27
Jurnal Pengaruh Penting Otitis Media Kanan pada Kelainan Berbahasa Masa Kanak-kanak Paulino Ucles, Maria Francisca Alonso, Elena Aznar, Carlos Lapresta Institute Aragones of Health Sciences, Miguel Servet University Hospital, Clinical Neurophysiology Service, Miguel Servet University Hospital, Children Hospital Miguel Servet “ORL Service”, Saragossa, Spain International Journal of Otolaryngology 2012 Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok RSD dr. Soebandi Jember Disadur Oleh: Novita Fauziyah Rahmawati 102011101056 Pembimbing: dr. Maria Kwarditawati, Sp. THT

Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otitis kanan

Citation preview

Page 1: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Jurnal

Pengaruh Penting Otitis Media Kanan pada

Kelainan Berbahasa Masa Kanak-kanak

Paulino Ucles, Maria Francisca Alonso, Elena Aznar, Carlos LaprestaInstitute Aragones of Health Sciences, Miguel Servet University Hospital, Clinical

Neurophysiology Service, Miguel Servet University Hospital, Children Hospital Miguel Servet “ORL Service”, Saragossa, Spain

International Journal of Otolaryngology 2012

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok

RSD dr. Soebandi Jember

Disadur Oleh:Novita Fauziyah Rahmawati

102011101056

Pembimbing:dr. Maria Kwarditawati, Sp. THT

SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RSD DR. SOEBANDI-FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Perusahaan Penerbit HindawiJurnal Internasional dari OtolaringologyVolume 2012, ID Artikel 818927, 10 halamandoi:10.1155/2012/818927

Artikel Penelitian

Pengaruh Penting Otitis Media Kanan pada Kelainan Berbahasa

Masa Kanak-kanak

Paulino Ucles,1, 2 Maria Francisca Alonso,3 Elena Aznar,3 and Carlos Lapresta1

1 Institute Aragones of Health Sciences, Miguel Servet University Hospital, 50009 Saragossa, Spain2 Clinical Neurophysiology Service, Miguel Servet University Hospital, 50009 Saragossa, Spain3 Children Hospital Miguel Servet “ORL Service”, 50009 Saragossa, SpainKorespondensi bisa dikirim ke Paulino Ucles, [email protected] 14 September 2011; Direvisi 26 Desember 2011; Disetujui 12 Januari 2012Editor Akademik: Michael D. Seidman

Studi-studi yang menghubungkan otitis media kronis dan kelainan berbahasa pada anak-anak

belum melaporkan temuan yang konsisten. Kami menyelenggarakan studi selektif yang pertama

yang ditujukan untuk melihat peran otitis media kronis kanan pada anak-anak dengan usia

kurang dari 3 tahun dalam perkembangan bahasa. Sebanyak 35 anak dipelajari menggunakan

protokol linguistik penuh, respon auditory brainstem, dan respon kelambatan pertengahan. 12

anak memiliki riwayat otitis media kronis eksklusif sebelah kanan. 17 anak yang disesuaikan

usianya terpilih sebagai kontrol. Selain itu, 3 anak yang memiliki riwayat otitis media kronis

sebelah kiri diperbandingkan dengan 3 kontrol yang usianya disesuaikan. Uji linguistik

menunjukkan perbedaan-perbedaan yang signifikan antara para pasien dan kontrol dalam hal

skor fonetik, fonologis, dan sintaks, tapi tidak untuk semantik. Studi-studi korelasi antara skor

linguistik dan respon bangkitan auditori dalam keseluruhan kelompok menunjukkan koefisien

yang signifikan pada bagian fonetik dan fonologis. Hasil tersebut menekankan efek kausatif dari

otitis media kronis telinga kanan dan menunjukkan bahwa otitis media ini terutama mengganggu

pengkodean suara fonetik dan fonologis, yang mungkin memiliki dampak untuk perawatan

profilaktik anak-anak yang berisiko.

Page 3: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

1. Pendahuluan

Pada beberapa dekade terakhir,

neuropsikologi telah memberikan data yang

konsisten mengenai topografi otak untuk

fungsi-fungsi dan area-area gabungan yang

berbeda, dan neuropsikologi klinis telah

mengembangkan teknik-teknik untuk

potensi-potensi yang berkaitan dengan

kejadian guna mengukur secara akurat

fungsi-fungsi otak. Kemajuan-kemajuan

tersebut telah memperluas kemungkinan-

kemungkinan untuk meneliti baik bahasa

maupun pendengaran melalui metode-

metode gabungan. Pada pelaksanaan klinis,

konsultan neuropediatri menghadapi

peningkatan jumlah kelainan bahasa, yang

kadangkala menjadi sebuah tantangan untuk

diagnosis level gangguan; sehingga,

kelainan bahasa pada anak-anak harus

didefinisikan melalui pengecualian pada

sebagian besar kasus. Bahasa verbal adalah

sistem tanda konvensional yang digunakan

orang-orang berkomunikasi satu sama lain,

dan pematangan sistem saraf meliputi

perkembangan bahasa. Penerimaan bahasa

bermula pada hari pertama kehidupan diluar

kandungan, dan beberapa kejadian penting

bahasa, yang juga disebut periode kritis,

telah didefinisikan selama periode

pematangan. Mielinasi jalur akustik

pretalamik tengah terjadi selama tahun

pertama kehidupan, sedangkan mielinasi

jalur postalamik yang jauh lebih lambat

membutuhkan waktu 5 tahun. Korteks

auditori primer menunjukkan puncak

pertumbuhan sinaptik selama dua tahun

pertama kehidupan, yaitu, perubahan plastis

pendengaran merupakan yang paling

mencolok pada tahap ini. Pada 90% anak-

anak, asimetri fungsional terbatasi secara

permanen pada hemisfer kiri menjelang usia

5 tahun. Pada orang-orang yang

menggunakan tangan kanan, area gabungan

auditori yang terletak pada gyrus temporal

atas ukurannya lebih besar daripada area

yang sama pada hemisfer kanan, dan bagian

oksipital-temporal dari hemisfer kiri lebih

luas daripada area yang sama pada hemisfer

kanan, namun yang sebaliknya terjadi pada

area frontoparietal. Penelitian pendengaran

terkini menggunakan fMRI dan pendengaran

dikotik menunjukkan bahwa fungsi-fungsi

kedua lobus temporal tidaklah sama, dimana

lobus temporal kiri terspesialisasi pada

input-input sekuensial dan pengolahan

bahasa dan lobus temporal kanan pada

melodi, bunyi-bunyi yang mengelilingi, dan

prosodi. Fakta-fakta tersebut menyatakan

secara kuat sebuah korelasi antara asimetri

anatomis dan spesialisasi hemisfer kiri untuk

bahasa, yang menunjukkan bahwa jalur

auditori merupakan saluran utama yang kita

Page 4: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

gunakan untuk menerima bahasa. Selain itu,

manusia memiliki proyeksi kontralateral,

serta ipsilateral, baik pada telinga kiri dan

kanan. Distribusi anatomis ini

memungkinkan seseorang untuk

menemukan sebuah sumber bunyi dengan

perbedaan sebesar milidetik pada

penangkapan input, dengan radiasi

kontralateral menjadi bagian pertama yang

mencapai korteks. Sistem perseptual ini

bergantung pada serangkaian mekanisme

yang kompleks, dan kerusakan mekanisme

tersebut pada level apapun menyisakan

risiko yang lebih kurang serius, tergantung

pada level mana yang terkena.

Gangguan sementara pada telinga

tengah, seperti otitis media akut (acute otitis

media/AOM), dan risiko ikutannya berupa

kehilangan pendengaran dianggap penyebab

minor kelainan bahasa. Gambaran yang

mendefinisikan AOM berupa eksudat dalam

rongga yang didapat akibat inflamasi yang

disebabkan oleh bakteri, yang umumnya

dikaitkan dengan infeksi saluran udara atas.

AOM bisa terjadi pada bulan pertama

kehidupan, tapi menjelang 3 bulan sebanyak

13% anak telah mengalami satu episode

tunggal. Peluang mengalami AOM

meningkat sejalan dengan usia: 60% pada

satu tahun, 70% pada 3 tahun, dan 80% pada

4 tahun. Berawal dengan satu episode

tunggal, episode berulang, terutama pada

musim-musim dingin, menyebabkan telinga

tengah penuh cairan, sebuah kondisi yang

dikenal dengan otitis media dengan efusi

(otitis media with effusion/OME). Hal ini

menyiratkan kehilangan pendengaran

konduktif yang berubah-ubah dengan

rentang 15-40 dB. Kehilangan pendengaran

signifikan telah ditunjukkan pada anak-anak

dengan riwayat OME pada 3 tahun pertama

kehidupan, dibandingkan dengan anak-anak

yang tidak mengalami otitis. Fluktuasi

ambang batas pendengaran selama 3 tahun

pertama kehidupan membuat proses

pematangan menjadi sulit selama periode-

periode kritis ketika perhatian perseptual

terhadap suara-suara, khususnya untuk

suara-suara dari bahasa ibu, sedang dikaji

ulang.

Selama 3 dekade terakhir, sejumlah

studi telah ditujukan untuk menemukan

hubungan antara otitis media yang berulang

pada masa balita dengan perkembangan

bahasa. Kami telah mengulas makalah-

makalah yang mengkaitkan kedua hal

tersebut pada basis data PubMed dan

Cochrane, yang membatasi pencarian pada

studi acak terkontrol dan meta-analisis.

Sejumlah 43 makalah dievaluasi menurut

kriteria untuk metode pemilihan kasus,

informasi dasar, ketidaktahuan evaluator,

Page 5: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

dan jenis ukuran untuk pendengaran dan

bahasa. Hanya 12 makalah yang sesuai

dengan tujuan kami. Meskipun tersedia

sejumlah besar informasi, kaitan antara

OME pada bayi dan kelainan bahasa masih

menjadi kontroversi. Perbedaan temuan

telah terfokus pada aspek parsial dari

bahasa. Beberapa studi (10-13) menemukan

kategorisasi stimulus bicara yang dikurangi

pada anak-anak dengan riwayat awal OME.

Nelson et al. menemukan kesengajaan

fonologis yang terganggu pada anak-anak

dengan kejadian awal otitis media. Menyuk

melaporkan sebuah kaitan antara periode-

periode otitis media yang berkepanjangan

pada anak-anak yang sebelumnya

mengalami kondisi ini selama 3 tahun

pertama kehidupan dengan gangguan

artikulasi dan sintaksis. Penurunan fonologis

selanjutnya mengganggu bahasa tulis.

Mispersepsi beberapa fonem telah

ditunjukkan memicu basis data semantik

yang buruk, yang karenanya mempengaruhi

proses baca yang lancar dan pemahaman.

Roberts et al. melaporkan skor uji bahasa

reseptif dan produktif yang lebih rendah

pada anak-anak dengan riwayat awal OME

dibandingkan dengan anak-anak dari usia

yang sama yang tidak memiliki riwayat

seperti itu. Pada studi lanjutan oleh para

penulis dalam kelompok yang sama, mereka

menemukan bahwa anak-anak yang terkena

mengatasi defisit bahasa mereka pada usia

6-7 tahun. Winskel juga melaporkan skor uji

bahasa yang membaik dalam sekelompok

anak pada usia 7-8 tahun. Temuan-temuan

tersebut tampaknya menyatakan bahwa

defisit bahasa menghilang menjelang usia 6

tahun, tapi Zumach et al. berpendapat bahwa

pengurangan kualitas input bahasa pada

periode-periode kritis perkembangan

memiliki akibat-akibat yang sulit diatasi.

Temuan ini merupakan poin paling kritis,

terutama karena kurangnya studi-studi

lanjutan untuk anak-anak yang lebih tua dan

remaja. Sesungguhnya, pada 3 studi diatas,

tidak ditemukan adanya korelasi signifikan

antara kehilangan pendengaran yang

berkepanjangan dengan kelainan bahasa.

Secara keseluruhan, kami harus mengatakan

bahwa ada sebuah kecenderungan umum

untuk anak-anak dengan riwayat awal otitis

media mengalami kelainan bahasa, tapi efek

kausatifnya belum terukur. Studi-studi yang

ada tidak menyebutkan proporsi kasus otitis

bilateral atau unilateral, yang tampaknya

menjadi faktor utama dalam hal variabilitas

temuan. Oleh karena itu, membedakan efek-

efek OME bilateral, unilateral-kanan, dan

unilateral-kiri akan memberikan pemahaman

yang baik mengenai topik ini.

Page 6: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Studi-studi selektif mengenai

kehilangan pendengaran pada satu telinga

telah dilakukan hanya pada tikus, dan

buktinya menunjukkan bahwa perubahan

plastis berkembang pada area akustik

kortikal dan otak tengah setelah oklusi

temporer dari telinga kanan. Rekaman-

rekaman mikroelektroda berkaitan secara

kuat dengan potensi-potensi bangkitan

auditori, yang menganjurkan sebuah studi

pada manusia untuk mengamati efek-efek

penurunan suara monaural yang disebabkan

oleh OME pada anak-anak dengan usia

kurang dari 3 tahun. OME unilateral

sempurna pada anak-anak sangatlah tidak

biasa, tapi kami berusaha untuk menemukan

sampel-sampelnya, khususnya untuk telinga

kanan karena implikasi dugaannya pada

kelainan bahasa; tujuan utama studi ini

adalah untuk mengamati akibat-akibat dari

OME telinga kanan yang dialami di awal

kehidupan pada perkembangan bahasa.

Dengan mempertimbangkan bahwa input

utama untuk perkembangan area bahasa

kortikal datang dari telinga kontralateral,

kami membuat hipotesis bahwa penurunan

pendengaran telinga kanan yang

berkepanjangan selama periode-periode

kritis perkembangan mengganggu

perubahan plastis pada area akustik kortikal,

dan bahwa perubahan-perubahan tersebut

dapat dinilai melalui potensi-potensi

bangkitan auditori. Sebuah kaitan antara

temuan-temuan pendengaran dan bahasa

akan menjadi bukti bahwa perubahan plastis

telah terjadi pada area otak yang

bersesuaian.

2. Pasien dan Metode

Sebuah studi observasional

dilaksanakan pada sebuah kelompok anak

yang berusia 3-7 tahun dengan riwayat OME

unilateral kanan atau kiri yang tercatat pada

3 tahun pertama kehidupan dengan tujuan

untuk meneliti baik pendengaran maupun

bahasa. Batasan usia tersebut ditetapkan

untuk studi karena evaluasi formal bahasa

memerlukan level kolaborasi tertentu pada

sisi subyek, dan kebanyakan uji standar

untuk evaluasi perkembangan bahasa

didesain untuk anak-anak usia antara 3-7

tahun. Kuesioner yang tersedia untuk anak-

anak dibawah usia 3 tahun sangatlah

subyektif dan didasarkan pada informasi

dari orang tua.

Komite etik Aragon menyetujui

proyek (CP14/2011), dan para pasien

didapat pada ruang konsultasi unit

otolaringologi pediatri rumah sakit kami.

Kriteria inklusinya antara lain: (a) riwayat

OME unilateral kanan atau kiri pada 3 tahun

pertama kehidupan, dengan durasi lebih dari

Page 7: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

1 tahun, dan diperlukan catatan riwayat

klinis untuk episode-episode ulangan selama

lebih dari 1 tahun, (b) usia antara 3-7 tahun,

dan (c) persetujuan tertulis dari orang tua.

Kriteria eksklusinya antara lain: (a) sindrom

neurologis atau psikiatri yang tercatat, (b)

hipoacusia sensori-neural, dan (c) penurunan

bahasa sosial atau keluarga. Kriteria terakhir

tersebut bermakna bahwa semua anak secara

khusus sedang berkembang di area-area

yang lain dan tanpa diagnosis terhadap satu

kondisi yang akan mempengaruhi

perkembangan bahasa.

Sejumlah 35 anak dievaluasi

menggunakan potensi bangkitan auditori dan

uji bahasa penuh. Para subyek

didistribusikan kedalam 2 kelompok: OME

kanan (n = 12) dan OME kiri (n = 3). 17

anak yang normal dari usia yang sama yang

didapatkan dari sebuah sekolah dasar

dibandingkan dengan kelompok OME

kanan, dan 3 orang anak normal

dibandingkan dengan kelompok OME kiri.

Pada saat studi diselenggarakan, anak-anak

yang telah mengalami OME kanan atau kiri

datang ke rumah sakit untuk kontrol

lanjutan. Mereka kebanyakan menunjukkan

tanda-tanda otitis media kronis: beberapa

orang memiliki eksudat sisa didalam rongga

telinga tengah dan yang lainnya

menunjukkan derajat retraksi timpani atau

perubahan-perubahan cicatricial yang

berbeda pada membran. Semua riwayat

klinis memiliki catatan uji pendengaran

yang berulang selama 3 tahun pertama

kehidupan, yang terdiri dari sebuah Rinne

dan sebuah Weber negatif yang disejajarkan

ke telinga yang terkena. Pada 6 kasus

terdapat audiometri tambahan. Data-data

tersebut bermakna bahwa para pasien telah

mengalami kehilangan pendengaran

permanen minimal selama 6 bulan. Usia

masing-masing subyek ditampilkan dalam

Tabel 1. 3 pasien dan kontrol terakhir masuk

kedalam kelompok OME kiri.

2.1. Uji Pendengaran. Potensi bangkitan

auditori dicatat dengan elektroda tutup yang

ditempatkan pada verteks (Cz) dan elektroda

referen pada daun telinga (A1, A2).

Earphone mengirimkan bunyi klik pada SPL

80 dB dan dengan frekuensi 7 Hz. Telinga

kanan distimulasi pertama kali kemudian

telinga kiri, dan sebuah suara penutup

digunakan pada telinga kontralateral.

Dengan frekuensi sampel sebesar 547 Hz,

1.024 sweep diambil rata-ratanya dengan

waktu analisis selama 100 ms, dan bentuk-

bentuk gelombang disimpan dalam peralatan

harddisk Medtronic Keypoint (Denmark

A/S) untuk analisis lebih lanjut. Respon

kelambatan pertengahan (middle latency

Page 8: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

response/MLR) memberikan beberapa

komponen dari area subkortikal dan kortikal

jalur akustik, yang menjadi perhatian untuk

mengukur pendengaran. Dengan

meningkatkan cut-off frekuensi tinggi

sampai dengan 2 kHz, dimungkinkan untuk

melakukan perekaman respon auditory

brainstem (auditory brainstem

response/ABR) dan MLR pada waktu yang

bersamaan, sehingga kami menyetel band

pass pada frekuensi 4 Hz-2 kHz untuk

rekaman secara bersamaan. Dengan

mempertimbangkan perilaku kolaboratif

anak-anak yang buruk, teknis ini sangatlah

sesuai. Respon-respon tersebut diukur secara

rutin berdasarkan waktu, tapi kami tertarik

pada band frekuensi tertentu, frekuensi

gamma (30-60 Hz), melibatkan proses

kognitif, secara khusus pada persepsi bunyi.

Akibatnya, analisis kami dilaksanakan

berdasarkan waktu-frekuensi dengan

menggunakan metode wavelet, wavelet

Daubechies. Perubahan-perubahan tenaga

pada dua kerangka waktu yang terpilih,

diukur sumber batang otak antara 3-6

milidetik sejak stimulus, permulaan dan

sumber kortikal antara 15-30 milidetik

antara permulaan stimulus. Aktivitas dari

dua segmen tersebut memberikan infomasi

mengenai aktivitas batang otak dan level

kortikal (Gambar 1).

2.2. Uji Linguistik. Uji neuropsikologi

standar yang ekuivalen dengan usia anak-

anak dalam penelitian digunakan untuk

menghitung domain-domain bahasa yang

berbeda, baik dalam hal pemahaman

maupun produksi. Perkembangan fonetik

dinilai dengan uji TAR, yang memasukkan

sebuah daftar isian dua suku kata, tiga suku

kata, dan banyak suku kata yang

dimaksudkan untuk membangkitkan

perbedaan fonem. Uji ini berguna untuk

mendeteksi berbagai jenis dyslalia.

Pemahaman fonologis dinilai dengan

uji Monfort. Untuk morfologi dan sintaks

bahasa, kami menggunakan uji sintaks

Aguado (TSA). TSA merupakan uji normal

yang menyediakan variabel-variabel

kualitatif yang dapat diubah kedalam

persentil. Perkembangan semantik dinilai

dengan Peabody Picture Vocabulary Test

(PPVT-III). Uji ini menggunakan gambar-

gambar untuk mengevaluasi kosakata anak-

anak. Hasil-hasilnya juga diubah kedalam

persentil dari populasi normal untuk usia

yang ditetapkan.

2.3. Analisis Statistik. Statistical Package

for the Social Sciences (SPSS) digunakan

untuk menganalisis temuan-temuan kami.

Uji signifikansi dua ujung digunakan dengan

satuan level signifikansi sebesar 0,05.

Page 9: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Variabel-variabel kuantitatif disediakan

melalui indeks tren tengah(mean, median)

dan persebaran (standard deviation, range).

Variabel-variabel kualitatif disediakan

sebagai distribusi frekuensi persentil.

Sebelum analisis statistik, dilaksanakan uji

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-

Wilkinson untuk melihat penyesuaian dan

distribusi normal data. Hanya usia pasien

dan kontrol yang menunjukkan distribusi

normal. Karena ukuran sampel dan distribusi

data non-normal, digunakan uji non-

parametrik untuk analisis statistik. Analisis

bivarian antara kasus dan kontrol

menggunakan uji Mann-Whitney U, dan

korelasi antara data neuropsikologi dan

neurofisiologi ditentukan dengan koefisien

Spearman rho.

3. Hasil-hasil

Uji bahasa standar yang ekuivalen

dengan usia para pasien dan kontrol

memberikan data mengenai perkembangan

fonetik dan fonologis dengan gambaran-

gambaran yang menunjukkan jumlah

kesalahan, sedangkan sintaks dan semantik

ditunjukkan sebagai persentil dari populasi

normal (Tabel 2). Perlu diperjelas bahwa

skor-skor yang lebih tinggi pada uji dyslalia

dan Monfort bermakna performa yang buruk

(kesalahan-kesalahan), sementara

kebalikannya adalah benar untuk syntax TSA

dan semantic PPVT-III.

Analisis perubahan-perubahan energi

dalam kerangka waktu ABR dan MLR

dilaksanakan dengan menggunakan metode

Daubechies wavelet. Dekomposisi tanda

dicapai pertama kali, dan kemudian

ditemukan skala yang bersesuaian untuk

frekuensi gamma. Energi total pada

kerangka waktu yang terpilih sesuai dengan

area dibawah kurva pada subyek manapun

(Tabel 3).

Nilai-nilai frekuensi pada analisis

deskriptif dari para pasien OME kanan dan

kontrol memasukkan mean, median, dan

standard deviation, serta range (Tabel 4).

Hanya nilai mean yang digunakan untuk

perbandingan antarkelompok dengan

menggunakan uji Mann-Whitney U. Tabel 5

menunjukkan perbedaan yang signifikan

dalam hal nilai-nilai fonetik, fonologis, dan

sintaksis, dan hampir signifikan untuk

semantik, sedangkan perbedaan

antarkelompok umur dan elektrofisiologis

tidaklah signifikan.

3.1. Otitis Media Telinga Kiri. Kelompok

pasien kedua tersusun dari anak-anak

dengan OME unilateral telinga kiri.

Kelompok ini saat ini sedang digunakan dan

kami bermaksud untuk menunjukkan

Page 10: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

pengaruh yang tidak signifikan dari OME

kiri terhadap perkembangan bahasa.

Meskipun tidak ada analisis statistik yang

mungkin karena kecilnya ukuran sampel,

hasil-hasil pendahuluan tersebut

menekankan pengaruh penting yang krusial

dari otitis media telinga kanan pada

perkembangan bahasa, sebab tidak ada anak

dengan riwayat otitis media kiri pada awal

masa balita yang mengalami kelainan

bahasa, meskipun ada analisis pendengaran

pada jalur akustik kiri yang menunjukkan

skor energi yang lebih rendah daripada

kontrol (mean ABR kontrol = 34.26 dan

mean MLR kontrol = 45.30; Tabel 4 dan 6).

3.2. Korelasi antara Data Linguistik dan

Elektrofisiologis. Akhirnya, data dari uji

linguistik dan elektrofisiologis dikaitkan

dengan otitis media telinga kanan

menggunakan analisis regresi linier

Spearman. Nilai-nilai tenaga untuk kerangka

waktu ABR dan MLR dikaitkan dengan

setiap kategori bahasa tertentu, dan rho

coefficient dihitung dengan batas

kepercayaan 95%.

3.3. Auditory Brainstem. Dibuat korelasi

analitis untuk setiap level bahasa dan

kekuatan ABR. Korelasi signifikan

ditemukan untuk fonetik sebagaimana

ditunjukkan dalam Gambar 2 (P = 0.028),

tapi tidak untuk fonologis (P = 0.090),

Gambar 3, juga untuk sintaks (P = 0.615),

Gambar 4, dan semantik (P = 0.318),

Gambar 5.

3.4. Korteks Auditori. Korelasi analitis yang

sama dibuat antara skor linguistik dari tiap

kategori bahasa tertentu dan kekuatan pita

gamma untuk respon kelambatan

pertengahan auditori. Pada level kortikal,

koefisien korelasi signifikan untuk fonetik

(P = 0.007), sebagaimana ditunjukkan

dalam Gambar 6 dan untuk fonologis (P =

0.019), Gambar 7, tapi tidak untuk sintaks

(P = 0.322), Gambar 8, juga untuk semantik

(P = 0.817), Gambar 9.

4. Pembahasan

Kelainan bahasa spesifik pada anak-

anak memiliki wujud klinis yang heterogen.

Kadangkala gambaran klinisnya berupa

sebuah gangguan pemrograman fonologis,

di kasus yang lain muncul kelainan

fonologis-sintaksis, atau bahkan agnosia

auditori verbal. Temuan-temuan kami pada

manusia selaras dengan temuan Popescu dan

Polley pada binatang, tapi berbeda dalam

satu aspek penting: oklusi telinga unilateral

yang kami pelajari memungkinkan jenis

gangguan linguistik ditentukan. Kehilangan

Page 11: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

pendengaran konduktif yang berhubungan

dengan infeksi telinga pada masa kanak-

kanak yang menghasilkan defisit yang

berkepanjangan dalam hal ketajaman

perseptual auditori, sangat serupa dengan

amblyopia pada sistem visual, dalam hasil

kerja Popescu dan Polley dibandingkan

dengan perubahan-perubahan yang

dihasilkan bayi, anak-anak, dan tikus

dewasa setelah penurunan monaural

sementara. Sebaliknya, metode kami tidak

cocok dengan temuan-temuan in situ

(distorsi peta tono-topik, pelemahan

perwujudan telinga yang menurun dengan

penguatan perwujudan telinga yang terbuka,

dan gangguan integrasi binaural dari

perbedaan-perbedaan level interaural), tapi

kami setuju dengan hasil-hasil mereka: efek-

fek plastisitas dua arah diatur secara ketat

oleh periode-periode kritis, diekspresikan

secara lebih kuat pada korteks auditori

primer daripada colliculus inferior, dan

secara langsung akurasi pengkodean neural

yang terdampak, sejalan dengan kehilangan

energi yang lebih besar pada kekuatan MLR

daripada kekuatan ABR dan menghasilkan

gangguan yang lebih besar terhadap

pengkodean fonetik-fonologis daripada

produksi sintaksis-semantik. Faktanya,

kekuatan ABR berkaitan secara signifikan

dengan skor fonetik, sementara kekuatan

MLR berkorelasi dengan baik dengan skor

fonetik dan fonologis. Fakta-fakta tersebut

sejalan dengan kontribusi batang otak dan

korteks serebral terhadap perubahan-

perubahan plastisitas yang terjadi sebagai

efek dari penurunan monaural. Pada

percobaan binatang, cakupan reorganisasi

paling mencolok pada korteks dan tidak

mencolok pada bagian bawah jalur auditori

pusat. Dengan ini ditunjukkan bahwa

dengan menggabungkan rekaman-rekaman

bilateral pada korteks dan nukleus pusat

colliculus inferior dengan pengukuran-

pengukuran ABR yang rinci, dimungkinkan

untuk mengenali ciri-ciri reorganisasional

yang tidak dapat dijelaskan dengan

perubahan-perubahan level rendah dalam

sistem auditori dan yang lainnya sudah pasti.

Cakupan dan sensitivitas reorganisasi

kortikal sebagai tanggapan atas manipulasi

eksperimental tampak mencolok, mengingat

hubungan yang mendalam antara sifat-sifat

dasar korteks auditori dari persepsi

auditori. Nilai-nilai mean elektrofisiologis

para pasien OME kanan kami tidak berbeda

secara signifikan dari nilai-nilai kontrol, tapi

hal ini bisa karena kecilnya ukuran sampel.

Kurangnya korelasi signifikan dengan skor-

skor semantik, menurut pandangan kami,

karena fungsi-fungsi serebral yang kompleks

yang terlibat didalam semantik;

Page 12: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

pengukurannya dengan respon kelambatan

pendek dan menengah (ABR-MLR) tidak

sesuai dan potensi-potensi bangkitan

kelambatan panjang hendaknya digunakan

untuk tujuan ini.

Keumuman hadir dalam kaitan

dengan ciri-ciri ABR telinga terligasi

unilateral pada tikus dan temuan-temuan

ABR-MLR kami pada anak-anak. Pada

percobaan binatang, perbandingan

representatif bentuk gelombang ABR yang

dimunculkan oleh bunyi klik sebesar 80 dB

menunjukkan bahwa respon-respon dari

telinga yang terligasi membaik hampir

secara lengkap setelah pembersihan ligasi.

Analisis kuantitatif gelombang Ia, I, dan II,

yang masing-masing diketahui dihasilkan

oleh sel-sel rambut telinga dalam, sel-sel

ganglion spiral, dan sel-sel globula nukleus

kokhlea, menunjukkan pelemahan signifikan

kekuatan respon untuk 3 puncak dengan

ligasi relatif terhadap telinga terbuka.

Setelah pembersihan ligasi, amplitudo

gelombang Ia dan I segera membaik dengan

posisi yang ekuivalen dengan telinga

terbuka menyangkut keterhubungan dengan

poin-poin data yang tidak benar, yang

menyatakan bahwa kehilangan pendengaran

periferi berbalik secara lengkap. Amplitudo

respon gelombang II terus menunjukkan

pelemahan signifikan. Data-data tersebut

menyatakan bahwa pergeseran ambang batas

ABR frekuensi tinggi yang tersisa

kemungkinan muncul dari perubahan-

perubahan neuron auditori pusat, sebab

hanya gelombang II yang gagal pulih.

Memperhitungkan temuan-temuan tersebut

terhadap kehilangan kekuatan ABR-MLR

yang ditemukan pada anak-anak dengan

riwayat awal OME telinga kanan sangat

mungkin dan sejalan dengan efek-efek

jangka pendek pada perkembangan bahasa.

Korelasi dengan skor fonetik, fonologis, dan

sedikit dengan sintaksis memberikan

dukungan untuk menyusun pola gangguan

bagi anak-anak yang berisiko mengalami

masalah-masalah bahasa yang

membedakannya dari anak-anak biasa yang

sedang tumbuh. Pada usia 3 tahun, ketika

anak-anak berkolaborasi secara normal

dalam pengujian linguistik, dapat dinyatakan

bahwa lebih dari satu kesalahan fonetik dan

fonologis ditambah persentil sintaksis yang

kurang dari 75 dan persentil semantik yang

kurang dari 60 merupakan sebuah pola

untuk memperingatkan intervensi awal.

Jenis intervensinya bisa berupa terapi suara.

Berdasarkan audiogram, potongan-potongan

musik dapat dibuat untuk setiap anak yang

berisiko guna memulihkan kehilangan

frekuensi.

Page 13: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

Penelitian ini termotivasi oleh

kurangnya studi-studi selektif yang

menganalisis peran otitis media unilateral

kronis dalam perkembangan bahasa.

Hubungan yang tepat antara otitis media

unilateral kanan kronis dan kelainan bahasa

tampak logis bagi kita karena jalur auditori

kontralateral merupakan yang paling efisien

dalam pendengaran dan karena lokasi

bahasa dalam hemisfer kiri pada sebagian

besar orang. Penelitian selektif otitis media

kanan ini tidak hanya menunjukkan

dampaknya pada kelainan, tapi juga

menunjukkan pola gangguan, dengan lebih

banyak pengkodean yang terganggu pada

level fonetik dan fonologis daripada level

sintaksis dan semantik. Penelitian-penelitian

non-investigatif yang dilaporkan oleh

beberapa penulis telah mengkaitkan

gangguan fonologis dan morfo-sintaksis

dengan otitis pada anak-anak kecil, dan

pengamatan-pengamatan tersebut serupa

dengan temuan-temuan kami, tapi penelitian

selektif kami membuka perbedaan dalam

temuan-temuan diantara studi-studi umum,

karena penelitian ini menunjuk kepada jalur

akustik kanan sebagai faktor utama untuk

kelainan bahasa. Meskipun penelitian ini

memiliki keterbatasan-keterbatasan yang

melekat tentang kecilnya ukuran sampel,

alasan untuk hal itu adalah kesulitan ekstrem

dalam mendapatkan peserta didalam ruang

konsultasi yang memiliki OME unilateral

eksklusif. Hal ini menyiratkan penggunaan

uji-uji statistik non-parametrik dan

menciptakan kebutuhan akan studi-studi

ulangan. Sebaliknya, uji-uji linguistik yang

kami gunakan cukup kuat karena uji ini

terstandardisasi untuk bahasa ibu dan

diadaptasi untuk usia setiap orang.

Dari sudut pandang linguistik, efek

kausatif langsung OME kanan tidak dapat

dinyatakan jika kami mengikuti teori

kelainan bahasa spesifik yang ada saat ini.

Penurunan pendengaran genetik, keluarga,

dan sosial harus dipertimbangkan diantara

banyak faktor lainnya. Temuan-temuan saat

ini beradu argumen terhadap studi-studi

yang berhubungan dengan otitis media dan

bahasa, karena kehilangan pendengaran

yang berkepanjangan secara metodologis

dianggap sebuah variabel dependen, tapi hal

ini hendaknya digunakan sebagai sebuah

faktor yang independen, seimbang diantara

faktor-faktor yang lain seperti

kecenderungan genetik atau penurunan

bahasa keluarga-sosial. Sehingga, untuk

diagnosis yang akurat, peran proporsional

kehilangan pendengaran yang didapat akibat

otitis media kronis sangatlah penting.

Page 14: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

5. Kesimpulan

Penguraian faktor-faktor yang

menyebabkan kelainan bahasa pada masa

kanak-kanak merupakan sebuah terobosan.

Hingga saat ini, studi ini merupakan studi

pertama yang menganalisis penurunan

pendengaran unilateral sebagai satu faktor

kelainan bahasa. Namun demikian, kesulitan

ekstrem dalam menemukan kasus OME

unilateral yang terisolasi pada tatanan klinis,

dan akibatnya mendapatkan kelompok-

kelompok sampel, menghasilkan satu

kebutuhan akan adanya studi-studi ulangan

untuk memperoleh bukti menyangkut

pengaruh penting otitis media telinga kanan

pada kelainan bahasa pada anak-anak.

Temuan-temuan yang ada menyiratkan

bahwa para tenaga klinis hendaknya

menggunakan standar-standar untuk

mencegah kelainan bahasa, seperti stimulasi

awal bagi anak-anak yang berisiko atau

bahkan penggabungan beberapa tipe suara

dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Daftar Pustaka

[1] I. Rapin, “Practitioner review:

developmental language disorders: a clinical

update,” Journal of Child Psychology and

Psychiatry and Allied Disciplines, vol. 37,

no. 6, pp. 643–655, 1996.

[2] E. Lenneberg, The Biological

Foundation of Language, Alianza, Madrid,

Sapin, 1975.

[3] L. E. Falkenberg, K. Specht, and R.

Westerhausen, “Attention and cognitive

control networks assessed in a dichotic

listening fMRI study,” Brain and Cognition,

vol. 76, no. 2, pp. 276–285, 2011.

[4] F. Del Castillo and F. Baquero, Otitis

Media Aguda, Hospital Infantil La Paz,

Asociaci ´on Espa˜nola de Pediatr´ıa,

Madrid, Spain, 2008.

[5] J. Pukander, P. Karma, and M. Sipila,

“Occurrence and recurrence of acute otitis

media among children,” Acta Oto-

Laryngologica, vol. 94, no. 5-6, pp. 479 486,

1982.

[6] J. O. Klein, “Otitis media and the

development of speech and language,”

Pediatric Infectious Disease, vol. 3, no. 4,

pp. 389–391, 1984.

[7] J. S. Gravel and I. F. Wallace, “Effects

of otitis media with effusion on hearing in

the first 3 years of life,” Journal of Speech,

Language, and Hearing Research, vol. 43,

no. 3, pp. 631–644, 2000.

[8] P. Menyuk, “Effect of persistent otitis

media on language development,” Annals of

Otology, Rhinology and Laryngology, vol.

89, no. 3, supplement 68, pp. 257–263,

1980.

Page 15: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

[9] J. Roberts, L. Hunter, J. Gravel et al.,

“Otitis media, hearing loss, and language

learning controversies and current research,”

Journal of Developmental and Behavioral

Pediatrics, vol. 25, no. 2, pp. 110–122,

2004.

[10] M. Uhari, J. Luotonen, O. P. Alho, U.

Bollag, E. Bollag- Albrecht, and C. Braun-

Fahrlander, “Acoustic reflectometry in the

study of middle ear effusion,” European

Journal of Pediatrics, vol. 157, no. 2, pp.

166–167, 1998.

[11] D. W. Teele, J. O. Klein, C. Chase et

al., “Otitis media in infancy and intellectual

ability, school achievement, speech, and

language at age 7 years,” Journal of

Infectious Diseases, vol. 162, no. 3, pp.

685–694, 1990.

[12] J. S. Gravel, I. F. Wallace, and R. J.

Ruben, “Early otitis media and later

educational risk,” Acta Oto-Laryngologica,

vol. 115, no. 2, pp. 279–281, 1995.

[13] S. Friel-Patti and T. Finitzo, “Language

learning in a prospective study of otitis

media with effusion in the first two years of

life,” Journal of Speech and Hearing

Research, vol. 33, no. 1, pp. 188–194, 1990.

[14] P. B. Nelson, S. Nittrouer, and S. J.

Norton, “’Say-stay’ identification and

psychoacoustic performance of hearing-

impaired listeners,” Journal of the

Acoustical Society of America, vol. 97, no.

3, pp. 1830–1838, 1995.

[15] P. G. Stelmachowicz, J. Kopun, A.

Mace, D. E. Lewis, and S. Nittrouer, “The

perception of amplified speech by listeners

with hearing loss: acoustic correlates,”

Journal of the Acoustical Society of

America, vol. 98, no. 3, pp. 1388–1399,

1995.

[16] D. R. Moore, “Auditory processing

disorders: acquisition and treatment,”

Journal of Communication Disorders, vol.

40, no. 4, pp. 295–304, 2007.

[17] J. E. Roberts, M. R. Burchinal, S. A.

Zeisel et al., “Otitis media, the caregiving

environment, and language and cognitive

outcomes at 2 years,” Pediatrics, vol. 102,

no. 2, pp. 346–354, 1998.

[18] J. S. Gravel, J. E. Roberts, J. Roush et

al., “Early otitis media with effusion,

hearing loss, and auditory processes at

school age,” Ear and Hearing, vol. 27, no.

4, pp. 353–368, 2006.

[19] H. Winskel, “The effects of an early

history of otitis media on children’s

language and literacy skill development,”

British Journal of Educational Psychology,

vol. 76, no. 4, pp. 727–744, 2006.

[20] A. Zumach, M. N. Chenault, L. J. C.

Anteunis, and E. Gerrits, “Speech perception

after early-life otitis media with fluctuating

Page 16: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

hearing loss,” Audiology and Neuro

Otology, vol. 16, no. 5, pp. 304–314, 2010.

[21] A. Zumach, E. Gerrits, M. Chenault,

and L. Anteunis, “Longterm effects of early-

life otitis media on language development,”

Journal of Speech, Language, and Hearing

Research, vol. 53, no. 1, pp. 34–43, 2010.

[22] D. L. Johnson, D. P. McCormick, and

C. D. Baldwin, “Early middle ear effusion

and language at age seven,” Journal of

Communication Disorders, vol. 41, no. 1,

pp. 20–32, 2008.

[23] M. V. Popescu and D. B. Polley,

“Monaural deprivation disrupts development

of binaural selectivity in auditorymidbrain

and cortex,” Neuron, vol. 65, no. 5, pp. 718

731, 2010.

[24] D. B. Polley, A. R. Hillock, C.

Spankovich, M. V. Popescu, D. W. Royal,

and M. T. Wallace, “Development and

plasticity of intra- and intersensory

information processing,” Journal of the

American Academy of Audiology, vol. 19,

no. 10, pp. 780–798, 2008.

[25] R. Galambos, S. Makeig, and P. J.

Talmachoff, “A 40-Hz auditory potential

recorded from the human scalp,”

Proceedings of the National Academy of

Sciences of the United States of America,

vol. 78, no. 4, pp. 2643–2647, 1981.

[26] I. Daubechies, “Orthonormal bases of

compactly supported wavelets,”

Communications on Pure and Applied

Mathematics, vol. 41, pp. 909–996, 1988.

[27] A. Gotzens and S.Marro, Prueba de

Valoraci´on de la Percepci´on Auditiva:

Explorando los Sonidos y el Lenguaje,

Masson, Barcelona, Spain, 1999.

[28] F. Monfort and S. Juarez, El Ni˜no que

Habla: el Lenguaje Oral en Preescolar,

CEPE, Madrid, Spain, 1989.

[29] G. Aguado, El Desarrollo de

laMorfosintaxis en el Ni˜noManual de

Evaluaci´on de TSA, CEPE, Madrid, Spain,

2002.

[30] L. Dunn and D. Arribas, PPVT-III.

Peabody Test de Vocabulario en Im´agenes,

TEA, Madrid, Spain, 2006.

[31] S. Atiani, M. Elhilali, S. V. David, J. B.

Fritz, and S. A. Shamma, “Task difficulty

and performance induce diverse adaptive

patterns in gain and shape of primary

auditory cortical receptive fields,” Neuron,

vol. 61, no. 3, pp. 467–480, 2009.

[32] M. J. Davis-Gunter, H. L¨owenheim, K.

V. Gopal, and E. J. Moore, “The I’ potential

of the human auditory brainstem response to

paired click stimuli,” Scandinavian

Audiology, vol. 30, no. 1, pp. 50–60, 2001.

[33] J. R. Melcher and N. Y. S. Kiang,

“Generators of the brainstem auditory

Page 17: Pengaruh Penting Otitis Media Kanan

evoked potential in cat III: identified cell

populations,” Hearing Research, vol. 93, no.

1-2, pp. 52–71, 1996.

[34] I. F. Wallace, C. M. McCarton, R. S.

Bernstein, J. S. Gravel, D. R. Stapells, and

R. J. Ruben, “Otitismedia, auditory

sensitivity, and language outcomes at one

year,” Laryngoscope, vol. 98, no. 1, pp. 64–

70, 1988.

[35] E. Lenneberg, Foundamental of

Language Development, Alianza, Madrid,

Spain, 1982.