Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan dengan Media Cerita Bergambar pada Siswa Kelas V SDN Pondok Labu 12
Pagi Jakarta Selatan 2018
Aida Maqbulah
Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta
[email protected] Abstract This research aims to improve the learning outcomes of writing skills through pictorial story media. this research was conducted at Pondok Labu 12 Pagi Elementary School South Jakarta. Class action research using the Kemmis and MC models. taggart. the subjects of this study were 31 subjects. the steps in this study are: 1) planning; 2) implementation; 3) observation; 4) reflection. Data analysis used is qualitative and quantitative. The qualitative data uses the Miles and Hubberman models. The results of this study were pre-cycle of 55.80, the first cycle of 66.29 increased by 10.49 while in the second cycle to 85 it increased by 18.71. Keywords: Writing Ability, Media Picture Story and Action Research.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar kemampuan menulis melalui media cerita bergambar. penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Labu 12 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian tindakan kelas mengunakan model kemmis dan mc. taggart. subjek dari penelitian ini adalah subjek berjumlah 31 siswa. langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan; 4) refleksi. analisa data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatifnya mengunakan model Miles and Hubberman. Hasil Penelitian ini dilakukan pra siklus sebesar 55,80, siklus I sebesar 66,29 meningkat 10.49 sedangkan pada siklus II menjadi 85 berarti meningkat sebesar 18,71.
Kata Kunci: Kemampuan Menulis, Media Cerita Bergambar dan Penelitian Tindakan.
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 241
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Pendahuluan
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk
mengarahkan dan menciptakan suasana kelas yang kondusif, membina
situasi kelompok, dan memanfaatkan fasilitas yang ada dalam kelas
sehingga tercipta suasana yang kondusif untuk belajar. Kondisi tersebut
dapat tercapai apabila antara guru dan peserta didik saling kerjasama
dengan baik. Interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan potensinya, membentuk kepribadian
dan akhlak yang baik dalam diri siswa sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai.
Berbeda dengan suasana pembelajaran di kelas V D SDN Pondok
Labu 12. Guru cenderung monoton dalam penyampaian materi. Hanya
menggunakan papan tulis dan buku pelajaran yang masing-masing siswa
sudah memiliki. Jadi siswa membaca sendiri teori yang ada di dalam buku,
dengan materi tambahan yang guru sampaikan atau ditulis dalam papan
tulis .
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan dalam dunia pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai
tingkat Perguruan Tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD merupakan
pembelajaran yang paling utama, terutama di kelas tinggi (IV-VI)
Dikatakan demikian karena siswa dapat menimba ilmu pengetahuan dari
berbagai mata pelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Mencermati hal itu maka guru sebagai pelaksana dan pengelola
pembelajaran di sekolah, dituntut untuk dapat merancang, melaksanakan,
242 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
dan mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Kurikulum yang digunakan di SDN Pondok Labu 12 adalah
kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan melalui
beberapa aspek penilaian. Proses pembelajaran yang mencakup empat
aspek tersebut terdapat kendala yang mempengaruhi hasil belajar Bahasa
Indonesia. Aspek menyimak dengan berbicara saling bekaitan satu sama
lain. Tidak ada kegiatan menyimak tanpa ada berbicara. Aspek membaca
dengan menulis juga saling berkaitan. Ketika siswa menulis secara
bersamaan juga sambil membaca.
Menurut Slamet dewasa ini kegiatan menulis masih dipandang
sebagai kegiatan berbahasa yang paling sulit dibandingkan dengan
kegiatan berbahasa lainnya. Oleh karena itu, perlu dicari pendekatan,
metode, dan teknik ataupun media yang dapat mempermudah kegiatan
menulis.1
Kegiatan menulis adalah satu jenis kegiatan berbahasa yang
dianggap paling sulit diantara kegiatan berbahasa lainnya.Untuk itu perlu
metode/teknik yang tepat untuk mempermudah kegiatan tersebut.
Menurut Tarigan keterampilan menulis adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka
dengsan pihak lain.2
1 Slamet,St.Y.2007. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press,
h. 169 2 Henry Guntur Tarigan. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, h. 3
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 243
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar merangsang
anak untuk berperan aktif. Selain itu dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa. Hal itu juga membantu mempermudah pemahaman materi
pelajaran. Dengan menggunakan media membuat anak tidak bosan dalam
mengikuti kegiatan belajar.
Media gambar merupakan salah satu contoh dari media
pengajaran. Dengan menggunakan media gambar dapat memperjelas
masalah. Maksudnya dengan melihat gambar, siswa akan terbantu dalam
menuangkan gagasannya menjadi kalimat. Kalimat tersebut kemudian
dirangkai menjadi paragraf yang baru. Dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa.Berdasarkan
uraian latar belakang diatas dapat ditemukan beberapa masalah
diantaranya kemampuan mengarang siswa kelas V SD masih
rendah/dibawah KKM, masih kesulitan dalam membuat kalimat runtut,
masih kesulitan membuat paragraph, penggunaan EYD yang belum benar,
kurangnya kreativitas guru dan jarang menggunakan media saat pelajaran
mengarang
Data awal diperoleh dari SDN Pondok Labu 12 Pagi berkaitan
dengan nilai Bahasa Indonesia materi mengarang. Dari jumlah 31 anak
hanya 6 anak yang sudah mencapai nilai KKM. Nilai rata-rata materi
mengarang sebesar 65,90. Berdasarkan data yang telah ada di atas,
berarti di SD tersebut mengalami permasalahan dalam penggunaan media
untuk materi mengarang, maka dari data tersebut perlu diadakan upaya
meningkatkan kemampuan mengarang siswa melalui media gambar seri
(Observasi 27 November 2017).
244 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Berdasarkan keterangan di atas peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian di SDN Pondok Labu 12 dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Mengarang Siswa Melalui Media Cerita
Bergambar Di Kelas V D SDN Pondok Labu 12 Pagi Tahun 2017/2018”.
Pembahasan
Definisi Menulis
Zainuddin memaparkan bahwa menulis adalah merangkai - rangkai
huruf menjadi kata atau kalimat3. Menulis adalah kegiatan mencoret –
coret yang coretannya itu mempunyai makna dan arti. Menulis dapat
diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide / gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai4. Menulis
merupakan ide dan pikiran seseorang yang dituangkan ke dalam sebuah
media. Meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti
orang lain5. Menulis merupakan komunikasi yang dituangkan dalam
tulisan sehingga orang yang membacanya paham apa maksud dan tujuan
penulisan tersebut.
Dari paparan ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa menulis
adalah serangkaian huruf – huruf yang dituangkan sesuai ide, atau
gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Menurut M. Atar Semi, tujuan menulis antara lain: a) untuk
menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan,
c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan e) untuk
3 Zainuddin. 2010. Materi Pokok Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, h. 97 4 Tarigan dan Henry Guntur. 2010. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa
Bandung: angkasa, h. 120 5 Ibid., h. 17
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 245
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
merangkum6. Sedangkan menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno, tujuan
menulis adalah: a) menginformasikan, b) membujuk, c) mendidik, d)
menghibur7.
Karangan Narasi
Menurut Dalman narasi adalah cerita. Cerita yang berdasarkan
pada urutan-urutan suatu atau (serangkaian) kejadian atau peristiwa.
dalam kejadian itu ada tokoh atau beberapa tokoh, dan tokoh ini
mengalami atau menghadapi suatu atau (serangkaian) konflik atau
tikaian.8
Narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa.
Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut
urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada
sebuah kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik
hikmah dari cerita itu.
Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (satu)
hendak memberikan informasi atau member wawasan dan memperluas
pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman estesis
kepada pembaca.
Menurut Keraf, ciri-ciri karangan narasi yaitu:
1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan
2. Dirangkai dalam urutan waktu
6 M. Atar Semi. 2007. dasar- dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa, h. 14. 7 Elina Syarif dan Zulkarnaen Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta : Depdiknas, h. 6. 8 Ibid., h.10.
246 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
3. Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”
4. Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.
Karangan narasi memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan jenis karangan lainnya. Di bawah ini adalah ciri – ciri karangan
narasi menurut kakak pintar.com adalah9.
1). Karangan narasi memiliki isi yang berupa cerita atau peristiwa.
2). Karangan narasi menyampaikan isinya yang berupa cerita
dengan kronologis atau urut.
3). Isi dari karangan narasi berupa konflik baik antara tokoh
dengan tokoh lain maupun antara tokoh itu sendiri.
4). Karangan narasi memiliki unsur – unsur pembangun seperti
tema, setting, lattar, tokoh, dan lain – lain.
Definisi Media Cerita Bergambar
Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar10. E. De
Corte mengartikan media pengajaran sebagai suatu sarana non personal
(bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar,
yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai
tujuan instruksional11. Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,
9 Kakakpintar.com/pengertian-karangan-narasi-ciri-ciri dan contohnya.26.03.2018.9.00. 10 Oemar Hamalik. 2011. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo,
h. 112. 11 Op. cit. h. 11
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 247
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa,
sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar12.
Dari berbagai definisi dari media diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa media adalah segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan
merupakan non personal (bukan manusia) yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan
dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto,
grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media
grafis sering juga disebut dengan media dua dimensi, yakni media yang
mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu
media dalam bentuk model seperti model padat ( solid models), model
penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. Ketiga , media
proyeksi seperti slide, film strips, penggunaan OHP, dan lain-lain.
Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Penggunaan media diatas tidak dilihat dari kecanggihan media, tetapi
yang lebih penting adalah fungsi dari media pembelajaran yang
digunakan13. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
dan efisien dalam mewujutkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya,
diperlukan dukungan dari media pembelajaran.
12 Arif S. Sadiman. 2010. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 6 13 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru, h. 3-4.
248 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Media cerita bergambar merupakan media yang dapat membantu
guru dalam memahami penyampaian suatu materi bacaan cerita dengan
menggunakan bantuan gambar untuk penjelasnya. Gambar merupakan
media visual yang dapat membantu guru dalam mempermudah
penyampaian materi pelajaran, gambar juga dapat menimbulkan
semangat siswa dan dapat membuat siswa lebih mandiri dalam belajar
Menurut Daryanto cerita bergambar dapat mempermudah
pemahaman dan dapat memperjelas pengertian dari suatu cerita yang
diberikan oleh guru kepada siswa, selain itu cerita bergambar lebih
menarik karena dilengkapi dengan gambar sebagai penjelas cerita.14
Menurut Hamalik media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan
secara isual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pikiran
yang bentuknya bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip
dan projector. Seperti dengan yang dikemukakan oleh mengatakan
bahwa media gambar adalah media yang paling umum dipakai dan
merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-
mana. 15
Dengan demikian media cerita bergambar dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa pada kompetensi dasar melengkapi cerita
sederhana dengan kata yang tepat. Dengan media cerita bergambar siswa
lebih dapat memperhatikan gambar untuk memperjelas pemahaman
siswa mengenai cerita dan dengan memahami isi dari cerita, maka siswa
akan dapat melengkapi cerita dengan kata yang tepat. Karena media
cerita bergambar merupakan media yang disukai oleh siswa dan harganya 14 Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.Yogyakarta: h. 5-6 15Oemar Hamalik. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, h. 18
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 249
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
yang murah, maka media gambar memiliki nilai besar dalam proses
pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan kemampuan menulis
siswa.
Menurut Arif Sadiman dkk.media cerita bergambar sangat
berpengaruh untuk anak-anak, membuat mereka lebih senang membaca
dan mengikuti pembelajaran. Penggunaan media cerita bergambar dalam
pembelajaran menyimpulkan isi cerita, dengan media gambar ini
diharapkan siwa menjadi lebih semangat dalam belajar, karena proses
pembelajaran akan terasa menyenangkan yang hasilnya pada akhir
pembelajaran nanti, prestasi belajar anak dapat dimaksimalkan.16
Menurut Sri Anitah sebelum menggunakan gambar, hal - hal yang
perlu diperhatikan adalah17:
a). Pengetahuan apa yang akan diperlihatkan melalui gambar itu, harus
jelas terlebih dahulu
b). Kemungkinan salah pengertian yang akan ditimbulkan oleh gambar
c). Persoalan apa yang hendak dijawab oleh gambar
d). Reaksi emosional apa yang hendak dibina oleh gambar
e). Apakah gambar itu membawa pebelajar ke penyelidikan lebih lanjut
f). Apakah sekiranya ada media lain yang lebih tepat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Metode Penelitian
16 Sadiman. Arif S. dkk. 2012. Media pendidikan. PT.Raja Grafindo Persada, h. 6 16 Arief . Sadiman. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 31 16 Ibid., h. 31 17 Anitah. Sri. 2011. Media Pembelajaran.Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon13 FKIP
UNS Surakarta. h. 10
250 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas mengacu pada model Kemmis dan Taggart. Yang terdiri
dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Analisis data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara yaitu teknik analisis
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuatitatif dianalisis menggunakan
analisis deskriptif (tabel frekuensi, rata-rata, presentasi, standar deviasi)
sedangkan Analisis data kualitatif dianalisis dengan (1) data reduction, (2)
data display, (3) data conclusing drawing/verification.
Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh gambaran tentang
proses pembelajaran sebelum tindakan dilaksanakan. Saat pembelajaran
berlangsung, sebagian besar siswa asyik dengan permainannya sendiri
bahkan ada yang bercanda dengan siswa lain, sehingga mempengaruhi
konsentarsi belajar para siswa. Media dan metode pengajaran yang
diterapkan guru juga masih monoton membuat siswa merasa bosan dan
kurang tertarik mengikuti pelajaran, sehingga hanya sebagian kecil siswa
yang memperhatikan saat guru menjelaskan. Konsentrasi dan
pemahaman siswa dalam membuat karangan pun masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang dalam membuat karangan
belum paham dan belum antusias karena media yang di gunakan guru
tidak menarik.
Tabel 4.1
Hasil Perolehan Tes Penggunaan Huruf Kapital Pra Siklus
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 251
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
No.
Urut Nama Siswa Nilai
Pencapaian Kkm
Tuntas Belum Tuntas
1 A A 70 1
2 AT 75 1
3 AB 70 1
4 AF 50 1
5 AN 50 1
6 AS 50 1
7 FA 60 1
8 FH 60 1
9 FP 50 1
10 GA 80 1
11 A S 45 1
12 KK 60 1
13 MG 55 1
14 MF 60 1
15 MT 55 1
16 MA 50 1
17 MH 50 1
18 RA 70 1
19 MD 60 1
20 NP 50 1
21 RQ 40 1
22 RC 50 1
23 RP 40 1
24 SR 60 1
25 SZ 50 1
26 TF 70 1
27 VP 55 1
252 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
No.
Urut Nama Siswa Nilai
Pencapaian Kkm
Tuntas Belum Tuntas
28 YA 50 1
29 YA 55 1
30 ZC 30 1
31 VL 60 1
Jumlah 1730 6 25
Rata - rata 55,80
Gambar 4.1 Grafik Hasil Perolehan Tes Membuat Karangan Cerita
Pra Siklus
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel dan grafik di atas
tampak bahwa nilai rata - rata pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
membuat karangan cerita, 55,80 Nilai yang didapat masih di bawah batas
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 253
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
KKM dalam materi membuat karangan cerita yakni sebesar 70. Hasil yang
diperoleh dalam pencapaian KKM belum tercapai.
Siklus I
Keberhasilan produk dapat dilihat dari hasil tes siswa. Setelah
siswa sebagian maju ke depan untuk membuat karangan cerita yang tepat
sesuai aturan, lalu para siswa secara individu mengerjakan soal evaluasi
yang diberikan oleh guru. Hasil tes yang diperoleh siswa selama siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Hasil Perolehan Belajar Mengarang melalui Media Cerita Bergambar
No Nama Siswa Nilai Pencapaian Kkm
Tuntas Belum Tuntas
1 A A 60 1
2 AT 80 1
3 AB 70 1
4 AF 50 1
5 AN 70 1
6 AS 60 1
7 FA 80 1
8 FH 70 1
9 FP 70 1
10 GA 60 1
11 A S 75 1
12 KK 80 1
13 MG 60 1
14 MF 60 1
15 MT 80 1
16 MA 65 1
17 MH 60 1
18 RA 70 1
19 MD 60 1
254 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
No Nama Siswa Nilai Pencapaian Kkm
Tuntas Belum Tuntas
20 NP 70 1
21 RQ 50 1
22 RC 60 1
23 RP 75 1
24 SR 70 1
25 SZ 40 1
26 TF 80 1
27 VP 70 1
28 YA 70 1
29 YA 60 1
30 ZC 60 1
31 VL 70 1
Jumlah 2055 22 9
Rata - Rata 66,29
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 255
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Gambar 4.2 Perolehan Data Perolehan Tes Mengarang Melalui
Media Cerita Bergambar
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel dan grafik di
atas tampak bahwa adanya peningkatan nilai rata - rata dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi mengarang cerita
melalui media gambar sebesar 12,3 dari pra siklus menjadi 66,29.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dalam penggunaan media gambar.
Siklus II
Berikut ini merupakan hasil observasi terhadap aktivitas siswa
selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Perolehan Hasil Bealajar Bahasa Indonesia pada Siklus II
No.
Urut Nama Siswa Nilai
Pencapaian Kkm
Tuntas Belum Tuntas
1 S1 85 1
256 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
2 S2 85 1
3 S3 85 1
4 S4 65 1
5 S5 85 1
6 S6 80 1
7 S7 90 1
8 S8 85 1
9 S9 85 1
10 S10 80 1
11 S11 90 1
12 S12 90 1
13 S13 90 1
14 S14 80 1
15 S15 90 1
16 S16 90 1
17 S17 85 1
18 S18 90 1
19 S19 85 1
20 S20 90 1
21 S21 80 1
22 S22 85 1
23 S23 90 1
24 S24 90 1
25 S25 90 1
26 S26 90 1
27 S27 85 1
28 S28 85 1
29 S29 80 1
30 S30 65 1
31 S31 90 1
Jumlah 2635 29 2
Rata – Rata 85
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 257
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
258 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Hasil Penelitian Siklus II
Yang Mencapai KKM Yang belum mencapai KKM
Gambar 4.3 Berikut Grafik Hasil Perolehan Tes Membuat karangan
Melalui Media Cerita Bergambar Siklus II
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel dan grafik pada pra
siklus, siklus 1 dan siklus 2 tampak bahwa adanya peningkatan nilai rata -
rata dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam membuat karangan
yaitu pada pra siklus sebesar 55,80, dan pada siklus I sebesar 66,29, pada
siklus II memperoleh nilai rata – rata sebesar 85, berarti ada peningkatan
dari pra siklus ke siklus I sebesar 10,49 dan dari siklus I ke siklus II sebesar
18,71. Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dalam membuat karangan melalui media
bergambar.
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 259
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Gambar 4.4 Hasil Belajar Mengarang Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dalam grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa rata-rata pra pra
sebanyak 55,80, sedangkan siklus I sebanyak 66,29 sedangkan siklus II
adalah 85. Maka dapat kita baca bahwa kenaikan dari pra siklus ke siklus I
sebanyak 10,49 kemudian dari siklus I ke siklus II sebanyak 18,7. Dari
paparan tersebut dapat kita ketahui bahwa terjadi kenaikan antara pra
siklus ke siklus I serta dari siklus I ke siklus II hasil penelitian dan
pembahasan di atas, terbukti bahwa penerapan media cerita bergambar
dinilai berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
dalam membuat karangan. Penelitian ini hanya dilakukan sebanyak 2
siklus dan penilaiannya disesuaikan dengan kemampuan siswa SDN
Pondok Labu 12 Pagi Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018.
260 Aida Maqbulah
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Penelitian yang dilakukan pada kelas V di SDN
Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018 maka dapat
disimpulkan bahwa media cerita bergambar pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi membuat karangan dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah
dilakukan pada siswa mulai dari pra siklus, siklus I sampai Siklus II dan
terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata pra siklus sebesar
55,80 siklus I sebesar 66,29 meningkat 10.49 sedangkan pada siklus II
menjadi 85 berarti meningkat sebesar 18,71. Hasil penelitian tindakan
menunjukan peningkatan kuantitatif rata-rata pra siklus sebesar 55,80
siklus I sebesar 66,29 meningkat 10.49 sedangkan pada siklus II menjadi
85 berarti meningkat sebesar 18,71.
Daftar Pustaka
Anitah. Sri. 2011. Media Pembelajaran.Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon13 FKIP UNS Surakarta
Arief . Sadiman.2010. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Arif S.Sadiman.2010. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.Yogyakarta
Elina Syarif dan Zulkarnaen Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta : Depdiknas
M. Atar Semi. 2007. dasar- dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru
Oemar Hamalik. 2012 Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Sadiman. Arif S. dkk. 2012. Media pendidikan. PT.Raja Grafindo Persada
Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan … 261
VOLUME 1 NO. 2 JANUARI-JUNI 2019
Slamet,St.Y.2007. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Surakarta: UNS Press
Tarigan dan Henry Guntur. 2010. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa Bandung: angkasa
Zainuddin. 2010. Materi Pokok Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta