35
1 TUGAS PAPER KELOMPOK- SEMINAR AKUNTANSI PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT AND STATEMENT OF FINANCIAL POSITION KELOMPOK 10 AGUSNI KURNIAWATI (0910532093) SENDRA DWI AGUSTINA (0910532052) ZORANISA DIYANA (0910532059)

Paper Sa Kelompok 10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper Sa Kelompok 10

1

TUGAS PAPER KELOMPOK-SEMINAR AKUNTANSI

PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT AND STATEMENT OF FINANCIAL POSITION

KELOMPOK 10AGUSNI KURNIAWATI (0910532093)SENDRA DWI AGUSTINA (0910532052)ZORANISA DIYANA (0910532059)

Page 2: Paper Sa Kelompok 10

DAFTAR ISI

Pendahuluan..........................................................................................................3

Laporan Keuangan Berbasis IFRS.....................................................................3

Konvergensi IFRS di Indonesia..........................................................................3

Latar Belakang Munculnya Pelaporan Keuangan Berdasarkan IFRS................4

Tujuan Pelaporan Keuangan...............................................................................4

Pembahasan...........................................................................................................6

A. Penyajian Laporan Keuangan.......................................................................61. Konsep....................................................................................................62. Tujuan.....................................................................................................63. Ruang Lingkup.......................................................................................74. Tujuan Laporan Keuangan.....................................................................75. Penyajian yang Wajar & Kepatuhan Terhadap IFRS.............................76. Komponen Laporan Keuangan...............................................................97. Contoh.....................................................................................................9

B. Laporan Posisi Keuangan.............................................................................12C. Perbandingan IFRS dengan PSAK...............................................................13

Penutup..................................................................................................................23

Kesimpulan.........................................................................................................23

2

Page 3: Paper Sa Kelompok 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. LAPORAN KEUANGAN BERBASIS IFRS

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar yang dibuat

oleh International Accounting Standards Boards (IASB) dengan tujuan memberikan

kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan

dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan

transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya (stakeholder). Saat ini banyak negara-negara di Eropa, Asia, Afrika,

Oseania dan Amerika yang menerapkan IFRS. International Organization of Securities

Commissions (IOSCO) sangat berkepentingan dengan IFRS karena dapat memperkuat

integritas pasar modal international dengan cara mempromosikan standar akuntansi

berkualitas tinggi, termasuk penerapan standar yang cermat dan hati-hati dan penegakan

hukum.

IFRS merupakan kelanjutan dari International Accounting Standards (IAS) yang

sudah ada sejak tahun 1973 dan digunakan secara luas oleh negara-negara di Eropa, Inggris

dan negara-negara persemakmuran Inggris. IAS disusun oleh International Accounting

Standards Committee (IASC). IASC bertahan sampai dengan 2001 dan perannya digantikan

IASB.

2. KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA

Internasional Financial Reporting Standard adalah adalah Standar, Interpretasi dan

Kerangka yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). Dengan

konvergensi IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan professional

judgment, senantiasa peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan peningkatan

integritas. IAI dalam program kerjanya telah menetapkan peta arah (roadmap) program

konvergensi IFRS terhadap PSAK yang dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama tahap adopsi

(2008 - 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang

diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku. Kedua tahap

persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang diperlukan. Ketiga yaitu tahap

implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh

IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

3

Page 4: Paper Sa Kelompok 10

3. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PELAPORAN KEUANGAN

BERDASARKAN IFRS

Informasi Keuangan yang disajikan sebelumnya sangat tidak konsisten, sehingga sulit

untuk memahami hubungan antara Laporan keuangan & Hasil Keuangan entitas

pelaporan,serta tidak didapatnya pencapaian komparatif antar laporan keuangan. Untuk lebih

jelasnya, secara umum akan digambarkan alas an perlunya Standar Akuntansi Internasional

atau Pelaporan Keuangan berdasarkan IFRS, yaitu :

a. Peningkatan daya banding laporan keuangandan memeberikan informasi yang

berkualitas di pasar modal internasional.

b. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan

dalam ketentuan pelaporan keuangan.

c. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya

untuk analisis keuangan bagi para analis.

d. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”.

4. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Seperti yang ditetapkan oleh Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan IASB , tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang

kinerja posisi keuangan,, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang berguna untuk

berbagai pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan dari proyek bersama IASB ini adalah untuk mengembangkan standar pedoman

penyajian laporan keuangan yang akan memberikan informasi kepada investor, kreditur dan

pengguna laporan keuangan lainnya dimana ini penting untuk menilai :

1. Posisi keuangan masa lalu dan saat ini

2. Bisnis, pendanaan dan aktivitas lainnya yang menyebabkan perubahan posisi

keuangan dan komponennya.

3. Jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan

. Berdasarkan prinsip IASB, kriteria penyajian informasi keuangan :

1. Mencerminkan gambaran laporan keuangan yang kohesif dari sebuah aktivitas entitas.

2. Aktifitas pendanaan entitas yang disajikan secara terpisah dari kegiatan bisnis lain dan

lebih lanjut atas pemilik aktivitas pendanaan lainnya .

4

Page 5: Paper Sa Kelompok 10

3. Disagregat informasi yang berguna untuk memprediksi arus kas masa depan entitas.

4. Memudahkan user dalam menilai likuiditas dan fleksibilitas keuangan entitas.

5. Memudahkan user dalam memahami dasar untuk mengukur aset dan liabilitas,

ketidakpastian pengukuran dan perbedaan antara akuntansi berbasis kas dn akrual.

5

Page 6: Paper Sa Kelompok 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

1. KONSEP

Laporan keuangan adalah fitur utama sarana pelaporan keuangan dimana suatu entitas

mengkomunikasikan informasi keuangan kepada orang-orang luar. Kerangka IASB

menggambarkan konsep-konsep dasar penyusunan laporan keuangan, sehingga dengan

mendefinisikan tujuan laporan keuangan; mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang

membuat informasi dalam laporan keuangan berguna; dan mendefinisikan elemen dasar dari

laporan keuangan dan konsep untuk pengakuan dan pengukuran mereka dalam laporan

keuangan.

Unsur-unsur laporan keuangan adalah klasifikasi luas dan kelompok yang

menyampaikan dampak keuangan substantif transaksi dan kegiatan perusahaan pelapor.

Untuk dimasukkan dalam laporan keuangan, suatu peristiwa atau transaksi harus memenuhi

definisi, pengakuan, dan pengukuran persyaratan, yang semuanya tercantum dalam

Kerangka.Cara entitas menyajikan informasi keuangan dalam laporan keuangan, misalnya :

aset, liabilitas, pendapatan , beban, dll harus dikelompokkan ke dalam kategori, subtotal dan

total yang tepat. Hasil revisi IAS 1 yang diterbitkan pada tahun 2007 mempengaruhi

penyajian perubahan ekuitas dan comprehensive income yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kegunaan laporan keuangan.

2. TUJUAN

dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose

financial statements) agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode

sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain.

Pernyataan ini mengatur:

Persyaratan-persyaratan bagi penyajan laporan keuangan bagi penyajian

laporan keuangan

Struktur laporan keuangan

Persyaratan minimum isi laporan keuangan

6

Page 7: Paper Sa Kelompok 10

3. RUANG LINGKUP

Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan penyusunan dan

penyajian laporan keuangan dan penyajian laporan keuangan bertujuan

umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan

keuangan entitas syariah.

4. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Tujuan laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuanggan menunjjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas

penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuanggan menyajikan

informasi :

aset;

liabilitas;

ekuitas;

pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik;dan

arus kas.

5. PENYAJIAN YANG WAJAR & KEPATUHAN TERHADAP IFRS

Penyajian yang wajar berarti representasi yang tepat dari efek transaksi, peristiwa dan

kondisi lainnya yang sesuai dengan kriteria definisi dan pengakuan aset, liabilitas,

pendapatan & beban seperti yang diatur di dalam framework.

a. GOING CONCERN ( KELANGSUNGAN USAHA)

Manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk terus

beroperasi di masa mendatang. Laporan keuangan harus terus dipersiapkan sebagai dasar

kelangsungan usaha kecuali perusahaan bermaksud untuk melikuidasi entitas atau,

menghentikan perdagangan atau tidak memiliki alternatif yang realistis untuk dilakukan.

7

Page 8: Paper Sa Kelompok 10

b. ACCRUAL BASIS OF ACCOUNTING

Laporan keuangan selain laporan arus kas harus disusun dengan menggunakan

basis akrual. Dasar akrual akuntansi mengakui elemen laporan keuangan ( aset, liabilitas,

pendapatan & beban) ketika elemen tersebut memenuhi unsur-unsur kriteria definisi &

pengakuan dalam framework. Sebagai akibatnya, transaksi diakui ketika mereka terjadi ( dan

bukan ketika kas dibayarkan).

c. MATERIALITAS & AGREGASI

Entitas harus menyajikan secara terpisah untuk masing-masing item yang sama

dan juga item material terpisah dari sifat & fungsi yang berbeda. Umumnya, item yang

disajikan di dalam laporan keuangan itu disebut material jika salah saji mempengaruhi

keputusan yang akan diambil oleh pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan

merupakan hasil dari pemrosesan, pengagregasian dan pengklasifikasian sejumlah besar

transaksi berdasarkan sifat dan bentuknya.

d. OFFSETTING

Aktiva dan kewajiban, atau pendapatan dan biaya, tidak boleh dikompensasikan

satu sama lain, kecuali diperlukan atau diizinkan oleh IFRS.

e. COMPARATIVE INFORMATION

Kecuali jika IFRS mengijinkan atau mensyaratkan lain, informasi komparatif

periode sebelumnya harus diungkapkan untuk semua jumlah yang disajikan dalam current

period laporan keuangan.

f. PENYAJIAN YANG KONSISTEN

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan laporan harus konsisten

dari satu periode ke depan.

IAS 1 mendefinisikan satu paket penyajian laporan keuangan yang terdiri dari:

1. Sebuah laporan posisi keuangan pada tanggal pelaporan (akhir periode pelaporan);

2. Sebuah pernyataan dari pendapatan komprehensif untuk periode;

3. Sebuah laporan perubahan ekuitas untuk periode pelaporan;

4. Sebuah laporan arus kas untuk periode pelaporan;

5. Catatan, terdiri dari ikhtisar kebijakan akuntansi dan penjelasan lainnya

informasi; dan

6. Sebuah laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif paling awal ketika

entitas pelaporan menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau

8

Page 9: Paper Sa Kelompok 10

membuat pernyataan kembali retrospektif item dalam laporan keuangan, atau jika

reklasifikasi item dalam laporan keuangan.

6. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN Laporan posisi keuangan (neraca pada akhir periode)

Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode

Laporan Perubahan ekuitas selama periode

Laporan Arus Kas selama periode

Catatan atas Laporan Keuangan berisi informasi ringkasan kebijakan akuntansi

penting dan informasi penjelasan lain

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika

entita menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi

pos-pos dalam laporan keuangannya.

7. CONTOH

Income statement

Statement of Financial Position

9

Page 10: Paper Sa Kelompok 10

Laporan Laba Rugi Komprehensif

10

Page 11: Paper Sa Kelompok 10

B. LAPORAN POSISI KEUANGAN

11

Page 12: Paper Sa Kelompok 10

Perubahan mendasar yang diusulkan dalam Discussion Paper berkaitan dengan

Laporan Posisi Keuangan adalah :

1. Disagregasi oleh aktivitas utama.

Perbedaan utama adalah bahwa individu item pada laporan posisi keuangan akan

dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama (operasi, investasi dan pembiayaan), dan bukan

oleh aset, kewajiban dan ekuitas, seperti sekarang ini.

2. Disagregasi ke subkategori jangka pendek dan jangka panjang.

Aktiva dan kewajiban harus diklasifikasikan dalam setiap kategori utama (operasi,

investasi, pembiayaan) sebagai jangka pendek atau jangka panjang, berdasarkan perbedaan

satu tahun lebih dari panjang siklus operasi entitas (kecuali saat presentasi aset dan kewajiban

dalam meningkatkan atau menurunkan urutan likuiditas akan memberikan lebih relevan

informasi).

3. Disagregasi dengan dasar pengukuran yang berbeda.

DP mengusulkan bahwa aset dan kewajiban yang dicatat berdasarkan basis yang

berbeda akan disajikan terpisah baris item pada laporan posisi keuangan

4. Total dan subtotal.

Entitas harus menyajikan jumlah aktiva dan total kewajiban,

serta aset jangka pendek total aset jangka panjang total kewajiban jangka pendek total dan

total kewajiban jangka panjang baik dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan

keuangan.

IAS 1 tidak menetapkan urutan atau format di mana item harus disajikan di laporan

posisi keuangan. Jadi, misalnya, dalam sebuah pernyataan yang diklasifikasikan standar

posisi keuangan, aset tidak lancar dapat disajikan sebelum atau setelah aktiva lancar, dan

dalam aktiva lancer, kas dapat disajikan sebagai item pertama atau baris terakhir. Namun,

standar menetapkan daftar berikut yaitu item minimum yang cukup berbeda dalam

sifat atau fungsi untuk membenarkan disajikan terpisah dalam laporan:

1. Aset dan peralatan

2. Investasi property

3. Aset tidak berwujud

4. Aset keuangan

5. Investasi dicatat dengan metode ekuitas

6. Biologi aset

7. Persediaan

8. Piutang usaha dan piutang lainnya

12

Page 13: Paper Sa Kelompok 10

9. Kas dan setara kas

10. Jumlah aktiva yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dihualdan aset termauk

dalam kelompok pembuangan diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai

dengan IFRS 5. Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang

dihentikan

11. Ketentuan

12. Kewajiban keuangan

13. Kewajiban pajak tangguhan dan aset pajak tangguhan, seperti yang didefenisikan

dalam IAS 12, pajak penghasilan

14. Kewajiban dan aset pajak kini, sebagaimana didefenisikan dalam IAS 12, pajak

penghasilan

15. Keajiban pajak tangguhan dan aktiva pajak tangguhan, seperti yang didefenisikan

dalam IAS 12

16. Keajiban dimasukkan dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai

dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5

17. Noncontrolling bunga, disajikan dalam ekuitas, dan

18. Modal ditempatkan dan cadangan disebabkan pemilik induk

C. PERBANDINGAN IFRS DENGAN PSAK

PSAK 1 (REVISI 2009)

Istilah dan Perubahan Istilah

Dalam PSAK 1 (Revisi 2009) terdapat beberapa istilah baru yang diungkap

dan terdapat juga beberapa istilah yang telah berubah jika dibandingkan dengan PSAK 1

tahun 1998. Istilah-istilah baru yang diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 2009), yang

sebelumnya tidak diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 1998), adalah:

1. catatan atas laporan keuangan

2. laba atau rugi

3. laporan keuangan bertujuan umum

4. material

5. pemilik

6. pendapatan komprehensif lain

7. penyesuaian reklasifikais

8. standar akuntansi keuangan

13

Page 14: Paper Sa Kelompok 10

9. tidak praktis

10. Total Laba rugi komprehansif

Beberapa perubahan istilah diantaranya adalah

1. Penggantian istilah “kewajiban” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “liabilitas” pada

PSAK 1 (Revisi 2009).

2. Penggantian istilah “aktiva” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “aset” pada PSAK 1

(Revisi 2009).

3. Penggantian istilah “neraca” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “laporan posisi

keuangan” pada PSAK 1 (Revisi 2009)

Satu hal penting dalam kaitannya dengan istilah, PSAK 1 (Revisi 2009) tidak lagi

memperkenankan penggunaan istilah “Pos Luar Biasa”, sedangkan PSAK 1 (1998) masih

memperkenankan penggunaan istilah tersebut.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap

Berdasar pada PSAK 1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan lengkap

mengalami perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang

mencakup enam item. Berdasar PSAK 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan

lengkap meliputi:

1        neraca,

2        laporan laba rugi,

3        laporan perubahan ekuitas,

4        laporan arus kas, dan

5        catatan atas laporan keuangan.

Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember

2009 dan mulai yang efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah

tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen

berikut ini :

1        laporan posisi keuangan pada akhir periode

2        laporan laba rugi komprehensif selama periode

3        laporan perubahan ekuitas selama periode

4        laporan arus kas selama periode

5        catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan

informasi penjelasan lain; dan

14

Page 15: Paper Sa Kelompok 10

6        laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian

kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam

laporan keuangannya.

Jika kita bandingkan antara PSAK 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), terkait

komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu:

1. perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan laporan

laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif

2. PSAK 1 (Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan pada awal

periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan

akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan

keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi dengan laporan laba rugi komprehensif

memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak

termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laporan laba rugi

komprehensif termasuk didalamnya laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif.

Pendapatan komprehensif mencakup (paragraf 7):

1. perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap dan

PSAK 19 (Revisi 2009): Aset Tidak Berwujud)

2. keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai

dengan PSAK 24: Imbalan Kerja

3.  keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas

asing (lihat PSAK 10 (Revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing)

4.  keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan

sebagai ‘tersedia untuk dijual’ (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan:

Pengakuan dan Pengukuran)

5. bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka

lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan :

Pengakuan dan Pengukuran)

Penyajian Laporan Keuangan

15

Page 16: Paper Sa Kelompok 10

Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1

merupakan adopsi dari IAS 1 Presentation of Financial Statements (2009).

Terdapat beberapa perbedaan berdasar PSAK 1 (Revisi 2009) dengan PSAK 1

(Revisi 1998). Beberapa perbedaan terkait penyajian laporan keuangan di

antaranya:

1. Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan beberapa

informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan

beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada

pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas sedangkan menurut PSAK

1 (1998), informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi: aset, kewajiban,

ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas.

2. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan laporan

keuangan, sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas sebaiknya

mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca.

3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos luar biasa”

dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian berikutnya).

4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos

penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan dengan

memilih salah satu format berikut:

Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau

Dalam bentuk dua laporan, yaitu:

i.      Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba

rugi terpisah), dan

ii.      Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan

komponen pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi

komprehensif)

Alasan Dihapuskannya Pos Luar Biasa

Tidak kita pungkiri bahwa sudah menjadi perdebatan sejak lama tentang apa

yang harus dimasukkan dalam net income, apakah hanya kegiatan yang berasal dari

aktivitas operasi ataukah juga memasukkan kegiatan yang berasal dari aktivitas tidak

biasa (irregular items). Isu ini sangat penting mengingat tidak sedikit jumlah

irregular item yang dilaporkan oleh entitas.[1] Berdasarkan pendekatan modified all

16

Page 17: Paper Sa Kelompok 10

inclusive concept, perusahaan dapat melaporkan irregular items sebagai bagian dari

net income-nya. Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary items)

Secara konsep, pos luar biasa merupakan transaksi dan kejadian yang tidak

berulang yang berbeda secara signifikan dari kegiatan normal perusahaan. Untuk

menentukan apakah suatu kejadian dikatakan luar biasa harus dikaitkan dengan

kegiatan normal perusahaan atau dikaitkan dengan karakteristik perusahaan. Sebagai

contoh, kerugian akibat terjadinya gempa bagi perusahaan yang terletak di negara

Jepang (sering dilanda gempa) akan menjadi kejadian yang biasa saja, tetapi kerugian

yang diderita oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang terjadi gempa) dapat

dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa. Ini mengandung makna kriteria “luar

biasa” akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya sehingga perlu

menetapkan suatu kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk dalam

“pos luar biasa”.

Suatu aktivitas dikategorikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi 2 persyaratan

berikut:

1. Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat

abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal

perusahaan.

2. Tidak sering terjadi; kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi

dalam kegiatan normal perusahaan.

Sebagai pertimbangan lain, untuk menentukan apakah peristiwa atau transaksi

dikatagorikan sebagai pos luar biasa maka entitas perlu mempertimbangkan

lingkungan tempat entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh Weyerhaeuser

Company (forest and lumber) memasukan pos luar biasa atas terjadinya aktivitas

volkanik pada gunung St. Helens sejumlah $36 juta. Erupsi volkanik ini

menghancurkan logistik, bangunan, equipment, sistem transportasi, dan kayu. Bagi

Weyerhaeuser Company kerugian yang ditimbukan oleh aktivitas volkanik tersebut

sangat jarang terjadi dan bersifat tidak normal sehingga dapat diklasifikasikan sebagai

extraordinary items, tetapi mungkin saja bagi perusahaan lain yang terletak didaerah

rawan terjadinya aktivitas volkanik, kerugian sebagai akibat adanya aktivitas volkanik

tidak dapat dikatagorikan sebagai extraordinary items.

Dalam kaitannya dengan pos luar biasa, Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009)

Tidak diperkenankan lagi penyajian pos-pos penghasilan dan beban sebagai “pos luar

biasa” dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika

17

Page 18: Paper Sa Kelompok 10

disajikan), atau catatan atas laporan keuangan. Aturan ini menunjukkan bahwa

memang standar kita sudah tidak lagi memperkenankan disajikannya pos luar biasa

dalam laporan keuangan. sebelumnya, penyajian pos luar biasa dalam laporan laba

rugi perusahaan diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai ‘Laba atau Rugi Bersih

untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi’,

paragraf 10 – 14.

Pertanyaan yang timbul adalah mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan

lagi disajikan dalam laporan keuangan? Jika melihat ke belakang ketika terjadi tragedi

serangan teroris di Amerika tanggal 11 september 2001 dan peristiwa terjadinya badai

Katrina tahun 2005, seluruh media di Amerika mengkatagorikan dua peristiwa

tersebut sebagai “extraordinary.” Namun FASB’s Emerging Issues Task Forces

(EITF) menyatakan bahwa melampirkan kerugian yang berasal dari kejadian tanggal

11 September akan menjadi tidak efektif dalam mengkomunikasikan akibat dari

adanya serangan tanggal 11 September sehingga hal ini bertentangan dengan tujuan

luas dari disediakannya laporan keuangan yaitu  mengkomunikasikan secara efektif

dan jelas (informasi laporan keuangan). Alasan lain yang dikemukakan oleh EITF

adalah sulitnya “menangkap” akibat-akibat finansial dari serangan teroris pada satu

item laporan keuangan. Sementara menurut IAS, dikeluarkannya extraordinary items

dari laporan keuangan karena terdapat kesulitan dalam memisahkan efek-efek

finansial dari satu kejadian dengan kejadian lain secara objektif.

Secara umum, alasan eliminasi extraordinary items dari laporan keuangan

dapat dirangkum sebagai berikut:

1)    Terdapat kesuliatan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat

dikatagorkan sebagai pos luar biasa. Hal ini disebabkan karena kriteria penentuan

pos luar biasa masih membutuhkan judgement.

2)   Terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial yang terjadi karena adanya

serangan teroris dengan efek finansial yang terjadi karena adanya kegiatan

ekonomi yang lemah sebelum terjadinya serangan teroris. Dengan kata lain,

terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial akibat adanya kejadian yang

diduga sebagai extraordinary dengan kejadian lain sebelum adanya

extraordinary.

3)   Memisahkan kos yang termasuk dalam extraordinary item dengan yang tidak

termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang tidak praktis,

tetapi juga merupakan hal yang tdak berguna bagi pengguna laporan keuangan

18

Page 19: Paper Sa Kelompok 10

yang berfokus pada informasi yang dapat membantu prediksi future earnings dan

akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian tersebut. Sehingga udaha untuk

memisahkan kos dalam ordinary atau extraordinary akan menghalangi (bukan

meningkatkan) komunikasi informasi keuangan

4)    Salah satu katagori extraordinary items adalah tidak sering terjadi (infrequently

in practice) sehingga karena tidak sering terjadi makan sebaiknya dieliminasi.

Secara umum penulis sependapat dengan Massoud et al. (2007)  bahwa

memang sudah saatnya extraordinary items dihilangkan karena telah cukup lama

manfaat dari disajikannya extraordinary item menjadi tidak jelas. Mengapa? Dengan

mengklasifikasikan suatu kejadian dalam extraordinary items tidak akan mengubah

efek bottom-line atas kejadian tersebut terhadap organisasi, karena extraordinary

items hanya sebagian kecil dari semua pos yang ada dalam laporan keuangan yang

bisa dijadikan pertimbangan organisasi.

Secara sistematis, perbedaan IFRS dengan PSAK disajikan pada tabel berikut:

Pendahuluan dan Kerangka DasarNo Perbedaan IFRS PSAK Efek Konvergensi1 Cakupan

PengaturanDesain IFRS diperuntukkanuntuk entitas yang bersifat profitorienteddan SME (SmallMedium Enterprise). IFRSbelum mengatur standarakuntansi untuk perusahaanberbasis syariah.

SAK diperuntukkan untukEntitas yang bersifat profitoriented,Nirlaba, UKM (Usahakecil menengah) yang disebutSAK-ENTAP, dan Perusahaanberbasis syariah.

Akan adapenerapanstandar yangbersifat setengahsetengahterhadapperusahaan yangberbasis syariah.

2 Kerangka Dasar Memungkinkan penilaian aktivatetap berwujud dan tidakberwujud menggunakan nilaiwajar. Laporan keuangan harusdisajikan dengan basis true andfair (IFRS Framework par 46)

Sama seperti IFRS, PSAKmemberikan alternatifpenggunaan nilai wajar untukmenilai kembali aktiva tetapberwujud dan tidak berwujud.Laporan keuangan disajikan

19

Page 20: Paper Sa Kelompok 10

dengan basis “fairly stated”(Kerangka dasar par 46)

3 Pernyataankepatuhanakan Standar

Entitas harus membuatpernyataan eksplisit tentangkepatuhan akan standar IFRS

Entitas tidak harus membuatpernyataan kepatuhan akanSAK

Harus dibuatpernyataaneksplisit akankepatuhan padaPSAK di CALK

4 PrinsipKetepatanWaktu(Timeliness)

Tidak diatur secara khususkapan entitas menyajikanlaporan keuangan

Dianjurkan agar entitasmenyajikan laporan keuanganpaling lama 4 bulan setelahtanggal neraca

Perlunyapenyesuaianaturan terkaitdengan kewajibanentitas untukmemenuhikewajibanperpajakan dalammenyampaikanSPT Tahunanpaling lambattanggal 31 Maretuntuk WP OrangPribadi dan 30April untuk WP

5 BasisStandar

Menganut standar akuntansiberbasis prinsip untukmeningkatkan transparansi,akuntabilitas, danketerbandingan laporankeuangan antar entitas secaraglobal.

Menganut standar akuntansiberbasis aturan.

6 PrinsipKonservatif

Tidak lagi mengakui prinsipkonservatif, namun digantidengan prinsip kehati-hatian(Prudence)

Masih mengakui prinsipkonservatif

Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan

20

Page 21: Paper Sa Kelompok 10

No Perbedaan IFRS PSAK Efek Konverge

nsi1 Komponen

Laporan Keuangan yang lengkap

Komponen laporan keuanganlengkap terdiri atas :- Laporan posisi keuangan(neraca)- Laporan laba rugikomprehensif- Laporan perubahan ekuitas- Laporan arus kas- Catatan atas laporankeuangan- Laporan posisi keuangankomparatif awal periode danpenyajian retrospektifterhadap penerapankebijakan akuntansi

Komponen laporan keuanganlengkap terdiri atas :- Neraca- Laporan laba rugi- Laporan perubahan ekuitas- Laporan arus kas- Catatan atas laporankeuangan

2 Pengungkapandalam Laporanposisikeuangan(neraca)

Berdasar ilustrasi IFRS : Berdasarkan PSAK

3 Istilah minorityInterest

Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.

Menggunakan istilah hakminoritas

21

Aset:Aset TidakLancar

Aset lancar

Ekuitas:Ekuitas yangdapatdiatribusikan kepemilikentitas induk

Hak nonpengendali

LaibilitasLaibilitasjangka panjang

Laibilitasjangka pendek

Aset:Aset TidakLancar

Aset lancar

LaibilitasLaibilitasjangka pendek

Laibilitasjangka panjang

EkuitasHak nonpengendali

Ekuitas yangdapatdiatribusikan kepemilik

entitas induk

Page 22: Paper Sa Kelompok 10

4 Pos luar biasa(extraordinaryitem)

Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)

Masih memakai istilah pos luar biasa (extraordinary item)

5 Penyajian liabilitasjangka panjangyang akan dibiayaikembali

Liabilitas jangka panjangdisajikan sebagai Liabilitas jangka pendek jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan

Tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang

BAB III

22

Page 23: Paper Sa Kelompok 10

PENUTUP

1. Kesimpulan

Indonesia yang tadinya lebih condong ke standar akuntansi keluaran FASB, sejak

tahun 1994 sudah mulai melakukan harmonisasi dan lebih mendekatkan diri ke IFRS. Dalam

konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara

pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau

lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi “kompetensi wajib-baru” bagi

akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik. 

Namun, sebenarnya penyajian laporan keuangan berdasarkan IFRS ini tidak terlepas dari

permasalahan, seperti :

1. masalah penerjemahan standar itu sendiri, IFRS yang diterbitkan dalam bahasa

Inggris perlu diterjemahkan, sedangkan penerjemahan itu sendiri akan

mengalami kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam

penggunaan kalimat bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk

menerangkan konsep yang berbeda, dan penggunaan istilah yang tidak

terdapat padanannya dalam penerjemahan

2. ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional, karena pada beberapa

negara standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum nasional,

sehingga standar akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi lain

IFRS

Dampak konvergensi IFRS di Indonesia

1.Perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based

2.IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan

IFRS lain

3.Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain.

4. Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS

5.Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih

mudah dikomunikasikan ke investor global

6. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar

7. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harg

fluktuatif.Penggunaan off balance sheet semakin terbatas

23

Page 24: Paper Sa Kelompok 10

Untuk masalah harmonisasi terhadap IFRS memang dalam perjalannya terjadi banyak

pro dan kontra. Akan tetapi disini kita harus memandang hal ini secara positif. Dimana tujuan

standarisasi global hanya untuk memberikan kemudahan dalam dunia usaha dalam

menjalankan bisnisnya. Dimana IFRS bertujuan untuk membuat kesamaan dalam prinsip

dasar, prosedur, kebijakan, pencatatan, serta penilaian terhadap akuntansi di dalam suatu

Negara khususnya dalam menyajikan laporan keuangan. Hal ini mengingat batas dan jarak

tidak lagi menjadi kendala dalam bisnis. Dengan adanya standarisasi maka kemudahan dalam

melakukan konsolidasi laporan keuangan dan proses investasi akan dapat teralisasi. Isu yang

berkembang tentang adanya konspirasi besar dibalik harmonisasi ini dapat dijadikan suatu

koreksi bahwa IFRS kelak dapat benar-benar mengakomodasi perkembangan iklim investasi

yang saling menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: Paper Sa Kelompok 10

Wiley, John & Sons Inc. Hobeken. IFRS 2010.New Jersey

http://fathir32.wordpress.com/2011/04/15/penerapan-ifrs/

http://daholi4tengku.files.wordpress.com/2011/07/perbandingan-antara-ifrs-dengan-psak-qv1.pdf

http://akuntanmuda.wordpress.com/2011/07/05/psak-no-1-revisi-2009-komponen-laporan-

keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-extraordinary-items/

http://xerova.wordpress.com/2012/03/15/kendala-adopsi-penuh-ifrs-di-indonesia/

25