15
MAKALAH KIMIA MEDISINAL Studi Molecular Docking Alkaloid Yang Berpotensi Sebagai Anti Kolinergik: Anti-Cholinergic Alkaloids as Potential Therapeutic Agents of Alzheimer’s Disease: an in Sillico Approach Disusun oleh: Kelompok 14 Stella Christa Santoso 132210101030 Nina Amalia 132210101076 Fatimah Indah Fikriyah 132210101112

Kimed Pak Agung-print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MOLECULAR DOCKING

Citation preview

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

Studi Molecular Docking Alkaloid Yang Berpotensi Sebagai Anti Kolinergik: Anti-Cholinergic Alkaloids as Potential Therapeutic Agents of Alzheimers Disease: an in Sillico ApproachDisusun oleh:

Kelompok 14

Stella Christa Santoso

132210101030

Nina Amalia

132210101076

Fatimah Indah Fikriyah

132210101112FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit Alzheimer merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan neurodegeneratif progresif dengan banyak gejala kognitif dan neuropsikiatri pada populasi usia lanjut. Penyakit ini ditandai dengan menurunnya asetilkolin (ACh) pada otak secara signifikan. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi Alzheimer, stress oksidatif yang mempengaruhi kesetimbangan antara produksi dan detoksifikasi dari ROS, dicurigai sebagai faktor penting dalam peyakit neurodegeneratif ini. Oleh karena itu, penambahan fungsi pusat kolinergik dengan cara menghambat asetilkolinesterase (AChE) merupakan salah satu cara pengobatan penyakit ini.

Salah satu metabolit aman yang diperoleh dari tumbuhan yaitu alkaloid. Alkaloid telah dilaporkan aman dan memiliki sifat neuroprotective yang dapat berinteraksi baik dengan reseptor saraf seperti hupazin. Alkaloid dapat dijadikan molekul terapeutik untuk gangguan neurologi termasuk Alzheimer. Banyak peneliti telah melaporkan sejumlah alkaloid yang dapat berperan sebagai AChE inhibitor seperti galantamin, montanin, arekolin, bulbokapnin dan kordalis. Alkaloid-alkaloid tersebut memiliki aktivitas anti kolinergik dan digunakan untuk pengobatan penyakit Alzheimer di berbagai negara. Keefektifan dan kemampuan anti kolinergik dari alkaloid mendorong penelitian untuk mencari alkaloid lain yang juga memiliki aksi sebagai AChE inhibitor. Pada beberapa penelitian, telah terdapat 13 alkaloid yang digunakan sebagai neuroprotective yang dianalisis dengan silico molekular docking dan mendekati sebagai antikolinergik yang potensial sebagai AChE inhibitor. Metode analisis dengan docking ini didasarkan pada senyawa yang diketahui berikatan dengan ligan atau disebut Ligand-Based Drug Design (LBDD) dan struktur target, baik berupa enzim maupun reseptor yang bertanggung jawab atas toksisitas dan aktivitas suatu senyawa di dalam tubuh atau sering disebut Structure-Based Drug Design (SBDD).

Dengan adanya metode pendekatan molekular yaitu docking, analisis turunan-turunan suatu senyawa termasuk alkaloid sering dilakukan. Alkaloid sendiri secara umum telah dianalisis aksi antikolinergiknya. Turunan alkaloid yang poten juga telah digabungkan dengan beberapa obat yang digunakan untuk melawan AD untuk melihat potensial relatif dari antikolinergik sebagai AChE inhibitor. Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami ingin membahas mengenai Studi Molecular Docking Alkaloid Yang Berpotensi Sebagai Anti Kolinergik1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.1.2.1 Bagaimanakah aktivitas alkaloid terhadap AChE menurut analisis docking?1.2.2 Bagaimana perbandingan ikatan antara alkaloid dengan AChE dan ikatan obat anti-kolinergik yang umum digunakan terhadap AChE?

1.2.3 Alkaloid apakah yang memiliki kemampuan AChE inhibitor paling baik?1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.1.3.1 Mengetahui aktivitas alkaloid terhadap AChE menurut analisis docking.1.3.2 Mengetahui perbandingan ikatan antara alkaloid dengan AChE dan ikatan obat anti-kolinergik yang umum digunakan terhadap AChE.

1.3.3 Mengetahui jenis alkaloid yang memiliki kemampuan AChE inhibitor paling baik.BAB II

METODOLOGI2.1 Alat dan BahanBahan yang digunakan adalah struktur kristal dari kompleks asetilkolinesterase dengan racun bisa ular fasciculin-II yang dipecah dengan menggunakan X-ray kristalografi. Alat yang digunakan adalah Autodock 4.0 termasuk Algoritma Genetik Lamarckian, software CHIMERA, program CASTp.

2.2 Prosedur Penelitian

2.2.1 Persiapan struktur protein

Struktur kristal dari kompleks asetilkolinesterase dengan serum bisa ular fasciculin-II yang dipecah dengan menggunakan kristalografi X-ray pada resolusi 1009 diperoleh dari Bank Data Protein (http://www.rscb.org/). Pemindahan rantai (penghapusan maupun penghubungan) dilakukan dengan software CHIMERA.2.2.2 Persiapan struktur ligan Sejumlah alkaloid dari metabolit sekunder sebagai inhibitor AChE dipilih melalui literatur yang ada yaitu Chemspider dan PubChem. Kemudian diubah formatnya menjadi PDB menggunakan Molecular File Converter. 2.2.3 Molecular Docking

Daerah pengikatan untuk studi docking molekul ditetapkan pada 0.375 yang terletak pada sisi aktif enzim asetilkolinesterase (PDB kode 1B41) dilakukan dengan Autodock 4.0 dan Algoritma Genetik Lamarckian. Algoritma ini memanfaatkan sebuah rongga deteksi algoritma (cavity) untuk mendeteksi tempat ikatan protein sebagai potensi daerah pada sisi aktif untuk berikatan dengan obat (ligan). 10 algoritma genetik bergerak pada masing-masing senyawa dan mencari konformasi untuk menghasilkan pose ligan yang konsisten dengan bentuk sisi aktif agar mencapai ligan target. Calon pose yang diminimalkan energinya dalam sisi aktif menggunakan metode berbasis grid berukuran 88 x 88 x 88 dibuat dan didasarkan pada ligan co-crystallized. Masing-masing algoritma genetik ditampilkan dari populasi 150 individu. Kecepatan mutasi dan persilangan disetting 0.02 dan 0.8.

Selain itu dilakukan percobaan fungsi energi bebas untuk memperkirakan energi ikatan, konstanta inhibisi, energi docking, energi intermolekular dan energi torsional. Energi ikatan bebas secara empiris dihitung berdasarkan pada energi masuk dan faktor koefisien. Nilai dari energi ikatan nantinya digunakan untuk menentukan posisi docking pada molekul. Gugus dengan ikatan terlemah yang dipilh.

Semua interaksi docking antara molekul target dan ligan ditunjukkan melalui CHIMERA dan ikatan hidrogen dengan batas radius interaksi 0.4 dari sisi aktif dan atom substrat yang dianalisis.BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Identifikasi Sisi Aktif AChE

Prediksi sisi aktif dilakukan dengan menggunakan program CASTp untuk analisis sisi ikatan. Prediksi sisi ikatan ligan-AChE ditunjukkan pada gambar berikut.

Ikatan ligan pada sisi aktif terdiri atas 34 residu, Gln71, Tyr72, Asp74, Gly82, Thr83, Trp86, Asn87, Pro88, Gly120, Gly121, Gly122, Tyr124, Ser125, Gly126, Leu130, Tyr133, Glu202, Glu202, Ser203, Ala204, Trp236, Trp286, Leu289, Ser293, Val294, Phe295, Arg296, Phe297, Tyr337, Phe338, Tyr341, Trp439, His447, Gly448 dan Tyr449. Hasil prediksi sisi aktif dengan program CASTp divalidasi lebih lanjut dengan analisis docking.3.2 Analisis Docking AChE dengan Alkaloid Terpilih

Mengingat penggunaan alkaloid yang menjanjikan seperti montanine, arecoline dan Galanthamine untuk pengobatan Alzheimer, maka pada penelitian ini digunakanlah 13 alkaloid neuroprotective yang dianalisis potensial anti kolinergiknya terhadap AChE melalui pendekatan docking in silico. Hasil docking 13 alkaloid dengan AChE tersebut ditampilkan dalam tabel berikut.

Berdasarkan parameter docking, yaitu energi ikatan dan konstanta inhibisi (Ki), alkaloid pleiokarpin menunjukkan kemampuan inhibisi AChE terbaik dengan energi ikatan -12.50 kcal/mol dan Ki 6.90 x 10-4 M.

Dalam literatur tidak ada informasi mengenai aktivitas anti kolinergik dari alkaloid tersebut. Namun, ada beberapa penelitian yang menyarankan ekstrak tanaman dari famili Apocynaceae yang dapat dipertimbangkan sebagai sumber alkaloid eburnamine/vincamine yang menunjukkan kemampuan neuroprotective. Prediksi in silico dalam penelitian ini mengungkapkan aktivitas anti kolinergik dari alkaloid eburnamine, eburnamenine, dan eburnamonine dari Hunteria zeylanica. Alkaloid oliveroline dan noroliveroline dari Polyalthia longifoliai yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, dan alkaloid dari tanaman yang sama seperti liridonine, isooncodine, polyfothine, dan darienine juga menunjukkan kemampuan neuroprotective. Dengan demikian, hasil analisis docking penelitian ini menyarankan alkaloid-alkaloid yang memiliki aktivitas terhadap AChE tersebut untuk pengobatan Alzheimer yang efektif.3.3 Studi Docking Pleiokarpin dan Derivatnya, serta Obat yang Diketahui terhadap AChE

Dalam rangka meningkatkan aktivitas pleiokarpin terhadap AChE, sejumlah derivat pleiokarpin dihasilkan dengan mengganti metil hidrogen pada gugus karboksilat yang terikat nitrogen, dengan berbagai gugus fungsional lainnya, seperti -NH2, NO2 dan -OH menggunakan Software ChemSketch versi 11.0. Struktur kimia pleiokarpin dan derivatnya ditunjukkan pada berikut.

Derivat amino, nitro- dan hidroksil- dari pleiokarpin digunakan untuk analisis docking dengan AChE sebagai target. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel berikut.

Berdasarkan parameter docking, yaitu energi ikatan dan konstanta inhibisi, turunan amino dari pleiokarpin (Gbr. 2B) ditemukan berpotensi karena memiliki energi ikatan -13,34 kkal/mol dan Ki 1,65x10-4 M. Perkiraan daerah dan volume pengikatan berbagai ligan di sisi aktif AChE juga dilakukan menggunakan program CASTp oleh model Connollys Surface (hasilnya dapat dilihat dalam tabel 2). Ikatan pleiokarpin dan derivat aminonya terhadap AChE ditemukan lebih kompak dari pada obat (sesuai dengan hasil docking).

Selain itu, potensi penghambatan pleiokarpin dan derivatnya juga dibandingkan dengan obat-obat anti-kolinergik yang umum digunakan, yaitu Cognex dan Exelon (data ditunjukkan pada tabel 2). Dibandingkan dengan obat-obatan ini, hampir semua alkaloid yang dipilih, khususnya pleiokarpin dan derivat aminonya ditemukan sebagai inhibitor AChE yang menjanjikan.3.4 Regiospesifisitas Pengikatan Pleiokarpin, Derivatnya, dan Obat terhadap AChE Dari hasil penelitian, tampak bahwa residu asam amino AChE terlibat dalam ikatan dan interaksi dengan ligan (pleiokarpin, derivatnya, dan obat Cognex dan Exelon) pada sisi aktifnya (dapat dilihat pada gambar 3A-F dan tabel 3). Analisis regiospesifisitas interaksi ligan dengan AChE menunjukkan bahwa pleiokarpin, derivatnya (amino-, nitro-, hidroksil-), dan obat (Cognex dan Exelon) berinteraksi pada cara yang sama, kecuali pada residu Tyr341dan Asp74 tidak terjadi ikatan dengan Cognex dan Exelon.Sembilan residu, yaitu Trp86, His447, Gly448, Gly82, Gly121, Tyr337, Glu202, dan Tyr449 adalah residu yang biasa berinteraksi dengan ligan, termasuk obat-obatan. Kesembilan residu ini juga terlihat di sisi aktif AChE yang diprediksi menggunakan program CASTp. Dalam penelitian ini, residu Trp, Ser, His, dan Glu terlibat dalam interaksi dengan pleiokarpin, derivatnya, dan obat dengan AChE.Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan adanya ikatan-H intermolekuler antara ligan-ligan seperti pleiokarpin, derivatnya (nitro-, hidroksil-), dan obat (Cognex dan Exelon) terhadap target, hanya derivat amino pleiokarpin saja yang menunjukkan adanya ikatan-H intermolekuler dengan Thr83 dengan jarak 31 A. Selain itu, pada analisis ikatan-H intra-molekuler ditemukan adanya 2-4 ikatan hidrogen pada semua ligan, kecuali pada obat Cognex (tabel 3). Residu-residu Trp86-Tyr449 (3.204 A) dan Tyr 337-Tyr224 (4.788 A) terlibat dalam ikatan-H intra-molekular dengan pleiokarpin dan derivat amino- dan nitro-, sedangkan derivat hidroksil dan Exelon terlibat dalam ikatan-H intra-molekular dengan Trp86-Tyr449 (2.73 A) dan Trp86-Tyr449 (3.202 A).

BAB IV

PENUTUP4.1 Kesimpulan 13 alkaloid teranalisis sebagai anti-kolinergik yang potensial melalui docking dengan AChE sebagai target dan dibandingkan dengan obat yang biasa digunakan sebagai anti-kolinergik, seperti Cognex dan Exelon. Berdasarkan berbagai macam parameter docking, pleiokarpin menjadi alkaloid anti-kolinergik yang paling poten sehingga dapat digunakan sebagai molekul terapi yang berpotensi untuk melawan Alzheimer. Derivat amino pleiokarpin adalah agen anti-kolinergik yang paling baik.

4.2 Saran

Sebaiknya pada penelitian lebih lanjut dilakukan analisis absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (ADME) dan HKSA 3D pleiokarpin beserta derivat aminonya sehingga dapat diusulkan sebagai molekul terapi yang diduga lebih baik sebagai pengobatan Alzheimer dari bahan alam.

5