Lp Ulkus Dm Nakula

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    1/18

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ULKUS DIABETES MILLETUS

    DI RUAMG NAKULA 1 RSUD KOTA SEMARANG

    OLEH

    Ahmad Jupri

    14.08.005

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

    2014/2015

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    2/18

    BAB I

    1. KONSEP DASAR

    A. PENGERTIAN

    Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya

    gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di

    dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya

    disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2000 )

    Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender

    dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.

    Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkusberbau, ulkus diabetikum juga

    merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakitDM dengan neuropati

    perifer, (Andyagreeni, 2010).

    Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dariDiabetes Melllitus sebagai

    sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderitaDiabetes. Kadar LDL

    yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk

    terjadinya Ulkus Diabetikmelalui pembentukan plak atherosklerosispada dinding

    pembuluh darah, (zaidah 2005).

    Ulkus kakiDiabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan

    morbiditas akibatDiabetes Melitus. Ulkus kakiDiabetes merupakan komplikasi

    serius akibatDiabetes, (Andyagreeni, 2010).

    B. ETIOLOGI

    Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:

    1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

    a. Faktor genetic

    Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi

    suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe

    I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe

    antigen HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan

    gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

    lainnya.

    b.

    Faktor imunologi

    Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

    merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    3/18

    tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

    seolah-olah sebagai jaringan asing.

    c. Faktor lingkungan

    Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contohhasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu

    proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pankreas.

    2.

    Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

    Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic

    diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

    Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola

    familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin

    maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel

    sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

    reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler

    yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.

    Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin

    dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat

    reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

    penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport

    glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup

    lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang

    beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).

    Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung

    insulin (DMTTI) atauNon Insulin Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) yang

    merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,

    terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa

    kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipeII, diantaranya adalah:

    1)Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

    2)

    Obesitas

    3)Riwayat keluarga

    4)Kelompok etnik

    3. Diabetes dengan Ulkus

    a.

    Faktor endogen:

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    4/18

    1)

    Neuropati : Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan

    dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi

    trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan

    aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler2) Angiopati : Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor

    resiko lain.

    3)

    Iskemia : Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh

    darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)

    menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus

    akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.

    Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:

    a)

    Adanya hormone aterogenik

    b) Merokok

    c) Hiperlipidemia

    Manifestasi kaki diabetes iskemia:

    a)

    Kaki dingin

    b) Nyeri nocturnal

    c) Tidak terabanya denyut nadi

    d) Adanya pemucatan ekstrimitas inferior

    e)

    Kulit mengkilap

    f) Hilangnya rambut dari jari kaki

    g) Penebalan kuku

    h) Gangrene kecil atau luas.

    b. Faktor eksogen

    1)

    Trauma

    2) Infeksi

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    5/18

    C. PATOFISIOLOGI

    Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :

    1. Diabetes tipe I

    PadaDiabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulinkarena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

    Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.

    Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

    hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

    hiperglikemiapostprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam

    darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

    tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).

    Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan

    disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini

    dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang

    berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan

    rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein

    dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.

    Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat

    menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan

    kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut

    menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

    mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk

    samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu

    keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

    diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti

    nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak

    ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.2. Diabetes tipe II

    PadaDiabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan

    insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

    akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

    terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

    metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai

    dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

    efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    6/18

    glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II

    dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut

    sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

    polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

    PenyakitDiabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada

    pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan

    kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar

    (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus

    (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas

    sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras

    dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan

    hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai

    vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah

    kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan

    terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan

    dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya

    ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan

    penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk

    mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan

    closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang

    abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya,

    (Anonim 2009).

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    7/18

    D. PATHWAY

    http://1.bp.blogspot.com/-luZG7UaF18g/Utqgr-R_xyI/AAAAAAAABNM/yNLyuORJm5c/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+DIABETES+MELITUS+%28DM%29.png
  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    8/18

    E. MANIFESTASI KLINIS

    1. Diabetes Tipe I

    a. hiperglikemia berpuasa

    b.

    glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagiac. keletihan dan kelemahan

    d.

    ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau

    buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

    2. Diabetes Tipe II

    a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif

    b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,

    polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan

    kabur

    c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

    3. Ulkus Diabetikum

    Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkuspanas walaupun

    nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan

    biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan

    sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala

    klinis 5 P yaitu :

    a.

    Pain (nyeri)

    b. Paleness (kepucatan)

    c. Paresthesia (kesemutan)

    d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

    e. Paralysis (lumpuh).

    Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari

    fontaine:

    a.

    Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

    c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

    d.

    Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus). Smeltzer

    dan Bare (2001: 1220).

    Klasifikasi :

    Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:

    a.

    Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

    disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    9/18

    b.

    Derajat I :Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

    c. Derajat II :Ulkus dalam menembus tendon dan tulang

    d. Derajat III :Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

    e.

    Derajat IV : Gangrenjari kaki atau bagian distal kaki dengan atautanpaselulitis.

    f.

    Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

    F. PENATALAKSANAAN

    1. Medis

    a.

    Obat

    1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

    a)

    Mekanisme kerja sulfanilurea kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas

    kerja OAD tingkat reseptor

    b) Mekanisme kerja Biguanida

    Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek

    lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

    Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik

    i.

    Menghambat absorpsi karbohidrat

    ii.

    Menghambat glukoneogenesis di hati

    iii.Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

    iv.Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

    reseptor insulin

    v. Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek

    intraseluler

    b. Insulin

    1) Indikasi penggunaan insulin

    a) DM tipe I

    b)

    DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

    c) DM kehamilan

    d) DM dan gangguan faal hati yang berat

    e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

    f)

    DM dan TBC paru akut

    g) DM dan koma lain pada DM

    h)

    DM operasi

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    10/18

    2)

    Insulin diperlukan pada keadaan :

    a) Penurunan berat badan yang cepat.

    b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

    c)

    Ketoasidosis diabetik.d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

    2. Keperawatan

    Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain

    dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan

    mengompreskan ulkusdengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan.

    Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan

    penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang

    dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin

    diperlukan untuk kasusDM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan

    utama penatalaksanaan terapi padaDiabetes Melitus adalah menormalkan

    aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya

    adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam

    penatalaksanaan Ulkus Diabetik:

    a. Diet

    Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan

    semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah

    kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak. Prinsip diet

    DM, adalah:

    1) Jumlah sesuai kebutuhan

    2) Jadwal diet ketat

    3)

    Jenis: boleh dimakan/tidak

    b. Latihan

    Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akanmenurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

    glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.

    c.

    Pemantauan

    Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri

    diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara

    optimal.

    d.

    Terapi (jika diperlukan)

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    11/18

    Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan

    kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

    e. Pendidikan

    Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajariketerampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan

    mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.

    G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1.

    Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,

    serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%

    lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.

    2.

    Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai

    ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup

    memakai GOD.

    3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat

    didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-

    hidroksibutirat tidak terdeteksi.

    4.

    Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,

    HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet

    cellantibody).

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    12/18

    BAB II

    2. KONSEP KEPERAWATAN

    A.

    PENGKAJIANPengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan

    mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan

    utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan

    sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes melitus :

    1. Aktivitas dan istirahat :

    Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,

    tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma

    2.

    Sirkulasi

    Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada

    ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata

    cekung.

    3.

    Eliminasi

    Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

    4. Nutrisi

    Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

    5.

    Neurosensori

    Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

    disorientasi, letargi, koma dan bingung.

    6. Nyeri

    Pembengkakan perut, meringis.

    7.

    Respirasi

    Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

    8.

    KeamananKulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

    9. Seksualitas

    Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi

    impoten pada pria.

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

    ekstrimitas.

    2.

    Nyeri kronis berhubungan dengan iskemik jaringan

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    13/18

    3.

    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangren.

    4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi

    insulin.

    5.

    Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah, angiopati.6. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota

    tubuh.

    C. RENCANA TINDAKANSetelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas

    keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah

    masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang

    meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,

    menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

    1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

    ekstrimitas.

    NOC : Tercapainya proses penyembuhan luka.

    Kriteria hasil :

    a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

    b. Pus dan jaringan berkurang

    c.

    Adanya jaringan granulasi.

    d. Bau busuk luka berkurang.

    NIC : Perawatan luka

    Intervensi :

    1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

    Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan

    membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

    2) Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik

    menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel

    pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

    Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi

    luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul,

    sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

    3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus

    pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    14/18

    Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus

    untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,

    pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

    2. Nyeri kronis berhubungan dengan iskemik jaringan.

    NOC : rasa nyeri hilang/berkurang

    Kriteria hasil :

    a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

    b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau

    mengurangi nyeri .

    c.

    Pergerakan penderita bertambah luas.

    d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5 0C,

    N: 6080 x /menit, T : 100130 mmHg, RR : 1820 x /menit ).

    NIC : Penatalaksanaaan Nyeri

    Intervensi :

    1)

    Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

    Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

    2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

    Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan

    mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak

    bekerjasama dalam melakukan tindakan.

    3)

    Ciptakan lingkungan yang tenang.

    Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat

    rasa nyeri.

    4)

    Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

    Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang

    dirasakan pasien.

    5)

    Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

    Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada

    otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

    6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

    Rasional : Obatobat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

    3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangren.

    NOC : Pasien dapat merawat diri dan aktivitas kehidupan seharihari.

    Kriteria Hasil :

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    15/18

    a. Pergerakan paien bertambah luas

    b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk,

    berdiri, berjalan ).

    c. Rasa nyeri berkurang.

    d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan

    kemampuan.

    NIC : Terapi aktivitas mobilisasi sendi.

    1) Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

    Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

    2) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar

    gula darah dalam keadaan normal.

    Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif

    dalam tindakan keperawatan.

    3) Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstremitas bawah sesui

    kemampuan.

    Rasional : Untuk melatih otototot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

    4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

    Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

    5)

    Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan

    tenaga fisioterapi.

    Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi

    untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

    4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    defisiensi insulin.

    NOC : Peningkatan status gizi.

    Kriteria hasil :

    a.

    Berat badan dan tinggi badan ideal.

    b. Pasien mematuhi dietnya.

    c. Kadar gula darah dalam batas normal.

    d. Tidak ada tanda-tandahiperglikemia/hipoglikemia.

    NIC : Pengelolaan nutrisi

    Intervensi

    1)

    Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    16/18

    Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien

    sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

    2)

    Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

    Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya

    hipoglikemia/hiperglikemia.

    3)

    Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

    Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan

    merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

    4) Identifikasi perubahan pola makan.

    Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang

    ditetapkan.

    5)

    Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet

    diabetik.

    Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke

    dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai

    dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

    5. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah,

    angiopati.

    NOC : Peningkatan status imun.

    Kriteria Hasil :

    a.

    Tanda-tanda infeksi tidak ada.

    b. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 3637,5 0C )

    c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

    NIC : perlindungan terhadap infeksi

    Intervensi :

    1)

    Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

    Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi

    dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

    2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri

    selama perawatan.

    Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk

    mencegah infeksi kuman.

    3)

    Lakukan perawatan luka secara aseptik.

    Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    17/18

    4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang

    ditetapkan.

    Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya

    tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga

    memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

    5)

    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

    Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan

    menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.

    6. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

    anggota tubuh.

    NOC : persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri.

    Kriteria Hasil :

    a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu

    dan rendah diri.

    b.

    Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

    NIC : pencapaian citra tubuh

    Intervensi:

    1)

    Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan

    dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

    Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

    2)

    Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

    Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

    3) Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

    Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

    4) Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

    Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan

    dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

    5) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

    Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang

    normal.

    6) Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai

    pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

    Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien

  • 8/10/2019 Lp Ulkus Dm Nakula

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit

    RGC, Jakarta.

    Johnson, M.,et all,2002,Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA

    Intervention Project, Mosby.

    Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002,Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,

    IOWA Intervention Project, Mosby.

    NANDA, 2012,Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

    Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004.Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam,Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

    Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12

    Februari 2012], avaible from URL:http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-

    keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/

    Umami, Vidhia, Dr. 2007.At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

    http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.htmlhttp:/www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/