PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skizofrenia

Citation preview

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Skizofrenia Paranoid

    Andy Santoso Hioe

    102011314

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara no.6 - Jakarta Barat

    [email protected]

    Pendahuluan

    Skizofrenia merupakan sebuah sindorm klinis psikopatologi yang menyangkut

    kognisi, emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi

    pada pasien dan waktu, tetapi efek penyakit selalu parah dan biasanya bertahan lama.

    Gangguan biasanya mulai sebelum umur dua puluh lima tahun, menetap dalam kehidupan,

    dan mempengaruhi individu dalam berbagai tingkat. Pasien dan keluarganya sering menderita

    dari pelayanan yang buruk dan pengucilan masyarakat karena penolakan terhadap gangguan

    ini. Meskipun skizofrenia dibicarakan sebagai satu penyakit, skizofrenia mungkin terdiri dari

    sekelompok gangguan dengan etiologi berbagai macam., dan termasuk pasien dengan

    manifestasi klinik, penatalaksanaan, respons bervariasi. Klinisi harus menghargai bahwa

    diagnosis skizofrenia didasarkan sepenuhnya pada anamnesis psikiatri dan pemeriksaan

    status mental.1

    Anamnesis

    Data khusus psikiatrik yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik ialah data

    perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi penampilan dan perilaku pasien,

    pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan interaksi antara pasien dan

    lingkungannya, dan pemahaman humanistic sang dokter mengenai pasiennya. Alat

    pemeriksaan psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri. Pemeriksaan ini diarahkan, dan

    data diungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan pasien, yang disebut wawancara

    psikiatrik.1-3

    Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar

    dipisahkan, misalnya antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikik, dan antara bidang-bidang khusus pemeriksaan psikik. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya, pasien akan

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    berbicara dengan nada emosiaonal tertentu, mengutarakan pikiran-pikiran tertentu, dan

    memperlihatkan perilaku motorik tertentu pula. Dari satu pernyataan dapat diperoleh respons

    pasien atau data pada beberapa bidang sekaligus, juga dari isi pernyataan itu dan cara

    menyatakannya.1-3

    Perilaku pasien di hadapan dokter sebagian besar merupakan respons terhadap apa

    yang dikatakan oleh dokter dan bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter, dan

    bagaimana pendapat pasien mengenai perilaku dan kepribadian dokter. Agar wawancara

    dapat mengahasilkan data yang dapat diandalkan hendaknya senantiasa diusahakan untuk

    menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dengan pasien.

    Kepentingan memelihara hubungan ini mendahului kepentingan memroleh data, karena

    bagaimanapun data mengenai kejiwaan yang diperoleh tanoa hubungan yang optimal, dapat

    mengelirukan kesan-kesan klinis tentang pasien. Jika kita ingin bertanya tentang gejala

    pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan itu

    kepada pasien. Jika konteksnya kurang tepat, misalnya jika pasien dipermalukan atau

    tersinggung oleh pertanyaan itu dari pihak dokter (nyata tau tidak nyata), ia mungkin akan

    menolak atau menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.1-3

    Wawancara selalu mengandung tanggung jawab baik diagnostic maupun terapeutik.

    Berhadapan dengan pasien, dokter memngaruhi pasiennya dengan sikap dan perkataannya,

    dari saat ke saat membuat pasien lebih tenang atau lebih tegang, membuatnya lebih terbuka

    atau lebih tertutup, membuatnya lebih percaya atau lebih curiga. Selalu ada pengaruh

    terapeutik atau kontraterapeutik dalam proses wawancara, tidak pernah netral.1-3

    Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter terhadap pasien untuk

    tujuan diagnmostik dan/atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh dokter terhadap

    pasien melainkan juga sebaliknya. Disadari atau tidak, seorang dokter akan terpengaruh pula

    oleh sikap dan perkataan pasien; hal ini akan tercemin dalam sikap, perkataan dan perasaan

    dokter. Dipicu oleh sikap dan kelakuan pasien-apsien terhadapnya (belum lagi dipicu oleh

    kehidupan fantasinya sendiri)m dokter dapat menjadi tegang, tenang, kuatir, santai, tertutup,

    terbuka, bosan, kesal, sedih, malu, terangsang, dll, yang turut menentukan apa yang dikatakan

    seorang dokter terhadap pasiennya (atau tidak dikatakannya), dan bagaimana dokter

    mengatakannya. Dokter perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktif tersebut,

    agar ucapan-ucapannya kepada pasien sedapat-dapatnya beralasan professional dan sesedikit

    mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subjektifnya

    sendiri.1-3

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Pada umumnya wawancara akan efektif jika berlangsung dengan alamiah, dengan

    nada yang mirip percakapan biasa, tidak kaku atau seperti pertanyaan gaya kuesioner yang

    ditembakkan kepada pasien. Wawancara akan lebih efektif bila tidak memberi kesan bahwa

    dokter memburu gejala, rajin berusaha menemukan dan mengumpulkan sifat-sifat

    psikopatologik saja pada pasiennya, bahkan kadang-kadang dengan mencoba

    memprovokasi gejala-gejala itu.1-3

    Riwayat psikiatrik adalah catatan tentang riwayat penyakit, gangguan jiwa, dan

    riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasiennya, darimana pasiennya

    berasal dan kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Riwayat

    ini didapatkan selama wawancara psikiatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut pandang

    pasien sendiri. Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari sumber lain seperti orang

    tua atau pasangan hidup pasien.1-3

    Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangan tentang riwayat penyakit

    adalah data konkret tentang kronologi gejala atau gangguan yang dialami pasien, riwayat

    tentang gangguan psikiatrik dan medis, ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan

    kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dengan dirinya di masa

    sekarang dan masa lampau, serta riwayat perkembangan pasien.1-3

    Teknik yang paling penting dalam melakukan wawancara psikiatrik adalah dengan

    perkataannya sendiri, sesuai dengan urutan yang dirasakannya penting. Terapis perlu cukup

    sensitive untuk mendeteksi hal-hal bermakna yang ingin disampaikan pasien. Terpis harus

    terampil untuk bertanya-tanya dan menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal bermakna yang

    diungkapkan pasien baik yang tersurat ataupun yang tersirat dalam mencertiakan riwayat

    psikiatrik dan status mentalnya.1-3

    Pemeriksaan psikiatrik dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai

    pasien sebagai pribadi, jiwa dan raga yang tak terpisahkan, bukan semata-mata untuk

    menentukan keadaan jiwanya atau apa penyakit jiwanya. Beberapa hal yang perlu

    diperhatikan oleh seorang pemeriksa agar dapat memberikan penatalaksanaan psikiatrik

    adalah:

    1. Memiliki pengertian yang jelas mengenai data-data mana yang diperlukan untukmemahami kasus yang dihadapi.1-3

    2. Sanggup melaksanakan pemeriksaan secara berkesinambungan dan berarah tujuan.1-33. Menghadapi pasien dengan keikhlasan dan minat untuk menolong.1-3

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    4. Kesediaann untuk mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk meletakkanhubungan yang baik demi penanggulangan persoalan yang dihadapi pasien (demi

    keberhasilan terapi).1-3

    Pemeriksa membuka percakapan wawancara dengan perkenalan yang dilanjutkan

    dengan pengambilan anamnesis yang terdiri atas keluhan utama, hal mengenai penyakit saat

    ini, riwayat lampau, dan riwayat keluarga. Garis besar riwayat psikiatrik yang perlu

    didapatkan dalam pemeriksaan adalah:1-3

    I. Data PribadiPerlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis

    kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama, dan

    data lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula

    tempat dan situasi saat dilakukan wawancara terhadap pasien, sumber informasi,

    dan apakah gangguan yang dialami pasien adalah gangguan yang pertama kali

    dialami pasien. Perlu pula diketahui apakah pasien datang sendiri, dibawa oleh

    anggota keluarganya, atau dikonsultasikan oleh sejawatnya.1-3

    II. Keluhan UtamaPertanyaan pembuka dapat diberikan seperti: Bagaimana saya bias menolong

    saudara?, Gangguan apa yang saudara alami?. Pada umumnya pembukaan

    seperti ini akan memicu pasien untuk bercakap bebas yang mengahsilkan

    keterangan yang jauh lebih bermakna disbanding dengan suatu prosedur Tanya

    jawab yang formal. Pasien dibiarkan untuk menceritakan segalanya dengan gaya

    dan caranya sendiri. Kekurangan dan perincian data dapat dilengkapi dan diisi

    kemudian dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut.1-3

    Keluahn utama dapat bersifat kabur seperti: perasaan tegang, ragu, firasat

    yang aneh, serta dapat pula tegas dan menyolok, misalnya: pasien menyatakan

    bahwa ada orang-orang jahat berkomplot untuk membunuhnya. Seringkali pasien

    mengemukakan sejumlah gejala somatic, sakit kepala, sakit pinggang, mual,

    muntah, sesak nafas. Pada saat itu pemeriksa tentu tidak dapat mengetahui sampai

    dimana gejala-gejala ini berhubungan dengan kelainan organic atau merupakan

    reaksi atas situasi hidup, atau berakar pada konflik emosional yang mendalam di

    masa awal kehidupannya. Ada pula pasien yang tidak mengemukakan keluhan

    tertentu atau mengaku tidak menderita apa-apa, rupanya ia puas dengan kehidupan

    fantasinya, tetapi keluhan datang dari pihak keluarga, sahabat, kerabat lain yang

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    kuati tentang perilaku pasien. Bila pasien tidak berbicara, deskripsikan keadaan

    yang dijumpai pada saat wawancara.1-3

    III. Riwayat Gangguan SekarangApabila pasien cukup kooperatif hendaknya diceritakan oleh pasien menurut

    caranya sendiri, dan baru kemudian dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan

    pertanyaan-pertanyaan khusus. Penting ditanyakan keterangan mengenai sifat dan

    awitan timbulnya penyakit. Pada umumnya prognosis lebih baik bagi kelainan

    yang akut dan dramatic, dibandingkan dengan kelainan yang berkembang lambat

    laun atau kelainan yang pada awalnya hampir tidak ketahuan. Prognosis juga

    relative lebih baik apabila awal bertepatan dengan kejadian nyata yang dahsyat di

    lingkungan, dan tidak begitu baik apabila timbulnya seolah-olah tanpa kaitan jelas

    dengan sesuatu kejadian di lingkungan. Keterangan perihal penyakit sekarang

    hendaknya memberi kepada pemeriksa suatu gambaran tentang awal dan

    perkembangan penyakitnya, riwayat keluhannya sekarang secara kronologis dan

    menyeluruh, awitan dan faktor presipitasi, alasan berobat. Perlu pula dinilai faktor

    lingkungan hidup menjelang awitan gejala/perubahan perilaku, perkembangan

    gejala, termasuk gejala yang tidak ada, latar belakang kepribadian, presipitasi di

    masa lampau. Dapatkan data-data mengenai dampak gangguan terhadap

    kehidupan pasien sekarang, sifat disfungsinya. Eksplorasi pula kemungkinan

    adanya gejala psikofisiologis, kaitan timbale balik antara gejala/faktor psikologis

    dan gejala fisik, keuntungan sekunder, serta kecemasan dan sifatnya.1-3

    IV. Riwayat Gangguan SebelumnyaIni Merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien

    dari lingkungan luar maupun dari dalam dirinya, dan reaksi-reaksi terhadapnya.

    Sambil bertambahnya keterangan riwayat pasien, muncullah suatu gambaran

    keseluruhan mengenai karakteristik kehidupan pasien, mengenai kepribadiannya,

    dan pola raksinya terhadap peristiwa-peristiwa yang dihadapinya. Benih

    psikop[atologi sering dapat dilacak dan ditemukan dalam fase-fase dini kehidupan

    pasien, sehingga pemeriksa senantiasa harus mengusahakan mendapat keterangan

    sejak masa anak.1-3

    Riwayat masa lampau meliputi: kelahiran dan tumbuh kembang; riwayat

    kesehatan; riwayat sekolah atau pendidikan; riwayat pekerjaan, minat, kebiasaan;

    kejadian penyakit seperti ini sebelumnya; perkembangan aseksual; perkawinan.1-3

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    - Riwayat gangguan psikiatrik : Episode terdahulu gejala, derajat disfungsi,terapi, lama gangguan, kepatuhan terapi perhatian khusus pada episode pertama1-3.

    - Riwayat gangguan medik : Penyakit medic, bedah, trauma, yangmemerlukan perawatan trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang,

    gangguan kesadaran, HIV, sifilis, gangguan psikosomatik.1-3

    - Penggunaan zat psikoaktif : Stimulan, alkohol, morfin, dll.1-3V. Riwayat Hidup

    Data yang perlu diacatat adalah kehamilan direncanakan atau tidak, bagaimana

    proses kelahiran, cedera lahir, kesehatan ibu selama kehamilan, kondisi emosi ibu

    sewaktu melahirkan, dan penggunaan obat oleh ibu sewaktu kehamilan.1-3

    - Riwayat pekerjaanJenis pekerjaan, konflik, ambisis perasaan terhadap pekerjaan, sikap terhadap

    teman sejawat, atasan, riwayat pekerjaan.1-3

    - Riwayat perkawinanLamanya, sifat, konflik, perceraian, keakraban, cekcok, harapan terhadap

    pasangan, aspek positif dan negate dari perkwainannya, kegagalan perkawinan

    masa lalu, keberhasilannya, sikap terhadp kemampuannya.1-3

    - AgamaLatar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agamanya dan agama lain,

    konflik terhadap pendidikan agama, aktivitas keagamaan, pandangan agamanya

    terhadap gangguan jiwa, bunuh diri, moral keagamaan.1-3

    Apakah ia seorang moralis, yaitu orang yang menjalankan nilai agamamnya

    sesuai keyakinannya, ataukah ia seorang moralizer, yaitu orang yang

    menggunakan nilai agama atau perilaku orang lain (seringkali disertai rasa diri

    sendiri yang paling benar/suci).1-3

    - Aktivitas sosialHubungan sosial dan sifat, perkawanan dengan lawan jenis dan sejenis, apa yang

    dicari dalam perkawanan, sifat terasing, antisosial, rasa takut, cemas bergaul,

    teman akrab.1-3

    - Situasi kehidupan sekarangRumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal serumah, pengaturan tempat tidur,

    privasi, sumber keuangan, dana bila pasien dirawat, siapa yang menjaga anak.1-3

    - Riwayat hukum

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    - Pernah ditangkap, tindak kejahatan, sikap terhadap hokum, riwayat tindakkekerasan.1-3

    - Riwayat psikoseksualAwal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, riwayat pencederaan / pelecehan

    seks, awitan pubertas, persaannya, masturbasi, sikap terhadap seks, orientasi

    seksual, problem seksual, paraphilia, sikap terhadp pelbagai atau cara aktivitas

    seks, hubungan seks di luar pernikahan, kontrasepsi dan pandangannya, penyakit

    akibat hubungan seks, promiskuitas1-3

    - Riwayat KeluargaKeluarga dan kenalan pasien suka memberi arti yang berlebih pada faktor

    keturunan dan adanya kejadian penyakit jiwa dalam keluarga dan pada generasi

    sebelumnya. Memang, data dan keterangan perihal anggota-anggota keluarga

    turunan dan kolateral adalah penting, dan pemeriksa hendaknya memperhatikan

    dengan saksama adanya kejadian psikosis, neurosis, bunuh diri, retardasi mental,

    epilepsy, ketergantungan obat dan alkohol, dll. Kadang dapat diduga keras adanya

    sifat herediter namun lebih sering Nampak kehidupan dan suasana keluarga

    sebagai pengaruh lingkungan yang memainkan peranan penting dalam terjadinya

    gangguan kejiwaan individu; misalnya anak-anak dapat meniru manifestasi

    psikotik dan neurotic pada anggota-anggota keluarga. Riwwayat keluarga

    semestinya juga meliputi data mengenai hal-hal seperti hubungan antar-anggota

    keluarga, antar keluarga dengan kesukaan, ketidaksukaan, ketegangan, loyalitas,

    ketergantungan, atau sengketa yang terjadi. Perlu dicatat pula penyakit dalam

    keluarga, sifat nanggota keluarga, mertua, latar belakang keluarga, sikap keluarga

    terhadap penyakit pasien.1-3

    VI. Mimpi, Fantasi dan Nilai-NilaiTanyakan kepada pasien tentang mimpi buruk berulang, fantasi, khayalan tentang

    masa depan, nilai pribadi tentang moral.1-3

    Anamnesis tidak pernah dapat dianggap selesai dan selalu harus dibiarkan terbuka

    untuk menampung data tambahan yang sewaktu-waktu akan terungkap.1-3

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik yang kita lakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari

    gangguan psikiatri tersebut serta untuk menyingkirkan differential diagnosis.1,2

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    1. General: Mood, tingkat perkembangan, ras dan jenis kelamin. Tulis jika kondisipasien distres atau dalam posisi yang tidak biasa misal duduk dengan bersandar ke

    depan (posisi yang umum terlihat pada pasien PPOK eksaserbasi akut atau

    pericarditis). Catat jika pasien tampak lebih tua atau muda dari umur sebenarnya.1-5

    2. Tanda Vital: Suhu (oral, rektal, axila atau telinga), nadi, respirasi, tekanan darah(mencakup lengan kanan, lengan kiri, berbaring, duduk, berdiri), berat badan, tinggi

    badan dan BMI. Selalu mencakup tekanan darah dan denyut jantung posisi supine dan

    setelah pasien berdiri selama 1 menit jika terjadi penurunan volume darah (perdarahan

    gastrointestinal, pankreatitis, diare atau muntah) atau jika dicurigai insufisiensi

    autonomik terutama pada pasien yang dilaporkan pusing atau sinkop.1-5

    3. Kulit: Ruam, erupsi, skar, tato, tahi lalat, pola rambut. 1-54. Nodi lymphatika: Lokasi (kepala dan leher, supraclavicula, epitrochlear, axilla,

    inguinal, ukuran, nyeri tekan, motilitas, konsistensi.1-5

    5. Kepala: bentuk dan ukuran, nyeri tekan, trauma, bruit. Pasien pediatrik: ubun-ubun,sutura.1-5

    6. Mata: Konjungtiva, sklera, kelopak, posisi mata pada orbit, ukuran, bentuk, reaksipupil, gerakah otot extraocular mata, visus, medan penglihatan, fundus (warna,

    ukuran, margin, cuppong, pulsasi vena mata, perdarahan, eksudat, rasio A V, takik).

    1-5

    7. Telinga: Tes pendengaran, nyeri tekan, discharge, kanal eksternal, membran timpani(intak, tumpul atau berkilau, bulging, motilitas, cairan atau darah, injeksi).1-5

    8. Hidung: Simetris, palpasi diatas sinus frontalis, maxilla dan ethmoid, inspeksisumbatan, lesi, eksudat, inflamasi. Pasien pediatrik: bunyi sengau (nasal flaring),

    mendengkur (grunting)1-5

    9. Tenggorokan: Bibir, gigi, gusi, lidah, pharing (lesi, eritema, eksudat, ukuran tonsil,kripta).1-5

    10.Leher: Gerakan (Range of Motion), nyeri tekan, tekanan vena jugularis, nodilimfatika, pemeriksaan thyroid, lokasi laring, bruit carotid, HJR. Catat tekanan vena

    jugulasi dalam centimeter diatas atau di bawah sudut sternum, misal 1 cm di atas

    sudut sternum dari pada tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis.1-5

    11.Thorax: Simetri gerakan respirasi, retraksi intercostal, palpasi nyeri tekan, fremitusdan pelebaran dinding dada, perkusi (mencakup pergerakan diafragma diantara

    pernapasan inspitasi tidal dan penuh, suara nafas, suara nafas tambahan (rale, ronki,

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    whezing, krepitasi). Jika indikasi: vokal fremitus, whispered pectoriloquy, egophony

    (ditemukan dengan konsolidasi).1-5

    12.Jantung: detak, inspeksi dan palpasi precordium pada titik dengan impulse maksimal,impulse apical dan thrill, auskultasi apex, LLSB dan pada kanan dan kiri SIC 2

    dengan diafragma dan apex dan LLSB dengan bell. Juga pada apex dengan bell pada

    pasien dengan posisi decubitis lateral kiri dan pada SIC ketiga dan keempat dengan

    diafragma pada posisi pasien duduk, disandarkan kedepan dan ekhalasi penuh.1-5

    13.Payudara: Inspeksi discharge pada putting,inversi, eksoriasi dan fissura dan skindimpling atau pendataran kontur, palpasi massa, nyeri tekan, ginekomastia pada laki-

    laki.1-5

    14.Abdomen: Bentuk (scaphoid, flat, distensi, obesitas), pemeriksaan skar, auskultasisuara usus dan bruit,perkusi timpani dan massa, ukuran hepar (dari garis

    midclavikular), nyeri tekan sudut costo vertebral, palpasi nyeri tekan (jika ada, check

    rebound tenderness), ascites, hepatomegali, splenomegal, guarding, adenopathy

    inguinal.1-5

    15.Genitalia pria: inspeksi lesi penis, pembengkakan scrotum, testis (ukuran, nyeri tekan,massa, varicocel) dan hernia, transluminasi massa testikular.1-5

    16.Rektum: Inspeksi dan palpasi hemoroid, fissura, skin tags, tonus sphinter, massa,terdapatnya feses atau tidak, pemeriksaan feses untuk perdarahan tersembunya. Pada

    pria ukuran prostat dari ukuran kecil (1+) dan sangat besar (4+), nodul, nyeri tekan.1-5

    17.Muskuloskeletal: Amputasi, deformitas, pembengkakan sendi dan range of motion,palpasi pembengkakan sendi, nyeri tekan dan kehangatan.

    18.Pembuluh darah vaskular: Pola rambut, perubahan warna pada kulit, varicositis,sianonis, clubbing, palpasi pada pulsasi pada radial, ulnar, brachial, femoral, poplitea,

    posterior tibia, dorsalis pedis, pulsasi simultan radial, calf tenderness, Homans sign,

    edema, auskultasi bruit femoral.1-5

    19.Neurologis: Terdapat 12 nervus kranial, fungsinya sebagai berikut:1 1 Olfactoriuspencium 2 OptikusVisus, medan penglihatan dan fundus, respon pupil afferen 3,4,6 Oculamotorius, trochlear, abducen respon pupil efferent, ptosis,

    pergerakan mata volitional, pergerakan mata pursuit.

    5 Trigeminal refleks kornea (afferent), sensasi facial, tes otot masseter dantemporalis dengan cara pasien menggigit.

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    7 Fasialis - menaikan alir, menutup mata, menunjukan gigi, senyum ataubersiul, refleks kornea (efferent)

    8 Akustikus - mendengar, diperiksa dengan cara detak jam, gosokan jari, tesWeber Rinne. Jika terdapat gangguan pendengaran tulis pada riwayat atau

    pada pemeriksaan.

    9, 10 glosopharingeal dan vagus refleks gag, berbicara. Palatum bergerakkeatas pada garis tengah.

    11 Accesorius spinal, mengangkat bahu, dorong kepala melawan tekanan. 12 Hypoglosus gerakan lidah. Tes kekuatannya dengan menekan lidah

    pasien dengan mukosa bucal pada tiap sisi saat anda menekankan jari pada

    pipi pasien. Observasi jika ada fasikulasi.20.Motorik: Periksa kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah, bagian proksimal dan

    distal (Derajat kekuatan: 5: gerakan aktif kuat dalam melawan tahanan yang kuat, 4,

    gerakan aktif dalam melawan tahanan, 3 gerakan aktif melawan gravitasi, 2 gerakan

    aktif tanpa melawan gravitasi, sedikit gerakan, 0 tidak ada gerakan sama sekali).1-5

    21.Cerebellum: Tes Romberg, tes tunjuk hidung.1-522.Sensorik: Nyeri (tajam) atau suhu ekstremitas atas dan bawah distal dan proksimal,

    getaran menggunakan garputala frekuensi 128 atah 256 Hz atau sensasi posisi pada

    ekstremitas atas dan bawah bagian distal dan streognosis atau graphesthesia.

    Identifikasi menggunakan dermatol dan diagram inervasi kutaneus.1-5

    23.Reflek: Brachioradialis dan biceps C5-6, triseps C7-8, abdominal (atas T8-10, bawahT10-12), quadricep (lutut) L3-5, ankle S1-2 (4+ hiperaktif dengan klonus, 3+ aktif

    dibanding yang umum, 2+ normal, 1+ terjadi penurunan atau kurang dari normal, 0

    tidak ada). Periksa juga refleks patologis seperti Babinsku, Hofman, snout dan yang

    lainnya. Pasien pediatrik: refleks moro, refleks menghisap.1-5

    Bentuk keluhan pasien merupakan hal penting dalam menetukan apakah sebuah

    pemeriksaan fisik lengkap diperlukan atau tidak. Keluhan dibagi mejadi tiga kategori yaitu

    tubuh, jiwa, dan interaksi sosial. Gejala fisik (contohnya sakit kepala dan palpitasi)

    membutuhkan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menentukan bagian mana, jika ada, dari

    proses somatic yang menyebabkan distress. Hal yang sama dapat dilakukan pada gejala

    mental seperti depresi, cemas, halusinasi, dan waham penyiksaan, dimana dapat menjadi

    ekspresi dari proses somatic. Jika masalah secara jelas dibatasi pada masalah sosial(contohnya kesulitan berinteraksi dengan guru, atasan, orang tua, atau pasangan hidup dalam

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    waktu yang lama), mungkin tidak terdapat indikasi khusus untuk pemeriksaan fisik.

    Bagaimanapun, perubahan kepribadian dapat menjadi hasil dari kelainan medis (contohnya

    penyakit Alzheimer) dan menyebabkan konflik interpersonal.1-5

    Bahkan pemeriksaan fisik yang rutin dikerjakan mungkin dapat menyebabkan reaksi

    berlawanan; instrument, prosedur, dan runagan pemeriksaan mungkin dapat menyeramkan.

    Sebuah penjelasan mudah akan apa yang akan dilakukan dapat mencegah kecemasan yang

    tidak perlu. Lagipula, jika pasien secara konsisten diperingatkan tentang apa yang akan

    dilakukan, ketakutan akan kejutan yang tiba-tiba dan menyakitkan akan berkurang. Perkataan

    seperti Tidak ada apa-apa dan Anda tidak perlu takut karena ini tidak akan menyakitkan

    membuat pasien curiga dan tidak yakin daripada perkataan tentang apa yang sebenarnya akan

    dilakukan nanti.1-5

    Meskipun pemeriksaan fisik terlihat menimbulkan atau menguatkan reaksi dari

    kecemasan, hal ini dapat juga membangkitkan perasaan seksual. Beberapa wanita dengan

    ketakutan atau fantasi yang merangsang dapat menyalahartikan sebuah gerakan biasa dalam

    pemeriksaan fisik sebagai pendekatan seksual. Sama seperti hal tadi, pria yang mempunyai

    waham dengan ketakutan homoseksual mungkin menganggap digital rectal examination

    sebagai pelecehan seksual. Pemeriksaan yang bertele-tele pada organ tertenu karena variasi

    normal yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu klinisi seperti mencari perhatian pada

    pasien. Reaksi-reaksi apapun mungkin dapat bermakna ada pasien cemas dan

    hipokondriasis.1-5

    Pemeriksaan fisik kadang-kadang dapat berfungsi sebagai terapi psikoterapeutik.

    Pasien cemas dapat menjadi lega karena, alih-alih gejala yang mengerikan, tidak ada bukti

    yang ditemukan yang menunjukkan penyakit yang mereka takutkan. Dewasa muda yang

    mengeluh sakit dada dan yakin bahwa sakit itu disebabkan oleh serangan jantung biasanya

    dapat diyakinkan oleh laporan penemuan normal setelah pemeriksaan fisik dan EKG.

    Keyakinan tersebut hanya melegakan kecemasan yang ditimbulkan oleh episode yang akut.

    Meskipun terapi psikiatri sukses dalam menangani determinan dari reaksi, episode rekuren

    dapat terjadi.1-5

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien tersebut sebaiknya

    menyingkirkan penyakit organic yang ada baru dapat masuk menuju diagnosis jiwa. Berikut

    pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:2-4

    a) CT-ScanAtrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada 10-15%

    pasien; atrofi vermis serebral dan turunnya radiodensitas parenkim otak. Mungkin ada

    korelasi antara CT scan abnormal dan adanya gejala negatif ( misal, afek datar,

    withdrawal sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi ), gangguan neuropsikiatrik,

    naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid

    lebih buruk.2-4

    b) Positron emision tomography ( PET )Pada sebagian, turunnya metabolisme lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior

    relatif tinggi, dan lateralitas abnormal.2-4

    c) Aliran darah serebral ( CBF = cerebral blood flow )Pada sebagian, kadar istirahat frontal turun, aliran darah parietal naik, dan alran darah

    otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-Scan,

    disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder

    terhadap patologi tempat lain di otak.2-4

    d) EEGUmumnya pasien skizofren memiliki EEG normal, tapi sebagian menunjukkan turunnya

    aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dann delta gangguan paroksismal dan naiknya

    kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.2-4

    Diagnosis

    Working Diagnosis

    Skizofrenia Paranoid

    Perjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi

    hendaya dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya

    fungsi intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat

    kronik. Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.4

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah:1

    Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth),urusan penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias,

    perubahan tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.

    Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.Gambaran penyertanya meliputi:1-4

    Kecemasan tak berfokus. Kemarahan. Suka bertengkar/berdebat. Melakukan kekerasan. Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya

    diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.

    Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan

    tipe lainnya, dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita

    skizofrenia tipe paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota

    keluarganya menderita skizofrenia tipe paranoid.2-4

    Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid

    a. Waham kejar.b. Waham besar.c. Waham cemburu.d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.

    Diagnosis skizofrenia paranoid diberikan kepada sejumlah besar pasien yang akhir-akhir ini dirawat di rumah sakit jiwa. Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham

    kejaran adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di

    mana mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan,

    atau identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang

    tidak herdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain yang disebutkan

    terdahulu, seperti merasa dikejar atau dimata-matai, juga dapat terlihat jelas.5

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat rnenyertai waham. Para pasien

    yang menderita skizofrenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka

    memasukkan berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan

    mengalihkan kepentingan pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan

    orang lain. Contohnya, mereka mengira bahwa potongan percakapan yang tidak sengaja

    mereka dengar adalah percakapan tentang diri mereka, bahwa sering munculnya orang yang

    sama di suatu jalan yang biasa mereka lalui berarti mereka sedang diawasi, dan bahwa apa

    yang mereka lihat di televisi atau baca di majalah dengan satu atau lain cara merujuk pada

    mereka. Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas.argumentatif,

    marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsive, meskipun mereka kaku,

    formal, dan intens kepada oranglain. Mereka juga lebih sadar dan verbal disbanding para

    pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan meskipun penuh rujukan pada

    delusi, tidak mengalamai disorganisasi. Bila ada pasien skizofrenia yang mengalami masalah

    hukum, biasanya mereka dari kelompok yang menderita subtipe paranoid.5

    Differential Diagnosis

    Gangguan Waham

    Waham adalah keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetapdipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal

    dari pemikiran orang tersebut yang sudah kehilangan kontrol.5

    Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:5

    1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya5. Kegagalan yang sering dialami6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan

    orang lain.

    Terdapat beberapa jenis waham antara lain:5

    1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinyaatau kekuasaan.

    3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserangpenyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.

    4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedangmengancam dirinya.

    5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atausudah meninggal dunia.

    6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yangdisisipkan/dimasukan kedalam pikirannya.

    7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahaldia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.

    8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dariluar.

    Gejala Klinis

    1. Kognitif Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata Individu sangat percaya pada keyakinannya Sulit berfikir realita Tidak mampu mengambil keputusan

    2. Afektif Situasi tidak sesuai dengan kenyataan Afek tumpul

    3. Prilaku dan Hubungan Sosial Hipersensitif Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal Depresif Ragu-ragu Mengancam secara verbal Aktifitas tidak tepat Streotif Impulsive

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Curiga4. Fisik

    Higiene kurang Muka pucat Sering menguap BB menurun Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

    Psikotik Akut

    Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu

    menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku

    kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan

    yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat

    kembali ke tingkat fungsional premorbid.6

    Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang

    meliputi:2

    Onsetnya akut (2 minggu dari keadaan premorbid yang normal) Sindrom polimorfik Ada stresor yang jelas Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif Tidak ada penyebab organik

    Beberapa pembagian dalam Gangguan Jiwa Gangguan Psikosis Akut dan Sementara:5

    1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia

    - Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yangjelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);

    - Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis danintensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ;

    - Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya- Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara

    cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau

    episode depresif.

    2. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia

    - Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut.

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    - Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia yangharus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis

    psikotik itu secara jelas.

    - Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosisharus diubah menjadi skizofrenia.

    3. Gangguan Psikotik LirSkizofrenia Akut

    Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan memenuhi kriteria

    skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya. Pedoman

    diagnosis pada gangguan psikotik lir ini adalah dengan onset psikotik yang akut yaitu

    kurang atau dua minggu, memenuhi criteria skizofrenia tetapi masih kurang dari 1

    bulan, dan tidak memenuhi criteria psikosis polimorfik akut.

    4. Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan WahamGambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup stabil, tetapi tidak

    memenuhi skizofrenia. Sering berupa waham kejar dan waham rujuk, dan halusinasi

    pendengaran.

    Etiologi

    Etiologi dari skizofrenia masih belum ditemukan. Ada beberapa hasil penelitian yang

    dilaporkan saat ini:5-7

    1. BiologiTidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan pada

    penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organik dapat

    terlihat (telah direplika dan dibandingkan) pada subpopulasi pasien. Gangguan

    yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil

    yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit, atrofi bilateral lobus

    temporalis medial dan lebih spesifik yaitu gyrus parahppocampalis, hippocampus

    dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramid hipokampus, dan penurunan

    volume korteks prefrontal dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa

    semua perubahan ini tampaknya statis dan telah dibawa sejak lahir (tidak ada

    gliosis), dan pada beberapa kasus perjalanannya progresif. Lokasinya

    menunjukkan gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia; misalnya,

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    gangguan hipokampus dikaitkan dengan gangguan memori dan atrofi lobus

    frontalis dihubungkan dengan gejala negatif skizofrenia. Penemuan lain yaitu

    adanya antibody cytomegalovirus dalam cairan serebrospinal, limfosit atipikal tipe

    P (terstimulasi), gangguan fungsi hemisfer kiri, gangguan transmisi dan

    pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis cerebri, penuluran aliran

    darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal, kelainan EEG, sulit memusatkan

    perhatian, dan perlambatan waktu reaksi, serta berkurangnya kemampuan

    menamakan benda.5-7

    Pada individu yang berkembang menjadi skizofrenia terdapat peningkatan

    insiden komplikasi persalinan, lebih besar kecenderungan lahir pada akhir musim

    dingin atau awal musim panas, dan terdapat gangguan neurologi minor.

    Kemaknaan penemuan-penemuan ini belum diketahui. Bagaimanapun, ini

    menunjukkan adanya dasar biologic dan heterogenitas skizofrenia.5-7

    2. BiokimiaEtiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu

    adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas

    dopamine sentral (hipotesis dopamine). Hipotesis ini dibuat berdasarkan tiga

    penemuan utama:5-7

    - Efektivitas obat-obat neuroleptic (misalnya fenotiazin) pada skizofrenia, iabekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2).5-7

    - Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi sukardibedakan, secara klinis, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut. Amfetamin

    melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga memperburuk

    skizofrenia.5-7

    - Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben,dan putamen pada skizofrenia.5-7

    Penelitian mengenai reseptor D1, D4, dan D5, saat ini, tidak banyak memberikan

    hasil. Teori lain yaitu peningkatan serotonin di susunan saraf pusat (terutama 5-

    HT2a) dan kelebihan NE di forebrain limbic (terjadi pada beberapa penderita

    skizofrenia). Setelah pemberian obat yang bersifat antagonis terhadap

    neurotransmitter tersebut terjadi perbaikan klinis skizofrenia.5-7

    3. GenetikaSkizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks

    dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas),

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    skizofrenia adalah gangguan yang bersifat familial. Semakin dekat hubungan

    kekerabatan semakin tinggi risiko. Pada penelitian anak kembar, kembar

    monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering menjadi sakit bila dibandingkan

    dengan kembar dizigot. Pada penelitian adopsi, anak yang mempunyai orang tua

    skizofrenia diadopsi, waktu lahir, oleh keluarga normal, peningkatan angka

    sakitnya sama dengan bila anak-anak tersebut diasuh sendiri oleh orang tuanya

    yang skizofrenia. Frekuensi kejadian gangguan non psikotik meningkat pada

    keluarga skziofrenia dan secara genetik dikaitkan dengan gangguan kepribadian

    ambang dan skizotipal (gangguan spektrum skizofrenia), gangguan obsesif

    kompulsif, dan kemungkinan dihubungkan dengan gangguan kepribadian

    paranoid dan antisosial.5-7

    4. Faktor keluargaKekacauan dan dinamika keluargga memegang peranan penting dalam

    menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke

    rumah sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang

    ditempatkan di panti penitipan. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal

    bersama keluarga yang hostil, memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat

    protektif terhadp pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik (disebut ekspresi

    emosi tinggi). Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan oleh keluarganya. 5-7

    Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara komunikasi yang patologis dan

    aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia. Komunkasi sering samar-samar atau

    tidak jelas dan sedikit tidak logis. Pada tahun 1956, Betson menggambarkan suatu

    karakteristik ikatan ganda yaitu pasien sering diminta oleh anggota keluarga

    untuk merespons pesan yang bentuknya kontradiktif sehingga membingungkan.

    Penelitian terbaru menyatakan bahwa pola komunikasi keluarga tersebut mungkin

    disebabkan oleh dampak memiliki anak skizofrenia.5-7

    Epidemiologi

    Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam

    hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua

    sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu

    sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta

    jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.1-3

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama besar dan kebanyakan terjadi pada

    usia antara 15-35 tahun dan sangat jarang pada usia kurang dari 10 tahun atau lebih dari 40

    tahun. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 10 sampai

    25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia

    25 hingga 35 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga

    sedarah.7

    Manifestasi Klinik

    Skizofrenia merupakan penyakit kronik dimana sebagian kecil dari kehidupan mereka

    berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun)

    dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama

    periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala

    penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.1-5

    Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak

    mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka

    samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai

    keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Misalnya, mereka meyakini bahwa mereka

    mempunyai suatu kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman mistik.

    1-5

    Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek

    mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan intelegensia yang

    mendekati normal, sebagian performa uji kognitifnya buruk.1-5

    Pasien dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang.

    Pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur.

    Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran

    eksentrik (fase prodromal).1-5

    Kepribadian prepsikotik; dapat ditemui pada beberapa pasien skizofrenia yang

    ditandai dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat pemalu, dan serung

    mengalami kesulitan di sekolah meskipun IQ-nya normal. Suatu pola yang sering ditemui

    yaitu keterlibatan dalam aktivitas anti-sosial ringan dalam satu atau dua tahun sebelum

    episode psikotik. Beberapa pasien, sebelum didiagnosis sebagai skizofrenia, mempunyai

    gangguan kepribadian skizoid, ambang, antisosial, atau skizotipal. Skizofrenia sering

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala, tetapi dapat dibagi menjadi dua kelompok,

    yaitu gejala primer dan sekunder.1-5

    Gejala-gejala primer skizofrenia terdiri dari gangguan proses pikiran, gangguan afek

    dan emosi, gangguan kemauan, dan gejala psikomotor. Penjelasan mengenai gejala-gejala

    primer dibahas di bawah ini:1-5

    1. Gangguan pikiranPada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu

    terutama adalah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah

    timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, sebagai contoh yang dimaksud

    tani tetapi dikatakan sawah. Selain itu, terdapat pula tanda-tanda gangguan proses

    piker pada skizofrenia, antara lain asosiasi longgar, pemasukan berlebihan,

    neologisme, terhambat, clang association, ekolalia, konkritisasi, dan alogia.1-5

    Tidak jarang pula digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila

    dimaksudkan berani. Clang association pada skizofrenia terjadi karena pikiran

    sering tidak mempunyai tujuan tertentu, sebagai contoh piring-miring. Semua ini

    menyebabkan bahwa jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan

    dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal

    ini menambah inkoherensinya.1-5

    Terkadang pikiran seorang skizofrenia terhambat (blocking), tidak timbul ide

    lagi. Biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai

    beberapa hari.1-5

    Beberapa penderita mengalami seperti ada sesuatu yang lain di dalam dirinya

    yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran (pressure of

    thoughts); pemasukan berlebihan. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan

    olehnya dinamakan preservasi atau stereotipi pikiran.1-5

    Dalam gangguan isi pikir, pasien skizofrenia mengalami penurunan derajat

    tilikan. Biasanya pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap

    pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

    1-5

    2. Gangguan afek dan emosiPasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari

    satu emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga afek dasar yang sering

    (tetapi tidak patognomonik):1-5

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Afek tumpul atau datar:Ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut seharusnya

    diekspresikan. Contohnya yaitu penderita menjadi acuh-tak-acuh terhadap hal-

    hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masadepannya. Pasien tidak menunjukkan kehangatan dan perasaan halus sudah

    hilang.1-5

    Afek tak serasi:Afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan pikiran

    dan pembicaraan pasien. Bentuknya berupa parathimi dan paramimi.

    Parathimi merupakan afek pada keadaan dimana seharusnya menimbulkan

    rasa senang dan gembira, pada penderita akan timbul rasa sedih atau marah;

    sedangakan paramimi merupakan sebaliknya.1-5

    Afek labil:Dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.1-5

    3. Gangguan kemauan1-5Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak

    dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindakdalam suatu keadaan. Mereka

    selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, sebagai contoh

    bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa terus tiduran saja,

    atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan. 1-5

    Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya, bahkan berbulan-bulan.

    Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.1-5

    Pasien juga dapat mengalami negativisme dan ambivalensi kemauan. Negativisme

    merupakan sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan terhadap suatu

    permintaan. Sedangkan ambivalensi kemuan adalah menghendaki dua hal yang

    berlawanan pada waktu yang sama.1-5

    4. Gangguan psikomotor dan perilakuTerdapat gejala-gejala katatonik pada pasien skizofrenia. Sebenarnya gejala katatonik

    sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan ringan maka dapat dilihat

    gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan

    stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung

    berhari-hari, berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia

    yang sudah menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    waham, ada sesuatu yang melarang ia berbicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya

    yang negativistic atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang

    sama sekali sehingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.1-5

    Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatoni menunjukkan hiperkinesa,

    ia terus bergerak saja dan sangat gelisah. Bila penderita terus menerus berbicara saja,

    maka keaddaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita mengalami

    neologisme dan stereotipi.1-5

    Selain gangguan psikomotor, terlihat pula gangguan perilaku yang secara

    nyata terlihat pada pasien skizofrenia. Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat

    terlihat sebagai gerakan tubuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual,

    sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku seksual yang tidak pantas. Kebanyakn

    pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk episode aktif, secara periodic, dalam

    kehidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Selama masa

    pengobatan, pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering dengan derajat

    keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun. Walaupun demikian, ada sebagian

    kecil pasien yang mengalami remisi.1-5

    Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat

    memperlihatkan tanda-tanda kekambuhan. Tanda-tanda awal tersebut meliputi

    peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan dan

    anhedonia, tidak bias tidur, dan konsentrasi terganggu.1-5

    Gejala sekunder dari skizofrenia terdiri dari waham, tilikan, ilusi dan halusinasi. Di

    bawah ini akan dijelaskan gejala-gejala sekunder dari skizofrenia.1-5

    1. Waham (delusi)Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan fakta

    dan kepercayaan tersebut mugnkin aneh (misalnya; mata saya adalah computer

    yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat tidak

    mungkin, misalnya; FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan meskipun telah

    diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui

    pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

    ditemukan pada pasien skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering

    ditemukan waham disorganisasi atau waham tidak sistematis:1-5

    - Waham kejar- Waham kebesaran

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    - Waham rujukan- Waham penyiaran pikiran- Waham penyisipan pikiran

    2. Tilikan (insight)Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak

    menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan

    yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.1-5

    3. Ilusi dan depersonalisasiPasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya

    misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan

    asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap

    lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.1-5

    4. HalusinasiHalusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bias juga

    berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Pada skizofrenia, halusinasi timbul

    tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak

    dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi

    pendengaran dalam bentuk suara manusia, bunyi barang atau siulan. Halusinasi

    pendengaran berupa suara manusia dapat berbentuk halusinasi komando, dimana

    pasien mendengar suara ancaman atau perintah-perintah yang ditujukan kepada

    pasien, dapat pula berupa komentar-komentar terhadap pasien atau lingkungannya.

    Biasanya suara diterima pasien dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien

    dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras.1-5

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan Biologik

    1. Terapi KejutPertemuan umum para pasien di rumah rumah sakii jiwa di awal abad ke-20,

    ditambah minimnya staf profesional, menciptakan sualu iklim yang memungkinkan, atau

    mungkin bahkan didorong secara halus, eksperimentasi berbagai intervensi biologis yang

    radikal. Di awal tahun 1930-an praktik menimbulkan koma dengan memberikan insulin

    dalam dosis tinggi diperkenalkan. oleh Sakel (1938), yang mengklaim bahwa 3/4 dari para

    pasien skizofrenia yang ditanganinya menunjukkan perbaikan signifikan. Berbagai temuan

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    terkemudian oleh para peneliti lain kurang mendukung hal itu, dan terapi koma-insulinyang

    berisiko serius terhadap kesehatan, termasuk koma yang tidak dapat disadarkan dan

    kematiansecara bertahap ditinggalkan.5,6

    2. Perawatan di rumah sakitPada umumnya pasien dengan gangguan delusional dapat diobati dengan rawat jalan,

    tetapi ada alasan tertentu dimana diperlukan perawatan di rumah sakit , yaitu :

    Pertama diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap menunjukkan

    kondisi medis nonpsikiatris yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua jika

    pasien tidak mampu mengendalikan impulsnya, sehingga dapat melakukan tindakan-

    tindakan kekerasan. Ketiga jika perilaku pasien tentang waham telah mempengaruhi

    fungsi kehidupannya, sehingga kemampuannya untuk dapat berfungsi dalam keluarga

    dan masyarakat berkurang. Dengan demikian memerlukan intervensi profesional

    untuk menstabilkan hubungan sosial atau pekerjaan.5

    Jika dokter yakin bahwa pasien akan baik jika diobati di rumah sakit, harus

    diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika

    hal tersebut gagal, komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter

    meyakinkan pasien bahwa perawatan di rumah sakit adalah diperlukan, pasien secara

    sukarela masuk ke rumah sakit untuk rnenghindari komitmen hukum.6

    3. PsikofarmakologiSkizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam dua kelompok,

    berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonist (DRA) atau

    antipiskotik generasi pertama (APG-I). Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional.

    1-5

    Sebaiknya skizofrenia diobati dengan SDA dengan kisaran dosis ekivalen

    klorpromazin 300-600 mg per hari atau kadang-kadang mungkin lebih. Pemeliharaan denga

    dosis rendah antipsikotik diperlukan, setelah kekambuhan pertama. Dosis pemeliharaan

    sebaiknya diteruskan untuk beberapa tahun.1-5

    Obat DRA berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk

    gejala negatif hampir tidak bermanfaat. Obat SDA bermanfaat baik untuk gejala positif

    ataupun negatif.1-5

    Standar emas baru adalah SDA. Meskipun harganya mahal tetapi bermanfaat sangat

    besar. Pilihlah SDA yang efektif dan efek samping yang lebih ringan dan dapat digunakan

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu.

    Gunakanlah SDA yang aman yang anda tidak harus memantaunya secara ketat.1-5

    Obat golongan APG-I disubklasifikasikan lagi sesuai dengan struktur kimia dan efek

    klinis. Cara lain untuk mengklasifikasikannya yaitu sesuai potensinya. Sesuai dengan

    potensinya, APG-I diklasifikasikan sebagai berpotensi rendah, sedang, dan tinggi. Pembagian

    ini berguna bagi klinisi karena ia dapat memberikan informasi tentang banyak obat yang

    dibutuhkan untuk mendapatkan efek klinik dan perkiraan efek samping yang akan terjadi.1-5

    Golongan obat APG-I yang akan dibahas adalah fenotiazin, tioxantin, butirofenon,

    dibenzoxazepine, dihidronidol, dan difenilbutil piperidin. Akan dibahas pula mekanisme

    kerja dan efek samping dari obat ini.1-5

    Semua fenotiazin mempunyai struktur yang sama yaitu tiga cincin. Perbedaannya

    terletak pada rantai samping atom nitrogen cincin tengah. Fenotiazin terdiri dari tiga jenis,

    berdasarkan substitusi pada posisi sepuluh. Substitusi ini memberikan pengaruh penting

    terhadap karakteristik farmakologi fenotiazin.1-5

    Substitusi pada rantai alifatik, seperti klorpromazin, menyebabkan turunnya potensi

    antipsikotik. Obat ini cenderung menyebabkan sedasi, hipotensi, dan efek antikolinergik,

    pada dosis terapeutiknya. Klorpromazin mempunyai atom klorin pada posisi dua. Apabila

    atom klorin dibuang, akan dihasilkan promazin yaitu suatu antipsikotik lemah. Mensubstitusi

    piperidin pada posisi sepuluh dapat menghasilkan kelompok antipsikotik seperti tioridazine.

    Obat ini mempunyai potensi dan profil efek samping yang sama dengan fenotiazin alifatik.

    Flufenazin dan trifluoperazin merupakan anti psikotik dengan kelompok piperazin yang

    disubstitusi pada posisi sepuluh.1-5

    Piperazin memiliki efek otonom dan antikolinergik lebih rendah tetapi memiliki

    afinitas yang tinggi terhadap D2 sehingga efek samping ekstrapiramidalnya tinggi. Beberapa

    fenotiazine piperazin diesterifikasi pada kelompok hidroksil bebas dengan etanoat dan asam

    dekanoat sehingga terbentuk antipsikotik depo APG-I jangka panjang.1-5

    Tioxantin mempun. Apabila atom klorin dibuang, akan dihasilkan promazin yaitu

    suatu antipsikotik lemah. Mensubstitusi piperidin pada posisi sepuluh dapat menghasilkan

    kelompok antipsikotik seperti tioridazine. Obat ini mempunyai potensi dan profil efek

    samping yang sama dengan fenotiazin alifatik. Flufenazin dan trifluoperazi merupakan anti

    psikotik dengan kelompok piperazin yang disubstitusi pada posisi sepuluh.1-5

    Piperazin memiliki efek otonom dan antikolinergik lebih rendah tetapi memiliki

    afinitas yang tinggi terhadap D2 sehingga efek samping ekstrapiramidalnya tinggi. Beberapa

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    fenotiazine piperazin diesterifikasi pada kelompok hidroksil bebas dengan etanoat dan asam

    dekanoat sehingga terbentuk antipsikotik depo APG-I jangka panjang.1-5

    Tioxantin mempunyai persamaan struktur cinicn tiga dengan fenotiazin tetapi

    nitrogen padda posisi sepuluh disubstitusi dengan atom karbon. Klorprotixine merupakan

    tioxantin alifatik potensi rendah dengan profil efek samping sama dengan klorpromazin.1-5

    Butirofenon mempunyai cincin piperidin yang melekat pada kelompok amino tertier.

    Haloperidol merupakan antipsikotik yang termasuk kelompok ini. Haloperidol dan

    butirofenon lain bersidat antagonis D2 yang sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan

    efek antikolinergiknya sangat minimal. Haloperidol merupakan piperidin yang paling sering

    digunakan.1-5

    Dibenzoxazepin mempunyai struktur cincin-3 dengan tujuh cincin pusat. Loxapine

    adalah satu-satunya obat dari kelompok ini yang tersedia saat ini di Amerika Serikat.

    Clozapine, dibenzodiazepine, berbeda dengan loxapine yaitu adanya nitrogen sebagai

    pengganti atom oksigen di cincin tengah dan juga berbeda dalam rantai samping.1-5

    Dihidronidol secara struktur dikaitkan dengan serotonin, melatonin, dan halusinogen

    indol seperti dimetiltriptamin. Molindone satu-satunya dihidronidol yang tersedia di Amerika

    serikat.1-5

    Difenilbutil piperidin sama strukturnya dengan butirofenon. Pimozide, satu-satunya

    difenilbutil piperidin yang tersedia.1-5

    Obat APG-I memberikan efek antipsikotik dengan jalan menurunkan aktivitas

    dopamine. Haloperidol dan klorpromazin dapat meningkatkan metabolisme dopamine pada

    daerah yang kaya dopamine. Hal ini menunjukkan bahwa kedua zat ini bekerja sebagai

    penghambat dopamine. Obat APG-I dapat menghambat aktivitas dopamine yang diinduksi

    oleh amfetamin. Perilaku stereotipi yang dimediasi oleh menggunaan dopamine dapat

    berkurang dengan pemberian APG-I.1-5

    Zat-zat seperti amfetamin, metifenidat, kokain, dapat meningkatkan aktivitas

    dopamine. Efek APG-I sebagai antipsikotik dikaitkan dengan kemampuannya menurunkan

    aktivitas dopamine. Obat APG-I dikaitkan dengan afinitasnya yang kuat terhadp D2. Ia

    bekerja efektif, bila 80% D2 di otak dapat dihambat. Bila hambatan terhadap reseptor D2

    lebih besar gejala ekstrapiramidal dapat terjadi tanpa adanya penambahan efektivitas APG-I

    sebagai antipsikotik.1-5

    Semua bentuk atau tipe skizofrenia dapat mengalami perbaikan dengan APG-I. tidak

    ada bukti bahwa subtype skizofrenia tertentu berespons lebih baik terhadap jenis antipsikotik

    tertentu. Obat APG-I yang berpotensi rendah lebih bersifat sedasi sehingga ia lebih efektif

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    untuk psaien yang agitatif. Sedangkan obat berpotensi tinggi, nonsedasi, lebih efektif untuk

    pasien yang menarik diri. Wanita lebih berespons dan membutuhkan dosis lebih rendah

    dibandingkan dengan pria.1-5

    Efek samping yang dapat dihasilkan dari obat APG-I biasanya dapat dilihat pada kerja

    motorik pasien. Dosis tinggi APG-I dapat menimbulkan sindrom imobilitas yaitu tonus otot

    meningkat dan postur abnormal disebut katalepsi. ZAt ini dapat menurunkan aktivitas

    motorik karena ia menginaktifkan neuron dopamine pada substansia nigra. Semua obat APG-

    I dapat menimbulkan efek samping gejala ekstrapiramidal. Efek samping ini dibagi menjadi

    efek akut yaitu efek yang terjadi pada hari-hari atau minggu-minggu pertama pemberian obat.

    nSedangkan efek kronik yaitu efek yang terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun

    menggunakan obat. Di bawah ini beberapa gejala ekstrapiramidal yang dapat dijumpai dalam

    pemakaian APG-I.1-5

    1. ParkinsonismeParkinsonisme dikaitkan dengan blockade dopamine di ganglia basalis. Pasien dapat

    mengalami semua gejala yang sama dengan penyakit Parkinson idiopatik seperti

    rigiditas, bradikinesia, tremor, muka topeng, berjalan dengan mneyeret kaki, lenggang

    lengan kurang atau seperti robot. Selain itu, reflex glabella positif dapat pula

    ditemukan. Gejala ini sering terjadi antara 5 sampai dengan 30 hari pertama

    pengobatan. Faktor risiko terjadinya parkinsonisme yaitu besarnya dosis, tuanya

    umur, riwayat parkinsonisme, dan kerusakan basal ganglia.1-5

    Parkinsonisme dalam bentuk ringan dapat terlihat seperti penurunan gerakan

    spontan, ekspresi wajah topeng, pembicaraan tak spontan, dan kesulitan dalam

    memulai aktivitas atau disebut juga akinesia. Keadaan ini sulit untuk dibedakan

    dengan gejala negatif skizofrenia. Pasien akinesia terlihat seperti depresi.

    Kecenderungan pasien dengan akinetis sulit untuk menyilangkan kaki mereka dapat

    membantu untuk menilai akinetis.1-5

    2. Distonia akutDistonia akut yaitu spasme otot yang menetap atau sementara. Otot-otot yang sering

    mengalami spasme yaitu otot badan, leher, dan kepala., serta menyebabkan gerakan

    involunter. Keadaan ini merupakan efek samping yang paling menakutkan.

    Awitannya biasanya tiba-tiba. Sekitar 10 % dystonia terjadi pada jam-jam pertama

    terapi obat dan 90% terjadi dalam 3 hari pertama pengguanaan obat. Gejala yang

    paling sering muncul yaitu opistotonus, rigiditas otot-otot belakang, retrocolis,

    tortikolis leher, krisis okulogirik, spasme pada sebelah atau kedua mata sehingga mata

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    mendelik ke atas, makroglosia, protrusi lidah sehingga dapat tercekik, dan dystonia

    laring. Distonia laring dan otot faring dapat menyebabkan kematian mendadak.1-5

    3. AkatisiaAkatisia merupakan gejala ekstrapiramidal akut yang paling membuat menderita.

    Sekitar 41% pasien yang diobati dengan APG-I mengalami akatisia ringan dan 21%

    mengalami akitisia sedang dan berat. Manifestasi klinis yang paling sering yaitu

    ketidakmampuan pasien untuk dudk diam, sering mengubah-ubah posis ketika sedang

    duduk, jalan di tempat, kaki tidak bias diam, dan pasien merasa gelisah secara

    subjektif. Pasien akatisia selalu ingin bergerak atau berjalan. Pada kasus yang ringan,

    pasien merasa gelisah tetapi tidak memperlihatkan peningkatan aktivitas motorik.1-5

    Akatisia dapat terlihat pada hari kedua atau ketiga penggunaan antipsikotik

    tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada hari kelima. Membedakan akatisia dengan

    kegelisahan yang dikaitkan dengan gejala psikotik sangat sulit. Kegelisahan pada

    psikotik biasanya disebabkan oleh iritabilitas dan ansietas. Pasien psikotik dengan

    akatisia kadang-kadang terlihat lebih hostil. Klinisi sering salah menilai keadaan ini

    yaitu psien dianggap gelisah akibat gejala psikotiknya tidak berespons pada

    antipsikotik sehingga dosis obat dinaikkan. Akibatnya gejala akatisia semakin

    memburuk.1-5

    Penatalaksanaan Psikologis

    1. PsikoterapiElemen terpenting dari suatu psikoterapi adalah menjalin hubungan yang baik antar

    pasien dengan ahli terapinya. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi

    kelompok. Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektif. Ahli

    terapi tidak boleh setuju atau menantang waham pasien, walaupun ahli terapi harus

    menanyakan waham untuk menegakkan diagnosis. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk

    mendapatkan bantuan dengan menekankan kemauannya untuk membantu pasien mengatasi

    kecemasan dan iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa waham yang diobati. Ahli terapi

    tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham adalah kenyataan.4,5

    Kejujuran ahli terapi sangat penting. Ahli terapi harus tepat waktu dan terjadwal,

    tujuannya adalah agar tercipta suatu hubungan yang kuat dengan pasien dan pasien dapat

    percaya sepenuhnya pada ahli terapinya. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat

    meningkatkan permusuhan dan kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    kebutuhan dapat dipenuhi. Ahli terapi dapat menghindari kepuasan yang berlebihan dengan

    tidak memperpanjang periode perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan

    perjanjian ekstra kecuali mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.5

    Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan waham atau gagasan

    pasien, tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan

    wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupannya yang

    konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan

    tes realitas dengan meminta pasien memperjelas masalah mereka.4

    2. Terapi keluargaJika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di

    dalam rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus

    berusaha mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai

    akibatnya, baik pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti bahwa konfidensialitas

    dokter-pasien akan dijaga oleh ahli terapi dan dengan demikian membantu pasien.5

    Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon

    terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan

    kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan

    penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham pasien.5

    3. Pelatihan Keterampilan SosialPelatihan keterampilan sosial dirancang untuk mengajari para penderita skizofrenia

    bagaimana dapat berhasil dalam berbagai situasi interpersonal yang sangat beragamantara

    lain membahas pengobatan mereka dengan psikiater, memesan makanan di restoran, mengisi

    formulir lamaran kerja dan belajar melakukan wawancara kerja (kadang disebut rehabilitasi

    pekerjaan), mengatakan tidak terhadap tawaran membeli obat di pinggir jalan, belajar tentang

    seks yang aman, membaca jadwal perjalanan bisberbagai perilaku yang bagi sebagian

    besar di antara kita dilakukan begitu saja dan hampir tidak pernah kita pikirkan dalam

    kehidupan sehari-hari. Bagi para penderita skizofrenia, keterampilan kehidupan tersebut

    bukan hal yang dapat dilakukan begitu saja; para individu semacam itu harus berusaha keras

    untuk menguasainya atau kembali menguasainya. Dengan melakukan hal-hal tersebut

    memungkinkan orang yang bersangkutan mengambil bagian lebih besar dalam hal-hal positif

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    yang terdapat di luar tembok-tembok institusi mental sehingga meningkatkan kualitas hidup

    mereka.6

    4. Terapi Kognitif-Behavioral.Kita beralih ke beberapa pendekatan kognitif-behavioral dalam penanganan

    skizofrenia. Sebelumnya diasumsikan bahwa tidak ada gunanya mencoba mengubah berbagai

    distorsi kognitif, termasuk delusi, pada para pasien skizofrenik. Meskipun demikian, suatu

    literatur klinis dan eksperimental yang sedang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa

    berbagai keyakinan maladaptif pada beberapa pasien kenyataannya dapat diubah dengan

    berbagai intervensi kognitif-behavioral.2

    5. Terapi personal (Personal Therapy).Terapi personal adalah suatu pendekatan kognitif behavioral berspektrum luas

    terhadap multiplisitas masalah yang dialami pada pasien skizofrenia yang telah keluar dari

    rumah sakit. Terapi individualistik ini dilakukan secara satu per satu maupun dalam

    kelompok kecil (lokakarya). Satu elemen utama dalam pendekatan ini, berdasarkan temuan

    dalam penelitian EE bahwa penurunan jumlah reaksi emosi para anggota keluarga

    menurunkan tingkat kekambuhan setelah keluar dari rumah adalah mengajari pasien

    bagaimana mengenali afek yang tidak sesuai. jika diabaikan, afek yang tidak sesuai dapat

    semakin berkembang dan menyebabkan berbagai distorsi kognitif dan perilaku social yang

    tidak sesuai.5,6

    Para pasien juga diajari untuk memerhatikan tanda-tanda kekambuhan meskipun

    kecil, seperti penarikan diri dari kehidupan sosial atau intimidasi yang tidak pantas kepada

    orang lain, dan mereka mempelajari berbagai keterampilan untuk mengurangi masalah-

    masalah tersebut. Perilaku semacam itu, jika tidak terdeteksi, sangat mungkin akan

    menghambat upaya pasien untuk hidup sesuai aturan sosial konvensional, termasuk bekerja

    dan membangun serta mempertahankan hubungan sosial. Terapi tersebut juga mencakup

    terapi perilaku rasional emotif untuk membantu pasien mencegah berbagai frustrasi dan

    tantangan yang tidak terhindarkan dalam kehidupan menjadi suatu bencana dan dengan

    demikian membantu mereka menurunkan kadar stres.4

    Selain itu, pasien juga sering diajari teknik-teknik relaksasi otot sebagai suatu alat

    bantu untuk belajar mendeteksi kecemasan atau kemarahan yang berkembang secara perlahan

    kemudian menerapkan keterampilan relaksasi untuk mengendalikan berbagai emosi tersebut

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    secara lebih baik. Asumsi yang berlaku adalah ketidakteraturan emosional merupakan bagian

    dari berbagai diathesis biologis dalam skizofrenia dan suatu faktor yang harus diterima dan

    dihadapi pasien dalam hidupnya dan bukan dihilangkan (atau disembuhkan) seluruhnya.

    Namun, juga terdapat fokus kuat untuk mengajarkan keterampilan sosial spesifik serta

    mendorong pasien untuk tetap meneruskan pengobatan mereka dalam roda pemeliharaan,

    yaitu, dengan dosis yang umumnya lebih rendah dari dosis yang diperlukan dalam fase

    penyakit yang akut dan paling parah.5

    Terapi individual Hogarty juga mencakup berbagai elemen non behavioral, terutama

    penerimaan yang hangat dan empatik atas gangguan emosional dan kognitif pasien bersama

    dengan ekspektasi yang realistik, namun optimistik bahwa hidup dapat menjadi lebih baik.

    Secara umum, para pasien diajari bahwa mereka memiliki kerentanan emosional terhadap

    stres, bahwa pikiran mereka tidak selalu sejernih yang seharusnya, bahwa mereka harus tetap

    meneruskan pengobatan, dan bahwa mereka dapat mempelajari berbagai macam

    keterampilan agar dapat menjalani hidup secara maksimal. Ini bukan penanganan jangka

    pendek; penanganan ini dapat berlangsung selama 3 tahun dengan sesi terapi setiap satu atau

    dua minggu sekali.6

    Perlu dicatat bahwa fokus terapi ini sebagian besar terletak pada pasien, tidak pada

    keluarga. Sementara itu, fokus dalam berbagai studi keluarga adalah mengurangi tingginya

    EE dalam keluarga pasienyang merupakan suatu perubahan lingkungan dari sudut pandang

    pasientujuan terapi pribadi adalah mengajarkan keterampilan coping internal kepada

    pasien, berbagai cara baru dalam berpikir tentang dan mengendalikan berbagai reaksi afektif

    terhadap tantangan apa pun yang terdapat di lingkungannya.6

    Terakhir, hal penting dalam terapi ini adalah apa yang disebut Hogarty dkk. sebagai

    "manajemen kritisisme dan penyelesaian konflik". Istilah tersebut merujuk pada cara

    menghadapi umpan balik negatif dan orang lain dan cara menyelesaikan berbagai konflik

    interpersonal yang merupakan bagian tak terhindarkan dalam berhubungan dengan orang

    lain. Mengajari pasien keterampilan penyelesaian masalah sosialcara mengatasi berbagai

    lantangan yang tidak terhindarkan yang dihadapi oleh setiap orang dalam berhubungan

    dengan orang lainmerupakan, bagian dari elemen terapi ini (D'Zurilla & Goldfried, 1971).

    Berbagai menunjukkan bahwa bentuk intervensi ini dapat membantu banyak pasien

    skizofrenik tetap hidup di luar rumah sakit dan berfungsi dengan lehih baik, dengan hasil

    yang paling positif dicapai oleh mereka yang dapat hidup bersama keluarga mereka sendiri.5,6

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    6. Terapi Reatribusi (Reatribution Therapy).Melalui diskusi kolaboratif (dan dalam konteks berbagai moda intervensi lain,

    termasuk pemberian obat-obatan antipsikotik), beberapa pasien dibantu untuk memberikan

    suatu makna nonpsikotik terhadap berbagai simtom paranoid sehingga mengurangi intensitas

    dan karakteristiknya yang berbahaya, sama dengan yang dilakukan dalam terapi kognitif

    Beck untuk depresi dan pendekatan Barlow terhadap gangguan panik. Dengan peringatan

    bahwa pendekatan yang cukup intelektual ini mungkin hanya tepat bagi minoritas pasien

    skizofrenia,-berikut ini adalah contoh awal pendekatan tersebut yang diambil dari salah satu

    kasus kami sendiri.4-6

    Namun, penting juga meminta si pasien mempertanyakan sistem delusionalnya.

    Maka, dalam sesi pertama terapis meminta pasien untuk mengulurkan tangan kanannya,

    mengepalkan lengan dengan kuat, dan melengkungkan pergelangan tangannya ke bawah

    sehingga kepalan tangannya menekuk ke arah dalam lengannya. Tujuannya adalah

    menimbulkan rasa legang di bagian depan lengannya; hal itulah yang terjadi, dan si pasien

    mengamati bahwa perasaan tersebut mirip dengan titik-titik tekanan yang dirasakannya.5

    Pelatihan relaksasi ekstensif membuat klien mulai dapat mengendalikan

    kecemasannya dalam berbagai situasi di rumah sakit dan pada saat yang sama mengurangiintensitas titik-titik tekanan. Seiring ia mampu mengendalikan perasaannya, secara bertahap

    ia mampu menganggap titik-tilik tekanan tersebut sebagai suatu "sensasi," dan secara umum

    pembicaraannya mulai terlepas dari nada paranoid yang terdahulu.5

    Pelatihan relaksasi tampaknya memungkinkan pasien menguji hipotesis non-paranoid

    tentang titiktitik tekanan yang dirasakannya dan menemukan kebenaran hipotesis tersebut

    sehingga menghapuskan keyakinan terhadap sensasi-sensasi tersebut yang telah berperan

    dalam paranoid yang dideritanya.5

    Prognosis

    Skizofrenia tidak fatal, kecuali jika bunuh diri. Kecenderungan umum ke arah

    disintegrasi personalitas, tetapi proses ini mungkin terhenti pada satu titik, meninggalkan

    suatu cacat personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata. Angka remisi

    tanpa pengobatan sekitar 20 %, tetapi dengan pengobatan, sekitar dua per tiga penderita dapat

    mengalami suatu penyembuhan sosial. Di masa lampau, dua pertiga pasien skizofrenia harus

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    menghabiskan waktunya di rumah sakit, saat ini hanya satu dari sepuluh bahkan lebih sedikit

    kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit permanen.7

    Faktor prognosis yang menguntungkan mencakup tidak adanya riwayat kelaurga bagi

    penyakit ini, personalitas normal serta latar belakang keluarga dan catatan pekerjaan stabil.

    Gamabran penyakit yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset akut, pencetusnya

    yang nyata, retensi respons emosi yang normal, adanya gejala katatoniak, retensi dorongan

    dan inisiatif. Terapi awal memberi hasil yang baik. 7

    Relaps sering timbul serelah adanya peningkatan peristiwa hidup dalam tiga

    minggu terakhir dan terjadi lebih sering bila pasien menjadi sasaran permusuhan dan konflik

    keluarga. Jika diberi obat pemeliharaan kemungkinan relaps berkurang tiga kali, tetapi

    walaupun diberi fenotiazin dosis pemeliharaan, angka relaps 50% dalam dua tahun.7

    Komplikasi dan Pencegahan

    Skizofrenia paranoid yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan

    komplikasi-komplikasi sebagai berikut yaitu seperti keinginan atau usaha bunuh diri, perilaku

    merusak diri sendiri, depresi, penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, maupun obat

    yang diresepkan, kemiskinan dan tuna wisma, pengurungan, misalnya oleh keluarga, konflik

    keluarga, tidak mampu bekerja atau bersekolah, masalah kesehatan akibat penggunaan obat

    antipsikosis, menjadi pelaku ataupun korban kejahatan, terkena penyakit jantung atau paru-

    paru. Dan sampai saat ini tidak ada pencegahan pasti yang dapat dilakukan sebagai prevensi

    terhadap terjadinya skizofrenia pada setiap orang.7

    Penutup

    Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan waham kebesaran

    dan halusinasi. Gangguan ini mempunyai dua gejala khas yaitu gejala positif dan gejala

    negatif. Gejala positif berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal sedangkan

    gejala negatif merupakan pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal. Dalam menangani

    pasien skizofrenia, dapat dilakukan dua pendekatan, yaitu secara biologis dan psikologis.

    Dalam proses penyembuhannya diperlukan keterlibatan semua pihak tidak hanya pihak

    dokter, perawat ataupun psikiater tapi dibutukan juga keterlibatan anggota keluarga, kerabat

    ataupun teman dekat pasien.

  • 5/25/2018 PBL Blok 22 Neuroscience and Behavioral Science II

    Daftar Pustaka

    1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2.Jakarta: EGC.2010.h.1-37.

    2. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.2003.h.407-13.

    3. Davidson, Gerald C. Psikologi abnormal. Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada. 2006.h.134-47.

    4. Silvia, HG. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. 138-1965. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:

    PT. Nuh Jaya, 2003; 44-143.

    6. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press;2003.

    7. Morgan M.M. Segi praktis psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara. 2003. 42-52