Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KAYU MANIS(Cinnamomum burmanni) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SIFAT KIMIA DAN SENSORI KERIPIK PISANG
(Hasil Penelitian)
Oleh
DIAN ANGGREINI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
EFFECT OF CONCENTRATION OF CINNAMON EXTRACTS(Cinnamomum burmanni) AND THE LONG STORAGE OF CHEMICAL
PROPERTIES AND SENSORS OF BANANA CHIPS
By
DIAN ANGGREINI
Banana chips have a high fat content due to absorption of oil during frying, thus
triggering an oxidation reaction. One effort that can be done by using natural
antioxidants is cinnamon. The aim of this study was to obtain the effect of the
concentration of liquid cinnamon extract, the effect of storage time and obtain
optimal concentration and storage time for the chemical and sensory properties of
banana chips. This study uses a Complete Randomized Block Design (CRBD)
arranged in factorial with two factors and two repetitions. The first factor is the
concentration of cinnamon extract 0% (K1); 1% (K2); 2% (K3); 3% (K4) and 4%
(K5). The second factor is the storage time 0 weeks (T1); 2 Weeks (T2); 4 Weeks
(T3); 6 Weeks (T4) and 8 Weeks (T5). The data obtained were tested for the
similarity of the variance with the Barlett test and the addition of the data tested
by the Tuckey test to determine whether there was influence between treatments.
The data were then analyzed by Orthogonal Polynomial and Orthogonal
Dian Anggreini
Comparison at the level of 1% and 5%. The results showed the concentration of
cinnamon extract and storage time had a very significant effect on the levels of
free fatty acids and sensory properties of banana chips. The concentration of
cinnamon extract 2% and the storage time of 4 weeks produced banana chips with
a moisture content of 5.41%, FFA content of 0.60%, color of 3.59 (brownish
yellow), texture of 4.02 (crunchy), taste of 3.34 (likes), aroma of 3.39 (likes),
reception overall 3.33 (likes) and fat content of 28.65%. However, at storage for
up to 8 weeks all sensory parameters were still at the level of likes.
Keywords: Banana chips, cinnamon extract, free fatty acid, sensors properties.
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KAYU MANIS(Cinnamomum burmanni) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SIFAT KIMIA DAN SENSORI KERIPIK PISANG
Oleh
DIAN ANGGREINI
Keripik pisang memiliki kandungan lemak tinggi akibat penyerapan minyak
selama penggorengan, sehingga memicu terjadinya reaksi oksidasi. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan dengan menggunakan antioksidan alami yaitu kayu
manis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh konsentrasi ekstrak
cair kayu manis, pengaruh lama penyimpanan serta mendapatkan konsentrasi dan
lama penyimpanan optimal terhadap sifat kimia dan sensori keripik pisang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang
disusun secara faktorial dengan dua faktor dan dua kali pengulangan. Faktor
pertama adalah konsentrasi ekstrak kayu manis 0% (K1); 1% (K2); 2% (K3); 3%
(K4) dan 4% (K5). Faktor kedua yaitu lama penyimpanan 0 Minggu (T1); 2
Minggu (T2); 4 Minggu (T3); 6 Minggu (T4) dan 8 Minggu (T5). Data yang
diperoleh diuji kesamaan ragamnya dengan uji Barlett dan kemenambahan data
diuji dengan uji Tuckey untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar perlakuan.
Dian Anggreini
Data selanjutnya dianalisis dengan Polinomial Ortogonal dan Comparison
Ortogonal pada taraf nyata 1% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar free fatty acid dan sifat sensori keripik pisang. Konsentrasi
ekstrak kayu manis 2% dan lama penyimpanan 4 minggu menghasilkan keripik
pisang dengan nilai kadar air 5,41%, kadar FFA 0,60%, warna 3,59 (kuning
kecoklatan), tekstur 4,02 (renyah), rasa 3,34 (suka), aroma 3,39 (suka),
penerimaan keseluruhan 3,33 (suka) dan kadar lemak 28,65%. Walaupun
demikian, pada penyimpanan sampai 8 minggu semua parameter sensori masih
pada taraf suka.
Kata kunci: Keripik pisang, ekstrak kayu manis, free fatty acid, sifat sensori.
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KAYU MANIS
(Cinnamomum burmanni) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SIFAT KIMIA DAN SENSORI KERIPIK PISANG
Oleh
Dian Anggreini
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Maret 1996, sebagai
anak ke empat dari 5 bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Waseh dan Ibu
Mas’aluna. Penulis memilik 3 orang kakak yang bernama (Nurma, Siti Masyitoh,
Wahyudi) dan 1 adik bernama (Muhammad Maulana Yusuf).
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kota Karang pada 2002-
2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2008-
2011, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 11
Bandar Lampung pada tahun 2011-2014. Penulis diterima sebagai mahasiswi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
tahun 2014 melalui jalur tes tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada bulan Juli sampai Agustus 2017
di PT. Phillips Seafood Indonesia Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota
Bandar Lampung dan menyelesaikan laporan PU yang berjudul “Mempelajari
Alir Proses Produksi Breaded Salt and Pepper Calamari di PT. Phillips Seafood
Indonesia Lampung Plant” Pada bulan Januari sampai Maret 2018, penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Labuhan Ratu II, Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur dengan tema “Pariwisata dan Kearifan
Lokal”
x
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Tahun ajaran 2017/2018 penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata
kuliah Teknologi Serealia dan Palawija.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat
dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) dan Lama
Penyimpanan terhadap Sifat Kimia dan Sensori Keripik Pisang”. Penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Susilawati, M. Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Azhari Rangga, M. App. Sc., selaku Pembimbing Utama dan
Dosen Pembimbing Akademik atas segala arahan, bimbingan, nasihat dan
motivasi baik selama menjalani masa kuliah maupun selama proses
penyusunan skripsi.
4. Ibu Novita Herdiana, S. Pi., M. Si., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan,
nasihat dan saran selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Dr. Dewi Sartika, S.T.P., M. Si selaku pembahas atas masukan, nasihat dan
saran selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium di
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
xii
7. Kedua orang tuaku Bapak Waseh dan Ibu Mas’aluna yang selalu bekerja keras
untuk pendidikanku, memotivasi dan menyertai penulis disetiap doanya.
8. Ketiga kakak tersayang Teh Nurma, Teh Itoh, Kak Wahyu dan adikku Maulana
Yusuf, atas segala perhatian, dukungan, dan bantuannya.
9. Imam Setia Hagi yang selalu memberi semangat tak henti dan motivasi kepada
penulis
10. Sahabatku “Sailor Moon” (Yulai, Dina, Lia, Meta, Nadia, Mihe), “Perempuan
Pilihan” (Ditaku, Siti, Mona) dan keluarga besar THP FP Unila atas segala
keceriaan, motivasi serta kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa buah karya ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 20 Februari 2019
Penulis
Dian Anggreini
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 11.2. Tujuan Penelitian............................................................................. 31.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 41.4. Hipotesis.......................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1. Buah Pisang (Musa Paradisiaca).................................................... 72.1.1. Jenis – jenis buah pisang........................................................ 72.1.2.Pisang Kepok (Musa acuminate sp.) ..................................... 92.1.3.Komposisi Kimia Pisang Kepok............................................ 11
2.2. Keripik Pisang ................................................................................. 112.3. Proses Pembuatan Keripik Pisang................................................... 13
2.3.1.Pengirisan............................................................................... 132.3.2.Perendaman............................................................................ 142.3.3.Penggorengan......................................................................... 142.3.4.Penirisan................................................................................. 17
2.4. Syarat Mutu Keripik Pisang ............................................................ 172.5. Perubahan Selama Penyimpanan .................................................... 18
2.5.1.Oksidasi Asam Lemak ........................................................... 182.5.2.Asam Lemak Bebas ............................................................... 20
2.6. Antioksidan ..................................................................................... 212.7. Kayu Manis ..................................................................................... 22
xiv
III.METODE PENELITIAN .................................................................... 26
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 263.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 263.3. Metode Penelitian............................................................................ 273.4. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 28
3.4.1.Pembuatan Ekstrak Kayu Manis............................................ 283.4.2.Pembuatan Keripik Pisang..................................................... 29
3.5. Pengamatan ..................................................................................... 303.5.1.Analisis Kadar Air ................................................................. 313.5.2.Analisis Kadar Free Fatty Acid ............................................. 313.5.3.Kadar Lemak.......................................................................... 323.5.4.Uji Organoleptik .................................................................... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 37
4.1.Analisis Kimia................................................................................. 374.1.1.Kadar Air .............................................................................. 374.1.2.Asam Lemak Bebas .............................................................. 39
4.2.Analisis Organoleptik ..................................................................... 414.2.1.Warna .................................................................................... 414.2.2.Tekstur .................................................................................. 444.2.3.Rasa ....................................................................................... 464.2.4.Aroma ................................................................................... 494.2.5.Penerimaan Keseluruhan ...................................................... 51
4.3.Penentuan Perlakuan Terbaik ......................................................... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 56
5.1.Kesimpulan .................................................................................... 565.2.Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58
LAMPIRAN .............................................................................................. 64
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Kandungan gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram)...................... 9
2. Komposisi kimia per 100 g pisang kepok............................................... 11
3. Kandungan gizi 100 gram keripik pisang ............................................... 12
4. Syarat mutu keripik pisang ..................................................................... 18
5. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni ............................................. 24
6. Tata letak perbandingan konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama penyimpanan keripik pisang 27
7. Skala penilaian uji organoleptik keripik pisang...................................... 34
8. Hasil rekapitulasi data penelitian ............................................................ 54
9. Data rata-rata kadar air............................................................................ 65
10. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam kadar air (Bartlett’s test)..... 66
11. Hasil analisis ragam kadar air ................................................................. 67
12. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal kadar air ............................ 68
13. Data rata-rata Free Fatty Acid (FFA) ..................................................... 69
14. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam FFA (Bartlett’s test) ........... 70
15. Hasil analisis ragam free fatty acid ......................................................... 71
16. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal free fatty acid .................... 72
17. Data rata-rata uji skoring warna.............................................................. 73
18. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam uji skoringwarna (Bartlett’s test) ............................................................................. 74
19. Hasil analisis ragam uji skoring warna ................................................... 75
xvi
20. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal warna................................. 76
21. Data rata-rata uji skoring tekstur............................................................. 77
22. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam uji skoringtekstur (Bartlett’s test) ............................................................................ 78
23. Hasil analisis ragam uji skoring tekstur .................................................. 79
24. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal tekstur ............................... 80
25. Data rata-rata uji hedonik rasa ................................................................ 81
26. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam uji hedonikrasa (Bartlett’s test)................................................................................. 82
27. Hasil analisis ragam uji hedonik rasa...................................................... 83
28. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal rasa.................................... 84
29. Data rata-rata uji hedonik aroma............................................................. 85
30. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam uji hedonik aroma(Bartlett’s test) ........................................................................................ 86
31. Hasil analisis ragam uji hedonik aroma .................................................. 87
32. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal aroma ................................ 88
33. Data rata-rata uji hedonik penerimaan keseluruhan................................ 89
34. Hasil uji kehomogenan (kesamaan) ragam uji hedonik penerimaankeseluruhan (Bartlett’s test) .................................................................... 90
35. Hasil analisis ragam uji hedonik penerimaan keseluruhan ..................... 91
36. Uji perbandingan dan polinomial ortogonal penerimaan keseluruhan keripikpisang ...................................................................................................... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Jenis pisang meja (banana)........................................................................ 8
2. Jenis pisang olahan (plaintain) .................................................................. 8
3. Pisang kepok putih ..................................................................................... 10
4. Pisang kepok kuning .................................................................................. 10
5. Bentuk irisan keripik pisang (a) melintang, dan (b) memanjang............... 14
6. Kulit dan bubuk kayu manis ..................................................................... 22
7. Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Kayu Manis......................................... 28
8. Diagram alir pembuatan keripik pisang .................................................... 29
9. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap kadar air keripik pisang ....................................... 38
10. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap kadar asam lemak bebas keripik pisang................ 40
11. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap warna keripik pisang............................................. 42
12. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap tekstur keripik pisang............................................ 45
13. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap rasa keripik pisang ................................................ 47
14. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap aroma keripik pisang ............................................ 50
15. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis dan berbagai lamapenyimpanan terhadap penerimaan keseluruhan keripik pisang................ 52
16. Larutan kayu manis.................................................................................... 93
xviii
17. Perendaman keripik pisang dalam larutan kayu manis.............................. 93
18. Pengemasan keripik pisang........................................................................ 93
19. Keripik pisang perlakuan 0% pada berbagai lama penyimpanan .............. 93
20. Keripik pisang perlakuan 5% pada berbagai lama penyimpanan .............. 94
21. Keripik pisang perlakuan 10% pada berbagai lama penyimpanan ............ 94
22. Keripik pisang perlakuan 15% pada berbagai lama penyimpanan ............ 94
23. Keripik pisang perlakuan 20% pada berbagai lama penyimpanan ............ 95
24. Penimbangan KOH .................................................................................... 95
25. Larutan KOH 0,1 N.................................................................................... 95
26. Proses titrasi .............................................................................................. 95
27. Analisis kadar lemak.................................................................................. 96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Lembar Kuisioner .................................................................................... 64
2. Hasil Statistik Analisis Kimia (Kadar Air) .............................................. 65
3. Hasil Statistik Analisis Kimia (Free Fatty Acid) ....................................... 69
4. Hasil Statistik Uji Skoring Warna.............................................................. 73
5. Hasil Statistik Uji Skoring Tekstur ............................................................ 77
6. Hasil Statistik Uji Hedonik Rasa .............................................................. 81
7. Hasil Statistik Uji Hedonik Aroma ........................................................... 85
8. Hasil Statistik Uji Hedonik Penerimaan Keseluruhan .............................. 89
9. Foto – foto penelitian ................................................................................ 93
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang dan Masalah
Tanaman pisang mudah untuk ditemukan di Indonesia, karena mampu tumbuh pada
wilayah beriklim tropis, lembab dan panas. Potensi produksi buah pisang
di Indonesia tersebar hampir diseluruh wilayah. Menurut BPS (2015), total produksi
pisang Indonesia tahun 2015 mencapai 7.299.275 ton dan 26,54% dari total produksi
disumbangkan oleh Lampung yaitu 1.937.349 ton. 90% hasil produksi pisang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pisang dalam negeri, sedangkan sisanya untuk
di ekspor. Melimpahnya produksi pisang di Indonesia, menjadikan buah ini memiliki
nilai ekonomis yang rendah. Hal tersebut menjadi peluang bagi pelaku usaha dengan
mengolah produk berbahan baku pisang menjadi keripik pisang, sehingga
meningkatkan nilai tambah.
Keripik pisang adalah produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang
dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan
(SNI 01-4315-1996). Buah pisang yang akan diolah menjadi keripik, dipilih
berdasarkan tingkat ketuaan buah yaitu sekitar 80%. Keripik pisang memiliki kadar
air 6% yang menimbulkan tekstur keripik menjadi renyah. Namun, keripik pisang
memiliki kandungan lemak tinggi hingga 39% akibat penyerapan minyak selama
2
penggorengan, sehingga saat penyimpanan menimbulkan aroma tengik (Mongi et al.,
2016). Menurut Puspita et al., (2016), umur simpan keripik pisang tanpa pengawetan
pada suhu ruang (250C) yaitu 107,19 hari dalam kemasan polietilen, 143,52 hari
dalam kemasan polipropilen dan 155,19 hari dalam kemasan alumunium foil. Selain
itu, selama proses pengolahan buah pisang mudah mengalami reaksi pencoklatan
akibat aktivitas enzim fenolase. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan suatu upaya
pengawetan menggunakan antioksidan alami dalam pengolahan keripik pisang,
misalnya penambahan kayu manis.
Kayu manis (Cinnamomum burmanni) adalah salah satu rempah – rempah yang
banyak ditemukan di Indonesia dan telah digunakan sebagai bumbu masak serta
ramuan obat herbal. Menurut Anderson et al., (2004), kayu manis mampu
menurunkan glukosa dalam darah karena memiliki komponen bioaktif golongan
polifenol yang memiliki aktivitas mirip dengan insulin dan bekerja sebagai
hipoglikemik. Kayu manis mengandung senyawa sinamaldehid, eugenol, trans asam
sinamat, senyawa fenol, dan tannin (Purseglove,1977). Komponen terbesar yang
terdapat dalam kayu manis yaitu sinamaldehid dengan kadar mencapai 60-70%
ditambah dengan eugenol. Menurut Ekaprasada (2009), tingginya kandungan
sinamaldehid (68,58%) dalam kayu manis dapat dijadikan sebagai sumber
antioksidan. Senyawa sinamaldehid yang termasuk dalam golongan fenilpropanoid
merupakan turunan senyawa fenol yang berperan penting dalam aktivitas antioksidan,
sehingga mampu memperlambat proses kerusakan flavour akibat reaksi antara lemak
dengan oksigen (Prasetyaningrum, 2012).
3
Berdasarkan penelitian Yulia dan Ulyarti (2014), penambahan ekstrak kulit kayu
manis 15% dengan lama perendaman 60 menit dapat memperpanjang umur simpan
bakso udang selama 3 hari. Indriyanto et al., (2016) melaporkan bahwa penambahan
ekstrak kayu manis 10% dan 20% dengan lama perendaman 30 menit berpengaruh
terhadap kadar lemak dan angka peroksida. Menurut Kusuma (2008), bubuk kayu
manis dapat mengawetkan roti manis selama 7 hari. Semakin tinggi konsentrasi kayu
manis yang digunakan maka daya simpannya menjadi lebih lama. Selain itu, ekstrak
kayu manis juga mampu mengawetkan dodol rumput laut selama 20 hari (Wardhana,
2010). Namun, penelitian keripik pisang dengan perendaman dalam berbagai
konsentrasi ekstrak kayu manis terhadap sifat kimia dan sensori selama penyimpanan
belum diketahui informasinya. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian dengan
konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama penyimpanan tertentu.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengaruh konsentrasi ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanni)
terhadap sifat kimia dan sensori keripik pisang.
2. Mendapatkan pengaruh lama penyimpanan terhadap sifat kimia dan sensori
keripik pisang.
3. Mendapatkan konsentrasi dan lama penyimpanan optimal terhadap sifat kimia dan
sensori keripik pisang.
4
1.3. Kerangka Pemikiran
Keripik pisang memiliki komposisi kimia seperti karbohidrat, kalium, vitamin A, C,
D, B12, B6, magnesium, zat besi, yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.
Menurut Yani et al., (2013), Keripik pisang mengandung karbohidrat 67,66%, lemak
24, 60%, protein 4,31% dan serat 1,98%. Keripik pisang memiliki rasa yang gurih
dan tekstur renyah serta aroma yang khas sehingga keripik pisang menjadi salah satu
makanan ringan yang digemari masyarakat. Tekstur renyah keripik pisang
disebabkan karena kadar air yang rendah sekitar 6%. Produk yang disimpan dalam
jangka waktu tertentu akan mengalami penurunan mutu baik fisik maupun kimia.
Penurunan mutu keripik umumnya disebabkan oleh timbulnya aroma tengik akibat
reaksi oksidasi (Arpah, 2001). Aroma tengik timbul karena senyawa aldehid yang
dihasilkan saat dekomposisi hidroperoksida pada tahap terminasi (Purnomo, 1995).
Kerusakan tersebut dapat dicegah dengan melakukan upaya pengawetan
menggunakan antioksidan. Menurut Fennema (1985), Antioksidan merupakan
substansi kimia yang dapat menghambat permulaan (inisiasi) atau memperlambat
kecepatan reaksi oksidasi. Antioksidan berfungsi untuk mencegah atau menetralkan
senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan elektron (Silalahi,
2006). Matz (1984) menyatakan bahwa dalam konsentrasi kecil pun antioksidan
dapat menahan terjadinya ketengikan dan menghambat reaksi oksidasi pada bahan
yang mengandung lemak atau minyak. Menurut Pratt dan Hudson (1990), senyawa
antioksidan alami umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang berupa
golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam
5
organik polifungsional. Salah satu bahan alami yang memiliki fungsi sebagai
pengawet yaitu kayu manis.
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki komponen terbesar yaitu
sinamaldehida 60–70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, trans
asam sinamat, senyawa fenol, tannin, benzyl-benzoat dan phelandrene (Rismunandar
dan Paimin, 2001). Menurut Ekaprasada (2009), ekstrak kulit batang kayu manis
(Cinnamomum burmannii) dengan kandungan kadar trans sinamaldehid yang cukup
tinggi (68,65%) dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan dengan kemampuannya
menangkap radikal bebas. Wijayanti et al., (2009) menambahkan bahwa
sinamaldehid dan euganol berfungsi sebagai pendonor hidrogen pada radikal bebas
sehingga radikal tersebut menjadi stabil dan tidak reaktif lagi untuk membentuk
radikal baru. Penelitian Yulia dan Ulyarti (2014), menyatakan bahwa penambahan
ekstrak kulit kayu manis 15% dan lama perendaman 60 menit dapat memperpanjang
umur simpan bakso udang selama 72 jam (3 hari). Selain itu, larutan kayu manis
15% dengan lama perendaman 60 menit mampu mempertahankan daya simpan ikan
kembung selama 18 jam (Sirait, 2017).
Senyawa Sinamaldehida pada kayu manis merupakan turunan senyawa fenol yang
berfungsi sebagai pemutus rantai reaksi oksidasi (Wijayanti et al., 2009).
Penambahan Antioksidan (AH) dengan konsentrasi rendah dapat menghambat reaksi
autooksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal – radikal antioksidan
(A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup
energi untuk bereaksi dengan molekul tertentu membentuk radikal bebas baru
6
(Gordon, 1990). Konsentarsi dan lama penyimpanan tertentu diduga berpengaruh
terhadap sifat kimia produk. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriyanto et al.,
(2016), bahwa penambahan ekstrak kayu manis 10% dan 20% dengan lama
penyimpanan 28 hari berpengaruh terhadap kadar lemak dan angka peroksida belut
asap.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanni) berpengaruh terhadap
sifat kimia dan sensori keripik pisang.
2. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap sifat kimia dan sensori keripik pisang.
3. Terdapat konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama penyimpanan optimal terhadap
sifat kimia dan sensori keripik pisang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buah Pisang (Musa Paradisiaca)
Buah pisang merupakan buah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia,
dapat dikonsumsi kapan saja dan pada berbagai tingkatan usia. Pemanenan buah
pisang dapat dilakukan setelah 80-90 hari terhitung dari keluarnya jantung pisang.
Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan
tiap sisir berjumlah 6-22 buah pisang atau bergantung varietasnya (Rukmana,
1999). Buah pisang memiliki ukuran yang bervariasi, panjangnya berkisar antara
10-18 cm dengan diameter berkisar 2,5-4,5 cm. Buah memiliki bentuk bulat
memanjang, bengkok dengan bagian ujung meruncing. Kulit buah pisang muda
berwarna hijau, namun setelah tua berubah menjadi kuning (Cahyono, 2002).
2.1.1.Jenis – Jenis Buah Pisang
Indonesia memiliki kurang lebih 230 jenis pisang, namun tidak semua
jenis pisang yang ada dapat diperoleh di pasaran. Berdasarkan penggunaannya,
buah pisang terbagi menjadi dua jenis yaitu Musa pardisiaca var. sapientum yang
umumnya disajikan sebagai buah segar dan Musa Pardisiaca forma typiaca yang
dapat dikonsumsi setelah dilakukan pengolahan menjadi berbagai produk. Jenis
pisang meja (banana) yang terkenal antara lain pisang ambon kuning, ambon
8
lumut, barangan, pisang emas, raja bulu dan raja sereh. Secara berurutan disajikan
pada gambar 1.
Gambar 1. Jenis pisang meja (banana)Sumber: Prabawati et al., (2008)
Jenis pisang olahan (plantain) antara lain pisang kepok, tanduk, siem dan pisang
nangka secara berurutan disajikan pada gambar 2. Jenis pisang lainnya yaitu
pisang batu dan pisang klutuk yang lebih dimanfaatkan bagian daunnya, karena
buah banyak mengandung biji (Prabawati et al., 2008).
Gambar 2. Jenis pisang olahan (plaintain)Sumber: Prabawati et al., (2008)
9
Buah pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan
kalsium juga mengandung vitamin B, B6 dan C serta Serotonin yang aktif sebagai
neutransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Prabawati et al., 2008). Namun,
komposisi kimia yang terkandung berbeda-beda antar varietas. Berikut adalah
kandungan gizi beberapa varietas pisang yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram)
Zat Gizi Ambon Nangka KepokRajaSereh
Siam
Energi (kal) 92 121 115 108 268Protein (g) 1,0 1,0 1,2 1,3 4,3Lemak (g) 0,3 0,1 0,4 0,3 12,6Karbohidrat (g) 24,0 28,9 26,8 28,2 58,1Kalsium (mg) 20 9 11 16 20,4Fosfor (mg) 42 37 43 38 44,2Besi (mg) 0,5 0,9 1,2 0,1 1,6Vitamin A (RE) 0 0 0 0 17Vitamin B (mg) 0,05 0,13 0,10 0,02 20,4Vitamin C (mg) 3,0 13,4 2,0 2,0 0,01Air (g) 73,8 68,9 70,7 69,3 62,0Bagian yang dapat dimakan (%) 70 72 62 86 75Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990)
2.1.2.Pisang Kepok (Musa acuminate sp.)
Menurut Suhartono (2011), pisang kepok (Musa acuminate L.) merupakan produk
yang cukup baik dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang
tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, kulit
buah kuning kemerahan dengan bintik-bintik coklat. Pisang kepok memiliki
tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan. Batangnya berdiameter 31 cm
dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm, sedangkan warna daun serta
tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau lanset. Bentuk buah lurus
10
dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3,46 cm. Warna kulit dan daging
buah matang berwarna kuning tua (Firmansyah, 2012).
Pisang kepok termasuk kedalam jenis Musa Pardisiaca forma typiaca (plantain)
yang dapat dikonsumsi setelah dilakukan pengolahan. Pisang kepok (Musa
acuminate sp.) berbentuk pipih dan memiliki kulit yang tebal. Berat per tandan
dapat mencapai 22 Kg, memiliki 10-16 sisir dan satu sisir terdiri dari 16-20 buah
(Prabawati et al., 2008). Pisang ini memiliki ukuran buah yang kecil dengan
panjang buah 10-12 cm dengan berat per buah 80-120 gram. Kulit buah pisang
kepok sangat tebal dengan warna kuning kehijauan dan bernoda coklat
(Widyastuti dan Paimin, 1993).
Pisang kepok terdiri dari dua jenis yaitu pisang kepok putih (Gambar 3) dan
pisang kepok kuning (Gambar 4). Pisang kepok putih memiliki bentuk lebih kecil
dan kulitnya tipis, daging buah berwarna kuning pucat hampir putih dengan rasa
lebih asam. Sedangkan kepok kuning bentuknya lebih besar dan kulit lebih tebal,
daging buah berwarna kekuningan dengan rasa lebih manis (Widyastuti dan
Paimin, 1993).
Gambar 3. Pisang kepok putih Gambar 4. Pisang kepok kuningSumber: Rumpis, (2011)
11
2.1.3.Komposisi Kimia Pisang Kepok
Pisang kepok memiliki kandungan gizi yang baik antara lain menyediakan energi
yang tinggi, kaya akan vitamin dan mineral. Komposisi kimia pisang kepok dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia per 100 g pisang kepok
Komponen JumlahEnergi 104 kkalAir 70 gKarbohidrat 27 gSerat Kasar 0,50 gProtein 1,20 gLemak 0,30 gAbu 0,90 gFosfor 290 mgAsam Askorbat 120 mgKalsium 80 mgΒ-carotein 2,40 mgThiamin 0,50 mgRiboflavin 0,50 mgSumber: Satuhu dan Supriyadi, (1999)
2.2. Keripik Pisang
Menurut SNI 01-4315-1996, keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat
dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan
yang diizinkan. Buah pisang yang akan dibuat keripik pisang dipilih yang masih
mentah, dengan tingkat ketuaan buah 80%. Pengirisan buah dilakukan dengan
menggunakan pisau atau menggunakan alat perajang keripik (slicer) hingga
membentuk irisan tipis. Keripik pisang memiliki rasa yang gurih dan renyah serta
aroma yang khas, sehingga keripik pisang menjadi salah satu makanan ringan
yang digemari masyarakat. Keripik merupakan produk makanan yang
12
mengandung kadar air rendah sehingga memiliki tekstur yang keras dan relatif
lebih awet untuk disimpan karena kondisi yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba. Kerusakan pada keripik pisang lebih disebabkan oleh
adanya reaksi ketengikan yang terjadi pada komponen minyak dan lemak.
Keripik pisang mempunyai nilai gizi cukup tinggi, karena dari 100 g keripik
pisang diperoleh energi berkisar 340-519 kkal. Nilai energi tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan daging ternak, yang berkisar 120-430 kkal per 100 g.
Nilai energi keripik pisang lebih tinggi dari pada nilai energi beras yang hanya
364 kkal. Nilai energi yang tinggi tersebut berasal dari kadar karbohidrat dan
minyak yang terserap selama proses penggorengan keripik. Oleh karena itu,
keripik pisang cocok digunakan sebagai makanan pensuplai energi, khususnya
ketika sedang sibuk beraktivitas. Kandungan gizi keripik pisang disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan gizi 100 gram keripik pisang
Komponen JumlahProtein (%) 4,40Lemak (%) 2,40Abu (%) 3,50Air (%) 2,00Karbohidrat (%) 87,39Serat kasar (%) 3,00Sodium (ppm) 4,00B-karoten (ppm) 760,00Thiamine (ppm) 0,18Riboflavin (ppm) 0,24Asam Askorbat (ppm) 7,00Kalori (kal/100g) 340,00Sumber : Pudjihastuti, (2010).
13
2.3. Proses Pembuatan Keripik Pisang
Keripik pisang dapat dibuat dari berbagai jenis pisang seperti pisang kepok,
tanduk, nangka, kapas, dan jenis pisang olahan lainnya. Namun, pisang yang
biasa digunakan untuk pembuatan keripik adalah pisang kepok. Buah pisang
dipilih dalam keadaan mentah agar mudah untuk diiris membentuk lembaran tipis.
Buah pisang mentah memiliki warna kulit yang hijau dengan tekstur buah keras.
Pemilihan buah pisang berkaitan dengan tekstur keripik yang akan dihasilkan.
Penggunaan buah pisang matang tidak akan menghasilkan keripik pisang yang
kering karena bahan baku banyak menyerap minyak. Pembuatan keripik pisang
melalui berbagai tahapan proses. Tahapan – tahapan dalam pembuatan keripik
pisang meliputi pengirisan, perendaman, penggorengan dan penirisan. Proses
pembuatan keripik pisang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.3.1.Pengirisan
Pengirisan merupakan salah satu upaya pengecilan ukuran yang dilakukan dengan
menggunakan pisau, slicer atau alat pengiris lainnya. Buah pisang mentah diiris
membentuk lembaran tipis berdiameter 2-3 mm baik secara membujur ataupun
melintang (Gambar 5). Menurut Yani et al., (2013), secara anatomi posisi irisan
melintang lebih mudah menyerap sejumlah larutan karena permukaan yang lebih
luas. Pemilihan buah pisang dengan tingkat ketuaan tertentu berpengaruh pada
tekstur keripik pisang yang akan dihasilkan. Selain itu, buah pisang mentah yang
digunakan akan mempermudah proses pengirisan karena bertekstur keras
(Koswara, 2009).
14
(a) (b)Gambar 5. Bentuk irisan keripik pisang (a) melintang, dan (b) memanjang
2.3.2.Perendaman
Proses perendaman menyebabkan terjadinya distribusi sejumlah molekul air ke
dalam sel bahan pangan dan terjadi juga pengeluaran komponen sel seperti
pigmen dan komponen sel larut air. Buah pisang yang telah diiris selanjutnya
melalui tahapan perendaman baik menggunakan air atau bahan tambahan lain
untuk memperbaiki tekstur dan warna keripik pisang. Perendaman biasanya
dilakukan dalam larutan sulfit, vitamin C, asam sitrat, garam dan hydrogen
peroksida untuk memperbaiki atau mengurangi terjadinya pencoklatan (Muchtadi
dan Sugiyono, 1992). Perendaman dilakukan selama beberapa waktu sebelum
dilakukan proses penggorengan.
2.3.3.Penggorengan
Penggorengan merupakan proses pengambilan air dalam bahan, baik dari bagian
luar maupun keseluruhan bagian bahan hingga terjadi perubahan baik warna,
aroma, rasa dan tekstur. Waktu yang dibutuhkan pada tahapan penggorengan
berbeda-beda bergantung pada karakteristik bahan dan tingkat kematangan yang
15
diinginkan, dimulai dari 30 detik sampai dengan 20 menit (Estiasih dan Ahmadi,
2009). Penggorengan ditujukan untuk meningkatkan karakteristik warna, flavour
dan aroma yang merupakan kombinasi dari reaksi maillard dan komponen volatil
yang diserap dari minyak. Pada saat makanan diletakkan dalam minyak panas,
suhu permukaan makanan akan meningkat cepat menuju tingkat panas minyak,
sedangkan suhu bagian dalam makanan meningkat perlahan sampai tingkat 1000C
(Fellows, 1990 dalam Malangkay 2002).
Menurut Mulyatiningsih (2007), metode penggorengan berdasarkan jumlah
minyak yang digunakan terbagi menjadi 5 jenis yaitu:
1. Sauteing
Sauteing adalah metode memasak makanan dengan menggunakan sedikit
minyak atau lemak yang hanya menempel pada permukaan wajan. Makanan
yang akan dimasak biasanya dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.
2. Stir Frying
Stir frying merupakan metode menggoreng cepat menggunakan sedikit minyak
dengan wajan agak dalam pada temperature yang sangat tinggi.
3. Shallow Frying
Shallow frying merupakan metode penggorengan menggunakan minyak yang
tingginya hanya sepertiga bagian bahan yang digoreng.
4. Pan Frying
Pan frying merupakan metode penggorengan menggunakan minyak yang
tingginya setengah bagian dari bahan yang digoreng.
5. Deep Frying
Deep frying adalah metode menggoreng dengan minyak berjumlah banyak
16
sehingga semua bagian makanan yang digoreng terendam di dalam minyak
panas.
Proses penggorengan keripik pisang umumnya secara konvensional yaitu
menggunakan metode deep frying. Menurut Ketaren (1986) dalam Malangkay
(2002), metode ini sangat cepat, mudah dan produknya mempunyai tekstur dan
aroma yang lebih disukai. Proses ini menggunakan minyak goreng yang banyak
karena bahan makanan yang digoreng harus seluruhnya terendam dalam minyak.
Suhu normal dalam proses penggorengan adalah 150-1960C, tergantung jenis
makanan yang digoreng. Suhu diatas 1960C akan mempercepat proses degradasi
minyak goreng dan suhu yang terlalu tinggi akan menghasilkan produk yang
mentah di bagian dalam sementara dibagian luar telah terlebih dahulu kering.
Suhu yang baik untuk menggoreng berbagai jenis keripik adalah suhu antara
163-1780C (Robertson,1967 dalam Malangkay 2002). Selain penggorengan
keripik pisang secara konvensional, juga terdapat cara penggorengan vakum
(vacuum frying).
Penggorengan vakum merupakan metode pengurangan kadar air produk dengan
tetap mempertahankan kandungan nutrisi produk. Bahan mentah dipanaskan pada
kondisi tekanan (70-75 cmHg) yang dapat menurunkan titik didih minyak
sehingga suhu penggorengan menjadi 70-850C dan kadar air bahan pangan
tersebut (Shyu et al., 1998). Sistem penggorengan vakum cocok digunakan untuk
bahan pangan yang mudah rusak apabila digoreng (seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran) sehingga tetap menghasilkan produk yang kering dan renyah,
tanpa mengalami kerusakan nilai gizi dan flavor seperti halnya yang terjadi pada
17
penggorengan biasa. Namun, kelemahan penggorengan vakum memiliki
kelemahan yaitu memerlukan minyak goreng dalam jumlah banyak dan energi
yang besar. Menurut Garayo dan Moreira (2002), proses penggorengan vakum
terdiri dari beberapa tahapan. Pertama, bahan baku diiris dan di masukkan ke
dalam keranjang, lalu ditutup, Setelah tekanan dalam tabung penggorengan
mencapai 70 cmHg keranjang dimasukkan ke dalam minyak, bahan yang
digoreng dalam keranjang dilakukan pemutaran secara kontinyu. Peningkatan
suhu dan waktu penggorengan akan menurunkan kadar air, meningkatkan nilai
kekerasan dan meningkatkan kadar lemak pada bahan (Wijayanti et al., 2011).
2.3.4.Penirisan
Penirisan dilakukan untuk menghilangkan sebagian minyak yang terdapat dalam
keripik pisang saat sesudah tahap penggorengan. Biasanya dilakukan diatas alat
penyaring hingga minyak tidak menetes. Tahapan penirisan menjadi tahapan
dalam memulai terjadinya kontak langsung antara lemak dan oksigen. Sehingga,
akan memicu terjadinya reaksi oksidasi pada tahap inisiasi. Kerusakan lemak
pada keripik dapat dipercepat dengan adanya kontak langsung dengan udara,
oksigen, uap air, cahaya ataupun penyimpanan suhu ekstrim (Arpah, 2001).
2.4. Syarat Mutu Keripik Pisang
Keripik pisang yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu yang telah
ditetapkan. Syarat mutu keripik pisang mengacu pada SNI 01-4315-1996.
Berikut ini disajikan pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Syarat mutu keripik pisang
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan :
1.1. Bau - Normal1.2. Rasa - Khas Pisang1.3. Warna - Normal1.4. Tekstur - Renyah
2. Keutuhan % Min. 703. Kadar Air, b/b % Maks. 64. Lemak, b/b % Maks. 305. Abu, b/b % Maks. 86. Cemaran logam :
6.1. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,06.2. Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 106.3. Seng (Zn) mg/kg Maks. 406.4. Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05
7. Cemaran mikroba7.1. Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1,0 x 108
7.2. E. Coli APM/g 37.3. Kapang Koloni/g Maks. 1,0 x 104
Sumber : BSN, (2007)
2.5. Perubahan Selama Penyimpanan
Keripik banyak menyerap minyak selama penggorengan. Banyak sedikitnya
minyak yang diserap akan mempengaruhi rasa, tekstur serta penampakan keripik
(Matz, 1984). Kandungan lemak tinggi pada keripik pisang dapat memicu
terjadinya kerusakan seperti timbulnya aroma menyimpang. Selain itu, keripik
mudah menyerap uap air selama penyimpanan.
2.5.1.Oksidasi Asam Lemak
Keberadaan lemak pada keripik pisang akan memicu terjadinya reaksi oksidasi
apabila kontak langsung dengan oksigen. Asam lemak memiliki sifat reaktif
terhadap oksigen. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul
19
asam lemak, maka akan semakin mudah asam lemak tersebut teroksidasi. Faktor-
faktor yang mempercepat oksidasi adalah (1) radiasi oleh panas dan cahaya; (2)
bahan pengoksidasi (oxidizing agent); (3) katalis metal khususnya garam dari
logam berat; dan (4) system oksidasi yang diakibatkan adanya katalis organik
yang labil terhadap panas (Ketaren, 1986). Kerusakan akibat oksidasi lemak akan
menimbulkan aroma yang menyimpang.
Reaksi oksidasi menjadi masalah utama pada lemak atau produk yang banyak
mengandung lemak. Menurut Winarno (1992), kerusakan lemak yang utama
adalah timbulnya bau tengik. Proses ketengikan disebabkan oleh autooksidasi
radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Mekanisme dari reaksi oksidasi
terdiri dari tiga tahap yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Tahapan reaksi
autooksidasi adalah sebagai berikut:
Tahapan Inisiasi : RH R* + H*
Tahapan Propagasi : R* + O2 ROO*
Tahapan Terminasi : RCOO* Senyawa stabil
Timbulnya bau tengik disebabkan karena senyawa aldehid yang dihasilkan saat
dekomposisi hidroperoksida pada tahap terminasi. Menurut Ketaren (1986),
ketengikan terbentuk oleh aldehid bukan oleh peroksida dan bahan pangan akan
mengalami ketengikan saat jumlah malonaldehid lebih dari 3 mg/kg sampel.
Kerusakan akibat reaksi oksidasi dapat mempercepat masa simpan produk,
menurunkan nilai gizi pangan dan terkadang produk oksidasi bersifat racun.
20
2.5.2.Asam Lemak Bebas
Lama penyimpanan umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita
rasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan warna yang tidak bagus dan
kerusakan lemak akibat oksidasi udara (Ketaren, 2008). Kerusakan lemak dalam
bahan pangan terjadi selama pengolahan, proses pemanasan maupun
penyimpanan. Kerusakan lemak ini menyebabkan bahan pangan berlemak
memiliki bau dan rasa yang tidak enak, sehingga menurunkan mutu dan nilai
gizinya. Kerusakan lemak dapat disebabkan oleh proses oksidasi terhadap asam
lemak tidak jenuh proses ini dapat terjadi dalam suhu kamar maupun selama
pengolahan menggunakan suhu tinggi (Khamidinal et al., 2007). Asam lemak
bebas bersama aldehid dan keton merupakan produk sekunder yang dihasilkan
dari pemecahan produk primer dalam reaksi oksidasi berupa senyawa peroksida
dan hidroperoksida selama pengolahan dan penyimpanan.
Menurut Kochhar (1993), hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak berbau
tetapi bersifat labil sehingga dapat terpecah menjadi senyawa yang lebih kecil
yang menyebabkan timbulnya aroma tengik. Pengujian FFA (Free Fatty Acid)
digunakan untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak atau lemak pada produk pangan. Semakin tinggi nilai FFA (Free
Fatty Acid) maka semakin tinggi tingkat kerusakan minyak atau lemak dalam
produk pangan. Pengujian FFA dilakukan menggunakan metode titrasi
alkalimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa (Silalahi et al., 2017).
21
2.6. Antioksidan
Antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang secara nyata dapat memperlambat
oksidasi, walaupun dalam konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
substrat yang dapat dioksidasi (Buck, 1991). Menurut Coppen (1983),
antioksidan tidak dapat memperbaiki minyak yang telah mengalami ketengikan
karena antioksidan bekerja saat sebelum terjadinya ketengikan. Menurut Kochhar
dan Rossell (1990), berdasarkan mekanismenya, antioksidan diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu antioksidan primer dan antioksidan sekunder.
Antioksidan primer atau antioksidan pemutus rantai merupakan antioksidan yang
bekerja sebagai pemberi atom hidrogen pada radikal lipid (R*, ROO*) dan
mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil, sementara turunan radikal
antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibandingkan radikal
lipid. Contoh dari antioksidan ini antara lain fenol, tokoferol dan alkil galat.
Antioksidan sekunder atau antioksidan pencegah merupakan antioksidan yang
dapat mengurangi kecepatan rangkaian reaksi pada tahap inisiasi dari reaksi
oksidasi, seperti asam sitrat dan askorbil palmitat (Gordon, 1990).
Menurut Pratt dan Hudson (1990), senyawa antioksidan alami umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan
asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional.
Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari senyawa endogenous dari
satu atau lebih komponen bahan pangan, subtansi yang terbentuk selama reaksi
pengolahan dan bahan tambahan yang diisolasi dari bahan alami. Antioksidan
alami dapat berfungsi sebagai senyawa pereduksi, penghambat radikal bebas dan
22
sebagai penekan oksigen singlet. Menurut Gordon (1990), reaksi penghambatan
antioksidan terhadap radikal bebas antara lain:
Inisiasi : R* + AH RH + A*
Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*
Terminasi : R* + A* RA
Penambahan antioksidan (AH) dengan konsentrasi rendah dapat menghambat
reaksi autooksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal
antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak
mempunyai cukup energi untuk bereaksi dengan molekul tertentu membentuk
radikal bebas baru (Gordon, 1990).
2.7. Kayu Manis
Produk kayu manis didalam perdagangan Internasional dijual dalam bentuk kulit
kayu, bubuk kayu, minyak atsiri dan oleoresin. Indonesia mengekspor kulit kayu
manis dalam bentuk quill (kepingan tipis kulit kayu manis yang tergulung)
disajikan pada gambar 6:
Gambar 6. Kulit dan bubuk kayu manisSumber: Rusli dan Abdullah, (1988).
23
Klasifikasi kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni
Tanaman kayu manis akan tumbuh baik pada ketinggian 600-1500 mdpl.
Tanaman ini banyak dijumpai di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi dan
Bengkulu dengan tinggi tanaman mencapai 15 meter, daun lonjong atau bulat
telur dengan warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit kayu manis
berwarna kelabu, dijual dalam bentuk kering setelah bagian luar dibersihkan dan
dijemur (Haris, 1990). Empat jenis kulit kayu manis yang terkenal dalam dunia
perdagangan ekspor maupun lokal, yaitu Cinnamomum burmanni, Cinnamomum
zeylanicum, Cinnamomum cassia dan Cinnamomum cullilawan. Jenis kayu
manis yang berasal dari Indonesia yaitu Cinnamomum burmanii.
Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah sinamaldehida
60–70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl-benzoat,
phelandrene dan lain–lainnya. Kadar eugenol rata–rata 80–90%. Dalam kulit
24
masih banyak komponen–komponen kimiawi misalnya: damar, pelekat, tanin, zat
penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin dan
cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (Rismunandar dan Paimin, 2001). Kulit
kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta bersifat hangat.
Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak
atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat
penyamak (Hariana, 2007). Komposisi kimia Cinnamomum burmanni disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni
Parameter Komposisi (%)Kadar Air 7,90Minyak Atsiri 2,40Alkohol Ekstrak 10-12Abu 3,55Serat Kasar 20,30Karbohidrat 59,55Lemak 2,20Sumber: Thomas dan Deuthi, (2001)
Ekaprasada (2009) menyatakan bahwa ekstrak kulit batang kayu manis
(Cinnamomum burmannii) dengan kandungan kadar sinamaldehid yang cukup
tinggi (68,65%) dapat dijadikan sebagai sumber senyawa antioksidan.
Penambahan antioksidan dengan konsentrasi rendahpun mampu menghambat dan
mencegah reaksi oksidasi baik pada tahap inisiasi maupun propagasi. Wijayanti
et al., (2009) menambahkan bahwa sinamaldehid merupakan turunan senyawa
fenol yang memiliki fungsi sebagai pengawet dengan cara mendonorkan hidrogen
pada radikal bebas sehingga radikal tersebut menjadi stabil dan tidak reaktif lagi
untuk membentuk radikal baru. Senyawa fenol akan berinteraksi dengan sel
25
bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen, dalam kadar
rendah akan terbentuk kompleks antara protein dengan fenol pada ikatan yang
lemah, diikuti penetrasi fenol kedalam sel dan menyebabkan presipitasi dan
denaturasi sel. Pada kadar yang tinggi, fenol menyebabkan koagulasi protein dan
sel membrane akan lisis (Prasetyaningrum, 2012).
Kayu manis selama ini berpotensi sebagai antimikroba dan antioksidan yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pengawet alami pada produk makanan. Menurut
Kusuma (2008), bubuk kayu manis mampu mengawetkan roti manis selama 7
hari. Larutan kayu manis juga dapat mengawetkan dodol rumput laut selama 20
hari (Wardhana, 2010). Yulia dan Ulyatri (2014), menyatakan bahwa
penambahan ekstrak kulit kayu manis 15% dengan lama perendaman 60 menit
dapat memperpanjang masa simpan bakso udang selama 3 hari. Selain itu,
penambahan ekstrak kayu manis dalam pembuatan belut asap menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap kadar lemak dan angka peroksida selama 28 hari
penyimpanan (Indriyanto et al., 2016).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2018
di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil
Pertanian dan Laboratorium Uji Sensori Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang kapok kuning, aquades,
kulit kayu manis, minyak goreng merk Bimoli, indikator PP, etanol 96% , KOH
0,1 N dan n-hexane
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, oven, gelas ukur,
kertas saring, soxhlet, panci, kompor, Erlenmeyer, wadah botol, baskom,
saringan, slicer, wajan, spatula, peniris, plastic polyprophilane, cawan porselin,
alat uji organoleptik dan alat – alat penunjang analisis FFA (Free Fatty Acid) dan
kadar lemak.
27
3.3. Metode Penelitian
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) secara
faktorial dengan 2 faktor perlakuan (konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama
penyimpanan) dan 2 kali ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah konsentrasi
ekstrak kayu manis 0% (K1); 1% (K2); 2% (K3); 3% (K4) dan 4% (K5). Faktor
perlakuan kedua adalah lama penyimpanan 0 Minggu (T1); 2 Minggu (T2); 4
Minggu (T3); 6 Minggu (T4) dan 8 Minggu (T5). Semua data yang diperoleh
diuji kesamaan ragamnya dengan dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tuckey untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar perlakuan.
Data selanjutnya dianalisis lanjut dengan Polinominal Ortogonal dan Comparison
Ortogonal pada taraf nyata 1% dan 5% untuk melihat interaksi antar perlakuan.
Tata letak perbandingan konsentrasi ekstrak kayu manis dan lama penyimpanan
keripik pisang, disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Tata letak perbandingan konsentrasi ekstrak kayu manis dan lamapenyimpanan keripik pisang
TK
T1 T2 T3 T4 T5
K1 K1T1 K1T2 K1T3 K1T4 K1T5
K2 K2T1 K2T2 K2T3 K2T4 K2T5
K3 K3T1 K3T2 K3T3 K3T4 K3T5
K4 K4T1 K4T2 K4T3 K4T4 K5T4
K5 K5T1 K5T2 K5T3 K4T4 K5T4
28
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1.Pembuatan Ekstrak Kayu Manis
Kayu manis diperoleh dari Pasar Tugu Bandar Lampung. Kulit kayu manis yang
telah dipotong selanjutnya dicuci. Pembuatan larutan biang ekstrak kayu manis
20% diperoleh dari kulit kayu manis sebanyak 500 gram dan ditambahkan air
2500 ml, lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu dipanaskan pada suhu
600C selama 15 menit. Waktu ekstraksi dimulai pada saat suhu sampel
menunjukkan suhu perlakuan. Selanjutnya disaring dan diambil filtratnya.
Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Kayu ManisSumber: Yulia dan Ulyarti (2014), yang telah dimodifikasi
Dimasukkan ke dalamErlenmeyer
Penambahanair hingga2500 ml
Dipanaskan, T=600C t=15’
Disaring dengan kain saring Ampas
Kayu manis500 gram
EkstrakKayu manis
20%
29
3.4.2.Pembuatan Keripik pisang
Proses pembuatan keripik pisang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir pembuatan keripik pisangSumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, (2009)
Buah pisang
Pengupasan
Penirisan minyak
Perendaman t = 15’‘‘mmmmm m
Pengirisan
Penirisan
Penggorengan T=1500C
Limbahbuah pisang
(kulit)
Keripik Pisang
MinyakGoreng
Ekstrak CairKayu manis0%, 1%, 2%,3% dan 4%
PengemasanPlastik
Polipropilen
Penyimpanan suhu ruangdengan lama simpan 0, 2,
4, 6, 8 minggu
Pengamatan sifat kimia (kadar air, FFA) dan sensori(warna, tekstur, rasa, aroma, penerimaan
keseluruhan)
30
Buah pisang yang telah diiris selanjutnya diberi perlakuan perendaman dalam
berbagai konsentrasi ekstrak kayu manis selama 15 menit. Penambahan ekstrak
cair kayu manis dalam total larutan 1000 ml secara rinci dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perlakuan 0% yaitu perbandingan 0 ml ekstrak kayu manis dan 1000 ml
aquades
2. Perlakuan 1% yaitu perbandingan 50 ml ekstrak kayu manis dan 950 ml
aquades
3. Perlakuan 2% yaitu perbandingan 100 ml ekstrak kayu manis dan 900 ml
aquades
4. Perlakuan 3% yaitu perbandingan 150 ml ekstrak kayu manis dan 850 ml
aquades
5. Perlakuan 4% yaitu perbandingan 200 ml ekstrak kayu manis dan 800 ml
aquades
3.5. Pengamatan
Pengamatan terhadap keripik pisang dengan berbagai konsentrasi ekstrak kayu
manis yang direndam selama 15 menit dilakukan sesuai perlakuan lama
penyimpanan tertentu. Pengamatan meliputi analisis sifat kimia seperti kadar air
dan Free Fatty Acid (FFA) serta uji sensori. Perlakuan terbaik akan dilakukan
pengujian kadar lemak keripik pisang. Tahapan pengamatan dijelaskan sebagai
berikut:
31
3.5.1.Analisis kadar air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode gravimetri AOAC (2005).
Prinsipnya dengan menguapkan molekul air bebas yang ada dalam sampel.
Sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan dengan asumsi semua air sudah
diuapkan. Banyaknya air yang diuapkan merupakan selisih bobot sebelum dan
sesudah pengeringan. Cawan kosong dipanaskan dalam oven pada temperatur
1050C selama 30 menit, didinginkan dalam desikator selama 15 menit, lalu
ditimbang (A). Kemudian sebanyak 2 gram keripik pisang halus dimasukkan
pada cawan yang telah diketahui bobotnya, ditimbang (B), lalu dikeringkan dalam
oven pada suhu 1050C selama 3-5 jam, didinginkan dalam desikator selama 15
menit dan ditimbang. Dikeringkan kembali selama 3 jam, serta didinginkan
dalam desikator dan ditimbang kembali (C). Perlakuan ini diulang hingga berat
konstan. Penentuan kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
A = berat cawan kosong
B = berat cawan + sampel awal (sebelum pemanasan dalam oven)
C = berat cawan + sampel awal (setelah pendinginan dalam eksikator)
2.5.2.Analisis kadar free fatty acid (FFA)
Pengujian FFA dilakukan menggunakan metode titrasi alkalimetri. Metode titrasi
alkalimetri merupakan metode analisa yang didasarkan pada reaksi asam basa.
Penggunaan indikator PP (Phenolphtealin) dikarenakan memiliki rentan pH yang
B – CKadar Air (%)=
B – AX 100
32
cenderung bersifat basa dan tidak berwarna. Perubahan warna mudah diamati
karena menggunakan indikator PP. Sementara menggunakan KOH untuk titrasi
dikarena sifat dari KOH yaitu basa kuat. Cara pengujiannya yaitu dengan
pengambilan sampel keripik pisang yang telah dihaluskan sebanyak 10 gram dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Kemudian sampel ditambahkan 50 ml etanol
96% hangat dan ditambahkan 3-5 tetes PP (Phenolphtealin). Titrasi dengan KOH
0,1 N hingga terjadi perubahan warna merah muda dalam kurun waktu 30 detik.
Kemudian diukur volume KOH yang digunakan. Penentuan kadar asam lemak
bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
V = Volume KOH yang diperlukan untuk titrasi (ml)
BM = Berat molekul KOH
N = Normalitas KOH
g = Berat sampel
2.5.3.Kadar lemak
Pengujian kadar lemak dilakukan dengan menggunakan metode soxhlet (AOAC,
2005). Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan
menggunakan pelarut non polar. Penentuan kadar lemak sampel keripik pisang
diawali dengan pengeringan labu didih dengan menggunakan oven pada suhu
105oC selama 30 menit, pendinginan di dalam desikator selama 15 menit untuk
menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel keripik pisang ditimbang
V x BM x NFFA =
g
33
sebanyak 5 gram (B) kemudian dibungkus dengan kertas saring, ditutup dengan
kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam ekstraktor soxhlet. Labu didih
kemudian disambungkan dengan soxhlet. Setelah itu, pelarut n-hexane dituang ke
dalam soxhlet sebanyak 150 mL. Reflux dilakukan selama 5-6 jam atau sampai
pelarut lemak yang turun ke labu didih berwarna jernih. Setelah 6 jam, labu didih
yang telah berisi lemak dikeringkan di oven pada suhu 105oC sampai berat
konstan, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit, dan
ditimbang (C). Penentuan kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
A = berat labu didih kosong (g)
B = berat sampel (g)
C = berat labu dan lemak hasil ekstraksi (g)
2.5.4.Uji Organoleptik
Penilaian organoleptik meliputi warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan
keseluruhan. Parameter warna dan tekstur dilakukan dengan menggunakan uji
scoring. Sedangkan aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan uji hedonic. Pengujian organoleptik dilakukan oleh 25 orang
panelis semi terlatih. Skala penilaian uji organoleptik keripik pisang disajikan
pada Tabel 7.
(C – A) x 100%Kadar lemak (%) =
B
34
Tabel 7. Skala penilaian uji organoleptik keripik pisang
Parameter Mutu Kriteria SkorWarna Putih Kekuningan 5
Agak kuning kecoklatan 4Kuning kecoklatan 3Agak coklat 2Sangat kecoklatan 1
Tekstur Sangat renyah 5Renyah 4Agak renyah 3Agak tidak renyah 2Sangat tidak renyah 1
Rasa Sangat suka sekali 5Sangat suka 4Suka 3Tidak suka 2Sangat tidak suka 1
Aroma Sangat suka sekali 5Sangat suka 4Suka 3Tidak suka 2Sangat tidak suka 1
Penerimaan Keseluruhan Sangat suka sekali 5Sangat suka 4Suka 3Tidak suka 2Sangat tidak suka 1
35
Format kuisioner penilaian panelis dibuat sebagai berikut:
LEMBAR KUISIONER
Nama : Sampel:Keripik pisang
Tanggal :
Dihadapan Anda disajikan sampel yang diberi kode acak. Anda diminta untuk
menilai warna, tekstur, aroma, rasa dan penerimaan keseluruhan. Berikan penilaian
anda dengan memberikan garis pada skala penilaian berikut:
Kode sampelParameter
Warna Tekstur
129
603
482
733
820
Kode
sampel
Parameter
Rasa Aroma Penerimaan Keseluruhan
129
603
482
733
820
36
Keterangan:
Uji skoring
Warna Tekstur5 = Kuning kecoklatan 5 = Sangat renyah4 = Agak kuning kecoklatan 4 = Renyah3 = Kuning 3 = Agak renyah2 = Agak coklat 2 = Tidak renyah1 = Sangat coklat 1 = Sangat tidak renyah
Uji Hedonik
Rasa Aroma Penerimaan keseluruhan5 = Sangat suka sekali 5 = Sangat suka sekali 5 = Sangat suka sekali4 = Sangat suka 4 = Sangat suka 4 = Sangat suka3 = Suka 3 = Suka 3 = Suka2 = Tidak suka 2 = Tidak suka 2 = Tidak suka1 = Sangat tidak suka 1 = Sangat tidak suka 1 = Sangat tidak suka
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanni) berpengaruh sangat
nyata terhadap kadar free fatty acid (0,533 – 0,898) dan sifat sensori keripik
pisang dengan warna (2,730 – 4,110). tekstur (2,960 – 4,318), rasa (2,208 –
3,900), aroma (2,198 – 3,833) dan penerimaan keseluruhan (2,183 – 4,013).
2. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar free fatty acid
(0,533 – 0,898) dan sifat sensori keripik pisang dengan warna (2,730 – 4,110).
tekstur (2,960 – 4,318), rasa (2,208 – 3,900), aroma (2,198 – 3,833) dan
penerimaan keseluruhan (2,183 – 4,013).
3. Konsentrasi ekstrak kayu manis 2% dan lama penyimpanan 4 minggu
menghasilkan keripik pisang dengan nilai kadar air 5,41%, kadar FFA 0,60%,
warna 3,59 (kuning kecoklatan), tekstur 4,02 (renyah), rasa 3,34 (suka), aroma
3,39 (suka), penerimaan keseluruhan 3,33 (suka) dan kadar lemak 28,65%.
Walaupun demikian, pada penyimpanan sampai 8 minggu semua parameter
sensori masih pada taraf suka.
57
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut adanya sejumlah komponen antioksidan
yang berasal dari perendaman ekstrak kayu manis yang masih ada pada keripik
pisang sebelum dan sesudah penggorengan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.A., Broadhurst, C.L., Polansky, M.M, Schmidt, W.F., Khan, A.,Schoene, N.W, dan Graves, D.J. 2004. Isolation and Characterization ofPolyphenol type-A Polymers from Cinnamon with Insulin-like BiologicalActivities. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol. 52(1) : 65-70
Andriyanto, Arief., M. A. M. Andriani, dan Esti Widowati. 2013. PengaruhPenambahan Ekstrak Kayu Manis terhadap Kualitas Sensori, AktivitasAntioksidan dan Aktivitas Antibakteripada Telur Asin sema Penyimpanandengan Metode Penggaraman Basah. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No2
Arpah, M. 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan.IPN Pasca Sarjana IPB. Bogor
Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Method ofAnalisis of the Associates of Official Analytical Chemist. AOAC. NewYork. Chapter 45, p. 5-65.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produktivitas Pisang Nasional. Badan Pusat Statistik.Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2007. Syarat Mutu Keripik Pisang SNI-01-4315-1996. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Beckett, S. T. 2008. The Science of Chocolate; 2nd Edition. Royal Society ofChemistry. United Kingdom
Buck, D.F. 1991. Antioxidants dalam Food Additives User’s Handbook. Blackiedan Son (Editor). J. Smith. London. 279 hal.
Cahyono, Bambang. 2002. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta
Clark, S., Castello, M., Drake, M. A., dan Bodyfelt, F. 2009. The SensoryEvaluation of Dairy Products. 2nd ed. Springer. USA
Coppen, P. P. 1983. The Use of Antioxidant dalam J. C. Allen dan R. J Hamilton,Rancidity in Foods. Applied Science Publishers. London.
59
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Daftar Komposisi BahanMakanan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2009. Pembinaan dan Pengawalan untukPengutuhan Agroindustri Berbasis Hortikultura Kabupaten MajalengkaProvinsi Jawa Barat. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. Majalengka.
Ekaprasada, M. Taufik. 2009. Isolasi Senyawa Antioksidan Kulit Batang KayuManis (Cinnamomum burmannii Nees ex Blume).www.ekadarmun.wordpress.com. Diakses tanggal 25 Januari 2018
Estiasih, Teti dan Ahmadi, K. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. BumiAksara. Jakarta.
Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. DalamMailangkay, D.N.I. 2002. Pengaruh Pengemasan Vacum dan Non Vacumterhadap Perubahan Mutu Kimia dan Sifat Organoleptik Keripik PisangSelama Penyimpanan. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan SumberDaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Fennema, R.O., 1985. Food Chemistry. Second edition. Revised and Expanded.Academic Press. New York
Firmansyah, I. 2012. Penentuan Ukuran dan Teknik Penyimpanan Benih PisangKepok dari Bonggol. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Garayo, J dan R. Moreira. 2002. Vacuum Frying of Potato Chips. DalamInnovation in Food Engineering ed Maria L. Passos and Claudio P. R.CRC Press. Boca Raton.
Gordon, M. H. 1990. The Mechanism of Antioxidant Action in Vitro. ElsivierApplied Science Publishers. London.
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya.Jakarta
Haris, R. 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hastuti, A.M. 2014. Pengaruh Penambahan Kayu Manis terhadap AktivitasAntioksidan dan Kadar Gula Total Minuman Fungsional Secang danDaun Stevia sebagai alternatif Minuman bagi Penderita Diabetes MelitusTipe 2. Journal of Nutrition College. Universitas Diponegoro. Vol. 3 (3):362-369.
Indriyanto, M.C., D. Buchari, dan T. Leksono. 2016. Pengaruh Perendaman KulitKayu Manis (Cinnamomum burmanni) Terhadap Mutu Belut (Monopterusablus) Asap Aelama Penyimpanan. [Skripsi]. Universitas Riau. Riau.
60
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Pangan. Dalam Mailangkay,D.N.I. 2002. Pengaruh Pengemasan Vacum dan Non Vacum terhadapPerubahan Mutu Kimia dan Sifat Organoleptik Keripik Pisang SelamaPenyimpanan. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber DayaKeluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Khamidinal., Hadipranoto, Ngatidjo., dan Mudasir. 2007. Pengaruh AntioksidanTerhadap Kerusakan Asam Lemak Omega-3 pada Proses PengolahanIkan tongkol. Program Studi Kimia Sains dan Teknologi UIN SunanKalijaga, Program Studi Kimia FMIPA UGM. Yogyakarta. Vol. 3 (2):119-138.
Kochhar, S. P. 1993. Oxidative Pathway to the Taints and off-flavours. In: SaxbyMJ, editor. Food Taints and oof-flavours. Blackie Academic &Profesional. New York.
Kochhar, S. P dan Rossell. 1990. Detection Estimation and Evaluation ofAntioxidant in Food System in Food Antioxidant. Elsevier Applied.London.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Sayuran dan Buah – buahan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusuma, R.W.R. 2008. Pengaruh Penggunaan Cengkeh (Syzygiumaromaticum)dan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) sebagai Pengawet Alamiterhada Daya SimpanRoti Manis. [Skripsi]. Istitut Pertanian Bogor. Bogor.
Madhavi, D.L. dan D.K. Salunkhe. 1996. Toxilogical Aspects of food Antioxidantdalam Food Antioxidant: Technological, Toxilogical, and HealthPerspectives. Madhavi, D.L., S.S. Depandhe, dan D.K. Salunkhe (Editors).Marcel Dekker, Inc. New York. 512 hal.
Matz, S.A. 1984. Snack Food Technology. 2nd ed. The AVI Publishing Company.Wesptort,
Mongi, Jeane J., C. F. Mamuaja dan Netty Salindeho. 2016. Kajian TingkatKerusakan Minyak Kelapa Tradisional yang digunakan berulang terhadapSifat Organoleptik Keripik Pisang Goroho (Musa Acuminate sp). JurnalIlmu dan Teknologi Pangan. Vol 4 No 2
Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PusatAntar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Mulyatiningsih, Endang. 2007. Teknik – Teknik Dasar Memasak. UniversitasNegeri Yogyakarta. Yogyakarta.
61
Prabawati, S., Suyanti dan Setyabudi, D. A. 2008. Teknologi Pasca Panen DanTeknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian danPengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor. Hal. 8-15
Praseptiangga, Danar., Y, Nabila dan D, R, A, Muhammad. 2018. Kajian TingkatPenerimaan Panelis pada Dark Chocolate Bar dengan PenambahanBubuk Kayu Manis (Cinnamomum burmanni). Journal of SustainableAgriculture. 33(1), 78-88
Prasetyaningrum, 2012. Aktivitas Antioksidan, Total Fenol, Dan Antibakteri PadaMinyak Atsiri Dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii).[Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Pratt, D.E. dan B.J.F. Hudson. 1990. Natural Antioxidants not ExploitedComercially dalam Food Antioxidants. Hudson, B.J.F. Elsevier. London,Applied Science. 317 hal.
Purnama. 1996. Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya pada Pangan dan HasilPertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Perannya dalam Pengawetan Pangan.Universitas Indonesia Press. Jakarta. 88 hal
Purseglove, J. W. 1977. Tropical Crops. Dycotyledons. Longman. London:GroupLimited London.
Puspita, C. R., A. Rangga dan D. Sartika. 2016. Pendugaan Umur Simpan KeripikPisang Kepok Putih (Musa acuminate sp.) dalam Berbagai Jenis Kemasandengan Model Pendekatan Arrhenius. [Skripsi]. Fakultas PertanianUniversitas Lampung. Bandar Lampung
Rismunandar dan Farry B.Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.Penebar Swadaya. Jakarta.
Robertson. 1967. The Practice or Deep Fat Frying. Dalam Mailangkay, D.N.I.2002. Pengaruh Pengemasan Vacum dan Non Vacum terhadapPerubahan Mutu Kimia dan Sifat Organoleptik Keripik Pisang SelamaPenyimpanan. [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber DayaKeluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rusli, M. S. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT. Agromedia Pustaka.Jakarta
Rusli, S dan Abdullah, A. 1988. Prospek Pengembangan Kayu Manis diIndonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 8 No 3.
Rukmana, Rahmat. 1999. Bertanam Buah – Buahan di Pekarangan. Kanisius.Yogyakarta.
62
Rumpis. 2011. Pisang Kepok Kuning. http://rumpis-rumahpisang.blogspot.com.Diakses pada 22 Januari 2018.
Satuhu, S dan A. Supriyadi, 1999. Pisang Budidaya, Pengolahan dan ProspekPasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Silalahi, Rizky L. R., D. P. Sari dan I. A. Dewi. 2017. Pengujian Free Fatty Acid(FFA) dan Colour untuk Mengendalikan Mutu Minyak Goreng ProduksiPT. XYZ. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 6 No 1: 41-45
Sirait, Joslin. 2017. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi dan Lama PerendamanLarutan Kulit Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicu) terhada DayaSimpan Ikan Kembung (Rasstrelliger kanagurta) Segar. [Skripsi]. FakultasPerikanan dan Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Suhartono, Arifin. 2011. Studi Pembuatan Roti dengan Substitusi Tepung PisangKepok (Musa Paradisica Formatypica). [Skripsi]. Fakultas Pertanian.Universitas Hasanudin. Makassar.
Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana.1989. Teknologi Pengemasan Pangan.Pusat Antar-Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Shyu, S., L. Hau, and L. S. Hwang. 1998. Effect of Vacuum Frying on theOxidative Stability of Oil. Journal of the American Oil Chemists Society.(75): 1393-1398.
Thomas, J dan Deuthi, P. P. 2001. Cinnamon Handbook of Herbs and Spices.CRC Press. New York. pp 143 – 153.
Wardhana S.Mita R.A. 2010. Reaksi Pencoklatan Pada Dodol Rumput LautDengan Penambahan Larutan Kayu Manis yang Berbeda KonsentrasiSelama Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan .Universitas Diponegoro. Semarang.
Wibowo, S. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Swadaya. Jakarta.
Wibowo, Philip., J. A. Saputra., A. Ayucitra, dan L. E. Setiawan. 2008. IsolasiPati dari Pisang Kepok dengan Menggunakan Metode Alkaline Steeping.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Katolik WidyaMandala. Surabaya
Widyastuti,Y. E dan Paimin, F.B. 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia.Penebar Swadaya. Jakarta.
63
Wijayanti, W., Agustina., Y. Zetra, dan P. Burhan. 2009. Minyak Atsiri DariKulit Batang Cinnamomum Burmannii (Kayu Manis) Dari FamiliLauraceae Sebagai Insektisida Alami, Antibakteri, Dan Antioksidan.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. ITS.Surabaya
Wijayanti, Ruri., I.W. Budiastra dan R. Hasbullah. 2011. Kajian Rekayasa ProsesPenggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang.Jurnal Keteknikan Pertanian. 25(2):133-140
Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Utama, Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Utama, Jakarta.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Yani, Alvi., Dewi Rumbaina, dan Joko S. Utomo. 2013. Pengaruh Irisan Keripikterhadap Preferensi Konsumen pada Pembuatan Keripik Pisang Manis.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Lampung
Yulia, Ade dan Ulyatri. 2014. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Kayu Manisdan Lama Perendaman Terhadap Umur Simpan Bakso Udang Pada SuhuRuang. [Skripsi]. Universitas Jambi. Jambi. 16(2): 01-10 hal.