99
OPTIMASI SIST PLTS DALAM M DAN MENUJU DE THE HYBRID OPTIMIZATION I AND DIRECTING AT BORM PROG PR U TESIS TIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIF ESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK B PROPINSI PAPUA D PLTMH AND PLTS PLANT SYSTE IN IMPROVING ELECTRIFICATION R G TO ENERGY SELF-SUFFICIENT V ME DISTRICT - PAPUA PROVINCE JAKOBUS KARIONGAN P2700214052 GRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR 2018 H DAN FIKASI BORME- EM RATIO VILAGE

OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN PLTS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2020. 12. 26. · 6. Bapak Yusri Syam Akil,ST,MT,Ph.D sebagai Dosen

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN

    PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI

    DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME

    THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM

    OPTIMIZATION IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO

    AND DIRECTING TO ENERGY SELF

    AT BORME DISTRICT

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    PROGRAM PASCA

    UNIVERSITAS HASANUDIN

    TESIS

    OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN

    PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI

    DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME

    PROPINSI PAPUA

    THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM

    IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO

    AND DIRECTING TO ENERGY SELF-SUFFICIENT VILAGE

    AT BORME DISTRICT - PAPUA PROVINCE

    JAKOBUS KARIONGAN

    P2700214052

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDIN

    MAKASSAR

    2018

    OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN

    PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI

    DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME-

    THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM

    IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO

    SUFFICIENT VILAGE

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Thesis : Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan

    PLTS Dalam Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di Distrik Borme,Propinsi Papua

    Nama : Jakobus Kariongan Nim : P2700214052 Program Studi : Teknik Elektro

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Akademik Pada Program Pasca

    Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar

    Menyetujui :

    Pembimbing I, Pembimbing II, Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun, M.Si Prof.Dr.Ir. Ansar Suyuti, MT

    Ketua Program Studi,

    Prof. Dr. Eng. Syafaruddin, ST. M.Eng. NIP 19740530 199903 1 003

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

    Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul

    “Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan PLTS Dalam

    Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di

    Distrik Borme - Propinsi Papua” ini dapat disusun dan diselesaikan

    sebagai salah satu prasyarat dalam menyelesaiakan studi di Program

    Magister Jurusan Teknik Elektro di Universitas Hasanuddin.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian

    tesis ini masih terdapat kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekurangan

    yang perlu di lengkapi. Karena itu, dengan kerendahan hati penulis

    mengharapkan masukan, koreksi dan saran untuk memperkuat

    kekurangan tersebut.

    Dalam penyusunan tesis ini, banyak kendala yang dihadapi oleh

    penulis, namun berkat bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai

    pihak sehingga Tesis ini dapat diselasaikan sebagaimana mestinya,

    walaupun dengan berbagai kekurangan yang ada. Oleh karena itu, penulis

    dengan penuh rasa hormat ingin menghaturkan terimakasih dan

    penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Prof.Dr.Eng.Syafaruddin,ST,M.Eng selaku Ketua Program Studi

    Program Magister Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro Universitas

    Hasanuddin.

  • iv

    2. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun,M.Si sebagai Dosen

    Pembimbing I

    3. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Ansar Suyuti,MT sebagai Dosen Pembimbing II.

    4. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Salama Manjang,MT sebagai Dosen Penguji

    5. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Muhammad Arif,Dip.Ing. sebagai Dosen Penguji

    6. Bapak Yusri Syam Akil,ST,MT,Ph.D sebagai Dosen Penguji

    7. Seluruh Dosen, Kepala dan Staf Laboratorium, kepala dan Staf

    Perpustakaan dan Staf Kantor Jurusan, yang tidak sempat kami sebut

    namanya.

    8. Kedua orang tua tercinta, istri dan anak-anakku tersayang.

    9. Sahabat dan teman-teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana

    elektro Angkatan 2014, yang senantiasa memberi perhatian dan

    semangat.

    Kami berharap agar tesis ini bisa bermanfaat kepada dunia

    pendidikan dan masyarakat. Kritik, saran, dan bimbingan senantiasa

    kami nantikan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan penyusunan

    tesis ini.

    Makassar, Oktober 2018

    Jakobus Kariongan Penyusun

  • v

    ABSTRAK

    Jakobus Kariongan, Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan PLTS Dalam Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di Distrik Borme,Propinsi Papua (dibimbing oleh Nadjamuddin Harun, Ansar Sayuti)

    Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu teknologi fotovoltaik (PV) dan teknologi fototermik (surya termal), system pemamfaatannya berupa sistem terpusat (centralized), sistem tersebar (stand alone) dan system hibrida (hybrid system). Pada penelitian ini yang berlokasi di distrik Borme propinsi Papua menggunakan sistem pembangkit hybrid PLTMH dan PLTS dalam meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) menuju desa mandiri energy (DME).

    Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah system melalui simulasi homer dalam menentukan kapasitas PV yang optimal untuk memenuhi kebutuhan beban, karena PLTMH dan PLTD sudah ada, serta kajian pengembangan kapasitas potensi PLTMH melalui Resibility studi. Konfigurasi sistem dimodelkan terdiri dari PLTMH, PLTD dan PLTS beserta penyimpanan energi (baterai). Model sistem ini terdiri atas 2 bus, yaitu Bus AC dan Bus DC. PLTMH dan PLTD terhubung pada Bus AC sedangkan PLTS dan baterai terhubung pada Bus DC. Hasil simulasi ini memberikan beberapa konfigurasi yang dapat menyuplai beban secara kontinyu dalam setahun. Konfigurasi sistem yang dihasilkan ini berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC.

    Hasil simulasi menempatkan sistem yang mempunyai NPC terkecil yang dianggap optimal untuk memenuhi kebutuhan beban. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan kapasitas PV yang optimal untuk beban adalah sebesar 58 kW, sehingga sistem baru yang optimal dapat dikembangkan adalah sistem dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW dan 1 x 10 kW, PLTS sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter sebesar 75 kW. Dan kontribusi dari hasil pengembangan kapasitas potensi PLTMH melalui resibility studi dalam mencapai rasio elektrifikasi dan desa mandiri energy sebesar 22.443 kw.

    Kata Kunci : Homer, PV, PLTMH, NPC, COE, Debit, Head, Kapasitas, Optimasi, Rasio Elektrifikasi

  • vi

    ABSTRACK

    JAKOBUS KARIONGAN.The Hybrid PLTMH And PLTS Plant System Optimization In Improving Electrification Ratio And Directing To Energy Self-Sufficient Vilage At Borme District - Papua Province ( Supervised by H.NadjamuddinHarun and AnsarSayuti )

    Solar energy is a renewable energy source that is utilized through two types of technology that is photovoltaic technology (PV) and photothermic technology, the utilization system in the form of a centralized system, stand alone systems and hybrid systems. In this study, located in the Borme district of Papua province, the PLTMH and PLTS hybrid plant systems were used to increase the electrification ratio (RE) to the energy independent village.

    The research aimed at designing a system through the homer simulation in determining the optimal PV capacity to fulfil the load need because PLTMH and PLTD already existed, and capacity development study of PLTMH potential through the sisibility study. The system configuration was modeled which consisted of PLTMH, PLTD and PLTS as well as energy strorage( battery ). The system model consisted of 2 buses, namely : AC bus and DC bus. PLTMH and PLTD were connected with AC bus, while PLTS and battery were connected with DC bus. The simulation result provides several congfigurations which can supply the continuouas load in a year. The system configurations produced is based on system economy namely NPC. The simulation result places the system having the smallest NPC which is optimally regarded to meet the load need. The simulation result indicates the optimal PV capacity for load of 58 kw, so that the optimal new system can be developed with the configuration PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW, and 1 x10 kW, PLTS of 58 kW, as many as 272 batteries and converter of 75 Kw. The contribution of the capacity development result of PLTMH potential through the risibility study in achieving the electrification ratio and energy self-sufficient village is 22,443 Kw. Key words : PLTS, PLTMH, NPC, COE, discharge, head, capacity, optimization, electrification ratio.

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

    KATA PENGANTAR………………………………………………... ........... iii

    ABSTRAK .............................................................................................. v

    ABSTRACK ........................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A..Latar Belakang .................................................................................. 1

    B..Rumusan Masalah ............................................................................ 4

    C.Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

    D..Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

    E..Batasan Masalah ............................................................................... 6

    F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

    A. Desa Mandiri Energi (DME) .............................................................. 9

    B. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ........................................ 9

    C. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) .......................... 21

    D. Perangkat Lunak Homer ................................................................ 36

    E. Rasio Elektrifikasi ( RE ) ................................................................. 41

  • viii

    F. Gambaran Umum Distrik Borme .................................................... 44

    G. Penelitian Terkait……………………………………………………….52

    H. Kerangka Pikir…………………………………………………………..55

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 56

    A.Tahapan Penelitian .......................................................................... 56

    B.Perancangan Penelitian ................................................................... 58

    C.Teknik Validasi ................................................................................. 60

    D.Teknik Analisis Validasi .................................................................... 60

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 61

    A. Hasil Simulas .................................................................................. 61

    B. Analisa Dan Pembahasan Hasil Simulasi Sistem Optimal ............. 63

    C. Analisa Pengembangan Potensi PLTMH Berdasarkan Reasibility

    Studi ............................................................................................... 72

    D. Analisa Kapasitas PLTS Dan Performance Dalam Mencapai Rasio

    Elektrifikasi ( RE ) .......................................................................... 75

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 80

    A. Kesimpulan .................................................................................... 80

    B. Saran ............................................................................................. 82

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 83

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar .............................................................................................. Hal.

    2.1 Pembangkit PLTS Terpusat .......................................................... 10

    2.2 Panel Surya .................................................................................. 11

    2.3 Efek sel surya mengubah energy foton arus ................................ 12

    2.4 Hub.sel surya, modul, dan aray .................................................... 12

    2.5 Kurva karakteristik I-V dan P-V sel surya dengan MPP ................ 14

    2.6 Solar Konterolel ............................................................................ 15

    2.7 Solar battrey ................................................................................. 15

    2.8 Inverter tipe SMA 120000TL ......................................................... 16

    2.9 Prinsip kerja PLTS ........................................................................ 19

    2.10 Gambaran Umum PLTMH .......................................................... 23

    2.11 Skema teknis PLTMH ................................................................. 29

    2.12 Bak penenang dan pipa pesat .................................................... 30

    2.13 Daerah operasi untuk pemilihn turbin ......................................... 34

    2.14 Hub. Konseptual,simulasi,optimasi, dan analisis sensitivitas

    Homer ....................................................................................... 38

  • x

    2.15 Skema pembangkit hybrid .......................................................... 40

    2.16 Arsitektur simulasi dan optimasi homer ...................................... 40

    2.17 Rasio elektrifikasi nasional tahun 2015...................................... 42

    2.18 Percepatan elektrifikasi di Papua (2016-2019) melalui program

    Indonesia terang ......................................................................... 44

    2.19 Sebaran rasio elektrifikasi di 13 desa / kampong ....................... 47

    2.20 Presentase jumlah KK RE dan Non RE ...................................... 48

    2.21 Pengukuran debit air di lokasi ..................................................... 50

    3.1 Alur diagram penelitian ................................................................. 58

    3.2 Alur simulasi homer ...................................................................... 59

    4.1 Model simulasi system HOMER ................................................... 61

    4.2 Cost summary system .................................................................. 63

    4.3 Cash flow system ......................................................................... 64

    4.4 Rata-rata energy yang dihasilkan seiap bulan .............................. 65

    4.5 Profil energy rata-rata bulanan PLTMH ........................................ 66

    4.6 Profil energy rata-rata bulanan PLTS ........................................... 67

    4.7 Histogram frekuensi SOC batrei ................................................... 68

  • xi

    4.8 Rata-rata SOC baterei setiap bulannya ........................................ 68

    4.9 Presentasi energy baterei dalam setahun .................................... 69

    4.10 Profil keluaran energy dari inverter ............................................. 70

    4.11 Profil keluaran energy dari rectifier ............................................. 70

    4.12 Profil energy yang dihasilkan oleh PLTD 30 KW ........................ 71

    4.13 Profil energy yang dihasilkan oleh PLTD 10 Kw ......................... 71

    4.14 Profil beban dan energy listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit

    .................................................................................................... 72

    4.15 Kontur sungai hasil pengukuran kecepatan rata-rata ................. 73

    4.16 Lay out pengukuran head ........................................................... 74

    4.17 Lay out system PLTS distrik Borme ............................................ 77

    4.18 Kontribusi PLTS dan PLTMH untuk Rasio Elektrifikasi ............... 78

    4.19 Indikator RE Berdasarkan Optimasi ........................................... 78

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel ................................................................................................ Hal.

    2.1 Koefisien kekasaran (n) material untuk pipa pesat ....................... 31

    2.2 Jenis-jenis turbin air menurut ketinggian jatuh air efektif .............. 32

    2.3 Daerah operasi turbin air .............................................................. 33

    2.4 Efisiensi Turbin Air ........................................................................ 34

    2.5 Kisaran kecepatan spesifik turbin air ............................................ 34

    2.6 Rumus-rumus kecepatan spesifik turbin air .................................. 35

    2.7 Data Jumlah Penduduk Distrik Borme Thn 2016 .......................... 46

    2.8 Radiasi Matahari distrik Borme .................................................... 49

    2.9 Hasil Pengukuran Potensi PLTMH ............................................... 51

    4.1 Hasil Simulasi Sistem Homer ....................................................... 62

    4.2 Potensi hidrolik PLTMH Borme ..................................................... 75

    4.3 Potensi daya riil PLTMH ............................................................... 75

    4.4 Spesifikasi Data Modul Surya SUPSMP 20011 ............................ 76

  • xiii

    PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Jakobus Kariongan

    Nomor Mahasiswa : P2700214052

    Program Studi : Teknik Elektro

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

    benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengembilalihan

    tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

    dibuktikan bahwa sebagaian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,

    saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Makassar, Oktober 2018

    Yang Menyatakan,

    Jakobus Kariongan

  • TESIS

    OPTIMASI SISTEM PEMBANGKIT ENERGI HYBRID PLTMH DAN PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAN MENUJU

    DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME PROPINSI PAPUA

    Disusun dan diajukan oleh

    JAKOBUS KARIONGAN

    Nomor Pokok P2700214052

    Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

    Pada tanggal 31 Oktober 2018

    Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Menyetujui

    Komisi Penasehat,

    Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun,M.Si

    Ketua

    Ketua Program Studi

    T TeknikElektro,

    Prof. Dr. Eng. Syafaruddin, ST, M. Eng

    Anggota

    Dekan Fakultas Teknik

    U Universitas Hasanuddin,

    Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT

    Prof.Dr.Ir.Ansar Suyuti, MT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sumber energi terbarukan memiliki potensi yang besar bila

    dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, yang dapat dipakai di

    daerah-daerah yang terisolir dengan menggunakan sistem pembangkit hybrid

    .Desa Mandiri Energi (DME) merupakan salah satu program untuk

    pemenuhan kebutuhan energinya sendiri. Program ini dicanangkan pertama

    kali oleh Presiden RI pada tahun 2007. Kriteria dari Desa Mandiri Energi

    adalah desa yang mampu memenuhi minimal 60% dari total kebutuhan

    energinya (listrik dan bahan bakar) dengan memberdayakan potensi sumber

    daya setempat serta tumbuhnya kegiatan produktif untuk meningkatkan

    perekonomian desa sebagai dampak dari ketersediaan energi lokal.

    Diharapkan dengan adanya Desa Mandiri Energi ini,ketergantungan

    masyarakat terhadap penggunaan sumber energi non renewable dan

    penggunaan energi subsidi dari pemerintah dapat diminimalkan.

    Rasio Elektrifikasi yang sangat rendah di Papua yaitu sebesar 45,93%

    dengan didominasi oleh pembangkit listrik berbahan bakar minyak/PLTD

    (96%) serta permintaan kebutuhan listrik yang semakin meningkat (f8%

    /tahun) merupakan permasalahan utama di Provinsi Papua (PLN dan BPS

    Provinsi Papua 2013). Diberlakukannya UndangUndang Otonomi Khusus

  • 2

    Tahun 2002 dan mulai digalakkannya pemanfaatan energi terbarukan di

    Papua (2007) oleh Pemerintah Daerah Provinsi merupakan salah satu segi

    dalam mendukung pemenuhan akan energi listrik berbasis potensi yang ada.

    Penetrasi penggunaan pembangkit non Bahan Bakar Minyak di Provinsi

    Papua didukung oleh kebijakan Pemerintah melalui Kementrian Sumber

    Daya Energi semakin meningkat dengan banyaknya pembangunan

    pembangkit energi terbarukan skala mini dan mikro terutama di daerah yang

    sulit terjangkau.

    Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua,

    merupakan distrik yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini (

    PNG ) yang baru 2 tahun lebih dapat menikmati fasilitas listrik Pembangkit

    Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik tenaga Surya

    Terpusat (PLTS Terpusat) dengan kapasitas 22 Kwp .Berdasarkan data

    radiasi sinar matahari, dan debit air sungai di Distrik Borme, model sistem

    pembangkit hybrid dirancang untuk mensimulasikan dan menentukan sistem

    yang paling optimal untuk menyediakan energi listrik untuk beban listrik pada

    pemukiman penduduk.

    Optimisasi sistem energi terbarukan yang dirancang, disimulasikan

    dalam rentang waktu satu tahun dengan data keluaran berupa daya yang

    dihasilkan oleh masing-masing komponen sistem dan besar beban listrik

    yang disuplai. Data yang dihasilkan adalah data perubahan daya yang

  • 3

    merupakan output dari sistem dan beban listrik setiap jamnya dalam rentang

    waktu satu bulan.

    HOMER (Hybrid Optimization Model for Electric Renewables), yang

    dapat mensimulasikan sistem operasi dari sebuah sistem berdasarkan

    perhitungan masing-masing energi untuk 8.760 jam dalam 1 tahun. HOMER

    membandingkan beban listrik dan thermal dalam satu jam untuk energi yang

    dapat disuplai oleh sistem pada waktu tersebut. Jika sistem memenuhi beban

    sepanjang tahun, HOMER memperkirakan biaya siklus hidup dari sistem,

    menghitung biaya modal, penggantian, operasi dan pemeliharaan, bahan

    bakar dan bunga. Aliran energi perjam dapat dilihat pada masing-masing

    komponen, serta biaya tahunan dan rangkuman kinerja.

    Setelah mensimulasikan semua kemungkinan konfigurasi sistem,

    HOMER menampilkan daftar kelayakan sistem, yang diurutkan berdasarkan

    lifecycle cost. Sistem dengan biaya terendah berada di bagian atas dari

    daftar sehingga dapat dengan mudah ditemukan dan juga daftar dari

    kelayakan sistem lainnya dapat dicari.

    Berdasarkan hal ini maka dianggap perlu dilakukan penelitian terkait

    “Sistem Optimasi berdasarkan beberapa formulasi yang paling optimum”

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas didapatkan permasalahan

    berikut:

    1. Bagaimana merancang Desa Mandiri Energi berbasis energi

    terbarukan di Distrik Borme, kab.Pegunungan Bintang-propinsi Papua

    2. Bagaimana menentukan konfigurasi sistem yang paling optimal, dilihat

    dari biaya investasi awal, produksi energi, dan ketersediaan sumber

    energi terbarukan.

    3. Bagaimana menganalisis karakteristik daya keluaran yang dihasilkan

    oleh model sistem yang optimal, berdasarkan hasil konfigurasi sistem

    yang optimal oleh HOMER

    4. Bagaimana menentukan kapasitas PV yang optimal dalam memenuhi

    kebutuhan beban serta memaksimalkan potensi radiasi sinar matahari

    untuk PLTS dan aliran sungai untuk PLTMH dalam mencapai Rasio

    Elektrifikasi (RE).

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :.

    1. Merancang Desa Mandiri Energi berbasis energi terbarukan di Distrik

    Borme, kab.Pegunungan Bintang-propinsi Papua

  • 5

    2. Menentukan konfigurasi sistem yang paling optimal, dilihat dari biaya

    investasi awal, produksi energi, dan ketersediaan sumber energi

    terbarukan.

    3. Menganalisis karakteristik daya keluaran yang dihasilkan oleh model

    sistem yang optimal, berdasarkan hasil konfigurasi sistem yang

    optimal oleh HOMER.

    4. Bagaimana menentukan kapasitas PV yang optimal dalam memenuhi

    kebutuhan beban serta memaksimalkan potensi radiasi sinar matahari

    untuk PLTS dan aliran sungai untuk PLTMH dalam mencapai Rasio

    Elektrifikasi (RE).

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan bermamfaat bagi :

    1. Kepada pemda kabupaten/propinsi setempat untuk lebih

    mengoptimalkan program diversifikasi energy di pembangkitan tenaga

    listrik ( supply side ) melalui pengembangan energy terbarukan.

    2. Sebagai masukan / informasi kepada pemda setempat akan hasil

    survey dan identifikasi potensi PLTMH untuk memungkinkan

    penambahan kapasitas sistim melalui Resibility studi pada

    daerah/lokasi di sekitarnya yang memiliki potensi.

  • 6

    3. Mahasiswa dan peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk

    memperdalam keilmuannya tentang optimasi sistim pembangkit

    energy terbarukan yang lebih focus pada solar sell dan PLTMH.

    E. Batasan Masalah

    Adapun batasan-batasan penelitian ini adalah :

    1. Kajian dan identifikasi potensi serta analisis teknik sistim pembangkit

    listrik tenaga mikro hidro ( PLTMH).

    2. Analisis teknis sistim Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS )

    Tepusat kapasitas 22 Kwp.

    3. Data keluaran berupa daya yang dihasilkan oleh masing-masing

    komponen sistem dan besar beban listrik yang disuplai untuk

    dipergukan sebagai input dalam analisis optimasi pembangkit yang

    dibantu dengan menggunakan perangkat lunak (software) Hybrid

    Optimization Model for Electrical Renewable (HOMER).

  • 7

    F. Sistimatika Penulisan

    Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu :

    BAB I Pendahuluan

    Bab I berisi penjelasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah penelitian serta

    sistematika penulisan.

    BAB II Tinjauan Pustaka

    Bab II berisi penjelasan tentang landasan teori yang digunakan dalam

    penelitian dan kerangka pemikiran. Diuraikan pula tentang tinjauan pustaka

    yang merupakan penjelasan tentang hasil-hasil penelitian lainnya yang

    berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun sumber acuan dari

    landasan teori adalah buku, artikel, jurnal,prosiding dan tulisan lainnya yang

    berhubungan dengan judul atau tema penelitian yang dilakukan dan juga

    sebagai arahan dalam memecahkan masalah yang diteliti. Dalam bab ini juga

    diuraikan tentang kerangka pemikiran yang merupakan penjelasan tentang

    kerangka berpikir untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti.

    BAB III Metodologi Penelitian

    Bab III menjelaskan tentang tahapan penelitian yang meliputi lokasi dan

    tempat penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, alat penelitian

  • 8

    yang digunakan, rancangan penelitian, metode analisis, teknik validasi dan

    jadwal rencana penelitian.

    BAB IV Hasil Dan Pembahasan

    BAB IV menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian optimasi dan

    kajian analisis dari sistim pembangkit energy terbarukan .

    BAB V Penutup

    BAB V berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian serta saran pada pemda

    setempat dan penelitian selanjutnya untuk pengembangan system berikutnya

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Desa Mandiri Energi ( DME )

    Desa Mandiri Energi (DME) merupakan salah satu program untuk

    pemenuhan kebutuhan energinya sendiri. Program ini dicanangkan

    pertama kali oleh Presiden RI pada tahun 2007. Kriteria dari Desa Mandiri

    Energi adalah desa yang mampu memenuhi minimal 60% dari total

    kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dengan memberdayakan

    potensi sumber daya setempat serta tumbuhnya kegiatan produktif untuk

    meningkatkan perekonomian desa sebagai dampak dari ketersediaan

    energi lokal. Diharapkan dengan adanya Desa Mandiri Energi ini

    ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan sumber energi non

    renewable dan penggunaan energi subsidi dari pemerintah dapat

    diminimalkan.

    B. Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS )

    PLTS adalah suatu pembangkit yang mengkonversikan

    energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi

    pada panel surya yang terdiri dari sel-sel surya. PLTS

  • memanfaatkan

    Curretnt (DC)

    Current (AC) a

    tergantung p

    sistem,dan kom

    baterai, sistem

    I. Komponen

    Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar

    dibawah ini.

    Gambar

    Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya

    terdiri dari komponen-

    n cahaya matahari untuk menghasilkan lis

    ), yang dapat diubah menjadi listrik

    apabila diperlukan. Komponen PLTS yang

    pada kebutuhan fungsional dan

    mponen utamanya seperti modul fotovolta

    m dan pengendali baterai (Santiari, 2011; Ya

    Komponen-Komponen PLTS

    Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar

    Gambar 2.1 Pembangkit PLTS Terpusat

    Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya

    -komponen sebagai berikut :

    10

    listrik Direct

    Alternating

    g diperlukan

    operasional

    aik, inverter,

    asin, 2008).

    Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar

    Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya

  • 11

    1) Modul Surya

    Panel surya merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah

    energi sinar matahari menjadi energi listrik. Panel ini tersusun dari beberapa

    sel surya yang dihubungkan secara seri maupun paralel. Sebuah panel surya

    umumnya terdiri dari 32-40 sel surya, tergantung ukuran panel. Gabungan

    dari panel-panel ini akan membentuk suatu “Array”.

    Gambar 2.2 Panel Surya

    Sel surya menggunakan semikonduktor yang memiliki empat elektron

    di kulit terluar yang disebut elektron valensi. Semikonduktor dasar adalah

    unsur kelompok IV dari tabel periodik unsur, misalnya Silikon (Si),

    Germanium (Ge) atau Timah (Sn). Silikon merupakan bahan yang paling

    umum digunakan dalam photovoltaik (Quaschning, 2006).

    Secara fisik sel surya sangat mirip dengan dioda p-n (Gambar

    2 . 3 ) Ketika cahaya mengenai permukaan sel surya, beberapa foton dari

    cahaya diserap oleh atom semikonduktor untuk membebaskan elektron

    dari ikatan atomnya sehingga menjadi elektron yang bergerak bebas.

  • 12

    Adanya perpindahan elektron-elektron inilah yang menyebabkan terjadinya

    arus listrik (Patel, 2005).

    Gambar 2.3. Efek sel surya mengubah energi foton arus (Patel, 2005).

    Sel surya dijelaskan di atas adalah blok dasar dari sistem sel sistem

    surya. Biasanya dalam ukuran inci persegi dan menghasilkan sekitar daya

    satu Watt. Untuk memperoleh daya tinggi, banyak sel-sel tersebut

    terhubung dalam rangkaian seri dan paralel pada panel seluas beberapa

    meter persegi (Gambar 2.4) (Patel, 2005). Panel ini tersusun dari

    beberapa sel surya yang dihubungkan secara seri maupun paralel.

    Sebuah panel surya umumnya terdiri dari 32-40 sel surya, tergantung

    ukuran panel. Gabungan dari panel-panel ini akan membentuk suatu

    “Array” (Quaschning, 2006).

    Gambar 2.4 Hubungan sel surya, modul dan array

  • 13

    Dua parameter yang paling penting banyak digunakan untuk

    menggambarkan kinerja sel surya yaitu Open-circuit Voltage (Voc) yang

    terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol, sehingga daya

    keluaran adalah nol dan Short-circuit Current (Isc) yang terjadi pada suatu

    titik dimana tegangannya adalah nol, sehingga daya keluaran adalah nol

    (Santiari, 2011).

    Tegangan serta arus keluaran yang dihasilkan ketika sel surya

    memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang disajikan dalam

    bentuk kurva I-V dan P-V dengan Maximum Power Point (MPP) pada

    Gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan bahwa pada saat arus dan

    tegangan berada pada titik MPP, maka akan menghasilkan daya keluaran

    maksimum (PMPP). Tegangan MPP (VMPP), lebih kecil dari Voc dan

    arus saat MPP (IMPP) adalah lebih rendah dari arus Isc (Quaschning,

    2006).Jenis panel surya yang tersedia di pasaran, antara lain adalah

    (Santiari, 2011) :

    1. Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon) ; merupakan

    panel yang paling efisien, yaitu mencapai angka sebesar 16-

    25%.

    2. Polikristal Silikon (Poly-crystalline Silicon) ; merupakan

    panel surya yang memiliki susunan kristal acak, efisiensinya

    sebesar 14-16%.

  • 14

    3. Amorphous Silicon ; tipe panel dengan harga yang paling

    murah akan tetapi efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-

    10,4%.

    Gambar 2.5. Kurva karakteristik I-V dan P-V sel surya Dengan MPP (Quaschning, 2006).

    2) Charge Controller

    Charge Controller adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk

    mengatur pengisian arus searah dari panel surya ke baterai dan mengatur

    penyaluran arus dari baterai ke peralatan listrik (beban). Charge controller

    mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai

    sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya

    berhenti.

  • 3) Baterai

    Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik

    yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk

    dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung.

    4) Inverter

    Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah

    arus listrik searah (direct current

    listrik bolak-balik (alternating current

    Gambar 2.6 Solar Controller

    Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik

    yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk

    dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung.

    Gambar 2.7 Solar Batrey

    Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah

    direct current) dari panel surya atau baterai menjadi arus

    alternating current) dengan frekuensi 50Hz/60Hz.

    15

    Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik

    yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk kemudian

    Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah

    ) dari panel surya atau baterai menjadi arus

    ) dengan frekuensi 50Hz/60Hz.

  • 16

    Gambar 2.8 Inverter Tipe SMA 12000TL

    II. Energi Keluaran Modul surya

    Energi keluaran harian modul surya (Wpv) dihitung berdasarkan acuan

    dari Reinders :

    (2.1)

    Dimana :

    G i,ref = radiasi matahari (W/m 2 )

    l = data yang digunakan (jam)

    m = jumlah data yang digunakan

    nSTC = efisiensi modul surya pada standar pengujian (%)

    AAc = luas permukaan modul surya (m 2 )

  • 17

    Effesiensi dari sel surya adalah perbandingan antara daya maksimum

    yang mampu di bangkitkan panel PV dengan perkalian antara nilai insolasi

    harian matahari dan luas penampang dari modul PV. Persamaan yang

    digunakan untuk menentukan effesiensi modul adalah sebagai berikut:

    (2.2)

    Dimana :

    VSTC = Efisinesi Modul Surya (%)

    Pm = Daya peak Panel surya

    Ac = Luas Panel

    E = radiasi harian matahari saat STC (1000 W/m 2 )\

    III. Teknologi Energi Surya

    Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang

    dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu teknologi fotovoltaik (PV)

    dan teknologi fototermik (surya termal).Teknologi PV mengkonversi langsung

    cahaya matahari menjadi listrik melalui perangkat semikonduktor yang

    disebut sel surya, sedangkan teknologi surya termal memanfaatkan panas

    dari radiasi matahari dengan menggunakan alat pengumpul panas atau yang

    biasa disebut kolektor surya. Teknologi PV dimanfaatkan untuk pembangkit

  • 18

    listrik tenaga surya (PLTS) berupa sistem terpusat (centralized), sistem

    tersebar (stand alone) dan system hibrida (hybrid system).Centralized PV

    sistem adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mensuplai listrik

    secara terpusat untuk berbagai lokasi/ beban yang bersifat on grid maupun

    off grid. Sistem stand alone hanya mensuplai listrik khusus untuk kebutuhan

    beban yang tersebar di masing-masing lokasi dan bersifat off grid. Pada

    sistem hybrid, PLTS digunakan bersama-sama dengan sistem pembangkit

    lainnya dalam mensuplai listrik.Komponen sistem umumnya terdiri dari

    rangkaian sel surya yang membentuk modul surya (PV Panel) dan beberapa

    komponen pendukung seperti baterai, inverter, sistem kontrol dan lain-lain

    yang disebut juga sebagai balance of system / BOS.

    Aplikasi teknologi PV antara lain:PLTS pedesaan / perkotaan (on grid /

    offgrid), Solar Home System (SHS), solarstreet lighting, solar pumping, BST

    solar,solar refrigerator.Pada sistem surya termal, kolektor surya menyerap

    radiasi matahari dan mengkonversinya menjadi energi panas yang digunakan

    untuk memanaskan medium fluida seperti air atau udara yang dapat

    digunakan secara langsung atau pun tidak langsung untuk berbagai aplikasi

    seperti ; pemanas air (waterheater), pengering hasil pertanian (solardryer),

    distilasi / desalinasi, memasak(solar cooker), pendingin surya (solar cooling),

    pembangkit listrik (solar thermalpower plant), etc. Selain itu teknologi surya

    termal juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber pemanas

  • 19

    tambahan untuk proses-proses produksi pada industri yang membutuhkan

    energi termal.

    Gambar 2.9. Prinsip kerja PLTS (Patricia H. J., 2012)

    Kendala yang dihadapi pada penerapan PLTS di Indonesia adalah

    tingginya biaya investasi, piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik masih

    diimpor dari negara lain dan efisiensi dari modul fotovoltaik hanya sebesar

    16% yang menyebabkan harga PLTS per kW masih tinggi.

    IV. Analisa Potensi Energi Surya

    Perencanaan potensi energi surya dihitung dengan menggunakan

    modul yang paling efisien, yaitu modul monokristal Silikon (16 – 25%), ini

    lebih tinggi dari Polikristal dengan efisiensi 14 – 16% dan Amorphous silicon

    dengan efisiensi paling rendah 9 – 10,4 % dan berharga paling murah.

    Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh panel surya berpengaruh

    terhadap daya keluaran panel, semakin rendah intensitasnya maka semakin

    rendah daya yang dihasilkan.

  • 20

    Orientasi panel surya sangat penting untuk mencapai energi

    maksimum.Untuk panel surya di lokasi belahan bumi utara katulistiwa maka

    panel diorientasikan ke selatan dan demikian juga sebaliknya.Sudut

    kemiringan panel akan menyebabkan daya maksimum jika sudut

    kemiringannya sama dengan lintang lokasinya. Dalam simulasi penelitian ini,

    diasumsikan daya maksimum diperoleh dengan memenuhi persyaratan di

    atas.

    Rumus perhitungan daya PLTS :

    1. Menghitung PV Area :

    (2.3)

    Dimana :

    EL adalah pemakaian energi (kWh/hari)

    Gav adalah insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari)

    ƞ pv adalah efisiensi panel surya

    TCF adalah temperatur correction factor

    ƞOut adalah efisiensi inverter

    2. Menghitung daya yang dibangkitkan PLTS (Watt peak)

    P Watt peak = Area array x PSI x ƞpv (2.4)

    Dimana :

    PSI adalah peak solar insolation = 1000 W/m2

  • 21

    Ƞ pv= efisiensi panel surya

    3. Menghitung jumlah panel PLTS (unit)

    P watt peak Jumlah Panel Surya = --------------- P MPP (2.5)

    Dimana :

    PMPP adalah daya maksimum keluaran (output) panel surya (W).

    C. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

    1. Gambaran Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air

    Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit

    yang dapat mengubah energi dari air yang bergerak dalam jumlah

    tertentu menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin air yang di

    hubungkan pada generator listrik. Umumnya PLTA merupakan pusat

    pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (energi

    gravitasi air) menjadi energi listrik. Dimana hal tersebut air memiliki

    tenaga potensial. Dalam proses aliran di dalam pipa pesat (penstock)

    energi potensial berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik, di

    dalam turbin energi kinetik air di ubah menjadi tenaga mekanis di mana

    air memutar roda turbin yang akan memutar generator untuk

    menghasilkan energi listrik. Apabila dilihat dari daya yang dimanfaatkan

    dari tenaga air, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • 22

    - PLTA (kapasitas besar) = lebih dari 100 MW

    - PLTA (kapasitas sedang) = 15 -100 MW

    - PLTA (kapasitas kecil) = 1 – 15 MW

    - PLTMH ( Mini Hidro) = 100 KW – 1 MW

    - PLTMH ( Mikro Hidro) = 1 KW - 100 KW

    - PLTPH (Piko Hidro) = kurang dari 1 KW

    Pusat listrik tenaga air ini dapat di bangun apabila tiga hal utama yang

    menjadi dasar yaitu:

    1. Curah hujan dan debit air.

    2. Daerah aliran sungai.

    3. Tinggi terjun air.

    2. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro ( PLTMH )

    Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro (PLTMH) juga merupakan

    pembangkit yang dapat mengubah energi air yang bergerak dalam

    jumlah tertentu berskala kecil menjadi energi listrik yang berskala kecil

    pula dengan menggunakan turbin air yang di hubungkan pada generator

    listrik. Pusat listrik tenaga air mikro ini juga dapat di bangun apabila tiga

    hal utama seperti pada PLTA secara umum.

  • Gambar

    3. Prinsip Kerja PLTMH.

    Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,

    saluran-saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.

    Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai

    yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengka

    dengan intake gate

    dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat

    (Penstock) yang setelah melalui katup pintu masuk (

    Gambar 2.10 Gambaran Umum PLTMH

    Prinsip Kerja PLTMH.

    Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,

    saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.

    Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai

    yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengka

    intake gate (Pintu Pengambilan Air) yang selanjutnya masuk ke

    dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat

    (Penstock) yang setelah melalui katup pintu masuk (Inlet Valve

    23

    Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,

    saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.

    Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai

    yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengkapi

    (Pintu Pengambilan Air) yang selanjutnya masuk ke

    dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat

    Inlet Valve) air akan

  • 24

    terus mengalir menuju roda turbin (Runner), runner akan akan memutar

    poros turbin air, yang pada gilirannya akan menggerakan sebuah

    generator listrik.

    4. Proses Perubahan Energi Pada PLTAM

    Energi tidak dapat di ciptakan dan tidak dapat di hilangkan

    tetapi energi dapat di ubah dari bentuk satu ke bentuk energi yang lain

    (Hukum Thermo-dinamika) Hukum thermo-dinamika inilah yang

    mendasari prinsip kerja dari sebuah PLTAM. PLTAM merupakan pusat

    pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (Energi

    Gravitasi Air) menjadi energi listrik. Dimana hal tersebut air memiliki

    tenaga potensial yang memanfaatkan ketinggian tertentu terhadap

    bidang sehingga timbul gaya gravitasi karena adanya gaya tarik bumi.

    Dalam proses aliran di dalam pipa pesat energi potensial

    berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik. Tekanan suhu ialah

    konstant dan sama dengan tekanan atmosfir, sehingga pemindahan

    energi semata-mata terjadi karena perubahan energi kinetik tanpa

    perubahan ke bentuk lain.

    Didalam turbin energi kinetik air di ubah menjadi energi mekanik

    dimana air memutar roda turbin yang akan memutar generator untuk

    menghasilkan energi listrik. Dimana proses perubahan energi listrik ini

  • 25

    terjadi dalam medium medan magnet dan bagian generator yang

    membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) adalah stator karena

    kumparan jangkar ada pada bagian tersebut, sedangkan medan

    magnet timbul akibat adanya arus penguatan pada kumparan medan

    rotor.

    5. Pemilihan Lokasi PLTAM.

    Untuk membangun sebuah Pusat Lstrik Tenaga Air Mikro

    (PLTAM) di perlukan suatu aliran air atau sungai. Jika sepanjang tahun

    ternyata sungai tidak pernah kering dan debit minimum masih cukup

    besar. Aliran air yang deras menandakan cukupnya kemiringan pada

    sungai tersebut, berarti adanya perbedaan tinggi muka air antara dua

    tempat tertentu di bagian hulu da hilir sungai.

    Tersedianya debit dan tinggi terjun yang mencukupi, berarti di

    tempat tersebut sungai mempunyai cukup daya guna membangkitkan

    tenaga listrik. Kendati demikian yang paling perlu di perhatikan dalam

    menentukan pilihan pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:

    1. Besarnya kapasitas tiap PLTMH harus di tentukan sedemikian

    rupa sehingga tenaga airnya dapat di manfaatkan secara efektif.

    2. Penentuan item pembangunan mana yang akan di dahulukan

    pelaksanaannya harus di lakukan sesudah di adakan

  • 26

    pertimbangan terhadap kebutuhan secara menyeluruh dan

    setempat serta lokasi yang ekonomis, disesuaikan dengan lokasi

    kebutuhan.

    6. Kapasitas Pembangkit

    Untuk ini di tentukan aliran air dan debit di tempat itu serta tinggi

    jatuh (head) dan besarnya waduk yang dapat di bangun sesuai dengan

    keadaan geografisnya. Dari data ini kemudian di tentukan jumlah dan

    jenis turbin air serta unit dari generator dan tenaga yang di hasilkan tiap

    tahun.

    Lebih lanjut sangat penting di perhatikan penentuan besarnya

    kapasitas pembangkit tenaga, hal ini tergantung pada kecenderungan

    kebutuhan tenaga dalam masa yang akan datang. Pembangkit-

    pembangkit tenaga dengan kapasitas yang sama mungkin berbeda

    biaya konstruksinya, tergantung dari beberapa keadaan misalnya letak

    geografis, keadaan geologis dan lain-lain.

    Dengan pertimbangan tersebut di atas, hal-hal berikut yang

    sebaiknya sejauh mungkin di penuhi guna memperoleh biaya

    pembangunan serendah mungkin:

    1. Tinggi terjun air (head) yang mudah di peroleh, jumlah air yang

    berlimpah-limpah dan daerah aliran sungai yang bagus.

  • 27

    2. Letak geografis dan geologis yang baik untuk bendungan dan gardu

    sentral (Power House).

    3. Letaknya bagus untuk pengangkutan bahan dan peralatan.

    4. Biaya distribusi yang rendah.

    Pada pengukuran debit ini tidak di ukur secara langsung dengan

    suatu alat ukur atau metode tertentu, tetapi yang diukur langsung

    adalah parameter-parameter sebagai berikut (metode cross section):

    1. Kecepatan aliran sungai atau saluran.

    2. Kedalaman sungai.

    3. Luas penampang aliran.

    4. Kondisi dasar sungai.

    7. Prinsip Pembangkitan Energi Listrik dengan Pembangkitan Listrik

    Tenaga Mikrohidro

    Pembangkitan energi listrik dengan PLTMH merupakan proses

    konversi energi mekanik yang dihasilkan oleh tenaga air menjadi energi

    listrik. Ketinggian jatuh air efektif (Hnet) dari tingkat yang paling tinggi ke

    tempat yang paling rendah dimanfaatkan untuk memutar turbin yang

    selanjutnya akan memutar generator. Ketinggian jatuh air efektif dapat

    dihitung dengan persamaan di bawah ini :

    Hnet = Hgross – (hf sb + hf forebay) (2.6)

    dimana : Hnet = Ketinggian jatuh air efektif (m)

  • 28

    Hgross = Ketinggian jatuh air maksimum terukur (m)

    hf sb = Head fraction terhitung di bak pengendap (m)

    hf forebay = Head fraction terhitung di bak penenang (m)

    Persamaan umum untuk debit air adalah sebagai berikut :

    Q = A . v (2.7)

    dengan : Q = Debit air (m3/detik)

    A = Luas penampang melintang saluran (m2)

    v = Kecepatan rata-rata aliran air (m/detik)

    Persamaan umum dari daya yang dihasilkan dalam semua

    pembangkit tenaga air adalah sebagai berikut :

    P = g H Q ηt ηg ηtr ( 2.8 )

    dengan : P = Daya yang dihasilkan (Watt)

    g = Gravitasi (9,81 m/detik2)

    H = Ketinggian jatuh air maksimum (meter)

    Q = Debit air (m3/detik)

    ηt = Efisiensi dari turbin

    ηg = Efisiensi dari generator

    ηtr = Efisiensi dari transmisi mekanik

    Berdasarkan persamaan di atas, maka usaha memperoleh

    daya yang maksimal tergantung dari usaha memperoleh tinggi jatuh

    air maksimal dan debit air secara maksimal.

  • 8. Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

    1. Kelayakan lokasi pembangkitan

    Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi

    geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :

    a. Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam

    bendungan.

    b. Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air

    dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak

    penampungan.

    c. Setelah memutar turbin generator, air akan diali

    pembuangan kembali ke sungai.

    Gambar

    2. Komponen-komponen pembangkit listrik tenaga mikrohidro

    a. Komponen pekerjaan sipil

    . Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

    Kelayakan lokasi pembangkitan

    Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi

    geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :

    Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam

    Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air

    dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak

    penampungan.

    Setelah memutar turbin generator, air akan dialirkan melalui saluran

    pembuangan kembali ke sungai.

    Gambar 2.11 Skema teknis PLTMH

    komponen pembangkit listrik tenaga mikrohidro

    Komponen pekerjaan sipil

    29

    . Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

    Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi

    geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :

    Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam

    Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air

    dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak

    rkan melalui saluran

  • 30

    Komponen pekerjaan sipil meliputi pekerjaan bangunan-bangunan

    antara lain :

    - Bangunan Pengelak

    Bangunan pengelak berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai

    melalui sebuah saluran pembuka pada sisi bagian sungai menuju

    ke dalam bak pengendap

    - Saluran Pelimpah (spillway)

    - Bak Pengendap (sattling basin)

    - Saluran Pembawa (headrace)

    Gambar 2.12 Bak Penenang dan pipa pesat

    Perencanaan dimensi saluran pembawa berdasarkan persamaan

    Manning di bawah ini :

    � = � �� �� ⁄ �� �⁄ (2.9) dengan : Q = Debit air yang mengalir (m3/detik)

    A = Luas penampang basah (m2)

  • 31

    n = Koefisien kekasaran material

    R = Jari-jari hidrolis (m)

    S = Kemiringan saluran

    - Bak Penenang (forebay)

    - Pipa Pesat (penstock)

    Diameter minimum pipa pesat dapat dihitung dengan persamaan :

    � = 2,69 ���������� ��,����

    (2.10)

    dengan : D = Diameter minimum pipa pesat (meter)

    n = koefisien kekasaran (roughness) bahan

    Q = Debit desain (m3/detik)

    L = Panjang pipa pesat (meter)

    Hnet = Tinggi jatuh efektif air (meter)

    Tabel 2.1. Koefisien kekasaran (n) material untuk pipa pesat

    No Material Koefisien Kekasaran

    1. Welded steel 0,012

    2. Polyethylene 0,009

    3. Polyvinyl chloride 0,009

    4. Asbestos cement 0,011

    5. Cast iron 0,014

    6. Ductile iron 0,015

    Sumber : Layman, 1998

  • 32

    Sedangkan ketebalan minimum pipa pesat dapat dihitung dengan

    persamaan :

    tmin = 2,5 D + 1,2 mm (2.11)

    dengan : t min = Ketebalan minimum pipa pesat (mm)

    - Rumah Pembangkit (power house)

    - Saluran Pembuangan (rail race)

    b. Komponen pekerjaan mekanikal dan elektrikal

    Komponen pekerjaan ini meliputi pengerjaan peralatan mekanikal dan

    elektrikal antara lain :

    - Turbin Air

    Pemilihan jenis turbin air dapat diperhitungkan dengan

    mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang

    mempengaruhi sistem operasi turbin, antara lain ketinggian jatuh

    air efektif (Hnet) dan besarnya debit air (Q) yang akan

    dimanfaatkan.

    Tabel 2.2. Jenis-jenis turbin air menurut ketinggian jatuh air efektif

    Jenis

    Turbin

    Ketinggian Jatuh Air Efektif

    Tinggi

    (> 100 m)

    Sedang

    (10 – 15 m)

    Rendah

    (

  • 33

    Multi-jet Pelton Multi-jet Pelton

    Reaksi Francis (spiral

    case)

    Francis (open-

    flume)

    Propeller

    Kaplan

    Sumber : Layman, 1998

    Tabel 2.3. Daerah operasi turbin air

    No Jenis Turbin Variasi Ketinggian (H)

    1. Kaplan dan Propeller 2 < H < 20 meter

    2. Francis 10 < H < 350 meter

    3. Pelton 50 < H < 1000 meter

    4. Crossflow 6 < H < 100 meter

    5. Turgo 50 < H < 250 meter

    Sumber : Layman, 1998

    Pengaruh ketinggian jatuh air efektif (Hnet) dan besarnya

    debit air (Q) dalam pemilihan turbin air dapat dilihat pada pada

    gambar daerah operasi turbin di bawah ini.

  • 34

    Gambar 2.13. Daerah operasi untuk pemilihan turbin air

    Efesiensi turbin yang diinginkan berkait dengan tinggi

    jatuh efektif dan besar debit air yang tersedia.

    Tabel 2.4. Efesiensi turbin air No. Jenis Turbin Efisiensi (η)

    1. Crossflow 0,7 – 0,8

    2. Francis 0,8 – 0,9

    3. Pelton 0,8 – 0,85

    4. Propeller dan Kaplan 0,8 – 0,9

    Sumber : Layman, 1998

    Kecepatan putaran turbin air yang akan ditransmisikan

    ke generator.

    Tabel 2.5. Kisaran kecepatan spesifik turbin air No. Jenis Turbin Kecepatan Spesifik Ns (rpm)

    1. Crossflow 40 ≤ Ns ≤ 200

  • 35

    2. Francis 60 ≤ Ns ≤ 300

    3. Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25

    4. Propeller dan Kaplan 250 ≤ Ns ≤ 1000

    Sumber : Layman, 1998

    Beberapa rumus untuk mencari kecepatan spesifik turbin

    dikembangkan dari berbagai penelitian.

    Tabel 2.6. Rumus-rumus kecepatan spesifik turbin air Jenis

    Turbin

    Rumus Kecepatan

    Spesifik Ns (rpm) Peneliti dan Tahun

    Propeller Ns = 2702 / H0,5 USBR, 1976

    Pelton Ns = 85,49 / H0,243 Siervo dan Lugaresi, 1978

    Crossflow Ns = 513,25/ H0,505 Kpordze dan Warnick, 1983

    Francis Ns = 3763 / H0,854 Schweiger dan Gregory,1989

    Kaplan Ns = 2283 / H0,486 Schweiger dan Gregory,1989

    Sumber : Layman, 1998

    Persamaan kecepatan spesifik dari turbin air adalah :

    �� = � √!����" #⁄ (2.12) dengan : ns = Kecepatan spesifik turbin air (rpm)

    n = Kecepatan putar turbin air (rpm)

  • 36

    P = Daya yang dibangkitkan (kW)

    Hnet = Tinggi jatuh air efektif (m).

    Diameter runner minimum dari sebuah turbin air dapat

    ditentukan dengan persamaan di bawah ini :

    �$%��&$ = ' ��,�(���� (2.13)

    dengan : Drunner = Diameter minimum runner (mm)

    Q = Debit air terhitung (m3/detik)

    D. PERANGKAT LUNAK HOMER

    HOMER® adalah singkatan dari the Hybrid Optimisation Model for

    Electric Renewables, salah satu tool populer untuk desain sistem PLTH

    menggunakan energi terbarukan. HOMER® mensimulasikan dan

    mengoptimalkan sistem pembangkit listrik baik stand-alone maupun grid-

    connected yang dapat terdiri dari kombinasi turbin angin, photovolaic,

    mikrohidro, biomassa, generator (diesel/bensin), microturbine, fuel-cell,

    baterai, dan penyimpanan hidrogen dalam melayani beban listrik.

    HOMER (Hybrid Optimization Model for Electric Renewables),

    merupakan software optimasi model sistem tenaga listrik mikro. Beberapa

    fungsi dari HOMER adalah:

  • 37

    1. Mencari kombinasi komponen sistem dengan biaya terendah yang sesuai

    dengan beban.

    2. Mensimulasikan ribuan kemungkinan konfigurasi sistem.

    3. Optimasi dari biaya keseluruhan sesuai dengan umur sistem dan analisis

    sensitifitas dari beberapa input.

    HOMER bekerja berdasarkan 3 (tiga) hal, yaitu simulasi, optimisasi,

    dan analisa sensitifitas. Ketiga hal tersebut bekerja secara berurutan,

    dan memiliki fungsi masing-masing, sehingga didapatkan hasil yang

    optimal (Prityatomo, 2009).

    1. Simulasi

    HOMER melakukan simulasi pengoperasian sistem pembangkit

    listrik tenaga hibrid dengan membuat perhitungan keseimbangan energi

    selama 8.760 jam dalam satu tahun. Untuk setiap jamnya, HOMER

    membandingkan kebutuhan listrik dengan energi yang dapat dipasok oleh

    sistem pada jam tersebut, dan menghitung aliran energi dari dan ke

    setiap komponen dari sistem. Untuk sistem dengan baterai atau

    generator bahan bakar, HOMER juga memutuskan kapan akan

    mengoperasikan generator dan mengisi atau mengosongkan baterai.

  • 38

    2. Optimasi

    Setelah disimulasi, tahapan selanjutnya adalah mengoptimasi semua

    kemungkinan konfigurasi sistem kemudian diurutkan berdasarkan NPC

    yang digunakan untuk membandingkan pilihan desain sistem.

    3. Analisa Sensitivitas

    Ketika variabel sensitivitas ditambahkan, HOMER mengulangi proses

    optimasi untuk setiap variabel sensitivitas yang ditentukan. Misalnya jika

    ditetapkan radiasi matahari atau kecepatan angin sebagai sensivitas

    variabel, HOMER akan mensimulasikan sistem konfigurasi untuk berbagai

    radiasi matahari atau kecepatan angin yang telah ditetapkan.

    Gambar 2.14. Hubungan konseptual antara simulasi, optimasi, dan analisis sensitivitas HOMER (Lambert et al., 2006).

    Pada gambar 2 . 1 4 menggambarkan hubungan antara simulasi,

    optimasi, dan analisis sensitivitas. Optimasi melingkupi simulasi untuk

    mewakili fakta bahwa optimasi tunggal terdiri dari beberapa simulasi.

  • 39

    Demikian pula, analisis sensitivitas melingkupi optimasi karena analisis

    sensitivitas tunggal terdiri dari beberapa optimasi (Lambert et al., 2006).

    HOMER mensimulasikan sistem operasi dari sebuah sistem

    berdasarkan perhitungan masing-masing energi untuk 8.760 jam dalam 1

    tahun. HOMER membandingkan beban listrik dan thermal dalam satu jam

    untuk energi yang dapat disuplai oleh sistem pada waktu tersebut. Jika

    sistem memenuhi beban sepanjang tahun, HOMER memperkirakan biaya

    siklus hidup dari sistem, menghitung biaya modal, penggantian, operasi dan

    pemeliharaan, bahan bakar dan bunga. Aliran energi perjam dapat dilihat

    pada masing-masing komponen, serta biaya tahunan dan rangkuman kinerja

    sistem.

    Setelah mensimulasikan semua kemungkinan konfigurasi sistem,

    HOMER menampilkan daftar kelayakan sistem, yang diurutkan berdasarkan

    lifecycle cost. Sistem dengan biaya terendah berada di bagian atas dari

    daftar sehingga dapat dengan mudah ditemukan dan juga daftar dari

    kelayakan sistem lainnya dapat dicari. Skema HOMER ditunjukkan pada

    gambar berikut :

  • 40

    Gambar 2.15. Skema pembangkit hybrid

    Gambar 2.16. Arsitektur simulasi dan optimasi HOMER

  • 41

    E. Rasio Elektrifikasi ( RE )

    Penetrasi infrastruktur kelistrikkan di suatu daerah dapat dilihat dari 2

    (dua) indikator yaitu Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi Energi Per Kapita.

    Rasio elektrifikasi merupakan persentasi dari jumlah rumah tangga

    pengguna listrik terhadap keseluruhan rumah tangga yang ada di suatu

    daerah. Sedangkan Konsumsi energy per Kapita adalah rata-rata konsumsi

    energy listrik tahunan untuk setiap penduduk dalam suatu daerah tertentu.

    Berdasarkan data dari Dirjen Ketenagalistrikkan Kementrian ESDM

    (Ketenagalistrikkan, 2016), rasio elektrifikasi di Indonesia pada tahun 2015

    sebesar 88.03%. Untuk Provinsi Papua nilai Rasio Elektrifikasi sebesar 45,93

    % pada tahun 2015. Berdasarkan laporan BAPPEDA tentang profil

    Infrastruktur di Papua, kontribusi nilai yang paling besar untuk rasio

    elektrifikasi berasal dari daerah-daerah pesisir. Untuk daerah pegunungan,

    nilai RE sangat kecil (Bappeda Papua, 2015).

  • 42

    Gambar 2.17 Rasio Elektrifikasi Nasional Tahun 2015

    Rencana Pengembangan Pembangkit melalui Program Indonesia Terang

    Pemerintah melalui Kementrian ESDM telah mencanangkan Program

    Indonesia Terang (PIT) pada 21 April, sebagai upaya pemerintah

    menyediakan akses listrik bagi 12.659 desa yang belum memperoleh aliran

    listrik secara memadai. Prioritas diberikan bagi 2.519 desa di di Nusa

    Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan

    Papua Barat yang benarbenar masih gelap, karena belum tersentuh aliran

    listrik.

    PIT berfokus pada perluasan transmisi listrik ke 10.300 desa dan

    pembangunan penyediaan listrik bagi 2.519 desa yang tergolong masih gelap

    tersebut. Saat mencanangkan PIT di Kabupaten Maybrat, Papua Barat,

  • 43

    Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan total kapasitas yang perlu

    terpasang sebesar 350 MW, denganasumsi konsumsi rata-rata listrik per hari

    1,5 kWh per keluarga. Dalam hubungan dengan PIT ini, dibutuhkan dana

    sebesar Rp100 triliun. Anggaran sebesar itu, diharapkan dapat dipenuhi oleh

    investor korporasi sebesar 80 persen, serta 20 persen sisanya atau sekitar

    Rp20 triliun bersumber dari APBN untuk kebutuhan investasi. Dalam tahun

    anggaran 2016 ini, pemerintah telah mengalokasikan dana dari APBN

    sebesar Rp441 miliar untuk pembangunan jaringan listrik berkapasitas 9,4

    MW di enam provinsi tersebut. PIT dalam pandangan Menteri ESDM menjadi

    dasar untuk memacu pembangunan energi baru terbarukan (EBT), karena

    jenis energi tersebut paling cocok untuk mengatasi kesenjangan di wilayah

    yang jauh dari jaringan listrik nasional. (Endang K, 2016).

    Program ini bukan merupakan bagian dari Program 35.000 MW, tetapi

    program Indonesia Terang lebih bertujuan pada peningkatan rasio

    Elektrifikasi. Kabupaten Yahukimo merupakan salah satu wilayah yang

    menjadi target dari program tersebut. Dari rencana yang telah disusun oleh

    Pemerintah dapat dilihat bahwa daerah-daerah yang belum terlistriki

    termasuk di Kabupaten Yahukimo sampai tyahun 2019 akan di berikan akses

    listrik melalui pembanguinan pembangkit-pembangkit listrik baru yang

    bersumber pada Energi terbarukan. Gambar berikut memjelaskan tentang

    rencana pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah-daerah

  • 44

    yang sulit terjangkau termasuk Kabupaten Pegunungan Bintang. (ESDM,

    2016)

    Gambar 2.18 Percepatan Elektrifikasi di Papua (2016-2019) melalui Program Indosesia Terang

    F. GAMBARAN UMUM DISTRIK BORME

    1. Kondisi Geografis dan Administratif

    Secara Geografis distrik Borme merupakan salah satu distrik di

    Kabupaten Pegunungan Bintang propinsi Papua dimana kabupaten ini

    terletak di antara 140 00’00’’ BT dan 3 04’00” – 5 20’00” LS. Luas kabupaten

    Pegunungan Bintang adalah sebesar 15.683 km2 atau sekitar 4,01 % dari

    luas Provinsi Papua.

    Batas Wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang adalah :

    � Sebelah Utara : Berbatasan dengan distrik Kaureh

    kabupaten Jayapura, serta distrik Web kabupaten Keerom.

  • 45

    � Sebelah Timur : Berbatasan dengan Negara Papua New

    Gugini (PNG).

    � Sebelah Selatan : Berbatasan dengan distrik Waropko dan

    distrik Kouh kabupaten Boven digoel.

    � Sebelah Barat : Berbatasan dengan distrik Suator

    kabupaten Asmat, distrik Ninia dan distrik anggruk kabupaten

    Yahukimo.

    Kabupaten Pegunungan Bintang secara administrasi memiliki 10

    distrik dan 91 Kampung / desa . Dan distrik Borme merupakan salah satu dari

    10 distrik di Pegunungan Bintang, yang secara geografis terletak antara

    140.1833 ’ – 140.5333’ BT dan 3.96677’ – 4.4833’ LS, dengan luas wilayah

    5.548,54 km2. Secara administrasi ibukotanya adalah Bormel, yang terdiri

    dari 13 kampung, distrik ini merupakan salah satu distrik yang terletak jauh

    dari pusat kota, yang tidak mendapat pasokan energi listrik dari PLN karena

    letak pembangkit dengan beban sangat jauh. Karena pada daerah ini belum

    tersedianya energi listrik, maka sangatlah tepat untuk menggunakan

    teknologi dari energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan

    Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTMH ). Distrik Borme terdiri dari

    4383 jumlah penduduk dan 1087 jumlah kk seperti tabel 2.7

  • 46

    Tabel 2.7 DATA JUMLAH PENDUDUK DISTRIK BORME THN 2016

    NO DESA/KAMPUNG JMLH PENDUDUK JMLH KK

    1 BORME 663 162

    2 OMBAN 342 85

    3 SIKUBUR 380 94

    4 ONYA 487 121

    5 ARINA 473 119

    6 BORDAMBAN 457 114

    7 ARINGGON 205 51

    8 BUKAM 234 58

    9 KWIME 216 53

    10 KOLGIR 254 63

    11 CANGDAMBAN 165 41

    12 LAYDAMBAN 290 72

    13 SEBAN 217 54

    JUMLAH 4383 1087

    Letak Geografis Decimal Degree DMS

    Lintang 3.9667 LS - 4.4833 LS 3º58'00" S - 4º29'00"S

    Bujur 140.1833 BT - 140.5333 BT

    140º11'00"E - 140º32'00"E

    Titik Bandara Borme

  • 47

    Lintang 4.3945 LS 4º23'40.2"S

    Bujur 140.4361 BT 140º26'9.96"E Sumber : Statistik Kab.Peg.Bintang thn 2015

    2. Kondisi Kelistrikan ( Existing System )

    Kelistrikan di distrik Borme ini disuplai oleh 2 b u a h genset dengan

    kapasitas 30 KVA dan 10 KVA, PLTMH 40 KVA dan PLTS Terpusat 22 KWp

    dengan jumlah pelanggan sebesar 1087 rumah tangga, yang dikelola

    secara perorangan. Gambar grafik dibawah ini dapat menjelaskan gambaran

    rasio elektrifikasi ( RE ) di 13 desa /kampung di distrik Borme.

    Gambar 2.19.Sebaran Rasio Elektrifikasi di 13 desa/kampong

    Karena minimnya infrastruktur kelistrikan, sebagian besar wilayah di

    perkampungan / desa distrik Borme masih dibawah RE 50 %. Hal ini karena

    tingkat medan geografis yang sulit. Seperti pada gambar dibawah ini terlihat

    presentase jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan jumlah KK yang non

    RE.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    KK

    RE

  • Gambar 2

    Dengan membandingkan

    jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,

    dapat kita lihat presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan

    presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,

    menunjukkan bahwa

    dibawah rata-rata RE nasional

    di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan

    dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala

    geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.

    3. Potensi Energi Terbarukan

    Intensitas radiasi

    menentukan latitude

    longitude ini digunaka

    setiap harinya berdas

    terletak pada 4° 3 9 4 5

    Gambar 2.20. Presentase Jumlah KK RE dan Non RE

    membandingkan jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan

    jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,

    presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan

    presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,

    menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat RE di distrik Borme

    rata RE nasional sebesar 88.30%. Alasan utama RE terend

    di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan

    dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala

    geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.

    Potensi Energi Terbarukan di Distrik Borme

    iasi matahari dalam HOMER didapatk

    dan longitude dari suatu daerah. Dari l

    an untuk menghasilkan pola intensitas radiasi

    sarkan data rata-rata bulanan. Distrik Borme

    3 9 4 5 ’ LS dan 140° 4 3 6 1 ’ BT maka intensit

    NON RE

    41.21 %

    R E

    58.79 %

    48

    .20. Presentase Jumlah KK RE dan Non RE

    jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan

    jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,

    presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan

    presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,

    secara keseluruhan tingkat RE di distrik Borme masih

    88.30%. Alasan utama RE terendah

    di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan

    dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala

    geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.

    kan dengan

    latitude dan

    iasi matahari

    Distrik Borme y a n g

    sitas radiasi

  • 49

    matahari dapat dilihat pada Tabel 2 . 8 dengan rata-rata 5.098

    KWh/m2/hari. Nilai ini mendekati nilai yang dilakukan referensi (Permana,

    2008) sebesar 5.14 KWh/m2/hari, perbedaannya adalah 0.041

    KWh/m2/hari atau 0.798%.

    Tabel 2.8 Radiasi matahari Distrik Borme (NASA, 2015)

    Sedangkan untuk potensi PLTMH di distrik Borme dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Sebuah lokasi mengandung potensi tenaga listrik yang dapat

    dimamfaatkan menjadi PLTMH apabila mempunyai karakter sebagai berikut :

    Bulan

    RRadiasi Harian

    (KWh/m2/d)

    Suhu S u h u rata-rata (oC)

    Kecepatan rata-

    rata (m/s)

    Januari 4.990 25.74 4.68

    Februari 5.000 25.76 4.81

    Maret 5.150 25.81 4.23

    April 4.870 25.8 4.09

    Mei 4.550 25.52 4.75

    Juni 4.330 24.93 4.67

    Juli 4.600 24.46 4.9

    Agustus 5.230 24.82 4.87

    September 5.860 25.8 4.69

    Oktober 6.010 26.66 4.05

    November 5.550 26.59 3.85

    Desember 5.040 25.89 4.31

    Rata-rata 5.098 25.65 4.49

  • 50

    a.Debit Air

    Besarnya debit air sangat tergantung pada banyaknya air yang

    mengalir, kecepatan air yang mengalir dan besarnya penampang dari air

    mengalir persatuan waktu. Semakin cepat aliran air semakin besar tenaga

    listrik yang bisa dibangkitkan.

    Pengukuran Debit Air di Lokasi Sungai Borme :

    Gambar 2.21. Pengukuran debit air di lokasi

    b.Head

    Semakin besar tinggi terjun maka daya yang bisa dibangkitkan

    semakin besar pula, dan semakin terjal lokasi terjunan akan semakin

    ekonomis sebab dapat mengurangi panjang penstock.

    Pada kondisi tertentu dimana tidak dapat ditemukan head yang cukup

    besar, maka dapat juga dimungkinkan dengan syarat lokasi tersebut

    mempunyai debit air cukup memadai untuk dapat memutar turbin, seperti

  • 51

    halnya pada lokasi perencanaan ini dengan head yang tidak terlalu tinggi

    tetapi didukung oleh debit air yang memungkinkan.

    c.Jangkauan

    Potensi air yang menjanjikan cenderung mahal untuk disadap apabila

    terletak sangat jauh dari lokasi pelayanannya (load source). Jarak power

    house dengan arel pemukiman penduduk yang akan dilayani mempunyai

    batasan optimum, kelau terlalu jauh akan membuat panjang jaringan kabel

    transmisi terlalu besar serta mengalami hambatan berupa rugi effiseinsi

    sehingga kurang ekonomis.

    Berdasarkan beberapa prasyarat di atas dapat disimpulkan bahwa

    lokasi perencanaan di Borme mempunyai potensi dari head yang tidak

    terlalu besar namun didukung oleh debit air yang cukup memadai serta lokasi

    pembangkit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk.

    Berdasarkan pengukuran di lokasi didapatkan parameter-parameter

    sebagai berikut :

    Tabel 2.9 Hasil Pengukuran Potensi PLTMH

    NO PARAMETER NILAI

    1 Kecepatan aliran rata-rata (m/s) 0.2

    2 Kedalaman Rata-rata (m) 0.82

    3 Luas Penampang (m2) 0.78

    4 Lebar Penampang Sungai (m) 7.6

    5 Debit Ar ( m3 ) 0.58

    6 Head (m) 15,5

  • 52

    G. Penelitian Terkait

    Upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di kab.Pegunungan Bintang ini

    telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui pembangunan beberapa

    pembangkit listrik energy terbarukan yang dibangun bersama dengan

    beberapa kementrian dan juga bekerjasama dengan PLN diantaranya

    dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Surya-

    Diesel 300kWp pada tahun 2011. Melalui kajian mengenai Analisis

    Tekno-Ekonomis Sistem Pembangkit Listrik Hibrid (PLTH) Surya-Disel

    300kWp di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, memberikan

    gambaran dari hasil penelitian ini adalah menganalisa kinerja dari PLTH

    ditinjau dari sisi teknis (optimasi operasi pembangkit) dan sisi ekonomis

    (harga jual energi yang dihasilkan pembangkit berdasarkan sumber energi

    yang terpakai). Faktor penggunaan pembangkit dilihat dari factor utilitas

    sudah sangat besar sehingga dapat berakibat pada lama operasi

    pembangkit yang semakin cepat apabila ada penambahan beban

    pelanggan meskipun dengan persentasi yang kecil. Belum adanya

    kejelasan mengenai pembiayaan bahan bakar disel, disebabkan sumber

    dana bahan bakar disediakan pemda, tetapi biaya konsumen dibayarkan

    langsung ke PLN. ( Herbert Innah, dkk.2014)

    Penelitian terkait oleh AF Juwito, 2015, journal UMY.” Optimalisasi

    Energi Terbarukan Pada Pembangkit Tenaga Listrik Dalam Menghadapi

  • 53

    Desa Mandiri Energi Di Margajaya”. Pada Penelitian tersebut dengan

    menggunakan software homer dan hasil rancangan simulasi yang

    dilakukan terhadap model sistem pembangkit hybrid yang terdiri dari

    sistem mikrohidro, PV Array, biomassa dan grid menyimpulkan bahwa :

    hasil optimisasi energi terbarukan untuk pembangkit listrik hybrid, jumlah

    energi listrik yang dihasilkan oleh model sistem hybrid ini dapat memenuhi

    kebutuhan energi listrik di Desa Margajaya. Dan sistem optimal

    menunjukkan bahwa energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke grid

    (PLN), sehingga dapat menjadi pemasukan kas di Desa Margajaya.

    Penelitian selanjutnya oleh Rony Rewansa dkk 2014 yaitu

    ”Refesiability studi PLTMH Iwur di kab.Pegunungan Bintang ”

    menggambarkan bahwa Program pembangunan PLTMH Iwur sangat

    strategis untuk mengembangkan dan mendorong kegiatan pembangunan

    masyarakat. Keberadaan PLTMH dikemudian hari bukan sekedar

    memenuhi kebutuhan pelistrikan desa, tetapi berpotensi untuk mendorong

    kegiatan ekonomi produktif melalui program “Community & Business

    Development Services”.

    Penelitian selanjutnya oleh Herbert Innah, Jakobus Kariongan, ( 2016)

    tentang “ Electrification ratio and renewable energy in Papua propinsi “ (

    Published by the American Instituti of Physics ) menggambarkan bahwa

    pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya

    Mineral, pada awal tahun 2016 memperkenalkan sebuah program

  • 54

    bernama “Indonesia Terang” . Tujuan dari program ini adalah untuk

    mempercepat Ratio Elektrifikasi (RE) dengan prioritas pada enam

    provinsi di wilayah timur Indonesia termasuk Provinsi Papua. Target dari

    RE di Indonesia pada 2019 adalah 97%. Sementara RE nasional

    Indonesia sudah mencapai 88.30% di tahun 2015, Papua masih

    menunjukkan RE terendah (45.93%) di antara provinsi yang lain. Skenario

    untuk meningkatkan RE di wilayah Timur dengan menghubungkan

    konsumen di desa-desa yang belum diberi sumber Energi Terbarukan

    (Renewable Energy). Penelitian ini menunjukkan sebuah gambaran

    situasi saat ini dari Infrastruktur dan operasional Ketenagalistrikan

    terutama di daerah pegunungan yang berpenduduk tinggi dibandingkan

    dengan daerah pesisir meskipun rata-rata RE di bawah 10%. Studi kasus

    profil infrastruktur ketenagalistrikan dari wilayah pegunungan dilakukan

    untuk mengidentifikasi dan mengungkap tantangan demi mencapai tujuan

    Indonesia Terang. Selain itu, penilaian visibilitas sesuai target yang tinggi

    dari program ini akan ditunjukkan.

  • 55

    H. Kerangka Pikir

    PROBLEM

    Terbatasnya Kapasitas pembangkit dan kurang optimal

    HASIL

    TARGET IMPLEMENTASI

    OLAH DATA

    Optimasi dan Divertifikasi energi

    State dan Dinamik

    Analisis tentang karakteristik daya keluaran yang dihasilkan

    oleh model sistim yang optimal,berdasarkan hasil konfigurasi

    sistim yang optimal oleh homer serta analisa identifikasi potensi

    pengembangan kapasitas pembangkit

    Energi listrik yang dihasilkan oleh model sistim homer ini

    dapat memenuhi kebutuhan energy listrik dan tercapainya

    desa mandiri energy serta peningkatan rasio Elektrifikasi

    elektrifikasiAnalisis sebelum dan sesudah injeksi daya baru

  • 56

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tahapan Penelitian

    1. Waktu dan Tempat Penelitian

    Waktu penelitian akan dilaksanakan dari Oktober 2016 hingga April

    Oktober 2018.

    Adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di :

    1. Distrik Borme, Kab.Pegunungan Bintang Propinsi Papua

    2. Laboratorium Teknik Energi Listrik, Jurusan Elektro, Fakultas Teknik

    Universitas Hasanuddin , Makassar.

    2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bersifat

    analisis sehingga dari ruang lingkup masalah dapat dilakukan dengan

    metode studi pustaka (library research), metode pengumpulan data (field

    research) dan analisis.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan

    pengumpulan data sekunder:

    a. Data Primer

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data parameter-

    parameter pada kedua sistim pembangkit, data beban dan juga

  • 57

    kajian/identifikasi potensi PLTMH jika memungkinkan untuk pengembangan

    kapasitas pembangkit.

    b. Data Sekunder

    Dalam metode ini dilakukan pencarian sebanyak mungkin literature

    yang ada, baik dari buku, jurnal maupun internet.

    4. Parameter Ukur

    Parameter ukur yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu simulasi

    dengan menggunakan software homer untuk menentukan konfigurasi system

    berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC, menentukan kapasitas PV

    yang optimal, pengukuran debit (Q), pengukuran head (H) untuk

    pengembangan potensi kapasitas PLTMH.

    5. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

    a. Software :

    - Windows 8

    - Aplikasi Homer versi 8.1

    b. Hardware :

    - Laptop Asus Processor Core i7

    - Hardisk1 TB HDD

    - RAM DDR3 4GB

    - Kamera Cannon

    - Alat Ukur Clamp Meter Aditeg ADC-1000

    - Alat Ukur Energi Meter

  • 58

    B. Perancangan Penelitian

    Perancangan untuk menyelesaikan penelitian ini dapat dilihat pada

    Gambar 3.1 sebagai berikut :

    Gambar 3.1 Alur Diagram Penelitian

    DIVERGEN

    KONVERGEN

    START

    STUDI LITERATUR DAN

    SURVEI LAPANGAN

    DATA PRIMER DATA SEKUNDER

    DATA UNTUK

    PERHITUNGAN DAN

    SIMULASI

    PERHITUNGAN

    DAN SIMULASI

    HOMER

    IDENTIFIKASI POTENSI /

    MODIFIKASI BEBAN

    ANALISA HASIL

    STOP

  • 59

    Selanjutnya untuk mendapatkan hasil simulasi Homer secara khusus

    dapat dibuatakan alur diagramnya sebagai berikut :

    Gambar 3.2 Alur Simulasi Homer

  • 60

    C. Teknik Validasi Data

    Validasi data dilakukan dengan 4 teknik yaitu :

    1. Terhadap ahli dan praktis dilakukan melalui diskusi intensif

    terhadap teori – teori yang berhubungan dengan judul penelitian.

    2. Pengumpulan teori – teori yang berhubungan dengan penelitian.

    3. Menelaah teori – teori yang berhubungan dengan penelitian yang

    relevan.

    4. Menggunakan pengalaman atau intuisi peneliti sendiri

    D. Teknik Analisis Validasi Data

    Dari hasil validasi tersebut, selanjutnya dianalisis dengan cara

    mensimulasikan data – data yang sudah diperoleh dengan bantuan aplikasi

    software Homer versi 8.1, dan juga dengan analisis tekno photovoltaic array

    serta analisis identifikasi potensi pengembangan kapasitas pembangkit

    mikrohidro.

  • 61

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Simulasi

    Konfigurasi sistem dimodelkan terdiri dari PLTMH, PLTD dan PLTS beserta

    penyimpanan energi (baterai). Model sistem ini disajikan pada Gambar 4., dimana

    sistem ini terdiri atas 2 bus, yaitu Bus AC dan Bus DC. PLTMH dan PLTD terhubung

    pada Bus AC sedangkan PLTS dan baterai terhubung pada Bus DC. Hasil simulasi

    ini memberikan beberapa konfigurasi yang dapat menyuplai beban secara kontinyu

    dalam setahun. Hasilnya disajikan pada Tabel 4.1 dibawah ini. Konfigurasi sistem

    yang dihasilkan ini berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC. Hasil simulasi

    menempatkan sistem yang mempunyai NPC terkecil yang dianggap optimal untuk

    memenuhi kebutuhan beban.

    Gambar 4.1 Model simulasi sistem pada HOMER.

  • 62

    Tabel 4.1. Hasil simulasi system

    No.

    PLTS

    (kW)

    PLTMH

    (kW)

    PLTD

    (kVA)

    Converter

    (kW)

    Baterai

    (buah)

    Biaya

    Awal

    ($)

    NPC

    ($)

    COE

    ($)

    1 52 40 1 x 10 75 268 429,751 981,662 0.199

    2 58 40 1 x 30

    1 x 10 75 272 445,547 1,200,265 0.238

    3 58 40 1 x 30 80 272 446,797 1,228,600 0.244

    4 40 1 x 30

    1 x 10 65 256 301,459 1,341,701 0.269

    Hasil simulasi berdasarkan Tabel 4.1, memberikan sistem yang optimal adalah

    sistem yang dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 10 kW, PLTS sebesar 52

    kW, baterai sebanyak 268 buah. Konfigurasi ini memberikan NPC paling kecil dari

    pada konfigurasi sistem yang lain yaitu sebesar $ 981,662. Akan tetapi tujuan yang

    akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mendesain sebuah sistem untuk menentukan

    kapasitas PV yang optimal untuk memenuhi kebutuhan beban, karena PLTMH dan

    PLTD sudah ada.

    Berdasarkan hasil simulasi pada Tabel IV.1 di atas, kapasitas PV yang optimal

    untuk beban adalah sebesar 58 kW, sehingga sistem baru yang optimal dapat

    dikembangkan adalah sistem dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW

    dan 1 x 10 kW, PLTS sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter

    sebesar 75 kW.

  • 63

    B. Analisis dan Pembahasan Hasil Simulasi Sistem Optimal

    1. Faktor Ekonomi

    Sistem konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW dan 1 x 10 kW, PLTS

    sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter sebesar 75 kW,

    menghasilkan biaya investasi sebesar $ 445,547, NPC $ 1,200,265, COE, 0.238

    $/kWh dan biaya operasi 65,800 $/thn. Gambar 4. menujukan cost summary sistem

    ini, berdasarkan gambar tersebut biaya awal sebesar 37% yang meliputi biaya

    pengadaan panel surya beserta kelengkapnnya, baterai konverter dan biaya sipil

    untuk pembangunan sistem PLTS sebesar $445,547, biaya penggantian 36

    %sebesar $ 440,826 yang merupakan biaya penggantian baterai dan konverter,

    biaya O & M 6% sebesar 78,485 yang meliputi baiaya O & M untuk PLTD, serta gaji

    dan biaya bahan bakar sebesar 21% untuk PLTD dengan total sebesar $ 257,170.

    Biasa sisa (salvage) merupakan nilai sisa dari sistem yang terdiri dari komponen

    PLTD, baterai dan konverter sebesar $ 21,762. Besarnya biaya penggantian ini

    disebabkan karena, baterai mengalami penggantian sebanyak 8 kali selama umur

    sistem perencanaan. Berdasarkan hasil simulasi umur baterai selama 2.63 tahun.

    Gambar 4.2. Cost summary sistem

    Capital Replacement Operating Fuel Salvage-100,000

    0

    100,000

    200,000

    3