13
Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 107-119 107 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN SOSIALISASI DENGAN KECANDUAN JEJARING SOSIAL Heny Nurmandia, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum Jombang Abstract: This study aims to determine the relationship between social skills with social networking addiction in adolescents in Jombang. The hypothesis of this study is "There is a relationship between social skills with social networking addiction". Samples numbered 65 adolescents aged 16-19 years from schools MAN Jombang. The sampling technique used is the quota random sampling. The independent variable in this study is social skills, while the dependent variable is social networking addiction. Hipotesis Networking Addiction is no negative relationship between social skills with social networking addiction. Statistical analysis method used is the product moment correlation technique with the following results: rxy = -0.402 to 0.001 (p <0.01) it shows there is a very significant negative correlation between the ability Socialisation with social networking addiction so the hypothesis is accepted. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial pada remaja di Jombang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial”. Sampel berjumlah 65 orang remaja berusia 16-19 tahun yang berasal dari sekolah MAN Jombang. Teknik sampling yang digunakan yaitu quota random sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Kemampuan sosialisasi, sedangkan variabel tergantungnya adalah Kecanduan Jejaring Sosial. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Metode analisis statistik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan hasil sebagai berikut : rxy = -0,402 dengan 0,001 (p < 0,01) hal menunjukkan ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara Kemampuan Sosialasi dengan kecanduan jejaring sosial jadi hipotesis diterima. Kata kunci : Kemampuan sosialisasi, kecanduan, jejaring sosial Pendahuluan Sejarah perkembangan Internet merupakan modus baru dalam pendistribusian informasi dan ilmu pengetahuan. Akses kejaringan ini sedangmenjadi trendbagi masyarakat. Hal ini disebabkan begitu gencarnya pemberitahuan di media massa. Media ini masih akan terus berkembang pesat. Oleh karena itu, berbagai aspek yang menyangkut mengenai pengenalan sistem, pemanfaatan dan penguasaan teknologi ini sangat patut dipelajari dan dikembangkan terus. Jaringan internet telah dibangun lebih dari 10 tahun yang

jurnal psikologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN SOSIALISASI DENGAN KECANDUAN JEJARING SOSIAL

Citation preview

  • Jurnal Penelitian Psikologi

    2013, Vol. 04, No. 02, 107-119

    107

    HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN SOSIALISASI

    DENGAN KECANDUAN JEJARING SOSIAL

    Heny Nurmandia, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah

    Fakultas Psikologi Universitas Darul Ulum Jombang

    Abstract: This study aims to determine the relationship between social skills with

    social networking addiction in adolescents in Jombang. The hypothesis of this study is

    "There is a relationship between social skills with social networking addiction".

    Samples numbered 65 adolescents aged 16-19 years from schools MAN Jombang. The

    sampling technique used is the quota random sampling. The independent variable in

    this study is social skills, while the dependent variable is social networking addiction.

    Hipotesis Networking Addiction is no negative relationship between social skills with

    social networking addiction. Statistical analysis method used is the product moment

    correlation technique with the following results: rxy = -0.402 to 0.001 (p

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    108

    lalu dengan hanya berawal 4 buah komputer mainframe yang saling

    dihubungkan dengan tujuan unuk berbagi data.

    Pada awal tahun 80-an terdapat 213 host terdaftar. Tahun 1986, naik

    menjadi 2.308 host dan sekarang mencakup lebih dari 20-35 juta user. Di

    Indonesia sekitar 33 juta user (1997). Jaringan ini tumbuh subur secara acak

    denagn partisipasi luas dan merata sehingga seakan tidak ada yang

    mempunyai dan tidak ada yang bertanggung jawab.

    Di zaman globalisasi saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi (TIK) begitu cepat, apabila tidak bisa memanfaatkannya disebut

    orang yang ketinggalan zaman. Menurut (Main, 2008) teknologi informasi dapat

    diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan,

    mengolah serta menyebarkan informasi. Salah satu pemanfaatan TIK yang

    paling popular saat ini adalah internet.

    Dengan internet, pengguna dapat mengenal dan menjelajahi dunia,

    walaupun terkadang lebih dikenal dengan dunia maya. Melalui internet

    pengguna bisa menemukan atau mencari informasi apapun yang dibutuhkan,

    mulai dari informasi seseorang, perusahaan, pekerjaan, pemerintahan,

    pendidikan, buaya, music, gambar, film, berkomunikasi dengan video

    streaming, bahkan tindakan kejahatanpun bisa dilakukan di internet.

    Pemanfaatan internet decade terakhir ini mengalami perkembangan yang

    sangat pesat. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media

    berkomunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia

    bisnis, industri, pendidikan dan pergaulan sosial. Khusus mengenai jejaring

    sosial atau pertemanan melalui dunia internet, atau lebih dikenal dengan social

    network pertumbuhannya sangat mencengangkan.

    Meluasnya jaringan internet menyebabkan internet menjadi salah satu

    media untuk meningkatkan produktifitas dalam bekerja, meningkatkan

    kemampuan, sebagai sumber pustaka tanpa batas dan bahkan menjadikan

    internet sebagai lahan bisnis yang menggiurkan. Jejaring sosial adalah sebutan

    lain terhadap web community. jejaring sosial adalah tempat untuk para netter

    berkolaborasi dengan netter lainnya. Bentuk kalaborasi antara lain adalah

    saling bertukar pendapat atau komentar, mencari teman, saling mengirim

    email, saling member penilaian, saling bertukar file dan lain sebagainya.

    Intinya dari situs jejaring sosial adalah interaktifitas.

    Sekitar 5-10 persen orang yang mengakses internet diyakini mengidap

    candu. Mayoritas adalah mereka yang keranjingan game online. Mereka bisa

    menghabiskan waktu untuk nge-game berjam-jam tanpa makan dan minum,

    bahkan cenderung mengabaikan aspek lain dari kehidupan mereka sendiri.

    Oleh karena itu Jejaring sosial memiliki dampak signifikan pada sosialisasi.

    Beberapa dari perubahan ini untuk lebih baik, beberapa lebih buruk. Dengan

    setiap perkembangan baru dalam setiap masyarakat selalu ada akan beberapa

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    109

    pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Setiap anggota masyarakat harus

    secara individual memutuskan apakah atau tidak ini pengorbanan yang

    sepadan dengan biaya.

    Pengguna yang mengalami kecanduan internet kerap memutus

    komunikasi dengan keluarga dan teman sebaya di dunia nyata. Hal pertama

    yang dilakukan saat setelah bangun tidur adalah hidupkan komputer dan

    segera online.Banyak yang menyadari, pengguna yang mengabaikan aktifitas

    sosial dan kegiatan waktu luangnya. Tapi tidak mampu keluar dari jeratan

    dunia virtual. Pengguna tidak bisa lagi mengendalikan konsumsinya akan

    internet.

    Situs social networking diantaranya adalah : My Space, Facebook, Windows

    Live Spaces, Friendster, His, Flickr, Orkut, Flixter, Multiply, Netlog dan lain

    sebagainya. Semenjak situs jejaring sosial banyak diminati oleh semua kalangan

    pengguna rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengunjungi

    situs tersebut, tanpa mengetahui alasan yang sesungguhnya. Facebook dan

    twitter juga membuat setiap orang seperti kaum remaja sekarang dan

    masyarakat cenderung bersifat individual. Secara logika, situs facebook dan

    twitter membuat kita bisa berinteraksi dengan orang lain yang belum kita kenal

    tetapi melalui dunia maya.

    Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah Apakah ada hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan

    kecanduan jejaring sosial?.

    Nurfajri (2012), Internet Addiction (kecanduan internet) adalah suatu

    gangguan psikofisiologis yang meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah

    yang sama akan menimbulkan respon minimal, jumlah harus ditambah agar

    dapat membangkitkan kesenangan dalam jumlah yang sama),whithdrawal

    symptoms (khususnya menimbulkan termor, kecemasan, dan perubahan mood),

    gangguan afeksi (depresi, sulit menyesuaikan diri), dan terganggunya

    kehidupan sosial (menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas

    maupun kuantitas).

    Internet Addiction diartiakan sebagai sebuah sindrom yang ditandai

    dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam

    menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya

    saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas,

    depresi, atau hampa saat tidak online diinternet.

    Menurut profesor Barnes (1954) Jaringan sosial adalah suatu struktur

    sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau

    organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai,

    visi, ide, teman, keturunan, dll. Jejaring sosial adalah struktur sosial yang

    terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    110

    jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari

    mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga.

    Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa

    bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain

    games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting).

    Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:

    a. Sering lupa waktu

    Mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama.

    Orang yang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu

    sholat, belajar, sekolah atau bekerja.

    b. Gejala menarik diri

    Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa

    diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena

    berbagai alasan.

    c. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang

    dihabiskan.

    Semakin lama jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses internet

    terus bertambah.

    d. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang

    lebih banyak untuk dimiliki.

    Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet

    dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu.

    e. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara

    sosial, dan kelelahan.

    Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang

    berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan

    narkoba.

    Dengan berkembangnya teknologi yang kian maju, dan merasuknya

    internet pada lapisan masyarakat, berkembang pula situs-situs jejaring sosial di

    kalangan masyarakat luas. Situs-situs tersebut kini sudah sangat menjamur di

    semua kalangan masyarakat. Mulai dari anak kecil, remaja hingga dewasa

    menggunakan fasilitas ini untuk berhubungan dengan teman ataupun

    mengenal teman baru, yang terkadang sulit untuk bertemu secara langsung.

    Namun penggunaan situs jejaring sosial ini juga mempunyai dampak yang baik

    dan buruk terhadap perkembangan psikologis pada anak tersebut.

    Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial ini kita jadi lebih mudah

    berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang memanfaatkan situs jejaring

    sosial ini untuk memperluas pergaulan. Pengguna dapat berhubungan dengan

    teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan dengan teman lama,

    berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan dengan orang yang

    belum pernah dikenal sebelumnya. Selain itu, pengguna situs ini memiliki

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    111

    kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman, hobi, dan minat

    dengan orang-orang dengan latar belakang, budaya dan negara yang berbeda,

    bisa juga dijadikan media promosi bisnis atau sebagainya. Keunggulan dan

    kemudahan itulah yang membuat banyak individu hampir tiap hari

    menggunakan internet untuk membuka jejaring sosial.

    Dibalik atsmosfer positifnya ternyata tidak dapat dipungkiri bahwa

    jejaring sosial menyimpan pula sisi negatifnya adalah kita banyak kehilangan

    waktu yang bermanfaat, Kebingungan antara Dunia maya dengan

    Dunia Nyata, Meniru kekerasan dalam game online, kegagalan akademik,

    menolak untuk melakukan hal yang lain, mengikuti gaya-gaya yang

    didapatkannya, stress jika tidak ada internet dan efek stress yang dibawa itu

    menimbulkan penyakit ini yaitu aktivitas otak dan tekanan darah meningkat

    karena terisolir dari internet. Selain itu yang tidak kalah mengejutkan yaitu

    dampak biologis itu sendiri yaitu mengubah alur kerja gen, menghambat

    respons sistem imun, tingkat hormon, dan fungsi arteri serta memengaruhi

    kondisi mental. Akhirnya, hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan

    kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (semacam

    gangguan jiwa).

    Sosialisasi merupakan proses belajar yang dialami individu untuk

    mengenal dan menghayati norma dan nilai-nilai sosial sehingga terjadi

    pembentukan perilaku yang sesuai dengan masyarakatnya, (Ruchayati, 2012).

    Menurut Soekanto (2008), sosialisasi adalah suatu proses anggota masyarakat

    mempelajari norma-norma dan nilai-nilai sosial dimana ia menjadi anggota.

    Buhler (dalam Widyana, 2011) sosialisasi yaitu proses yang membentuk

    individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup serta

    bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berfungsi serta berperan

    dalam kelompoknya.

    Sosialisasi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup

    manusia. Meskipun prosesnya berlangsung seumur hidup namun menurut

    Berger dan Luckmann sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi

    primer dan sekunder, (dalam Ruchayati 2012).

    a. Sosialisasi Primer

    Sosialisasi primer adalah proses sosialisasi yang pertama dialami individu

    sewaktu kecil di lingkungan keluarga. Keluarga adalah media sosialisasi

    pertama sebelum anak mengenal dunia luar.

    b. Sosialisai Sekunder

    Sosialisasi sekunder adalah merupakan tahap lanjutan setelah sosialisasi

    primer. Dalam tahap ini dikenal adanya proses desosialisasi, yaitu proses

    pencabutan identitas diri yang lama dan dilanjutkan resosialisasi. Resosialiasi

    adalah pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    112

    Menurut Ruchayati (2012), ciri-ciri kemampuan bersosialisasi, antara lain :

    a. Pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih

    Pelaku lebih dari 2 orang adalah interaksi sosial yang dilakukan tidak hanya

    dua orang saja tapi lebih dari dua orang bahkan lebih.

    b. Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial

    Sebelum terjadi interaksi secara langsung pelaku sudah melakukan kontak

    terlebih dahulu, seperti melalui jejaring sosial, telfon, sms, dll.

    c. Memiliki tujuan yang jelas

    Interaksi sosial ini hanya untuk tujuan yang jelas dan bermanfaat tidak

    hanya sekedar bersosialisasi. Misalnya, Dzibaan, bersosialisasi degan

    tetangga, ngajar les, dll.

    d. Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu

    Keteraturan sosial akan terwujud ideal (tujuan jelas, ebutuhan yang jelas,

    adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidah-

    kaidah sosial yang berlaku) tersebut benar-benar melandasi hubungan atau

    interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya, jika pola-pola

    ideal tersbut dilanggar, maka akan terjadi ketidakaturan dalam masyarakat.

    Sejak dikembangkan perangkat lunak Netscape pada awal dekade 1990-an,

    internet menjadi bagian dari gaya hidup baru di seluruh dunia. Perangakat

    lunak tersebut memungkinkan para pengguna internet yang semula berbasis

    teks ( text-based internet) untuk beralih menikmati kecanggihan pertukaran

    informasi berbasis gambar (graphic-based internet). Perkembangan perangkat

    keras dan perangkat lunak komputer berbasis gambar yang sangat pesat

    menjadikan pengguna jasa internet menjadi semakin dimanjakan dengan

    tampilan, isi informasi, fasilitas, serta unjuk kerja internet.

    Pengguna internet dapat memanfaatkan perangkat lunak web browsing

    untuk mengakses beraneka ragam informasi. Keaneragaman informasi inilah

    yang tampaknya menjadikan mereka tahan berlama-lama di depan komputer.

    Mereka dapat melalukan browsing beragam informasi dari yang berkaitan

    dengan pekerjaan, pendidikan, hobi, bisnis, dan bahkan situs yang di

    kategorikan sebagai kegiatan yang dianggap negatif seperti misalnya,

    cybercrime (hacking, cracking, dan carding), internet gamebling, dan cybersex, atau

    cyberporn.

    Kecanduan juga diklasifikasikan menurut intensitas penggunaannya.

    Pratarelli dkk (1999), membagi penggunaan internet ke dalam empat model.

    Model pertama adalah ganguan perilaku berupa pengguaan internet secara

    berlebihan. Model kedua adalah penggunaan internet secara fungsional,

    produktif, dan bermakna. Model ketiga adalah penggunaan internet untuk

    mendapatkan kepuasan seksual dan atau mendapat keuntungan sosial. Pada

    model ketiga ini biasanya orang pemalu atau introvert menggunakan internet

    untuk bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya. Model yang terakhir

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    113

    adalah individu yang tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet. Model

    pertama adalah yang biasa kecanduan disebut kecanduan internet.

    Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem

    motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal

    sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet. Jejaring sosial merupakan

    struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi.

    Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan

    sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga.

    Pada umumnya, sosialisasi merupakan hasil dari interaksi dengan orang

    tua, para guru, dan teman-teman. Namun demikian, media massa, teknologi

    informasi dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya juga bertindak

    sebagai agen sosialisasi yang penting. Sosialisasi masyarakat merupakan suatu

    proses penanaman atau mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan

    yang ada pada suatu kelompok masyarakat tertentu.

    Metode Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah 65 Siswa-siswi MAN Jombang. Berjenis

    laki-laki dan perempuan. Berusia 16-18 tahun. Teknik pengambilan sampel

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling. Pada

    random sampling, semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk

    dimasukkan ke dalam sampel.

    Identifikasi Variabel-variabel Penelitian ini meliputi Variabel Tergantung nya

    adalah Kecanduan Jejaring Sosial. Sedangkan Variabel Bebas yaitu Kemampuan

    bersosialisasi

    Kecanduan Jejaring Sosial di ungkap dengan menggunakan teori

    Goldberg, ciri-ciri kecanduan jejaring sosial adalah (1). Sering lupa waktu, (2)

    Gejala menarik diri, (3) Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk

    meningkatkan waktu yang dihabiskan, (4) Kebutuhan akan peralatan komputer

    yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki, (5) Sering

    berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan

    kelelahan.

    Tabel 1

    Blue Print Skala Kecanduan Jejaring Sosial

    No Ciri - ciri Kecanduan

    Jejaring Sosial Favourable Unfavourable

    1. Sering lupa waktu 1,2,3,4,16,26,36,46 5,6,17,27,37,47 14

    2. Gejala menarik diri 7,8,18,28,38,48,49,50 9,19,29,39,51 13

    3. Munculnya sebuah

    kebutuhan konstan untuk

    meningkatkan waktu

    10,20,30,40,52,23,54 11,21,31,41 11

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    114

    yang dihabiskan

    4. Kebutuhan akan

    peralatan yang lebih

    canggih

    12,22,32,42,55,56 13,53,33,43 10

    5. Sering berkomentar,

    berbohong, rendahnya

    prestasi, menutup diri

    secara sosial, dan

    kelelahan

    14,24,34,44,47 15,25,35,45 9

    Jumlah 34 23 57

    Dalam penelitian ini skala disusun dalam kalimat-kalimat pernyataan dan

    responden (subyek) diminta memberikan tanggapan dengan memberikan

    (check atau centang) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya

    pada subyek. Pada pernyataan Favourablerespon Sangat Setuju di skor 4, Setuju

    di skor 3, Kurang Setuju di skor 2, Tidak Setuju di skor 1. Pada UnFavourable

    respon Sangat Setuju di skor 1, Setuju di skor 2, Kurang Setuju di skor 3, Tidak

    Setuju 4

    Hasil uji validitas (kesahihan) didapatkan hasil bahwa dari 57 item yang

    diuji ada 49 item yang valid, sedangkan jumlah item yang gugur sebanyak 8.

    Adapun item-item yang tidak valid meliputi item nomor : 13, 15, 17, 25, 29, 35,

    41, 45. Indeks validitas antara 0,226 s/d 0,739. Hasil uji reliabilitas (keandalan)

    didapatkan hasil rtt = 0,944 dengan p = 0,000 yang berarti cukup reliabel (cukup

    andal).

    Kemampuan bersosialisasi diungkap mengacu pada pendapat Ruchayati, Ciri-

    ciri kemampuan Bersosialisasi, antara lain : (1) Pelakunya lebih dari 1 orang,

    (2), Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial, (3) Memiliki

    tujuan yang jelas, (4) Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu.

    Tabel 2

    Blue Print Skala Kemampuan Sosialisasi

    No. Ciri ciri Kemampuan

    Sosialisasi Favoureble Unfavoureble

    1. Pelakunya lebih dari 1 orang 1,2,15,16,23,27 3,4,17,28,32 11

    2. Terjadinya komunikasi antara

    pelaku melalui kontak sosial 5,6,18,24,29 7,8,30,31 9

    3. Memiliki tujuan yang jelas 9,10,19,34 11,20,25,33 8

    4. Dilaksanakan melalui pola

    sistem sosial tertentu 12,13,21 14,22,26,35 7

    Jumlah 18 17 35

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    115

    Hasil uji validitas (kesahihan) didapatkan hasil bahwa dari 35 item yang

    diuji ada 28 item yang valid, sedangkan jumlah item yang gugur sebanyak 7.

    Adapun item-item yang gugur meliputi item nomor : 16, 20, 22, 23, 24, 26, 27.

    Indeks validitas antara 0,245 s/d 0,587. Hasil uji reliabilitas (keandalan)

    didapatkan hasil rtt = 0,868 dengan p = 0,000 yang berarti cukup reliabel (cukup

    andal).

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi korelasi antara

    Kemampuan Sosialisasi dengan KecanduanJejaring Sosial. Hal ini berarti

    menguji signifikansi hubungan satu variabel bebas bergejala kontinum dengan

    satu variabel tergantung bergejala kontinum pula, maka model analisis statistik

    yang tepat untuk penelitian ini adalah Analisis KorelasiProduct Moment.

    Perhitungan analisis statistik ini menggunakan komputer dengan

    program SPS (Seri Program Statistik), Menu program : Analisis Dwivariat :

    Analisis Korelasi Momen Tangkar, edisi Sutrisno Hadi & Yuni Pamardiningsih,

    Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta

    Hasil dan pembahasan

    Hasil penelitian berupa hasil analisis statistik Product Moment. Adapun

    hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 3

    Hasil Analisis Product moment

    Sumber r p Kesimpulan Signifikansi

    XY -0,402 0,001 p < 0,01 Sangat Signifikan

    Keterangan :

    R : Indeks Korelasi

    X : Kemampuan Sosialisasi

    Y : Kecanduan Jejaring Sosial

    p : Peluang Ralat

    Hasil analisis didapatkan bahwa r XY= -0,402 dengan p = 0,001 (p < 0,01)

    hal ini menunjukkan bahwa Ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara

    Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Arah negatif artinya

    semakin tinggi Kemampuan Sosialisasi maka semakin rendah Kecanduan

    Jejaring Sosial jadi hipotesis diterima.

    Dari hasil analisis data dengan menggunakan analisis statistik Product

    Moment menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan

    antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Hal ini

    menunjukkan bahwa remajayang mempunyai tingkat kemampuan sosialisasi

    tinggi, maka semakin rendah Kecanduan Jejaring Sosial. Sehingga mudah

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    116

    baginya mengalihkan kegiatan bermain internet dengan berinteraksi sosial

    pada orang lain. Sebaliknya jika remaja mempunyai Kemampuan Sosialisasi

    rendah, maka semakin sering remaja menggunakan Jejaring Sosial, karena

    baginya banyak waktu kosong dan tidak adanya kegiatan membuat remaja itu

    mengisi waktunya yang kosong dengan bermain Jejaring Sosial sehingga

    Kemampuan sosialisasi terhadap masyarakat, keluarga, teman, dan lingkungan

    sekitar kurang.

    Penelitian ini, sampai taraf tertentu mampu menyumbangkan bukti

    mengenai kriteria penting kecanduan jejaring sosial. Berdasarkan kriteria yang

    dikembangkan oleh Young (1996,1999), diperoleh delapan kriteria kecanduan

    internet. Menurut Beart dan Wolf (2001), setidaknya ada enam kriteria yang

    harus dimiliki agar seseorang dapat diklasifikasikan sebagai pecandu internet.

    Kriteria kecanduan internet yang dapat diuji di dalam penelitian ini adalah :

    1. Pikiran yang terpreokupasi internet

    Bermain internet berjam-jam menimbulkan keasyikan tersendiri, perasaan

    senang secara berlebihan membuat seseorang menunda makan, atau makan

    menjadi tidak teratur.

    2. Waktu penggunaan internet semakin bertambah demi pemenuhan

    kepuasan diri

    Bermain internet melebih 8 jam dalam sehari akan menyita banyak waktu,

    apalagi bila waktu online di mulai malam hari akan menyita waktu tidur.

    3. Pernah mencoba namun gagal untuk mengendalikan, mengurangi atau

    berhenti menggunakan internet

    Bermain internet dan komputer beberapa jam akan menimbulkan kelelahan,

    apalagi bila melebihi 8 jam setiap harinya. Beberapa penelitian mengenai

    pengaruh komputer terhadap kesehatan secara berlebihan masih dalam

    penelitian lebih lanjut, sakit kepala, kelelahan pada mata, sakit pada sendi

    tangan, pegal, dsb merupakan keluhan-keluhan yang sering ditemukan

    pada pengguna komputer. Gangguan ini sering disebut dengan Computer

    Vision Syndrome (CVS)

    4. Tidak tenang, moody, depresif, dan mudah teriritasi

    Seorang psikiater dari New York University, Dr. Joel Gold, menemukan

    adanya gangguan kejiwaan pada individu yang teradiktif internet, ia

    menyebutnya sebagai Truman Show Delusion, beberapa ahli lain

    menyebutnya sebagai internet delusion. Perilaku ini seperti gangguan

    delusi pada umumnya, individu seperti merasa dimatai-matai, berbicara

    sendiri menyangkut internet, pikiran yang tenggelam dengan dunia maya.

    5. Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan

    Banyak individu yang teradiktif mengatakan akan bermain online hanya

    sebentar saja, namun mereka justru online sampai beberapa jam atau

    hampir setengah hari, akibatnya banyak waktu yang terbuang, sementara

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    117

    beberapa pekerjaan lain yang semestinya dapat selesai dikerjakan akan

    terpakai untuk menggunakan komputer.

    6. Mengalami masalah atau mempunyai resiko kehilangan hubungan pribadi,

    kehilangan pekerjaaan, kehilangan kesempatan pendidikan, dan kehilangan

    karir.

    Beberapa laporan menyebutkan bahwa internet adiktif telah membuat

    beberapa mahasiswa gagal dalam memperoleh nilai (grade) yang

    memuaskan, beberapa diantaranya gagal samasekali, sama halnya dengan

    karyawan, penurunan produktivitas kerja membuat beberapa diantara

    mengalami PHK. Banyak individu yang menggunakan fasilitas kantor

    untuk mengakses website yang sebenarnya tidak berhubungan dengan

    pekerjaannya selama jam kantor, akibatnya banyak pekerjaan menjadi

    tertangguhkan atau dikerjakan secara tidak maksimal karena waktu

    terpakai lebih banyak dalam menggunakan internet.Penggunaan internet

    tanpa batas waktu menjadi ancaman retaknya sebuah hubungan, bagaimana

    tidak, beberapa individu lebih tertarik dengan dunia maya dibandingkan

    menjalin hubungan yang nyata dengan pasangannya. Beberapa laporan

    menyebutkan bahwa penyebab retaknya sebuah hubungan disebabkan

    pasangan yang lebih asyik mendownload atau mengakses situs porno

    sementara pasangan tidur sendirian

    Pada penelitian ini dari hasil perhitungan Mean Hipotetik variabel

    Kemampuan Sosialisasi didapatkan MH = 70, SD = 14, sedangkan Mean

    Empiris didapatkan ME = 83,523 hal ini menunjukkan bahwa ME pada kategori

    tinggi. Artinya Kemampuan Sosialisasi remaja yang menjadi sampel penelitian

    tergolong pada tingkat tinggi.

    Pada penelitian ini dari hasil perhitungan Mean Hipotetik variabel

    Kecanduan Jejaring Sosial didapatkan bahwa MH = 117,5 SD = 21,16, sedangkan

    Mean Empiris didapatkan ME = 97,308, hal ini menunjukkan bahwa ME

    kategori rendah. Artinya Kecanduan Jejaring Sosial remaja yang sampel

    penelitian termasuk dalam tingkat rendah.

    Simpulan dan Saran

    Dari analisis data yang diperoleh, maka dalam penelitian ini dapat ditarik

    kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kemampuan

    sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Sehingga remaja yang

    sosialisasinya rendah semakin sering menggunakan jejaring sosial karena itu

    sebagai pengalihan remaja dan dianggap sebagai hiburan bahkan rutinitas yang

    harus dilakukan tanpa ada yang terlewatkan. Kemampuan sosialisasi yang

    tinggi akan membuat remaja tidak sampai kecanduan jejaring sosial karena

    remaja akan lebih mementingkan sosialisasi secara nyata dari pada hanya

    didunia maya.

  • Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah

    118

    Memperhatikan hasil penelitian yang telah penulis lakukan masih jauh

    dari sempurna baik dari segi konsep maupun hasilnya, maka saran untuk

    peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian hendaknya

    memperhatikan variabel-variabel lain, dan mengkaji reabilitas dari kriteria

    kecanduan jejaring sosial agar hasilnya lebih akurat. Mengingat semakin

    relevannya masalah kecanduan jaringan internet ini terutama di kalangan

    pelajar dan mahasiswa di Indonesia karena maraknya dan semakin mudahnya

    akses internet bagi mereka, maka perlu dilakukan kajian yang lebih

    komprehensif terutama mengenai instrumen, determinan, dan dampak dari

    kecanduan jaringan internet terhadap kemampuan verbal. Dengan demikian

    dapat dikembangkan pelayanan yang lebih appropriate bagi pecandu internet di

    kalangan pelajar dan mahasiswa pada khususnya serta anggota masyarakat

    lain pada umumnya.

    Daftar Pustaka

    Apriliyah, Naning. (2010). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan

    Kemampuan Komunikasi. Skripsi. Jombang : Fakultas Psikologi Universitas

    Darul Ulum.

    Asiqin, A. (2009). Dampak Penggunaan Jejaring Sosial. Diakses tanggal 25 Januari

    2012 pukul 20.30 dari http:// luvyayang.wordpress.com/2009/10/

    Daryanto. (2010). Teknologi Jaringan Internet. Bandung : PT. SaranaTutorial

    Nurani Sejahtera

    http://www.psikologizone.com/ragam-definisi-kecanduan/065111715

    http://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-

    para.html

    http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-

    kepribadian.html

    http://aminnatul-widyana.blogspot.com/2011/07/proses-sosialisasi.html

    http://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-networking

    http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-

    kepribadian.html

    http:/www.psikologione.com/kasus-kecanduan-internet-meningkat-di-

    jerman/065116833

    http://akhmadfarhan.wordpress.com/2012/01/28/apakah-anda-kecanduan-

    internet/

    http://www.psikologizone.com/ragam-definisi-kecanduan/065111715http://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-para.htmlhttp://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-para.htmlhttp://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-kepribadian.htmlhttp://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-kepribadian.htmlhttp://aminnatul-widyana.blogspot.com/2011/07/proses-sosialisasi.htmlhttp://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-networkinghttp://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-kepribadian.htmlhttp://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dan-kepribadian.htmlhttp://akhmadfarhan.wordpress.com/2012/01/28/apakah-anda-kecanduan-internet/http://akhmadfarhan.wordpress.com/2012/01/28/apakah-anda-kecanduan-internet/

  • Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial

    119

    http://rizkaamandaputri.blogspot.com/2011/11/mediasosial-telah-memainkan-

    peran-besar.html

    http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internet

    http://id.shovoong.com/social-sciences/conseling/2205683-pengertian-

    kecenderungan-kecanduan-mengakses-internet/

    http://ameljunpyo.blogspot.com/2010/01/pengertian-jejaring-sosial.html

    http://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-

    para.html

    http:/hafidznurfajri-public.blogspot.com/2012/10/internet-addction-kecanduan-

    internet 12.html

    RidjalBaidoeri, T. (2011). Sosialisasi Proses Menjadi Anggota

    Masyarakat.Makalah.Jombang : Fakultas Psikologi Universitas Darul

    Ulum.

    Ruchayati, Siti. (2012). Blak-blakan Bahas Mapel Sosiologi SMA.Yogyakarta

    :Penerbit Cabe Rawit.

    Rinjani, H & Firmanto, A. (2013). Kebutuhan Afiliasi denagn mengakses Facebook

    pada remaja. Jurnal Psikologi Volume 01, No.01 75-84. Malang : Fakultas

    Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

    Soetjipto, Helly P. (2005). Pengujian Validitas Konstruk Kriteria KecanduanInternet.

    Jurnal Psikologi Volume 32, No.2 74-91. Yogyakarta : UnitPublikasi

    Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

    Reber, Aftur S & Emily S.(2010). The Penguin Dictinary of Psychology

    (KamusPsikologi). Yogyakarta : Pustaka Belajar

    Widyatamma, Tim. (2010). Kamus Psikologi. Jakarta : Widyatamma

    http://rizkaamandaputri.blogspot.com/2011/11/mediasosial-telah-memainkan-http://rizkaamandaputri.blogspot.com/2011/11/mediasosial-telah-memainkan-http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internethttp://id.shovoong.com/social-sciences/conseling/2205683-pengertian-http://id.shovoong.com/social-sciences/conseling/2205683-pengertian-http://ameljunpyo.blogspot.com/2010/01/pengertian-jejaring-sosial.htmlhttp://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-para.htmlhttp://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadap-para.html