Upload
odilia-maria-cattleya
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
patof
Citation preview
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
1/6
2.6 Patofisiologi
Meningitis Bakterial1,2
Proses terjadinya meningitis bakterial melalui jalur hematogen mempunyai tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Bakteri melekat pada sel epitel mukosa nasofaring (kolonisasi)2. Bakteri menembus rintangan mukosa3. Bakteri memperbanyak diri dalam aliran darah (menghindar dari sel fagosit dan aktivitas
bakteriolitik) dan menimbulkan bakteriemia.
4. Bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal5. Bakteri memperbanyak diri dalam cairan serebrospinal6. Bakteri menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak.
Akhir akhir ini ditemukan konsep baru mengenai patofisiologi meningitis bakterial, yaitu suatu
proses yang kompleks, komponen komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan
menimbulkan respons peradangan pada selaput otak (meningen) serta menyebabkan perubahan
fisiologis dalam otak berupa peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan aliran darah otak,
yang dapat mengakibatkan tinbulnya gejala sisa. Proses ini dimulai setelah ada bakteriemia atau
embolus septik, yang diikuti dengan masuknya bakteri ke dalam susunan saraf pusat dengan
jalan menembus rintangan darah otak melalui tempat tempat yang lemah, yaitu di
mikrovaskular otak atau pleksus koroid yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
bakteri karena mengandung kadar glukosa yang tinggi. Segera setelah bakteri berada dalam
cairan serebrospinal, maka bakteri tersebut memperbanyak diri dengan mudah dan cepat oleh
karena kurangnya pertahanan humoral dan aktivitas fagositosis dalam cairan serebrospinal
melalui sistem ventrikel ke seluruh ruang subaraknoid.
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
2/6
Gambar 4. Patogenesis Meningitis Bakterial
Bakteri pada waktu berkembang biak atau pada waktu mati (lisis) akan melepaskan
dinding sel atau komponen komponen membran sel (endotoksin, teichoic acid) yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak serta menimbulkan peradangan di selaput otak
(meningen) melalui beberapa mekanisme seperti dalam skema tersebut di bawah, sehingga
timbul meningitis. Bakteri Gram negative pada waktu lisis akan melepaskan
lipopolisakarida/endotoksin, dan kuman Gram positif akan melepaskan teichoic acid (asam
teikoat).
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
3/6
Gambar 5. Patofisiologi Molekuler Meningitis Bakterial1
Produk produk aktif dari bakteri tersebut merangsang sel endotel dan makrofag di
susunan saraf pusat (sel astrosit dan microglia) memproduksi mediator inflamasi seperti
Interleukin 1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF). Mediator inflamasi berperan dalam
proses awal dari beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan tekanan intracranial, yang
selanjutnya mengakibatkan menurunnya aliran darah otak. Pada meningitis bacterial dapat juga
terjadi syndrome inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) diduga disebabkan oleh karena
proses peradangan akan meningkatkan pelepasan atau menyebabkan kebocoran vasopressin
endogen sistem supraoptikohipofise meskipun dalam keadaan hipoosmolar, dan SIADH ini
menyebabkan hipovolemia, oliguria dan peningkatan osmolaritas urine meskipun osmolaritas
serum menurun, sehingga timbul gejala-gejala water intoxicationyaitu mengantuk, iritabel dan
kejang.
Meningitis Tuberkulosis1
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
4/6
Meningitis tuberculosis pada umumnya sebagai penyebaran tuberculosis primer, dengan focus
infeksi di tempat lain. Biasanya fokud infeksi primer di paru, namun Blockloch menemukan
22,8% dengan focus infeksi primer di abdomen, 2,1% di kelenja limfe leher dan 1,2% tidak
ditemukan adanya fokus infeksi primer. Dari focus infeksi primer, basil masuk ke sirkulasi darah
melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat menimbulkan infeksi berat
berupa tuberculosis milier atau hanya menimbulkan beberapa focus metastase yang biasanya
tenang.
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich pada tahun 1951, yakni
bahwa terjadinya meningitis tuberculosis adalah mula-mula terbentuk tuberkel di otak, selaupt
otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer atau
selama perjalanan tuberculosis kronik (walaupun jarang). Kemudian timbul meningitis akibat
terlepasnya basil dan antigennya dari tuberkel yang pecah karena rangsangan mungkin berupa
trauma atau factor imunologis. Basil kemudia langsung masuk ke ruang subarachnoid atau
ventrikel. Hal ini mungkin terjadi segera setelah dibentuknya lesi atau setelah periode laten
beberapa bulan atau beberapa tahun. Bila hal ini terjadi pada pasien yang sudah tersensitisasi,
maka masuknya basil ke ruang subarachnoid menimbulkan reaksi peradangan yang
menyebabkan perubahan pada cairan cerebrospinal. Reaksi peradangan ini mula-mula timbul di
sekitar tuberkel yang pecah, tetapi kemudian tampak jelas di selaput otak pada dasar otak dan
ependim. Meningitis basalis yang terjadi akan menimbulkan komplikasi neurologis, berupaparalisis saraf kranialis, infark karena penyumbatan arteria dan vena, serta hidrosefalus karena
tersumbatnya aliran cairan cerebrospinal.. perlengketan yang sama dalam kanalis sentralis
medulla spinalis akan menyebabkanspinal blockdan paraplegia.
Meningitis Virus
Virus masuk tubuh manusia melalui beberapa jalan. Tempat permulaan masuknya virus dapat
melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh virus
tersebut akan menyebar keseluruh tubuh dengan beberapa cara:1
Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organtertentu.
Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar keorgan dan berkembang biak di organ-organ tersebut.
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
5/6
Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali masuk(permukaan selaput lender) kemudian menyebar ke organ lain.
Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender danmenyebar melalui system saraf.
Berikut contoh cara transmisi virus :12
Enterovirus : biasanya melalui rute oral-fekal, namun dapat juga melalui rute saluranrespirasi
Arbovirus : melalui artropoda menghisap darah, biasanya nyamuk Virus limfositik koriomeningitis melalui kontak dengan tikus dan sejenisnya ataupun
bahan eksresinya.
Patogen virus dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama: hematogen atau neural.
Hematogen merupakan jalur tersering dari patogen viral yang diketahui. Penetrasi neural
menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan biasanya terbatas pada virus Herpes (HSV-1,
HSV-2, dan varicella zoster virus [VZV] B virus), dan kemungkinan beberapa enterovirus.
Pertahanan tubuh mencegah inokulum virus dari penyebab infeksi yang signifikan secara
klinis. Hal ini termasuk respon imun sistemik dan lokal, barier mukosa dan kulit, dan blood-brain
barrier (BBB). Virus bereplikasi pada sistem organ awal ( seperti mukasa sistem respiratorius
atau gastrointestinal ) dan mencapai akses ke pembuluh darah. Viremia primer memperkenalkan
virus ke organ retikuloendotelial (hati, spleen dan kelenjar limfe / limfonodus) jika replikasinya
timbul disamping pertahanan imunologis, viremia sekunder dapat timbul, dimana dipikirkan
untuk bertanggung jawab dalam SSP . Replikasi viral cepat tampaknya memainkan peranan
dalam melawan pertahanan host.
Mekanisme sebenarnya dari penetrasi viral kedalam SSP tidak sepenuhnya dimengerti.
Virus dapat melewati BBB secara langsung pada level endotel kapiler atau melalui defek natural
(area post trauma dan tempat lainyang kurang BBB). Respon inflamasi terlihat dalam bentuk
pleositosis; leukosit polimorfonuklear (PMN) menyebabkan perbedaan jumlah sel pada 24-48
jam pertama, diikuti kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan limfosit. Limfosit CSS
telah dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel B juga merupakan pertahanan dalam
melawan beberapa virus.
5/27/2018 Patofisiologi Meningitis
6/6
Bukti menunjukkan bahwa beberapa virus dapat mencapai akses ke SSP dengan transport
retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai contoh, jalur ensefalitis HSV-1 adalah melalui akar
saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus dibawa oleh serat olfaktori ke basal frontal dan
lobus temporal anterior.
Meningitis Jamur
Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan sekitar. Pada saat dalam
tubuh host Cryptococcus membentuk kapsul polisakarida yang besar yang resisten terhadap
fagositosis. Produksi kapsul distimulasi oleh konsentrasi fisiologis karbondioksida dalam paru.
Keadaan ini meyebabkan jamur ini beradaptasi sangat baik dalam host mamalia. Reaksi
inflamasi ini menghasilkan reaksi kompleks primer paru kelenjar limfe (primary lung lymp node
complex) yang biasanya membatasi penyebaran organisme.
Kebanyakan infeksi paru ini tanpa gejala, tetapi secara klinis dapat terjadi seperti gejala
pneumonia pada infeksi pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya. Keadaan ini biasanya
membaik perlahan dalam beberapa minggu atau bulan dengan atau tanpa pengobatan. Pada
pasien lainnya dapat terbentuk lesi pulmonar fokal atau nodular. Cryptococcus dapat dorman
dalam paru atau limfenodus sampai pertahanan host melemah. Cryptococcus neofarmans dapat
menyebar dari paru dan limfenodus torakal ke aliran darah terutama pada host yang sistem
kekebalannya terganggu. Keadaan ini dapat terjadi selama infeksi primer atau selama masareaktivasi bertahun-tahun kemudian. Jika terjadi infeksi jauh, maka tempat yang paling sering
terkena adalah susunan saraf pusat. Keadaan dimana predileksi infeksi ini terutama pada ruang
subarakhnoid, belum dapat diterangkan.
Ada beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis infeksi Cryptococcus
neofarmans pada susunan saraf pusat. Jamur ini mempunyai beberapa fenotif karakteristik yang
diaktakan berhubungan dengan invasi pada susunan saraf pusat seperti, produksi phenoloxidase,
adanya kapsul polisakarida,dan kemampuan untuk berkembang dengan cepat pada suhu tubuh
host.Informasi terakhir mengatakan bahwa melanin bertindak sebagai antioksidan yang
melindungi organisme ini dari mekanisme pertahanan tubuh host. Faktor karakteristik lainnya
yaitu kemampuan kapsul untuk melindungi jamur dari pertahanan tubuh
terutama fagositosis dankemampuan jamur untuk hidup dan berkembang pada suhu tubuh
manusia.