
B ang ga
K elap a
Ra nu ngg ata
Sa k idi
K e la pa
K elap a
K ela pa
K e la pa
K e la pa
K o pi
S imo ro
B alang gu
H alin unu
K ind er i
Paa ku li
PETA KONTUR SEBARAN HG DALAM TANAHDAERAH PANAS BUMI PULU, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
U
KETERANGAN
> 500 ppb
300 ppb - 500 ppb
200 ppb - 300 ppb
< 200 ppb
Kontur anomali geokimia
Mata air panas
Titik pengukuran
Sungai
Kontur topografi interval 50 meter
Jalan raya
Pemukiman
0 m 1000 m 2000 m
Gambar 5. Peta Sebaran Hg Tanah Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-9
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-10
Gambar 6. Peta Sebaran CO2 UdaraTanah Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng
Gambar 2.2.13 Penampang Lintasan A
– F Daerah Panas Bumi Pulu-NTT
Gambar 7. Peta Anomali Sisa Daerah Panas Bumi PULU-Sulteng
Gambar 2.2.9 Model Gaya Berat 2D
Daerah Panas Bumi PULU-NTT
Gambar 8. Model Gaya Berat 2D Daerah Panas Bumi PULU-NTT
Gambar 9. Peta Anomali Magnet Total
Gambar.10 Peta Anomali Tahanan Jenis
Semu AB/2=250 m Daerah
Panas Bumi Pulu-Sulteng
818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 832000
9860000
862000
864000
866000
868000
870000
872000
874000
9876000
9
9
9
9
9
9
9
A 1000
A 1500
A 2000
A2 500
A 3000
A 3500
A 4000
A 4500
A5 000
A 5500
A 6000
A 6500
A 7000
A 7500
A 8000
AA 1000
AA 1500
AA 2000
AA 2500
AA 3000
AA3 500
AA 4000
AA 4500
AA 5000
AA 5500
AA 6000
AP . PK /R 71
A P. S IM
AP .S U
B 1000
B 1500
B 2000
B 2500
B 3000
B 3500
B 4000
B 4500
B 5000
B 5500
B 6000
B 6500
B 7000
C 1000
C 1500
C 2000
C 2500
C 3000
C 3500
C 4000
C 4500
C 5000
C 5500
C 6000
C 6500
C 7000
C 7500
C 8000
C 8500
C 9000
C 9550
D 2000
D 2500
D 3000
D 3500
D 4000
D 4500
D 5000
D 5500
D 6000
E 1000
E 1500
E 2000
E 2500
E 3000
E 3500
E 4000
E 4500
E 5000
E 5500
F0
F500
F1000
F1500
F2 000
F2500
F3000
F3500
F4000
F6000
R 101
R 102
R 104
R 28
R 30
R71-R 72
R 74
R 78R 80
R 82
R 83
R 85
K elapa
K e lapa
Wis olo
B alongga
K e lapa
P adu K e lapa
P emaK elapa
K elapaK e lapa
P u lu
R ogo
K elapa
K e lapaK e lapa
K e lapa
B ung i
K elapa
K elapa
K elapa
K e lapa
Pew ana
Ba luas e
K elapa
K e lapa
K a luk ulau
K a lora
K e lapa
Bu l ube te
K e lapa
K e lapa
M a lak an tu
B inabo
K elapa
W at anpina
S ibow i
Tengah
Si bal aya Se l a tan
Si ba laya U tara
K e lapa
B ouya t a ipa
K elapa
K elapa
Bouyakakaw u
K elapa
R amba ka law ara
K a lapa
Lembara
Pandere
S aluponi
K e lapa
K e lepe
B ua lo
W al a tana
K e lapa
K e lapa
K elapa
K e lapa
Bora
B angga
K elapa
R anungga ta
Sak idi
K elapa
K e lapa
K e lapa
K e lapaK e lapa
K op i
S imoro
B a langgu
H a linunu
Kinde r i
Paak u li
PETA KONTUR SEBARAN CO2 DALAM UDARA TANAHDAERAH PANAS BUMI PULU, KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
U
KETERANGAN
> 1.0 %
0.6 % - 1.0 %
0.4 % - 0.6 %
< 0.4 %
Kontur anomali geokimia
Mata air panas
Titik pengukuran
Sungai
Kontur topografi interval 50 meter
Jalan raya
Pemukiman
0 m 1000 m 2000 m
A1000
A1250
A1500
A1750
A2000
A2250
A2500
A2750
A3000
A3250
A3500
A3750
A4000
A4250
A4500A4700
A5000
A5250
A5500
A5750
A6000
A6250
A6500
A6750
A7000
A7250
A7500
A7750
A8000
C1000C1250C1400C1500C1700C1750
C2000
C2250C2350C2500C2650
C2750
C3000C3150C3250
C3500
C3750
C4000
C4250
C4500
C4750
C5000
C5250
C5500
C5750
C6000
C6250
C6500
C6750
C7000
C7250
C7500
C7750
C8000
C8250
C8500
C8750
C9000
C9250
C9500C9750
C10000
E1000
E1250
E1500
E1750
E2000
E2250
E2500
E2750
E3000
E3250E3500
E3750
E4000
E4250
E4500
E4750
E5000
E5250
E5500
E5750
E6000
E6250
E6500
E6750
E7000
E7250
E7500
E7750
E8000
B1000
B1250
B1500
B1750
B2000
B2250
B2500
B2750
B3000
B3250
B3500
B3750
B4000
B4250
B4500
B4750
B5000
B5250
B5500
B5750
B6000
B6250
B6500
B6750
B7000
B7250
B7500
AA1000
AA1250
AA1500AA1600AA1750
AA2000
AA2250AA2400AA2500AA2700AA2750
AA3000AA3150AA3250AA3400AA3500
AA3750
AA4000AA4150AA4250
AA4500
AA4750
AA5000
AA5250
AA5500
AA5750
AA6000
D1000
D1250
D1500
D1750
D2000
D2250
D2500
D2750
D3000
D3250
D3500
D3750
D4000
D4250
D4500
D4750
D5000
D5250
D5500
D5750
D6000
D6250
D6500
D6750
D7000
D7250
D7500
D7750
D8000
F0
F250
F500
F750
F1000F1150F1250F1400F1500
F1750F1900F2000F2150F2250F2400F2500F2650F2750
F3000F3100F3250
F3500
F3750
F4000
F4250
F4500F4750F4900F4950F5000F5100F5250
F5500
F5750F5850F6000
F6250F6400F6500F6750F6800F6900F7000
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8 R9 R10 R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R26
R27R28 R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48R49 R50
R51
R52R53
R54 R55R56
R57
R58
R59
R60
R61 R62
R63
R64
R65R66
R67
R68
R69
R70R71
R72
R73
R74
R75 R76R77
R78R79R80
R81R82
R83R84
R85R86
R87
R88
R89
R90
R91
R92
R93
R94R95
R96
R97R98
R100R101
R102
R103
R104
R105
R106
R107R108R109R110
R111
R112
R113
R114
R115R116
R117
R118
BPNBM
P2200P2000P1700P1500P1300P1000
R2200R2000R1900R1700R1500R1400R1200R1100R1000
820000 822000 824000 826000 828000 8300009860000
9862000
9864000
9866000
9868000
9870000
9872000
9874000
9876000
Sibalaya
Pulu
Rogo
Saluri
Pakuli
Simoru
PETA ANOMALI MAGNET TOTALLOKASI PULU, KECAMATAN DOLO, SULAWESI TENGAH
ma = mata air panasStruktur Jalan rayaSungai
KeteranganTitik amat
Anomali tinggi Anomali rendah Anomali sedang
-50-40-30-20-100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160170180
0 1000 2000 3000
Gambar 11. Peta Anomali Tahanan Jenis Semu
AB/2=500 m Daerah Panas Bumi
Pulu-Sulteng
Gambar 12 dan 13 Penampang Interpretasi Tahanan Jenis Semu Lintasan Head-On P dan
PENAMPANG I NTERPRETASI TAHANAN JENIS SEMU
20
60
100
140
180
220
260
300
340
380
420
-400
-200
0
200
400
600
-400
-200
0
200
400
600Gambar GF-34 Penampang Tahanan
Gambar 14 Model Gaya Berat 2D Daerah Panas
Bumi PULU-NTT
Jenis Head-On Lintasan P
Skala 1 : 15.000P-1200 P-1400
P-1600
P-1800
P-2000
P-2200 P-24 P-2600 P-2800 P-3000 P-320000
-400
-200
0
200
400
600
-400
-200
0
200
400
600
P-1400 P-1600
P-1800
P-2000
P-2200 P-24 P-2600 P-2800 P-3000 P-3200
Gambar GF-35 .Penampang Tahanan J s Head-On Lintasan R
Skala 1 : 15.000
00
eni
Sesar
LINTASAN HEAD-ON P DAN R
85
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 34-11