19
1 PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN (Studi Persepsi Komunikan terhadap Komunikator Pendidikan Layanan Khusus Sekolah Kita di Surakarta) Mukti Hening Pratiwi Sofiah Sri Urip Haryati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Research study titled perception of street children against teachers Education Special Services Sekolah Kita are aiming: 1). to determine the comunicant perception of the communicator Education Special Services Sekolah Kita in Surakarta, 2). to determine the factors that influence the communicant perception of the communicator Education Special Services Sekolah Kita in Surakarta, 3). to know the figure expected by the communicant of the communicator Education Special Services Sekolah Kita in Surakarta. This study used a qualitative approach. Informants are street children who undergo special education services. Withdrawal informants determined by purposive sampling, which aims at finding respondents understand the theme of the study. Data was collected through observation, in-depth interviews, and literature. The process of data analysis includes data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification. Results were obtained: 1). communicant positive perception of the communicator through appearance, competencies, and attitudes also affect the participation communicator communicant in pembelajaraan process, 2). the factors that influence the perception of the communicator communicant include freedom, attention, patience, and patience, 3). communicant communicator figure is expected figure compassionate, capable of nurturing, learning and well explained. It is more focused on the role of a communicator as a mentor figure, protector for communicants. This study is expected to be a reference for other studies with similar themes as well as beneficial to the academic world. Keywords: perception, street children, teachers

PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

1

PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN

(Studi Persepsi Komunikan terhadap Komunikator Pendidikan Layanan

Khusus Sekolah Kita di Surakarta)

Mukti Hening Pratiwi

Sofiah

Sri Urip Haryati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Research study titled perception of street children against teachers

Education Special Services Sekolah Kita are aiming: 1). to determine the

comunicant perception of the communicator Education Special Services Sekolah

Kita in Surakarta, 2). to determine the factors that influence the communicant

perception of the communicator Education Special Services Sekolah Kita in

Surakarta, 3). to know the figure expected by the communicant of the

communicator Education Special Services Sekolah Kita in Surakarta.

This study used a qualitative approach. Informants are street children who

undergo special education services. Withdrawal informants determined by

purposive sampling, which aims at finding respondents understand the theme of

the study. Data was collected through observation, in-depth interviews, and

literature. The process of data analysis includes data reduction, data

presentation, and drawing conclusions and verification.

Results were obtained: 1). communicant positive perception of the

communicator through appearance, competencies, and attitudes also affect the

participation communicator communicant in pembelajaraan process, 2). the

factors that influence the perception of the communicator communicant include

freedom, attention, patience, and patience, 3). communicant communicator figure

is expected figure compassionate, capable of nurturing, learning and well

explained. It is more focused on the role of a communicator as a mentor figure,

protector for communicants. This study is expected to be a reference for other

studies with similar themes as well as beneficial to the academic world.

Keywords: perception, street children, teachers

Page 2: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

2

Pendahuluan

Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang

memaksa anak turut bekerja. Dilansir dalam penelitian Kementerian

Pemberdayaan Perempuan terkait alasan anak turut bekerja adalah membantu

ekonomi orang tua (71%), dipaksa orang tua (6%), menambah biaya sekolah

(15%), serta lain-lain (33%), yang meliputi keinginan hidup bebas, untuk uang

jajan, ataupun mendapatkan teman(dalam jurnal psikologi Yudit Oktaria, Konsep

Diri Anak Jalanan Usia Remaja, http://www.academia.edu/5011304/konsep-diri-

anak-jalanan-usia-remaja-self-concept-adolescent-who-live-in-the-street, 2008).

Kondisi anak yang belum memiliki cukup keterampilan membuat mereka

memilih pekerjaan diranah marjinal, yakni jalanan. Pengertian anak jalanan

menurut Departemen Sosial adalah anak berusia kurang dari 18 tahun (6-18) yang

melakukan pekerjaan di jalanan selama 6 jam oleh sebab apapun. Dalam jurnal

internasional Mesir yang ditulis oleh Zain Al- Dien (education for the street

children in Egypt,

http://ejournals.library.ualberta.co/index.php/JCIE/article/view/6474, 2009)

mengatakan jalanan bagi anak dianggap sebagai tempat berlindung dan pengganti

hidup dengan keluarga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar, yakni

untuk makan dan kelangsungan hidup. Pekerjaan yang digeluti diantaranya

mengamen, mengemis, menyemir sepatu, ataupun penjual asongan (dalam Kang

Bull, anak jalanan dalam pengertian sosiologi, http://kafeilmu.com/2012/04/anak-

jalanan-dalam-pengertian-sosiologi.html#ixzz2HSNJ7ail, 2012).

Pekerjaan di jalanan membuat anak melupakan bangku sekolah. Sebuah

kajian dilakukan pada tahun 2011 oleh UNICEF, UNESCO bekerja sama dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (dalam

UNICEF_Anual_Report_(Ind)_130731.pdf, Laporan Tahunan 2012, 2013 )

menunjukkan bahwa 2,5 juta anak Indonesia pada usia 7 - 15 tahun tidak

mengenyam pendidikan dan kebanyakan putus sekolah ketika masa transisi dari

SD ke SMP. Hal tersebut terlatarbelakangi ketiadaan biaya dan tidak adanya

dukungan orang tua terhadap pendidikan anak.

Page 3: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

3

Profesi orang tua yang juga berada diranah marjinal turut mendukung

pengabaian terhadap pendidikan. Profesi sebagai tukang ojek, buruh, pedagang

asongan, ataupun pemulung hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk makan

sehari-hari.

Lingkungan jalanan yang kerap bersinggungan dengan cemoohan,

pelecehan, umpatan kasar, serta kekerasan menjadikan anak jalanan mengikuti

perilaku serupa. Stigma negatif masyarakat turut berperan menjadikan anak

jalanan bersikap apatis dan membenci dirinya sendiri.

Hal inilah yang menjadikan pendidikan penting untuk membangun

kembali karakter anak jalanan selaku aset generasi bangsa. Sesuai dengan

Undang-Undang no. 23 tentang Perlindungan Anak tahun 2002 “bahwa anak

adalah tunas, potensi, generasi muda, penerus cita-cita perjuangan bangsa,

memiliki peran strategis, serta mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin

kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.”(Undang – Undang

no.23, Perlindungan Anak, UU-No 23-Perlindungan-Anak. Pdf, 2002).”

Upaya perbaikan generasi bangsa turut memunculkan berbagai lembaga

maupun yayasan sebagai bentuk kepedulian. Salah satunya Lembaga

Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pinggiran (LPPAP) SEROJA yang berada di

Surakarta. Terbentuk pada tahun 2001, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini

memiliki misi mengembangkan program-program pendidikan dan perlindungan

bagi anak pinggiran. LPPAP SEROJA berupaya memberikan pendekatan,

pembinaan, informasi, dan advokasi.

Terkait dengan jumlah anak jalanan di Surakarta sesuai dengan laporan

Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) terdapat 648

anak yang terdiri dari anak terlantar, anak nakal, dan anak jalanan tersebar di Solo

(dalam Supriyanto, Solo Tak Punya Program Penanganan Anak Jalanan,

http://tempo.com/2011/5/10/solo-tak-punya-program.html, 2011).”

LPPAP SEROJA turut membangun sarana pendidikan non formal dengan

tujuan memberikan hak pendidikan bagi anak yang memiliki keterbatasan, salah

satunya anak jalanan. Konsep pendidikan ini dikenal dengan sebutan Pendidikan

Layanan Khusus (PLK). PLK sebagai bentuk layanan pendidikan yang

Page 4: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

4

diselenggarakan untuk pekerja anak melalui berbagai jenjang, yakni tingkat satuan

pendidikan dasar sampai tingkat satuan pendidikan menengah dalam rangka

mengembangkan potensi diri anak menuju perbaikan kualitas hidup.

Sekolah sebagai media pendidikan memegang peranan penting. Seperti

disampaikan Efendy (2004:102) sekolah merupakan pranata interaksionisme,

tempat berinteraksi, dan saling mempengaruhi diantara insan-insan yang terdiri

dari guru dan murid, berlangsung secara terarah, dan dalam suasana ilmu

pengetahuan.

Peranan guru dalam proses pembelajaran teramat penting sebagai sosok

pendidik sekaligus orang tua kedua bagi murid. Di lingkungan sekolah formal,

murid dengan senang hati mengikuti, mendengarkan, serta mematuhi perintah

guru. Hal ini didorong penanaman persepsi oleh orang tua terhadap anak bahwa

keberadaan guru sebagai sosok pembimbing dalam pembelajaran.

Situasi berbeda tentu terjadi pada anak jalanan, pengabaian orang tua serta

pola hidup di jalanan membuat mereka memiliki cara pandang berbeda dalam

berperilaku maupun memperlakukan orang. Tidak mudah bagi anak jalanan untuk

menghormati, mendengarkan, ataupun menjadikan seseorang sebagai panutan.

Bahkan sikap tertutup dan tidak bersahabat sering mereka tunjukkan. Rasa

percaya tidak mudah terbangun terhadap orang asing.

Realitas diatas menjadi salah satu alasan penulis tertarik melakukan

penelitian terkait kegiatan belajar di sekolah layanan khusus. Dalam kegiatan

belajar terdapat proses transfer informasi yang mengalami hambatan disebabkan

komunikan terbiasa hidup bebas, kurang memperoleh perhatian, terkucilkan dari

lingkungan masyarakat, serta memiliki kecenderungan menutup diri sehingga

tidak sembarang komunikator dipercaya untuk didengarkan oleh komunikan.

Oleh karena itu, dalam proses transfer informasi dibutuhkan sosok

komunikator yang memenuhi kriteria dan dipercaya komunikan, dekat dengan

kehidupan sehari-hari sehingga keberlangsungan komunikasi dapat terjalin.

Komunikan dalam mengkonversi pesan terdapat aspek psikologi yang berperan

yakni persepsi. Persepsi komunikan menentukan komunikator yang diterima,

faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian komunikan, serta sosok komunikator

Page 5: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

5

yang diharapkan sehingga berpengaruh pada keberlangsungan proses

pembelajaran. Penulis mengambil judul Pendidikan Layanan Khusus Anak

Jalanan (Studi Persepsi Komunikan terhadap Komunikator Pendidikan Layanan

Khusus Sekolah Kita di Surakarta).”

Perumusan Masalah

1. “Apa persepsi komunikan terhadap penampilan, kompetensi, serta sikap

komunikator Pendidikan Layanan Khusus Sekolah Kita di Surakarta?”

2. “Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi komunikan terhadap

komunikator Pendidikan Layanan Khusus Sekolah Kita di Surakarta?”

3. “Sosok komunikator seperti apa yang diinginkan oleh komunikan Pendidikan

Layanan Khusus Sekolah Kita di Surakarta?

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata

Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”.

“Sama” disini maksudnya adalah “sama makna”. Dapat dijabarkan “sama makna”

adalah persamaan pengertian antara penyampai pesan (komunikator) dengan

penerima pesan (komunikan) dalam proses komunikasinya hingga memperoleh

pemahaman yang sama (dalam Efendy,1986: 11). Sesuai dengan rumusan yang

disampaikan oleh Carl Hovland, Janis & Kelley (dalam Riswandi, 2009: 1) bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

stimulus (biasanya kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku

orang-orang lainnya (khalayak).

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Definisi persepsi (Sobur, 2003: 445) (dalam blog Dhani Munandar,

pengertian dan contoh – contoh persepsi,

http://dhanicyx.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-contoh-contoh-

persepsi.html, 2012) secara etimologis berasal dari kata “perception” (bahasa

Page 6: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

6

inggris) atau bahasa latin “percipare” yang artinya menerima atau mengambil.

Hamidi (2007:57) menjelaskan persepsi adalah proses internal yang kita lakukan

untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari

lingkungan eksternal. Makna persepsi menurut Rakhmat (dalam Effendy, 2004:

101) adalah penginderaan atau pengamatan tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan. Penginderaan

dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.

B. Proses Pembentukan Kesan

Proses pembentukan kesan (dalam Liliweri, 2011: 93) memiliki alur mulai

dari stereotyping, implicit personality sampai proses atribusi.

1. Stereotyping

Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam,

ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh,

cantik, jelek, rajin, atau malas. Inilah yang disebut stereotyping.

2. Pengkategorian (implicit personality)

Memberikan kategori berarti membuat konsep. Seperti konsep

“bersahabat” meliputi konsep-konsep ramah, suka menolong, toleran, tidak

mencemooh dan sebagainya. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang

“sifat-sifat apa” yang berkaitan dengan “sifat-sifat lainnya”. Konsepsi ini

merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang

lain.

3. Atibusi

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik

orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Menurut Fritz Heider

(1958) (dalam Rahmat, 2005: 61) bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-

tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; faktor situasional atau

personal. Menurut Jones dan Nisbett (dalam Rahmat, 2005: 61), seseorang dapat

memahami motif pribadi dengan memperhatikan dua hal,yaitu fokus terhadap

pola perilaku sehari-hari dan penyimpangan yang dilakukan dari perilaku

biasanya.

Page 7: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

7

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan merupakan

anak jalanan yang menjalani pendidikan layanan khusus. Penarikan informan

ditentukan berdasarkan purposive sampling, bertujuan mencari responden yang

memahami tema penelitian.

Penelitian dilakukan pada PLK Sekolah Kita dengan 25 komunikan yang

tercatat sebagai peserta didik. Namun dalam proses pelaksanaan kegiatannya

komunikan sering datang dan pergi. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar

komunikan yang dapat hadir sekitar delapan hingga sepuluh orang. Kami pilih

menggunakan purposive sampling berdasarkan keaktifan kehadiran serta kategori

penelitian sehingga terpilih lima responden sebagai sumber informasi berkaitan

dengan tujuan penelitian. Peneliti juga melakukan wawancara dengan

komunikator Sekolah Kita sebagai data pelengkap.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara

mendalam, dan studi pustaka. Dalam Observasi, peneliti berlaku sebagai

pengamat partisipatif, yakni terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar

dan turut membantu pengajar dalam pembahasan soal, keterampilan, maupun

bermain dengan anak jalanan selaku subjek penelitian.

Adapula wawancara mendalam dilakukan melalui temu muka langsung

berulang kali dengan lima anak jalanan dalam kegiatan belajar mengajar untuk

memahami pandangan hidup, pengalaman, atau situasi sosial dengan bahasa yang

dirangkai sendiri oleh komunikan. Serta studi pustaka yakni pengumpulan data

yang diperoleh melalui penelitian sebelumnya maupun sumber tertulis dari

berbagai referensi buku, surat kabar, dan lain-lain. Proses analisis data meliputi

reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya.

Page 8: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

8

Sajian dan Analisis Data

1. Persepsi Komunikan terhadap Komunikator PLK Sekolah Kita

Persepsi merupakan proses internal individu ketika melihat objek

kemudian menginterpretasikan objek ke dalam suatu makna yang berpengaruh

terhadap tindakan selanjutnya. Persepsi terjadi setelah seseorang berinteraksi

dengan orang lain dan melakukan penilaian didalam benaknya. Proses persepsi

meliputi penginderaan, atensi, dan interpretasi.

Persepsi turut berpengaruh pada keberjalanan belajar mengajar Sekolah

Kita. Komunikan selaku peserta didik menjadikan persepsi terhadap komunikator

sebagai tolok ukur penentu keikutsertaan menempuh pendidikan. Komunikator

dianggap sebagai objek hidup bagi sistem pendidikan apakah menyenangkan atau

tidak. Seperti dalam model interaksional Schramm dijelaskan bahwa komunikasi

berjalan secara aktif antara kedua belah pihak dengan melakukan fungsi encoding

(menyandi), interpreter (menafsirkan), decoding (menyandi balik), serta

mentransmisikan dan menerima sinyal.

Dalam proses penafsiran makna, aspek psikologis komunikan yaitu

persepsi mengacu pada teori atribusi yakni menyimpulkan motif, maksud, dan

karakteristik komunikator dengan melihat perilakunya yang tampak. Hal ini

mengacu pada faktor personal dan faktor situsional.

Persepsi berdasarkan faktor personal, berupa kerangka pemikiran berdasar

pengalaman masa lampau. Komunikan menjalani kehidupan sehari – hari di

jalanan dan kerap mendengar atau berhadapan langsung dengan pengacuhan,

pelecehan, penolakan, serta kekerasan masyarakat yang membuat mereka menilai

bahwa masyarakat normal menolak dirinya. Hal ini membentuk sikap komunikan

menjadi cuek dan tidak mudah percaya pada orang lain diluar kelompok jalanan.

Diungkapkan Susilo, salah seorang komunikan Sekolah Kita terkait sikap

masyarakat terhadap dirinya;

“Ono sing cuman kon lungo, tau digethak karo pakdhe-pakdhe ojo

ngamen neng kene, kerepe yo diulati ngono Mbak. Ora penak.(Ada juga

yang hanya menyuruh pergi, pernah juga dibentak sama Bapak-Bapak

agar tidak mengamen disana, tapi kebanyakan hanya dilihat saja

Kak).”(Wawancara dengan Susilo (Senin, 22 april 2013))

Page 9: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

9

Pengalaman tidak menyenangkan dengan masyarakat umum menjadikan

komunikan tidak mudah menjalin kedekatan dan komunikasi. Sikap tertutup dan

alienatif cenderung mereka tunjukkan. Pengalaman sekolah formal sebelumnya

juga menjadi referensi berpikir komunikan dalam menilai seseorang.

Komunikan rata-rata sebelumnya telah mengenyam pendidikan formal dan

memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan sosok komunikator

pendidikan. Sebagian besar komunikan memutuskan keluar sekolah dikarenakan

perlakuan buruk dari komunikator sekolah formal sebelumnya baik berupa

kekerasan, pengacuhan, maupun pelecehan karena beberapa komunikator

mengetahui profesi komunikan di jalanan. Respon yang cenderung diperoleh

komunikan adalah nasehat keras dan pelecehan.

Seperti diungkapkan oleh Marsono;

”Gurune galak Mbak. Aku tau digepuk bokongku nanggo penggaris, kerep

yen disengeni, salah thithik penggarise melayang Mbak.(Gurunya galak

Kak. Saya pernah dipukul dengan penggaris di bagian pantat, sering

dimarahi, berbuat kesalahan sedikit penggarisnya

“melayang”.”(Wawancara dengan Marsono, Senin, 10 Juni 2013).

Penjelasan diatas menjadi gambaran bahwa komunikan memiliki trauma

tersendiri terhadap sosok komunikator. Beberapa hal yang menjadi tolok ukur

persepsi komunikan terhadap komunikator PLK Sekolah Kita, diantaranya;

a. Penampilan

Penampilan menjadi petunjuk artifaktual bagi komunikan dalam

melakukan persepsi. Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan sejak

potongan tubuh, pakaian, kosmetik yang dikenakan, pangkat, maupun ekspresi

wajah. Penampilan terkait dengan daya tarik komunikator karena dapat

membentuk image atau gambaran diri seseorang sesuai sosok yang ingin

diwujudkan. Dalam ungkapan jawa seseorang dinilai berdasarkan “tata wicara”

(perkataan) dan “tata busana” (penampilan).

Komunikan menjadikan penampilan sebagai tolok ukur dalam penilaian

terhadap komunikator. Dalam teori persepsi hal ini masuk pada tahapan

interpretasi berupa faktor eksternal fisiologis, yakni persepsi yang dilakukan

Page 10: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

10

melalui pengamatan penampilan fisik luar sebagai data tambahan dalam

melakukan penilaian.

Komunikan menilai penampilan komunikator dengan pakaian sehari-hari

yang bebas tanpa penggunaan seragam sebagai cerminan sosok fleksibel,

sederhana, menyenangkan sebagai teman, tidak terikat aturan. Seperti

disampaikan oleh Novita selaku komunikan.

“ Penampilane Mbak-Mbak e neng kene biasa, nganggo klambi biasa, ora

seragaman, klambine yo sederhana. Yo malah seneng kok, soale yen

nganggo seragam mengko ndak malah diatur-atur, ora penak.

(Penampilan Kakak-Kakaknya disini biasa, menggunakan pakaian biasa,

tidak berseragam, pakaiannya sederhana. Ya malah senang kok,

soalnya kalau mengenakan seragam nanti sukanya mengatur, tidak

menyenangkan.”(Wawancara dengan Novita, Rabu, 22 Mei 2013).

Komunikan lebih nyaman dengan lingkungan keseharian yang sama

seperti mereka jalani. Pakaian komunikator yang cenderung bebas membuat

komunikan merasa nyaman meskipun komunikator merupakan “orang baru”

bukan bagian dari kelompok jalanan. Penampilan komunikator dirasa sebagai

komponen yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan tempat

mereka tumbuh. Perasaan “terkucilkan” yang biasa menghinggapi komunikan

terhadap orang luar tidak terasa karena pendekatan melalui penampilan.

Penampilan komunikator yang mengenakan hijab turut dinilai komunikan

sebagai sosok yang dapat dipercaya, berwibawa, memberikan pengajaran yang

baik, dan sosok dewasa sebagai kakak. Seperti diungkapkan Okta selaku

komunikan.

“ yen kudungane nunjukke nek isoh dipercoyo Mbak, ora bakal ngapusi,

ngarahke nek sing apik.(Kalau kerudungnya menunjukkan bisa dipercaya

Kak, tidak bakal berbohong, mengarahkan kepada hal yang

baik).”(Wawancara dengan Okta, peserta didik, Selasa, 21 Mei 2013).

Secara tidak disadari penampilan komunikator mengenakan hijab

menumbuhkan kredibilitas berupa kepercayaan dimata komunikan. Seperti

diungkapkan Riswandi (2009:134) komponen kredibilitas penting dalam

komunikasi karena komunikan akan mendengarkan apa yang disampaikan

komunikator jika dapat dipercaya dan memiliki keahlian sebagai nilai tambah

dimata komunikan.

Page 11: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

11

Terkait persepsi komunikan terhadap penampilan komunikator, Retno

selaku ketua yayasan memberikan tanggapan bahwa penggunaan hijab dan

pakaian non formal keseharian adalah bagian dari identitas yang dibangun oleh

sekolah karena sebelumnya orang-orang yang bekerja merupakan aktivis dakwah.

Seperti diungkapkan Retno, selaku Ketua LPPAP Seroja;

“Di sini pengajar mengenakan pakaian biasa yang terpenting rapi dan

sopan. Mengenai hijab memang secara tidak langsung diwajibkan

karena di sini kami berasaskan keislaman.” (Wawacara dengan Retno,

Rabu, 22 Mei 2013)).

Tanggapan Yeni, salah seorang komunikator terkait penilaian komunikan

dirasa sesuai dengan harapan dari pihak sekolah yakni memberikan kesan bebas,

santai, dan tidak teknikal. Pandangan yang ingin ditunjukkan adalah pembelajaran

yang lebih fleksibel, tidak tersekat oleh peraturan, ataupun pendisiplinan yang

ketat.

“Mengenai penampilan, disini fleksibel, ya pake pakaian biasa yang

terpenting sopan. Kalo hijab rata-rata pengajar disini mengenakan hijab,

kebijakan dari yayasan ketika direkrut. Dengan pakaian seperti ini adik-

adik bisa merasa nyaman karena mereka tidak canggung ataupun

takut akan diatur-atur seperti di sekolah formal

kebanyakan.”(Wawancara dengan Yeni, pengajar, Jumat, 24 Mei 2013))

b. Kompetensi Komunikator

Kompetensi ialah seperangkat pengetahuan dan keterampilan serta

perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh komunikator dalam melaksanakan

tugas. Kompetensi komunikator termasuk faktor personal dimana komunikan

mempersepsi berdasar pengalaman sebelumnya. Kompetensi komunikator

berkaitan erat dengan kemampuan mengajar, teknik mengajar, serta penguasaan

materi.

b.1. Kemampuan Mengajar

Kemampuan mengajar dinilai komunikan dari cara menerangkan yang

mudah dipahami serta pengemasan contoh yang disesuaikan kehidupan sehari-hari

yang mereka jalani. Seperti diungkapkan Susilo terkait penilaian kemampuan

mengajar;

”Coro ngajare penak, nek rodo angel diwenehi contoh sing gampang

dimudengi, sabar nek nerangke, kadang cerito dhisik nggawe suasanane

Page 12: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

12

meriah, ora tau sok menehi nasehat tapi luwih koyo cerito, kadhang nek

ono sing ora mudheng banget diwenehi wektu dhewe dinggo

ngajari.(Cara mengajarnya menyenangkan, kalau ada kesulitan

diberikan contoh yang mudah dipahami, sabar dalam menerangkan,

terkadang cerita terlebih dahulu yang membuat suasana hidup, tidak

pernah memberikan nasehat tetapi lebih pada bercerita, terkadang kalau

ada yang tidak paham diberikan waktu sendiri untuk belajar bersama

guru).”(Wawancara dengan Susilo, peserta didik, Senin, 22 April 2013).

Dalam komunikasi, penjelasan diatas berkenaan dengan pengemasan

pesan yang disesuaikan dengan kemampuan komunikan menangkap pesan.

Seperti disampaikan Hamidi (2007:72) terkait proses efektifitas pesan terjadi

jikapesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan. Teori efektifitas

pesan berasumsi jika komunikasi diharapkan efektif maka pesan mesti dikemas

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan komunikan. Wilbur Schramm

dalam model interaksional (dalam Efendy, 1986: 18) menyatakan komunikasi

akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator sesuai kerangka

acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh

komunikan.

b.2. Teknik Mengajar

Teknik mengajar berkenaan dengan cara penyampaian materi kepada

komunikan. Steve A.Mc Cormark (dalam Liliweri, 2011: 172), mengatakan pesan

akan diterima manakala komunikator dengan metode dan teknik

tertentumenambah jumlah informasi (quantity), meningkatkan kualitas informasi

(quality) dan meningkatkan relasi dengan audiens.

Terkait teknik mengajar, komunikan mengungkapkan senang dengan

teknik yang digunakan oleh komunikator karena dirasa tidak membosankan dan

berganti-ganti cara penyampaian memudahkan murid memahami materi.

komunikan yang terbiasa bekerja menyukai teknik yang diterapkan berupa praktek

langsung ataupun bercerita yang tidak monoton namun aplikasi dari kehidupan

sehari-hari.

Disampaikan oleh Okta, salah seorang komunikan terkait keberagaman

teknik mengajar yang dilakukan komunikator;

“Kene guru penak nerangkene, gampang mlebune, okeh acarane, ora gor

lingguh koyo neng sekolahan liyane, kadang soal, digawe prakarya,

Page 13: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

13

kadang praktek, terus kerep jalan-jalan, dadine gonta ganti suasana tapi

pelajarane yo esuh nyanthol.(Guru disini(Sekolah Kita-red) menerangkan

dengan baik, mudah memahaminya, banyak acara(teknik mengajar-

red), tidak hanya duduk-duduk seperi di sekolahan lain, terkadang

mengerjakan soal, membuat prakarya, kemudian sering jalan-jalan,

jadinya bergonta ganti suasana tetapi pelajaran tetap bisa

memahami).”(Wawancara dengan Okta, Selasa, 21 Mei 2013).

Teknik mengajar juga dinilai berdasarkan kebersediaan komunikator untuk

mendengarkan apa yang disampaikan komunikan. Adanya ruang diskusi

menjadikan komunikan merasa dapat mengungkapkan aspirasi dan kreativitas.

Komunikan merasa dihargai dan terdorong mengungkapkan pertanyaan, isi hati,

ataupun mengasah kemampuan berbicara.

Menanggapi penilaian komunikan terkait kompetensi mengajar, Yeni

selaku komunikator menuturkan rata-rata anak memiliki daya fokus rendah

dikarenakan tanggung jawab pekerjaan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi

baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun jalanan yang keras diusia

yang masih belia. Maka dari itu teknik mengajar disesuaikan dengan kemampuan

anak dalam menangkap materi.

Sesuai dengan komponen pesan dapat tersampaikan sesuai maksud

komunikator jika adanya, 1). Attention (perhatian), pesan dibuat semenarik

mungkin sehingga menimbulkan perhatian si penerima pesan. 2). Need

(kebutuhan), yaitu komunikator berusaha meyakinkan bahwa pesan itu penting

bagi penerima pesan. 3). Satisfaction (pemuasan), artinya komunikator

memberikan bukti bahwa apa yang disampaikannya benar. 4). Visualization

(visualisasi), yakni komunikator menyampaikan bukti-bukti yang konkret

sehingga penerima pesan bisa melihat. 5). Action (tindakan) artinya komunikator

mendorong penerima pesan agar melaksanakan pesan tersebut.

b.3. Penguasaan Materi

Penguasaan materi menjadi penilaian lain bagi komunikan. Penguasaan

materi dari komunikator dinilai dari sejauh mana komunikator dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan komunikan. Seperti disampaikan Marsono salah

seorang peserta didik;

Page 14: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

14

”Ngajare pinter, yen diteko i mesti dijawab, embuh kuwi pelajaran,

pendapat, masukan dinggo masa depan. Mesti ngerti ne..(Mengajarnya

cerdas, kalau ditanya pasti dijawab,entah pelajaran, pendapat, masukan

tentang masa depan. Pasti mengetahui).”(Wawancara dengan Marsono,

Senin, 10 Juni 2013).

c. Sikap dan Perilaku

Sikap dan perilaku komunikator menjadi penilaian bagi anak didik yang

dilihat melalui tindakan sehari-hari. Rata-rata komunikan menilai sikap

komunikator berupa perhatian, senang bercanda, sabar, suka bercerita,

membebaskan, dan tidak bersikap kaku. Komunikator juga mengutamakan

kebersamaan dalam segala kegiatan sehingga menumbuhkan kedekatan dan sifat

saling percaya. Bagi komunikan, komunikator merupakan sosok pendengar serta

menolong disaat mereka membutuhkan. Komunikan merasa diperlakukan sebagai

keluarga bukan sekedar murid dalam sistem pendidikan.

Diungkapkan oleh Wardhani dan Susilo terkait perilaku komunikator

Sekolah Kita;

Podho apik kabeh Mbak, nek ora apik aku yo emoh sekolah neng kene,

nggatekke neng murid, isoh dijak guyon, sering podho curhat yo

dirungokke.(Semuanya baik Kak, kalau tidak baik saya juga tidak

mau bersekolah disini. Perhatian pada murid, bisa diajak bercanda,

mendengarkan ketika teman-teman curhat).”(Wawancara dengan

Wardhani, Selasa, 11 Juni 2013).

Seperti yang diungkapkan Ferguson (dalam syarifarief.blogspot.com,

pengertian komunikator dalam komunikasi, 2010) komunikan (pendengar)

memiliki kecenderungan mendengarkan pesan dari orang yang dipercaya.

Demikian pula Koffka dan Kohler (dalam blog Haryanto, teori belajar Gestalt,

2010) dalam prinsip teori belajar Gestalt menjelaskan kedekatan (proximity),

menjadi unsur penting kelancaran penerimaan materi karena berpengaruh pada

kondisi psikologis peserta didik yang membuatnya berasumsi pengajar adalah

orang terdekat yang membuat nyaman.

Page 15: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

15

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi Komunikan

Dalam melakukan persepsi terhadap komunikator Sekolah Kita,

komunikan selaku peserta didik memiliki faktor – faktor yang mempengaruhi

persepsi, diantaranya ;

a. Kebebasan

Bagi komunikan yang pernah menjalani kehidupan sekolah formal,

kebebasan menjadi hal utama yang berpengaruh pada penilaian terhadap

komunikator. Peraturan sekolah serta karakter komunikator sekolah formal

sebelumnya mengacu pada kurikulum membuat komunikan tidak dapat mengikuti

pola serupa dikarenakan lingkungan hidup terbiasa bebas.

Lingkungan jalanan telah membentuk pola hidup serta cara berpikir serba

bebas. Seperti diungkapkan beberapa komunikan yang telah menjalani kehidupan

jalanan, diantaranya Novita sedari bayi dekat dengan dunia jalanan karena mata

pencaharian orang tua sebagai pengamen, atau Susilo, Okta, serta Marsono yang

hidup dalam lingkungan tempat tinggal dekat profesi jalanan sehingga anak rawan

turun ke jalan. Lingkungan jalanan yang bebas membuat mereka lebih menyukai

kebebasan.

b. Perhatian

Perhatian menjadi komponen lain yang berpengaruh pada persepsi

komunikan. Komunikan sebelumnya kerap diabaikan serta kurang mendapatkan

perhatian orang tua merasakan perhatian tercurah dari komunikator PLK Sekolah

Kita.

Perhatian dirasakan komunikan mulai dari sebelum masuk PLK, dimana

pendekatan komunikator secara intens dengan mengajak ke berbagai acara

membuat komunikan merasa memperoleh lingkungan yang hangat dan

diinginkan. Seperti diungkapkan Wardhani, salah seorang komunikan yang

memiliki ketidak percayaan diri dikarenakan kondisi keluarga serta pengacuhan di

lingkungan jalanan;

”Awale Mbak-mbak Seroja marani pas aku ngamen. Ditekoni omahku.

Terus diajak i yen ono kegiatan, suwe-suwe akrab.(Awalnya Kakak-

Kakak Seroja mendekati ketika saya mengamen. Ditanya rumah saya.

Kemudian diajak ketika ada kegiatan, lama kelamaan

akrab).”(Wawancara dengan Wardhani, Selasa, 11 Juni 2013).

Page 16: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

16

Bentuk perhatian yang dirasakan komunikan juga terwujud ketika

komunikan tidak masuk sekolah, komunikator akan mendatangi ke rumah dan

memberikan pembelajaran intensif, membantu ketika kesulitan, serta kebersediaan

mendengarkan curhatan atau masalah yang sedang dialami. Perhatian terwujud

pula dalam bentuk tindakan seperti pengadaan piknik, berkemah, berenang,

footsal bersama atas usulan dari komunikan.

c. Kesabaran

Kesabaran menjadi komponen lain yang berpengaruh pada persepsi

komunikan. Komunikan kerap mengalami berbagai kekerasan, hujatan,

penyepelean, serta bentakan di berbagai tempat baik lingkungan keluarga,

sekolah, maupun jalanan. Komunikan jarang mengenal kelembutan, kehalusan

sikap, maupun belaian kasih sayang yang akhirnya menjadikan sifat keras sebagai

cara bertahan hidup. Kesabaran komunikator dapat dirasakan oleh Novita, salah

seorang peserta didik ketika menangani tingkah polah teman-temannya;

“Sing tak senengi Mbak-mbak e sabar, yen konco-konco rame, begajulan

dewe, kerengan ora disengeni neng diarahke nganggo contoh sing apik,

koyo bar dho kerah setelke video persahabatan, utowo digawe lelucon

mengko rasido kerah. Pokokmen sabar tenan.(Yang saya sukai Kakak-

kakaknya sabar, kalau teman-teman ramai, seenaknya sendiri,

bertengkar tidak dimarahi tapi diarahkan dengan contoh yang baik,

seperti setelah bertengkar ditontonkan video persahabatan, atau dibuat

lelucon sehingga tidak jadi bermusuhan. Pokoknya sabar

sekali).”(Wawancara dengan Novita, Rabu, 22 Mei 2013))

Selain itu kesabaran juga ditunjukkan komunikator dengan kebersediaan

mengajarkan materi berulang kali ketika anak tidak paham, mencarikan contoh

yang dekat dengan kehidupan anak, berusaha menjawab segala pertanyaan, serta

meluangkan waktu bagi komunikan yang belum paham terhadap suatu materi atau

kerap tidak masuk.

d. Ketelatenan

Ketelatenan komunikator dirasakan komunikan melalui cara mengajar

yang tidak membosankan, teknik yang berganti-ganti supaya komunikan dapat

paham, serta kemauan berulang kali mengarahkan pada perilaku baik. Faktor

ketelatenan teramat penting karena kondisi komunikan yang mudah jenuh,

Page 17: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

17

didukung dengan kebiasaan belum mandi dan makan membuat komunikan lebih

terpancing untuk bosan.

Ketelatenan turut berpengaruh pada perubahan pakaian komunikan putri.

Diawal masuk PLK komunikan putri mengenakan pakaian seadanya, dengan kaos

dan celana pendek namun kini sebagian besar komunikan mengenakan kerudung

serta pakaian panjang yang lebih rapi. Hal ini dikarenakan pembiasaan berulang-

ulang oleh komunikator melalui diri pribadi.

Selain itu bentuk lain ketelatenan dimata komunikan dalam pengajaran

materi praktek seperti keterampilan, komunikator telaten dalam mengarahkan

berulang kali hingga menjadi suatu produk. Penanaman karakter yang berulang-

ulang dilakukan dapat membuat perubahan.

3. Sosok Komunikator

Dari berbagai poin terkait komunikator dalam persepsi komunikan dapat

dijabarkan sosok komunikator yang diinginkan oleh komunikan. Komunikan

merupakan anak jalanan dengan lingkungan bebas, serta kondisi psikologis labil

memiliki kriteria mengenai sosok komunikator. Komunikan Sekolah Kita rata-rata

mempersepsi sosok komunikator yang ada dalam benak mereka adalah kakak-

kakak komunikator Sekolah Kita saat ini.

Hal ini turut dipengaruhi pengalaman pembelajaran sekolah formal

sebelumnya sehingga mereka dapat memperbandingkan dengan sosok

komunikator sebelumnya. Komunikan menjabarkan poin yang dimiliki

komunikator Sekolah Kita yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Sosok komunikator di Sekolah Kita memiliki kepedulian tinggi, tempat

bercerita, mau menjadi tumpuan ketika anak-anak butuh pertolongan.

Komunikator juga memberikan banyak pembelajaran dengan tanpa menggurui

namun berpaku pada pemahaman. Suasana pembelajaran yang terbangun dengan

kekeluargaan, kebersamaan, rasa mengasihi, dan menghargai.

Tercermin dari ungkapan Marsono mengenai sosok komunikator yang

diharapkan. Marsono merupakan komunikan yang putus sekolah ketika berada di

kelas lima karena kekerasan yang dilakukan oleh komunikator dengan dasar

kedisiplinan.

Page 18: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

18

“Guru-guru neng sekolah formal ki galak Mbak, aturane ketat, salah

thithik “didisiplinke”. Beda neng kene gurune apik, nggatekke murid e,

nek ora isoh diwarahi, apik pokok e.(Guru-guru di sekolah formal itu

galak Kak, aturannya ketat, salah sedikit “didisiplinkan”. Beda dengan

disini(Sekolah Kita-red) gurunya baik, memperhatikan muridnya,

kalau tidak bisa(pelajaran-red) dibantu, baik pokoknya.Ya karena

sudah dekat Kak, Saya berpikir Kakak-Kakaknya baik, perhatian,

diarahkan agar menjadi lebih baik).”(Wawancara dengan Marsono,

Senin, 10 Juni 2013).

Dari penjelasan diatas diperoleh kesinambungan dengan teori atribusi

yakni proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain diperoleh

melalui perilaku yang tampak.

Kesimpulan

1. Persepsi positif komunikan terhadap penampilan, kompetensi, serta sikap

komunikator turut berpengaruh pada keikutsertaan komunikan dalam proses

pembelajaraan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi komunikan terhadap komunikator

diantaranya kebebasan, perhatian, kesabaran, serta ketelatenan.

3. Sosok komunikator yang diharapkan komunikan adalah sosok yang

penyayang, mampu mengayomi, serta menerangkan pembelajaran dengan

baik. Hal ini lebih tertuju pada peran komunikator sebagai sosok pembimbing,

pengayom bagi komunikan.

Saran

1. Kepada Sekolah Kita perlu mengikutsertakan pendidik dalam training

pengajaran sehingga dapat meningkatkan kreativitas teknik mengajar.

2. Kepada pendidik diharapkan dapat meningkatkan kualitas perhatian, arahan,

serta ajaran edukatif sehingga pengaruh positif terhadap anak didik dapat

terealisasikan.

3. Kepada peserta didik perlu berperan secara aktif menyampaikan kebutuhan

terkait materi atau keterampilan kegiatan pembelajaran sehingga proses

pembelajaran berjalan lebih efektif.

Page 19: PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN … HENING PRATIWI- D1210049... · 2 Pendahuluan Anak jalanan terlahir dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak turut bekerja

19

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali terkait persepsi

komunikator yakni pengajar dalam menyesuaikan teknik, pola mengajar, serta

pengemasan pesan sehingga dapat diterima peserta didik dan diikuti

perubahan tindakan.

Daftar Pustaka

Effendy, Onong Uchjana. (1986). Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek).

Bandung: CV REMAJA KARYA

Effendy, Onong Uchjana. (2004). Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunukasi Teori dan Praktik. Yogyakarta:

GRAHA ILMU

Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press

Liliweri, Alo. (2011). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Cacha, Teori Komunikasi Persepsi, http://chaluchu.wordpress.com/teori-

komunikasi-persepsi/2011/5/11, diakses 11 Mei 2011

Husniah, Identifikasi Maraknya Anak Jalanan,

http://husniah.blogspot.com/2011/1/7/identifikasi-maraknya-anak-

jalanan/html, diakses 23 Desember 2011

Kang Bull, Anak Jalanan Dalam Pengertian Sosiologi,

http://kafeilmu.com/2012/04/anak-jalanan-dalam-pengertian-

sosiologi.html#ixzz2HSNJ7ail, diakses April 2012

M. Zain Al-Dien. (2009). Education for Street Children in Egypt: The Role of

Hope Village Society. Egypt: Analisis Deskriptif Kualitatif. Egypt:Al-

Azhar UniversityPress

(http://ejournals.library.ualberta.co/index.php/JCIE/article/view/6474)

Supriyanto, Solo Tak Punya Program Penangan Anak Jalanan, http://tempo.com-

solo-tak-punya-program-penanganan-anak-jalanan-2011, diakses 10 Mei

2011

Undang-Undang Dasar RI, Undang-Undang no.23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, http://UU_23-2002-Perlindungan Anak.pdf, diakses

Juni 2005

UNICEF report, Laporan Tahunan UNICEF tahun 2012, Unicef-Anual-Report-

(Ind)-130731.pdf, diakses Januari 2013