18
Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN 1 Pendugaan, Biomassa Dan Karbon Tanaman Jati Hutan Rakyat DalamMengabsorsi Karbondioksida (CO 2 ) Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun Ahadiati Rohmatiah 1) , Martin Lukito 2) 1), 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abtracts Forests as a producer of environmental services have the potential to reduce carbon dioxide in the atmosphere through photosynthesis. Carbon dioxide exceeded the threshold in the atmosphere can cause the greenhouse effect resulting in global warming is increasing. The research was conducted to find estimation, biomass and carbon forest plants Teak on community forest is in absorbs carbon dioxide (CO 2 ) Developed extensively in Madiun district, and precisely in the village Kare of the sub-District Kare. This research was conducted using sample plots rectangular with an area of 1 ha. Determining the location of the plot is determined by stratified random sampling in areas that have been determined in advance. Results obtained: Estimation of potential stand up for the People's Teak volume on the identity of the community forest village Kare land area of 3154.7 m3. content of Biomass Teak Community forest Village Kare average of 266.80 kg per tree or 50% of average The average weight of the wet conditions. Size Teak Forests People 38.39 Ha as much as 631 stems, the total biomass potential stand Teak is 6462.67 tons. Or when the state average per hectare biomass of 168.35 tons/hectare.Potensi carbon content in biomass conversion method average of 131.31 kg/ tree carbon. With the realization of the plant 24.222 trees or an area of 38.39 hectares, the total potential carbon content is 3,180.71 tons of Carbon. When converted into units of volume per hectare ranges between 84 175 tons of carbon per hectare. The composition of the carbon content of each component of the tree is also different, which is the highest in the stem component, followed by branches, roots, and leaves. The amount of CO 2 sequestration potential Teak Community Forest influenced by the leaf's ability to absorb CO 2 in the photosynthesis process, when converted to the number of plants was 24.222. The tree is about 11 656 tons of CO 2 . Biomass and Carbon content relationship with (DBH) is a model of power with WT = 0.0456 2.25 for biomass and DBH, CT = 0.0472 DBH 2,233 for carbon. Keywords: Global warming Farm Forestry, Biomass, Carbon PENDAHULUAN Latar Belakang Terjuadinya kerusakan hutan di Indosesia semakin menjadi jadi tahun 2015 Indonesia terkena bencana hutan ter dahsyat dimana yaitu dengan adanya bencana kebakaran hutan. Dampak kebakaran hutan tentulah merugikan bagi kehidupan, oleh sebab itu kita harus berusaha agar hutan tidak terbakar dan senantiasa lestari. Beberapa dampak yang merugikan itu antara lain: menghasilkan gas emisi garbon dioksida penyebab utama global warming, Mematikan berbagai jeIndonesia saat ini flora dan fauna yang ada didalam hutan tersebut, Dapat menyebabkan banjir (musim hujan) dan kekeringan (musim kemarau), Kekeringan yang terjadi bisa menyebabkan gagal panen dan kelaparan,Kekeringan juga bisa

Pendugaan, Biomassa Dan Karbon Tanaman Jati Hutan Rakyat ...unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek...highest in the stem component, followed by branches, roots,

Embed Size (px)

Citation preview

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN 1

Pendugaan, Biomassa Dan Karbon Tanaman Jati Hutan Rakyat DalamMengabsorsi Karbondioksida (CO2) Desa Kare Kecamatan

Kare Kabupaten Madiun

Ahadiati Rohmatiah 1), Martin Lukito 2)

1), 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

Abtracts

Forests as a producer of environmental services have the potential to reduce carbon dioxide in the atmosphere through photosynthesis. Carbon dioxide exceeded the threshold in the atmosphere can cause the greenhouse effect resulting in global warming is increasing. The research was conducted to find estimation, biomass and carbon forest plants Teak on community forest is in absorbs carbon dioxide (CO2) Developed extensively in Madiun district, and precisely in the village Kare of the sub-District Kare. This research was conducted using sample plots rectangular with an area of 1 ha. Determining the location of the plot is determined by stratified random sampling in areas that have been determined in advance. Results obtained: Estimation of potential stand up for the People's Teak volume on the identity of the community forest village Kare land area of 3154.7 m3. content of Biomass Teak Community forest Village Kare average of 266.80 kg per tree or 50% of average The average weight of the wet conditions. Size Teak Forests People 38.39 Ha as much as 631 stems, the total biomass potential stand Teak is 6462.67 tons. Or when the state average per hectare biomass of 168.35 tons/hectare.Potensi carbon content in biomass conversion method average of 131.31 kg/ tree carbon. With the realization of the plant 24.222 trees or an area of 38.39 hectares, the total potential carbon content is 3,180.71 tons of Carbon. When converted into units of volume per hectare ranges between 84 175 tons of carbon per hectare. The composition of the carbon content of each component of the tree is also different, which is the highest in the stem component, followed by branches, roots, and leaves. The amount of CO2 sequestration potential Teak Community Forest influenced by the leaf's ability to absorb CO2 in the photosynthesis process, when converted to the number of plants was 24.222. The tree is about 11 656 tons of CO2. Biomass and Carbon content relationship with (DBH) is a model of power with WT = 0.0456 2.25 for biomass and DBH, CT = 0.0472 DBH 2,233 for carbon. Keywords: Global warming Farm Forestry, Biomass, Carbon

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terjuadinya kerusakan hutan di Indosesia semakin menjadi jadi tahun 2015 Indonesia terkena bencana hutan ter dahsyat dimana yaitu dengan adanya bencana kebakaran hutan. Dampak kebakaran hutan tentulah merugikan bagi kehidupan, oleh sebab itu kita harus berusaha agar hutan tidak terbakar dan

senantiasa lestari. Beberapa dampak yang merugikan itu antara lain: menghasilkan gas emisi garbon dioksida penyebab utama global warming, Mematikan berbagai jeIndonesia saat ini flora dan fauna yang ada didalam hutan tersebut, Dapat menyebabkan banjir (musim hujan) dan kekeringan (musim kemarau), Kekeringan yang terjadi bisa menyebabkan gagal panen dan kelaparan,Kekeringan juga bisa

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 2

menyebabkan tidak beroperasinya PLTA, Hilangnya potensi keuntungan yang digunakan sebagai sumber pendapatan., menyebabkan semakin banyaknya orang-orang yang menderita ISPA.,merusak sarana dan prasarana seperti banguna, rumah, mobil, dll., menyebabkan gangguan dalam pekerjaan seperti penundaan penerbangan.

Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan yang terjadi sejak era pra industri (awal abad 19) telah menimbulkan masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Diperkirakan bahwa kejadian iklim ekstrim seperti kemarau panjang, banjir, angin kencang akan semakin kuat intensitas dan frekuensinya demikian juga tinggi air laut akan semakin meningkat sehingga dampak yang ditimbulkannya akan semakin parah di masa mendatang apabila tidak ada upaya penurunan emisi GRK yang dilakukan secara sistematis dari sekarang.

Pemanasan global yang terjadi pada saat ini mengakibatkan semakin banyaknya GRK di atmosfer terutama hasil dari kegiatan industri yang menggunakan bahan bakar fosil. Kandungan gas rumah kaca yang diantaranya terdiri dari Carbondioxyde (CO2), Methane (CH4), Dinitrogenoxide (N2O), Hydrofluorocarbon (HFCs), Sulfurhexafluoride (SF6), Perfluorocarbon

(PFCs) memenuhi atmosfer dan menyebabkan perubahan iklim di bumi.

Untuk menstabilkan konsentrasi C02 di atmosfer pada tingkat yang aman bagi sistem global, negara-negara maju bersepakat untuk menekan emisi mereka ke tingkat sekitar 5% di bawah tingkat emisi tahun 1990 dalam periode komitmen pertama yaitu tahun 2008-2012. Salah satu mekanisme dan Kyoto Protokol untuk maksud tersebut adalah Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism). Dalam

mekanisme ini negara maju akan melaksanakan kegiatan proyek penekanan emisi atau peningkatan serapan gas rumah kaca di negara berkembang, misalnya untuk sektor Land

use, Land Use Change and Forestry

(LULUCF) akan ada proyek penghutanan daerah bekas hutan dan bukan hutan. Untuk menilai dan memantau karbon dari kegiatan ini diperlukan suatu metoda pengukuran biomassa/stok karbon baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini terdapat tiga pendekatan untuk menduga atau memonitor biomassa, yaitu modeling, peng ukuran lapangan, dan penginderaan jauh.

Konsentrasi GRK di masa pra industri dalam abad ke-19 adalah 290 part per million by volume (ppmv) CO2, 700 part per billion by volume (ppbv) CH4 dan 275 ppbv N2O. Selanjutnya meningkat cepat menjadi 360 ppmv CO2, 1.745 ppbv CH4 dan 311 ppbv N2O pada tahun 1998 (Murdiyarso, 2003). Kalau semula peningkatan akumulasi konsentrasi GRK masih dalam ukuran ratusan tahun, pada abad ke-20, dengan pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka akumulasi peningkatan konsentrasi GRK akan terjadi dalam hitungan puluhan tahun. Bahkan para ahli memperkirakan konsentrasi gas CO2 pada tahun 2050 akan mencapai 550 ppmv atau hampir dua kali lipat dari masa pra industri (Murdiyarso, 2003).

Kondisi tersebut mengakibatkan tergangunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer, dimana peningkatan konsentrasi GRK tidak dapat diimbangi oleh kemampuan ekosistem bumi untuk mengabsorbsinya. Akibatnya terjadi peristiwa pemanasan global. Dampak dari pemanasan global saat ini sudah sangat nyata dan telah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Hairiah dan Rahayu, 2007). Dengan demikian diperlukan upaya penanganan yang segera untuk menyelamatkan ekosistem bumi. Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya pemanasan global disebabkan terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer karena peningkatan konsentrasi GRK. Sedemikian maka untuk meminimumkan dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim ini, diperlukan upaya menstabilkan konsentrasi CO2 di

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 3

atmosfer. Upaya tersebut merupakan upaya mitigasi, dimana sebagaimana penyebabnya, maka upaya penangannyapun dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu : pertama, mengurangi emisi CO2 ke atmosfer, dan kedua, memindahkan CO2 dari atmosfer dan menyimpannya di daratan atau dalam lautan. Kedua upaya tersebut harus dilakukan secara bersamaan agar upaya menstabilkan konsentrasi GRK dapat tercapai.

Upaya pertama dapat dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, penggunaan teknologi bersih, dan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan industri. Di sektor non energi seperti pertanian dan kehutanan dilakukan dengan cara mendorong pemanfaatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Sementara itu kegiatan alih guna lahan harus dilaksanakan secara lebih selektif. Upaya ini akan dapat mengurangi emisi GRK ke atmosfer secara permanen.

Upaya kedua dilakukan dengan cara melindungi, memperbaiki, dan meningkatkan rosot (sinks) dan cadangan (reservoirs) GRK baik pada

ekosistem terestrial maupun ekosistem akuatik. Salah satunya adalah hutan yang merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan penting dalam siklus karbon global. Hal ini memang masih menjadi perdebatan, karena pada saat yang bersamaan hutan diduga sebagai penyumbang karbon terbesar, khususnya hutan di daerah tropis. Hutan diduga melepaskan karbon ke udara dari aktifitas pembalakan, deforestasi, degradasi, kebakaran, dan perubahan penggunaan lahan. Pada tahun 1990, emisi CO2 yang dilepaskan dari sektor kehutanan dan perubahan tata guna lahan adalah sebesar 64% dari total emisi GRK di Indonesia. Sementara pada tahun 1994, angka tersebut meningkat menjadi 74% (Meiviana, dkk, 2004). Disisi lain, Lugo (1992) dalam Lukito 2010 berpendapat bahwa semua vegetasi merupakan penyimpan karbon. Sementara saat ini terdapat konsensus yang jelas bahwa hanya hutan boreal

dan temperate yang merupakan penyimpan karbon (Post et al, 1990 dalam Lugo et al, 1992) dalam lukito 2010.

Terlepas dari perdebatan tersebut, fakta ilmiah menunjukkan bahwa hutan secara alami menyerap CO2 dari udara untuk pertumbuhannnya. Hutan tidak hanya menahan sejumlah besar karbon, tetapi juga mengubahnya secara aktif dari atmosfer (Schroeder, 1992). Tumbuhan sebagai unsur utama pembentuk hutan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO2) yang diserap dari udara serta hara dan air yang diserap dari tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman, dan dengan bantuan sinar matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam tanaman dalam bentuk daun, batang, cabang, buah dan bunga. Proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tanaman hidup disebut proses sekuestrasi (C-Sequestration) (Hairiah dan Rahayu. 2007).

Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan.

Untuk mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang dapat dipindahkan dari atmosfer dan jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh tanaman, maka diperlukan kegiatan untuk mengkuantifikasi serapan karbon pada tegakan hutan. Penaksiran serapan karbon yang tepat adalah sangat penting dalam kaitannya dengan upaya mitigasi pemanasan global. Saat ini, metode untuk perhitungan kandungan karbon dari hutan adalah tidak terlalu tepat untuk memprediksi keseimbangan karbon pada tingkat ekosistem atau tingkat nasional (Fang et al, 1998 dalam Lehtonen et al, 2003). Prediksi yang dapat dipercaya dari perubahan dalam stok karbon,

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 4

dengan aliran-alirannya, adalah penting untuk memahami siklus karbon global (Schimel, 1998 dalam Lehtonen et al, 2003). Hingga saat ini belum ada standar yang baku dalam menduga biomassa atau kandungan karbon dari suatu pohon. Dengan demikian, penelitian mengenai pendugaan kandungan karbon pada tanaman masih terus berkembang, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Berbagai inovasi dalam pengukuran kandungan karbon tanaman yang sesuai dengan kaidah ilmiah terus digali, untuk mendapatkan metode pengukuran yang lebih akurat dan dapat dipercaya

Studi kandungan biomassa dan karbon hutan tanaman sangat dibutuhkan. Studi ini difokuskan pada tanaman Jati Hutan Rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat di Kab. Madiun di Desa Kare Kec. Kare dengan tujuan untuk mengetahui Model pendugaan biomassa dan karbon sebagai tempat penyimpan CO2. Studi mengenai potensi hutan menjadi sangat penting. Baik studi mengenai potensi tegakan, studi mengenai potensi biomassa dan studi mengenai potensi karbon. Salah satu faktor yang menentukan dalam menganalisa potensi hutan adalah dengan metode pengukuran dimana untuk mengukur potensi biomassa dan karbon belum ada yang standar.

Lukito, dkk 2012, dalam laporan

penelitian dosen pemula mengatakan. Estimasi potensi tegakan berdiri untuk hutan tanaman Jati Unggul Nusantara di Desa Krowe Kec. Lembeyan Kab. Madiun pada umur 5 tahun berkisar 713,006 m3, atau dengan rata-rata sebesar 148,54 m3/ha rata rata volume per pohon sebesar 0,1337 m3 dengan volume terkecil sebesar 0,0143 m3 dan volume terbesar sebesar 0,3635 m3. Kandungan Biomassa tanaman JUN berkisar rata-rata sebesar 183,870 kg/pohon. Realisasi tanaman sejumlah 5.333 tanaman atau seluas 4,8 ha, sehingga total potensi kandungan biomassa tegakan JUN adalah 131,09 ton. Bila di konversikan dalam satuan

luas per hektar besarnya kandungan biomassa rata rata sebesar 27,30 ton per hektar. Komposisi biomassa organ tanaman JUN pada batang sebesar 61,304 %, akar sebesar 13,59 %, ranting 6,7 % dan organ cabang sebesar 10,27 %. kandungan karbon tegakan per pohon berkisar antara 1,3 – 33,417 t C/ha, dengan rata-rata 13,65 t C/ha . Bila di konversikan dalam satuan m3/ha maka potensi karbon berkisar antara 1,46 – 33,13 ton karbon per hektar atau keseluruhan sebesar 65,546 ton karbon.

Komposisi karbon organ tanaman JUN pada batang sebesar 56,35 %, akar sebesar 16,76 %, cabang 15,28 % dan daun sebesar 6,67 % Besarnya potensi penyerapan CO2 tanaman JUN bila di konversi ke jumlah tanaman per hektar rata-rata sebesar 50,113 ton CO2/ha. Atau setara dengan 240,55 ton karbon keseluruhan tanaman JUN di Desa Krowe.

Martin, Ahadiati 2013 mengatakan Dengan luas hutan rakyat tanaman Jati Unggul Nusantara di Desa Dungus seluas 4,8 Ha untuk, maka total potensi biomassa tegakan JUN adalah 131,1 ton. Atau bila di nyatakan dalam satuan luas per hektar maka biomassa tanaman JUN di Desa Dungus kec. Dagangan Kab. Madiun rata rata sebesar 27,30 ton per hektar.

Permasalahan pendugaan besarnya kandungan karbon banyak di dekati oleh besarnya kandungan biomassa tegakan, ini disebabkan karena hasil utama fotosintesis yaitu karbohidrat disimpan dalam organ tanaman hidup. Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menduga kandungan karbon tegakan hutan yaitu dengan cara : a) pengukuran tidak langsung (indirect

meansurement) dengan cara konversi biomassa dengan menggunakan angka isi karbon tertentu. Metode ini paling banyak di gunakan dengan cara mengunakan angka konstanta kandungan karbon sebesar 50 % dari berat biomassa (brown, 1986) dan 45 % dari berat biomassanya (Whitttaker dan Likens, 1973) dalam Losi (2003)

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 5

b) Pengukuran langsung dengan cara pembakaran langsung untuk kemudian di analisis dengan alat carbon analyser (Kraenzel et al, 2003 dalam Losi, 2003) dan dapat juga dengan cara karbonasi yaitu pembakaran bahan berkarbon komplek dengan jumlah oksigen terbatas

Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui Volume pohon Jati Hutan

Rakyat (m3/ha) di Desa Kare Kec. Kare Kabupaten Madiun.

b. Mengetahui potensi biomassa Hutan Rakyat Tanaman Jati (ton/ha)

c. Mengetahui potensi hutan tanaman dalam menyimpan cadangan karbon dan kemampuannya dalam menyerap / mengabsorsi gas CO2 dari atmosfer berdasarkan dimensi pertumbuhan serta kandungan biomassa tanamannya. (ton/ha)

d. Menentukan persamaan alometri biomassa dan karbon Tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec.Kare Kab. Madiun

Keutamaan Rencana Penelitian

Rencana penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan karena : a. Pengelolaan sumberdaya hutan tidak

hanya bertumpu pada pendekatan bisnis kayu semata, tetapi memiliki fungsi dimensi : sosial, ekonomi, ekologi, dan jasa lingkungan.

b. Perlunya di ketahui kemampuan hutan rakyat Tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec Kare Kab. Madiun terutama berkaitan dengan kemampuan mengabsorsi karbondioksida.

TINJAUAN PUSTAKA Biomassa Hutan dan Pengukuran Karbon

Biomassa adalah material kering dari suatu organisme pada waktu, tempat, dan luasan tertentu (Whittaker, 1975). Brown (1997) memberi definisi biomassa

pohon sebagai total material organik hidup dalam pohon dan dinyatakan sebagai biomassa kering oven per unit area (biasanya dalam ton/ha). Karena kandungan air yang berbeda-beda untuk setiap tumbuhan, maka umumnya biomassa dinyatakan sebagai berat kering bahan (Chapman, 1986). Biomassa vegetasi herba dapat diukur dengan pengambilan sampel-sampel secara replikasi dengan cara memotong seluruh tumbuhan di atas permukaan tanah, kemudian dikeringkan dalam oven suhu 850C-1050C sampai beratnya konstan, selanjutnya ditimbang (Barbour et al, 1987).

Banyaknya biomassa hutan sangat tergantung pada hasil yang diperoleh selama proses fotosintesis. Asimilasi CO2 merupakan hasil penyerapan energi matahari dan akibat radiasi matahari, berdasarkan keadaan iklim, maka faktor utama yang mempengaruhi berat kering hasil panen ialah radiasi matahari yang diabsorpsi dan efisiensi pemanfaatan energi matahari tersebut untuk fiksasi CO2 (Gardner et al, 1985). Informasi mengenai biomassa hutan dapat digunakan sebagai (Heng, 1999) :

Estimasi biomassa hutan / pohon

Terdapat dua pendekatan untuk mengestimasikan biomassa di atas permukaan dari suatu pohon / hutan. Yaitu pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik dan pendekatan tidak langsung dengan mengggunakan “biomass expansion factor”. Meskipun terdapat keuntungan dan kekurangan dari masing-masing pendekatan, tetapi harus diperhatikan bahwa pendekatan tidak langsung didasarkan pada factor yang dikembangkan pada tingkat tegakan dari hutan dengan kanopi yang tertutup (rapat) dan tidak dapat digunakan untuk membuat estimasi dari pohon secara individu (IPCC, 2003).

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 6

METODE PENELITIAN Pembuatan Petak Ukur

Pengukuran Potensi Hutan Rakyat di Desa Kare Kecamatan Kare dilakukan pembuatan dengan menggunakan plot pengukuran pada Desa Kare. Pada setiap plot, ditentukan plot Unit sebanyak 16 plot dengan ukuran 25 x 25 m, sehingga luas setiap satu Plot Pengukuran adalah 1 hektar. Tahapan pengambilan data pada setiap Plot Pengukuran, sebagai berikut : 1. Menentukan posisi lintang dan

azymuth Petak Sudut Plot dengan GPS.

2. Menentukan sudut tembak arah dengan kompas membuat unit sebanyak 16 plot. Setiap plot

diberi batas dengan tali rafia. 3. Menentukan posisi lintang dan

azymuth titik pusat unit (pada pohon atau pohon terdekat dengan titik pusat).

4. Melakukan inventory jumlah

pohon, dbh, tinggi pohon, jenis pohon dan sebaran vegetasi pohon pada setiap unit dan dicatat ke dalam tally sheet. Vegetasi yang dicatat adalah vegetasi yang sudah masuk dalam klasifikasi pancang. Sedangkan pohon sampling untuk metode rebah dipilih pohon dengan diameter keliling minimal 63 cm dari setiap jenis vegetasi yang ada. Denah Plot Pengukuran Unit dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Keterangan :

= titik pusat recording unit = batas luar plot contoh

= patok sudut plot contoh = batas dalam antar recording unit

Gambar 1 Denah Plot Pengukuran dan Recording Unit Diameter

Titik pengukuran diameter adalah setinggi dada atau 1,3 cm dari permukaan tanah. Prinsip dasar pengukuran diameter adalah posisi pengukuran harus tegak lurus dengan sumbu batang. Alat ukur yang yang digunakan adalah pita ukur yang mengukur panjang keliling lingkar pohon.

Nilai keliling ini kemudian dikonversikan menjadi diameter dengan membaginya dengan nilai pi (3,14)

Tinggi

Pengukuran tinggi meliputi dua yakni tinggi batang bebas cabang dan tinggi total pohon. Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah klinometer

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 7

Luas Bidang Dasar

Yang dimaksud dengan bidang dasar pohon dalam penelitian ini adalah penampang lintang batang pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah. Luas bidang dasar individu pohon dihitung dengan rumus lingkaran yakni sebagai berikut;

4

2dlbds

Volume Pohon Berdiri

Untuk menentukan volume pohon berdiri diperoleh melalui perkalian antara luas bidang dasar, tinggi pohon dan faktor bentuk, yang dirumuskan Asman, (1970) sebagai berikut:

V = lbds1,3 x h x f1,3.

Ketarangan: V = Volume Batang Pohon (m3) h = Tinggi pohon (m) lbds1,3 = Luas bidang dasar pada

ketinggian 1,3 m f1,3 = Faktor bentuk

Pengukuran Biomassa Pengukuran Biomassa Batang.

Pengukuran biomassa batang pada prinsipnya dilakukan dengan menghitung volume batang dan mengukur kerapatan jenis kayu (wood density). Untuk mengetahui biomassa batang, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari volume setiap jenis pohon yang ditebang. Setelah itu dilakukan

pengambilan sampel bagian batang pada tempat-tempat yang dapat mewakili karakteristik berat batang tersebut, misalnya di bagian pangkal, tengah dan ujung batang. Bentuk sampel merupakan potongan melintang batang dengan ketebalan tertentu (disc). Disc ini dapat dihitung volumenya dengan anggapan bahwa penampang

melintangnya berbentuk lingkaran. Setiap pohon yang ditebang diambil

sampel discnya selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk dikeringkan menggunakan oven sampai mencapai berat konstan.

Kerapatan jenis = Berat kering disc Volume disc Sehingga biomassa batang = kerapatan jenis kayu x volume batang Biomassa Cabang (Dahan dan Ranting Pohon)

Pengukuran biomassa cabang-cabang pohon yang terdiri dari dahan-dahan dan ranting. Organ tanaman yang berupa dahan dan ranting dikumpulkan menjadi satu untuk ditimbang berat basahnya. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel potongan kecil (disc) dari bagian

cabang untuk diketahui berat basah dan berat keringnya. Berat kering diperoleh dengan cara mengoven disc-disc cabang

pada suhu 1050C selama dua hari (±40 jam) sampai mencapai berat kering konstan. Biomassa Cabang (Branch Weight) (WB) =

Biomassa Daun

Daun-daun dari pohon sampel dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daun-daun yang berada di bagian pangkal, tengah dan ujung tajuk. Pengukuran biomassa daun dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh daun dari pohon sampel pada tiap bagian tajuk tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam karung/kantong plastik untuk diketahui

berat basah totalnya. Netto berat basah total diperoleh setelah dikurangi dengan berat karung atau berat plastik yang digunakan sebagai tempat daun. Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengambilan sampel daun dari tiap-tiap bagian tajuk tersebut untuk diukur berat basah dan berat keringnya. Berat kering diperoleh dengan cara mengoven sampel

Berat kering sampel cabang X Berat basah total cabang Berat Basah sampel cabang

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 8

daun pada suhu 1050C selama dua hari (±40 jam) sampai mencapai berat kering

konstan. Biomassa daun (leaf weight)=

Biomassa Total di Atas Permukaan Tanah

Total Biomassa di atas permukaan tanah (total above ground biomass) pada

vegetasi yang mempunyai tinggi ≥1,5 m meliputi biomassa batang, cabang, dan daun.

Kandungan Karbon

Total kandungan karbon pada hutan hujan tropis adalah total biomassa x 50%. GAMBARAN UMUM LOKASI Letak Dan Posisi Geografis

Kecamatan Kare merupakan salah satu dari 15 Kecamatan yang berada di kabupaten Madiun, luas kecamatan Kare 190,85 Km2 dan desa Kare memiliki luas wilayah 8652,9 Ha. Wilayah kecamatan Kareberbatasan dengan sebelah utara : kecamatan Mejayan , sebelah Timur : Kecamatan Gemarang, sebelah selatan : Kecamatan Dagangan dan sebelah barat : kecamatan Wungu. Menurut letak geografis desa Kare berada antara 4o38’15”sampai dengan 5o4’0” BT dan antara 7o12’0” sampai dengan 7048’30” LS, berada sebelah ujung tenggara kabupaten Madiun dan termasuk dalam wilayah pegunungan Wilis bagian barat. Kecamatan Kare memiliki type iklim C, ketinggian wilayah antara 300-1.100 dpl, dengan curah hujan rata - rata sebesar 1.453 mm/th dan desa Kare terletak pada ketinggian 64-426 dpl, dengan topografi berbukit. Kondisi Lokasi Penelitian

Wilayah desa Kare memiliki jenis tanah grumusol dan alluvial, dengan topografi berbukit, kemiringan tanah bervariasi mulai datar sampai curam. Dengan kondisi tersebut mayoritas masyarakat petani desa kare bercocok tanam di lahan kering dengan

menerapkan system tanam tumpangsari ( multiple cropping), yaitu menanam tanaman pertanian diantara tanaman hutan. Masyarakat desa Kare sangat memperhatikan masalah konservasi tanah,yaitu dalam berkebun mengupayakan menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai penguat teras, membuatang gelan / genengan / talud teras, membuat saluran pembuangan air, membuat terjunan (drop), mengikuti kegiatan UPSA (Unit Pelestarian Sumberdaya Alam), membuat KBD (Kebun Bibit Desa) dan melakukan pengamanan jurang (gully plug) dll, hal ini dilakukan di bawah pembinaan Dinas LHK Madiun. Pola tanam lahan kering dan usaha konservasi tanah memang diperlukan sebagai usaha adaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi adanya lahan kritis yang potensial muncul di desa Kare, luas lahan kritis actual 1200,55 Ha dan lahan potensial kritis 2357,78 Ha. Profil Unit Pengelolaan Hutan Rakyat (UPHR) “Kare Lestari” NamaOrganisasi : Unit Pengelolaan Hutan Rakyat (UPHR) Kare Lestari TanggalDidirikan : 12 April 2011 AktaNotaris : No. 27, Tanggal 12 April 2012, Oleh Muhammad Ali Fauzi, SH Alamat Kantor : Kantor desa kare Kecamatan Kare kabupaten madiun Telp : 081 335 471 286 Wilayah Kerja UPHR Kare Lestari

Biomassa pohon (Total Weight)= Ws + Wb + WL

Berat kering sampel daun X Total berat basah daun Berat Basah sampel daun

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 9

Sesuai dengan kesepakatan musyawarah anggota UPHR Kare Lestari, bahwa wilayah kerja sementara UPHR Kare Lestari di 8 desa (Kare,

Kuwiran, Bodag, Bolo, Kepel, Randualas, Cermodan Morang) di Kecamatan Kare kabupaten Madiun.

Tabel 1. Luas Areal Hutan rakyat UPHR Kare Lestari

No Desa Anggota Luas (Ha) Total

Pekarangan Tegal

1 BODAG 1165 32,79 185,74 218,53

2 BOLO 323 115,6 115,60

3 KARE 130 3,5 54,81 58,31

4 KEPEL 102 30,44 30,44

5 KUWIRAN 127 27,58 27,58

6 RANDUALAS 1681 397,03 397,03

7 MORANG 466 89,27 146,4 235,67

8 CERMO 689 43,84 624,85 668,69

JUMLAH 4683 169,40 1.585,99 1.755,39

Sumber : UPHR Kare Lestari PEMBAHASAN Tahapan Proses Yang Telah Terlaksana

Tahapan proses yang telah terlaksana adalah meluakukan survei kepemilikan tanaman hutan rakyat di Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun dari data yang Ada di jumpai sebanyak 130 Anggota yang mengikuti program Unit pengelola hutan rakyat Kare lestari (UPHR) dengan total luas hutan rakyat yang dimiliki oleh kelompok UPHR Desa Kare Seluas 58,31 Ha yang terdiri dari areal pekarangan seluas 3,5 Ha dan Tegalan seluas 54,81 Ha.

Jenis tanaman hutan rakyat yang diusahakan petani berupa : jenis tanaman keras (kayu-kayuan) yang dominan yang dikembangkan oleh petani diantaranya adalah:Jati (Tectona grandis), Akasia (Acasia mangium), Mahoni (Swietena mahogany) dan Sengon (Albisia falcataria). Prosentase

tertinggi di Tanami dengan jenis Jati, sedangkan untuk areal pekarangan di dominasi oleh jenis jenis jenis tanaman bawah tegakan, antara lain Jagung, Ketela, Empon-empon, Porang, Kacang tanah dan Rumput gajah; serta Cengkeh, Coklat/kakao, Durian, Nangka dan Rambutan.

Pelaksanaan Survei Pengukuran Lapangan

Untuk mengetahui potensi tegakan penyusun hutan tanaman Jati Hutan Rakyat dilakukan kegiatan inventore hutan. Kegiatan inventore hutan berusaha untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai keadaan hutan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Keadaan hutan, dilukiskan oleh karakteristik pohon yang menyusun hutan tersebut. Karakteristik pohon akan menentukan volume kayu, yang merupakan gambaran kuantitatif dari suatu hutan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran dan analisa terhadap beberapa karakter pohon yang akan menentukan volume kayu, seperti diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon. Pelaksanaan survei lapangan dilaksanakan selama 5 hari dengan melibatkan mahasiswa dan alumnus yang membantu kegiatan pengukuran adapun variabel yang di ukur adalah diameter setinggi dada dan tinggi tanaman. Pendugaan Volume Tegakan Berdiri

Pendugaan volume tegakan berdiri dilakukan dengan menggunakan data pengukuran parameter pohon hasil inventore. Dari hasil inventore ini, didapatkan data hasil pengukuran

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 10

parameter Dbh, tinggi pohon, dan data jumlah pohon pada tiap petak ukur dalam kelas umur. Data tersebut diolah lebih lanjut untuk mengetahui Dbh rata-rata, tinggi rata-rata, volume per pohon, kerapatan pohon per hektar, dan volume

pohon perhektar. Hasil pengolahan data pengukuran parameter pohon dan kerapatan pohon Inventarisasi terhadap pohon Jati Hutan Rakyat di Desa Kare Kecamatan Kare disajikan lampiran-1 dan pada Tabel 2 sebagai berikut

Tabel 2. Hasil inventarisasi Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon Jati Hutan rakyat per Hektar di Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

PU

Struktur Tegakan Total

Tiang Pohon Total

N V N V N V

1 43 4.872 4 1.637 47 6.509

2 36 2.319

36 2.319

3 23 1.237 1 0.572 23 1.809

4 3 0.086 2 1.496 5 1.582

5 55 5.766 2 0.778 57 6.544

6 30 3.569 1 0.63 31 4.199

7 32 4.382

32 4.382

8 11 0.758 1 0.36 12 1.118

9 29 4.262 10 5.963 39 10.225

10 30 6.307 5 2.492 34 8.799

11 23 1.266 1 0.505 23 1.771

12 50 5.453 2 0.875 52 6.328

13 34 2.947 6 4.12 41 7.067

14 42 4.501 1 0.592 43 5.092

15 43 5.555 4 1.883 47 7.438

16 17 2.852 5 2.559 23 5.411

jumlah 499.5 56.13 43 24.46 542 80.594

Sumber : Inventarisasi Tegakkan 2015, Data Primer diolah

Tabel 3. Rekapitulasi Inventarisasi Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon Jati Hutan rakyat per Hektar di Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

PU

Struktur Tegakan Total

Tiang Pohon Total

N V N V N V

jumlah 499.5 56.13 43 24.46 542 80.594 Sumber : Hasil Pengukuran Inventarisasi Tegakkan 2015, Data diolah

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 11

Tabel 4. Hasil Inventarisasi Tegakkan Hutan Rakyat Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun

Jenis Pohon Tiang Pohon Jumlah rata-rata Volume

n V n V n V % ha Perpohon Luas

Akasia 1.00 0.1355 4.00 4.01 5.00 4.15 3.56 1.94 0.830 8.0

Mahoni 114.00 13.4321 19.00 12.86 133.00 26.29 22.54 12.28 0.198 322.9

Jati 499.50 56.13264 42.87 24.46 631.00 82.18 70.46 38.39 0.130 3,154.7

Sngon 14.00 2.0395 3.00 1.97 17.00 4.00 3.44 1.87 0.235 7.5

Total 641.00 17.747 145.00 98.88 786.00 116.63 100.00 54.48 1.39 3,493.2

Sumber : Hasil Pengolahan Inventarisasi 2014 UPKHR Kare Lestari, (Rahmanta,2014), Hasil Inventarisasi Tegakkan Hutan Rakyat Desa Kare 2015

Potensi Biomassa Tegakan Hutan Rakyat

Pengukuran biomassa hutan dalam penelitian ini dilakukan terhadap seluruh bagian pohon terdiri dari biomassa di atas permukaan tanah (above-ground biomass) meliputi batang, cabang, dan

daun, serta biomassa di bawah permukaan tanah (below-ground biomass) meliputi akar pohon. Biomassa

serasah, tumbuhan bawah dan tanah tidak diukur dalam penelitian ini. Pengukuran biomassa dilakukan terhadap tanaman Jati sebagai salah satu tanaman penyusun hutan tanaman rakyat di Desa Kare. Pengukuran dilakukan terhadap 3 pohon sampel.

Adapun organ tanaman jati Desa Kare yang di ambil sampel guna pengukuran biomassa berupa daun, batang, cabang

dan akar. Untuk organ daun diambil pada 3 tempat yaitu daun daun bagian pangkal (P), daun bagian tengah pohon (T) dan daun pada bagian ujung pohon (U), sedangkan organ batang di ambil menjadi 3 section/disk yaitu batang/disk bagian pangkal (BP), batang tengah (BT) dan Batang bagiang Ujung (BU), Untuk Cabang setiap pohon sampel di ambil pada bagian cabang pangkan (CP), cabang tengah (CT) dan cabang Ujung (CU), sedang organ akar di ambil akar besar (CR) dan akar halus (FR). Besarnya hasil Inventarisasi Biomassa Per segmen pohon di sajikan pada Tabel 5. sebagai berikut hasil pengukuran berat basah dan berat kering organ sampel tanaman Jati rakyat disajikan pada Tabel 5, 6 dan 7 Sebagai berikut :

Tabel 5. Inventarisasi Biomassa Per segmen Pohon Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

No. Pohon

DBh (cm)

Tinggi (m)

Kode Sampel Berat Basah Sampel (Kg)

Berat Kering Sampel (Kg)

Kadar Air Kadar

Air rata-rata

Tectona Grandis

Daun

17.4 19.5 Tg-1.TP 0.20 0.07 0.66

0.64 Tg-1.TT 0.20 0.07 0.64

Tg-1.TU 0.20 0.07 0.64

Batang

Tg-1.BP 0.76 0.40 0.47

0.41 Tg-1.BT 0.58 0.34 0.41

Tg-1.BU 0.25 0.16 0.35

Cabang

Tg-1.CP 0.34 0.20 0.40

0.39 Tg-1.CT 0.35 0.22 0.36

Tg-1.CU 0.23 0.13 0.42

Akar

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 12

Tg-1.CR 0.67 0.32 0.52 0.52

Tg-1.FR 0.21 0.10 0.52

Daun

17.7 21.5 Tg-2.TP 0.20 0.07 0.64

0.64 Tg-2.TT 0.20 0.07 0.65

Tg-2.TU 0.20 0.07 0.63

Batang

Tg-2.BP 1.10 0.54 0.51

0.46 Tg-2.BT 0.51 0.29 0.43

Tg-2.BU 0.33 0.19 0.43

Cabang

Tg-2.CP 0.51 0.26 0.49

0.48 Tg-2.CT 0.26 0.14 0.47

Tg-2.CU 0.26 0.14 0.48

Akar

Tg-2.CR 0.60 0.25 0.57 0.62

Tg-2.FR 0.25 0.08 0.66

Daun

17.2 19.5 Tg-3.TP 0.20 0.08 0.60

0.61 Tg-3.TT 0.20 0.08 0.62

Tg-3.TU 0.20 0.08 0.61

Batang

Tg-3.BP 1.00 0.44 0.56

0.45 Tg-3.BT 0.46 0.28 0.40

Tg-3.BU 0.55 0.33 0.40

Cabang

Tg-3.CP 0.31 0.18 0.42

0.42 Tg-3.CT 0.23 0.13 0.43

Tg-3.CU 0.36 0.22 0.40

Akar

Tg-3.CR 0.77 0.31 0.59 0.63

Tg-3.FR 0.25 0.09 0.66

Sumber : Hasil Inventarisasi Sampel Biomassa Tegakkan Jati Hutan Rakyat 2015, Data Primer Diolah

Tabel 6. Berat Basah (kg) Per segmen Pohon Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Jenis Kode Pohon Dbh (cm) H (m) Berat Basah (Kg)

Akar Batang Cabang Daun

Tectona

Tg-1 17.4 18.5 90.33 323.18 81.51 43.62

Tg-2 17.7 20.5 115.69 299.23 37.90 40.04

Tg-3 17.2 18.5 125.13 325.33 64.35 57.20

Rata-rata 17.4 19.2 110.38 315.91 61.25 46.95

Sumber : Analisis Laboratorium 2015, Data Primer Diolah

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 13

Tabel 7. Kadar Air Rata-rata Per segmen Pohon Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Kode Pohon Dbh (cm) H (m)

Kadar Air Rata-rata

Akar Batang Cabang Daun

Tectona

Tg-1 17.4 18.5 0.64 0.45 0.53 0.51

Tg-2 17.7 20.5 0.51 0.51 0.49 0.50

Tg-3 17.2 18.5 0.50 0.49 0.52 0.49

Rata-rata 17.4 19.2 0.55 0.48 0.51 0.50

Sumber : Analisis Laboratorium 2015, Data Primer Diolah

Tabel 8. Biomassa Per segmen Pohon Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Jenis Kode Pohon

Dbh (cm) H (m) Biomassa (Kg)

Akar Batang Cabang Daun Total

Tectona

Tg-1 17.4 18.5 32.31 176.62 38.42 21.24 268.59

Tg-2 17.7 20.5 56.76 147.49 19.26 19.98 243.49

Tg-3 17.2 18.5 62.73 165.98 30.67 28.96 288.33

Rata-rata 17.4 19.2 50.60 163.36 29.45 23.39 266.80

Sumber : Analisis Laboratorium 2015, Data Primer Diolah

Pada Tabel 8 dapat di lihat bahwa rata rata berat biomassa tanaman jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun adalah sebesar 266.80 Kg atau mencapai 50 % dari rata rata kondisi berat basahnya. Dari rata rata berat sampel tersebut organ batang memiliki prosentase biomassa terbesar di

bandingkan total berat biomassa rata-rata tanaman jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun Untuk dapat melihat besarnya proporsi organ tanaman jati hutan rakyat desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun dapat di lihat pada Gambar 2 sebagai berikut

Gambar 2. Prosentase Biomassa Organ Tanaman Jati Hutan Rakyat Desa

Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Distribusi biomassa pada tiap

komponen pohon menggambarkan besaran distribusi hasil fotosintesis pohon yang disimpan oleh tanaman.

Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman, dan dengan bantuan sinar matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat untuk selanjutnya

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 14

didistribusikan ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam bentuk daun, batang, cabang, buah dan bunga (Hairiah dan Rahayu, 2007). Dari penelitian ini distribusi hasil fotosintesis terbesar digunakan untuk pertumbuhan batang mencapai 53,13 %. Walaupun aktifitas fotosintesis terjadi di daun, namun ternyata daun hanya mendapatkan proporsi hasil fotosintesis yang paling kecil, yaitu hanya 8,93%.

Luas tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun seluas 38.39 Ha sebanyak 631.00 batang, maka total potensi biomassa tegakan Jati adalah 6.462,67 ton. Atau bila di nyatakan dalam satuan luas per hektar maka biomassa tanaman jati hutan rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab.

Madiun rata rata sebesar 168.35 ton per

hektar. Komposisi kandungan Biomassa pada masing-masing komponen pohon juga berbeda, dimana tertinggi adalah

pada komponen batang, diikuti oleh cabang, akar, dan daun Persamaan Allometrik

Dari data potensi biomassa pohon pada Lampiran 1, selanjutnya dapat dibuat model hubungan antara Dbh dengan potensi biomassa komponen pohon dan Dbh dengan total potensi biomassa pohon. Pengolahan data menggunakan SPSS, dengan kriteria model terpilih adalah R2 terbesar dan JKE terkecil. Dengan menggunakan

persamaan allometrik dari model terpilih, maka biomassa untuk tiap komponen pohon dan biomassa untuk total pohon dapat diduga dengan menggunakan Dbh sebagai variabel pembuka. Berdasarkan analisis varian untuk masing-masing model menunjukkan nilai signifikan (< 0,05), baik untuk korelasi hubungan dan nilai konstanta serta koefisien prediktor. Adapun model allometri terpilih tiap organ tanaman di sajikan pada Tabel 9 sbb:

Tabel 9 Model Persamaan Allometrik Terpilih Untuk Pendugaan Biomassa

No. Bentuk Hubungan Model

Terpilih Kriteria Persamaan

1 Dbh - Biomassa Akar Power R2 = 0,8891 WR = 0,00278 D 2,41 JKE = 1.988

2 Dbh - Biomassa Batang Power

R2 = 0,891 WS = 0,0330 D 2,231

JKE = 1,891

3 Dbh - Biomassa Cabang Power R2 = 0,891 WB = 0,0981 D 2,231 JKE = 1,891

4 Dbh - Biomassa Daun Power

R2 = 0,918 WL = 0,027 D 2,231

JKE = 1,897

5 Dbh - Biomassa Pohon Power R2 = 0,938 WT = 0,0456 D 2,25 JKE = 1,791

Sumber : Data Primer di olah

Untuk memberikan gambaran secara visual, maka garis regresi dengan data hasil pengukuran untuk total biomasa terhadap diameter setinggi dada (Dbh)

digambarkan dalam bentuk grafik atau diagram pencar (scatter plot), seperti

disajikan pada Gambar 3.

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 15

Gambar 3. Grafik Hubungan Dbh dengan Total Potensi Biomassa

Potensi Serapan Karbon

Penelitian ini juga melakukan pengukuran kandungan karbon terhadap tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare

Kec. Kare Kab. Madiun, namun dibatasi hanya pada tanaman yang hidup, sementara karbon pada serasah, tumbuhan bawah, pohon yang mati dan tanah tidak dilakukan pengukuran. metode pengukuran yang dilakukan, yaitu pengukuran tidak langsung dengan metode konversi biomassa ke karbon menggunakan angka konversi 50%. Data hasil pendugaan biomassa, selanjutnya digunakan untuk perhitungan kandungan karbon dengan menggunakan metode konversi biomassa. Potensi kandungan karbon tegakan per organ tanaman Jati

Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab.

Madiun Potensi kandungan karbon tanaman Jati metode konversi biomassa berkisar rata-rata sebesar 131.31 kg

/pohon karbon. Dengan realisasi tanaman 24,222 tanaman atau seluas 38,39 ha, maka total potensi kandungan karbon tegakan Jati hutan rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun adalah 3,180.71 ton Carbon. Bila di konversi ke dalam satuan volume per hektar berkisar antara

84.175 ton carbon per hektar. Komposisi

kandungan karbon pada masing-masing komponen pohon juga berbeda, dimana tertinggi adalah pada komponen batang, diikuti oleh cabang, akar, dan daun. Persentase karbon tiap komponen pohon terhadap total karbon pohon, disajikan pada gambar 4.

.

Gambar 4. Prosentase Kandungan Karbon Tiap Komponen Pohon

.

POWER, WT = 0,0456 D 2,25

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 24

Persamaan Allometrik

Dari hasil perhitungan kandungan karbon pohon dengan metode konversi biomassa, dapat dibangun model hubungan allometrik antara Dbh dengan simpanan karbon masing-masing

komponen pohon dan total pohon. Pengolahan data menggunakan SPSS, dengan kriteria model terpilih adalah R2 terbesar dan JKE terkecil. Adapun model terpilih untuk masing-masing hubungan disajikan pada Tabel 10

Tabel 10. Model Persamaan Allometrik Terpilih Untuk Pendugaan Karbon

Sumber : data primer di olah

Untuk memberikan gambaran secara visual, maka garis regresi dengan data hasil pengukuran digambarkan dalam bentuk grafik atau diagram pencar (scatter plot), seperti disajikan pada Gambar 5.

Dengan menggunakan persamaan allometrik dari model terpilih, maka kandungan karbon untuk tiap komponen

pohon dan simpanan karbon untuk total pohon dapat diduga dengan menggunakan Dbh sebagai variabel pembuka. Berdasarkan analisis varian untuk masing-masing model menunjukkan nilai signifikan (< 0,05), baik untuk korelasi hubungan dan nilai konstanta serta koefisien prediktor

.

Gambar 5. Grafik Hubungan Dbh dengan Total Potensi Karbon

No. Bentuk Hubungan Model Terpilih Kriteria Persamaan

1 Dbh – Karbon Akar Power R2 = 0,891 CR = 0,00668 D

2,441

JKE = 1,888

2 Dbh – Karbon Batang Power R

2 = 0,899 CS = 0,0350 D

2,233

JKE = 1,882

3 Dbh - KarbonCabang Power R

2 = 0,899 CB = 0,0086

D

2,224

JKE = 1,890

4 Dbh – Karbon Daun Power R

2 = 0,893 CL = 0,0055 D

2,221

JKE = 1,987

5 Dbh – Karbon Pohon Power

R2 = 0,8088

CT = 0,0472 D 2,233

JKE = 1,886

POWER, CT = 0,0472 D 2,233

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 17

Estimasi Potensi Penyerapan CO2 Tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Pengukuran potensi penyerapan gas CO2 dilakukan dengan menggunakan perbandingan berat masa gas CO2

dengan berat masa atom C. Rata-rata potensi penyerapan CO2 dari tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun seperti disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11.Potensi Penyerapan CO2 Tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun

Jenis

Kandungan C Pohon

kg

Potensi Penyerapan

CO2

Jumlah Pohon

Seluas 38,39 Ha

Potensi Carbon

Ton

Potensi Penyerapan

CO2

ton

jati 131,31 3,67 24,222 3.18 11.656 Sumber : Data Primer Diolah 2015

Besarnya potensi penyerapan CO2 tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun sangat di pengaruhi oleh kemampuan daun menyerap CO2 di dalam proses fotosintesis, bila di konversi ke jumlah tanaman sebanyak 24,222. pohon adalah sekitar 11.656 ton CO2.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

a. Estimasi potensi tegakan berdiri untuk tanaman Jati Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun rata-rata Volume per pohon sebesar 0.130 m3 atau dengan total volume keseluruhan pada luas lahan jati rakyat desa Kare sebesar 3.154,7 m3

b. Kandungan Biomassa tanaman Jati Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun rata-rata per pohon sebesar 266,80 Kg atau mencapai 50 % dari rata rata kondisi berat basahnya. Luas tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun seluas 38.39 Ha sebanyak 631.00 batang, maka total potensi biomassa tegakan Jati adalah 6.462,67 ton. Atau bila di nyatakan dalam satuan luas per hektar maka biomassa tanaman jati rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab.

Madiun rata rata sebesar 168.35 ton

per hektar. c. Potensi kandungan karbon tanaman

Jati rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab.

Madiun dengan metode konversi biomassa berkisar rata-rata sebesar rata-rata sebesar 131.31 kg /pohon karbon. Dengan realisasi tanaman 24,222 tanaman atau seluas 38,39 ha, maka total potensi kandungan karbon tegakan Jati hutan rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun adalah

3,180.71 ton Carbon. Bila di konversi

ke dalam satuan volume per hektar berkisar antara 84.175 ton carbon per

hektar. Komposisi kandungan karbon pada masing-masing komponen pohon juga berbeda, dimana tertinggi adalah pada komponen batang, diikuti oleh cabang, akar, dan daun

d. Besarnya potensi penyerapan CO2 tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun sangat di pengaruhi oleh kemampuan daun menyerap CO2 di dalam proses fotosintesis, bila di konversi ke jumlah tanaman sebanyak 24,222. pohon adalah sekitar 11.656 ton CO2.

e. Hubungan Biomassa dan kandungan Carbon dengan Diamater setinggi dada (Dbh) adalah model power dengan WT = 0,0456 Dbh 2,25

untuk biomassa dan, CT = 0,0472 Dbh

2,233

untuk kandungan karbon

SARAN

Pengukuran potensi karbon pada hutan tanaman Jati Hutan Rakyat Desa Kare Kec. Kare Kab. Madiun, saat penelitian ini dilakukan hanya

Agri-tek Volume 16 Nomor 2 September 2015 PENDUGAAN, BIOMASSA DAN KARBON 18

menggunakan metode a bove ground dan konversi carbon 50 % dari biomassanya. Untuk jangka waktu mendatang diperlukan pengukuran terhadap semua aspek ( pohon, tanah, nekro massa, seresah ) dan analisa carbonnya menggunakan hasil uji laboraturium.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi melalui program Sistem Informasi

Manajemen Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat yang telah

membiayai penelitian dosen pemula ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. UPKHR Kare Lestari,

Kabupaten Madiun. Asman, E., 1970. The Principle of Forest

Yield Study. Study in The Organic Production, Structure, Increament and Yield of Forest Stand. Pergamon

Press. Oxford. New york, Toronto, Sydney, Braunschweig

Cohran, G.W. dan W.G Snedecor, 1980. Statistical Methods. State University of Lowa. USA

Hairiah, K dan Rahayu, S., 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF Southeast Asia Regional Office. Bogor

Loehtonen dan K. Haller, 2003 Forest Inventory, Volume II. BLV.

Verlagsgeeselschaft Mbh. Munchen Losi, C.J. Thomas, G.S. Richard, C.

Juan, E.M., 2003. Analysis of Alternative Methods for Estimating

Carbon Stock in Young Tropical Plantations, Forest Ecology and

Management Lukito. Martin, 2010, Studi Inventarisasi

Hutan tanaman Kayu Putih Dalam Menghasilkan Biomassa dan karbon hutan. Tesis Fakultas Kehutanan UGM. Tidak Di publikasikan

Lukito Martin, Rohmatiah Ahadiati, 2012. Estimasi Biomassa dan Karbon Tanaman Jati Hutan Rakyat Umur 5 Tahun (Kasus Kawasan Hutan Tanaman Jati Hutan Rakyat Unggul Nusantara (JUN) Desa Krowe, Kecamatan Lembeyan Kabupaten Madiun Laporan Penelitian Dosen

Pemula, 2012. Setiahadi Rahmanta, Djoko Setyo

Martono, Martin Lukito, 2014, Model Perhitungan Cadangan Karbon Hutan rakyat bersertifikat, Sistem Verivikasi Legalitas Kayu. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti Tahun ke-1.

Schroeder, Paul. 1992. Carbon Storage Potensial of Short Rotation Tropical Tree Plantation. Elsevier Science

Publishers B. Amsterdam Sulaiman, W., 2004. Analisis Regresi

Menggunakan SPSS. Contoh Kasus dan Pemecahannya. Andi. Yogyakarta

Tabacnick, B.G., dan L.S. Fidel., 2007. Using Multivariate Statistics, Fifth Edition. Pearson Education. Inc United

States of America. Walpole, R.E., 2007. Pengantar

Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.