28
PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME PADA MASA SUNAN PAKU BUWANA X (Pembentukan Kepribadian Bangsa yang Memadukan Sistem Modern, Islam & Kearifan Jawa) Oleh: Purwadi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRACT Sunan Paku Buwana X was the King of Surakarta Kingdom whose become a pioner of multiculturalism education. He build somes school that tought about spirituality, personality and morality. Islamic school namely Pesantren Jamsaren and Mamba’ul Ulum. Modern school called HIS Kasatriyan, HIS Pamardi Putri and Pamardi Siwi. Traditional education can be found in ceremony of Grebeg Maulud. That system was adobted from Europe, Moslem and Javanese wisdom. Keywords : multiculturalism, education, Javanese A. Pendahuluan Pendidikan merupakan basis utama untuk memperkokoh peradaban dan kejayaan suatu bangsa. Kejayaan masa silam bangsa Indonesia dapat dilacak dari rentetan

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

PADA MASA SUNAN PAKU BUWANA X

(Pembentukan Kepribadian Bangsa yang Memadukan Sistem Modern, Islam & Kearifan Jawa)

Oleh: Purwadi

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRACT

Sunan Paku Buwana X was the King of Surakarta Kingdom whose become a pioner of multiculturalism education. He build somes school that tought about spirituality, personality and morality. Islamic school namely Pesantren Jamsaren and Mamba’ul Ulum. Modern school called HIS Kasatriyan, HIS Pamardi Putri and Pamardi Siwi. Traditional education can be found in ceremony of Grebeg Maulud. That system was adobted from Europe, Moslem and Javanese wisdom.

Keywords : multiculturalism, education, Javanese

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan basis utama untuk memperkokoh peradaban dan

kejayaan suatu bangsa. Kejayaan masa silam bangsa Indonesia dapat dilacak dari

rentetan kehidupan sejarah raja-raja di nusantara. Di antara sekian banyak raja-

raja nusantara yang perlu diketahui peranannya dalam bidang pendidikan adalah

Sunan Paku Buwana X yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat.

Dalam lintasan sejarah nasional, Kraton Surakarta merupakan kelanjutan

dari kraton Mataram, Pajang, Demak dan Majapahit (Denys Lombard, 2000: 173).

Dengan demikian secara genealogis, Sunan Paku Buwana X adalah pewaris sah

Page 2: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

atas nilai-nilai kebesaran kerajaan Majapahit yang telah mampu mengukir prestasi

gemilang. Pemerintahan negara Majapahit yang menguasai dan mempersatukan

nusantara tentu menjadi inspirasi bagi Sunan Paku Buwana X dalam menjalankan

roda pemerintahannya.

Sunan Paku Buwana X lahir Kamis Legi, 21 Rejeb 1795 Jawa atau 29

November 1866 dari permaisuri Raden Ajeng Kustijah atau Kanjeng Ratu Paku

Buwana IX. Nama kecilnya adalah nama Raden Mas Gusti Sayidin Malikul

Kusna (Darsiti Suratman, 1991: 26). Pada masa kejayaannya, Sunan Paku

Buwana X sangat memperhatikan kemajuan pendidikan Islam. Di samping itu

beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

pengetahuan umum. Dalam mensejahterakan kehidupan bangsa, beliau memang

mengutamakan pendidikan yang menyelaraskan ilmu dengan agama.

B. Metode dan Landasan Teori

Metodologi dalam penelitian ilmiah memegang peranan penting, sebab

metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian dapat digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kadar kebenaran hasil penemuan. Setiap kegiatan ilmiah

harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh

kesungguhan, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup

yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual (Sunoto, 1982: 66).

Dalam kajian ini digunakan metode yang berdasarkan teori aksiologi.

Aksiologi meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam

pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan. Nilai-nilai juga ditunjukkan

Page 3: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam

kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan

ilmu. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan

dan kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana

dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia,

martabat manusia, dan kelestarian/keseimbangan alam. Salah satu alasan untuk

tidak mencampuri masalah kehidupan secara ontologis adalah kekhawatiran

bahwa hal ini akan mengganggu keseimbangan kehidupan (Suriasumantri, 1986 :

99). Berkaitan dengan teori aksiologis ini, Sunan Paku Buwana X menaruh

perhatian besar terhadap pendidikan agama.

Pada saat itu jumlah kyai yang mengajar di langgar-langgar dan pondok-

pondok pesantren sangat sedikit, maka pada 1905, sunan memerintahkan

membuka Sekolah Mambaul Ulum, bertempat di Masjid Ageng. Yang boleh

masuk menjadi murid adalah anak-anak pamethakan (= golongan agama), tetapi

golongan lain kemudian juga diijinkan. Pimpinan sekolah dipegang oleh pengulu

Tafsiranom.

Pada 1914 gedung untuk Sekolah Mambaul Ulum telah selesai dibangun,

berada di dekat masjid (Gunawan Sumodiningrat, 2001 : 4). Menurut kurikulum,

murid sekolah itu tidak hanya diberi pelajaran tentang agama Islam saja,

melainkan juga diberi pelajaran bahasa Jawa, bahasa Melayu, berhitung, ilmu

kodrat, dan lainnya. Tamatan sekolah ini dapat menjadi punggawa pengulu di

kawedanan Yogaswara atau menjadi guru agama. Untuk biaya sekolah, anak-anak

dipungut F 0,50 per bulan dan uang dan anak-anak ini dipakai untuk biaya sekolah

Page 4: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

yang dibuka sore hari, sedang biaya sekolah pada pagi hari ditanggung oleh Kas

Negeri (Zahri Ahmad, 1976: 97).

Pengembangan kebudayaan Jawa oleh kerajaan Mataram disesuaikan dan

diperkaya dengan unsur-unsur agama Islam. Ketika pusat kerajaan pindah ke

Surakarta, pada masa pemerintahan Paku Buwana III (1749-1788), Raden

Ngabehi Yasadipura berkedudukan sebagai pujangga, kesusasteraan suluk sangat

berkembang (Sri Suhanjati Sukri, 2004: 2-4).

Suluk ini walaupun sebagian besar bahannya berasal dari agama Islam,

tetapi coraknya btrsifat Jawa. Suluk ditulis dalam bahasa Jawa, dalam bentuk

tembang (nyanyian), dan berisi mistik. Hubungan dengan kesusasteraan lama

masih tetap dipertahankan dan mengenai hal ini tampak adanya bentuk tanya

jawab antara dua orang, seorang di antara-nya laki-laki dan seorang lainnya

perempuan. Contoh beberapa nama dalam kesusasteraan suluk adalah Suluk

Tambang Raras, Suluk Mbok Liyep, Suluk Ki Pana dan Suluk Mbok Brangti

((Zahri Ahmad, 1976: 97).

Selain suluk, di dalam kraton juga terdapat yang disebut primbon, naskah

Islam yang berasal dari abad XVI, ditulis dalam bahasa Jawa, dan merupakan

catatan tentang berbagai macam hal. Isinya mengenai mistik, hal-hal yang

berkaitan dengan kepercayaan, misalnya jimat, doa, keterangan mengenai masa

bahagia dan tidak bahagia, suratan nasib, pralambang, tafsir mimpi, ramalan, dan

sebagainya. Keterangan tentang suratan nasib dan ramalan itu sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat banyak. Dari keterangan di atas dapat

Page 5: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

diketahui, bahwa mistik terdapat di dalam suluk dan primbon. Primbon juga

memuat pandangan yang bersifat magis dan magis-mistisisme.

Pada awal abad ke-20, Adipati Sasradiningrat, Patih Dalem Kraton

Surakarta, dan adiknya, yaitu Raden Tumenggung Wreksadiningrat,

memerintahkan mengumpulkan lagu-lagu keagamaan untuk selanjutnya dijadikan

nyanyian yang disebut santiswaran, seperti yang berlaku pada nyanyian masa-

masa lampau, santiswaran ini dibawakan oleh seorang bawa (= orang yang

mengawali nyanyian) dan diikuti oleh nyanyian lainnya. Alat gamelan yang

dipakai untuk mengiringi nyanyian itu adalah terbang, kendhang, dan kemanak.

Nyanyian santiswaran ini dimainkan sekali setiap minggu, pada pukul 20.00

sampai 24.00 bertempat di kedhaton. Pemainnya terdiri atas 5 orang penyanyi

laki-laki, seorang di antaranya membawakan bawa, 1 orang penabuh terbang dari

berbagai ukuran, seorang penabuh kendhang dan seorang lagi untuk kemanak.

Permainan itu sering disela oleh senggakan (sorak lepas). Pada masa R.Ad.

Sasradiningrat, jumlah pemain gamelan dan penyanyinya ditambah.

Menurut rincian rancangan keluar masuknya uang kerajaan Surakarta

tahun 1919, biaya untuk sekolah itu adalah sebagai berikut:

1. Belanja guru (termasuk penjaga sekolah, tukang uang, carik) F 630,00

2. Biaya untuk membeli barang-barang kebu-tuhan murid dan

tambal sulam

F 900,00

3. Biaya sekolah Mamba'ul 'Ulum, di kabupa-ten-kabupaten F 1.445,00

Jumlah F 2.975,00"

Page 6: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Pada setiap masjid di kabupaten didirikan Sekolah Mambaul Ulum.

C. Pendidikan Keagamaan

Pondok Pesantren Jamsaren

Sunan Paku Buwana X juga memiliki andil yang sangat besar terhadap

Pesantren Jamsaren yang masih eksis hingga saat ini. Lihatlah sebuah masjid kuno

tak seberapa luas tetap berdiri tegak di tengah-tengah bangunan arsitektur modern

di dalam kompleks pesantren. Kondisinya masih asri, kuat dan utuh. Suasana

umum pesantren yang bersahaja melingkupi kompleks seluas 3.400 meter persegi

tersebut. Tak banyak yang tahu, dari pesantren ini telah lahir sejumlah tokoh

besar.

Lokasi itu adalah Pondok Pesantren Jamsaren yang berada di Jalan

Veteran, Serengan, Solo. Pesantren ini telah mencatat berbagai gejolak dan

peristiwa yang terjadi sejak didirikan pada tahun 1750. Bisa jadi pesantren ini

merupakan pesantren tertua di tanah air yang masih ada. Pada masa Paku Buwana

IV memerintah Kraton Surakarta dia mendatangkan beberapa ulama untuk

mengajarkan Islam kepada rakyat Surakarta.1 Salah satu yang didatangkan adalah

Kiai Jamsari dari Banyumas. Kiai ini tinggal sebuah kampung, sekitar tiga

kilometer barat daya kraton. Kharisma dan pengaruh Kiai Jamsari saat itu segera

dirasakan oleh banyak orang. Kampung tempat tinggalnya kemudian diberi nama

Jamsaren, yang artinya tempat Kiai Jamsari tinggal. Demikian juga pondok

sederhana yang didirikannya, diberi nama Pondok Jamsaren.

1 Zahri Ahmad, Ibid.

Page 7: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Setelah Kiai Jamsari wafat, perannya sebagai ulama dan pengasuh

pesantren digantikan oleh Kiai Jamsari II, anak kandungnya. Akhir hidup kiai ini

tidak jelas, karena sebagai pendukung aktif perang Diponagoro dia beserta seluruh

santrinya memilih meninggalkan pesantren untuk menyelamatkan diri setelah

Diponagoro ditangkap. Mereka lari ke Kediri lalu Kiai Jamsari II tinggal dan

wafat disana. “Di Kecamatan Pesantren, Kediri ada desa bernama Jamsaren," ujar

Mufti Addin, lurah Ponpes Jamsaren.

Setelah kosong sekitar 50 tahun dalam kondisi terbengkalai, Sunan Paku

Buwana X memerintahkan kepada seorang ulama dari Klaten bernama Kiai Idris

yang membangun dan mengembangkan kembali pesantren tersebut. Di tangan

Kiai Idris inilah Jamsaren mencapai puncaknya. Selain mengelola Ponpes

Jamsaren, Kiai Idris juga diminta Sunan Paku Buwana X saat itu juga mengelola

Madrasah Mamba'ul Ulum yang didirikan Kraton Surakarta. Sejumlah tokoh

pergerakan nasional dari berbagai daerah tercatat pernah belajar di madrasah

tersebut. Sedangkan di Jamsaren, ribuan santri dari berbagai penjuru Asia

Tenggara datang berguru kepada Kiai Idris yang dikenal sangat 'alim dan juga

menjadi mursyid Thariqah Naqsyabandiyah tersebut.

Di antara nama-nama besar yang pernah nyantri Kiai Idris adalah Kiai

Mansyur (pendiri Ponpes Al-Mansyur Klaten), Kiai Dimyati (pendiri Ponpes

Termas, Pacitan), Syeich Ahmad al-Hadi (tokoh Islam kenamaan di Bali), Kiai

Arwani Amin (Kudus), Kiai Abdul Hadi Zahid (pengasuh Ponpes Langitan).

Bahkan setelah Kiai Idris wafat pada tahun 1923, nama besar Jamsaren masih

menjadi rujukan bagi para orangtua untuk mengirim anaknya nyantri. Banyak

Page 8: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

tokoh besar tanah air merupakan lulusan atau pernah belajar agama secara intens

di Jamsaren generasi berikutnya.

Sebut saja misalnya Munawir Sadzali (mantan Menag), Amien Rais

(mantan Ketua MPR), KH Zarkasyi (pendiri Ponpes Gontor), KH Hasan Ubaidah

(pendiri dan pimpinan LDII) serta sejumlah nama lainnya. Jamsaren, sebuah

pesantren kuno yang telah menyemai tumbuhnya banyak tokoh di negri ini. Tokoh

sentral yang terakhir memimpin pesantren ini adalah KH Ali Darokah. Setelah

KH Ali Darokah wafat tahun 1997, Jamsaren dipimpin oleh sebuah dewan

sesepuh. Sedangkan sebagai pelaksana keputusan, semua kegiatan dipimpin Mufti

Addin selaku lurah pondok.

Salah satu jejak besar Jamsaren saat ini adalah Yayasan Pendidikan Al-

Islam yang didirikan tahun 1926 oleh para alumni dan pengasuh Jamsaren.

Lembaga pendidikan ini telah berkembang luas sebagai sekolah favoritdi Jawa

tengah dan Jawa Timur dari tingkat TK/RA hingga SMA/MA. Sedangkan santri

mukim di Jamsaren saat ini sekitar 120 santri putra dengan prioritas program

tahfidul Qur'an. "Mereka santri mukim disini. Pagi hari akan mengikuti sekolah

formal di Al-Islam lalu siang hingga malam tinggal di Jamsaren," ujar Mufti.

Untuk mengisi kegiatan pada bulan ramadhan, kata Mufti, setiap tahun Jamsaren

selalu mengadakan pesantren kilat untuk anak-anak usia kelas 3 SD hingga 2

SMP. Selain itu setiap bulan ramadhan juga akan digelar pengajian akbar dengan

menghadirkan mubaligh dari berbagai kota. Pilihan Jamsaren tidak bergabung ke

ormas keagamaan manapun justru memudahkan pesantren ini menjalin hubungan

dengan tokoh dan ormas manapun.

Page 9: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Mamba’ul Ulum

Pada tahun 1905, Sunan Paku Buwana X mendirikan sekolah agama di

halaman Masjid Besar bernama ‘Mamba’ul Ulum’, artinya sumber ilmu. Sunan

Paku Buwana X mendirikan sekolah tersebut karena setiap kali ada ulama yang

meninggal dunia, susah untuk mencari penggantinya. Adapun menurut catatan S.

Puspaningrat, sekolah-sekolah yang didirikan oleh Sunan Paku Buwana X adalah

sebagai berikut :

Di bidang pendidikan dan sosial. Sunan Paku Buwana X mendirikan :

1) Madrasah Mambdul ‘ulum pada 20 Jumadilawa1Alip 1835 atau 23

Juli 1905 menempati Bangsal Pawestren Masjid Agung.

2) HIS Kasatriyan pada 1 Nopember 1910 atau 27 Syawal Tahun Be

1840 dan juga HIS Pamardiputri pada tanggal 3 Januari 1929 atau

21 Rejeb Alip 1859. Juga Taman Kanak-Kanak (Frobelschool)

didirikan Pada 12 Agustus 1926 (2 Samar Wawu 1857). HIS adalah

Sekolah Dasar 6 tahun di zaman Belanda. HIS singkatan dari

Hollandsch Inlandsche School.

3) Sekolah Pertanian di Tegalgondo, Delanggu. Klaten, 1929

4) Juga sekolah Angka II (milik Gubernur Belanda) yang selanjutnya

diserahkan kepada Nagari (kepatihan), kemudian dijadikan Sekolah

Desa (Dusun)-(klas 1-klas 3) dan Sekolah Sambetan (Vervolgshool),

juga menerima subsidi (S. Puspaningrat, 1996: 12).

Page 10: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Lulusan sekolah itu dapat diterima menjadi siswa pada Universitas Al

Azhar di Kairo, juga ada beberapa universitas lain diluar negeri yang menerima

siswa lulusan “Mambangun Ulum” dengan melalui tambahan kursus pendidikan

umum. Seperti misalnya H. Munawir Sadzali, mantan Menteri Agama RI adalah

alumnus Mamba’ul Ulum ini. Putra Sunan Paku Buwana X, GPH Kusumobroto

mendapat tugas untuk mengurus bersekolahnya para putra raja dan beberapa

keponakan serta cucu pria yang dibiayai oleh Sinuwun.

Masjid Agung

Masjid Agung merupakan kompleks bangunan seluas 19.180 m2 yang

dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25m.

Bangunan Masjid Agung Surakarta secara keseluruhan berupa bangunan tajug

yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka. Bangunan Masjid Agung

yang direhab kembali pada masa Sunan Paku Buwana X terdiri dari :

Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag

rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.

Ruang Sholat Utama, mempunyai 4 saka guru dan 12 saka rawa dengan

mihrab dengan kelengkapan mimbar sebagai tempat Khotib pada waktu

Sholat Jum’at.

Pawestren, atau tempat sholat untuk wanita dan Balai Musyawarah.

Tempat berwudhu

Pagar Keliling, dibangun pada masa Sunan Paku Buwana VIII tahun 1858

dan disempurnakan lagi pada masa Sunan Paku Buwana X pada tahun

Page 11: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

1903.

Pagongan, terdapat di kiri kanan pintu masuk masjid, bentuk dan ukuran

bangunan sama yaitu berbentuk pendapa yang digunakan untuk tempat

Gamelan ketika upacara Sekaten (Upacara Peringatan hari lahir Nabi

Muhammad SAW.

Istal dan garasi kereta untuk Raja ketika Sholat Jum’at dan Gerebeg,

diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung

Surakarta.

Gedung PGA Negeri, didirikan atas perintah Sunan Paku Buwana X pada

tahun 1914 dan menjadi milik kraton.

Menara Adzan, mempunyai corak arsitektur menara Kutab Minar di India.

Didirikan pada tahun 1928.

Tugu Jam Istiwak, yaitu jam yang menggunakan patokan posisi matahari

untuk menentukan waktu shollat.

Gedang Selirang, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk para

abdi dalem yang mengurusi masjid Agung (www.jawapalace.org).

Pada masa Sunan Paku Buwana X dilakukan perbaikan pembangunan

Gapura di Masjid Agung, Alun-Alun Lor dibuat seperti Masjid di Tanah Arab,

tahun 1912 (1842 Jawa). Di halaman Masjid Agung didirikan sebuah Menara

pada tahun 1924, memindahkan Masjid Panepen di dalam Kraton ke Patenunan,

diberi nama Masjid Pudyasana (dalam Kraton), pada tahun 1912 atau 1842 Jawa.

Membangun masjid Paramasana (semula bernama Masjid Suranatan) di

Baluwarti pada tahun 1917. Mendirikan masjid di Langenharjo Kecamatan

Page 12: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Grogol, Sukoharjo, bernama Masjid Ciptasidhi, pada tahun 1903 atau 1833. Juga

berdiri Masjid Ciptamulya di Pengging, Banyudono, Boyolali, tahun 1908 atau

1838 (Bratadiningrat, 1992: 22).

D. Pendidikan Modern

Sekolah Desa

Sunan Paku Buwana X memajukan pendidikan rakyat dengan mendirikan

sekolah-sekolah. Sekolah Desa lamanya 3 tahun dan Sekolah Angka II ditempuh

selama 5 tahun. Sekolah ini diterima dengan luas oleh masyarakat karena

mengajarkan pendidikan membaca, menulis dan ketrampilan teknis yang sangat

dibutuhkan saat itu.

Sekolah-sekolah dasar untuk umum yang tersebar di seluruh Kasunanan

Surakarta, dibiayai dengan uang kas Negara Kasunanan (Rijkskas) di Kantor

Kepatihan (Puspaningrat, 1996:. 29-31).

HIS Kasatriyan

Pada tahun 1910 juga didirikan sekolah yang berbasis pendidikan barat

bernama HIS (Holandsch Inlandsche School, 7 tahun), yaitu HIS Kasatriyan pada

tanggal 1 November 1910, bertempat di sebelah timur Kori Brajanala Ler.

Pengurusan sekolah HIS Kasatrian dilakukan oleh GPH Kusomobroto atas

perintah Sinuwun, dan dibiayai dengan uang dari kas kraton (Puspaningrat, 1996:.

29-31).

Page 13: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

TK Pamardi Siwi

Sunan Paku Buwana X juga mendirikan Frobel School (TK) ‘Pamardi

Siwi’, pada tanggal 12 Agustus 1926, di dekat Gandarasan di Baluwarti.

HIS Pamardi Putri

Setelah mendirikan TK Pamardi Siwi, lalu dilanjutkan dengan pendirian

HIS Pamardi Putri pada bulan Januari 1927. Murid-murid perempuan di HIS

Kasatriyan lalu dipindahkan ke HIS Pamardi Putri, jadi HIS kasatriyan hanya

untuk murid laki-laki. Sebelum Pamardi Putri dibuka para putri raja mendapat

pendidikan dalam bahasa Belanda, masak-memasak makanan Barat dan kerajinan

tangan misalnya merajut, menyulam dan merenda pada hari-hari tertentu di kraton

untuk memberi kursus.

E. Pendidikan Tradisional

Pendidikan spiritual keagamaan dapat dijumpai dalam upacara adat

istiadat tradisional. Contohnya adalah upacara Grebeg Maulud. Di Surakarta

setiap tahun diadakan tiga kali grebeg, yang jatuh tiap tanggal 1 Syawal, tanggal

10 bulan Besar serta tanggal 12 Mulud. Sunan Paku Buwana X sangat

menghormati dan terus melestarikan upacara ini. Inti pelaksanaan upacara adat ini

adalah melaksanakan syiar agama ke seluruh dunia. Grebeg bukanlah hari raya

agama, namun momentum ini digunakan oleh para Wali Sanga untuk menarik

warga masyarakat seluas-luasnya agar datang ke istana mendengarkan penerangan

agama (Bram Setiadi, dkk. 2000: 253).

Page 14: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Setiap malam Bakda atau Grebeg, di Kepatihan serta di rumah para

pembesar Bupati semua memainkan gendhing Monggang atau Kodhok Ngorek

sampai terbitnya matahari, sekitar jam setengah enam pagi. Kedua gendhing itu

merupakan ‘lagu wajib’ di kraton yang dibunyikan tiap-tiap ada upacara

kebesaran. Setelah itu, pada jam 7 pagi para abdi dalem panewu, mantri, lurah,

bekel dan jajar, semua memakai pakaian basahan, kuluk mathak berwarna putih

atau hitam, pakaian sikepan agung. Ada juga yang memakai pakaian dengan

bordir. Setelah itu mereka berkumpul di kabupaten pada jam 8 pagi, lalu

berangkat bersama-sama membawa lalayu, rontek, umbul-umbul serta payung

agung di belakang bendera lalayu. Gamelan dipikul dan dibunyikan di sepanjang

jalan menuju alun-alun utara.

Setelah sampai semua menempati posisi masing-masing. Pada jam 9

semuanya sudah berada di Pagelaran, lalu Kanjeng Sunan diiringi para abdidalem

panewu mantri tiba di Kepatihan, beserta dengan para tamu yang lain memasuki

kraton. Di dalam kraton, para Gusti Kanjeng Pangeran Putra dalem, para saudara

serta pangeran sentana, dan lain-lain semua sudah hadir.

Setelah tiba di kraton, Residen bersalaman dengan Sunan, setelah itu

gunungan diarak ke alun-alun. Sesampainya di sebelah selatan ringin kurung lalu

masuk ke Masjid Agung diikuti para abdidalem serta gamelan sekaten alit. Setelah

gunungan masuk, Inkang Sunan memerintahkan untuk memainkan gamelan Kyai

Sekar Dlima. Setelah acara selesai, kanjeng Sunan kembali ke kraton, sedangkan

Kanjeng Raden Adipati masuk ke masjid untuk mengambil gunungan.

Page 15: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Sekaten mulai diadakan sejak zaman kraton Demak, pada masa

pemerintahan Raden Patah. Para wali berkumpul di masjid untuk membahas

memperingati Maulud Nabi. Sang prabu setuju bahwa peringatan akan diadakan

di masjid setahun sekali. Setelah semua setuju, para wali dan bawahannya datang

ke kraton dan bersama-sama dengan sang prabu pergi ke masjid untuk menghadiri

peringatan Maulud Nabi tersebut. Di sekitar masjid didirikan tenda-tenda, juga

diadakan khotbah untuk menyiarkan agama Islam pada seluruh masyarakat yang

hadir pada acara tersebut (Zahri Ahmad, 1976: 97).

Di masjid terdapat seperangkat gamelan dan dimainkan sebagai

penghormatan pada semua orang yang akan datang ke masjid. Gamelan

dimainkan siang dan malam selama 7 hari. Begitulah peringatan hari Maulud Nabi

pada zaman Kraton Demak. Para wali dan ulama bergantian memberikan khotbah

dan menuntun orang-orang mengucapkan kalimat syahadat bagi yang ingin masuk

Islam. Oleh karena itu juga disebut Pasamuan Sahadaten, namun karena

kesalahan pengucapan lama-kelamaan berubah menjadi Sekaten.

Sultan Demak kedua adalah Pangeran Sabrang Lor, menantu Sunan

Gunung Jati, karena Pangeran Sabrang Lor menikah dengan Sang Ratu Ayu

Cirebon. Setelah sang prabu wafat, gamelannya diambil kembali oleh Sang Ratu

Ayu dan dibawa ke Cirebon sebagai kenang-kenangan. Setelah berada di Cirebon,

gamelan sekaten tersebut dilestarikan sebagai penghormatan pada hari besar

Maulud Nabi, dimainkan setahun sekali di masjid sampai 7 hari lamanya.

Peringatan Maulud Nabi tersebut sampai sekarang masih dilaksanakan di Kraton

Page 16: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

Kanoman Cirebon. Adapun nama-nama gending yang dimainkan ada 7 macam,

yaitu:

1. Gending Sekaten

2. Gending Cing-cing Dhuwur

3. Gending Kajongan

4. Gending Pare Anom

5. Gending Rabu Gedhe

6. Gending Rambu Alit

7. Gending Bango Buthak

Gamelan tersebut berada di Kraton Kanoman. Peringatan sekaten tersebut

sampai sekarang masih diadakah di Cirebon, Demak, Kudus, Surakarta dan

Yogyakarta. Di Demak dan Kudus hanya seperti pasar malam kecil saja, tanpa

gamelan sekaten.

Setelah kraton Demak runtuh, kraton dipindahkan ke Pajang. Yang

menjadi raja adalah Raden Jaka Tingkir, bergelar Kanjeng Sultan Hadiwijaya

(Marga Pranata, 1986: 67). Setelah tiga generasi, kraton Pajang kembali runtuh,

lalu pindah ke Mataram. Yang menjadi raja adalah Panembahan Senapati, ia

bertahta selama 16 tahun. Setelah Panembahan Senapati wafat ia digantikan oleh

Sunan Prabu Anyakrawati dan bertahta selama 12 tahun.

F. Penutup

Sunan Paku Buwana X bersikap terbuka terhadap peradaban Barat yang

sejak awal abad XX makin pesat perkembangannya. Prakarsanya dengan

Page 17: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

mengirim putra-putranya ke Sekolah Rendah Eropa. Sesudah tamat, sebagian

melanjutkan pelajarannya ke HBS di Semarang atau Bandung, bahkan ada yang

dikirim ke Leiden.

Putri-putri diberi pelajaran tambahan berupa pelajaran keputrian,

bertempat di kraton. Ketika Ratu Pembayun sudah cukup usia untuk masuk

sekolah, sunan mendirikan Sekolah Pamardi Putri, disediakan khusus untuk putri-

putri sunan. Kraton juga mendirikan Sekolah Ksatria untuk mendidik anak-anak

abdi dalem panewu dan mantri (Karno, 1990 : 16). Dari golongan priyayi yang

mampu mengikuti jejak sunan dalam menyekolahkan putra-putranya adalah

pepatih dalem, karena tindakannya itu didukung oleh dana dari Sunan Paku

Buwana X yang cukup. Seorang di antaranya memasuki Sekolah Tehnik di Delft.

Seorang lagi, bernama Sasrasuwarna, sesudah lulus lalu melanjutkan pendidikan

ke Eropa.

Wilayah Surakarta disadari merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai

macam agama, etnis dan golongan. Oleh karena itu, perlu adanya sikap toleransi

antar kelompok. Gagasan ini bisa terwujud dengan adanya sistem pendidikan

yang menghargai perbedaan. Sunan Paku Buwana X memahami arti penting

pendidikan multikulturalisme. Untuk itu didirikan fasilitas untuk menunjang cita-

cita tersebut.

Page 18: PENDIDIKAN ISLAM PADA MASAstaffnew.uny.ac.id/upload/132309869/penelitian/PENDIDIKAN... · Web viewDi samping itu beliau juga mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Bram Setiadi, dkk. 2000, Raja di Alam Republik. Jakarta : Binarena Pariwara.

Bratadiningrat, 1992. Asalsilah Warni-warni. Surakarta: Pura Kencana.

Darsiti Suratman, 1991. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta. Yogyakarta : Taman Siswa.

Denys Lombard. Nusa Jawa Silang Budaya, Jakarta: Gramedia, 2000.

Gunawan Sumodiningrat, 2001. Kraton dan Kepemimpinan Masa Depan. Jakarta : Bina Rena.

Karno, 1990. Riwayat dan Falsafah Hidup Sunan Paku Buwana X. Jakarta : Citra Bina Pustaka.

Marga Pranata, 1986. Tus Pajang : Penget lan Lelampahanipun Suwargi Yasadipura I. Jakarta : Depdikbud.

Puspaningrat, 1996. Mengenal Sri Susuhunan Paku Buwana X. Surakarta : Cendrawasih.

Sri Suhanjati Sukri, 2004. Ijtihad Progressif Yasadipura II. Yogyakarta : Gama Media.

Sunoto, 1982. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Liberty.

Suriasumantri, 1986. Filsafat Ilmu. Jakarta : Cahaya.

Zahri Ahmad, 1976. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bharata.