Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL
BERBASIS ENTERTAINMENT PADA MATA KULIAH PENGANTAR
AKUNTANSI
(Studi Empiris pada Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univeristas Brawijaya tentang bentuk pengembangan media pembelajaran audiovisual)
KHOIRUL UMAM HASBIY
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Purpose of this study was to find empirical evidence of differences in the
understanding of the basic concepts of accounting between students who received
audiovisual learning method based on entertainment. Against students who do not
received audiovisual learning method based on entertainment. The basic concept
of accounting in this study limited to accounting cycle for a service company
located in the course Introduction of Accounting. The research data is secondary
data and analyzed using Independent Sample T-Test. The result showed that there
was no difference in the level of understanding of the basic concepts of
accounting between students who received audiovisual learning method based on
entertainment. Against students who do not received audiovisual learning method
based on entertainment.
Keywords: theacing methods, instructional media, audiovisual, basic concepts of
accounting.
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan bangsa karena
pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas pula. Dunia pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan suatu negara.
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjalankan aktifitas negara atau
menjalankan roda bangsa. Tanpa kemajuan pendidikan, negara akan mengalami
kemunduran. Rendahnya mutu pendidikan juga akan berdampak sangat besar
kepada perkembangan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan juga tidak
lepas dari metode-metode pembelajaran yang digunakan.
Kualitas pendidikan tidak terlepas dari metode-metode pembelajaran
yang digunakan. Menurut Syah (1995:15) istilah pembelajaran berhubungan erat
dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran
terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa pengajar atau tanpa kegiatan
mengajar, dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal
yang pengajar lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roehler (1989) dalam Syah
(1995:15) mengatakan apa yang dilakukan pengajar agar proses belajar mengajar
berjalan lancar, bermoral, dan membuat peserta didik merasa nyaman merupakan
bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki pengajar untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran
adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi
yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan
kurikulum.
Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip andragogi digunakan sebagai
landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan tingkatan (level)
penyelenggaraan pendidikan nonformal. Pada pendidikan formal andragogi
seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan
menengah ke atas. Namun demikian dalam menerapkan konsep, prinsip andragogi
pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak harus berdasar pada
bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling utama adalah
berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar. Kondisi itu terjadi karena kita
menganggap bahwa semua peserta didik (warga belajar) itu adalah sebagai orang
dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam merencanakan
arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganlisis
dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari belajar atau dari
sebuah proses pendidikan. Fungsi pengajar dalam hal ini yakni sebagai fasilitator,
bukan menggurui, sehingga relasi antara pengajar dan peserta didik lebih bersifat
multicomunication. (Knowles, 1970).
Heinichet al dalam Pribadi(2004: 146-145) mengklasifikasikan media
yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: (1) Media yang tidak diproyeksikan,
(2) Media yang diproyeksikan, (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5)
komputer, dan (6) multimedia berbasis komputer.Peranan media sangat penting
dalam proses pembelajaran agar informasi yang disampaikan cepat sampai dan
mudah diterima oleh mahasiswa. Begitu juga dengan mata kuliah akuntansi
merupakan mata kuliah yang perlu menggunakan media pembelajaran dalam
penyampaiannya. Hakekatnya dalam pembelajaran harus ada materi yang
diajarkannya, metode, media, dan evaluasi. Jika salah satu komponen tidak ada,
maka sulit untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Demi mencapai suatu tujuan pembelajaran yakni pemahaman terhadap
konsep-konsep akuntansi dasarakan mempermudah pemahaman terhadap konsep-
konsep akuntansi pada tingkat yang lebih tinggi, pengetahuan akan dasar-dasar
akuntansi merupakan suatu kunci utama, maka diharapkan dengan adanya dasar
sebagai pegangan semua praktik dan teori akuntansi akan dengan mudah
dilaksanakan. Namun, kenyataannya pendidikan akuntansi yang selama ini
diajarkan di perguruan tinggi terkesan sebagai pengetahuan yang hanya
berorientasikan kepada mekanisme secara teoritis, sangat jauh berbeda apabila
dibandingkan dengan praktik yang dihadapi di dunia kerja. Masalah tersebut tentu
saja akan mempersulit bahkan membingungkan mahasiswa untuk lebih
memahami konsep dasar akuntansi itu sendiri. Dengan demikian, tingkat
pemahaman terhadap konsep dasar akuntansi masih menunjukkan hasil yang tidak
sesuai dengan yang diinginkan, yang berdampak lurus terhadap tujuan
pembelajaran.
Pada semester awal, setiap program studi akuntansi mewajibkan
mahasiswanya untuk mengikuti perkuliahan Pengantar Akuntansi. Setelah
mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep dasar
akuntansi secara baik. Materi laporan keuangan merupakan salah satu materi yang
sulit dalam pelajaran akuntansi. Kesulitan mahasiswa pada umumnya terlihat
ketika mahasiswa diminta memindahkan data dari kertas kerja ke laporan
keuangan. Kesulitan lain juga terlihat pada pemahaman mahasiswa pada
sistematika laporan keuangan. Berangkat dari permasalahan ini penggunaan media
merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Oleh
karena itu media yang telah ada di dalam kampus harus dapat dimaksimalkan.
Dukungan perlengkapan yang ada dalam kampus harus diimbangi dengan media
visual maupun non visual yang baik. Media visual lebih menarik dari pada media
non visual karena adanya komunikasi secara langsung. Komunikasi visual yang
disertai audio dapat memudahkan siswa dalam memahami apa yang ada dalam
media tersebut.
Shanti (2010) melakukan penelitian tentang dampak pembelajaran
audiovisual terhadap peserta didik di sekolah dasar yang hasil penelitiannya
menyatakan bahwa media pembelajaran audiovisual sangat membantu dalam
proses pembelajaran disekolah. Hal tersebut diperkuat dengan dengan validasi
beberapa ahli diantaranya ahli media, materi dan audiens atau siswa.Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Asror (2011) yang memperoleh bukti empiris bahwa
media audiovisual yang dibuat layak untuk mendukung kegiatan pembelajaran
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa media ini dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Teori dan penelitian terdahulumenyatakan tentang pentingnya media
pembelajaran yang dapat diaplikasikan dengan salah satu media audiovisual. Hal
ini yang menjadikan peneliti mengembangkan media berbasis audiovisual dalam
mata kuliah akuntansi yakni pengantar akuntansi tentang perusahaan jasa. Media
yang variatif dalam pembelajaran akuntansi akan mendukung siswa dapat
memahami materi yang diajarkan. Media audiovisual dapat menghilangkan
kejenuhan siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran, berbagai media pembelajaran harus diterapkan dalam pembelajaran
akuntansi.
Berawal dari latar belakang masalah penelitian yang telah
dikemukakan, maka dirumuskan pokok masalah yaitu: Bagaimana bentuk
pengembangan media audiovisual berbasis entertainment yang dapat diterapkan
pada mata kuliah Pengantar Akuntansi?. Tujuan dari penelitian pengembangan
media audiovisual ini yakni memperoleh bukti tentang bentuk pengembangan
media audiovisual berbasis entertainment yang dapat diterapkan pada mata kuliah
Pengantar Akuntansi.
2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan jamak dari
“medium” yang berarti perantara atau pengantar. Media dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampaian informasi dari pengirim
pesan kepada penerima pesan. Dengan kata lain media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat serta motivasi mahasiswa untuk
menguasai mata kuliah sehingga proses pembelajaran berlangsung secara efektif
(Asnewastari, 2006:25).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu (alat, bahan, atau perangkat)
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan atau
informasi sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat mahasiswa
demi tercapainya tujuan instruksional (Arief dalam Asror, 2002:16). Hal tersebut
senada dengan Santyasa dalam Asror (2007:3) bahwa media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Diperkuat lagi oleh
Purnama (2009:95) bahwa media adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai
alat bantu belajar mahasiswa sehingga mahasiswa dapat lebih mudah dalam
memahami pelajaran.
2.2 Teori Belajar Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata
andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau
membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah
"pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya
membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti
seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena
pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar
anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau
pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang
bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan
kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan
cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku
bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi
orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan
pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni
mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang
sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi
yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri
yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan
seorang pengajar mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
2.3 Pengertian Media Audiovisual
Menurut Arsyad (2005: 30) mengungkapkan bahwa media audiovisual
merupakan teknologi yang digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audiovisual. Pengajaran melalui audiovisual bercirikan pemakaian
perangkat keras seperti mesin proyektor film, tape recorder, LCD, DVD maupun
proyektor visual yang lebar. Media audiovisual memiliki ciri: (1) bersifat linier,
(2) menyajikan visual yang dinamis, (3) digunakan dengan cara yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuat, (4) merupakan representasi
fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak, (5) dikembangkan menurut prinsip
psikologis behaviourisme dan kognitif, dan (6) berorientasi kepada pengajar
dengan tingkat pelibatan interaktif peserta didik yang rendah.
Media audiovisual digunakan sebagai media yang menyajikan
pengalaman yang konkrit melalui visualisasi dengan tujuan antara lain untuk
memperkenalkan, memperkaya atau memperjelas konsep yang abstrak dan
mendorong timbulnya kegiatan sasaran didik yang lebih lanjut. Dengan adanya
visualisasi konsep yang abstrak akan menjadi lebih konkrit (Hardjito (2004: 91).
Hal tersebut senada dengan Juliantara (2010) menjabarkan sifat-sifat media
audiovisual yang mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan untuk
meningkatkan persepsi, (2) kemampuan untuk meningkatkan pengertian, (3)
kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar, (4) kemampuan
untuk memberikan pengutan (reinforcement atau pengetahuan hasil yang dicapai),
dan (5) kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan) media.
2.4 Pengembangan Hipotesis
Media merupakan alat bantu yang memudahkan seorang dosen untuk
memberikan pengajaran kepada anak didiknya agar lebih cepat mengetahui,
memahami, dan upaya terampil dalam mempelajari bidang studi tertentu, baik
media berupa perangkat keras maupun lunak (Thorifuri dalam Asror, 2008:
167).Hakekatnya dalam pembelajaran harus ada materi yang diajarkannya,
metode, media, dan evaluasi. Jika salah satu komponen tidak ada, maka sulit
untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Demi mencapai suatu tujuan pembelajaran yakni pemahaman terhadap
konsep-konsep akuntansi dasar akan mempermudah pemahaman terhadap konsep-
konsep akuntansi pada tingkat yang lebih tinggi, pengetahuan akan dasar-dasar
akuntansi merupakan suatu kunci utama, maka diharapkan dengan adanya dasar
sebagai pegangan semua praktik dan teori akuntansi akan dengan mudah
dilaksanakan.
Dalam pelajaran akuntansi dibutuhkan alat peraga yang riil dan sistematika
yang jelas. Selain itu media audiovisual yang dikembangkan merupakan suatu
diskusi kelompok belajar dan didukung oleh tutorial dalam penyusunan laporan
keuangan sehingga diharapkan dapat lebih interaktif dan dapat menarik motivasi
siswa untuk mempelajari materi laporan keuangan. Dengan gambaran yang
dilakukan setiap hari, media ini akan lebih mengena terhadap hasil pelajaran.
Berdasarkan konsep dan hasil empiris penelitian sebelumnya, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha : Penggunaan media pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan
Akuntansi pada materi konsep dasar Akuntansi
3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2003:50).
Dalam penelitian ini populasinyamerupakanmahasiswabaru S1 Jurusan Akuntansi
UniversitasBrawijaya angkatan tahun 2012. Hal ini dikarenakan
mahasiswaangkatan 2012
merupakanobjekpenelitianpengaruhmetodepembelajaran audiovisual
berbasisentertaintmentterhadaptingkatpemahamanmahasiswaJurusanAkuntansipa
damaterikonsepdasarakuntansi. Besar jumlah populasimahasiswa S1 Jurusan
Akuntansi angkatan tahun 2013adalah315 orang. (SISKA FEB-UB).
------------------Tabel 3.1--------------------
Sampel yang diambil peneliti adalah dua kelas mahasiswa baru angkatan
2012 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang
menempuh mata kuliah Pengantar Akuntansi. Sampel terdiri dari kelas CC yang
berjumlah 37 mahasiswa baru dan kelas CG yang berjumlah 31 mahasiswa, jadi
total sampel penelitian ini adalah 68 mahasiswa baru. Alasan penggunaan sampel
kelas terpilih ini adalah karena kelas ini diampu oleh pengajar yang sama. Tujuan
menggunakan kelas yang diajar oleh dosen yang sama adalah untuk
meminimalisir perbedaan metode pembelajaran yang diakibatkan perbedaan dosen
pengajar. Selanjutnya kelas CC yang berjumlah 37 mahasiswa sebagai kelas
treatment yakni kelas yang menggunakan treatment media pembelajaran
audiovisual berbasis entertaintment. Sedangkan kelas CG yang berjumlah 31
mahasiswa sebagai kelas kontrol yakni kelas pembanding yang tidak
menggunakan treatment media pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment.
3.2 Pengujian Hipotesis
3.2.1 Uji Normalitas Data
Distribusi normal merupakan salah satu distribusi yang sering digunakan
dalam statistik. Distribusi ini sangat penting, karena banyak sekali uji statistik
yang memerlukan data berdistribusi normal. Menguji normalitas data bertujuan
untuk memenuhi sebagian dari syarat statistik parametrik. Normalitas suatu
variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data
terdistribusi normal. (Priyatno 2008:28). Adapun kriteria pengujian normalitas
adalah sebagai berikut :
• Jika angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig > 0,05 maka data
berdistribusi normal
• Jika angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig < 0,05 maka data
berdistribusi tidak normal
3.2.2 UjiHipotesis
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Jika
hasilujinormalitasKolmogorov-Smirnov memilikinilai> 0.05 (alpha 5%)
makaasumsinormalitas data terpenuhi. Data menyebar normal
berartiprosedurparametrikbisadilakukan.Olehkarenaituuntukmenguji ada tidaknya
perbedaanduasampelharusmenggunakanstatistikparametrikyaitumenggunakanInde
pendent sample T-Test, tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat
pemahaman mahasiswa Jurusan Akuntansi tentang konsep dasar akuntansiyang
mendapat metode pembelajaran audiovisual berbasis entertainment dengan yang
tidak mendapat metode pembelajaran audiovisual berbasis entertainment. Adapun
kriteria uji beda adalah sebagai berikut :
• Jika angka signifikansi Independent sample T-Test > 0,05 maka Ha tidak
didukung
• Jika angka signifikansi Independent sample T-Test< 0,05 maka Ha
didukung
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Selanjutnya peneliti akan menjelaskan demografi kelas menurut jenis kelamin
dari data sekunder yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan
rincian jenis kelamin dari masing-masing kelas, yang dijelaskan pada tabel 4.3
berikut ini :
---------------------Tabel 4.1--------------------
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Peneliti akan menyajikan statistik deskriptif variabel penelitian. Sebelum
melakukan treatment, peneliti melakukan test pemahaman awal (pretest) sebelum
menerapkan metode pembelajaran audiovisual. Berikut adalah data statistik
deskriptif yang diperoleh dengan bantuan aplikasi SPSS 20:
----------------------Tabel 4.2----------------------
Menurut tabel 4.2 tentang hasil deskriptif Quis, rata-rata nilai kelas
treatment lebih tinggi dari kelas kontrol yakni 73,8547, sedangkan untuk kelas
kontrol memiliki nilai rata-rata 73,5240. Selanjutnya nilai terendah untuk kelas
treatment adalah 15,00, sedangkan untuk kelas kontrol adalah 47,00. Nilai
tertinggi diraih pada kelas treatment yakni 96,88, dan nilai tertinggi kelas kontrol
adalah 95,00. Hasil deskriptif UTS, rata-rata nilai kelas treatment lebih tinggi
daripada kelas kontrol yakni 80,0270, sedangkan untuk kelas kontrol memiliki
nilai rata-rata 79,5484. Selanjutnya nilai terendah untuk kelas treatment adalah
45,00, sedangkan untuk kelas kontrol adalah 52,00. Nilai tertinggi yang diraih
oleh kelas treatment dan kelas kontrol adalah sama yakni 100,00.
4.2 Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka
data distribusi tersebut dinyatakan normal. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah
hasil uji Kolmogorov-Smirnov:
----------------------Grafik 4.3------------------------
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa hasil uji Kolmogorov-
Smirnov Quis menunjukkan nilai signifikansi 0,473 > 0,05 dan untuk UTS
menunjukkan nilai signifikansi 0,245 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
nilai Quis dan UTSadalah berdistribusi normal. Karena hasil uji Kolmogorov-
Smirnov Quis dan UTS berdistribusi normal, maka analisis data berikutnya
menggunakan statistik parametrik yakni Independent SampleT-Test.
4.3 Hasil PengujianHipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengunakan Uji statistik Parametrik
Independent sampleT-test, karena data Quis dan UTS berdistribusi normal.Untuk
lebih jelasnya maka peneliti akan menampilkan hasil uji sebagai berikut::
---------------------Tabel 4.4---------------------
BerdasarkanTabel 4.4 dapatdiketahuibahwahasilT-Test Quislebihdari alpha 5%
yakni 0.871 > 0,05, begitu juga dengan hasil T-Test UTS yakni 0.884 > 0.05.
Meskipun nilai quis dan Ujian Tengah Semester mahasiswa kelas kontrol lebih
rendah daripada kelas treatment yakni rata-rata kelas quiz kelas kontrol
mendapatkan nilai 73,254, sedangkan kelas treatmentmendapatkan nilai 73,855.
Untuk nilai UTS kelas kontrol mendapatkan nilai 79,548, sedangkan kelas
treatment mendapatkan nilai 80,027. Berdasarkanhasil Independent SampleT-Test
yang menunjukkan angka signifikansi > 0,05, maka Ha tentang tingkat
pemahaman mahasiswa Jurusan Akuntansi pada materi konsep dasar akuntansi
yang menggunakan media pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment lebih
baik daripada yang tidak menggunakan media pembelajaran audiovisual berbasis
entertaintmenttidak didukung dalam penelitian ini.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran,
dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media audiovisual merupakan salah satu yang menjadi perantara
atau alat penyampaian informasi yang mempunyai suara, gambar, gerakan,
animasi, dan cahaya.
Pengembangan media audiovisual ini menggunakan model pengembangan
Dick and Carey (1978:89), yang telah dimodifikasi menyesuaikan dengan
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Namun sebelum pembuatan media
audiovisual peneliti melakukan observasi dalam menentukan materi yang dipilih
dan diangkat dalam media yang akan dikembangkan. Materi yang ditemukan dan
layak diangkat dalam media ini adalah siklus akuntansi perusahaan jasa. Materi
siklus akuntansi perusahan jasa dipilih karena mahasiswa membutuhkan
pengetahuan dasar tentang siklus akuntansi. Tujuannya adalah supaya mahasiswa
baru tidak akan mengalami kesulitan untuk mempelajari level akuntansi yang
lebih tinggi.
Disamping memiliki banyak kelebihan yang diungkapkan diatas, media
audiovisual yang digunakan juga memiliki kekurangan diantaranya adalah sifat
komunikasi bersifat satu arah sehingga harus diimbangi dengan tambahan
penjelasan dari narasumber yang dapat menguatkan materi laporan keuangan dan
pengoperasian media ini dibutuhkan alat berupa perlengkapan LCD Proyektor dan
sound system untuk menghasilkan gambar dan suara maksimal tetapi tidak semua
kampus yang mempunyai LCD proyektor dan sound system namun dapat diatasi
dengan layar telivisi maupun komputer.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwatidak ada perbedaan tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan
Akuntansi pada materi konsep dasar Akuntansi yang menggunakan media
pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment dengan yang tidak
menggunakan media pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment. Meskipun
rata-rata nilai Quiz dan UTS mahasiswa kelas
kontrollebihrendahdibandingkanmahasiswakelas treatmentyang mendapatkan
metode pembelajaran audiovisual berbasis entertaintment.
5.2 KeterbatasanPenelitian & Arah Penelitian Selanjutnya
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari
beberapa kekurangansertamasih jauh dari sempurna sehingga perlu dilakukan
pengembangan dan pengujian oleh penelitian-penelitian selanjutnya.Adapun
beberapa keterbatasandansaran yang hendakdisampaikan
peneliti.Pertama,penelitian ini hanya menggunakan data
sekunder.Untukselanjutnya, penelitian yang akandilakukan mendatang diperlukan
data pendukung lainnya seperti wawancara atau interview terhadap responden
agar peneliti lebihmengetahui lebihmendalam objek penelitian.
Kedua,sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada mahasiswa
akuntansidi Universitas Brawijaya Malang saja, sehingga belum mencakup
seluruh populasi mahasiswa akuntansi PTN (Perguruan tinggi Negeri)atauPTS
(Perguruan Tinggi Swasta)diluar Universitas Brawijaya. Jadi hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasi untuk mahasiswa akuntansi PTN atauPTS diluar
Universitas Brawijaya.Studi mendatang hendaknya menggunakan sampel yang
lebih besar, tidak hanya pada mahasiswa perguruan tinggi negeri namun juga
memasukkan mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi swasta, baik yang di
Malang atau di daerahlainnyasehingga hasil kesimpulan dapat digeneralisasikan
pada kelompok sampel yang lebih besar.
Ketiga, tidakadanyapenelitianterdahulutentangpengembangan media
audiovisualini terhadap mahasiswa baru Jurusan
Akuntansi.Penelitianterdahuluhanyamenelititentangpengembangan media
audiovisual pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah.Studimendatanghendaknya menambah pengembangan media audiovisual
terhadap mata kuliah lain sehingga penggunaan media audiovisual tidak hanya
pada mata kuliah Pengantar Akuntansi saja. Keempat, produk ini dibuat hanya
khusus untuk pokok bahasan perusahaan jasa, khususnya siklus akuntansi
perusahaan jasa saja. Oleh karena itu, disarankan kepada pengembang produk
agar dapat mengembangkan produk dengan pokok bahasan lanjutan atau bahkan
mata kuliah lain.
Kelima, pembuatan media audiovisual dilakukan oleh peneliti sendiri
tanpa bantuan tim yang lebih mengerti dan paham tentang konten naskah,
penyutradaraan, serta kualitas film. Pengembangan selanjutnya perlu dilakukan
perbaikan terhadap konten naskah, penyutradaraan serta kualitas film yakni
dengan menonjolkan target pembelajaran sehingga penyampaian dalam media
tersebut dapat efektif dan efisien, hal tersebut berdampak pada pemahaman
mahasiswa dan secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai di dalam kelas.
Penyutradaraan dan penokohan juga sangat penting dilakukan agar penyampaian
naskah serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuntansi dapat tersampaikan
dengan baik. Dengan kualitas media audiovisual yang baik tentunya dapat
memberikan kenyamanan dalam menonton sehingga mata kuliah Pengantar
Akuntansi yang merupakan pondasi awal mahasiswa Jurusan Akuntansi untuk
melangkah ke mata kuliah akuntansi dengan level yang lebih tinggi akan menjadi
motivasi tersendiri dan akan terbentuk mind set bahwasanya akuntansi adalah hal
yang menyenangkan dan mudah untuk dipahami. Keenam, komunikasi dalam
media audiovisual ini masih bersifat satu arah, sehingga untuk pengembangan
lebih lanjut, keinteraktifan media dapat ditambahkan dalam media audiovisual,
agar objek penelitian dapat merasa terlibatkan dalam penayangan media
audiovisual ini sehingga antusiasme akan muncul pada objek penelitian. Ketujuh,
diperlukan pendekatan pembelajaran mengenai ranah afektif, kognitif, dan
psikomotrik demi meningkatkan tingkat keberhasilan pembelajaran media
audiovisual yang selanjutnya dikolaborasikan dengan pendekatan pembelajaran
orang dewasa (andragogi) sehingga peningkatan tersebut sesuai dengan objek
penelitian dan tujuan pembelajaran pada media audiovisual ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada
Asmin, Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa
(Andragogi), http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_
pembelajaran.htm, Diakses tanggal 1 Januari 2013.
Asnewastari. 2006. Keefektifan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online) diakses tanggal 5 januari 2011
Asror, Bisrul Mifachul. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Audiovisual
pada Pokok Bahasan Laporan Keuangan Perusahaan Jasa di SMA Negeri 3
Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Malang
Dageng, I. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti: P2LPTK
Dick, W; Carey, L. 1978. The Systematic Design of Instruction. United States of
America: Foresman and Company
Freire. P., (1970). Pedagogy of the Oppressed. New York: the Searbury Press.
Hardjito. 2004. Peran Guru dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Ditinjau dari
Perspektif Progresif. Teknodik:7(14):85-107
Hasan, M Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta. BPFE.
Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult
education, andragogy versus ". New York : Association Press.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Nopiyanti; Rohendi, Dedi; dan Sutarno, Heri. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Berbasis
Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: UPI Jakarta.
Pramono, Y. G. 1996. Pengembangan Pembelajaran Bantuan Komputer dalam
Pokok Bahasan “Present Perfect Tense” mata kuliah “Structur 1” pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Katolik
Mandala Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang
Pribadi, Benny A.2004. Ketersediaan dan Pemanfaatan Media dan Teknologi
Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan, 5(2):145-146
Purnama, S Edy. 2009. Optimalisasi Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran dengan Media CD Interaktif (Multimedia) Bagi Siswa
Kelas 7-C SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen. Jurnal
Pendidikan, 5(1):92-99
Ramendra, Dewa Putu dan Ratmaningsih, Ni Made. 2007. Pemanfaatan
Audiovisual Aids Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa
Inggris di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan:1(2):78-95
Sar’i, Muhammad, Muhammad Irsadsyah, Nasrullah Djamil. 2010. Analisis
Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Terhadap Konsep Dasar
Akuntansi. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Sekaran, Umma. 2006. Research methods for Business edisi 4. Terjemahan
Kwan Men Yon. Jakarta : Salemba Empat
Shanti, Novilya. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Audiovisual Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Lingkungan di Sekitar Kita
kelas I Semester II MI Sunan Kalijaga Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang
Siswanto. 2009. Penerapan Model Evaluasi Stake (Countenance) untuk
Mengevaluasi Pembelajaran Dasar-Dasar Akuntansi. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia Vol. VIII. No. 1 – Tahun 2009 Hal 10 - 17
Simamora, Roymond H. (2009). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan.
Jakarta:EGC
Slavin, R. E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition,
Boston: Allyn and Bacon
Sudrajat, Akhmad. 2008. Belajar Media Pembelajaran. (Online)
(http://www.google.com/Media pembelajaran.html diakses 4 Juni 2012)
Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung. Alfabeta
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru. Bandung:
Remaja RosdaKarya.
Thantawi. 2001. Pengantar Manajemen. Malang: Bito Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya.
Warsihna, Jaka. 2009. Pembuatan Media Video. (Online)
(http://www.sribd.Archive FAQ.com/pembuatan media video.html diakses
24 juni 2012)
Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi terhadap Minat
Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi.Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII.
Williamhegel. 2009. Belajar Media Audiovisual. (Online)
(http://www.williamhegel’s.blogspot.com/belajar dengan media
audiovisual.html diakses 4 Juni 2012)
_____.2009. Tutorial Ulead. (Online) (http://Computerkita.blogspot.com/Tutorial
Ulead.html diakses 24 juni 2012)
_____.2008. Buku Pedoman Penulisan Skripsi jurusan Akuntansi. Malang:
Universitas Brawijaya Malang.
------------------Tabel 3.1-----------------
Jumlah Mahasiswa S1 Akuntansiangkatan 2012
No Keterangan Mahasiswa
1 S1 Akuntansi 315
2 S1 Akuntansi (Internasional) 48
TOTAL 363
Sumber : SISKA (FEB-UB)
----------------------Tabel 4.1----------------------
Jenis Kelamin Objek Penelitian
No. Jenis Kelamin Kelas treatment Kelas kontrol
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Laki-laki 16 43 % 15 48% 31 46%
2 Perempuan 21 57 % 16 52% 37 54%
Jumlah 37 100 % 31 100% 68 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2012
------------------------Tabel 4.2------------------------
Hasil Data Statistik Deskriptif Quis dan UTS
Keterangan Quis UTS
Treatment Control Treatment Control
N 37 31 37 31
Mean 73,8547 73,254 80,027 79,5484
Std. Deviation 17,42333 11,72939 15,124 11,18582
Minimum 15 47,38 45 52
Maximum 96,88 95 100 100
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
---------------------------Tabel 4.3-------------------------
HasilUjiNormalitasQuiz, dan UTS
Keterangan Quiz UTS
Kolmogorov-Smirnov Z 0,845 1,024
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,473 0,245
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
---------------------------Tabel 4.4-------------------------
HasilUjiHipotesis
Parameter Nilai signifikansi hasil uji T-test
Quis 0.871
UTS 0.884
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012