Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN
PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI
DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME
THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM
OPTIMIZATION IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO
AND DIRECTING TO ENERGY SELF
AT BORME DISTRICT
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCA
UNIVERSITAS HASANUDIN
TESIS
OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN
PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI
DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME
PROPINSI PAPUA
THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM
IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO
AND DIRECTING TO ENERGY SELF-SUFFICIENT VILAGE
AT BORME DISTRICT - PAPUA PROVINCE
JAKOBUS KARIONGAN
P2700214052
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2018
OPTIMASI SISTIM PEMBANGKIT HYBRID PLTMH DAN
PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI
DAN MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME-
THE HYBRID PLTMH AND PLTS PLANT SYSTEM
IN IMPROVING ELECTRIFICATION RATIO
SUFFICIENT VILAGE
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Thesis : Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan
PLTS Dalam Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di Distrik Borme,Propinsi Papua
Nama : Jakobus Kariongan Nim : P2700214052 Program Studi : Teknik Elektro
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Akademik Pada Program Pasca
Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II, Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun, M.Si Prof.Dr.Ir. Ansar Suyuti, MT
Ketua Program Studi,
Prof. Dr. Eng. Syafaruddin, ST. M.Eng. NIP 19740530 199903 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul
“Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan PLTS Dalam
Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di
Distrik Borme - Propinsi Papua” ini dapat disusun dan diselesaikan
sebagai salah satu prasyarat dalam menyelesaiakan studi di Program
Magister Jurusan Teknik Elektro di Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian
tesis ini masih terdapat kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekurangan
yang perlu di lengkapi. Karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan masukan, koreksi dan saran untuk memperkuat
kekurangan tersebut.
Dalam penyusunan tesis ini, banyak kendala yang dihadapi oleh
penulis, namun berkat bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak sehingga Tesis ini dapat diselasaikan sebagaimana mestinya,
walaupun dengan berbagai kekurangan yang ada. Oleh karena itu, penulis
dengan penuh rasa hormat ingin menghaturkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Eng.Syafaruddin,ST,M.Eng selaku Ketua Program Studi
Program Magister Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro Universitas
Hasanuddin.
iv
2. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun,M.Si sebagai Dosen
Pembimbing I
3. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Ansar Suyuti,MT sebagai Dosen Pembimbing II.
4. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Salama Manjang,MT sebagai Dosen Penguji
5. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Muhammad Arif,Dip.Ing. sebagai Dosen Penguji
6. Bapak Yusri Syam Akil,ST,MT,Ph.D sebagai Dosen Penguji
7. Seluruh Dosen, Kepala dan Staf Laboratorium, kepala dan Staf
Perpustakaan dan Staf Kantor Jurusan, yang tidak sempat kami sebut
namanya.
8. Kedua orang tua tercinta, istri dan anak-anakku tersayang.
9. Sahabat dan teman-teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana
elektro Angkatan 2014, yang senantiasa memberi perhatian dan
semangat.
Kami berharap agar tesis ini bisa bermanfaat kepada dunia
pendidikan dan masyarakat. Kritik, saran, dan bimbingan senantiasa
kami nantikan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan penyusunan
tesis ini.
Makassar, Oktober 2018
Jakobus Kariongan Penyusun
v
ABSTRAK
Jakobus Kariongan, Optimasi Sistim Pembangkit Hybrid PLTMH dan PLTS Dalam Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Dan Menuju Desa Mandiri Energi Di Distrik Borme,Propinsi Papua (dibimbing oleh Nadjamuddin Harun, Ansar Sayuti)
Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu teknologi fotovoltaik (PV) dan teknologi fototermik (surya termal), system pemamfaatannya berupa sistem terpusat (centralized), sistem tersebar (stand alone) dan system hibrida (hybrid system). Pada penelitian ini yang berlokasi di distrik Borme propinsi Papua menggunakan sistem pembangkit hybrid PLTMH dan PLTS dalam meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) menuju desa mandiri energy (DME).
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah system melalui simulasi homer dalam menentukan kapasitas PV yang optimal untuk memenuhi kebutuhan beban, karena PLTMH dan PLTD sudah ada, serta kajian pengembangan kapasitas potensi PLTMH melalui Resibility studi. Konfigurasi sistem dimodelkan terdiri dari PLTMH, PLTD dan PLTS beserta penyimpanan energi (baterai). Model sistem ini terdiri atas 2 bus, yaitu Bus AC dan Bus DC. PLTMH dan PLTD terhubung pada Bus AC sedangkan PLTS dan baterai terhubung pada Bus DC. Hasil simulasi ini memberikan beberapa konfigurasi yang dapat menyuplai beban secara kontinyu dalam setahun. Konfigurasi sistem yang dihasilkan ini berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC.
Hasil simulasi menempatkan sistem yang mempunyai NPC terkecil yang dianggap optimal untuk memenuhi kebutuhan beban. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan kapasitas PV yang optimal untuk beban adalah sebesar 58 kW, sehingga sistem baru yang optimal dapat dikembangkan adalah sistem dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW dan 1 x 10 kW, PLTS sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter sebesar 75 kW. Dan kontribusi dari hasil pengembangan kapasitas potensi PLTMH melalui resibility studi dalam mencapai rasio elektrifikasi dan desa mandiri energy sebesar 22.443 kw.
Kata Kunci : Homer, PV, PLTMH, NPC, COE, Debit, Head, Kapasitas, Optimasi, Rasio Elektrifikasi
vi
ABSTRACK
JAKOBUS KARIONGAN.The Hybrid PLTMH And PLTS Plant System Optimization In Improving Electrification Ratio And Directing To Energy Self-Sufficient Vilage At Borme District - Papua Province ( Supervised by H.NadjamuddinHarun and AnsarSayuti )
Solar energy is a renewable energy source that is utilized through two types of technology that is photovoltaic technology (PV) and photothermic technology, the utilization system in the form of a centralized system, stand alone systems and hybrid systems. In this study, located in the Borme district of Papua province, the PLTMH and PLTS hybrid plant systems were used to increase the electrification ratio (RE) to the energy independent village.
The research aimed at designing a system through the homer simulation in determining the optimal PV capacity to fulfil the load need because PLTMH and PLTD already existed, and capacity development study of PLTMH potential through the sisibility study. The system configuration was modeled which consisted of PLTMH, PLTD and PLTS as well as energy strorage( battery ). The system model consisted of 2 buses, namely : AC bus and DC bus. PLTMH and PLTD were connected with AC bus, while PLTS and battery were connected with DC bus. The simulation result provides several congfigurations which can supply the continuouas load in a year. The system configurations produced is based on system economy namely NPC. The simulation result places the system having the smallest NPC which is optimally regarded to meet the load need. The simulation result indicates the optimal PV capacity for load of 58 kw, so that the optimal new system can be developed with the configuration PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW, and 1 x10 kW, PLTS of 58 kW, as many as 272 batteries and converter of 75 Kw. The contribution of the capacity development result of PLTMH potential through the risibility study in achieving the electrification ratio and energy self-sufficient village is 22,443 Kw. Key words : PLTS, PLTMH, NPC, COE, discharge, head, capacity, optimization, electrification ratio.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………... ........... iii
ABSTRAK .............................................................................................. v
ABSTRACK ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A..Latar Belakang .................................................................................. 1
B..Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C.Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D..Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
E..Batasan Masalah ............................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Desa Mandiri Energi (DME) .............................................................. 9
B. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ........................................ 9
C. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) .......................... 21
D. Perangkat Lunak Homer ................................................................ 36
E. Rasio Elektrifikasi ( RE ) ................................................................. 41
viii
F. Gambaran Umum Distrik Borme .................................................... 44
G. Penelitian Terkait……………………………………………………….52
H. Kerangka Pikir…………………………………………………………..55
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 56
A.Tahapan Penelitian .......................................................................... 56
B.Perancangan Penelitian ................................................................... 58
C.Teknik Validasi ................................................................................. 60
D.Teknik Analisis Validasi .................................................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 61
A. Hasil Simulas .................................................................................. 61
B. Analisa Dan Pembahasan Hasil Simulasi Sistem Optimal ............. 63
C. Analisa Pengembangan Potensi PLTMH Berdasarkan Reasibility
Studi ............................................................................................... 72
D. Analisa Kapasitas PLTS Dan Performance Dalam Mencapai Rasio
Elektrifikasi ( RE ) .......................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 80
A. Kesimpulan .................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 83
LAMPIRAN - LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar .............................................................................................. Hal.
2.1 Pembangkit PLTS Terpusat .......................................................... 10
2.2 Panel Surya .................................................................................. 11
2.3 Efek sel surya mengubah energy foton arus ................................ 12
2.4 Hub.sel surya, modul, dan aray .................................................... 12
2.5 Kurva karakteristik I-V dan P-V sel surya dengan MPP ................ 14
2.6 Solar Konterolel ............................................................................ 15
2.7 Solar battrey ................................................................................. 15
2.8 Inverter tipe SMA 120000TL ......................................................... 16
2.9 Prinsip kerja PLTS ........................................................................ 19
2.10 Gambaran Umum PLTMH .......................................................... 23
2.11 Skema teknis PLTMH ................................................................. 29
2.12 Bak penenang dan pipa pesat .................................................... 30
2.13 Daerah operasi untuk pemilihn turbin ......................................... 34
2.14 Hub. Konseptual,simulasi,optimasi, dan analisis sensitivitas
Homer ....................................................................................... 38
x
2.15 Skema pembangkit hybrid .......................................................... 40
2.16 Arsitektur simulasi dan optimasi homer ...................................... 40
2.17 Rasio elektrifikasi nasional tahun 2015...................................... 42
2.18 Percepatan elektrifikasi di Papua (2016-2019) melalui program
Indonesia terang ......................................................................... 44
2.19 Sebaran rasio elektrifikasi di 13 desa / kampong ....................... 47
2.20 Presentase jumlah KK RE dan Non RE ...................................... 48
2.21 Pengukuran debit air di lokasi ..................................................... 50
3.1 Alur diagram penelitian ................................................................. 58
3.2 Alur simulasi homer ...................................................................... 59
4.1 Model simulasi system HOMER ................................................... 61
4.2 Cost summary system .................................................................. 63
4.3 Cash flow system ......................................................................... 64
4.4 Rata-rata energy yang dihasilkan seiap bulan .............................. 65
4.5 Profil energy rata-rata bulanan PLTMH ........................................ 66
4.6 Profil energy rata-rata bulanan PLTS ........................................... 67
4.7 Histogram frekuensi SOC batrei ................................................... 68
xi
4.8 Rata-rata SOC baterei setiap bulannya ........................................ 68
4.9 Presentasi energy baterei dalam setahun .................................... 69
4.10 Profil keluaran energy dari inverter ............................................. 70
4.11 Profil keluaran energy dari rectifier ............................................. 70
4.12 Profil energy yang dihasilkan oleh PLTD 30 KW ........................ 71
4.13 Profil energy yang dihasilkan oleh PLTD 10 Kw ......................... 71
4.14 Profil beban dan energy listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit
.................................................................................................... 72
4.15 Kontur sungai hasil pengukuran kecepatan rata-rata ................. 73
4.16 Lay out pengukuran head ........................................................... 74
4.17 Lay out system PLTS distrik Borme ............................................ 77
4.18 Kontribusi PLTS dan PLTMH untuk Rasio Elektrifikasi ............... 78
4.19 Indikator RE Berdasarkan Optimasi ........................................... 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel ................................................................................................ Hal.
2.1 Koefisien kekasaran (n) material untuk pipa pesat ....................... 31
2.2 Jenis-jenis turbin air menurut ketinggian jatuh air efektif .............. 32
2.3 Daerah operasi turbin air .............................................................. 33
2.4 Efisiensi Turbin Air ........................................................................ 34
2.5 Kisaran kecepatan spesifik turbin air ............................................ 34
2.6 Rumus-rumus kecepatan spesifik turbin air .................................. 35
2.7 Data Jumlah Penduduk Distrik Borme Thn 2016 .......................... 46
2.8 Radiasi Matahari distrik Borme .................................................... 49
2.9 Hasil Pengukuran Potensi PLTMH ............................................... 51
4.1 Hasil Simulasi Sistem Homer ....................................................... 62
4.2 Potensi hidrolik PLTMH Borme ..................................................... 75
4.3 Potensi daya riil PLTMH ............................................................... 75
4.4 Spesifikasi Data Modul Surya SUPSMP 20011 ............................ 76
xiii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jakobus Kariongan
Nomor Mahasiswa : P2700214052
Program Studi : Teknik Elektro
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengembilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagaian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Oktober 2018
Yang Menyatakan,
Jakobus Kariongan
TESIS
OPTIMASI SISTEM PEMBANGKIT ENERGI HYBRID PLTMH DAN PLTS DALAM MENINGKATKAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAN MENUJU
DESA MANDIRI ENERGI DI DISTRIK BORME PROPINSI PAPUA
Disusun dan diajukan oleh
JAKOBUS KARIONGAN
Nomor Pokok P2700214052
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
Pada tanggal 31 Oktober 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun,M.Si
Ketua
Ketua Program Studi
T TeknikElektro,
Prof. Dr. Eng. Syafaruddin, ST, M. Eng
Anggota
Dekan Fakultas Teknik
U Universitas Hasanuddin,
Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT
Prof.Dr.Ir.Ansar Suyuti, MT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber energi terbarukan memiliki potensi yang besar bila
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, yang dapat dipakai di
daerah-daerah yang terisolir dengan menggunakan sistem pembangkit hybrid
.Desa Mandiri Energi (DME) merupakan salah satu program untuk
pemenuhan kebutuhan energinya sendiri. Program ini dicanangkan pertama
kali oleh Presiden RI pada tahun 2007. Kriteria dari Desa Mandiri Energi
adalah desa yang mampu memenuhi minimal 60% dari total kebutuhan
energinya (listrik dan bahan bakar) dengan memberdayakan potensi sumber
daya setempat serta tumbuhnya kegiatan produktif untuk meningkatkan
perekonomian desa sebagai dampak dari ketersediaan energi lokal.
Diharapkan dengan adanya Desa Mandiri Energi ini,ketergantungan
masyarakat terhadap penggunaan sumber energi non renewable dan
penggunaan energi subsidi dari pemerintah dapat diminimalkan.
Rasio Elektrifikasi yang sangat rendah di Papua yaitu sebesar 45,93%
dengan didominasi oleh pembangkit listrik berbahan bakar minyak/PLTD
(96%) serta permintaan kebutuhan listrik yang semakin meningkat (f8%
/tahun) merupakan permasalahan utama di Provinsi Papua (PLN dan BPS
Provinsi Papua 2013). Diberlakukannya UndangUndang Otonomi Khusus
2
Tahun 2002 dan mulai digalakkannya pemanfaatan energi terbarukan di
Papua (2007) oleh Pemerintah Daerah Provinsi merupakan salah satu segi
dalam mendukung pemenuhan akan energi listrik berbasis potensi yang ada.
Penetrasi penggunaan pembangkit non Bahan Bakar Minyak di Provinsi
Papua didukung oleh kebijakan Pemerintah melalui Kementrian Sumber
Daya Energi semakin meningkat dengan banyaknya pembangunan
pembangkit energi terbarukan skala mini dan mikro terutama di daerah yang
sulit terjangkau.
Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua,
merupakan distrik yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini (
PNG ) yang baru 2 tahun lebih dapat menikmati fasilitas listrik Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik tenaga Surya
Terpusat (PLTS Terpusat) dengan kapasitas 22 Kwp .Berdasarkan data
radiasi sinar matahari, dan debit air sungai di Distrik Borme, model sistem
pembangkit hybrid dirancang untuk mensimulasikan dan menentukan sistem
yang paling optimal untuk menyediakan energi listrik untuk beban listrik pada
pemukiman penduduk.
Optimisasi sistem energi terbarukan yang dirancang, disimulasikan
dalam rentang waktu satu tahun dengan data keluaran berupa daya yang
dihasilkan oleh masing-masing komponen sistem dan besar beban listrik
yang disuplai. Data yang dihasilkan adalah data perubahan daya yang
3
merupakan output dari sistem dan beban listrik setiap jamnya dalam rentang
waktu satu bulan.
HOMER (Hybrid Optimization Model for Electric Renewables), yang
dapat mensimulasikan sistem operasi dari sebuah sistem berdasarkan
perhitungan masing-masing energi untuk 8.760 jam dalam 1 tahun. HOMER
membandingkan beban listrik dan thermal dalam satu jam untuk energi yang
dapat disuplai oleh sistem pada waktu tersebut. Jika sistem memenuhi beban
sepanjang tahun, HOMER memperkirakan biaya siklus hidup dari sistem,
menghitung biaya modal, penggantian, operasi dan pemeliharaan, bahan
bakar dan bunga. Aliran energi perjam dapat dilihat pada masing-masing
komponen, serta biaya tahunan dan rangkuman kinerja.
Setelah mensimulasikan semua kemungkinan konfigurasi sistem,
HOMER menampilkan daftar kelayakan sistem, yang diurutkan berdasarkan
lifecycle cost. Sistem dengan biaya terendah berada di bagian atas dari
daftar sehingga dapat dengan mudah ditemukan dan juga daftar dari
kelayakan sistem lainnya dapat dicari.
Berdasarkan hal ini maka dianggap perlu dilakukan penelitian terkait
“Sistem Optimasi berdasarkan beberapa formulasi yang paling optimum”
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas didapatkan permasalahan
berikut:
1. Bagaimana merancang Desa Mandiri Energi berbasis energi
terbarukan di Distrik Borme, kab.Pegunungan Bintang-propinsi Papua
2. Bagaimana menentukan konfigurasi sistem yang paling optimal, dilihat
dari biaya investasi awal, produksi energi, dan ketersediaan sumber
energi terbarukan.
3. Bagaimana menganalisis karakteristik daya keluaran yang dihasilkan
oleh model sistem yang optimal, berdasarkan hasil konfigurasi sistem
yang optimal oleh HOMER
4. Bagaimana menentukan kapasitas PV yang optimal dalam memenuhi
kebutuhan beban serta memaksimalkan potensi radiasi sinar matahari
untuk PLTS dan aliran sungai untuk PLTMH dalam mencapai Rasio
Elektrifikasi (RE).
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :.
1. Merancang Desa Mandiri Energi berbasis energi terbarukan di Distrik
Borme, kab.Pegunungan Bintang-propinsi Papua
5
2. Menentukan konfigurasi sistem yang paling optimal, dilihat dari biaya
investasi awal, produksi energi, dan ketersediaan sumber energi
terbarukan.
3. Menganalisis karakteristik daya keluaran yang dihasilkan oleh model
sistem yang optimal, berdasarkan hasil konfigurasi sistem yang
optimal oleh HOMER.
4. Bagaimana menentukan kapasitas PV yang optimal dalam memenuhi
kebutuhan beban serta memaksimalkan potensi radiasi sinar matahari
untuk PLTS dan aliran sungai untuk PLTMH dalam mencapai Rasio
Elektrifikasi (RE).
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermamfaat bagi :
1. Kepada pemda kabupaten/propinsi setempat untuk lebih
mengoptimalkan program diversifikasi energy di pembangkitan tenaga
listrik ( supply side ) melalui pengembangan energy terbarukan.
2. Sebagai masukan / informasi kepada pemda setempat akan hasil
survey dan identifikasi potensi PLTMH untuk memungkinkan
penambahan kapasitas sistim melalui Resibility studi pada
daerah/lokasi di sekitarnya yang memiliki potensi.
6
3. Mahasiswa dan peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk
memperdalam keilmuannya tentang optimasi sistim pembangkit
energy terbarukan yang lebih focus pada solar sell dan PLTMH.
E. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan penelitian ini adalah :
1. Kajian dan identifikasi potensi serta analisis teknik sistim pembangkit
listrik tenaga mikro hidro ( PLTMH).
2. Analisis teknis sistim Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS )
Tepusat kapasitas 22 Kwp.
3. Data keluaran berupa daya yang dihasilkan oleh masing-masing
komponen sistem dan besar beban listrik yang disuplai untuk
dipergukan sebagai input dalam analisis optimasi pembangkit yang
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak (software) Hybrid
Optimization Model for Electrical Renewable (HOMER).
7
F. Sistimatika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu :
BAB I Pendahuluan
Bab I berisi penjelasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab II berisi penjelasan tentang landasan teori yang digunakan dalam
penelitian dan kerangka pemikiran. Diuraikan pula tentang tinjauan pustaka
yang merupakan penjelasan tentang hasil-hasil penelitian lainnya yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun sumber acuan dari
landasan teori adalah buku, artikel, jurnal,prosiding dan tulisan lainnya yang
berhubungan dengan judul atau tema penelitian yang dilakukan dan juga
sebagai arahan dalam memecahkan masalah yang diteliti. Dalam bab ini juga
diuraikan tentang kerangka pemikiran yang merupakan penjelasan tentang
kerangka berpikir untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab III menjelaskan tentang tahapan penelitian yang meliputi lokasi dan
tempat penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, alat penelitian
8
yang digunakan, rancangan penelitian, metode analisis, teknik validasi dan
jadwal rencana penelitian.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
BAB IV menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian optimasi dan
kajian analisis dari sistim pembangkit energy terbarukan .
BAB V Penutup
BAB V berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian serta saran pada pemda
setempat dan penelitian selanjutnya untuk pengembangan system berikutnya
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desa Mandiri Energi ( DME )
Desa Mandiri Energi (DME) merupakan salah satu program untuk
pemenuhan kebutuhan energinya sendiri. Program ini dicanangkan
pertama kali oleh Presiden RI pada tahun 2007. Kriteria dari Desa Mandiri
Energi adalah desa yang mampu memenuhi minimal 60% dari total
kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dengan memberdayakan
potensi sumber daya setempat serta tumbuhnya kegiatan produktif untuk
meningkatkan perekonomian desa sebagai dampak dari ketersediaan
energi lokal. Diharapkan dengan adanya Desa Mandiri Energi ini
ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan sumber energi non
renewable dan penggunaan energi subsidi dari pemerintah dapat
diminimalkan.
B. Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS )
PLTS adalah suatu pembangkit yang mengkonversikan
energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi
pada panel surya yang terdiri dari sel-sel surya. PLTS
memanfaatkan
Curretnt (DC)
Current (AC) a
tergantung p
sistem,dan kom
baterai, sistem
I. Komponen
Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar
dibawah ini.
Gambar
Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya
terdiri dari komponen-
n cahaya matahari untuk menghasilkan lis
), yang dapat diubah menjadi listrik
apabila diperlukan. Komponen PLTS yang
pada kebutuhan fungsional dan
mponen utamanya seperti modul fotovolta
m dan pengendali baterai (Santiari, 2011; Ya
Komponen-Komponen PLTS
Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar
Gambar 2.1 Pembangkit PLTS Terpusat
Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya
-komponen sebagai berikut :
10
listrik Direct
Alternating
g diperlukan
operasional
aik, inverter,
asin, 2008).
Gambaran umum PLTS Terpusat dapat kita lihat seperti gambar
Pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik, umumnya
11
1) Modul Surya
Panel surya merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah
energi sinar matahari menjadi energi listrik. Panel ini tersusun dari beberapa
sel surya yang dihubungkan secara seri maupun paralel. Sebuah panel surya
umumnya terdiri dari 32-40 sel surya, tergantung ukuran panel. Gabungan
dari panel-panel ini akan membentuk suatu “Array”.
Gambar 2.2 Panel Surya
Sel surya menggunakan semikonduktor yang memiliki empat elektron
di kulit terluar yang disebut elektron valensi. Semikonduktor dasar adalah
unsur kelompok IV dari tabel periodik unsur, misalnya Silikon (Si),
Germanium (Ge) atau Timah (Sn). Silikon merupakan bahan yang paling
umum digunakan dalam photovoltaik (Quaschning, 2006).
Secara fisik sel surya sangat mirip dengan dioda p-n (Gambar
2 . 3 ) Ketika cahaya mengenai permukaan sel surya, beberapa foton dari
cahaya diserap oleh atom semikonduktor untuk membebaskan elektron
dari ikatan atomnya sehingga menjadi elektron yang bergerak bebas.
12
Adanya perpindahan elektron-elektron inilah yang menyebabkan terjadinya
arus listrik (Patel, 2005).
Gambar 2.3. Efek sel surya mengubah energi foton arus (Patel, 2005).
Sel surya dijelaskan di atas adalah blok dasar dari sistem sel sistem
surya. Biasanya dalam ukuran inci persegi dan menghasilkan sekitar daya
satu Watt. Untuk memperoleh daya tinggi, banyak sel-sel tersebut
terhubung dalam rangkaian seri dan paralel pada panel seluas beberapa
meter persegi (Gambar 2.4) (Patel, 2005). Panel ini tersusun dari
beberapa sel surya yang dihubungkan secara seri maupun paralel.
Sebuah panel surya umumnya terdiri dari 32-40 sel surya, tergantung
ukuran panel. Gabungan dari panel-panel ini akan membentuk suatu
“Array” (Quaschning, 2006).
Gambar 2.4 Hubungan sel surya, modul dan array
13
Dua parameter yang paling penting banyak digunakan untuk
menggambarkan kinerja sel surya yaitu Open-circuit Voltage (Voc) yang
terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol, sehingga daya
keluaran adalah nol dan Short-circuit Current (Isc) yang terjadi pada suatu
titik dimana tegangannya adalah nol, sehingga daya keluaran adalah nol
(Santiari, 2011).
Tegangan serta arus keluaran yang dihasilkan ketika sel surya
memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang disajikan dalam
bentuk kurva I-V dan P-V dengan Maximum Power Point (MPP) pada
Gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan bahwa pada saat arus dan
tegangan berada pada titik MPP, maka akan menghasilkan daya keluaran
maksimum (PMPP). Tegangan MPP (VMPP), lebih kecil dari Voc dan
arus saat MPP (IMPP) adalah lebih rendah dari arus Isc (Quaschning,
2006).Jenis panel surya yang tersedia di pasaran, antara lain adalah
(Santiari, 2011) :
1. Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon) ; merupakan
panel yang paling efisien, yaitu mencapai angka sebesar 16-
25%.
2. Polikristal Silikon (Poly-crystalline Silicon) ; merupakan
panel surya yang memiliki susunan kristal acak, efisiensinya
sebesar 14-16%.
14
3. Amorphous Silicon ; tipe panel dengan harga yang paling
murah akan tetapi efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-
10,4%.
Gambar 2.5. Kurva karakteristik I-V dan P-V sel surya Dengan MPP (Quaschning, 2006).
2) Charge Controller
Charge Controller adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengatur pengisian arus searah dari panel surya ke baterai dan mengatur
penyaluran arus dari baterai ke peralatan listrik (beban). Charge controller
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai
sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya
berhenti.
3) Baterai
Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik
yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk
dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung.
4) Inverter
Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah
arus listrik searah (direct current
listrik bolak-balik (alternating current
Gambar 2.6 Solar Controller
Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik
yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk
dipergunakan pada malam hari dan pada saat cuaca mendung.
Gambar 2.7 Solar Batrey
Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah
direct current) dari panel surya atau baterai menjadi arus
alternating current) dengan frekuensi 50Hz/60Hz.
15
Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik
yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk kemudian
Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah
) dari panel surya atau baterai menjadi arus
) dengan frekuensi 50Hz/60Hz.
16
Gambar 2.8 Inverter Tipe SMA 12000TL
II. Energi Keluaran Modul surya
Energi keluaran harian modul surya (Wpv) dihitung berdasarkan acuan
dari Reinders :
(2.1)
Dimana :
G i,ref = radiasi matahari (W/m 2 )
l = data yang digunakan (jam)
m = jumlah data yang digunakan
nSTC = efisiensi modul surya pada standar pengujian (%)
AAc = luas permukaan modul surya (m 2 )
17
Effesiensi dari sel surya adalah perbandingan antara daya maksimum
yang mampu di bangkitkan panel PV dengan perkalian antara nilai insolasi
harian matahari dan luas penampang dari modul PV. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan effesiensi modul adalah sebagai berikut:
(2.2)
Dimana :
VSTC = Efisinesi Modul Surya (%)
Pm = Daya peak Panel surya
Ac = Luas Panel
E = radiasi harian matahari saat STC (1000 W/m 2 )\
III. Teknologi Energi Surya
Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang
dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu teknologi fotovoltaik (PV)
dan teknologi fototermik (surya termal).Teknologi PV mengkonversi langsung
cahaya matahari menjadi listrik melalui perangkat semikonduktor yang
disebut sel surya, sedangkan teknologi surya termal memanfaatkan panas
dari radiasi matahari dengan menggunakan alat pengumpul panas atau yang
biasa disebut kolektor surya. Teknologi PV dimanfaatkan untuk pembangkit
18
listrik tenaga surya (PLTS) berupa sistem terpusat (centralized), sistem
tersebar (stand alone) dan system hibrida (hybrid system).Centralized PV
sistem adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mensuplai listrik
secara terpusat untuk berbagai lokasi/ beban yang bersifat on grid maupun
off grid. Sistem stand alone hanya mensuplai listrik khusus untuk kebutuhan
beban yang tersebar di masing-masing lokasi dan bersifat off grid. Pada
sistem hybrid, PLTS digunakan bersama-sama dengan sistem pembangkit
lainnya dalam mensuplai listrik.Komponen sistem umumnya terdiri dari
rangkaian sel surya yang membentuk modul surya (PV Panel) dan beberapa
komponen pendukung seperti baterai, inverter, sistem kontrol dan lain-lain
yang disebut juga sebagai balance of system / BOS.
Aplikasi teknologi PV antara lain:PLTS pedesaan / perkotaan (on grid /
offgrid), Solar Home System (SHS), solarstreet lighting, solar pumping, BST
solar,solar refrigerator.Pada sistem surya termal, kolektor surya menyerap
radiasi matahari dan mengkonversinya menjadi energi panas yang digunakan
untuk memanaskan medium fluida seperti air atau udara yang dapat
digunakan secara langsung atau pun tidak langsung untuk berbagai aplikasi
seperti ; pemanas air (waterheater), pengering hasil pertanian (solardryer),
distilasi / desalinasi, memasak(solar cooker), pendingin surya (solar cooling),
pembangkit listrik (solar thermalpower plant), etc. Selain itu teknologi surya
termal juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber pemanas
19
tambahan untuk proses-proses produksi pada industri yang membutuhkan
energi termal.
Gambar 2.9. Prinsip kerja PLTS (Patricia H. J., 2012)
Kendala yang dihadapi pada penerapan PLTS di Indonesia adalah
tingginya biaya investasi, piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik masih
diimpor dari negara lain dan efisiensi dari modul fotovoltaik hanya sebesar
16% yang menyebabkan harga PLTS per kW masih tinggi.
IV. Analisa Potensi Energi Surya
Perencanaan potensi energi surya dihitung dengan menggunakan
modul yang paling efisien, yaitu modul monokristal Silikon (16 – 25%), ini
lebih tinggi dari Polikristal dengan efisiensi 14 – 16% dan Amorphous silicon
dengan efisiensi paling rendah 9 – 10,4 % dan berharga paling murah.
Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh panel surya berpengaruh
terhadap daya keluaran panel, semakin rendah intensitasnya maka semakin
rendah daya yang dihasilkan.
20
Orientasi panel surya sangat penting untuk mencapai energi
maksimum.Untuk panel surya di lokasi belahan bumi utara katulistiwa maka
panel diorientasikan ke selatan dan demikian juga sebaliknya.Sudut
kemiringan panel akan menyebabkan daya maksimum jika sudut
kemiringannya sama dengan lintang lokasinya. Dalam simulasi penelitian ini,
diasumsikan daya maksimum diperoleh dengan memenuhi persyaratan di
atas.
Rumus perhitungan daya PLTS :
1. Menghitung PV Area :
(2.3)
Dimana :
EL adalah pemakaian energi (kWh/hari)
Gav adalah insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari)
ƞ pv adalah efisiensi panel surya
TCF adalah temperatur correction factor
ƞOut adalah efisiensi inverter
2. Menghitung daya yang dibangkitkan PLTS (Watt peak)
P Watt peak = Area array x PSI x ƞpv (2.4)
Dimana :
PSI adalah peak solar insolation = 1000 W/m2
21
Ƞ pv= efisiensi panel surya
3. Menghitung jumlah panel PLTS (unit)
P watt peak Jumlah Panel Surya = --------------- P MPP (2.5)
Dimana :
PMPP adalah daya maksimum keluaran (output) panel surya (W).
C. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
1. Gambaran Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit
yang dapat mengubah energi dari air yang bergerak dalam jumlah
tertentu menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin air yang di
hubungkan pada generator listrik. Umumnya PLTA merupakan pusat
pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (energi
gravitasi air) menjadi energi listrik. Dimana hal tersebut air memiliki
tenaga potensial. Dalam proses aliran di dalam pipa pesat (penstock)
energi potensial berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik, di
dalam turbin energi kinetik air di ubah menjadi tenaga mekanis di mana
air memutar roda turbin yang akan memutar generator untuk
menghasilkan energi listrik. Apabila dilihat dari daya yang dimanfaatkan
dari tenaga air, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
22
- PLTA (kapasitas besar) = lebih dari 100 MW
- PLTA (kapasitas sedang) = 15 -100 MW
- PLTA (kapasitas kecil) = 1 – 15 MW
- PLTMH ( Mini Hidro) = 100 KW – 1 MW
- PLTMH ( Mikro Hidro) = 1 KW - 100 KW
- PLTPH (Piko Hidro) = kurang dari 1 KW
Pusat listrik tenaga air ini dapat di bangun apabila tiga hal utama yang
menjadi dasar yaitu:
1. Curah hujan dan debit air.
2. Daerah aliran sungai.
3. Tinggi terjun air.
2. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro ( PLTMH )
Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro (PLTMH) juga merupakan
pembangkit yang dapat mengubah energi air yang bergerak dalam
jumlah tertentu berskala kecil menjadi energi listrik yang berskala kecil
pula dengan menggunakan turbin air yang di hubungkan pada generator
listrik. Pusat listrik tenaga air mikro ini juga dapat di bangun apabila tiga
hal utama seperti pada PLTA secara umum.
Gambar
3. Prinsip Kerja PLTMH.
Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,
saluran-saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.
Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai
yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengka
dengan intake gate
dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat
(Penstock) yang setelah melalui katup pintu masuk (
Gambar 2.10 Gambaran Umum PLTMH
Prinsip Kerja PLTMH.
Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,
saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.
Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai
yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengka
intake gate (Pintu Pengambilan Air) yang selanjutnya masuk ke
dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat
(Penstock) yang setelah melalui katup pintu masuk (Inlet Valve
23
Sebuah pusat listrik tenaga air terdiri dari bendungan, waduk,
saluran air, dan sentral daya beserta semua perlengkapannya.
Deskripsi kerja suatu PLTMH meliputi aliran sungai, air sungai
yang mengalir akan di tampung di sebuah waduk yang di lengkapi
(Pintu Pengambilan Air) yang selanjutnya masuk ke
dalam saluran penghantar. Air akan mengalir di dalam pipa pesat
Inlet Valve) air akan
24
terus mengalir menuju roda turbin (Runner), runner akan akan memutar
poros turbin air, yang pada gilirannya akan menggerakan sebuah
generator listrik.
4. Proses Perubahan Energi Pada PLTAM
Energi tidak dapat di ciptakan dan tidak dapat di hilangkan
tetapi energi dapat di ubah dari bentuk satu ke bentuk energi yang lain
(Hukum Thermo-dinamika) Hukum thermo-dinamika inilah yang
mendasari prinsip kerja dari sebuah PLTAM. PLTAM merupakan pusat
pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (Energi
Gravitasi Air) menjadi energi listrik. Dimana hal tersebut air memiliki
tenaga potensial yang memanfaatkan ketinggian tertentu terhadap
bidang sehingga timbul gaya gravitasi karena adanya gaya tarik bumi.
Dalam proses aliran di dalam pipa pesat energi potensial
berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik. Tekanan suhu ialah
konstant dan sama dengan tekanan atmosfir, sehingga pemindahan
energi semata-mata terjadi karena perubahan energi kinetik tanpa
perubahan ke bentuk lain.
Didalam turbin energi kinetik air di ubah menjadi energi mekanik
dimana air memutar roda turbin yang akan memutar generator untuk
menghasilkan energi listrik. Dimana proses perubahan energi listrik ini
25
terjadi dalam medium medan magnet dan bagian generator yang
membangkitkan GGL (Gaya Gerak Listrik) adalah stator karena
kumparan jangkar ada pada bagian tersebut, sedangkan medan
magnet timbul akibat adanya arus penguatan pada kumparan medan
rotor.
5. Pemilihan Lokasi PLTAM.
Untuk membangun sebuah Pusat Lstrik Tenaga Air Mikro
(PLTAM) di perlukan suatu aliran air atau sungai. Jika sepanjang tahun
ternyata sungai tidak pernah kering dan debit minimum masih cukup
besar. Aliran air yang deras menandakan cukupnya kemiringan pada
sungai tersebut, berarti adanya perbedaan tinggi muka air antara dua
tempat tertentu di bagian hulu da hilir sungai.
Tersedianya debit dan tinggi terjun yang mencukupi, berarti di
tempat tersebut sungai mempunyai cukup daya guna membangkitkan
tenaga listrik. Kendati demikian yang paling perlu di perhatikan dalam
menentukan pilihan pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:
1. Besarnya kapasitas tiap PLTMH harus di tentukan sedemikian
rupa sehingga tenaga airnya dapat di manfaatkan secara efektif.
2. Penentuan item pembangunan mana yang akan di dahulukan
pelaksanaannya harus di lakukan sesudah di adakan
26
pertimbangan terhadap kebutuhan secara menyeluruh dan
setempat serta lokasi yang ekonomis, disesuaikan dengan lokasi
kebutuhan.
6. Kapasitas Pembangkit
Untuk ini di tentukan aliran air dan debit di tempat itu serta tinggi
jatuh (head) dan besarnya waduk yang dapat di bangun sesuai dengan
keadaan geografisnya. Dari data ini kemudian di tentukan jumlah dan
jenis turbin air serta unit dari generator dan tenaga yang di hasilkan tiap
tahun.
Lebih lanjut sangat penting di perhatikan penentuan besarnya
kapasitas pembangkit tenaga, hal ini tergantung pada kecenderungan
kebutuhan tenaga dalam masa yang akan datang. Pembangkit-
pembangkit tenaga dengan kapasitas yang sama mungkin berbeda
biaya konstruksinya, tergantung dari beberapa keadaan misalnya letak
geografis, keadaan geologis dan lain-lain.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, hal-hal berikut yang
sebaiknya sejauh mungkin di penuhi guna memperoleh biaya
pembangunan serendah mungkin:
1. Tinggi terjun air (head) yang mudah di peroleh, jumlah air yang
berlimpah-limpah dan daerah aliran sungai yang bagus.
27
2. Letak geografis dan geologis yang baik untuk bendungan dan gardu
sentral (Power House).
3. Letaknya bagus untuk pengangkutan bahan dan peralatan.
4. Biaya distribusi yang rendah.
Pada pengukuran debit ini tidak di ukur secara langsung dengan
suatu alat ukur atau metode tertentu, tetapi yang diukur langsung
adalah parameter-parameter sebagai berikut (metode cross section):
1. Kecepatan aliran sungai atau saluran.
2. Kedalaman sungai.
3. Luas penampang aliran.
4. Kondisi dasar sungai.
7. Prinsip Pembangkitan Energi Listrik dengan Pembangkitan Listrik
Tenaga Mikrohidro
Pembangkitan energi listrik dengan PLTMH merupakan proses
konversi energi mekanik yang dihasilkan oleh tenaga air menjadi energi
listrik. Ketinggian jatuh air efektif (Hnet) dari tingkat yang paling tinggi ke
tempat yang paling rendah dimanfaatkan untuk memutar turbin yang
selanjutnya akan memutar generator. Ketinggian jatuh air efektif dapat
dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Hnet = Hgross – (hf sb + hf forebay) (2.6)
dimana : Hnet = Ketinggian jatuh air efektif (m)
28
Hgross = Ketinggian jatuh air maksimum terukur (m)
hf sb = Head fraction terhitung di bak pengendap (m)
hf forebay = Head fraction terhitung di bak penenang (m)
Persamaan umum untuk debit air adalah sebagai berikut :
Q = A . v (2.7)
dengan : Q = Debit air (m3/detik)
A = Luas penampang melintang saluran (m2)
v = Kecepatan rata-rata aliran air (m/detik)
Persamaan umum dari daya yang dihasilkan dalam semua
pembangkit tenaga air adalah sebagai berikut :
P = g H Q ηt ηg ηtr ( 2.8 )
dengan : P = Daya yang dihasilkan (Watt)
g = Gravitasi (9,81 m/detik2)
H = Ketinggian jatuh air maksimum (meter)
Q = Debit air (m3/detik)
ηt = Efisiensi dari turbin
ηg = Efisiensi dari generator
ηtr = Efisiensi dari transmisi mekanik
Berdasarkan persamaan di atas, maka usaha memperoleh
daya yang maksimal tergantung dari usaha memperoleh tinggi jatuh
air maksimal dan debit air secara maksimal.
8. Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
1. Kelayakan lokasi pembangkitan
Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi
geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :
a. Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam
bendungan.
b. Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air
dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak
penampungan.
c. Setelah memutar turbin generator, air akan diali
pembuangan kembali ke sungai.
Gambar
2. Komponen-komponen pembangkit listrik tenaga mikrohidro
a. Komponen pekerjaan sipil
. Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Kelayakan lokasi pembangkitan
Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi
geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :
Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam
Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air
dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak
penampungan.
Setelah memutar turbin generator, air akan dialirkan melalui saluran
pembuangan kembali ke sungai.
Gambar 2.11 Skema teknis PLTMH
komponen pembangkit listrik tenaga mikrohidro
Komponen pekerjaan sipil
29
. Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Kelayakan pemilihan lokasi PLTMH berpedoman pada kondisi
geografis yang memenuhi skema teknis sebagai berikut :
Air yang berasal dari sungai dialirkan atau dimasukan ke dalam
Untuk pembangkitan dengan kapasitas sedang atau besar, air
dialirkan secara horisontal melalui saluran menuju bak
rkan melalui saluran
30
Komponen pekerjaan sipil meliputi pekerjaan bangunan-bangunan
antara lain :
- Bangunan Pengelak
Bangunan pengelak berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai
melalui sebuah saluran pembuka pada sisi bagian sungai menuju
ke dalam bak pengendap
- Saluran Pelimpah (spillway)
- Bak Pengendap (sattling basin)
- Saluran Pembawa (headrace)
Gambar 2.12 Bak Penenang dan pipa pesat
Perencanaan dimensi saluran pembawa berdasarkan persamaan
Manning di bawah ini :
� = � �� �� ⁄ �� �⁄ (2.9) dengan : Q = Debit air yang mengalir (m3/detik)
A = Luas penampang basah (m2)
31
n = Koefisien kekasaran material
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan saluran
- Bak Penenang (forebay)
- Pipa Pesat (penstock)
Diameter minimum pipa pesat dapat dihitung dengan persamaan :
� = 2,69 ���������� ��,����
(2.10)
dengan : D = Diameter minimum pipa pesat (meter)
n = koefisien kekasaran (roughness) bahan
Q = Debit desain (m3/detik)
L = Panjang pipa pesat (meter)
Hnet = Tinggi jatuh efektif air (meter)
Tabel 2.1. Koefisien kekasaran (n) material untuk pipa pesat
No Material Koefisien Kekasaran
1. Welded steel 0,012
2. Polyethylene 0,009
3. Polyvinyl chloride 0,009
4. Asbestos cement 0,011
5. Cast iron 0,014
6. Ductile iron 0,015
Sumber : Layman, 1998
32
Sedangkan ketebalan minimum pipa pesat dapat dihitung dengan
persamaan :
tmin = 2,5 D + 1,2 mm (2.11)
dengan : t min = Ketebalan minimum pipa pesat (mm)
- Rumah Pembangkit (power house)
- Saluran Pembuangan (rail race)
b. Komponen pekerjaan mekanikal dan elektrikal
Komponen pekerjaan ini meliputi pengerjaan peralatan mekanikal dan
elektrikal antara lain :
- Turbin Air
Pemilihan jenis turbin air dapat diperhitungkan dengan
mempertimbangkan parameter-parameter khusus yang
mempengaruhi sistem operasi turbin, antara lain ketinggian jatuh
air efektif (Hnet) dan besarnya debit air (Q) yang akan
dimanfaatkan.
Tabel 2.2. Jenis-jenis turbin air menurut ketinggian jatuh air efektif
Jenis
Turbin
Ketinggian Jatuh Air Efektif
Tinggi
(> 100 m)
Sedang
(10 – 15 m)
Rendah
(
33
Multi-jet Pelton Multi-jet Pelton
Reaksi Francis (spiral
case)
Francis (open-
flume)
Propeller
Kaplan
Sumber : Layman, 1998
Tabel 2.3. Daerah operasi turbin air
No Jenis Turbin Variasi Ketinggian (H)
1. Kaplan dan Propeller 2 < H < 20 meter
2. Francis 10 < H < 350 meter
3. Pelton 50 < H < 1000 meter
4. Crossflow 6 < H < 100 meter
5. Turgo 50 < H < 250 meter
Sumber : Layman, 1998
Pengaruh ketinggian jatuh air efektif (Hnet) dan besarnya
debit air (Q) dalam pemilihan turbin air dapat dilihat pada pada
gambar daerah operasi turbin di bawah ini.
34
Gambar 2.13. Daerah operasi untuk pemilihan turbin air
Efesiensi turbin yang diinginkan berkait dengan tinggi
jatuh efektif dan besar debit air yang tersedia.
Tabel 2.4. Efesiensi turbin air No. Jenis Turbin Efisiensi (η)
1. Crossflow 0,7 – 0,8
2. Francis 0,8 – 0,9
3. Pelton 0,8 – 0,85
4. Propeller dan Kaplan 0,8 – 0,9
Sumber : Layman, 1998
Kecepatan putaran turbin air yang akan ditransmisikan
ke generator.
Tabel 2.5. Kisaran kecepatan spesifik turbin air No. Jenis Turbin Kecepatan Spesifik Ns (rpm)
1. Crossflow 40 ≤ Ns ≤ 200
35
2. Francis 60 ≤ Ns ≤ 300
3. Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25
4. Propeller dan Kaplan 250 ≤ Ns ≤ 1000
Sumber : Layman, 1998
Beberapa rumus untuk mencari kecepatan spesifik turbin
dikembangkan dari berbagai penelitian.
Tabel 2.6. Rumus-rumus kecepatan spesifik turbin air Jenis
Turbin
Rumus Kecepatan
Spesifik Ns (rpm) Peneliti dan Tahun
Propeller Ns = 2702 / H0,5 USBR, 1976
Pelton Ns = 85,49 / H0,243 Siervo dan Lugaresi, 1978
Crossflow Ns = 513,25/ H0,505 Kpordze dan Warnick, 1983
Francis Ns = 3763 / H0,854 Schweiger dan Gregory,1989
Kaplan Ns = 2283 / H0,486 Schweiger dan Gregory,1989
Sumber : Layman, 1998
Persamaan kecepatan spesifik dari turbin air adalah :
�� = � √!����" #⁄ (2.12) dengan : ns = Kecepatan spesifik turbin air (rpm)
n = Kecepatan putar turbin air (rpm)
36
P = Daya yang dibangkitkan (kW)
Hnet = Tinggi jatuh air efektif (m).
Diameter runner minimum dari sebuah turbin air dapat
ditentukan dengan persamaan di bawah ini :
�$%��&$ = ' ��,�(���� (2.13)
dengan : Drunner = Diameter minimum runner (mm)
Q = Debit air terhitung (m3/detik)
D. PERANGKAT LUNAK HOMER
HOMER® adalah singkatan dari the Hybrid Optimisation Model for
Electric Renewables, salah satu tool populer untuk desain sistem PLTH
menggunakan energi terbarukan. HOMER® mensimulasikan dan
mengoptimalkan sistem pembangkit listrik baik stand-alone maupun grid-
connected yang dapat terdiri dari kombinasi turbin angin, photovolaic,
mikrohidro, biomassa, generator (diesel/bensin), microturbine, fuel-cell,
baterai, dan penyimpanan hidrogen dalam melayani beban listrik.
HOMER (Hybrid Optimization Model for Electric Renewables),
merupakan software optimasi model sistem tenaga listrik mikro. Beberapa
fungsi dari HOMER adalah:
37
1. Mencari kombinasi komponen sistem dengan biaya terendah yang sesuai
dengan beban.
2. Mensimulasikan ribuan kemungkinan konfigurasi sistem.
3. Optimasi dari biaya keseluruhan sesuai dengan umur sistem dan analisis
sensitifitas dari beberapa input.
HOMER bekerja berdasarkan 3 (tiga) hal, yaitu simulasi, optimisasi,
dan analisa sensitifitas. Ketiga hal tersebut bekerja secara berurutan,
dan memiliki fungsi masing-masing, sehingga didapatkan hasil yang
optimal (Prityatomo, 2009).
1. Simulasi
HOMER melakukan simulasi pengoperasian sistem pembangkit
listrik tenaga hibrid dengan membuat perhitungan keseimbangan energi
selama 8.760 jam dalam satu tahun. Untuk setiap jamnya, HOMER
membandingkan kebutuhan listrik dengan energi yang dapat dipasok oleh
sistem pada jam tersebut, dan menghitung aliran energi dari dan ke
setiap komponen dari sistem. Untuk sistem dengan baterai atau
generator bahan bakar, HOMER juga memutuskan kapan akan
mengoperasikan generator dan mengisi atau mengosongkan baterai.
38
2. Optimasi
Setelah disimulasi, tahapan selanjutnya adalah mengoptimasi semua
kemungkinan konfigurasi sistem kemudian diurutkan berdasarkan NPC
yang digunakan untuk membandingkan pilihan desain sistem.
3. Analisa Sensitivitas
Ketika variabel sensitivitas ditambahkan, HOMER mengulangi proses
optimasi untuk setiap variabel sensitivitas yang ditentukan. Misalnya jika
ditetapkan radiasi matahari atau kecepatan angin sebagai sensivitas
variabel, HOMER akan mensimulasikan sistem konfigurasi untuk berbagai
radiasi matahari atau kecepatan angin yang telah ditetapkan.
Gambar 2.14. Hubungan konseptual antara simulasi, optimasi, dan analisis sensitivitas HOMER (Lambert et al., 2006).
Pada gambar 2 . 1 4 menggambarkan hubungan antara simulasi,
optimasi, dan analisis sensitivitas. Optimasi melingkupi simulasi untuk
mewakili fakta bahwa optimasi tunggal terdiri dari beberapa simulasi.
39
Demikian pula, analisis sensitivitas melingkupi optimasi karena analisis
sensitivitas tunggal terdiri dari beberapa optimasi (Lambert et al., 2006).
HOMER mensimulasikan sistem operasi dari sebuah sistem
berdasarkan perhitungan masing-masing energi untuk 8.760 jam dalam 1
tahun. HOMER membandingkan beban listrik dan thermal dalam satu jam
untuk energi yang dapat disuplai oleh sistem pada waktu tersebut. Jika
sistem memenuhi beban sepanjang tahun, HOMER memperkirakan biaya
siklus hidup dari sistem, menghitung biaya modal, penggantian, operasi dan
pemeliharaan, bahan bakar dan bunga. Aliran energi perjam dapat dilihat
pada masing-masing komponen, serta biaya tahunan dan rangkuman kinerja
sistem.
Setelah mensimulasikan semua kemungkinan konfigurasi sistem,
HOMER menampilkan daftar kelayakan sistem, yang diurutkan berdasarkan
lifecycle cost. Sistem dengan biaya terendah berada di bagian atas dari
daftar sehingga dapat dengan mudah ditemukan dan juga daftar dari
kelayakan sistem lainnya dapat dicari. Skema HOMER ditunjukkan pada
gambar berikut :
40
Gambar 2.15. Skema pembangkit hybrid
Gambar 2.16. Arsitektur simulasi dan optimasi HOMER
41
E. Rasio Elektrifikasi ( RE )
Penetrasi infrastruktur kelistrikkan di suatu daerah dapat dilihat dari 2
(dua) indikator yaitu Rasio Elektrifikasi dan Konsumsi Energi Per Kapita.
Rasio elektrifikasi merupakan persentasi dari jumlah rumah tangga
pengguna listrik terhadap keseluruhan rumah tangga yang ada di suatu
daerah. Sedangkan Konsumsi energy per Kapita adalah rata-rata konsumsi
energy listrik tahunan untuk setiap penduduk dalam suatu daerah tertentu.
Berdasarkan data dari Dirjen Ketenagalistrikkan Kementrian ESDM
(Ketenagalistrikkan, 2016), rasio elektrifikasi di Indonesia pada tahun 2015
sebesar 88.03%. Untuk Provinsi Papua nilai Rasio Elektrifikasi sebesar 45,93
% pada tahun 2015. Berdasarkan laporan BAPPEDA tentang profil
Infrastruktur di Papua, kontribusi nilai yang paling besar untuk rasio
elektrifikasi berasal dari daerah-daerah pesisir. Untuk daerah pegunungan,
nilai RE sangat kecil (Bappeda Papua, 2015).
42
Gambar 2.17 Rasio Elektrifikasi Nasional Tahun 2015
Rencana Pengembangan Pembangkit melalui Program Indonesia Terang
Pemerintah melalui Kementrian ESDM telah mencanangkan Program
Indonesia Terang (PIT) pada 21 April, sebagai upaya pemerintah
menyediakan akses listrik bagi 12.659 desa yang belum memperoleh aliran
listrik secara memadai. Prioritas diberikan bagi 2.519 desa di di Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan
Papua Barat yang benarbenar masih gelap, karena belum tersentuh aliran
listrik.
PIT berfokus pada perluasan transmisi listrik ke 10.300 desa dan
pembangunan penyediaan listrik bagi 2.519 desa yang tergolong masih gelap
tersebut. Saat mencanangkan PIT di Kabupaten Maybrat, Papua Barat,
43
Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan total kapasitas yang perlu
terpasang sebesar 350 MW, denganasumsi konsumsi rata-rata listrik per hari
1,5 kWh per keluarga. Dalam hubungan dengan PIT ini, dibutuhkan dana
sebesar Rp100 triliun. Anggaran sebesar itu, diharapkan dapat dipenuhi oleh
investor korporasi sebesar 80 persen, serta 20 persen sisanya atau sekitar
Rp20 triliun bersumber dari APBN untuk kebutuhan investasi. Dalam tahun
anggaran 2016 ini, pemerintah telah mengalokasikan dana dari APBN
sebesar Rp441 miliar untuk pembangunan jaringan listrik berkapasitas 9,4
MW di enam provinsi tersebut. PIT dalam pandangan Menteri ESDM menjadi
dasar untuk memacu pembangunan energi baru terbarukan (EBT), karena
jenis energi tersebut paling cocok untuk mengatasi kesenjangan di wilayah
yang jauh dari jaringan listrik nasional. (Endang K, 2016).
Program ini bukan merupakan bagian dari Program 35.000 MW, tetapi
program Indonesia Terang lebih bertujuan pada peningkatan rasio
Elektrifikasi. Kabupaten Yahukimo merupakan salah satu wilayah yang
menjadi target dari program tersebut. Dari rencana yang telah disusun oleh
Pemerintah dapat dilihat bahwa daerah-daerah yang belum terlistriki
termasuk di Kabupaten Yahukimo sampai tyahun 2019 akan di berikan akses
listrik melalui pembanguinan pembangkit-pembangkit listrik baru yang
bersumber pada Energi terbarukan. Gambar berikut memjelaskan tentang
rencana pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah-daerah
44
yang sulit terjangkau termasuk Kabupaten Pegunungan Bintang. (ESDM,
2016)
Gambar 2.18 Percepatan Elektrifikasi di Papua (2016-2019) melalui Program Indosesia Terang
F. GAMBARAN UMUM DISTRIK BORME
1. Kondisi Geografis dan Administratif
Secara Geografis distrik Borme merupakan salah satu distrik di
Kabupaten Pegunungan Bintang propinsi Papua dimana kabupaten ini
terletak di antara 140 00’00’’ BT dan 3 04’00” – 5 20’00” LS. Luas kabupaten
Pegunungan Bintang adalah sebesar 15.683 km2 atau sekitar 4,01 % dari
luas Provinsi Papua.
Batas Wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang adalah :
� Sebelah Utara : Berbatasan dengan distrik Kaureh
kabupaten Jayapura, serta distrik Web kabupaten Keerom.
45
� Sebelah Timur : Berbatasan dengan Negara Papua New
Gugini (PNG).
� Sebelah Selatan : Berbatasan dengan distrik Waropko dan
distrik Kouh kabupaten Boven digoel.
� Sebelah Barat : Berbatasan dengan distrik Suator
kabupaten Asmat, distrik Ninia dan distrik anggruk kabupaten
Yahukimo.
Kabupaten Pegunungan Bintang secara administrasi memiliki 10
distrik dan 91 Kampung / desa . Dan distrik Borme merupakan salah satu dari
10 distrik di Pegunungan Bintang, yang secara geografis terletak antara
140.1833 ’ – 140.5333’ BT dan 3.96677’ – 4.4833’ LS, dengan luas wilayah
5.548,54 km2. Secara administrasi ibukotanya adalah Bormel, yang terdiri
dari 13 kampung, distrik ini merupakan salah satu distrik yang terletak jauh
dari pusat kota, yang tidak mendapat pasokan energi listrik dari PLN karena
letak pembangkit dengan beban sangat jauh. Karena pada daerah ini belum
tersedianya energi listrik, maka sangatlah tepat untuk menggunakan
teknologi dari energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTMH ). Distrik Borme terdiri dari
4383 jumlah penduduk dan 1087 jumlah kk seperti tabel 2.7
46
Tabel 2.7 DATA JUMLAH PENDUDUK DISTRIK BORME THN 2016
NO DESA/KAMPUNG JMLH PENDUDUK JMLH KK
1 BORME 663 162
2 OMBAN 342 85
3 SIKUBUR 380 94
4 ONYA 487 121
5 ARINA 473 119
6 BORDAMBAN 457 114
7 ARINGGON 205 51
8 BUKAM 234 58
9 KWIME 216 53
10 KOLGIR 254 63
11 CANGDAMBAN 165 41
12 LAYDAMBAN 290 72
13 SEBAN 217 54
JUMLAH 4383 1087
Letak Geografis Decimal Degree DMS
Lintang 3.9667 LS - 4.4833 LS 3º58'00" S - 4º29'00"S
Bujur 140.1833 BT - 140.5333 BT
140º11'00"E - 140º32'00"E
Titik Bandara Borme
47
Lintang 4.3945 LS 4º23'40.2"S
Bujur 140.4361 BT 140º26'9.96"E Sumber : Statistik Kab.Peg.Bintang thn 2015
2. Kondisi Kelistrikan ( Existing System )
Kelistrikan di distrik Borme ini disuplai oleh 2 b u a h genset dengan
kapasitas 30 KVA dan 10 KVA, PLTMH 40 KVA dan PLTS Terpusat 22 KWp
dengan jumlah pelanggan sebesar 1087 rumah tangga, yang dikelola
secara perorangan. Gambar grafik dibawah ini dapat menjelaskan gambaran
rasio elektrifikasi ( RE ) di 13 desa /kampung di distrik Borme.
Gambar 2.19.Sebaran Rasio Elektrifikasi di 13 desa/kampong
Karena minimnya infrastruktur kelistrikan, sebagian besar wilayah di
perkampungan / desa distrik Borme masih dibawah RE 50 %. Hal ini karena
tingkat medan geografis yang sulit. Seperti pada gambar dibawah ini terlihat
presentase jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan jumlah KK yang non
RE.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
KK
RE
Gambar 2
Dengan membandingkan
jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,
dapat kita lihat presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan
presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,
menunjukkan bahwa
dibawah rata-rata RE nasional
di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan
dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala
geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.
3. Potensi Energi Terbarukan
Intensitas radiasi
menentukan latitude
longitude ini digunaka
setiap harinya berdas
terletak pada 4° 3 9 4 5
Gambar 2.20. Presentase Jumlah KK RE dan Non RE
membandingkan jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan
jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,
presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan
presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,
menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat RE di distrik Borme
rata RE nasional sebesar 88.30%. Alasan utama RE terend
di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan
dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala
geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.
Potensi Energi Terbarukan di Distrik Borme
iasi matahari dalam HOMER didapatk
dan longitude dari suatu daerah. Dari l
an untuk menghasilkan pola intensitas radiasi
sarkan data rata-rata bulanan. Distrik Borme
3 9 4 5 ’ LS dan 140° 4 3 6 1 ’ BT maka intensit
NON RE
41.21 %
R E
58.79 %
48
.20. Presentase Jumlah KK RE dan Non RE
jumlah KK yang sudah terlistriki (RE) dan
jumlah KK yang belum terlistriki ( Non RE) seperti pada gambar diatas, maka,
presentase KK yang sudah RE sebesar 58,79 % dan
presentase KK yang belum terlistriki (Non RE ) sebesar 41,21 %,
secara keseluruhan tingkat RE di distrik Borme masih
88.30%. Alasan utama RE terendah
di Papua adalah wilayah yang luas dengan situasi yang terkurung daratan
dan pegunungan serta kepadatan penduduk rendah. Tapi sekali lagi, kendala
geografis dan demografis membuat energi listrik tidak tersebar baik di Papua.
kan dengan
latitude dan
iasi matahari
Distrik Borme y a n g
sitas radiasi
49
matahari dapat dilihat pada Tabel 2 . 8 dengan rata-rata 5.098
KWh/m2/hari. Nilai ini mendekati nilai yang dilakukan referensi (Permana,
2008) sebesar 5.14 KWh/m2/hari, perbedaannya adalah 0.041
KWh/m2/hari atau 0.798%.
Tabel 2.8 Radiasi matahari Distrik Borme (NASA, 2015)
Sedangkan untuk potensi PLTMH di distrik Borme dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sebuah lokasi mengandung potensi tenaga listrik yang dapat
dimamfaatkan menjadi PLTMH apabila mempunyai karakter sebagai berikut :
Bulan
RRadiasi Harian
(KWh/m2/d)
Suhu S u h u rata-rata (oC)
Kecepatan rata-
rata (m/s)
Januari 4.990 25.74 4.68
Februari 5.000 25.76 4.81
Maret 5.150 25.81 4.23
April 4.870 25.8 4.09
Mei 4.550 25.52 4.75
Juni 4.330 24.93 4.67
Juli 4.600 24.46 4.9
Agustus 5.230 24.82 4.87
September 5.860 25.8 4.69
Oktober 6.010 26.66 4.05
November 5.550 26.59 3.85
Desember 5.040 25.89 4.31
Rata-rata 5.098 25.65 4.49
50
a.Debit Air
Besarnya debit air sangat tergantung pada banyaknya air yang
mengalir, kecepatan air yang mengalir dan besarnya penampang dari air
mengalir persatuan waktu. Semakin cepat aliran air semakin besar tenaga
listrik yang bisa dibangkitkan.
Pengukuran Debit Air di Lokasi Sungai Borme :
Gambar 2.21. Pengukuran debit air di lokasi
b.Head
Semakin besar tinggi terjun maka daya yang bisa dibangkitkan
semakin besar pula, dan semakin terjal lokasi terjunan akan semakin
ekonomis sebab dapat mengurangi panjang penstock.
Pada kondisi tertentu dimana tidak dapat ditemukan head yang cukup
besar, maka dapat juga dimungkinkan dengan syarat lokasi tersebut
mempunyai debit air cukup memadai untuk dapat memutar turbin, seperti
51
halnya pada lokasi perencanaan ini dengan head yang tidak terlalu tinggi
tetapi didukung oleh debit air yang memungkinkan.
c.Jangkauan
Potensi air yang menjanjikan cenderung mahal untuk disadap apabila
terletak sangat jauh dari lokasi pelayanannya (load source). Jarak power
house dengan arel pemukiman penduduk yang akan dilayani mempunyai
batasan optimum, kelau terlalu jauh akan membuat panjang jaringan kabel
transmisi terlalu besar serta mengalami hambatan berupa rugi effiseinsi
sehingga kurang ekonomis.
Berdasarkan beberapa prasyarat di atas dapat disimpulkan bahwa
lokasi perencanaan di Borme mempunyai potensi dari head yang tidak
terlalu besar namun didukung oleh debit air yang cukup memadai serta lokasi
pembangkit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk.
Berdasarkan pengukuran di lokasi didapatkan parameter-parameter
sebagai berikut :
Tabel 2.9 Hasil Pengukuran Potensi PLTMH
NO PARAMETER NILAI
1 Kecepatan aliran rata-rata (m/s) 0.2
2 Kedalaman Rata-rata (m) 0.82
3 Luas Penampang (m2) 0.78
4 Lebar Penampang Sungai (m) 7.6
5 Debit Ar ( m3 ) 0.58
6 Head (m) 15,5
52
G. Penelitian Terkait
Upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di kab.Pegunungan Bintang ini
telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui pembangunan beberapa
pembangkit listrik energy terbarukan yang dibangun bersama dengan
beberapa kementrian dan juga bekerjasama dengan PLN diantaranya
dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Surya-
Diesel 300kWp pada tahun 2011. Melalui kajian mengenai Analisis
Tekno-Ekonomis Sistem Pembangkit Listrik Hibrid (PLTH) Surya-Disel
300kWp di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, memberikan
gambaran dari hasil penelitian ini adalah menganalisa kinerja dari PLTH
ditinjau dari sisi teknis (optimasi operasi pembangkit) dan sisi ekonomis
(harga jual energi yang dihasilkan pembangkit berdasarkan sumber energi
yang terpakai). Faktor penggunaan pembangkit dilihat dari factor utilitas
sudah sangat besar sehingga dapat berakibat pada lama operasi
pembangkit yang semakin cepat apabila ada penambahan beban
pelanggan meskipun dengan persentasi yang kecil. Belum adanya
kejelasan mengenai pembiayaan bahan bakar disel, disebabkan sumber
dana bahan bakar disediakan pemda, tetapi biaya konsumen dibayarkan
langsung ke PLN. ( Herbert Innah, dkk.2014)
Penelitian terkait oleh AF Juwito, 2015, journal UMY.” Optimalisasi
Energi Terbarukan Pada Pembangkit Tenaga Listrik Dalam Menghadapi
53
Desa Mandiri Energi Di Margajaya”. Pada Penelitian tersebut dengan
menggunakan software homer dan hasil rancangan simulasi yang
dilakukan terhadap model sistem pembangkit hybrid yang terdiri dari
sistem mikrohidro, PV Array, biomassa dan grid menyimpulkan bahwa :
hasil optimisasi energi terbarukan untuk pembangkit listrik hybrid, jumlah
energi listrik yang dihasilkan oleh model sistem hybrid ini dapat memenuhi
kebutuhan energi listrik di Desa Margajaya. Dan sistem optimal
menunjukkan bahwa energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke grid
(PLN), sehingga dapat menjadi pemasukan kas di Desa Margajaya.
Penelitian selanjutnya oleh Rony Rewansa dkk 2014 yaitu
”Refesiability studi PLTMH Iwur di kab.Pegunungan Bintang ”
menggambarkan bahwa Program pembangunan PLTMH Iwur sangat
strategis untuk mengembangkan dan mendorong kegiatan pembangunan
masyarakat. Keberadaan PLTMH dikemudian hari bukan sekedar
memenuhi kebutuhan pelistrikan desa, tetapi berpotensi untuk mendorong
kegiatan ekonomi produktif melalui program “Community & Business
Development Services”.
Penelitian selanjutnya oleh Herbert Innah, Jakobus Kariongan, ( 2016)
tentang “ Electrification ratio and renewable energy in Papua propinsi “ (
Published by the American Instituti of Physics ) menggambarkan bahwa
pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, pada awal tahun 2016 memperkenalkan sebuah program
54
bernama “Indonesia Terang” . Tujuan dari program ini adalah untuk
mempercepat Ratio Elektrifikasi (RE) dengan prioritas pada enam
provinsi di wilayah timur Indonesia termasuk Provinsi Papua. Target dari
RE di Indonesia pada 2019 adalah 97%. Sementara RE nasional
Indonesia sudah mencapai 88.30% di tahun 2015, Papua masih
menunjukkan RE terendah (45.93%) di antara provinsi yang lain. Skenario
untuk meningkatkan RE di wilayah Timur dengan menghubungkan
konsumen di desa-desa yang belum diberi sumber Energi Terbarukan
(Renewable Energy). Penelitian ini menunjukkan sebuah gambaran
situasi saat ini dari Infrastruktur dan operasional Ketenagalistrikan
terutama di daerah pegunungan yang berpenduduk tinggi dibandingkan
dengan daerah pesisir meskipun rata-rata RE di bawah 10%. Studi kasus
profil infrastruktur ketenagalistrikan dari wilayah pegunungan dilakukan
untuk mengidentifikasi dan mengungkap tantangan demi mencapai tujuan
Indonesia Terang. Selain itu, penilaian visibilitas sesuai target yang tinggi
dari program ini akan ditunjukkan.
55
H. Kerangka Pikir
PROBLEM
Terbatasnya Kapasitas pembangkit dan kurang optimal
HASIL
TARGET IMPLEMENTASI
OLAH DATA
Optimasi dan Divertifikasi energi
State dan Dinamik
Analisis tentang karakteristik daya keluaran yang dihasilkan
oleh model sistim yang optimal,berdasarkan hasil konfigurasi
sistim yang optimal oleh homer serta analisa identifikasi potensi
pengembangan kapasitas pembangkit
Energi listrik yang dihasilkan oleh model sistim homer ini
dapat memenuhi kebutuhan energy listrik dan tercapainya
desa mandiri energy serta peningkatan rasio Elektrifikasi
elektrifikasiAnalisis sebelum dan sesudah injeksi daya baru
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tahapan Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan dari Oktober 2016 hingga April
Oktober 2018.
Adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di :
1. Distrik Borme, Kab.Pegunungan Bintang Propinsi Papua
2. Laboratorium Teknik Energi Listrik, Jurusan Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin , Makassar.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bersifat
analisis sehingga dari ruang lingkup masalah dapat dilakukan dengan
metode studi pustaka (library research), metode pengumpulan data (field
research) dan analisis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder:
a. Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data parameter-
parameter pada kedua sistim pembangkit, data beban dan juga
57
kajian/identifikasi potensi PLTMH jika memungkinkan untuk pengembangan
kapasitas pembangkit.
b. Data Sekunder
Dalam metode ini dilakukan pencarian sebanyak mungkin literature
yang ada, baik dari buku, jurnal maupun internet.
4. Parameter Ukur
Parameter ukur yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu simulasi
dengan menggunakan software homer untuk menentukan konfigurasi system
berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC, menentukan kapasitas PV
yang optimal, pengukuran debit (Q), pengukuran head (H) untuk
pengembangan potensi kapasitas PLTMH.
5. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Software :
- Windows 8
- Aplikasi Homer versi 8.1
b. Hardware :
- Laptop Asus Processor Core i7
- Hardisk1 TB HDD
- RAM DDR3 4GB
- Kamera Cannon
- Alat Ukur Clamp Meter Aditeg ADC-1000
- Alat Ukur Energi Meter
58
B. Perancangan Penelitian
Perancangan untuk menyelesaikan penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1 Alur Diagram Penelitian
DIVERGEN
KONVERGEN
START
STUDI LITERATUR DAN
SURVEI LAPANGAN
DATA PRIMER DATA SEKUNDER
DATA UNTUK
PERHITUNGAN DAN
SIMULASI
PERHITUNGAN
DAN SIMULASI
HOMER
IDENTIFIKASI POTENSI /
MODIFIKASI BEBAN
ANALISA HASIL
STOP
59
Selanjutnya untuk mendapatkan hasil simulasi Homer secara khusus
dapat dibuatakan alur diagramnya sebagai berikut :
Gambar 3.2 Alur Simulasi Homer
60
C. Teknik Validasi Data
Validasi data dilakukan dengan 4 teknik yaitu :
1. Terhadap ahli dan praktis dilakukan melalui diskusi intensif
terhadap teori – teori yang berhubungan dengan judul penelitian.
2. Pengumpulan teori – teori yang berhubungan dengan penelitian.
3. Menelaah teori – teori yang berhubungan dengan penelitian yang
relevan.
4. Menggunakan pengalaman atau intuisi peneliti sendiri
D. Teknik Analisis Validasi Data
Dari hasil validasi tersebut, selanjutnya dianalisis dengan cara
mensimulasikan data – data yang sudah diperoleh dengan bantuan aplikasi
software Homer versi 8.1, dan juga dengan analisis tekno photovoltaic array
serta analisis identifikasi potensi pengembangan kapasitas pembangkit
mikrohidro.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Simulasi
Konfigurasi sistem dimodelkan terdiri dari PLTMH, PLTD dan PLTS beserta
penyimpanan energi (baterai). Model sistem ini disajikan pada Gambar 4., dimana
sistem ini terdiri atas 2 bus, yaitu Bus AC dan Bus DC. PLTMH dan PLTD terhubung
pada Bus AC sedangkan PLTS dan baterai terhubung pada Bus DC. Hasil simulasi
ini memberikan beberapa konfigurasi yang dapat menyuplai beban secara kontinyu
dalam setahun. Hasilnya disajikan pada Tabel 4.1 dibawah ini. Konfigurasi sistem
yang dihasilkan ini berdasarkan keekonomian sistemnya yaitu NPC. Hasil simulasi
menempatkan sistem yang mempunyai NPC terkecil yang dianggap optimal untuk
memenuhi kebutuhan beban.
Gambar 4.1 Model simulasi sistem pada HOMER.
62
Tabel 4.1. Hasil simulasi system
No.
PLTS
(kW)
PLTMH
(kW)
PLTD
(kVA)
Converter
(kW)
Baterai
(buah)
Biaya
Awal
($)
NPC
($)
COE
($)
1 52 40 1 x 10 75 268 429,751 981,662 0.199
2 58 40 1 x 30
1 x 10 75 272 445,547 1,200,265 0.238
3 58 40 1 x 30 80 272 446,797 1,228,600 0.244
4 40 1 x 30
1 x 10 65 256 301,459 1,341,701 0.269
Hasil simulasi berdasarkan Tabel 4.1, memberikan sistem yang optimal adalah
sistem yang dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 10 kW, PLTS sebesar 52
kW, baterai sebanyak 268 buah. Konfigurasi ini memberikan NPC paling kecil dari
pada konfigurasi sistem yang lain yaitu sebesar $ 981,662. Akan tetapi tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mendesain sebuah sistem untuk menentukan
kapasitas PV yang optimal untuk memenuhi kebutuhan beban, karena PLTMH dan
PLTD sudah ada.
Berdasarkan hasil simulasi pada Tabel IV.1 di atas, kapasitas PV yang optimal
untuk beban adalah sebesar 58 kW, sehingga sistem baru yang optimal dapat
dikembangkan adalah sistem dengan konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW
dan 1 x 10 kW, PLTS sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter
sebesar 75 kW.
63
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Simulasi Sistem Optimal
1. Faktor Ekonomi
Sistem konfigurasi PLTMH 40 kW, PLTD 1 x 30 kW dan 1 x 10 kW, PLTS
sebesar 58 Kw, baterai sebanyak 272 buah dan konverter sebesar 75 kW,
menghasilkan biaya investasi sebesar $ 445,547, NPC $ 1,200,265, COE, 0.238
$/kWh dan biaya operasi 65,800 $/thn. Gambar 4. menujukan cost summary sistem
ini, berdasarkan gambar tersebut biaya awal sebesar 37% yang meliputi biaya
pengadaan panel surya beserta kelengkapnnya, baterai konverter dan biaya sipil
untuk pembangunan sistem PLTS sebesar $445,547, biaya penggantian 36
%sebesar $ 440,826 yang merupakan biaya penggantian baterai dan konverter,
biaya O & M 6% sebesar 78,485 yang meliputi baiaya O & M untuk PLTD, serta gaji
dan biaya bahan bakar sebesar 21% untuk PLTD dengan total sebesar $ 257,170.
Biasa sisa (salvage) merupakan nilai sisa dari sistem yang terdiri dari komponen
PLTD, baterai dan konverter sebesar $ 21,762. Besarnya biaya penggantian ini
disebabkan karena, baterai mengalami penggantian sebanyak 8 kali selama umur
sistem perencanaan. Berdasarkan hasil simulasi umur baterai selama 2.63 tahun.
Gambar 4.2. Cost summary sistem
Capital Replacement Operating Fuel Salvage-100,000
0
100,000
200,000
3