Upload
nurulalifah
View
166
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Suku Bunga Deposito, Inflasi, Kurs Valuta Asing, Nurul Alifah, 1111084000023, Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si
Citation preview
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 1
PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP KURS VALUTA
ASING DI INDONESIA (TAHUN 2002-2012)
NURUL ALIFAH
Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Email: [email protected]
Pembimbing
Tony S. Chendrawan, ST.,SE., M.Si
ABSTRAK
The research aims to analyze the effect of deposit interest rate and inflation on
foreign exchange in Indonesia. Samples taken as mamy as 11 years in 2002-2012.
Based on this research,regression formula had found as:
Y=8930,558+24,145SBD+17,026i ;5%. The regression formula can be interpreted
that deposit interest rate coefficient showed a positive direction means the increase
in deposit interest rate will raise the foreign exchange. Inflation coefficient showed
a positive direction meaning the increase inflation will increase the foreign
exchange. That is conclution from this research describe that statistic result. Adjust
R2 value on this research is 0.059 this mean that 5.9% of foreign exchange could
be explained by independent variables deposit interest rate and inflation. And
94.1% remanant of these explained by variables outside not listed in the formula.
Keyword:Foreign Exchange, Deposit Interest Rate, Inflation
I. Pendahuluan
Kondisi perkonomian yang kurang
stabil akan sangat mempengaruhi
perkembangan pasar modal dan cenderung
akan membuat kegiatan pasar modal mnjadi
sepi. Apabila kondisi tingkat inflasi tinggi
akan mengakibatkan tingginya tingkat suku
bunga tabungan terutama deposito. Hal ini
dapat menghambat perkembangan pasar modal
karena masyarakat cenderung
menginvestasikan dananya pada sektor
perbankan yang tidak memiliki resiko sama
sekali jika dibandingkan dengan
menginvestasikannya di pasar modal. Dalam
perekonomian dunia, nilai mata uang tidak
pernah ada yang stabil.Disisi lain, harga-harga
barang dan jasa cebderung mengalai
peningkatan. Keadaan ini akan mengakibatkan
daya beli mata uang tersebut menjadi turun
mengakibatkan terjadinya inflasi. Dengan
semakin meningginya angka inflasi maka
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 2
perekonomian akan memburuk. Terlepas dari
hal tersebut melemahnya kurs mata uang
rupiah terhadap mata uang asing terutama
Dollar Amerika Serikar merupakan sinyal
negatif bagi perekonomian yang mengalami
inflasi karena akan meningkatkan biaya import
bahan baku dan juga akan memberatkan bagi
perusahaan yang mempunyai utang luar negeri
dengan kurs dollar, hal ini akan menurunkan
profitabilitas perusahaan.
Nilai tukar mencerminkan
mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap permintaan uang dalam
negeri maupun mata uang asing Dollar
Amerika. Merosotnya nilai tukar Rupiah
merefleksikan menurunnya permintaan
mesyarakat internasional terhadap mata uang
rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasionl atau karena
meningkatnya permintaan mata ung asing
Dollar Amerika. Semakin menguat kurs rupiah
sampai batas tertentu berarti menggambarkan
kinerja dipasar uang semakin menunjukkan
perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju
inflasi maka nilai tukar mata uang domestik
semakin melemah terhadap mata uang asing,
hal ini mengakibatkan harga saham akan
mengalami penurunan, dan investasi di pasar
modal menjadi kurang diminati.
Untuk mengatasi masalah rendahnya
nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dollar
Amerika dan beberapa mata uang asing lain
mulai tahun 1997 sampai awal tahun 1998
Bank Indonesia (BI) melakukan
penanggulangan yang antara lain dengan cara
menaikkan suku bunga Bank Indonesia
melalui sertifikay Bank Indonesia (SBI).
Kebijakan yang diambil oleh bank sentral ini
mengakibatkan naiknya suku bungan deposito
bank-bank komersial di Indonesia. Naiknya
suku bunga ini juga berdampak pada naiknya
suku bunga pinjaman. Bagi perusahaan (go
public) yang tingkat perbandingan antara
hutang dan modal sendiri tinggi, akan
mengakibatkan biata pinjaman dan biaya
modal semakin tinggi. Tingginya biaya modal
akan menurunkan laba yang berakibat
menurunnya deviden sehingga pemodal
terutama yang peka terhadap deviden akan
menjual saham dan pada gilirannya akan
menurunkan harga saham, hal ini berarti
menurunkan nilai perusahaan. Naiknya suku
bunga deposito berjangka juga akan
menyebabkan pemodal akan menanamkan
dananya pada deposito, dan akibatnya pada
emiten akan menurunkan kinerja perusahaan
sehingga laba akan turun. Tingkat suku bunga
akan mencapai puncaknya apabila terjadi
inflasi, hal ini terjadi karena pada masa inflasi
pemerintah biasanya berusaha untuk
menurunkan tingkat inflasi tersebut. Salah satu
cara untuk menurunkan tingkat inflasi adalah
menaikkan tingkat suku bunga naik. Akan
tetapi, kalau bunga deposito atau tabungan
naik, maka bunga kredit juga harus diatas
bunga deposito. Jika tidak, akan terjadi
negative spread (kondisi yang menunjukkan
beban pembayaran suku bunga simpanan dari
nasabah lebih besar ketimbang penerimaan
dari bunga atas kredit-ktedit yang disalurkan
perbankan.
Berdasarkan pemaparan maka
permasalahan yang akan dilakukan pengkajian
dan penelitian yang terkait dengan itu. Dalam
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 3
penelitian ini variabel yang akan digunakan
adalah suku bunga deposito, inflasi dan kurs
valuta asing. Peneliti akan mengangakat judul
tentang, “PENGARUH SUKU BUNGA
DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP
KURS VALUTA ASING DI INDONESIA
(TAHUN 2002-2012)”
II. Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka
2.1 Suku Bunga Deposito
Suku bunga adalah „harga‟ yang
terjadi dipasar uang dan modal. Harga disini
adalah harga dari penggunaan uang untuk
jangka waktu yangditentukan bersama. Suku
bunga dapat diartikan sebagai penerimaan
yang diperoleh dari sejumlah uang yang
dipinjamkan kepada pihak lain yang
kekurangan dana atas perhitungan waktu dan
nilai ekonomis.
Deposito adalah produk bank yang
memberikan bunga lebih tinggi dari simpanan
biasa dan hanya dapat ditarik dalam jangka
waktu tertentu. Deposito atau yang sering
disebut deposito berjangka, merupakan produk
bank sajenis jasa tabungan yang biasa
ditawarkan kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang No.10 Tahun
1998 Pasal 1, deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank. Deposito berjangka
merupakan simpanan masyarakat yang
penarikannya dapat dilakukan setelah jangka
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah
pihak berakhir.
Sedangkan Deposito Berjangka
didefinisikan suatu simpanan yang memiliki
jangka waktu tertentu dengan tingkat suku
bunga tertentu pula, deposito ini hanya dapat
ditarik apabila telah jatuh tempo. Adapun
jenis-jenis dari deposito berjangka bedasarkan
pemberian bungannya yaitu :
1. Deposito berjangka yang pemberian
bunganya dapat dilakukan dengan
ketentuan deposan dapat mengambil
bunganya setiap bulan sesuai dengan yang
diperjanjikan oleh kedua belah pihak.
2. Deposito berjangka yang pengambilan atau
pemberian bunganya dapat dilakukan
dimuka pada waktu deposan menyimpan
uangnya di bank.
Dana dalam deposito dijamin oleh
pemerintah melalui Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dengan persyaratan tertentu.
Deposito biasanya memiliki jangkawaktu
dimana uang di dalamnya tidak boleh ditarik
nasabah. Deposito baru bisa dicairkan sesuai
dengan tanggal jatuh temponya, biasanya
deposito jatuh tempo 1,3,6, atau 12 bulan.
Bunga dapat diambil setetelah tanggal jatuh
tempo atau dimasukkan lagi ke pokok deposito
untuk didepositokan lagi pada periode
berikutnya. Bunga deposito berbeda-beda tiap
bank, namun pada umumnya lebih tinggi dari
pada simpanan biasa. Agar deposito aman
pastikan bunganya tidak lebih dari yang
dijamin oleh LPS.
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 4
2.2 Inflasi
2.2.1 Definisi inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan
sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa
yang bersifat umum dan terus menerus selama
waktu tertentu. (Prathama & Mandala,
2008;359)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi :
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
menjadi lebih tinggi daripada harga periode
sebelumnya.
2. Bersifat umum.
Kenaikan harga suatu komoditas dapat
dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
menyebabkan harga – harga secara umum
naik.
3. Berlangsung terus – menerus.
Kenaikan harga yang bersifat umum juga
belum tentu akan memunculkan inflasi, jika
terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi
dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat
apakah kenaikan harga bersifat umum dan
terus – menerus. Rentang waktu lebih
panjang adalah triwulan dan tahunan.
2.2.2 Jenis-jenis inflasi
Gejala inflasi berdasarkan faktor
penyebabnya, yaitu inflasi tarikan
permintaan(demand –pull inflation), inflasi
dorongan biaya ( cost-push inflation), dan
kombinasi keduanya. (Prathama dan Mandala,
2008;365)
1. Inflasi Tarikan Permintaan (demand-pull
inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand-
pull inflation) adalah inflasi yang terjadi
karena dominannya tekanan permintaan
agregat. Inflasi tarikan permintaan biasanya
terjadi pada masa perekonomian yang
berkembang dengan pesat akan
menimbulkan kebutuhan tenaga kerja yang
tinggi. Kebutuhan tenaga kerja yang tinggi
akan menciptakan pendapatan masyarakat
menjadi meningkat. Pendapatan
masyarakat yang meningkat menyebabkan
pengeluaran agregat juga semakin
meningkat. Meningkatnya pengeluaran
agregat ini, tidak sebanding dengan
keluaran output bareng dan jasa sebagai
alokasinya. Sehingga produsen menaikkan
harga secara terus menerus karena
masyarakat cenderung berlomba untuk
mendapatkan output tersebut akibat dari
keluaran output yang tidak sebanding
dengan uang yang akan dikonsumsi.
2. Inflasi Dorongan Biaya (cost-push
inflation)
Inflasi Dorongan Biaya (cost-push
inflation) terjadi karena kenaikan biaya
produksi. Biasanya menyebabkan
penawaran agregat berkurang. Inflasi
dorongan biaya ini juga disebabkan karena
masa perekonomian yang meningkat
dengan pesat ketika tingkat pengangguran
sangat rendah. Apabila perusahaan-
perusahaan masih menghadapi permintaan
yang bertambah dalam perekonomian yang
meningkat dengan pesat, mereka akan
berusaha menaikkan produksi dengan cara
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 5
memberikan gaji dan upah yang lebih
tinggi kepada pekerjanya dan mencari
pekerjaan baru dengan tawaran yang lebih
tinggi. Langkah ini menyebabkan biaya
produksi meningkat yang menimbulkan
kenaikan harga-harga berbagai barang.
3. Stagflasi
Stagflasi merupakan kombinasi dari
dua keadaan buruk, yaitu stagnasi dan
inflasi. Stagnasi adalah kondisi dimana
tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar nol
persen per tahun. Jumlah output relative
tidak bertambah. Sayangnya kondisi ini
disertai dengan inflasi.
2.2.3 Teori Inflasi
Dampak inflasi diuraikan oleh
J.M.Keynes dengan indah, yaitu “Ketika
inflasi terjadi dan nilai nyata mata uang
berubah – ubah tak tentu dari bulan ke bulan,
semua hubungan permanen antara debitur dan
kreditur, yang membentuk dasar pokok
kapitalis, menjadi sama sekali tidak teratur dan
juga menjaddi hamper tidak berarti, dan proses
dari pemerolehan kakayaan menurun
derajatnya menjadi sebuah permainan atau
undian”. (Samuelson & Nordhaus :386)
Teori Keynes yang dikemukan dalam
buku: The General Theory. Dalam buku
tersebut menerangkan peranan uang dalam
mempengaruhi kegiatan ekonomi. Keynes
berpendapat “uang tidak netral” (money is not
neutral) – ia mempunyai peranan dalam
mempengaruhi kegiatan perekonomian.
(Sadono Sukirno : 487). Perubahan –
perubahan penawaran uang akan
mempengaruhi kegiatan perekonomian dan
pemdapatan nasional melalui “mekanisme
transaksi: berikut :
1. Pertambahan penawaran uang akan
menurunkan suku bunga.
2. Pengurangan suku bunga akan menambah
investasi.
3. Kenaikan investasi akan menimbulkan
proses multiplier sehingga akhirnya
pendapatan nasional meningkat lebih besar
dari kenaikan investasi yang pada mulanya
berlaku.
Pandangan klasik, apabila permintaan
agregat bertambah maka inflasi akan berlaku.
Akan tetapi, dalam keadaan di mana tingkat
pengangguran tinggi, pertambahan penawaran
uang tidak menyebabkan permintaan agregat
mencapai tingkat yang diperlukan untuk
mewujudkan kesempatan penuh.
2.2.4 Indikator Inflasi
Ada beberapa indicator ekonomi
makro yang digunakan un tuk mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu, yaitu:
1. Indeks Harga Konsumen (Consemer Price
Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah
angka indeks yang menunjukkan tingkat
harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam satu periode tertentu. IHK
diperoleh dari menghitung harga-harga
barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode. Di
Indonesia perhitungan IHK dilakukan
dengan mempertimbangan sekitar beberapa
ratus komoditas pokok.
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 6
2. Indeks Harga Perdagangan Besar
(Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat dari sisi konsumen,
Imdeks harga Perdagangan Besar (IHPB)
melihat inflsi dari sisi produsen. Oleh
kafrena itu IHPB sering juga disebut
sebagai indeks harga produsen (producer
price index). IHPB menunjukkan tingkat
harga yang diterima produsen pada
berbagai tingkat produksi. Prinsip
menghitung inflasi berdasarkan data IHPB
adalah sa,ma denagn cara berdasarkan
IHK:
3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK
dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang sangat terbatas. Sebab dilihat
dari metode penghitungannya, kedua
indicator tersebut hanya melingkupi
beberapa puluh atau mungkin beberapa
ratusan jenis barang jasa, di beberapa puluh
kota saja. Padahal dalam kenyataannya
jenis barang dan jasa yang diproduksi atau
dikonsumsi dalam sebuah perekonomian
dapat mencapai ribnuan., puluhan ribu atau
bahkan mungkin ratusan ribu jenis.
Kegiatan ekonomi tidak terjadi dibeberapa
tempat saja, melainkan diseluruh wilayah.
Untuk mendapatkan hasil gambaran inflasi
yang paling mewakili keadaan yang
sebenarnya, ekonom menggunakan indeks
harga implicit (GDP deflator).
Sama halnya dengan dua indicator
sebelumnya, perhitungan inflasi
berdasarkan IHI dilakukan dengan
menghiting perubahan angka indeks
.
2.2.5 Biaya Sosial dari Inflasi
Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial)
yang muncul dari inflasi yang tinggi (≥10%
per tahun), yaitu:
1. Menurunnya tingkat kesejahteraan
masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat,
sederhananya dengan tingkat daya beli
pendapatan yang diperoleh. Inflasi
menyebabkan daya beli pendapatan makin
rendah, khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan kecil dan tetap.
2. Makin buruknya distribusin pendapatan
Dampak buruk inflasi terhadap tingkat
kesejahteraan dapat dihindari jika
pertumbuhan tingkat pendapatan lebih
tinggi dari tingkat inflasi. Ada sebagian
masyarakat dapat meningkatkan
pendapatan riilnya, namun ada sebagian
besar masyarakat yang mengalami
penurunan pendapatan riilnya. Distribusi
pendapatan dilihat dari pendapatan riil
makin memburuk.
3. Terganggunya stabilitas ekonomi
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi
dengan merusak tentang masa depan
(ekspektasi) para pelaku ekonomi. Bagi
produsen merusak perkiraan akan naiknya
harga barang dan jasa mendorong mereka
menunda penjualan agar untung besar.
Penawarn barang dan jasa berkurang,
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 7
akibatnya kelebihan permintaan membesar
dan mempercepat laju inflasi. Tentu saja
kondisi ini memperburuk perekonomian.
2.3 Kurs Valuta Asing
2.3.1 Definisi Kurs Valuta Asing
Uang merupakan alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Persoalannya lebih
rumit jika menyangkut urusan di luar batas
negara. Karena pada umumnya perdagangan
antar negara dapat berlangsunmg jika
dimingkinkan menukar mata uang suatu
negara menjadi mata uang negara lain. Nilai
tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata
uang lainnya merupakan bagian dari proses
valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada
mata uang asing actual atau berbagai klaim
atasnya, seperti deposito bank atau surat
sanggup bayar yang diperdagangkan. Nilai
tukar mata uang merupakan perbandingan nilai
dua mata uang yang berbeda atau dikenal
dengan sebutan kurs. (Hendra, 2002;186) Kurs
antara dua Negara adalah harga yang
penduduk negara-negara tersebut tukarkan
satu sama lain. (Mankiw)
Valuta asing (foreign exchange)
adalah mata uang negara lain (foreifn
currency) dari suatu perekonomian (Prathama
dan Mandala, 2008;307). Kenaikan harga
valuta asing disebut depresiasi atas mata uang
dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih
mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam
negeri merosot. Turunnya harga valuta asing
disebut apresiasi mata uang dalam negeri.
Mata uang asing menjadi lebih murah, ini
berarti nilai relatif mata uang menjadi lebih
murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam
negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta
asing disebabkan karena adanya perubahan
permintaan atau penawaran dalam bursa valuta
asing (hukum penawaran dan permintaan).
Banyak sebab yang melatarbelakangi
perubahan ini, seperti: Neraca ekspor impor,
aliran modal, perubahan struktur, neraca
perdagangan dan lain-lain.
2.3.2 Konsep Nilai Tukar
Nilai tukar didasari dua konsep, yaitu:
1. Konsep Nominal merupakan konsep
untuk mengukur perbedaan harga mata
uang yang menyatakan berapa jumlah
mata uang suatu negara yang diperlukan
guna memperoleh sejumlah mata uang
dari negara lain. Kurs nominal adalah
harga relative mata uang dua negara
dinotasikan sebagai e.
2. Konsep rill dipergunakan unruk
menguker daya saing komoditi ekspor
suatu negara di pasaran internasional.
Kurs riil adalah harga relative barang-
barang diantara dua negara kadang
disebut term of trade. Kurs riil
menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang suatu
negara untuk barang-barang negara lain.
Nilai tukar rill secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut:
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 8
Perbandingan nilai tukar riil untuk
barang tunggal ini menjelaskan bagaimana
mendefinisikan nilai tukar riil untuk kelompok
barang yang lebih luas. Jika e adalah nilai
tukar nominal (jumlah dolar per rupiah), P
adalah tingkat harga di Indonesia (diukur
dalam rupiah), dan P* adalah tingkat harga di
AS (diukur dalam dolar), maka nilai tukar riil
adalah:
⁄
2.3.3 Pekembangan Sistem Nilai Tukar
1. Sistem Nilai Tukar Standar Emas
Negara yang menganut system
nilai tukar standar emas menetapkan nilai
tukar mata uangnya dalam berat emas
tertentu. Konsekuensinya dari system ini,
otoritas moneter harus bersedia menjual
maupun membeli berapa jumlah emas
pada harga yang telah ditentukan.
Disamping itu, arus keluar masuk emas di
negara tersebut dibiarkan bebas.
2. Sistem Nilai Tukar Tetap
Sistem nilai tukar tetap “fixed
exchange rate”, dimana lembaga otoritas
moneter menetapkan tingkat nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang
negara lain pada tingkat tertentu, tanpa
memerhatikan penawaran ataupun
permintaan terhadap valuta asing yang
terjadi.
3. Sistem Nilai Tukar Pengawasan Devisa
Suatu negara menganut rezim
pengawasan devisa dalam nilai tukar mata
uangnya, biasanya perekonomian negara
tesebut tidak memiliki cadangan devisa
yang cukup untuk menutup defisit neraca
pembayaran yang terus menerus.
4. Sistem Nilai tukar tanbatan
Sistem nilai tukar tambatan atau
“pegged exchange rate system”, dimana
mata uang domestik dikaitkan dengan
suatu mata uang asing. Tingkat nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang
asing lainnya merupakan penurunan dari
nilai tukar mata uang asing yang
dijadikan tambatan dengan mata uang
asing lainnya.
5. Sistem Nilai Tukar Mengambang
Nilai tukar mengambang atau
sering disebut “floating exchange rate”,
diman tingkat nilai tukar dibiarkan
menurut keseimbangan permintaan dan
penawaran mata uang valuta asing yang
terjadi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Variabel
Dependen
(X1)
Suku Bunga
Deposito
Variabel
Dependen
(X2)
Inflasi
Variabel
Independen
(Y)
Kurs Valuta
Asing
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 9
2.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran seperti yang telah
disebutkan dapat diambil beberapa hipotesis
sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh antara suku bunga
deposito dan inflasi terhadap kurs valuta asing
H1 : Ada pengaruh antara suku bunga deposito
dan inflasi terhadap kurs valuta asing
III Metode Penelitian
3.1 Metode Analisis Data
Ruang lingkup penelitian ini meliputi
variabel dependen yaitu kurs valuta asing dan
variable independen yaitu suku bunga deposito
dan inflasi. Data yang di gunakan adalah data
dari periode tahun 2002-2012. Data kurs
valuta asing menggunakan kurs tengah
Rupiah/US$. Sedangkan data suku bunga
deposito menggunakan tingkat suku bunga
deposito jangka waktu tahunan pada Bank
Persero. Dan data inflasi menggunakan
indikator indeks harga konsumen.
Jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini
data dihimpun dengan menggunakan data
skunder dengan jenis data time series. Sumber
data di peroleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Bank Indonesia(BI).
Metode pengumpulan data dengan
menggunakan library research. Namun
terkadang buku referensi sudah tidak up to
date oleh karena itu penelitian ini juga
menggunakan interenet research.
Adapun metode yang digunakan dalam
pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi berganda atau multiple
regretion dengan alat analisis SPSS, dengan
mempergunakan asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi
sedangkan uji statistiknya menggunakan uji t,
uji f, dan uji determinasi.
3.2 Operasional Variabel
Untuk lebih memudahkan memahami
penggunaan variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini , maka dapat dilihat table
operasional variabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
No Variabel Konsep Skala
1 Kurs
Valuta
Asing
Perbandingan nilai
dua mata uang
yang berbeda
dalam suatu
perekonomian
Rasio
2 Suku
Bunga
Deposito
Suku bunga
deposito adalah
tingkat pengem-
balian atau
imbalan atas
simpanan uang
dalam jangka
waktu tertentu
yang
pengambilannya
hanya dapat
ditarik ketika
jatuh tempo
Rasio
3 Inflasi Kenaikan tingkat
harga barang dan
jasa yang bersifat
umum dan terus
menerus selama
waktu tertentu.
Rasio
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 10
3.3 Model Fungsi
Kurs Valuta Asing = f (inflasi, suku bunga
deposito)
Sedangkan rumus statistic sebagai berikut
Dimana :
= Konstanta
= Koefisien dari variable suku bunga
deposito
= Koefisien dari variable inflasi
IV Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini akan dijelaskan
hasil analisis yang telah diolah. Hasil analisa
data skunder yang telah diolah yaitu:
4.1 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara
simultan, maka digunakan regresi linear
berganda (multiple regression) dan alpha yang
digunakan adalah 5%, sebelum dilakukan
pengujian dengan regresi berganda, variabel-
variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik
yaitu
a. Uji Normalitas
Uji statistik kolmogorav-smirnov
(K-S) merupakan uji yang digunakan
untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi
normal (widarjono,2010) uji normalitas
adalah uji statistik non-paramatrik.
Gambar 4.1
Bedasarkan gambar 4.1, dapat dilihat
bahwa titik-titik tidak menyebar disekitar
garis diagonal dan penyebarannya tidak
mengikuti garis diagonal. Dengan demikian
penyebaran data kurs value asing (USD)
tidak mengikuti asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi ketika dua
atau lebih variabel independen yang digunakan
dalam model mempunyai hubungan
(correlated), baik yang sifatnya moderat
maupun tinggi. Uji multikolinearitas dilakukan
untuk memastikan baahwa variabel
independen satu dengan yang lainnya
digunakan dalam model tidak mempunyai
hubungan (uncorrelated).
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 11
Tabel 4.1
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Toler
ance VIF
1 (Cons
tant)
8930.5
58
594.93
8
15.0
11
.000
SBD 24.145 70.426 .139 .343 .741 .713 1.40
2
Inflasi 17.026 50.238 .138 .339 .743 .713 1.40
2
a. Dependent Variable: Kurs_USD
Bedasarkan tabel 4.1 tersebut diperoleh
bahwa semua variabel bebas memiliki nilai
tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF kedua
variabel independent adalah 1,402 lebih kecil
dari 5. Dengan demikian tidak terdapat
masalah multikolonieritas dalam model
regresi. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat
korelasi antara variabel-variabel independent.
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas
biasanya dilakukan dengan menggunakan
uji white-heteroscedastic. Kelebihan alat
uji ini adalah tidak sensitif terhadap asumsi
normalitas dan mudah diaplikasikan.
(Gujarati,2003) gejala heteroskedastisitas
dapat dideteksi dengan cara apabila nilai
chi-square (Χ2) menunjukan angka yang
lebih besar dari nilai kritis chi-square pada
tingkat signifikasi 5% maka terdapat gejala
heteroskedastisitas
Gambar 4.2
Dengan melihat gambar 4.2 tersebut
tidak terdapat pola yang jelas serta titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedestisitas pada model
regresi ini.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara
residual data time series pada titik-titik
waktu berbeda. Dalam kasus khusus
dimana residual berdekatan pada waktu
terpisah (misalnya t dan t+1) mempunyai
hubungan, disebut first-order
autocorrelation (Mendenhall dan
Sincich,2003). Pengujian autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan rumus
Durbin-Watson.
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 12
Tabel 4.2
Model Summaryb
Mod
el R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .243a .059 -.176 547.44268 1.680
a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD
b. Dependent Variable: Kurs_USD
Bedasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai
Durbin-Watson sebesar 1,680 dengan derajat
kepercayaan 5%, berarti tidak terdapat
kesimpulan autokorelasi.
4.2 Uji Determinasi
Table 4.3
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .243a .059 -.176 547.44268
a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD
b. Dependent Variable: Kurs
Tabel diatas menunjukkan besaran
nilai R (korelasi) sebesar 0.243 atau 24.3%,
sehingga kedua variabel tersebut dapat
dikatakan memiliki korelasi atau hubungan
dalam kategori yang lemah.
Selanjutnya diproleh R2 (koefisien
determinan) sebesar 0.059atau samadengan
5.9%. Ini berarti kemampuan variabel
dependentmampu diterangkan sebesar 5.9%
oleh variabel independent.Dan sisanya sebesar
94.1% dipengaruhi oleh faktor lain.
4.3 Uji t
Table 4.4
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Consta
nt)
8930.558 594.938
15.011 .000
SBD 24.145 70.426 .139 .343 .741
Inflasi 17.026 50.238 .138 .339 .743
a. Dependent Variable: Kurs
Dari hasil tabel 4.4 di atas maka selanjutnya
dilakukan ujiparsial terhadap masing-masing
variabel yaitu:
1. Variabel Suku Bunga Deposito
Karena sig 0.741 atau dengan kata lain
> 5% makakeputusannya adalah H0
diterima dan H1 ditolak.
Yangberarati koefisien variabel
suku bunga depositotidak signifikandalam
model atau dapat diartikan bahwa variabel
suku bunga deposito tidak mempunyai
pengaruh terhadap kurs valuta asing.
2. Variabel Inflasi
Karena sig 0.743 atau dengan kata lain
> 5% makakeputusannya adalah H0
diterima dan H1 ditolak.
Yangberarati koefisien variabel suku
bunga depositotidak signifikandalam model
atau dapat diartikan bahwa variabel suku
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 13
bunga deposito tidak mempunyai pengaruh
terhadap kurs valuta asing.
Maka persamaan regresi yang terbentuk
adalah:
Sedangkan untuk estimasinya adalah
Dimana:
Y = Kurs Valuta Asing
X1= Suku Bunga Deposito
X2= Inflasi
4.4 Uji f
Table 4.5
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regressi
on
149953.667 2 74976.833 .250 .785a
Residual 2397547.902 8 299693.488
Total 2547501.569 10
a. Predictors: (Constant), Inflasi, SBD
b. Dependent Variable: Kurs
Berdasarkan tabel ANOVA atau Ftes
ternyatadidapat nilai Fhitung adalah
0.250dengantingkat signifikan0.785. Karena
tingkat signifikan lebih besar dari 0.05 atau
0.785 > 0.05,sehingga model regresi tidak
dapat digunakan untukmemprediksi nilai kurs
valuta asing. Ataudapat dikatakan bahwa tidak
ada pengaruh antara suku bunga deposito dan
inflasi terhadap kurs valuta asing.
V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dengan
bantuan program SPSS dari variable kurs
valuta asing dengan suku bunga deposito dan
inflasi di temukan:
1. Besarnya pengaruh variabel suku bunga
deposito dan inflasi terhadap kurs valuta
asing sebesar 5.9% yang berarti 94.1%
dari kurs valuta asing dipengaruhi oleh
factor lain
2. Dari hasil penelitian ini detemukan
pengaruh yang tidak signifikan antara
suku bunga deposito dan inflasi terhadap
kurs valuta asing.
5.2 Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan yang
dipaparkan peneliti menyadari masih banyak
keterbatasan dan kekurangan dari penelitian
ini, saran untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik lagi bagi peneliti selanjutnya
diharapkan untuk
1. Meneliti faktor lain yang mempengaruhi
kurs valuta asing.
2. Menambah input variable yang lebih
banyak agar mendapat ramalan yang baik
dari model sebelumnya.
3. Memperpanjang periode pengamatan agar
mengetahui pengaruh kurs valutra asing
secara lebih mendetail.
4. Menggunakan data yang tepat agar
memperkecil error
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 14
DAFTAR PUSTAKA
Halwani. Hendra. Ekonomi Internasional Dan
Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002.
Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Mankiw, Georgy N. Macroeconomics. New
York: Worth Pub., 2002.
Rahardja. Prathama dan Mandala Manurung.
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi) edisi ketiga. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
Jurnal Ekonomi Moneter, 2013 | 15