Upload
afrianto-akhmad
View
246
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ca nasofaring
Citation preview
Penatalaksanaan Kanker Nasofaring
Kartika W. Taroeno-Hariadi, Ibnu Purwanto, Johan Kurnianda
Sub Bagian Hematologi dan Onkologi Medis Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
ABSTRACT Background. Nasopharyngeal Cancer is the most common malignancy in male in Dr Sardjito Hospital. The multidisciplinary approach is very important to manage the disease. Knowing the standard of treatments, how to choose treatment, time to initiate treatment, treatment consequences, and supportive care are essential for medical oncologist practitioner. Objective. To review the treatment options and modalities, its efficacy, and consequences in Nasopharyngeal Cancer Type of Publication. Review Conclusion. The most efficacious treatment to improve survival in Nasopharyngeal Cancer is concomitant or concurrent chemoradiotherapy (CCRT). Toxicities are greater in CCRT but can be tolerable and manageable Pendahuluan.
Kanker Nasofaring (NPC) adalah keganasan epithelial yang timbul di daerah
nasopharyng yang dibatasi oleh fossa nasi, vertebra cervialis I dan II, basis os sphenoid,
tulang occipital, dan palatum molle.1 Hampir 90% tumor ganas pada nasofaring berasal
dari sel-sel skuamosa, 5 % berasal dari limfoma, dan sisanya berasal dari tipe lain-lain.1
Berdasar tipe histologis, karsinoma sel-sel skuamosa dibagi menjadi 3 tipe : WHO I
karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, WHO II karsinoma sel skuamosa tanpa
keratinisasi, WHO III karsinoma tak terdiferensiasi/ anaplastik, limfoepitelioma.2 Tipe
histologis menjadi faktor prognostik penyakit karena tipe II dan III atau undifferentiated
carcinoma ini lebih sensitif terhadap terapi radiasi dan lebih sering untuk terjadi
metastasis jauh dibandingkan metastasis lokoregional 2,3.
Kanker Nasofaring (NPC) merupakan kanker tersering dijumpai pada pria.
nsidensi kanker ini lebih sering dijumpai pada ras Asia, China Selatan, Eskimo. Pria lebih
sering menderita kanker ini. Pada tipe histologi WHO III terjadinya tumor sering
dikaitkan dengan infeksi laten Epstein-Barr virus (EBV). Kanker nasofaring juga sering
dikaitkan dengan kebiasaan diet yang mengandung alkohol, diet tinggi garam (terutama
makanan yang diawetkan dengan garam), dan rokok, dan paparan asap 1,4
Gejala Klinis Penyakit, Penentuan Diagnosis, Staging, Penentuan Prognosis
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita NPC adalah limfadenopati,
diikuti gejala penghidu, pendengaran, dan neurologis. 1
Seseorang yang dicurigai kanker nasofaring harus segera dilakukan konfirmasi
diagnosis secara patologi anatomi melalui biopsi endoskopi. Pemeriksaan CT scan
nasofaring dan MRI dilakukan untuk menentukan penyebaran lokal.
Penentuan stadium berdasarkan UICC 19975 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Staging Kanker Nasofaring berdasar UICC 1997
Nasofaring (T) T1 Nasofaring T2 Jaringan lunal orpfaring atau fossa nasalis T2a Tanpa perluasan ke parafaring T2b dengan perluasan parafaring T3 invasi ke struktur tulang atau sinus paranasalis
T4 perluasan ke intracranialis, keterlibatan nervi craniales, infratemporalis fossa, hypofaring, dan orbita
Limfonodi regional (N) N1 metastasis limfonodi unilateral, ukuran kurang dari 6 cm, di atas fossa
supra clavicularis N2 metastasis limfonodi bilateral, kurang 6 cm, di atas fossa supra clavicularis N3 metastasis limfonodi, lebih besar 6 cm, di atas fossa supraclavicularis
Metastasis Jauh M0 tanpa metastasis jauh M1 dengan metastsis jauh
Stadium I : T1 N0 M0 Stadium Iia : T2aN0M0 Stadium Iib : T2bN0M0, T1-2 N1M0 Stadium III : T3N0M0, T1-3N2M0 Stadium IVA : T4N1-3M0 Stadium IV B : T1-3 N3M0 Stadium IVC : T1-3N1-3 M1
Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perluasan berdasar staging , tipe histologis,
kadar EBV serum. Dengan pemeriksaan DNA molekuler dapatlah ditentukan prognostik
pada stadium pre invasif dan monitoring pada pasca terapi Plasma EBV DNA pada NPC
stadium lokal lanjut lebih tinggi dari pada NPC stadium awal. Plasma EBV DNA juga
bisa dijadikan faktor prognostik untuk mortalitas terkait NPC serta dapat digunakan
sebagai metode skrining pada daerah endemik.6
Radioterapi
Radioterapi konvensional dengan 66-70 Gy, diberikan dalam fraksi sebesar 2 Gy
selama 7 minggu, dipakai pada NPC. Dengan teknik 2 dimensi, lokal kontrol radioterapi
sebesar 80 % dan overall survival pada radioterapi adalah sebesar 85% pada Stadium I
dan II (Ho), 55 % pada stadium III dan IV.5,7
Radioterapi modern menggunakan metode 3 dimensi konformasi (3DCRT) dan
intensitas-modulasi (IMRT). Metode 3DCRT dan IMRT ini memiliki kontrol lokal yang
lebih superior. Intracavitary brachytherapy digunakan pada T1 setelah radiasi eksternal
66-70Gy ternyata mampu meningkatkan lokal kontrol. Brachytherapy kurang berhasil
pada tumor T2b, T3, dan T4.5, 7
Modalitas Terapi Kombinasi pada NPC stadium lokal lanjut.
Terapi utama pada NPC adalah radioterapi, namun pada stadium lokal lanjut
radioterapi saja ternyata memberikan tingkat kegagalan lokal dan metastasis jauh yang
cukup tinggi. Pada beberapa pasien dengan resistensi terhadap radioterapi ternyata
memiliki overekspresi gena gp96 dan GDF 15.8
Karena NPC juga merupakan tumor yang sensitif kemoterapi, maka diupayakan
terapi kombinasi radioterapi dan kemoterapi terutama pada stadium lokal lanjut.
Penentuan jadwal waktu pemberian kemoterapi (induksi/neoadjuvant, adjuvant,
atau concurrent), penentuan kombinasi obat yang paling tepat dikaitkan dengan respon
dan survival respon telah menjadi topik banyak penelitian klinik. Tabel 2 meringkaskan
beberapa kemoterapi yang dipakai sebagai setting induksi/neoadjuvant
Tabel 2. Uji Klinik pada neoadjuvant kemoterapi NPC stadium lokal lanjut
Tanda* menunjukkan kemaknaan secara statistik
Kemoterapi dalam setting adjuvant pada NPC jarang ditemukan pada kepustakaan.
Pada beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa kemoterapi adjuvant tidak memberikan
keuntungan pada OS, DFS, LRFR (local Recurrence-Free Rate) dibanding terapi radiasi
saja 13,14
Kemoterapi neoadjuvant yang ditambahkan pada radioterapi ternyata tidak
meningkatkan Overall Survival (OS), namun mampu memperbaiki survival bebas
penyakit (DFS) seperti pada International Study Group of NPC.15 Di luar konteks
penelitian maka neoadjuvant dan adjuvant kemoterapi bukan merupakan terapi standar.7
Suatu penelitian membandingkan neoadjuvant dan concurrent terapi pada NPC dan
diperoleh hasil bahwa respons terapi sebanding namun kekambuhan lokal lebih sedikit
pada kelompok concurrent16 Salah satu penelitian metanalisis oleh Langendijk
menyimpulkan bahwa penambahan kemoterapi pada radioterapi untuk kasus NPC paling
baik dilakukan secara concurrent. 17
Concurrent Chemoradiotherapy (CCRT)
Pada terapi ini complete response rate dan early relapsed-free survival cukup
tinggi. Cisplatin banyak digunakan pada pendekatan terapi ini karena ciplatin mampu
berfungsi sebagai agen sitotoksik dan radiosensitasi. Jadwal pemberian cisplatin dan
radioterapi optimal masih belum dapat ditentukan. Biasanya cisplatin diberikan dalam
Peneliti Jumlah pasien Terapi PFS (%) OS (%)
Tannock 1987 9 51 vs 140 MTX, bleo, cisplat + RT vs RT
Tak ada perbedaan dengan radioterapi
Tak ada perbedaan dg radioterapi
Dimery, 1993 10 47 Cisplatin-5 FU 3x + RT
73 (6 tahun) 67.4 (6 tahun)
Chua et al 2005 11
IIb, III, IV N=784
RT vs Terapi berbasis cisplatin diikuti radio terapi
42.7 vs 50.9 (5 tahun) * 58.1 vs 61.9 (5 tahun)
Amrein et al 2006 12
31, Stadium III – IV
Cisplatin-5 FU diikuti radioterapi
Tidak dijelaskan 59% (2 tahun)
interval harian dengan dosis sangat rendah, mingguan dengan dosis rendah, 3 mingguan
dengan dosis tinggi.
Beberapa metode CCRT dan hasilnya terhadap OS dan DFS disajikan pada tabel 3, 4,5. Tabel 3. Concurrent Chemoradiation (CCRT) pada NPC stadium lokal lanjut Peneliti Jumlah pasien Terapi PFS (%) OS (%) Chan; 2002 18 350
Stadium III, IV RT vs CCRT Cisplatin 40 mg/ml per minggu
69 vs 76 (2 th) Lebih jelas pada tumor stadium lanjut
NA
Lin; 2003 19 284 Stadium III, IV
RT vs CCRT dg cisplatin 20 mg/m2 + 5 FU 400mg/m2 (1-4) pada minggu 1& 5 RT
53 vs 71.6 (5 th )* 54.2 vs 72.3 (5 th)*
Wong, 2006 20 59 Stadium III, IV
TFHX Paclitax 20 mg/m2 hari 1-4 5FU 600 mg/m2 hari1-4 Hydroxy urea 500 2x sehari 9 dosis tiap 3 minggu
54 (3 th) 72 (3 th)
Tanda * menunjukkan adanya kemaknaan statistik Tabel 4. Concurrent chemoradiation (CCRT) diikuti adjuvant kemoterapi pada NPC stadium lokal lanjut Peneliti Jumlah pasien Terapi PFS (%) OS (%)
Kwong, 2004 21 219 Stadium III, IV
A: RT B: CRT C: RT+ AC D: CRT+ AC
CCRT vs RT 69.3 vs 59.8 (3 tahun) AC vs Non AC 62.5 vs 65 (3 tahun)
CCRT vs RT 86.5 vs 76.8 (3 tahun) AC vs Non AC 80.4 vs 93.1(3 tahun)
Wee, 2005 22 217 Stadium III, IV WHO II, III
Radioterapi vs CCRT dengan cisplatin 25 mg/m2 hari 1-4 minggu 1,4,7 + AC dengan Cisplatin % FU for 3x
53 vs 72 (3tahun) * 65 vs 80 (3 tahun)*
Tanda * menunjukkan adanya kemaknaan statistik
Tabel 5. Neoadjuvant Chemotherapy diikuti Concurrent Chemoradiation (CCRT) pada NPC stadium lokal lanjut Penulis Jumlah pasien Terapi PFS (%) OS (%)
Oh, 2003 23 27 Stadium III, IV
PFL IFN q21 3x CCRT dengan FHX
92 (3 tahun) 88 (3 tahun)
Chan, 2004 24 31 Stadium III, IV
Paclitaxel 70 mg/m2 (1,8,15) Carbo 6 AUC (1) tiap 3 minggu diikuti CCRT dengan cisplatin 40 mg/m2 per minggu selama 6-8 kali
91.8 (2 tahun) 78.5 (2 tahun)
Metaanalisis yang dilakukan oleh Chemoterapy in Head and Neck Collaborative Group
menunjukkan bahwa CCRT plus adjuvant chemotherapy tidak memiliki manfaat pada
survival pasien.
Manfaat CCRT akan lebih jelas pada NPC stadium lokal lanjut dalam hal
pengurangan metastasis jauh, dan survival bebas penyakit. Oleh sebab itu CCRT
merupakan standar terapi pada NPC stadium lokal lanjut pada daerah endemis.
Salvage Treatment pada NPC yang mengalami Rekurensi Lokal Pasca Terapi
Kekambuhan lokal pasca radioterapi tanpa disertai metastasis jauh harus segera
mendapatkan terapi. Radiasi ulang dengan 2D-planned external beam radiotherapy
sebagai salvage treatment sering menimbulkan banyak komplikasi. Lokal kontrol sebesar
60% dilaporkan pada salvage treatment dengan menggunakan brachytherapy dengan
implantasi Au198. Untuk tumor yang tidak bisa diatasi dengan implantasi Au198 maka
tindakan operatif merupakan suatu pilihan. 5,7
Photodynamic therapy (PDT) menjadi salah satu terapi alternatif untuk NPC yang
rekuren karena kemungkinan kontrol lokal pada tumor dan keuntungan fungsional jangka
panjang yang lebih baik. Dasar terapi PDT adalah pemberian photosensitizer secara
sistemik dan iluminasi lokal dengan cahaya dengan panjang gelombang tertentu untuk
memicu sensitizer. Selanjutnya akan terjadi reaksi fotokemikal dengan dilepaskannya
radikal bebas dan oksigen singlet yang keduanya memiliki waktu paruh sangat pendek
dan memiliki efek merusak pada jaringan yang dituju. Nekrosis tumor yang bersifat
selektif ini ditentukan oleh uptake photosensitizer oleh jaringan tumor dan ditentukan
pula oleh iluminasi lokal di daerah tumor.25 PDT bisa dilakukan sebelum, sesudah atau
bersama modalitas lain seperti radioterapi, kemoterapi dan operasi. PDT lebih bermanfaat
pada karsinoma in situ dan lesi premalignant seperti displasia mucosa. Oleh karena itu
di RS Dr Sardjito melalui program KWF-NPC-AsiaLink Project PDT dilakukan untuk
kasus yang mengalami rekurensi lokal pada nasofaring yang sebelumnya mengalami
respon komplit 26.
Penatalaksanaan NPC dengan Metastasis Jauh
Median survival untuk NPC dengan rekurensi dan metastasis jauh adalah 9 bulan7
Peran kemoterapi pada NPC metastasis ini cukup penting karena pernah dilaporkan oleh
Institute Gustave Roussy di Perancis adanya longterm disease-free survivors sebanyak
20 orang di antara NPC stadium metastasis yang mendapatkan terapi.27 Beberapa
kombinasi kemoterapi dicobakan pada stadium ini. Kombinasi dengan obat-obat seperti
bleomycine, 5-FU, cisplatin, carboplatin memberikan response rate sekitar 15-30%.7
Paclitaxel dan gemcitabine sebagai terapi tunggal memberikan response rate 22 dan
49%.7 Kombinasi Gemcitabine dan cisplatin pada NPC metastasis dan rekuren
memberikan overall response sebesar 78% dengan median survival 5.3bulan.28 Beberapa
kombinasi berbasis platinum memberikan response rate 38-80% seperti terlihat pada
tabel 6. Semakin intensif kombinasi kemoterapi, response rate semakin tinggi. Namun
perlu dipertimbangkan apakah efek kombinasi kemoterapi intensif tersebut terhadap
penambahan response rate sebanding dengan penambahan efek toksik yang dialami
pasien dengan stadium metastasis tersebut. Cisplatin dan 5 FU tetap merupakan pilihan
pada NPC metastasis jauh.7
Tabel 5 Kombinasi kemoterapi pada NPC stadium Metastasis jauh Institusi Jumlah
pasien Regimen OR (%) CR (%) Toksisitas Median survival
(bulan) Prince of Wales H 42 Carbo - 5FU 38 17 ringan 12 Prince of Wales H 27 Paxus - Carbo 59 11 ringan 14 Singapore GH 32 Paxus - Carbo 75 3 sedang 12 Institute Gustav Roussy
41 Cisplatin-Bleo-5 FU 79 19 sedang 25 a
Princess Margaret Hospital Toronto
44 CAPABLE 80 7 berat 14
Queen Elizabeth H 25 Gemcitabine-Cispl 77 20 ringan NA (Dikutip dari Chan et al, 2002)7
Terapi target
Pada kanker leher kepala sering dijumpai overekspresi dari Epidermal Growth
Factor Receptor (EGFR) yang berkaitan dengan DFS dan OS lebih rendah sehingga
prognosis lebih buruk. Pemberian antibodi monoklonal terhadap EGFR (cetuximab)
diharapkan mampu meningkatkan DFS dan OS pada pasien yang mendapatkan terapi
berbasis platinum. Penelitian di Hongkong pada 60 pasien NPC yang rekuren setelah
terapi berbasis cisplatin, mendapatkan Cetuximab dan carboplatin. Overall Response
Rate sebesar 11,7%, dengan median survival 233 hari, dan terjadi efek samping serius
pada 10% pasien 29
Terapi targe lain yang pernah diteliti pada NPC adalah sorafenib. Sorafenib
adalah suatu small molecule inhibitor dari Raf kinase, PDGF (Platelet- Derived Growth
Factor), reseptor VEGF 1 dan 2 kinase, serta c-kit. Jadi target sorafenib adalah pada Raf/
Mek/Erk pathway. Penelitian di Princess Margareth Hospital, Toronto melibatkan 26
pasien NPC rekuren dan metastasis yang diberikan sorafenib oral secara kontinyu dalam
siklus 28 hari. Didapatkan partial respon 3.7% dan median overall survival sebesar 4.2
bulan.30
Imunoterapi pada NPC
Banyak penelitian membuktikan bahwa sel T-sitotoksik (Cytotoxic T-cell
Lymphocyte = CTL) yang mengenali HLA type I berperan pada eradikasi infeksi EBV
dalam tubuh. Respon CTL sering ditemukan pada biopsi NPC dan respon CTL spesifik
laten membrane protein (LMP-2) sering dijumpai pada pasien NPC yang tidak diterapi.
Hal tersebut menjadi dasar terapi NPC dengan memperkuat respons CTL terhadap LMP-
2. Berbagai cara dilakukan untuk tujuan tersebut di antaranya dengan vaksinasi
menggunakan epitope peptide LMP-2 yang dipresentasikan melalui sel-sel dendritik
autolog. Penelitian Comoli et al melaporkan 6 dari 10 pasien yang mendapat autolog
intravena CTL spesifik EBV mengalami respon klinik (2 parsial dan 4 stabil).31
Suatu penelitian fase dua pada 15 penderita kanker leher kepala menggunakan
imunoterapi dengan natural cytokine mixture (IRX-2) diikuti dengan pemberian
cyclophosphamide, indomethacine, dan zinc. Diperoleh hasil bahwa 1 pasien mengalami
respon komplit, 7 respon parsial, dan 7 respon minor.32
Efek Samping Terapi dan Penanganan Suportif.
Terapi kanker meskipun telah diberikan secara standar dapat menimbulakan efek
samping yang tidak diinginkan baik yang bersifat akut ataupun kronik permanen. Pada
penanganan NPC sering didapatkan eritema, conjunctivitis, mucositits, epilasi, perubahan
pencecap, xerostomia, infeksi, kerusakan gigi, masalah menelan, perubahan berat badan,
katarak, makulopati yang menimbulakan kebutaan, osteoradionekrosis pada daerah
mandibula. Dokter yang merawat serta pasien harus mengetahui mengenai kemungkinan
efek samping yang akan diperoleh selama dan setelah terapi.1
Perawatan suportif sangat diperlukan untuk mencegah dan mengatasi efek
samping terapi. Mucositis dapat di atasi dengan melembutkan makanan, sering
mengulum es batu, analgetik topikal, pemberian gel anti ulkus, dan anti nyeri. Pemakaian
obat kumur yang mengandung alkohol dan chlorhexidine sebaiknya dihindari karena
akan memperburuk mukositis. Xerostomia dikurang dengan gel pengganti sliva,
melembabkan bibir dengan lipstik yang mengandung petrolatum, sering mengunyah
permen karet yang mengandung xylitol. Infeksi candida oportunistik diatasi dengan
preparat myconazole dan nystatin oral. Nutrisi adekuat sangat perlu, dengan makanan
tinggi kalori. Perawatan gigi sebelum radioterapi mutlak dilakukan, gigi palsu sebaiknya
tidak dikenakan pada waktu radiasi. Netropeni dan febril netropeni merukan efek
samping terapi yang sangat berat dan membutuhkan penanganan dengan antibiotik
spektrum luas, anti jamur sistemik, dan GCSF1
Kesimpulan.
Penatalaksanaan NPC meliputi radioterapi, kemoterapi, fotodinamik, antibodi
monoklonal terhadap EGFR, dan immunotherapy. Pada stadium awal radioterapi masih
merupakan standar dan pada stadium lanjut kombinasi dengan kemoterapi disarankan.
Kombinasi radiasi dan kemoterapi paling baik dilakukan secara CCRT. Pada kasus
rekuren lokal, brachyterapi dan implantasi menjadi pilihan. Kasus dengan metastasis jauh
bisa dilakukan kombinasi kemoterapi dengan pertimbangan matang akan respon terapi
dan toksisitas. Terapi target pada EGFR dan imunoterapi masih dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parker RG, Rice DH, Casciato D. Head and Neck Cancers in Dennis A Casciato ed. Manual of Clinical Oncology. 5th ed Lippincott Williams &Wilkins. 2004:143-168
2. Reddy SP, Raslan WF, Gooneratne S. Prognostic Significance Of Keratinization
Of Nasopharyngeal Carcinoma. Am J Otolaryngol 1995:16:1038
3. Marks JE, Phillips JL, Menck HR. The National NPC Data report on ther
relationships of race and national origin to the histology of nasopharyngeal carcinoma. Cancer 1998; 83: 582-588
4. Ho JHC. An epidemiology and clinical study of nasopharyngeal cancer. Int J
Radiat Oncol Biol Phys 1978; 4:183-205
5. Mould RF. Nasopharyngeal carcinoma: treatments and outcomes in the 20th century. The British Journal of Radiology 200; 75:307–339
6. Lin JC, Chen KY, Wang WY. Detection of Epstein-Barr Virus DNA in the
Peripheral-Blood Cells of Patients With Nasopharyngeal Carcinoma:Relationship to Distant Metastasis and Survival. J Clin Oncol 2001;19:2607-2615.
7. Chan ATC, Teo PML, Johnson PJ. Nasopharyngeal Carcinoma. Annals of
Oncology 2002; 7:1007-1015 8. Chang JT, Chan HS, Lin CY. Differentially expressed genes in radioresistant
nasopharyngeal cancer cell: gp96 and GDF15 Mol Cancer Ther 2007;6:2271-2279
9. Tannock I, Payne D, Cummings B, Hewitt K and Panzarella T. Sequential
chemotherapy and radiation for nasopharyngeal cancer: absence of long-term benefit despite a high rate of tumor response to chemotherapy. Journal of Clinical Oncology 1987; 5: 629-634
10. Dimery IW, Peters LJ, Goepfert H. Effectiveness of Combined Induction
Chemotherapy and Radiotherapy in Advanced Nasopharyngeal Carcinoma. Journal of Clinical Oncology 1993;11:1919-1928
11. Chua DTT, Ma Jun, Sham JST. Long term Survival after Cisplatin-based
Induction Chemotherapy and Radiotherapy for Nasopharyngeal Cancer: A Pooled Data Analysis of two Phase III trials. J CLin Oncol 2005: 23:118-1124
12. Amrein PC and Weitzman SA . Treatment of squamous-cell Carcinoma of the Head and Neck with Cisplatin and 5-fluorouracil. Journal of Clinical Oncology, 2006; 24: 2644-2652
13. Toita T, Ogawa K, Kamata M.Hyperfractionated Radiotherapy Followed by
Adjuvant Chemotherapy for Nasopharyngeal Cancer: Report of Seven Cases Japanese Journal of Clinical Oncology 1998: 160-164
14. Rossi A, Molinari R, Boracchi P.Adjuvant Chemotherapy with Vincristine,
Cyclophosphamide, and Doxorubicin after Radiotherapy in Local-regional Nasopharyngeal Cancer: results of a 4-year multicenter randomized study. Journal of Clinical Oncology; 1988; 6: 1401-1410
15. International Nasopharyng Study Group. Preliminary Results of a Randomized
Trial Comparing Neoadjuvant Chemotherapy (Cisplatin, Epirubicin, Bleomycin) plus Radiotherapy versus Radiotherapy Alone in Stage IV (N>2, M0) undifferentiated nasopharyngeal carcinoma: a positive effect on progression-free survival. Int J Radiad Oncol Biol Phys 1996;35:465-469
16. Taylor 4th SG, Murthy AK, Vannetzel JM Randomized Comparison of Neoadjuvant Cisplatin and Fluorouracil Infusion followed by Radiation versus Concomitant Treatment in Advanced Head and Neck Cancer . Journal of Clinical Oncology, 1994; 12: 385-395
17. Langendijk J.A, Leemans Ch.R, Buter J. The Additional Value of Chemotherapy to Radiotherapy in Locally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma: A Meta-Analysis of the Published Literature. Journal of Clinical Oncology 2004: 22: 4604-4612
18. Chan A.T.C., Teo P.M.L., Ngan R.K. Concurrent Chemotherapy-Radiotherapy Compared With Radiotherapy Alone in Locoregionally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma: Progression-Free Survival Analysis of a Phase III Randomized Trial. J Clin Oncol 2002; 20:2038-2044.
19. Lin JC, Jan JS, Hsu CY. Phase III Study of Concurrent Chemoradiotherapy Versus Radiotherapy Alone for Advanced Nasopharyngeal Carcinoma: Positive Effect on Overall and Progression-Free Survival J Clin Oncol 2003; 21:631-637.
20.Wong ASC, Soo RA , Lu JJ. Paclitaxel, 5-fluorouracil and hydroxyurea
Concurrent with radiation in Locally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma. Annals of Oncology 2006; 17: 1152–1157
1
21. Kwong DLW, Sham JST, Au GKH. Concurrent and Adjuvant Chemotherapy for Nasopharyngeal Carcinoma: A Factorial Study J Clin Oncol 2004; 22:2643-2653
22. Wee J, Tan EH, Tai BC. Randomized Trial of Radiotherapy Versus Concurrent
Chemoradiotherapy Followed by Adjuvant Chemotherapy in Patients With American Joint Committee on Cancer/International Union Against Cancer Stage III and IV Nasopharyngeal Cancer of the Endemic Variety. J Clin Oncol 2005; 23:6730-6738.
23. Oh JL, Vokes EE, Kies MS. Induction Chemotherapy followed by Concomitant
Chemoradiotherapy in the Treatment of Locoregionally Advanced Nasopharyngeal Cancer. Annals of Oncology; 2003:14: 564–569
24. Chan ATC, Ma BBY, Lo YMD Phase II Study of Neoadjuvant Carboplatin and
Paclitaxel Followed by Radiotherapy and Concurrent Cisplatin in Patients With Locoregionally Advanced Nasopharyngeal Carcinoma: Therapeutic Monitoring With Plasma Epstein-Barr Virus DNA. J Clin Oncol 2004; 22:3053-3060
25. Tan IB. Oppelaar H, Ruevekamp MC. The Importance of In situ Light Dosimetry
for Photodynamic Therapy for oral cavaity tumors. Head&Neck 1999:434-440 26. Hopper C. Photodynamic Therapy: a Clinical Reality in the Treatment of Cancer.
The Lancet 2000;1:212-219
27. Fandi A, Bachouchi M, Azli N. Long-Term Disease-Free Survivors in Metastatic Undifferentiated Carcinoma of Nasopharyngeal Type. J Clin Oncol 2000;18: 1324 -1330.
28. Ngan RKC, Yiu HHY Lau WH. Combination of Gemcitabine and Cisplatin Chemotherapy for Metastatic or Recurrent Nasopharyngeal Carcinoma: report of a Phase II Study. Annals of Oncology 2002;13: 1252-1258
29. Chan ATT, Hsu MM, Goh BC Multicenter. Phase II Study of Cetuximab in
Combination With Carboplatin in Patients With Recurrent or Metastatic Nasopharyngeal Carcinoma. J Clin Oncol 2005; 23:3568-3576.
30. Elser C, Siu LL, Winquist E. Phase II Trial of Sorafenib in Patients With Recurrent or Metastatic Squamous Cell Carcinoma of the Head and Neck or Nasopharyngeal Carcinoma. Journal of Clinical Oncology, 2007; 25: 3766-3773
31. Comoli P, Pedrazzoli P, Maccario R.Cell Therapy of Stage IV Nasopharyngeal Carcinoma With Autologous Epstein-Barr Virus–Targeted Cytotoxic T Lymphocytes J Clin Oncol 2005; 23:8942-8949.
32. Barerra JL, Verastegui E,Meneses A. Combination of Immunotherapy of
Squamous Cell Carcinoma of The Head and Neck a phase two trial . Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2000;126:346-351